chapter ii 7

37
B A B 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Metabolisme besi Besi merupakan unsur vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, dan merupakan komponen penting pada sistem enzim pernafasan. Pada metabolisme besi perlu diketahui komposisi dan distribusi besi dalam tubuh, cadangan besi tubuh, siklus besi, absorbsi besi dan transportasi besi. 10-13 2.1.1. Bentuk zat besi dalam tubuh. Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu: a. Zat besi dalam hemoglobin. 12-15 b. Zat besi dalam depot (cadangan) sebagai feritin dan hemosiderin c. Zat besi yang ditranspor dalam transferin. d. Zat besi parenkhim atau zat besi dalam jaringan seperti mioglobin dan beberapa enzim antara lain sitokrom, katalase, dan peroksidase. Universitas Sumatera Utara

Upload: nurcahyo-tri-utomo

Post on 20-Sep-2015

240 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

b

TRANSCRIPT

  • B A B 2

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1. Metabolisme besi

    Besi merupakan unsur vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk

    pembentukan hemoglobin, dan merupakan komponen penting pada sistem

    enzim pernafasan. Pada metabolisme besi perlu diketahui komposisi dan

    distribusi besi dalam tubuh, cadangan besi tubuh, siklus besi, absorbsi besi

    dan transportasi besi.

    10-13

    2.1.1. Bentuk zat besi dalam tubuh.

    Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu:

    a. Zat besi dalam hemoglobin.

    12-15

    b. Zat besi dalam depot (cadangan) sebagai feritin dan hemosiderin

    c. Zat besi yang ditranspor dalam transferin.

    d. Zat besi parenkhim atau zat besi dalam jaringan seperti mioglobin dan

    beberapa enzim antara lain sitokrom, katalase, dan peroksidase.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.1.Kompartemen zat besi dalam tubuh.

    12

    Besi yang telah dibebaskan dari endosom akan masuk kedalam

    mitikondria untuk diprroses menjadi hem setelah bergabung dengan

    protoporfirin, sisanya tersimpan dalam bentuk feritin. Sejalan dengan

    maturasi eritrosit baik reseptor transferin maupun feritin akan dilepas

    kedalam peredaran darah. Feritin segera difagositosis makrofag di sumsum

    tulang dan setelah proses hemoglobinisasi selesai eritrosit akan memasuki

    Dari tabel ini kelihatan bahwa sebagian besar zat besi terikat dalam

    hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk

    keperluan metabolisme dalam jaringan-jaringan. Sebagian lain dari zat besi

    terikat dalam sistem retikuloendotelial (RES) di hepar dan sumsum tulang

    sebagai depot besi (cadangan). Sebagian kecil dari zat besi dijumpai dalam

    transporting iron binding protein (transferin), sedangkan sebagian kecil sekali

    didapati dalam enzim-enzim yang berfungsi sebagai katalisator pada proses

    metabolisme dalam tubuh. Fungsi-fungsi tersebut diatas akan terganggu

    pada penderita anemia defisiensi besi.

    Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,

    dimana zat besi digunakan secara terus- menerus. Sebagian besar zat besi

    16-19

    Universitas Sumatera Utara

  • yang bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan

    hanya sebagian kecil sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan

    keringat.

    11,19,22,31

    2.1.2. Kebutuhan zat besi.

    Kebutuhan zat besi dalam makanan setiap harinya sangat berbeda,

    hal ini tergantung pada umur, sex, berat badan dan keadaan individu masing-

    masing. Kebutuhan zat besi yang terbesar ialah dalam 2 tahun kehidupan

    pertama. selanjutnya selama periode pertumbuhan, kenaikan berat badan

    pada usia remaja dan sepanjang masa produksi wanita.

    Pada masa pertumbuhan diperlukan tambahan sekitar 0,5 -1 mg / hari,

    sedangkan wanita pada masa mensturasi memerlukan tambahan zat besi

    antara 0,5 -1 mg / hari. Pada wanita hamil kebutuhan zat besi sekitar 3 -5 mg

    / hari dan tergantung pada tuanya kehamilan. Pada seorang laki laki normal

    dewasa kebutuhan besi telah cukup bila dalam makanannya terdapat 10-20

    mg zat besi setiap harinya.

    16,17,19

    Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira 10 20 mg

    setiap harinya, tapi ternyata hanya 1 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi

    oleh tubuh. 70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh

    dengan proses eritropoesis menjadi hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam

    bentuk feritin dan sisanya 5 15% di gunakan oleh tubuh untuk proses lain.

    19,20,23

    Universitas Sumatera Utara

  • Besi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila

    ternyata tubuh membutuhkannya.

    Feritin merupakan salah satu protein kunci yang mengatur hemostasis

    besi dan juga merupakan biomarker klinis yang tersedia secara luas untuk

    mengevaluasi status besi dan secara khusus penting untuk mendeteksi

    defisiensi besi. Kadar feritin pada laki-laki dan wanita berbeda, pada laki-laki

    dan wanita postmenopause kadar feritin kurang dari 300ng/ml , pada wanita

    premonoupase kurang dari 200 ng/ml.

    24-26

    Tabel 2.2. Distribusi normal komponen besi pada pria dan wanita (mg/kg)

    27,29,32

    20

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.1. Distribusi Besi Dalam Tubuh Dewasa Andrews, N. C., 1999. Disorders of iron metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).

