chapter ii 7

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut. Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa: Persediaan adalah aset: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau, c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”. Universitas Sumatera Utara

Upload: dlucky-lulu

Post on 03-Jan-2016

112 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sadasd

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter II 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi

kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar

dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba

lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk

memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan

berikut.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa:

Persediaan adalah aset:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan

dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk

barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam

kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau

yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II 7

Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan

(inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis

normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi

barang yang akan dijual”.

Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah

”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan

bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.

Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami

proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.

Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dujual

dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan

Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam

sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail

yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi

penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan

2. Jenis-Jenis Persediaan

Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya.

Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:

a Persediaan barang dagang

Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang

untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh

secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang

telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II 7

Dalam bebrapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk

kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari

kerangka, roda gir dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah

satu contoh.

b Persediaan manufaktur

1) Persediaan bahan baku

Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain

(misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan

langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari

suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang

diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.

2) Persediaan barang dalam proses

Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum

penyelesaian .

3) Barang jadi

Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.

c Persediaan rupa-rupa

Barang seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman,

persediaan ini biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II 7

B. Biaya-Biaya Persediaan

Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah

aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor, laba bersih dan

taksiran pajak. Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan

sewajarnya untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang

dibebankan pada tahun berjalan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.2) mengatkan bahwa ”biaya

persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain

yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai.

Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau di artikan sebagai harga pokok

penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga

pembelian, bea masuk/ pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun

yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut.

1. Barang dalam Perjalanan

Penjualan dilakukan dengan dua cara:

a. Syarat penjualan prangko gudang FOB (free on board) shipping point,

hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang dimuat ke

alat angkut ketika akan diangkut. Dengan persyaratan ini maka

penerapan atas pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan

pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam penjual.

Dimana hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang

dalam perjalanan akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan

pembeli,meskipun barangnya belum tiba. Penetapan jumlah barang

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II 7

dalam perjalanan pada akhir tahun dilakukan dengan mengkaji

pesanan-pesanan yang datang pada awal periode baru. Catatan

pembelian dibiarkan terbuka melampaui periode fiskal agar pencatatan

barang dalam perjalanan pada akhir periode dapat dilaksanakan, atau

barang dalam perjalanan dapat dicatat dengan menggunakan ayat

penyesuaian.

b. Jika syarat penjualan pranko gudang pembeli (FOB) destination,

maka penerapan aturan hukum tidak memerlukan pengakuan

transaksi sebelum barang diterima pembeli. Dalam hal ini, karena

sulit menetukan apakh barang-barang telah mencapai tujuannya pada

akhir tahun atau belum, penjual akan lebih suka mengabaikan aturan

hukum dan menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar

pengakuan penjualan dan penurunan persediaan.

2. Diskon

Diskon (potongan harga) yang diperlakukan sebagai pengurang biaya

dalam pencatatan pembelian barang juga harus dipelakukan sebagai pengurang

biaya persediaan. Diskon dagang merupakan potongan dari daftar harga yang

berlaku menjadi harga yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan. Besarnya

diskon yang diberikan dapat bervariasi menurut faktor-faktor tertentu seperti

kuantitas barang yang dibeli. Jadi diskon dagang sering kali ditetapkan dalam

sauatu seri. Contoh: Suatu perusahaan menggambarkan daftar diskon dagangnya

dalam suatu katalog sebagai berikut:

Penjualan Diskon Jumlah faktur bersih

$5000 20%X5000=1000 5000-1000=4000

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II 7

$4000 10%X4000=400 4000-400= 3600

$3600 5%X3600=180 3600-180 = 3420

Diskon tunai adalah ptongan harga yang diberikan faktur-faktur yang

dibayar dalam periode tetentu. Diskon tunai biasanya ditetapkan sebagai suatu

persentase harga yang tidak perlu dibayar. Bila mana faktur dibayar dalam

beberapa hari tertentu, dan jumlah penuh harus dibayar jika pembayaran

melampaui dalam periode diskon. Sebagai contoh, /10, n/30 berarti dalam dua

persen diberikan sebagai diskon tunai jika faktur dibayar dalam waktu 2 hari

setelah tanggal faktur, tetapi jumlah penuh dapat dibayar dalam 30 hari.

