ciri ciri birokrasi di negara maju(1)
DESCRIPTION
ciri-ciri birokrasi di negara majuTRANSCRIPT
1. Pengertian Birokrasi
Jika dilihat dari segi bahasa, birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang artinya meja
dan krasi yang artinya kekuasaan. Birokrasi memiliki dua elemen utama yang dapat membentuk
pengertian, yaitu peraturan atau norma formal dan hirarki. Jadi, dapat dikatakan pengertian
birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal yang didasarkan pada peraturan atau undang-
undang dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi. Secara etimologi birokrasi berasal
dari istilah “buralist” yang dikembangkan oleh Reineer von Stein pada 1821, kemudian menjadi
“bureaucracy” yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional, impersonal
dan leglistik (Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002). Birokrasi dapat dirujuk kepada empat
pengertian yaitu:
Birokrasi dapat diartikan sebagai kelompok pranata atau lembaga tertentu.
Birokrasi dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk mengalokasikan sumber daya dalam
suatu organisasi. Istilah ini berpadanan dengan pengambilan keputusan dalam birokrasi.
“Kebiroan” atau mutu yang membedakan antara birokrasi dengan jenis organisasi lain.
(Downs, 1967 dalam Thoha, 2003).
Kelompok orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan. (Castle, Suyatno,
Nurhadiantomo, 1983).
Birokrasi Ideal Menurut Weber
Max Weber sebagai bapak birokrasi mengatakan bahwa birokrasi menjadi elemen
penting yang menghubungkan ekonomi dengan masyarakat. Weber mengajukan sebuah model
birokrasi ideal yang memiliki karakteristik sebagai berikut (dalam Islamy, 2003):
Pembagian Kerja (division of labour)
Adanya prinsip hierarki wewenang (the principle of hierarchi)
Adanya sistem aturan (system of rules)
Hubungan Impersonal (formalistic impersonality)
Sistem Karier (career system)
2. Pengertian Negara Maju
Negara maju adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan negara-negara yang
dihitung memiliki tingkat pembangunan yang tinggi berdasarkan ukuran-ukuran tertentu seperti
tingkat kesejahteraan rakyat dan kualitas hidup yang tinggi. Ada juga yang mendefinisikan
negara maju sebagai negara yang sektor perindustriannya meningkat pesat, memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas, mampu mengelolah sumber daya alam dengan baik, dan
memiliki kemajuan dibidang pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kebanyakan negara dengan
GDP (produk domestik bruto) per kapita tinggi dianggap negara maju. Namun beberapa negara
yang telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru melalui
pengambilan phosphorus) tanpa mengembangkan industri yang beragam dan ekonomi
berdasarkan jasa tidak dianggap memiliki status ’negara maju’.
Sebenarnya, belum ada pengertian yang lugas mengenai negara maju maupun negara
berkembang yang dapat dirumuskan secara pasti. Karena belum tentu semua warga di negara
yang dianggap maju memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Biasanya, faktor yang
menentukan negara tersebut maju adalah GDP yang tinggi, perekonomiannya dikuasai oleh
sektor tersier dan kuartener, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang tinggi, pendapatan
negara yang tinggi, kualitas pendidikan yang tinggi, dan sebagainya. Pengertian negara maju
menurut Kofi Annan, mantan Sekjen PBB, seperti berikut: "Negara maju adalah negara yang
memungkinkan semua warganya menikmati kehidupan yang bebas dan sehat dalam suasana
yang aman."
3. Karakteristik Negara Maju
a. Sumber Daya Alam Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan teknologi dan kepemilikan modal membuat masyarakat di negara maju
mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, menemukan sumber daya alam baru,
ataupun memanfaatkan sumber daya alam yang telah ada sebagai energi alternatif. Misalnya
pemanfaatan tenaga angin, air, atau energi matahari untuk menggantikan fungsi dari energi
minyak bumi.
b. Dapat Mengatasi Masalah Kependudukan
Hal ini dikarenakan angka pertumbuhan kecil, jumlah penduduk pada umumnya tidak
terlalu banyak, angka beban ketergantungan kecil, kualitas dan produktivitas penduduk tinggi,
pendapatan perkapita tinggi, dan peluang kerja dan kesempatan berusaha terbuka luas.
c. Produktivitas Masyarakat Didominasi Barang-Barang Hasil Produksi dan Jasa
Kegiatan ini tidak memerlukan lingkungan agraris, sehingga dapat dipastikan bahwa
lebih dari 70% penduduk negara maju tinggal di perkotaan.
d. Tingkat dan Kualitas Hidup Masyarakat Tinggi
Tingginya kualitas penduduk mendorong semakin tingginya produktivitas masyarakat
yang bermuara pada semakin tingginya pendapatan perkapita dan pendapatan nasional.
