che more sept or

8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Tabel 1. Pengamatan pergerakan antenulla pada lobster Perlaku an Waktu Flickin g Withdraw Rotatio n Wipping Mendekat i Pakan Abalasi Antenul la 10’ pertama 2’36” 4’16” 7’44” 10’’ kedua 4’06” 9’05” Normal 10’ pertama 21” 1’19” 2’51” 6’52” 21” 1’05” 5’29” 7’16” 7’57” 9’50” 2’15” 9’32” 4’26” 4’02” 5’00” 6’38” 10’’ kedua 23” 51” 1’03” 1’15” 1’18” 1’30” 1’59” 2’38” 2’44” 2’47” 6’35” 6’53” 7’33” 8’26” 8’34” 8’45” 9’17” 9’34” 06” 37” 54” 1’43” 1’49” 2’00” 2’04” 2’26” 2’40” 2’47” 6’26” 6’36” 6’58” 7’05” 7’19” 7’34” 8’01” 8’35” 8’52” 9’16” 9’35” 1’24” Ablasi 10’ 41’’ 9’ 05’’ 25’’ 6’ 46’’ 3’ 36’’

Upload: hasan

Post on 02-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Praktikum fisiologi hewan II

TRANSCRIPT

III.HASIL DAN PEMBAHASAN3.1. HasilTabel 1. Pengamatan pergerakan antenulla pada lobsterPerlakuanWaktuFlickingWithdrawRotationWippingMendekati Pakan

Abalasi Antenulla 10 pertama236416744

10 kedua406905

Normal 10 pertama21119251652

21105529716757950215932426402500638

10 kedua2351103115118130159238244247635653733826834845917934063754143149200204226240247626636658705719734801835852916935124

Ablasi mata10 pertama4146531 371 452 122 324 114 164 414 505 235 285 385 429 209 059 36251 183 063 10