Secara teoritis persediaan harus dicatat dalam jumlah setelah diskon yaitu

harga faktur kotor dikurangi diskon yang dapat diperoleh. Metode bersih ini

menunjukkan kenyataan bahwa diskon yang tidak diambil sebenarnya merupakan

pengeluaran atau beban kredit yang terjadi karena ketidakmampuan untuk

membayar dalam periode diskon. Jumlah ini dicatat dalam perkiraan diskon yang

tidak diambil dan dilaporkan sebagai suatu pos terpisah pada perhitungan laba

rugi. Ayat jurnal yang diperlukan baik untuk metode kotor dan metode bersih

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II 7

Tabel 2.1

Perbedaan Pencatatan Diskon Metode Bersih Dengan Metode Kotor

Transaksi Pembelian dilaporkan dalam Pembelian dilaporkan dalam

jumlah bersih jumlah kotor

Pembelian barang dagan seharga Persediaan 1372 Persediaan 1400

2.500 dikurangi diskon dagang Utang dagang 1372

Utang

dagang 1400

30/20 dan diskn tunai 20 %

$2.500 dikurangi 30%= $ 1.750

$1.750 dikurangi 20%= $ 1.400

$ 1.400 dikurangi 2% = $ 1.372

a. diasusmsikan bahwa pembayaran Utang usaha 1372 Utang usaha 1400

faktur dilakukan dalam periode Kas 1372 Persediaan 28

diskon Kas 1372

b. diasumsikan bahwa pembayaran Utang usaha 1372 Utang usaha 1400

faktur dilakukan setelah periode Diskon yang tidak Kas 1400

diskon diambil 28

Kas 1400

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II 7

c. penyesuaian yang diperlukan Diskon yang tidak Tidak diperlukan ayat jurnal

pada akhir periode dengan diambil 28

mengasumskan bahwa faktur Utang usaha 28

belum dibayar dan periode diskon

telah lewat

Sumber: Smith dan Skousen (1997:336)

3. Retur pembelian dan pengurangan harga

Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika

kualitasnya lebih rendah daripada yang dipesan. Kadangkala barang tersebut

secara periodik dikembalikan kepada suplier atau pemasok mungkin pembeli juga

diberikan nota kredit oleh pemasok untuk mengkompensasi kerusakan atau

kualitas barang yang rendah dalam kedua hal tersebut hutang akan berkurang dan

dilakukan pengkreditan secara langsung keperkiraan persediaan pada sistem

perpetual, atau keperkiraan kontra pembelian, yakni retur pembelian dan

pengurangan harga, pada sistem persediaan periodik.

Jurnal retur pembelian

1) periodik

utang usaha xxx

retur dan potongan pembelian xxx

2) perpetual

utang usaha xxx

persediaan xxx

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II 7

4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak pertambahan nilai ditujukan untuk orang pribadi maupun badan

yang timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur

perusahaan dalm menyimpan, menghasilkan,menyalurkan dan memperdagangkan

barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk

mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah dan

upah dan upah kerja merupaakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar

PPN.

5. Biaya lain-lain

Biaya lain-lain yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan

persediaan dalm kondisi dan tempat siap dijual.

C. Metode Pencatatan Persediaan

1. Sistem Periodik

Menurut Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:262) mengemukakan

bahwa :

dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system),

rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara

terus menerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan barang

ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi (seara periodik).

Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik

untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia (persediaan

barang dagang). Untuk menentukan harga okok penjualan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II 7

sistem periodik, harus: (1) menentukan harga pokok barang yang

tersedia pada awal periode (coet of goods on hand), (2)

menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli (cost of

goods purchsed), (3) mengurangkannyadengan harga pokok barang

yang tersedia pada akhir periode akuntansi.

Menurut Dycman, Dukes, Davis (2000:381) mengatakan bahwa:

dalam sistem persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas

barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi

ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitung,

ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan

unit biaya untuk memberi nilai persediaan.

2. Sistem Perpetual

Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess (1999:366):

dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan

baran dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat

kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada

awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut.

Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang

dengan mengkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal penjualan,

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II 7

harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga

pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang.

Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian yang

paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan dapat

ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan membandingkan

perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan. Pemesanan kembali barang

secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan persediaan dapat dicapai dengan

membadingkan saldo buku tambahan dengan tingkat persediaan maksimum dan

minimum yang ditentukan terlebih dahulu.