e. Ekspor yang Dilakukan adalah Ekspor Hasil Industri dan Jasa
Ada kalanya, suatu negara maju sangat minim sumber daya alam atau bahkan tidak
memiliki sumber daya alam sama sekali, namun dapat menghasilkan produk olahan sumber daya
alam. Misalnya, hasil minyak mentah dari negara Inggris sangat minim, namun negara tersebut
mampu menghasilkan produk olahan minyak bumi dan memasarkannya ke seluruh penjuru
dunia. Kebutuhan minyak mentahnya tercukupi dengan cara mengimpor dari negara-negara lain
yang umumnya termasuk dalam kategori negara-negara berkembang.
f. Tercukupinya Penyediaan Fasilitasilitas Umum
Negara maju memiliki kemampuan berupa sarana dan dana dalam memberikan
pelayanan fasilitas umum yang memadai bagi warganya. Hal ini juga didukung dengan tingginya
tingkat kesadaran warga masyarakatnya dalam memelihara dan memanfaatkan ketersediaan
sarana fasilitas umum yang ada.
g. Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia Dijunjung Tinggi
Masyarakat di negara maju pada umumnya memiliki disiplin yang tinggi dalam
mematuhi hukum. Pemerintahan yang berjalan menerapkan prinsip akuntabilitas (dapat
dipertanggungjawabkan) serta transparansi (terbuka) dalam berbagai tindakan dan pengambilan
keputusan. Jenis kelamin tidak lagi dipermasalahkan dalam penentuan jabatan, namun
kemampuanlah yang diperhitungkan. Penghormatan terhadap hak asasi manusia dijunjung tinggi,
bahkan untuk golongan minoritas, misalnya untuk kaum difabel (different ability) seperti orang
tua, tuna netra, atau penyandang cacat fisik yang lain diberi fasilitas khusus dan porsi atau
kesempatan kerja yang sejajar dengan masyarakat normal.
h. Tingkat Pendidikan Relatif Tinggi
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan kualitas
penduduk suatu negara. Di negara-negara maju secara umum penduduknya sudah memiliki
kesadaran tinggi akan arti penting pendidikan dan penguasaan Iptek. Hal tersebut terlihat dari
angka partisipasi belajar penduduk negara-negara maju yang sangat tinggi. Tingginya tingkat
pendidikan penduduk di negara maju juga ditunjang oleh sistem pendidikan yang baik dan
anggaran pendidikan yang tinggi dari pemerintah.
i. Tingkat Pendapatan Penduduk Relatif Tinggi
Kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh mayoritas penduduk
menjadikan negara maju memiliki potensi SDM yang berkualitas tinggi. Kondisi demikian
membuat penduduk negara maju tidak lagi menggantungkan sektor pertanian sebagai
penghasilan utama, tetapi di sektor industri, jasa dan perdagangan. Variasi pekerjaan di berbagai
sektor tersebut menjadikan penduduk negara maju memiliki pendapatan rata-rata tinggi.
Penghasilan penduduk yang tinggi akan berdampak pada pendapatan perkapita yang tinggi pula.
j. Tingkat Kesehatan Tinggi
Rata-rata penduduk negara maju sudah memiliki standar kehidupan yang tinggi, sehingga
kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan juga sudah baik. Selain itu pihak pemerintah
juga memberikan perhatian yang sangat baik terhadap tingkat kesehatan masyarakat melalui
pembangunan berbagai sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di berbagai daerah yang
dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Tingkat kesehatan penduduk yang sudah baik,
dapat terlihat dari angka kematian penduduk yang rendah dan angka harapan hidup penduduk
yang tinggi di negara maju.
4. Ciri-ciri Birokrasi di Negara Maju
Pada negara maju, birokrasi akan menjadi sangat terspesialisasi pada setiap
tingkatan/level. Ini merupakan cerminan dari beragamnya aktifitas pemerintah serta kemampuan
teknis yang diperlukan untuk mengimplementasikan berbagai program pembangunan pada
masyarakat yang lebih modern. Birokrasi negara maju akan menunjukan pada titik tertentu
sebuah tingkat keprofesionalan yang tinggi, baik untuk mengidentifikasi maupun melayani
berbagai kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Secara garis besar ciri-ciri birokrasi di negara maju
adalah sebagai berikut :
1) Karakteristik utama dari birokrat elit di negara maju adalah mereka menganggap diri
mereka sebagai anggota dari sebuah kelompok dan mengasosiasikan dirinya dengan
negara.
