christina kegawatdaruratan pemicu 1
DESCRIPTION
hhuhuTRANSCRIPT
Pemicu 1
Christina hadi wijaya
Kejang
A. Pertimbangan umum1. Kejang dapat berupa kejang motorik mayor dengan
gerakan tonik-klonik, parsial dengan gerakan motorik fokal, atau nonkonvulsif ( misalnya petit mall, psikomotor)
2. Pasien datang ke UGD masih kejang dalam keadaan status epileptikus, dalam status postiktal dengan ↓ kesadaran atau sudah pulih
3. Ada riwayat gangguan kejang atau mungkin kejang baru pertama kali terjadi
EtiologiPenyebab yg sering pada pasien
UGD :• Gangguan kejang kronik idiopatik
( epilepsi)• Kadar pengobatan antikonvulsan
subterapeutik (pada org yg tidak patuh minum obat sesuai regimen pengobatan)
• Putus alkohol• Reaksi insulin hipoglikemik• Trauma otak• Hipoksia
Penyebab yg lebih jarang di UGD :• hipoglikemi alkoholik•Meningitis•Tumor otak•Kelainan metabolik seperti hiponatremia
pemeriksaan awal
1. Pastikan ABC dalam kondisi baik2. Lakukan penentuan glukosa serum di tempat &
koreksi hipoglikemia 50 ml (25g) dekstrosa 50 %3. Jika pasien sudah diketahui mengidap gangguan
kejang & diperkirakan sedang minum obat antikonvulsan, periksa kadar obat bersangkutan dalam serum
4. Jika sebelumnya tidak ada riwayat kejang, periksa kadar glukosa, elektrolit termasuk kalsium, magnesium, & pemeriksaan lain kalau ada indikasi
Terapi
• Kejang aktif biasanya berhenti spontan setelah beberapa menit. Jk tidak, sejumlah obat akan efektif. Namun, u/ stiap regimen IV, pasien harus diamati ketat u/ kemungkinan hipotensi & u/ obat2 sedatif u/ kemungkinan supresi pernapasan
Penghentian kejang:0 - 5 menit:- Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik- Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan,
berikan oksigen- keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum
dan neurologi secara cepat- Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal & tanda-tanda infeksi5 – 10 menit:- Pemasangan akses intarvena- Pengambilan darah u/ pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit- Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau
diazepam rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg). Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang 1-2 kali setelah 5 –10 menit.
- Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.
• 10 – 15 menit- Cenderung menjadi status konvulsivus- Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kgbb intravena diencerkan
dengan NaCl 0,9%- Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kgbb
sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb.• 30 menit- Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis
tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 – 15 menit.- Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis
gas darah, elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda-tanda depresi pernafasan.
- Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif.
Pemeriksaan tambahan & terapi
• Setelah kejang akut berhenti, pemeriksaan tambahan harus dipikirkan jika sebelumnnya tidak ada riwayat kejang
• Pemeriksaan lengkap kejang pertama kali meliputi pemeriksaan awal ditambah Ctscan, u/ melihat kelainan darah, tumor atau struktur yg lain
• PL dipertimbangkan jk ada kemungkinan meningitis atau jk pasien tidak pulih kembali ke fungsi neurologis sebelumnya& penyebabnya tidak jelas
• Pasien tidak stabil harus dirawat di RS• Pasien stabil dipulangkan dengan u/ dirawat o/ keluarga atau
teman yg bertanggung jwb, dengan membuat pemeriksaan neurologis lebih jauh.
MeningitisA. Pertimbangan umum1. Meningitis disebabkan o/ virus, bakteri, jamur, &
protozoa2. Meningitis fulminan menyebabkan kemunduran
cepat, jika ada kecurigaan kuat, antibiotik dapat dimulai sebelum CP dan LP
3. Patogen bakteri pada anak & org dewasa adl Neisseria meningitidis & Streptococcus pneumoniae. Pd pasien lanjut usia & pecandu alkohol, Haemophilus influenzae & Enterobacter dpt ditemukan
4. Meningokoksemia menyebabkan ruam petechiae & dpt tjd tanpa meningitis
Pemeriksaan1. Gejala khas meliputi sakit kepala & kaku kuduk.
Demam, status mental berubah, kejang & defisit neurologis fokal khusunya meningitis bakterial.
2. Pemeriksaan menunjukkan meningismus3. LP harus dilakukan. CSS mengandung sel darah
putih, limfosit pd meningitis virus, & sel PMN pd meningitis bakterial
4. Temuan CSS lain yg mendukung diagnosis meningitis bakterial antara lain : kekeruhan, organisme pd pewarnaan gram, glukosa pd CSS < 70 % dr kadar serum & protein ↑
5. CT harus dilakukan sebelum LP jk tidak ada kecurigaan TIK ↑, spti yg yjd pd abses.
Terapi1. Pasien yg sakit amat berat, kuat dicurigai menderita
meningitis bakterial, terapi antibiotik harus dimulai sebelum CT & jg sebelum LP jk pemeriksaan CT tertunda
2. Terapi empirik u/ meningitis bakterial, baik yg masih dicurigai maupun yg sudah dipastikan, harus dimulai di UGD. Bebrp regimen IV digunakan pd org dewasa & anak :
• Penisilin 5jt unit atau ampisilin 2g• Seftriakson 2 g atau sefotaksim 2g• Kombinasi Penisilin, ampisilin ditambah seftriakson atau
sefotaksim• Pasien yg alergi penisilin dpt difanti dgn kloramfenikol• Daerah geografi dengan resistensi pneumokok yg signifikan
thdp penisilin, vankomisin dapat ditambahkan dgn sefalosporin u/ mengganti penisilin
Terapi
3. Penerusan terapi hendaknya ditentukan dengan hasil pemeriksaan biakan & sensitivitas CSS
4. Profilaksis u/ org yg sudah terkontak dgn penderita • u/ staf UGD jk sudah terkontak erat seperti resusitasi
mulut ke mulut atau intubasi endotracheal• Pofilaksis u/ seisi rumah & kontak erat lain dianjurkana) u/ meningokokus : Rifampin, 600 mg PO 2x/ hari, u/ 4
dosis ( 5mg/ kg/ dosis pd anak2)b) u/ Haemophillus : Rifampin, 600 mg PO, dalam dosis
tunggal setiap hr slama 4 dosis (20 mg/ kg/ dosis pd anak)
KESIMPULAN
• Penanganan kejang pada anak dimulai dengan memastikan adanya kejang.
• Kejang dapat berhenti sendiri, atau memerlukan pengobatan saat kejang.Tatalaksana kejang yang adekuat dibutuhkan untuk mencegah kejang menjadistatus konvulsivus. Setelah kejang teratasi dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, dan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi untuk mencaripenyebab kejang.