Dycman, Dukes, Devis (2000:383) mengatakan bahwa, ” apabila sistem

persediaan atas akun buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual

untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan

saldo ditangan. Dengan inforasi ini, kuantitas periodik dan penilaian barang yang

ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi perhitungan periodik tidak diperlukan

kecuali memverifikasi jumlah persediaan. Perhitungan periodik bisanya dilakukan

secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan

dengan catatan perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian

yang dibutuhkan (misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus

disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan pencatatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II 7

Tabel 2.2

Perbandingan Ayat Jurnal Perpetual dengan Periodik

Ayat Jurnal pada Buku Beyer Video

Transaksi Sistem Persediaan Perpetual Sistem Pesediaan Periodik

4 Mei Pemebelian barang dagang Persediaan barang dagang 3800 Pembelian 3800

secara kredit Utang usaha 3800 Utang Usaha 3800

8 Mei Retur dan potongan pembelian Utang usaha 300 Utang usaha 300

Persediaan barang dagang 300 Retur dan potongan pembelian 300

9 Mei Biaya pengiriman atas pembelian Persediaan barang dagang 150 Biaya pengiriman 150

Kas 150 kas 150

14 Mei Pembayaran utang dengan diskon Utang usaha 3500 Utang usaha 3500

Kas 3430 Kas 3430

Persediaan barang dagang 70 Diskon Pembelian 70

Ayat jurnal pada Buku Seller Electronix

Transaksi Sistem Persediaan Perpetual Sistem Persediaan Periodik

4 Mei Penjualan barang dagang Pituang usaha 3800 Piutang usaha 3800

secara kredit Penjualan 3800 Penjualan 3800

Harga pokok penjualan 2400 Tidak ada ayat jurnal harga

Persediaan barang dagang 2400 pokok penjualan

8 Mei Retur barang dagang terjual Retur dan Potongan Penjualan 300 Retur dan Potongan Penjualan 300

Piutang usaha 300 Piutang usaha 300

Persediaan Barang dagang 140 Tidak ada jurnal

Harga pokok penjualan 140

15 Mei Penerimaan uang atas piutang Kas 3430 Kas 3430

dengan diskon Diskon penjualan 70 Diskon penjualan 70

Piutang usaha 3500 Piutang usaha 3500

Sumber: Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:291)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II 7

D. Metode Penilaian Persediaan

1. Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok

Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode

penilaian yang dipakai yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan metode

weighted average.

a. Metode Identifikasi khusus

Dyckman, Dukes, Davis (2000:392) mengatakan bahwa, ”metode

identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus

ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat di identifiksi setiap

waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam

jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan atau

penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan

dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual

pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan

demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara

langsung dengan arus baya secara periodik.

Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik,

khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi.

Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang

dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus

akan menjadi lamban membebani dan memakan biaya. Oleh karena itu, metode

ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II 7

b. Metode LIFO (Last In First Out)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14,21) merumuskan metode LIFO

sebagi berikut, “ rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau

diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk

dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu”.

Dycman, Dukes, Davis (2000:396) mengatakan bahwa, “metode LIFO untuk

kalkulasi biaya persediaan menandingkan persediaan yang dinilai pada biaya per

unit akuisisi terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Unit-unit

yang tetap ada dipersedian akhir dibebankan pada biaya per unit terlama yang

terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang

dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul.

Metode LIFO atau MTKP terdiri dari dua macam yaitu:

1) Sistem periodik

Metode LIFO sistem periodik adalah penilaian persediaan yang ditentukan

dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan harga pokok per unit barang yang

masuk pada awal periode. Bila saldo periodik terlalu besar dari barang yang

masuk pada awal periode, diambilkan dari harga pokok per unit yang masuk

berikutnya.

Contoh perhitungan Metode LIFO sistem pencatatan periodik

Harga pokok barang yang tersedia untk dijual $1.120

Dikurangi persediaan akhir (300 unit per perhitungan fisik )

200 unit @$1 (terlama tesedia , dari persedian 1 Januari) $200

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II 7

100 unit @ $1, 10 ( terlama tersedia berikutnya dari tgl 9 Jan)

Persediaan akhir

110

Harga pokok penjualan $810

310

2) Sistem perpetual

Metode LIFO penghubung perpetual adalah suatu metode penilaian

persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus menerus dalam

kartu persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik pembelian maupun penjualan

(pemasukan dan pengeluaran), langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga

pokok penjualan dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama kali masuk.