2) Kuatnya sistem kontrol dari sistem-sistem lainnya (hukum atau yudikatif, legislatif, dan
sosial masyarakat dengan berbagai kelembagaannya) terhadap perilaku birokrasi
pemerintahan dan juga partai politik yang berkuasa (the ruling party) “memaksa”
birokrasi pemerintahan dan partai yang berkuasa untuk berupaya memperbaiki
kinerjanya. Tidak jarang kesalahan yang tampak kecil yang dilakukan oleh aparatur
pemerintahan, dapat menjadi isu sosial dan isu politik yang besar, misalnya masalah
ketidakadilan dalam alokasi anggaran pendidikan atau masalah pelayanan sosial yang
dianggap lambat, dan kasus suap yang dapat membawa ke pengadilan tidak saja pegawai
yang menerima suap tetapi juga masyarakat yang memberikan suap tersebut.
Namun demikian, kelemahan-kelemahan tersebut akan dengan mudah diperbaiki oleh
aparatur pemerintahannya.
3) Kesadaran aparatur pemerintahan tentang peran dan fungsinya serta kesadaran untuk
selalu mencari yang terbaik bagi sistem administrasi negaranya adalah merupakan salah
satu faktor utama mengapa reorientasi, revitalisasi, atau reformasi birokrasi pemerintahan
tampak demikian mudah dan cepatnya dilakukan oleh negara-negara maju.
4) Tunduk kepada pemerintahan yang mendapat kepercayaan rakyat.
5) Objektif dalam memberikan pelayanan, tidak ada diskriminasi dengan alasan apapun
dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.
6) Rasional, tidak dikuasai/didominasi kelompok tertentu.
Selain ciri-ciri tersebut, berdasarkan hasil studi Fred W. Riggs bersama para ahli
administrasi negara, antara lain John D. Montgomery, Milton Esman, Ralph Braibanti, William
J. Smith, dan Edward W. Weidner, membentuk kelompok studi perbandingan administrasi
(Comparative Study Administration Group/CAG). Hasil studi banding antara negara maju dan
negara berkembang tersebut mengungkap adanya perbedaan-perbedaan antara keduanya dalam
hal administrasi pemerintahan. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pada negara maju, pengangkatan dan pemberhentian pegawai didasarkan pada suatu
standar tertentu atau dikenal dengan istilah meryt system (adanya kesesuaian antara
kecakapan yang dimiliki seorang pegawai dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya,
meliputi tingkat pendidikan formal, pendidikan dan latihan teknis, tingkat pengalaman
kerja, dan tingkat penguasaan tugas dan pekerjaan). Sementara pada negara berkembang,
pengangkatan dan pemberhentian pegawai terjadi karena birokrasi atau nepotisme.
2) Pada negara maju, berlaku prinsip legal rational impersonal, di mana setiap persoalan
diselesaikan dalam kantor/kedinasan serta berdasarkan hukum yang berlaku. Sebaliknya,
hubungan satu sama lain dalam pemerintahan di negara berkembang didominasi oleh
praktik yang dikenal dengan istilah bureaucratic click dan patron client relationship,
yaitu penyelesaian persoalan di dalam dan di luar kantor melalui cara-cara yang tidak
legal-formal.
3) Pada negara maju, diferesiansi fungsi dalam administrasi pemerintahan terlihat dengan
jelas dan tegas, sementara hal ini tidak terjadi pada administrasi pemerintahan di negara
berkembang.
4) Berbagai macam penawaran dan permintaan yang berkaitan dengan urusan administrasi
pemerintahan di negara maju dilakukan dalam mekanisme formal market. Tidak
demikian halnya pada negara berkembang, semua penawaran dan permintaan terjadi
melalui mekanisme informal market.
5) Selain efektif, administrasi pada negara maju juga berjalan efisien. Sementara di negara
berkembang, efektivitas dalam hal administrasi tidak diikuti oleh efisiensi.
Birokrasi memiliki peran dalam sebuah pemerintahan modern. Sesuai dengan pendapat
Michael G. Roskin, et al. meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 fungsi birokrasi di
dalam suatu pemerintahan modern. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
1. Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan,
pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi
dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah mengimplementasikan undang-
undang yang telah disusun oleh legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif.
Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di
mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan
negara secara keseluruhan.
2. Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau kelompok-
kelompok khusus.
3. Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi mengamankan
kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan birokrasi biasanya
dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus kepentingan masyarakat
banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan pada dua pilihan ini.