    2.1.3. Absorbsi besi

    Menurut Bakta (2006) proses absorbsi besi dibagi menjadi tiga fase,

    yaitu:26,29

    1. Fase Luminal

    Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu besi heme

    dan besi non-heme. Besi heme terdapat dalam daging dan ikan,

    tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya tinggi. Besi non-heme

    berasal dari sumber nabati, tingkat absorbsi dan

    Universitas Sumatera Utara

  • bioavailabilitasnya rendah. Besi dalam makanan diolah di

    lambung, karena pengaruh asam lambung maka besi dilepaskan

    dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi dari

    besi bentuk feri (Fe3+) ke fero (Fe2+) yang dapat diserap di

    duodenum.

    2. Fase Mukosal

    Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan

    jejunum proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses

    yang sangat kompleks. Dikenal adanya mucosal block

    (mekanisme yang dapat mengatur penyerapan besi melalui

    mukosa usus)

    3. Fase Korporeal

    Meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh

    sel-sel yang memerlukan, serta penyimpanan besi (storage) oleh

    tubuh. Besi setelah diserap oleh enterosit (epitel usus), melewati

    bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus, kemudian dalam

    darah diikat oleh apotransferin menjadi transferin. Transferin akan

    melepaskan besi pada sel RES melalui proses pinositosis.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.2. Absorbsi zat besi. Sumber: Andrews NC,New Engl J Med. 341:1986-1995, Copyright 1999 Massachusetts Medical Society. All rights

    reserved.

    2.1.4. Mekanisme regulasi absorbsi besi

    Terdapat 3 mekanisme regulasi absorbsi besi dalam usus:25,26,29

    1. Regulator dietetik : absorbsi besi dipengaruhi oleh jumlah kandungan

    besi dalam makanan, jenis besi dalam makanan (besi heme atau non

    heme), adanya penghambat atau pemacu absorbsi dalam makanan.

    2. Regulator simpanan : Penyerapan besi diatur melalui besarnya

    cadangan besi dalam tubuh.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Regulator eritropoetik : Besar absorbsi besi berhubungan dengan

    kecepatan eritropoesis. Mekanisme ini belum diketahui dengan pasti.

    2.1.5. Transport zat besi.

    2.1.5.1. Transferin

    Transferin adalah 1 globulin (protein fase akut negatif), merupakan

    glikoprotein dengan berat molekul 79570 dalton, terdiri dari polypeptide rantai

    tunggal dengan 679 asam amino dalam dua domain homolog. N-terminal dan

    C-terminal masing-masing mempunyai satu tempat ikatan dengan Fe3+. Satu

    molekul transferin mengikat 2 atom besi (Fe3+). Transferin akan berikatan

    dengan reseptor transferin, setiap reseptor transferin mengikat 2 molekul

    transferin12,17,28,32

    Transferin terutama disintesis oleh sel parenkim hati, sebagian kecil di

    otak, ovarium, dan limfosit T helper. Transferin mempunyai waktu paruh 8-11

    hari.

    Transferin mempunyai 3 fungsi utama yaitu17,33

    1. Solubilisasi Fe3+, mengikat besi dengan afinitas tinggi

    2. Mengantar besi ke sel

    3. Berinteraksi dengan reseptor membran

    Jumlah transferin dinyatakan dalam jumlah besi yang terikat disebut

    sebagai Total Iron Binding Capacity (TIBC). Pada orang dewasa normal

    kadar besi plasma kira-kira 18 mol/L setara dengan 100 g/dL. TIBC 56

    Universitas Sumatera Utara

  • mol setara dengan 300 g/dL. Dengan demikian hanya sepertiga bagian

    dari transferin yang berikatan dengan besi, sehingga masih tersedia

    cadangan yang cukup banyak untuk berikatan dengan besi apabila terjadi

    kelebihan besi. Hal ini penting dalam diagnosis gangguan metabolisme

    besi.17,34,35

    Besi (Fe3+) di dalam plasma yang berikatan dengan apotransferin (Tf),

    Fe-Tf akan berikatan dengan reseptor transferin (TfR) pada permukaan sel.

    Kompleks TfR dan Fe3+ -Tf bersama DMT 1 di clathin-coated pit, mengalami

    invaginasi membentuk endosom. Pompa proton di dalam endosom akan

    menurunkan pH menjadi asam (5,5) mengakibatkan ikatan antara Fe3+ dan

    apotransferin terlepas. Apotransferin tetap berikatan dengan TfR di

    permukaan sel, sedangkan Fe3+ yang dilepaskan akan keluar melalui DMT 1

    mitokondria dan disimpan. Besi dengan protoporfirin selanjutnya

    dipergunakan untuk pembentukan heme. Besi yang berlebih akan disimpan

    sebagai feritin dan hemosiderin. Akibat pH ekstrasel 7,4 ikatan antara

    apotransferin TfR di permukaan sel akan terlepas. Apotransferin akan

    dilepaskan keluar dari sel menuju sirkulasi dan berfungsi kembali sebagai

    pengangkut besi, sedangkan TfR akan menjadi Truncated Transferin

    Receptor atau Soluble Transferin Receptor (sTfR)10,13,36

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.3. Siklus Transferin. Sumber: Andrews, N. C., 1999. Disorders of Iron Metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).

    2.1.5.2. Reseptor Transferin

    Reseptor Transferin merupakan protein transmembran homodimer

    terdiri dari 2 molekul monomer yang identik, terikat pada 2 ikatan sulfide

    pada residu sitein 89 dan 92, terletak ekstraseluler. Tiap monomer

    mempunyai berat molekul 90 kD, terdiri dari 780 residu asam amino dengan

    3 domain, yaitu protease-like domain (A) berikatan dengan aminopeptidase,

    apical domain (B), dan helical domain (C). Setiap monomer mengikat 1

    molekul transferin yang telah mengikat 2 atom Fe3+. Setiap reseptor transferin

    mengikat 2 molekul transferin. Hampir semua sel tubuh mengekspresikan

    reseptor transferin. 10,13,17,36

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.5.3. Soluble Transferin Receptor (sTfR)

    Dalam plasma STfR berada dalam bentuk kompleks dengan transferin,

    memiliki berat molekul 320 kD. Kadar sTfR serum berkorelasi dengan jumlah

    reseptor transferin yang diekspresikan pada permukaan sel. Kadar sTfR tidak

    di pengaruhi oleh protein fase akut, kerusakan hati akut, dan keganasan.