Jumlah yang masih tersisa merupakan nialai persediaan akhir.Selama periode

inflasi, penggunaan metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih

yang terendah. Alsannya adalah karena harga pokok barang yang diperoleh

terahkhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual. Dengan demikian metode

ini memberikan perbandingan yang lebih sesuai antara harga pokok dan laba.

Keutungan lain metode ini adaah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan

adalah yang paling rendah, sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang

lebih rendah. Bila dibandingkan dentgan metode FIFO ataupun metode rata-rata

dalam periode deflasi, pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya. Metode LIFO

akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang tertinggi. Alasan utama bagi

mereka yang membela metode ini adalah adanya kecenderungan untuk

mengurangi pengaruh perkembangan harga pada laba bersih. Kritik terhadap

penggunaan metode ini adalah nilai persediaan barang dagang yang ditetapkan di

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II 7

neraca dapat jauh berbeda dengan nilai gantinya. Tetapi hal ini dapat diungkapkan

dalam catatan yang menyertai laporan keuangan.

Berikut ini terlampir contoh perhitungan metode LIFO Perpetual

Tabel 2.3

Kalkulasi Biaya Persediaan LIFO-Perpetual

Tanggal

Pembelian Penjualan (pengeluaran) Saldo Persediaan

unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya

Jan 1 200* $ 1.00 $200

9 300 $1,10 $330 200 $ 1.00 $200

300 $1,10 $330

10 300 $1,10 $330

100 $1,00 $100 100 $ 1.00 $100

15 400 $1,16 $464 100 $ 1.00 $100

400 $1,16 $464

18 300 $1,16 $348 100 $ 1.00 $100

100 $1,16 $116

24 100 $1,26 $126 100 $ 1.00 $100

100 $1,16 $116

100 $1,26 $126

Persediaan Akhir $342

Harga pkok penjualan $778

* Persediaan awal

Sumber: Dyckman, Dukes, Davis (2000:397)

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II 7

c. Metode FIFO (First in First Out)

Menurut Zulian( 2005:200), “dengan metode FIFO, biaya persediaan

dihitung berdasarkan asumsi bahwa barang akan dijual atau dipaki sendiri dan

sisa dalam persediaan menunjukkan pembelian atau produksi yang terakhir”.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan metode FIFO sebagai

berikut, “formula MPKP/FIFO mengasumsikan barang dalm persediaan yang

pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang

tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.

Sebagian perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan

pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan

produk-produk yang modelnya cepat berubah. Sebagai contoh, Toko bahan

pangan menyusun produk-produk susu dalam rak-rak berdasarkan tanggal

kadaluarsanya. Begitu juga dengan toko pakian memajang pakaian sesuai dengan

musim. Pada akhir musim toko ini biasanya memberikan diskon untuk menjual

pakaian yang musimnya sudah lewat atau ketinggalan mode . Jadi, Metode FIFO

dapat dikatakan konsisten dengan arus periodik atau pergerakan barang .

Metode FIFO/MTKP dibagi atas dua bagian, yakni:

1) sistem periodik

Menurut sistem FIFO yang berdasarkan atas metode periodik niali

persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan dengan

harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodik ternyata

lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok

per unit yang masuk sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II 7

Contoh perhitungan metode FIFO sistem pencatatan periodik

Persediaan awal (200 unit pada $1) $200

Ditambah pemebelian selama periode tersebut

Harga pokok barang tersedia untuk dijual 1120

920

Dikurangi persediaan akhir perhitungan periodik persdiaan

100 unit @ $1,26 (pembelian terbaru tgl 24) $126

200 unit @$ 1,16 (pembelian terbaru berikutnya tgl 15)

Total biaya persediaan akhir

232

Harga pokok penjualan $762

538

2) Sistem perpetual

Metode FIFO perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan

persediaannya dilakukan terus menerus dalm kartu persediaan. Setiap kali ada

transaksi, baik pembelian maupun penjualan (pemasukan dan pengeluaran)

barang, langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok penjualan dicatat

berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa

merupakan nilai persediaan akhir merupakan nilai persediaan akhir. Selama

periode inflasi atau kenaikan harga terus menerus, penggunaan metode FIFO akan

menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan metode-metode

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II 7

yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga jualnya sesuai

dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa barang yang

terdapat dalam persediaan telah diperoleh sebelum terjadinya kenaikan harga.