4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan
mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang
akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual. Badan birokrasi, oleh sebab itu
menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data
sehubungan dengan dua hal tersebut
Selain Roskin, et.al., Andrew Heywood juga mengutarakan sejumlah fungsi yang melekat
pada birokrasi. Bagi Heywood, fungsi dari birokrasi adalah:
1. Pelaksanaan Administrasi.
Fungsi ini serupa dengan yang diutarakan Roskin, et.al, bahwa fungsi utama
birokrasi adalah mengimplementasikan atau mengeksekusi undang-undang dan kebijakan
negara. Sehubungan dengan fungsi ini, Heywood membedakan 2 peran di tubuh
pemerintah. Pertama, peran pembuatan kebijakan dalam mana peran ini ada di tangan
politisi. Kedua, peran pelaksanaan kebijakan dalam mana peran ini ada di tangan
birokrat. Sebab itu, kerap disebut bahwa suatu rezim pemerintahan disebut dengan
“administrasi.”
2. Nasehat Kebijakan (Policy Advice)
Birokrasi menempati peran sentral dalam pemberian nasehat kebijakan kepada
pemerintah. Ini akibat birokrasi merupakan lini terdepan dalam implementasi suatu
kebijakan, mereka adalah pelaksananya. Sebab itu, masalah dalam suatu kebijakan
informasinya secara otomatis akan terkumpul di birokrasi-birokrasi. Heywood membedakan
3 kategori birokrat yaitu (1) top level civil servants, (2) middle-rangking civil servants, dan
(3) junior-ranking civil servants. Top Level Civil Servant banyak melakukan kontak dengan
politisi, sementara middle dan junior civil servants lebih pada pekerjaan-pekerjaan rutin di
“lapangan.” Top Level Civil Servants dapat bertindak selaku penasehat kebijakan bagi para
politisi, dalam mana informasi pelaksanaan kebijakan mereka peroleh dari middle dan junior
civil servants.
3. Artikulasi Kepentingan
Kendati bukan fungsi utamanya guna mengartikulasi kepentingan (ini fungsi partai
politik), tetapi birokrasi kerap mendukung upaya artikulasi dan agregasi kepentingan. Dalam
tindak keseharian mereka, birokrasi banyak melakukan kontak dengan kelompok-kelompok
kepentingan di suatu negara. Ini membangkitkan kecenderungan “korporatis” dalam mana
terjadi kekaburan antara kepentingan-kepentingan yang terorganisir dengan kantor-kantor
pemerintah (birokrasi). Kelompok-kelompok kepentingan seperti perkumpulan dokter, guru,
petani, dan bisnis kemudian menjadi “kelompok klien” yang dilayani oleh birokrasi negara.
Pada satu ini “klientelisme” ini positif dalam arti birokrasi secara dekat mampu
mengartikulasikan kepentingan kelompok-kelompok tersebut yang notabene adalah “rakyat”
yang harus dilayani. Namun, pada sisi lain “klientelisme” ini berefek negatif, utamanya
ketika birokrasi berhadapan dengan kepentingan-kepentingan bisnis besar seperti Bakri
Group (ingat kasus Lapindo), kelompok-kelompok percetakan dalam kasus Ujian Nasional di
Indonesia, dalam mana keputusan pemerintah “berbias” kepentingan kelompok-kelompok
tersebut.
4. Stabilitas Politik
Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja mereka adalah
stabilitas dan kontinuitas sistem politik. Peran ini utamanya kentara di negara-negara
berkembang dalam mana pelembagaan politik demokrasi mereka masih kurang handal.
Sumber :
Basri, Setia. 2009. Pengantar Ilmu Politik: Pengertian Birokrasi dan Jenis-Jenis Birokrasi di
Negara. Melalui http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/birokrasi.html, diakses 26 April
2015.
Budianto, Febri .2010. Belajar dari Pengalaman Reformasi Administrasi/Birokrasi. Melalui
https://febrybudianto.wordpress.com/2010/04/05/belajar-dari-pengalaman-reformasi-
administrasibirokrasi-dari-negara-tetangga/, diakses 26 April 2015.
Blau, Peter M dan Meyer, Marshal W. 1991. Birokrasi Dalam Masyarakat Modern. UI Press:
Jakarta.
Putra, Nugraha . 2010. Perbedaan Birokrasi di Negara Maju dengan Negara Berkembang.
Melalui http://nugrahaputra-nugraha.blogspot.com/2011/01/perbedaan-birokrasi-di-
negara-maju.html, diakses 26 April 2015.
__________2013. Birokrasi Negara Maju. Diakses melalui : http:// birokrasinegara
maju.blogspot.com/. Pada 24 April 2015.
__________2011. Analisa Bentuk Birokrasi di Negara Maju. Diakses melalui :.
http://wiedjcorn.blogspot.com/2011/01/analisa-bentuk-birokrasi-negara-maju.html.
Pada 24 April 2015.
Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Raja Grafindo Persada: Jakarta