    Kadar sTfR menggambarkan aktivitas eritropoiesis. sehingga kadar sTfR

    dapat digunakan monitoring aktivitas eritropoiesis. 10,11,17

    2.1.6. Erythropoiesis

    Sistem eritroid terdiri atas sel darah merah (eritrosit) dan prekursor

    eritroid. Unit fungsional dari sitem eritroid ini dikenal sebagai eritron yang

    berfungsi sebagai pembawa oksigen. Prekursor eritroid dalam sumsum

    tulang berasal dari sel induk hemopoietik, melalui jalur sel induk myeloid,

    kemudian menjadi sel induk eritroid, yaitu BFU-E dan selanjutnya CFU-E.

    Prekursor eritroid dalam sumsum tulang dikenal sebagai pronormoblast,

    berkembang menjadi basophilic selanjutnya polychromatophilic normoblast

    dan acidophilic (late) normoblast. Sel ini kemudian kehilangan intinya, masih

    tertinggal sisa-sisa RNA, yang jika di cat dengan pengecatan khusus akan

    tampak, seperti jala sehingga disebut retikulosit. Retikulosit akan dilepas ke

    darah tepi, kehilangan sisa RNA sehingga menjadi erotrosit dewasa. Proses

    ini dikenal sebagai eritropoiesis, yang terjadi dalam sumsum tulang.18,23,26

    Universitas Sumatera Utara

  • Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi (life span) rata-rata

    selama 120 hari. Setelah 120 hari eritrosit mengalami proses penuaan

    (senescence) kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh sistem RES. Apabila

    destruksi terjadi sebelum waktunya (

  • Gambar 2.4. Eritropoiesis. Adapted from Bron et al. Semin Oncol.2001, and Weiss et al. N Engl J Med.2005

    Gambar diatas menjelaskan bahwa hanya Fe2+ yang terdapat dalam

    transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel "eritroblas" dalam

    sumsum tulang hanya memiliki "reseptor" untuk feritin. Kelebihan besi yang

    tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai feritin. Besi

    yang terikat pada -globulin (feritin) selain berasal dari mukosa usus juga

    berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 hari)

    dihancurkan sehingga besinya masuk ke dalam jaringan limpa

    untuk kemudian terikat pada -globulin (menjadi transferin) dan kemudian

    ikut

    Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan

    mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil

    aliran darah ke sumsum tulang untuk digunakan eritroblas

    membentuk hemoglobin.11,18,23,34

    Universitas Sumatera Utara

  • (mikrositer) dan kurang mengandung Hb di dalamnya (hipokrom). Tidak

    berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat Fe untuk pembentukan

    Hb dapat disebabkan oleh karena rendahnya kadar Fe dalam darah (kurang

    gizi, gangguan absorbsi Fe, kebutuhan besi yang meningkat) dan rendahnya

    kadar transferin dalam darah.15-23,34

    2.1.7. Feritin

    Feritin adalah salah satu protein yang penting dalam proses

    metebolisme besi di dalam tubuh. Sekitar 25 % dari jumlah total zat besi

    dalam tubuh berada dalam bentuk cadangan zat besi (depot iron), berupa

    feritin dan hemosiderin. Feritin dan hemosiderin sebagian besar terdapat

    dalam limpa, hati, dan sumsum tulang. Feritin adalah protein intra sel yang

    larut didalam air, yang merupakan protein fase akut. Hemosiderin merupakan

    cadangan besi tubuh berasal dari feritin yang mengalami degradasi sebagian,

    terdapat terutama di sumsum tulang, bersifat tidak larut di dalam air. 13,15,38

    Pada kondisi normal, feritin menyimpan besi di dalam intraseluler yang

    nantinya dapat di lepaskan kembali untuk di gunakan sesuai dengan

    kebutuhan. Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan

    sensitif untuk menentukan cadangan besi pada orang sehat. Serum feritin <

    12 ug/l sangat spesifik untuk defisiensi zat besi, yang berarti bila semua

    cadangan besi habis, dapat dianggap sebagai diagnostik untuk defisiensi zat

    besi. 24,26,38

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.7.1. Struktur dan fungsi feritin

    Ferritin adalah kompleks protein yang berbentuk globular, mempunyai

    24 subunit- subunit protein yang menyusunnya dengan berat molekul 450

    kDa, terdapat di semua sel baik di sel prokayotik maupun di sel eukaryotik.

    Pada manusia, subunit - subunit pembentuk feritin ada dua tipe, yaitu Tipe L

    (Light) Polipeptida dan Tipe H (Heavy) Polipeptida, dimana masing - masing

    memiliki berat molekul 19 kD dan 21 kD Tipe L yang disimbolkan dengan FTL

    berlokasi di kromosom 19 sementara Tipe H yang disimbolkan dengan FTH1

    berlokasi di kromosom 11.39,40,41

    Feritin mengandung sekitar 23% besi. Setiap satu kompleks feritin bisa

    menyimpan kira kira 3000 - 4500 ion Fe3+ di dalamnya. Feritin bisa

    ditemukan atau disimpan di liver, limpa, otot skelet dan sumsum tulang.