Kenaikan laba karena naiknya harga persediaan ini sering disebut sebagai laba

persediaan (inventory profit) atau laba semu (ilusory profit). Dalam periode

deflasi dimana terjadi penuruna harga, pengaruh yang terjadi adalh kebalikannya.

Metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang terendah. Kritik

utama terhadap metode ini adalah adanya kecenderungan untuk lebih menambah

pengaruh kenaikan /penurunan harga pada laba yang di laporkan.

Tabel 2.4

Kalkulasi Biaya Persediaan FIFO-Perpetual

Tanggal

Pembelian Penjualan (pengeluaran) Saldo Persediaan

unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya

Jan 1 200* $ 1.00 $200

9 300 $1,10 $330 200 $ 1.00 $200

300 $1,10 $330

10 200 $1,00 $200

200 $1,10 $220 100 $1,10 $110

15 400 $1,16 $464 100 $1,10 $110

400 1,16 $464

18 100 $1,10 $110

200 $1,16 $232 200 $1,16 $232

24 100 $1,26 $126 200 $1,16 $232

100 $1,26 $126

Persediaan Akhir $358

Harga pkok penjualan $762

* Persediaan awal

Sumber: Dyckman, Dukes, Davis (2000:395)

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II 7

d. Metode Rata-Rata

1) Rata-rata tertimbang ( Sistem pencatatan periodik)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan metode rata-rata

sebagai berikut :

dengan rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan

berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal

periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama

peride. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada

setiap penerimaan kiririman, bergantung pada keadaan perusahaan.

Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan

pembeliannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir.

Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya

persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan. Biaya rata-rata tertimbang

per unit yang sama digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang pada

akhir periode. Dycman, Dukes, Davis (2000:393) menyatakan bahwa, ” biaya per

unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal

dan biaya pembelian periode berjalan dengan jumlah unit persediaan awal

ditambah unit pembelian selama peroide tersebut”.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II 7

Contoh Rata-rata tertimbang ( sistem pencatatan periodik)

unit harga total biaya

per unit

Barang tersedia

1 Januari Persediaan awal 200 $ 1,00 $200

9 Pembelian 300 1,10 330

15 Pembelian 400 1,16 464

24 Pembelian 100 1,12

Total tersedia 1000 1.120

126

persediaan akhir rata-rata tertimbang

31 Jan 300 1,12

harga pokok penjualan rata-rata tertimbang:

336

Penjualan selama Januari 700 1,12 $784

unit biaya rata-rata tertimbang ($1.120:1000)

Pengaruh perkembangan harga berjalan secara rata-rata dalam hal

penetapan laba bersih maupun dalam penetapan harga pokok persediaan. Untuk

suatu pembelian tertentu harga pokok rata-ratanya akan sama, tanpa

memperhatikan dari harga perkembangan harga. Misalnya apabila urutan serta

harga pokok per unit barang yang tersedia untuk dijual adalah kebalikan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II 7

urutan, maka hal ini tidak akan mempunyai pengaruh terhadap laba bersih

maupun harga pokok persediaan. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan

data dalam metode rata-rata tertimbang biasaya akan lebih banyak dibandingkan

dengan metode-metode lain. Biaya tambahan yang harus di keluarkan mungkin

akan besar apabila pembelian dilakukan berkali-kali dan jenis barangnya banyak

2) Rata-rata bergerak ( sistem pencatatan perpetual)

Apabila digunakan sistem pencatatan perpetual, maka biaya per unit rata-

rata bergerak digunakan. Metode rata-rata bergerak biasanya dipandang objektif,

konsisten dan tidak mudah melakukan manipulasi karena sistem perpetual yang

melakukan pencatatan setiap terjadinya transaksi dam metode ini memberikan

biaya rata-rata periode berjalan atas dasar berkelanjutan.

Metode ini tidak menandingkan biaya per unit paling akhir dengan

pendapatan penjulan periode berjalan. Namun menandingkan biaya rata-rata

periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir, oleh karena itu

jika biaya per unit pasti meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak

akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara

metode penilaian FIFO dan LIFO.

Contoh Rata-rata bergerak (sistem pencatatan perpetual).

