che guevara wajah sang legenda.doc

7
Che Guevara Wajah Sang Legenda dalam Empat Buku Reporter: T. Supriyadi detikcom - Jakarta, Rabu, 19/07/2000 Judul : Revolusi Rakyat Che Guevara Penerjemah : Ruslani Penerbit : Teplok Press, Jakarta Waktu Terbit : Mei 2000 (Cetakan II) Tebal : xiii + 348 halaman Judul : Che Guevara Sang Revolusioner Penerjemah : Kurniawan Adi Saputro Penerbit : INSIST PRESS, Yogyakarta Waktu terbit: April 2000 Tebal : 188 Halaman Judul : Sikap Politik Che Penerbit : Yayasan Litera Indonesia, Yogyakarta Waktu Terbit : Mei 2000 Tebal : 102 halaman Judul : Catatan Revolusioner Che Penerbit : Yayasan Litera Indonesia, Yogyakarta Waktu Terbit : Mei 2000 (Cetakan II) Tebal : 112 halaman Apa boleh buat, Che Guevara telah menjadi tokoh legendaris abad XX. Dia jadi ikon revolusi yang potretnya melekat di kaos oblong, poster, pin, dan aksesori lainnya. Kalimat "Hasta la victoria siempre!" yang ditulisnya kepada Castro saat meninggalkan Kuba telah menjadi salam heroik anak- anak muda. Sementara, kisah-kisah revolusionernya saat bergerilya banyak dibukukan. Di Indonesia sendiri, setidaknya ada empat buku tentang Che dengan gambar sampul sama dan isi yang hampir tidak berbeda beredar hampir serentak di 1

Upload: husnul-wahyuni

Post on 26-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: Che Guevara wajah sang legenda.doc

Che GuevaraWajah Sang Legenda dalam Empat BukuReporter: T. Supriyadi detikcom - Jakarta, Rabu, 19/07/2000 Judul : Revolusi Rakyat Che GuevaraPenerjemah : RuslaniPenerbit : Teplok Press, JakartaWaktu Terbit : Mei 2000

(Cetakan II)Tebal : xiii + 348 halaman

Judul : Che Guevara Sang RevolusionerPenerjemah : Kurniawan Adi SaputroPenerbit : INSIST PRESS, Yogyakarta

Waktu terbit: April 2000Tebal : 188 Halaman

Judul : Sikap Politik ChePenerbit : Yayasan Litera Indonesia, Yogyakarta

Waktu Terbit : Mei 2000Tebal : 102 halaman

Judul : Catatan Revolusioner ChePenerbit : Yayasan Litera Indonesia, Yogyakarta

Waktu Terbit : Mei 2000 (Cetakan II)Tebal : 112 halaman

Apa boleh buat, Che Guevara telah menjadi tokoh legendaris abad XX. Dia jadi ikon revolusi yang potretnya melekat di kaos oblong, poster, pin, dan aksesori lainnya. Kalimat "Hasta la victoria siempre!" yang ditulisnya kepada Castro saat meninggalkan Kuba telah menjadi salam heroik anak-anak muda. Sementara, kisah-kisah revolusionernya saat bergerilya banyak dibukukan. Di Indonesia sendiri, setidaknya ada empat buku tentang Che dengan gambar sampul sama dan isi yang hampir tidak berbeda beredar hampir serentak di pasaran, yakni Revolusi Rakyat Che Guevara (Teplok Press), Che Guevara Sang Revolusioner (Insist Press), dan dua buku yang dicetak Yayasan Litera Indonesia dengan judul Sikap Politik Che dan Catatan Revolusioner Che. Tentulah Anda para penggemar buku perlu memilih buku-buku mana yang tepat dengan kebutuhan dan keinginan Anda. Che Guevara