    Dalam keadaan normal, hanya sedikit feritin yang terdapat dalam plasma

    manusia. Jumlah feritin dalam plasma menggambarkan jumlah besi yang

    tersimpan di dalam tubuh kita. Bila dilihat dari stuktur kristalnya, satu

    monomer feritin mempunyai lima helix penyusun yaitu blue helix, orange

    helix, green helix, yellow helix dan red helix dimana ion Fe berada di tengah

    kelima helix tersebut.39,41

    Besi bebas bersifat toxic untuk sel, karena besi bebas merupakan

    katalisis pembentukan radikal bebas dari Reactive Oxygen Species (ROS)

    Universitas Sumatera Utara

  • melalui reaksi Fenton. Untuk itu, sel membentuk suatu mekanisme

    perlindungan diri yaitu dengan cara membuat ikatan besi dengan feritin. Jadi

    feritin merupakan protein utama penyimpan besi di dalam sel. 39,40,41

    2.1.7.2. Hubungan feritin dan CRP

    Besi berperan penting dalam pembentukan sel-sel darah merah,

    pengangkutan elektron, imunitas tubuh serta proses tumbuh kembang

    terutama motorik dan mental. Kekurangan zat besi berhubungan dengan

    kejadian infeksi dan inflamasi, hal ini digambarkan dengan perubahan kadar

    feritin serum, zat besi serum, dan saturasi transferin pada saat fase akut.

    Beberapa penelitian menunjukkan beberapa penanda proses inflamasi yang

    dapat digunakan untuk menggambarkan proses inflamasi yang berkaitan

    dengan perubahan kadar zat besi dalam tubuh. Penelitian terbaru

    menunjukkan penanda protein fase akut yang paling sering yaitu C-Reaktive

    Protein.42

    Protein fase akut memegang peran dalam proses inflamasi yang

    kompleks. Konsentrasi protein fase akut akan meningkat secara signifikan

    selama proses inflamasi akut misalnya adanya infeksi, tumor, tindakan

    pembedahan, infark miokard. Peningkatan tersebut disebabkan oleh

    peningkatan sintesis di hati namun tidak dapat digunakan untuk menentukan

    penyebab inflamasi. Pengukuran protein fase akut dapat digunakan untuk

    mengamati progresivitas dari inflamasi serta melihat respon terapi dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • menilai kapan protein fase akut mulai meningkat dan kapan kadar yang

    tertinggi tercapai.43

    Kadar CRP kan meningkat cepat pada infeksi disebut respon fase

    akut. Peningkatan CRP berhubungan dengan peningkatan konsentrasi

    interleukin-6 (IL-6) didalam pasma yang sebagian besar diproduksi oleh

    makrofag. Makrofag merupakan sel imun yang berperan langsung dengan

    kadar zat besi dalam tubuh manusia. Makrofag membutuhkan zat besi untuk

    memproduksi highly toxic hydroxyl radical , juga merupakan tempat

    penyimpanan besi yang utama pada saat terjadi proses inflamasi. Sitokin,

    radikal bebas, serta protein fase akut yang dihasilkan oleh hati akan

    mempengaruhi homeostasis besi oleh makrofag dengan cara mengatur

    ambilan dan keluaran besi sehingga akan memicu peningkatan retensi besi

    dalam makrofag pada saat terjadi inflamasi. Besi juga mengatur aktivitas

    sitokin, proliferasi, dan aktivitas limfosit sehingga diferensiasi dan aktivasi

    makrofag akan terpengaruh.44

    2.2. Donor darah

    Donor Darah adalah proses dimana penyumbang darah secara suka

    rela diambil darahnya untuk disimpan di bank darah atau di UTD, dan

    sewaktu-waktu dapat dipakai pada transfusi darah.1,2,45,46 Mengenai pendonor

    darah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 7

    tahun 2011 tentang pelayanan darah, Bab VI pasal 28-33.45

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.1. Jenis donor darah

    Pada dasarnya ada 3 macam donor darah, yaitu .45,46

    1. Donor keluarga atau donor pengganti : darah yang dibutuhkan pasien

    dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.

    2. Donor komersial: menerima uang/hadiah untuk darah yang

    disumbangkannya (bukan oleh keinginan menolong orang lain).

    3. Donor sukarela: orang yang memberikan darah, plasma atau

    komponen darah lainnya atas kerelaan sendiri tanpa menerima

    pembayaran.

    2.2.2. Pendonor regular :

    Seorang donor yang memenuhi kriteria dibawah ini dapat dimasukkan

    dalam registerasi donor regular.1,45,46

    1. Telah setuju mendonasikan darahnya secara teratur, yaitu :

    paling sedikit 1 kali sampai dengan 4 kali dalam satu tahun

    untuk pria 4 kali dan 3 kali untuk wanita.

    2. Telah mendonasikan darahnya dalam satu tahun terakhir

    apabila diminta.

    3. Tidak pernah menunjukkan suatu masalah selama donasi

    darah, seperti pingsan atau memiliki perangai yang tidak

    baik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Pada umumnya dalam keadaan sehat.

    5. Dapat dengan mudah dihubungi oleh UTD dan dapat datang

    ke UTD tanpa kesulitan.

    2.2.3. Syarat-syarat menjadi donor darah 1,2,45,46

    Umur 18-60 tahun ( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila

    mendapat izin tertulis dari orang tua)

    Berat badan minimal 45 kg

    Tidak memiliki penyakit jantung, paru-paru, kanker, tekanan darah

    tinggi, Diabetes Melitus, Epilepsi, Hepatitis B atau C, Sifilis, dan HIV

    serta berprilaku beresiko tinggi.

    Tekanan darah baik sistole antara 100-180 mmHg, diastole antara 60-

    100 mmHg

    Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 100 kali/ menit

    Hemoglobin pria minimal 13 g/dL sedangkan perempuan minimal 12

    g/dL.