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II 7

Tabel 2.5

Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM

Total

Kuantitas Biaya Harga pasar Lebih rendah

Komoditas Persediaan per Unit per Unit Biaya Pasar Biaya atau pasar

A 400 $10,25 $9,50 $ 4,100 $ 3,800 $ 3,800

B 12 $22,50 $24,10 $ 2,700 $ 2,892 $ 2,700

C 600 $8.00 $7,75 $ 4,800 $ 4,650 $ 4,650

D 280 $14.00 $14,75 $ 3,920 $ 4,130 $ 3,920

$15,520 $15,472 $15,070

Total

Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:457)

2. Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok

Dalam beberapa kasus, persediaan dapat dinilai selain dari harga pokok.

Warren, Reeve, Fess (2005:456) mengatakan bahwa situasi macam itu timbul

apabila “ biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah dari biaya

yang tercatat dan persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena

cacat, usang, perubahan gaya, atau penyebab lainnya”.

a. Nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar

Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya

pembeliannya maka metode nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar

(lowerof cost market method – LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Harga

pasar, yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk mengganti barang pada

tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II 7

dari sumber pemasok. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang

turun namun, dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat (misalnya televisi

dan komputer), penuruna harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode

LCM adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih ) akan berkurang dalam periode

terjadinya penurunan nilai pasar.

Skousen, Albrecht, Stice, Stice (2001:395) mengatakan dasar pedoman

dalam menerapakan aturan ini adalah:

1. menetapkan nilai pasar sebagai berikut:

a) biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan harga terendah

b) harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah,

c) harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga harga

tertinggi (sebagian dalam praktik, pada saat biaya penggantian, harga

tertinggi dan harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah

selalu nilai di tengah-tengah).

2. Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah

yang lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II 7

Tabel 2.6

Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM

Total

Kuantitas Biaya Harga pasar Lebih rendah

Komoditas Persediaan per Unit per Unit Biaya Pasar Biaya atau pasar

A 400 $10,25 $9,50 $ 4,100 $ 3,800 $ 3,800

B 12 $22,50 $24,10 $ 2,700 $ 2,892 $ 2,700

C 600 $8.00 $7,75 $ 4,800 $ 4,650 $ 4,650

D 280 $14.00 $14,75 $ 3,920 $ 4,130 $ 3,920

$15,520 $15,472 $15,070

Total

Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:457)

b. Penilaian Pada Nilai Realisasi Bersih

Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual

dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilaianya. Barang dagang

semacam itu harus dinilai dengan nilai realisasai bersih. Warren, Reeve, Fess

(2005:457) mengatakan bahwa, ” nilai realisasi bersih (net realizeble) adaah

estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.5) menjelaskan bahwa

”persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II 7

rendah (the lower of cost and net reliazible value)”. Nilai persediaan bersih yang

telah ditentukan harus ditinaju kembali pada setiap periode berikutnya. Apabila

kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah biaya

ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik

(reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah yang

terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul

misalnya, jika suatu barang persediaan, yang dicantumkn sebesar nilai realisasi

karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan

harga jualnya telah meningkat.

c. Metode Eceran

Untuk penentuan harga pokok persediaan Warren, Reeve, Fess (2005:459)

mengatakan, “metode persediaan eceran (retail inventory method)

megestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok

barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari

semua barang dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan

eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari

harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan.

Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalihkan persediaan

eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang

tesredia untuk dijual.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter II 7

Tabel 2.7

Penentuan Persediaan Dengan Metode Eceran

Harga pokok Harga eceran

Persediaan barang dagang, 1 Januari $ 19,400 $ 36,000

Pembelian Bulan Januari (Bersih) $ 42,600 $ 64,000

Barang yang tesedia untuk dijual $ 62,000 $ 100,000

Rasio biaya trhadap harga eceran= $ 62.000 = 62%

$100.00

Penjualan bulan Januari (bersih) $ 70,000

Pesediaan barang dagang 31 Januari pada eceran $ 30,000

Pesediaan barang dagang 31 Januari pada estimasi biaya

($30.000x62%) $ 18,600

Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:460)

d. Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor

Soemarso (2002:394) menyatakan bahwa, ”metode laba bruto atau metode

laba kotor (gross profit method): metode penetapan harga pokok persediaan secara

taksiran yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu,

antara laba bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan estimasi

laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestmasi

persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimsikan dari tahun

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter II 7

sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga

pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba

kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen: laba

kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari

harga pokok barang tersedia untuk dijual guna mendapat estimasi persediaan

akhir barang dagang.