1

Page 2: Che Guevara wajah sang legenda.doc

Secara umum keempat buku tersebut melukiskan riwayat -baik pendek atau panjang- dari kehidupan Che yang heroik. Che dilahirkan secara prematur di Rosario pada 14 Juni 1928. Sang ayah kemudian memberi nama yang sama dengan dirinya, Ernesto Guevara. Nenek moyang Che dari garis ayah adalah Juan Antonio Guevara. Sedangkan ayahnya adalah keturunan Vieroy Liniers, bangsawan Argentina awal yang berperang melawan diktator Juan Manuel Ramos, tapi gagal dan melarikan diri di pengasingan sekitar tahun 1850 dan berakhir di California. Sama dengan ayahnya, ibu Che, Celia de la Serna, juga keturunan bangsawan. Che adalah anak sulung dari lima bersaudara. Adik-adiknya yang lain adalah Celia (lahir 1930), Roberto (lahir 1931), Anna Maria (lahir 1932), dan si bungsu Juan Martin (lahir 1941). Pada usia empat tahun Che diboyong keluarganya ke Kordoba dan tinggal di kota Alta Gracia. Di sinilah Che menghabiskan masa kecilnya. Tapi, tidak seperti kebanyakan anak pada umumnya, Che tidak bisa mengikuti sekolah dasarnya hingga ia berusia tujuh tahun. Penyakit asma yang dideritanya memaksa Che untuk tinggal di rumah. Baru pada tahun-tahun berikutnya Che bisa mengikuti pelajaran di sekolah. Di sinilah, pada usia 11 tahun, debut politiknya tampak dengan mengorganisir kawan-kawannya untuk menyerang setiap lampu tunggal di seluruh kota dengan ketapel. Saat itu para pekerja lampu melakukan pemogokan di seluruh provinsi dan sebuah perusahaan berupaya menyewa orang untuk menghentikannya. Setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, Che pindah ke Kordoba, ibu kota provinsi dengan nama yang sama. Tepatnya pada tahun 1943. Di kota inilah Che melanjutkan sekolahnya dengan biaya sendiri. Maklum, pada saat bersamaan orang tuanya mengalami kebangkrutan usaha. Tapi, Che merampungkan sekolahnya dengan baik. Pada masa ini aktivitas Che di dalam politik semakin tinggi. Lelaki itu lalu memutuskan bergabung dalam Civico Revolucionario Monteagudo, kelompok anak muda nasionalis yang akhirnya lebih banyak menentang diktator Juan Peron dalam aksi-aksi jalanan ketimbang larut dalam perdebatan-perdebatan politis. Pada usia 19 tahun, Che melanjutkan sekolahnya ke University of Buenos Aires sebagai mahasiswa paramedis. Menjadi mahasiswa ternyata belum juga mengubah nasib Che. Ia tetap saja harus bekerja untuk biaya kuliahnya.

2

Page 3: Che Guevara wajah sang legenda.doc

Menjadi penjaga malam, wartawan untuk mingguan ultranasionalis Accion Argentina, dan juru tulis untuk sebuah perusahaan konstruksi. Pada bulan Maret 1953, Che berhasil menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar Medical Doctor-nya. Tapi, tidak seperti laiknya dokter, Che sama sekali tidak membuka praktik atau pun bekerja di rumah sakit. Che justru pergi dan melakukan perjalanan kembali seperti pernah dilakukan sebelumnya. Perjalanan inilah yang di kemudian hari mempertemukan Che dengan Fidel Castro. Tepatnya, pada musim panas 1955 di Meksiko, saat Fidel masih dalam pengasingan. Keterlibatan Che dalam revolusi Kuba dimulai. Che menjadi dokter, meski sejak semula menolak dan menganggap dirinya sebagai pejuang. Memang dalam perjalanan selanjutnya keterlibatan Che bukan hanya sebatas mengobati dan merawat prajurit Castro yang terluka, tapi juga memanggul dan memberondongkan peluru ke pasukan musuh. Peran Che yang demikian ini telah membawanya ke karier militer pasukan Castro dengan cepat. Setelah tiga tahun bergabung, Che sudah menjadi comandante (mayor, pangkat tertinggi dalam pasukan itu). Sampai kemudian Che memberikan kemenangan terhormat bagi rakyat Kuba pada 4 Januari 1959. Che selanjutnya bukan lagi sebagai warga Argentina, tapi jadi warga negara Kuba yang disahkan oleh Dewan Menteri Kuba pada 9 Januari 1959, dan sekaligus menjadikan "Che" yang dalam bahasa Argentina berarti "Bung" atau "Kawan Baik" sebagai nama depannya. Che akhirnya menemui ajalnya dalam sebuah pertempuran di Bolivia, setelah sebelumnya dia mencurahkan perhatiannya untuk kemajuan Kuba dengan menjabat sebagai Direktur Bank Nasional, Ketua Departemen Perindustrian, selain tentunya menjadi delegasi Kuba dalam berbagai forum internasional. Laris Ketokohan Che tampaknya menjadi magnit tersendiri bagi pembaca yang kebanyakan kaum muda untuk menyerbu toko buku. Buktinya, dua di antara empat buku yang beredar, telah mengalami cetak ulang untuk kedua kalinya. Revolusi Rakyat Che Guevara hanya butuh waktu 30 hari untuk dicetak ulang oleh Teplok Press. Sedangkan Sikap Politik Che yang dikemas dalam bentuk buku saku dicetak ulang setelah empat bulan setelah cetakan pertamanya beredar di pasaran.