    Interval donor minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak donor darah

    sebelumnya (maksimal 5x dalam setahun).

    2.2.3.1. Pada saat kapan harus menjadi pendonor darah yaitu 2,46 :

    1. Setelah cabut gigi, tunggu 5 hari setelah sembuh.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Setelah operasi kecil, tunggu hingga 6 bulan.

    3. Setelah operasi besar, tunggu hingga 12 bulan.

    4. Setelah transfusi, tunggu hingga 12 bulan.

    5. Setelah tato, tindik, tusuk jarum, dan transplantasi, tunggu 12 bulan.

    6. Bila kontak erat dengan penderita hepatitis tunggu hingga 12 bulan.

    7. Sedang hamil, tunggu 6 bulan setelah melahirkan.

    8. Sedang menyusui, tunggu hingga 3 bulan setelah berhenti menyusui.

    9. Setelah penyakit malaria tunggu hingga 3 tahun setelah bebas dari

    gejala malaria. Bila tinggal di area endemis malaria selama 5 tahun,

    sebaiknya tunggu 3 tahun setelah keluar dari area endemis.

    10. Bila sakit tifus tunggu 6 bulan setelah sembuh.

    11. Setelah vaksin, tunggu 8 minggu.

    12. Ada gejala alergi, tunggu selama 1 tahun setelah sembuh.

    13. Ada infeksi kulit pada daerah yang akan ditusuk, tunggu 1 minggu

    setelah sembuh.

    2.2.4. Pengambilan dan pengumpulan darah

    2.2.4.1. Informasi untuk donor.

    Setiap donor harus terlebih dahulu mendapatkan46:

    a. Pemberian informasi

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Pengisian daftar isian donor

    c. Penandatanganan persetujuan tundakan medis (informed consent)

    d. Pemeriksaan pendahuluan terdiri dari penimbangan berat badan, Hb,

    golongan darah dan pemeriksaan fisik oleh dokter.

    2.2.4.2. Pengambilan Darah

    Pengambilan darah donor dilakukan pada donor yang telah lolos

    seleksi. Seluruh proses pengambilan darah harus terdokumentasi dengan

    baik. Darah harus disadap secara aseptis menggunakan alat steril dan

    dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi dan terlatih dalam hal

    pengambilan darah.46-49

    2.2.4.3. Penyimpanan Darah

    Darah disimpan dalam kantong plastik yang mengandung larutan

    Acid Citrate Dextrose ( ACD ) atau Citrate Phosphat Dextrose ( CPD ) dan

    disimpan di lemari pendingin dengan suhu 40C. ACD dan CPD merupakan

    anti koagulan yang banyak dipakai untuk menyimpan darah. Sitrat dalam

    larutan berperan sebagai anti koagulan sedangkan dextrose berguna untuk

    sumber energi bagi sel darah merah. Anti koagulan yang lain adalah heparin,

    karena mempunyai waktu paruh yang singkat (4 jam), jarang digunakan.

    Darah lengkap dengan anti koagulan ACD dan CPD masa simpan 21 hari

    Universitas Sumatera Utara

  • setelah penyadapan dan darah lengkap dengan anti koagulan CPD-Adenin

    masa simpan 35 hari setelah penyadapan.46

    2.2.4.4. Reaksi selama dan sesudah donasi.

    Reaksi pada donor jarang terjadi yaitu :46-48

    1. Ringan : gejala vasovagal tanpa kehilangan kesadaran.

    2. Sedang: gejala yang sama seperti pada reaksi ringan dilanjutkan

    dengan kehilangan kesadaran.

    3. Berat : semua gejala diatas disertai dengan kejang-.kejang

    Donor darah sebaiknya dilakukan secara rutin 3 bulan sekali. Hal ini

    dilakukan karena proses pergantian sel darah merah membutuhkan waktu

    kurang lebih 120 hari (3 bulan), sehingga, diharapkan setelah 3 bulan, sel-sel

    telah kembali matur atau dewasa.1,46

    2.2.5. Interval donor darah

    Semua donor harus mendapat informed consent beserta penjelasan

    mengenai resiko transfusi. Donor harus dijelaskan bahwa darah akan diuji

    terhadap penyakit infeksi seperti hepatitis, sifilis dan HIV. 45-48

    2.2.6 Prosedur donor darah

    Cara pengambilannya adalah:46

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.6.1.

    Flebotomi meliputi penusukan vena dan pengambilan darah.

    Dilakukan dengan standard umum. Donor diletakkan dengan posisi

    setengah berbaring/berbaring. Kulit pada fosa antekubital dibersihkan

    dengan preparat yodium. Dipasang tourniket, dan dilakukan tusukan

    vena. Pengambilan 300 ml darah dilakukan 10-15 menit. Setelah

    jarum diambil, donor diminta mengangkat lengan keatas, dan

    dilakukan penekanan dengan kassa steril selama 2-3 menit atau

    sampai perdarahan berhenti, kemudian ditutup dengan plester. Donor

    diminta untuk tetap berbaring sampai mereka siap untuk duduk,

    biasanya dalam 1-2 menit..1,46,47

    Flebotomi.

    Donor kemudian diminta untuk tidak melepas plester dan menghindari

    mengangkat beban berat selama beberapa jam, jangan merokok

    selama 1 jam dan tidak minum minuman keras selama 3 jam, diminta

    menambah asupan cairan selama 2 hari dan dianjurkan makan

    makanan yang seimbang selama 2 minggu.1,46

    Label pada kantong darah dan tabung harus diperiksa dengan teliti

    sebelum dan sesudah pendonoran untuk mencegah terjadinya

    kesalahan yang dapat berakibat fatal bagi resipien.1,46,47,48,49

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.6.2. Hemaferesis.