Metode laba kotor sangat berguna dalam mengistemasi persediaan untuk

laporan keuangan bulanan atau triwulan daam system persediaan periodik.

Metode ini juga berguna dalam mengistemasi harga pokok barang dagang yang

rusak akibat kebakaran atau bencana lainnya.

Tabel 2.8

Estimasi Persediaan dengan Metode Laba Kotor

Persediaan barang dagang, 1 Januari $57,000

Pembelian Bulan Januari (Bersih) $180,000

Barang yang tesedia untuk dijual $237,000

Penjualan bulan Januari (bersih) $250,000

Dikurangi: estimasi laba kotor (30%x $250.000) $75,000

Estimasi harga pokok penjualan $175,000

Estimasi persediaan barang dagang, 31 Januari $62,000

Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:461)

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter II 7

E. Penyajian Terhadap Laporan Keuangan

Laporan yang dibuat perusahaan harus memberikan informasi yang cukup

bagi pihak-pihak didalam dan diluar perusahaan. Sehingga baik manajemen dan

pihak luar yang berkepentingan dapat mengambil keputusan yang informatif.

Perusahaan harus dapat melaporkan informasi mengenai kegiatan usahanya secara

relevan dapat dipercaya dan dapat diperbandingkan.

Dan kaitannya dengan persediaan perusahaan harsu mengungkapkan

metode-metode pencatatan dan penilaian yang dipakai perusahaan secara

konsisten. Penilain persediaan yang diterakan harus diungkapkan dalam suatu

penjelasan laporan keuangan yang menguraikan secara garis besar semua

kebijakan akuntansi yang di ikuti basis penilaian seperti metode harga pokok

(FIFO, LIFO, Average) harus dijelaskan.

Pada laporan neraca persedian disajikan sebagai harta lancar Pada

Laporan aba rugi, metode penilaian persediaan berpengaruh dalam penentuan nilai

persediaan awal, persediaan akhir harga pokok penjualan dan penentuan laba

kotor.

Pengaruh pada laba rugi kadang-kadang sulit dievaluasi karena adanya

perbedaan atau selisih yang dapat dipengaruhi oleh suatu kesalahan. Suatu

penetpan persediaan awal yang terlalu tinggi (overstatement) akan

mengakibatkan overstatement barang yang tersedia dijual dan harga pokok

pennjualan. Selanjutnya penetapan harga pokok penjualan terlalu renah

(understatement) akan menyebabkan laba bersih yang terlalu rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter II 7

Perbandingan sntsrs metode penilaian persediaan tersebut jelas terlihat bila

diperbandingkan antsrs metode FIFO, LIFO, rata-rata tertimbang, retail, LCM

serta laba kotor.

1. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada

kondisi inflasi.

a. FIFO

Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling tinggi

karenametode ini mengasumsikan persedian akhir bersal dari persediaan yang

paling akhir diperoleh, akan menghasilkan harga pokok penjualan yang paling

rendah, dan laba kotor yang paling tinggi dibandngkan metode LIFO dan rata-

rata.

Metode ini kurang baik untuk mengatasi pengaruh inflasi karena

peningkatan harga perolehan tidak diimbangi dengan pembebanan pada penjualan

persediaan, tetapi meode ini dapat memberikan informasi persediaan yang dapat

dipercaya.

b. LIFO

Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah

dibandingkan metode lainnya (FIFO dan rata-rata). Nilai yang paling rendah

tersebut karena pada metode LIFO, persediaan akhir adalah persediaan yang

paling awal diperoleh. Dengan demikian, dengan metode LIFO akan diperoleh

harga pokok penjualan yang paling tinggi dan juga laba kotor yang paling rendah.

Metode ini dalm kondisi infalsi lebih cepat mengatasi pengaruh harga karena

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter II 7

kenaikan harga perolehan langsung diimbangi dengan pembebanan nilai tersebut

pada setiap penjualan persediaan.

c. Rata-rata Tertimbang

Metode ini merupakan metode yang netral antara etode FIFO dan LIFO

karena akan diperoleh nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba

kotor diantara nilai metode FIFO dan LIFO. Apabila digunakan metode rata-rata

sistem periodik (weigted average method) makametde rata-rata ini akan

cenderung ke FIFO karena nilai persediaan akhir cenderung lebih besar kepada

persediaa yang paling akhir diperoleh.

d. Retail

Metode ini dianggap lebih mendekati nilai bersih yang dapat direalisasi

dikurangi markup bersih. Metode ini cenderung dengan metode FIFO karena

persediaan akhir dinilai terlebih dahulu dengan harga akhir metode rata-rata.

e. Metode LCM dan Laba Kotor

Keduanya mempunyai dasr penilaian yang berbeda dengan metode diatas.