3

Page 4: Che Guevara wajah sang legenda.doc

Larisnya buku-buku Che ini nampaknya tidak lepas dari tren maraknya buku kiri. Tapi, apakah buku-buku itu dipelajari atau sekedar dipajang di lemari buku tampaknya perlu satu studi tersendiri. Terlepas dari itu, yang jelas kehadiran buku-buku tersebut semakin menambah perbendaharaan bacaan masyarakat. Di samping itu, banyaknya buku yang mengungkap satu tokoh memberikan peluang kepada pembaca untuk menafsir secara komprehensif. Hanya saja perlu hati-hati, karena tidak sedikit yang memiliki kualitas rendah. Revolusi Rakyat Che Guevara yang diterbitkan Teplok Press boleh dibilang menjadi buku yang isinya memuat kisah Che paling lengkap bila dibandingkan tiga buku lainnya. Dengan tebal 348 halaman, buku ini menyajikan kisah Che secara detail. Secara runtut buku ini menuturkan masa kecil Che, Perang Gerilya, serta gagasan Che baik dalam forum maupun artikel. Pada bagian awal, pembaca diajak berkenalan dengan Che, orang tua dan keluarganya, teman-teman, dan awal mula ketertarikan Che dengan dunia politik. Juga sisi-sisi lain Che yang "lucu" (hal. 1-52). Bagian ini sekaligus menjadi kekuatan buku yang sampulnya didesian oleh Buldanul Khuri. Pada tiga buku yang lain hal tersebut justru tidak mendapatkan perhatian. Selanjutnya, pembaca diajak untuk mengikuti penuturan panjang Che selama mengikuti Perang Gerilya (hal. 55-201). Pada bagian inilah pembaca dapat menemukan sosok revolusioner seorang Che, dengan sedikit bumbu romantisme. Dalam bagian ini pula kita dapat menemukan konsistensi sikap Che yang menganggap Perang Gerilya adalah satu-satunya jalan untuk membebaskan rakyat yang tertindas. Selesai bertutur tentang perang gerilya dan kemenangan yang diraih, Che dalam buku ini mengingatkan bahwa tugas revolusi belum selesai. Masih berjalan dan terus berjalan untuk mengakhiri keterbelakangan (hal. 202). Che juga menekankan pentingnya kerelaan untuk berkorban dalam revolusi (hal. 209), dan pentingnya militansi partai (hal. 300) serta tidak perlunya birokrasi yang berbelit-belit (hal. 322). Demam Kiri Berbeda dengan Revolusi Rakyat Che Guevara yang diterbitkan Teplok Press, Insist Press lebih memilih Che Guevara Speak karya Goerge Lavan untuk diterbitkan dengan judul Che Guevara Sang Revolusioner. Tampil dengan judul

4

Page 5: Che Guevara wajah sang legenda.doc

mencolok, Insist Press tampaknya ingin menarik kaum muda yang sedang "demam kiri" untuk membeli buku ini. Namun, sepertinya pembaca tidak akan menjumpai sosok Che yang revolusioner itu dalam buku ini. Karena, Pidato, artikel, wawancara, serta surat Che Guevara yang disajikan buku ini tak serevolusioner judulnya. Menjadikan buku ini sebagai panduan untuk berorasi saat demontrasi ataupun berpidato di forum resmi mungkin akan lebih baik bagi pembaca. Selain retorika yang bagus, kemampuan Che menarik benang merah setiap persoalan berikut solusinya adalah sesuatu yang pantas ditiru. Ketokohan Che telah membawa berkah bagi para penerbit, termasuk Yayasan Litera Indonesia ini. Tanpa penjelasan jelas tentang sumber tulisan, buku Catatan Revolusioner Che tetap saja laku. Bahkan setelah Januari lalu mencetak edisi I, bulan Mei Yayasan yang bermarkas di Yogyakarta ini telah mengeluarkan cetakan II. Bukan itu saja, pada bulan yang sama Yayasan ini juga menerbitkan lagi buku tentang Che dengan judul berbeda, Sikap Politik Che. Kedua buku ini nyaris sama. Dari sampul sampai isi. Yang membedakan hanyalah pada bab-bab terakhir di mana pada Catatan Revolusioner Che memuat keterlibatan Che di PBB dan Konferensi Asia Afrika, sedangkan dalam Sikap Politik Che yang ditampilkan adalah surat-surat Che kepada anak-anaknya, orang tuanya dan juga suratnya untuk Fidel Castro. Perbedaan yang lain hanya terlihat dalam riwayat singkat Che dan "Kader Tulang Punggung Partai" yang boleh dikatakan merupakan bagian kecil dari bagian awal (hal. 1-52) dan bagian akhir (Perihal Militansi Partai, hal. 300) dari buku Revolusi Rakyat Che Guevara terbitan Teplok Press. Selebihnya, buku ini tidak memiliki keistimewaan lain. (one)

5