    Hemaferesis adalah istilah umum yang merujuk kepada pengambilan

    whole blood dari seorang donor atau pasien, pemisahan menjadi komponen-

    komponen darah, penyimpanan komponen yang diinginkan dan

    pengembalian elemen yang tersisa ke donor atau pasien.46,47

    2.2.6.3. Plasmaferesis.

    Prosedur dimana sejumlah unit darah dari donor diambil untuk

    mendapatkan mendapatkan plasmanya, diikuti dengan penginfusan kembali

    sel-sel darah merah donor. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan plasma

    atau fresh frozen plasma.46,47

    2.2.6.4. Sitaferesis.

    Sejumlah besar trombosit atau leukosit dapat dikoleksi dari donor

    tunggal menggunakan sentrifugasi aliran intermiten atau kontinyu.46,47

    2.2.6.5. Plateleferesis/Tromboferesis.

    Trombosit dipisahkan secara sentrifugal dari whole blood. 45,46,47,48

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.6.6. Transfusi autolog

    Transfusi autolog adalah transfusi darah yang paling aman, dimana

    donor juga berlaku sebagai resipien sehingga menghilangkan resiko terjadi

    ketidakcocokan dan penyakit yang ditularkan melalui darah. 45,47

    2.2.7. Volume darah donasi

    Jumlah darah yang akan disumbangkan bervariasi, tergantung volume

    kantong dan berat badan pendonor. Volume kantong ada yang 250 cc, 350

    cc, 450 cc, 500 cc. Ketika donasi berarti memberikan 10% dari total volume

    darah didalam tubuh. Volume darah maksimal yang bisa diambil adalah 10,5

    cc/ kg BB..1,46,47

    2.2.8. Komponen Darah

    Dari satu kantong darah dapat dihasilkan komponen darah yaitu:

    darah lengkap, darah merah pekat, trombosit pekat, plasma segar beku,

    plasma cair, dan cryoprecipitate. 1,2,45,46

    2.3. Kadar serum feritin pada pendonor

    Beberapa penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar serum

    feritin pada pendonor khususnya pada pendonor regular. Retrovirus

    Epidemiology Donor Study-II (REDS-II) Donor Iron Status Evaluation (RISE)

    study of the National Heart, Lung, and Blood Institute melakukan peneltian

    Universitas Sumatera Utara

  • terhadap 2425 wanita dan pria, didapati dua pertiga pendonor reguler

    perempuan (66%) dan pendonor reguler laki-laki (49%) menderita defisiensi

    besi.50 Mittal dkk juga mendapatkan bahwa dari populasi pendonor laki-laki,

    49% didapati defisiensi besi pada pendonor regular dengan donasi 3-

    4x/tahun.51 Toby L. Simon dkk di Mexico (1981) meneliti terhadap 516

    pendonor wanita dan 505 pendonor laki-laki. Pendonor wanita dan laki-laki

    dibagi atas 2 kelompok, yang pertama kali donasi, dan 2-6 kali donasi/tahun.

    Hasilnya antara kelompok 1 dan 2 pendonor wanita dan pria terdapat

    perbedaan kadar serum feritin yang signifikan (p=0,0003) dan (p=0.0001).4

    Zahra Mozaheb dkk, Iran (2010) meneliti terhadap 235 pendonor laki-laki

    yang dibagi 3 kelompok yaitu yang bukan pendonor sebagai kelompok

    kontrol, 2-3 kali donasi/thn sebagai kelompok kasus. Hasilnya terdapat

    perbedaan yang signifikan kadar serum feritin antara kelompok kontrol dan

    kasus (p=0,0000).6 Okpokam dkk, Nigeria (2011) meneliti terhadap 163

    pendonor laki-laki yang dibagi atas 1 kali donasi/kontrol, 2 kali donasi/thn, 3

    kali donasi /thn, 4kali donasi/thn. Didapatkan adanya perbedaan yang

    signifikan kadar serum feritin ((p5 kali donasi dalam 2

    tahun terakhir. Hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan kadar serum

    feritin antara 1 kali donasi dengan >5 kali donasi(p=0,001) .8 Saleh M.

    Abdullah, Saudi Arabia (2009) melakukan penelitian pada 182 pendonor laki-

    Universitas Sumatera Utara

  • laki, di bagi atas : kelompok 1: pendonor baru, kelompok 2 : 1kali donasi/ 3

    tahun, kelompok 3 : 2-5 kali / 3 tahun. Hasilnya didapatkan adanya

    perbedaan yang signifikan kadar serum feritin antara kelompok 1 dan 3

    (p=0,000).9

    Beberapa peneliti di atas ada yang membandingkan pendonor regular

    yang mengkonsumsi zat besi dengan yang tidak mengkonsumsi zat besi

    (Simon T.L ,Mozaheb Z).4,6 Ternyata didapati bahwa pada pendonor regular

    yang mengkonsumsi zat besi terdapat penurunan kadar serum feritin yang

    lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi zat besi.

    2.4. Penyebab defisiensi besi pada pendonor reguler

    Defisiensi besi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh

    berkurangnya cadangan besi tubuh. 27-31

    Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh

    karena26,29:

    1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal

    dari:

    a. Saluran cerna: tukak peptik, pemakaian salisilat

    b. Saluran kemih: hematuria.

    c. Saluran nafas: hemoptisis.

    2. Faktor nutrisi, kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau

    kualitas besi yang rendah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam

    masa pertumbuhan, dan kehamilan.

    4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik,

    atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan

    kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk

    susu).

    Guidelines for Adolescent Nutrition Services (2005) menyebutkan

    penyebab terjadinya defisiensi besi salah satunya berhubungan dengan

    frekwensi donor darah.54

    Tabel 2.3. Faktor resiko terjadinya defisiensi besi54

    Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Services (2005) http://www.epi.umn.edu/let/pubs/adol_book.shtm

    Pada orang sehat, satu kali donor darah sebanyak 400-500 ml dapat

    mengeluarkan 225 mg besi karena setiap 1,0 ml darah mengandung 0,5 mg

    Universitas Sumatera Utara

  • besi. Besi yang dikeluarkan berbeda pada laki-laki dan perempuan, pada laki-

    laki 236 mg sedangkan pada perempuan 213 mg. Besi yang tersimpan pada

    perempuan 30% lebih rendah daripada laki-laki (Simon TL,Finch CA).52,53

    Telah diketahui bahwa di dalam darah terdapat komponen-komponen

    darah dimana jumlahnya 45% dari volume darah sedangkan plasma

    jumlahnya 55% dari volume darah. Feritin dalam plasma, jumlahnya sangat

    kecil yaitu sebanding dengan konsentrasi feritin didalam tubuh atau apabila

    terdapat 1g feritin serum setara dengan 10 mg simpanan besi dan setiap

    1ml eritrosit mengandung 1,1 mg besi.13,14,16 Jika dalam 1 ml darah terdapat

    0,5 mg besi maka setiap kali donasi sebanyak 300 ml darah, zat besi yang

    akan keluar adalah sebanyak 150 mg sehingga kebutuhan akan zat besi

    harus terpenuhi untuk aktivitas eritropoiesis.

    Bila kebutuhan zat besi didalam darah tidak terpenuhi maka feritin akan

    melepas besi dalam jumlah yang banyak dan bila kebutuhan untuk

    pembuatan hemoglobin meningkat maka cadangan besi akan di mobilisir

    secara cepat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan cadangan

    besi dan bila berlanjut terus akhirnya cadangan besi menjadi kosong dan

    aktivitas eritropoiesis akan menurun.11,13,15

    Berbeda pada keadaan seperti infeksi, inflamasi atau proses

    keganasan, pemakaian zat besi sebagai hasil pemecahan oleh sel-sel sistem

    retikulo endothelial berjalan lebih perlahan disebabkan karena adanya

    perubahan kemampuan pelepasan zat besi menurun mengakibatkan

    Universitas Sumatera Utara

  • pelepasan zat besi ke eritroid menjadi kurang, transport zat besi dari pool

    plasma ke sum-sum tulang menjadi kurang, konsentrasi plasma zat besi

    menurun dan aktivitas eritropoiesis menurun sehingga dijumpai feritin yang

    meningkat pada keadaan ini.11,23,29

    Di PMI cabang Medan, setelah melakukan donor darah pada institusi

    tertentu atau lembaga sosial kemasyarakatan selalu membagikan suplemen

    besi 1 hari sekali dalam 3 hari. Pertanyaannya adalah apakah suplemen besi

    tersebut cukup dikonsumsi memenuhi kebutuhan besi dalam tubuh sampai

    pada masa donasi kembali. Apabila pendonor tidak memenuhi kebutuhan zat

    besinya sendiri baik melalui makanan dan suplemen besi maka akan

    beresiko terjadinya penurunan kadar serum feritin, hingga terjadinya

    defisiensi besi sampai anemi defisiensi besi..

    Klasifikasi defisiensi besi :21,24,29,36

    1. Deplesi besi (iron depleted state): cadangan besi menurun, tetapi

    penyediaan besi untuk eritropoiesis belum terganggu.

    2. Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis): cadangan

    besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoiesis terganggu tetapi

    belum timbul anemia secara laboratorik.

    3. Anemia defisiensi besi: cadangan besi kosong disertai anemia.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.4. Diagnosis defisiensi besi55

    Iron status Stored iron Transport iron Functional iron

    Iron deficiency anemi Low Low Low

    Iron deficient erythropoiesis Low Low Normal

    Iron depletion Low Normal Normal

    Normal Normal Normal Normal

    Iron overload High High Normal

    Sumber: Centers for Disease Control and Prevention, 1998.Recommendations to Prevent and Control Iron Deficiency in the United

    States. Morb Mortal Wkly Rep; 47: 1-36.

    Untuk itulah betapa pentingnya memperhatikan kebutuhan zat besi

    khususnya pada pendonor reguler dengan frekwensi 3-4 kali/tahun karena

    lebih beresiko mengalami defisiensi besi.

    Pada penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan feritin, hemoglobin

    dan hematokrit. CRP diperiksa untuk menghindari adanya bias karena

    inflamasi dapat menyebabkan cadangan zat besi bertambah.

    2.5. Pemeriksaan laboratorium

    1. Pemeriksaan komponen simpanan besi

    Feritin serum . Kadar feritin dalam serum sangat kecil, secara garis

    besar sebanding dengan simpanan besi sehingga dapat membantu

    Universitas Sumatera Utara

  • untuk evaluasi status besi termasuk menegakkan diagnosa defisiensi

    besi.27-31

    2. Pemeriksaan komponen transport besi30,31,34,36

    TIBC : pemeriksaan untuk melihat kapasitas ikatan besi dalam serum,

    jadi TIBC akan meningkat pada konsentrasi besi rendah dan menurun

    pada besi serum yang tinggi.

    Saturasi transferin adalah transferin yang terikat dengan besi. Pada

    saturasi transferin yang rendah merupakan indikasi tingginya proporsi

    iron binding site yang kosong.

    Kadar besi serum (SI) adalah pemeriksaan jumlah total besi dalam

    serum.

    3. Pemeriksaan komponen pada eritrosit.34-37

    Eritrosit protophorphirin (Ep) adalah suatu prekursor dari hemoglobin

    sehingga konsentrasi Ep didalam darah meningkat ketika produksi

    hemoglobin terjadi kekurangan besi dan merupakan indikator awal

    terjadinya anemi defisiensi besi.

    Hemoglobin dan hematokrit. Merupakan refleksi jumlah besi fungsional

    dimana pada mikronutrien besi, perubahan kadar hemoglobin dan

    hematokrit hanya terjadi pada stadium defisiensi besi (spesifik

    menentukan anemi defisiensi besi).

    Universitas Sumatera Utara

  • Mean Corpusculer Volume (MCV) adalah volume rata-rata eritrosit,

    MCV akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah.

    Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah.

    Nilai normal 70 -100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.

    Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) adalah berat hemoglobin rata-

    rata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi

    hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg,

    mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.

    Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) adalah

    konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi

    hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan Hipokrom <

    30%.

    2.5.1. Alat dan prinsip kerja

    2.5.1.1. Pemeriksaan darah lengkap

    Dengan alat automated cell counting Sysmex XT 2000i.57

    2.5.1.1.1 Prinsip pemeriksaan hemoglobin.

    Membran sel darah merah dilisis oleh Sysmex XT 2000i, kemudian

    molekul hemoglobin dilepas. Ion ferro dalam molekul hemoglobin oleh

    Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dirubah menjadi ferri yang disebut

    methemoglobin. Methemoglobin dengan SLS membentuk komplek disebut

    Universitas Sumatera Utara

  • SLS-Hb, komplek tersebut dibaca dengan spektrofotometer pada panjang

    gelombang 540 nm.27,57

    2.5.1.1.2. Prinsip pemeriksaan hematokrit.

    Sampel darah EDTA dihisap, kemudian dicampur dengan reagen

    cellpack, kemudian dilewatkan tabung yang dilengkapi dengan tranducer dan

    sensor start-sensor stop. Tranducer akan mengukur tinggi pulsa yang dengan

    volume sel darah merah, start sensor-stop sensor mengukur volume whole

    blood.57

    2.5.1.1.3. Prinsip pemeriksaan jumlah eritrosit

    Electrical Impedance

    Sel lewat melalui apertura sehingga ketika terjadi perbedaan resistensi

    melalui apertura itu, maka tertangkap sebagai sinyal listrik. Besarnya

    sinyal yang ditangkap tersebut menentukan jumlah dan ukuran sel yang

    lewat 27,57

    Spesimen : darah EDTA

    2.5.1.2. Pemeriksaan feritin58

    Bahan : darah vena dengan tanpa anti koagulan

    Universitas Sumatera Utara

  • Alat: Cobas E 601 dengan metode ECLIA (Electrochemiluminiscence

    Immunoassay) atau analyzer immunoassay.

    Prinsip kerja27,58 :

    Serum yang mengandung feritin ditambahkan dengan antibody

    monoklonal untuk feritin (yang berasal dari tikus) yang dilekatkan pada

    biotin.

    Setelah itu ditambahkan antibodimonoklonal yang telah dilabel

    dengan ruthenium sehingga terbentuk komplek sandwich.

    Kemudian ditambahkan mikropartikel yang dilapisi streptavidin,

    komplek yang terbentuk berikatan dengan fase solid melalui interaksi

    biotin dengan streptavidin.

    Campuran reaksi diaspirasi dalam cell pengukur dimana mikropartikel

    secara magnet ditangkap pada permukaan elektroda.

    Substansi yang tidak berikatan dibuang melalui procell.

    Aplikasi voltase (tegangan) pada elektroda menginduksi emisi

    chemiluminescence (ECL) terjadi reaksi antara kompleks ruthenium

    dengan TPA (trypropylamin) yang distimulasi secara elektrik untuk

    menghasilkan emisi cahaya.

    Jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan kadar analit

    dalam sampel.

    Universitas Sumatera Utara

  • Reagent-working solutions27,58 :

    Reagen M berisi streptavidin yang dilapisi mikropartikel 0,72 mg/mL,

    dengan preservatif.

    Reagen R1 merupakan konjugat yang terdiri dari biotinylated

    monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) 3 mg/L yang dilabel dengan

    ruthenium 3 mg/L dalam bufer fosfat 100 mmol/L, pH 7,2 dan

    preservatif.

    Reagen R2 berisi monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) yang

    dilabel dengan kompleks ruthenium biotin yang telah dilapisi dengan

    antibodi monoklonal terhadap feritin dari tikus 6,0 mg/L bufer fosfat

    100 mmol/L, pH 7,2 dan preservatif.

    Setelah dibuka mempunyai stabilitas selama 12 minggu pada

    penyimpanan 2-80C.

    2.5.1.3. CRP59

    Prinsip pemeriksaan CRP berdasarkan prinsip aglutinasi latex dimana

    antibody (serum) ditambahkan dengan reagen CRP akan terjadi aglutinasi

    (partikel latex dapat memberi gumpalan dengan y globulin). Bila serum

    mengandung 0,8 mg/dl CRP maka akan terjadi aglutinasi dapat mendeteksi

    adanya antibodi terhadap kuman penyebab C- Reaktif Protein.

    Universitas Sumatera Utara

  • Komposisi reagent : 59

    1. CRP latex reagent : suspense dari polystyrene yang uniform dengan

    antihuman CRP monospesifik (dari kambing) dalam glycine buffer.

    2. CRP kontrol positif.

    3. CRP kontrol negatif.

    Serum dapat disimpan selama 72 jam pada temperature 2-8 0C.

    Universitas Sumatera Utara