Penilian LCM sering bersifat subyektif dan hanya didasarkan pada taksiran-

taksiran dan apabila taksirannya tidakmenjadi kenyataan maka akan menyebabkan

kesalahan dalam laporan keuangan.

2. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada

kondisi deflasi.

Pada metode LIFO akan menghasilkan nilai perseiaan akhir yanag paling

tinggi. Harga pokok penjualan yang paling rendah dan laba yang paling tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter II 7

Metode FIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah, harga

pokok penjualan yang paling tinggi, ala kotor yang paling rendah. Metode rata-

rata berbeda diantara penilaian kedua metode diatas.

Dalam kondisi yang stabil, harga akan konstan, maka penilian tersebut

akan, baik pada persediaan akhir, harga pokok penjualan maupun laba kotor.

Sedangkan pada meode reatil, mempunyai selisih dengan metode-metode diatas

sebesar selisih harga pokok dengan eceran serta markup bersih (harga eceran

asli)

F. Tinjauan Penulis terdahulu

No Nama Tamat Judul Hasil Penelitian

1 Rico P.

Lumban

Toruan

2008 Analisis Penerapan

Akuntansi

Persediaan

Berdasarkan PSAK

NO. 14 Pada PT.

Electronic City

Indonesia Cab.

Medan

Menggunakan metode deskriptif dan data yang

diperoleh adalah data tahun 2008. Data yang

dikumpulkan melalui wawancara dan studi

dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah

data primer dan data sekunder. Hasil penelitian

bahwa PT. Electronic City Indonesia Cab. Medan

adalah perusahaan dagang yang menjual barang-

barang electronik telah menerapkan PSAK

NO.14 dalam sistem pencatatan dan penilaian

persediaan dengan menggunakan metode

pencatatan sistem perpetual dan penilaian

persediaan dengan metode FIFO

2 Pentus 2003 Analisa Terhadap Menggunakan metode deskriptif dan data yang

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter II 7

Simanjuntak Penerapan PSAK

NO. 14 Pada PT.

Nanyang Indokarya

Lubuk Pakam

diperoleh adalah data tahun 2001. Data yang

dikumpulkan melalui wawancara dan studi

dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah

data primer dan data sekunder. Hasil Penelitian

PT. Nanyang Indokarya Lubuk Pakam adalah

perusahaan manufaktur yang memproduksi alat-

alat rumah tangga dan cook ware. Telah

menerapkan PSAK yaitu pencatatan sistem

periodik dan penilaian persediaan dengan metode

FIFO namun masih ada penyimpangan misalnya

biaya penyusutan bangunan pabrik dan mesin

pabrik tidak dialokasikan dalam perhitungan

harga pokok produksi.

G. Kerangka Konseptual

Berikut ini peneliti menyajikan kerangka konseptual dari penulisan skripsi

ini.

Gambar : Kerangka Konseptual

PT. Indomarco Prismatama Cabang Medan merupakan perusahaan dagang

yang mengelola retail indomaret yang menjual barang kebutuhan sehari-hari.

Dengan banyaknya jenis dan merk barang dagangan yang dijual perusahaan

Persediaan

Pencatatan Persediaan

Penilaian Persediaan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter II 7

tersebut maka diperlukan pencatatan dan penilaian persediaan yang akurat

sehingga menghasilkan laporan keuangan yang akurat sesuai denagan PSAK NO.

14, karena metode yang digunakan dalam mencatat dan menilai persediaan

membantu pihak manajemen dam membuat keputusan agar tidak terjadi

kekurangan dan kelebihan barang sehingga selalu dapat memneuhi kebutuhan

pelanggan, demikian juga dalam hal sistem pencatan dan penilaian menentukan

jumlah persediaan serta harga pokok penjualan yang nantinya akan dilaporkan

dan disajikan dalam laporan kuangan rugi laba perusahaan.

Universitas Sumatera Utara