6 468 523 366 407 57

10 kedua1630521 553 293 564 104 477 078 289 309 551 392 424 286 119 11

6 286 477 445 35201 465 13

Ablasi Total 10 pertama153

10 kedua3

3.2 PembahasanPraktikum yang dilakukan yaitu dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap lobster yang akan diuji fungsi chemoreseptornya. Empat perlakuan yang dilakukan, yaitu lobster normal (kontrol), lobster dengan ablasi mata, lobster dengan ablasi antenulla dan lobster dengan ablasi total (mata dan antenulla) yang diuji fungsi kemoreseptornya selama 10 menit pertama dan 10 menit kedua. Setiap perlakuan yang dikenakan pada udang menghasilkan respon gerak yang berbeda-beda. Gerakan antenulla yang paling banyak yaitu pada udang normal (kontrol). Hal ini terjadi karena keadaan fisologi udang yang masih sehat (tanpa ablasi). Gerakan antenulla yang dihasilkan berupa gerak flicking, withdraw, wipping, rotation dan mendekati pakan. Perlakuan dengan ablasi pada mata maupun antenulla menyebabkan gangguan terhadap pola pergerakan udang karena udang yang kehilangan mata maupun antenulla akan kesulitan untuk menemukan keberadaan makanannya, sedangkan perlakuan dengan ablasi total menyebabkan udang menjadi stress, karena kondisi udang yang kehilangan mata dan antenulla sebagai organ penting sehingga udang tersebut cenderung diam ditempat.Hasil percobaan yang dilakukan menyatakan bahwa pada lobster normal dalam waktu 10 menit pertama terdapat gerakan flicking, withdraw, wiping, rotation, dan mendekati pakan, namun pada 10 menit kedua lobster tersebut melakukan gerakan flicking dan withdraw dengan intensitas yang lebih sering namun tidak meakukan gerakan rotation dan wipping. Perlakuan dengan ablasi mata pada 10 menit pertama terdapat gerakan flicking, withdraw dan mendekati pakan, namun pada 10 menit kedua lobster melakukan gerakan dengan intensitas yang lebih sering. Perlakuan dengan ablasi antenulla pada 10 menit pertama dan 10 menit kedua hanya terdapat gerakan mendekati pakan karena antenulla telah dipotong. Sama halnya dengan ablasi total pada 10 menit pertama dan 10 menit kedua hanya terdapat gerakan mendekati pakan dengan intensitas yang sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Radiopoetro (1977), bahwa perlakuan ablasi total dan antennula, sedikit terjadi gerakan atau tidak terjadi gerakan sama sekali karena organ yang berfungsi sebagai reseptor telah hilang.Lobster yang paling responsif terhadap pakan adalah udang dengan perlakuan ablassi mata pada waktu 10 menit kedua, dimana setiap beberapa menit udang aktif mendekati pakan yang diberikan. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Storer (1975), yang menyatakan bahwa antenulla pada lobster merupakan struktur sensor yang dapat bergerak untuk mencari perlindungan, makan, dan mencari pasangan serta menghindari predator. Perlakuan ablasi mata memang seharusnya merupakan gerak yang paling responsif terhadap pakan, karena fungsi dari antenulla tersebut dimana fungsi dari antenulla masih bekerja dengan baik sebagaimana diungkapkan Storer (1975), yang menyatakan bahwa antenulla pada lobster dan antenulla panjang adalah struktur gerakan yang berfungsi untuk menerima rangsang yang datang dari lingkungannya. Fungsi lain dari antenulla ialah sebagai media komunikasi antar hewan, yaitu menangkap stimulus kimia berupa pheromon dari hewan lawan jenis (Roger,1978), juga untuk mengetahui posisi tubuh (Ache,1975).Mekanisme stimulus yang sampai ke lobster dan diterima oleh organ chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga menimbulkan aroma yang khas bagi lobster. Rangsangan ini diterima oleh chemoreseptor melalui antenulla dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent, kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat diketahui bahwa organ chemoreseptor lobster terletak pada antenulla yang berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus zat kimia (Roger, 1978). Faktor yang mempengaruhi lobster mendekati pakan antara lain berupa sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae, mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, lobster menunjukkan respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Harpaz,1990).Chemoreseptor adalah alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia, dalam hal ini adalah pakannya (Radiopoetro,1977). Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi (Ville et.al, 1988). Menurut Friedman dan Rudy (1975), crustacea memiliki reseptor sensor di bagian kepala dan pada permukaan tubuh serta memiliki mulut yang berperan untuk mengambil makanan. Sedangkan pada kelompok insecta memiliki sepasang potongan kecil sensori pada antena, toraks dan abdomen yang sensitif terhadap panas. Kemoreseptor pada insecta terletak pada bagian mulut, antena, dan kakinya. Chemoreseptor menurut Gordon (1982), berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya, dan juga dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (malting), dan mendeteksi adanya musuh. Tahapan gerak udang untuk mendekati pakan adalah flicking, withdraw, mendekati pakan, rotation, kemudian wiping (Pearson, 1979).Gerakan-gerakan pada antenulla lobster menurut Richard and Gordon (1982), antara lain:1. Flicking yaitu gerakan pelecutan ke depan, gerakan ini terjadi jika ada pakan di depan udang. Respon dilakukan untuk menangkap ion-ion.2. Withdraw yaitu gerakan pelecutan antenulla ke belakang. Gerakan ini terjadi jika pakan di belakang udang dan untuk menghindari musuh.3. Wipping yaitu gerakan pembersihan antenulla. Pembersihan antenula biasanya terjadi bila ada rangsangan mekanik dari aestheric.4. Rotation yaitu gerakan memutar antenulla. Gerakan ini sering terjadi jika ada pakan di atas udang. Selain itu, gerakan ini berfungsi untuk mengacaukan ion-ion dalam pakan sehingga pakan dapat dengan mudah dan cepat berdifusi ke dalam sel-sel chemoreseptor.

IV.KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:1. Chemoreseptor pada lobster (Cherax quadricarinatus) berfungsi untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh atau mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya.2. Chemoreseptor juga dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (malting), dan mendeteksi adanya musuh.

DAFTAR REFERENSIAche, B.W. 1975. Antenular Mediated Host Locationby Symbiotic Crustaceans Mar Behaviour Physiology. The Mac Millan Company, New York.

Friedman, M.M and J. Rudi Strickler. 1975. Chemoreceptor and feeding in calanoid copepods (Arthropoda: Crustacea). Zoology 72, 4185-4188.

Gordon, S. M. 1982. Animal Physsiology Principle and Adaptation. Mc Milan Publishing Co, New York.

Harpaz, S. 1990. Variability in Freeding Behavior of Malaysian Prawn Macrobrachium Rosenbergii de Man during The Molt Cycle. E.J. Brill, London.

Pearson, W. H. 1979. Theresoid for Detection and Behaviour in The Dangerous Crobs. Marine Research Laboratory, Sergum, USA.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Richard, W.H and Gordon. 1989. Animal Physiology. Harper-Collins Publisher, New York.

Roger. 1978. Physiology of Animal. Prentice-Hall Inc., New York.

Storer, T.I. 1975. General Zoology. McGraw-Hill Book Co, New York .

Ville, C.A., Walker, W.F. dan Barners, R.D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta