chapter ii 1

22
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Perkebunan 2.1.1 Pengertian Perkebunan Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk yang dihasilkan. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi: a. Perkebunan Rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaannya dalam skala yang terbatas luasnya. b. Perkebunan Besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasil seluruhnya untuk dijual dengan areal pengusahaannya sangat luas. c. Perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti sedangkan rakyat merupakan plasma. d. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek (Perkebunan Pola UPP) yaitu perkebunan yang dalam pembinaanya dilakukan pemerintah, sedangkan pengusahanya tetap dilakukan oleh rakyat. Sedangkan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan 6 Universitas Sumatera Utara

Upload: andycristiandika

Post on 20-Sep-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

chapter 11

TRANSCRIPT

  • BAB II

    URAIAN TEORITIS

    2.1 Perkebunan

    2.1.1 Pengertian Perkebunan

    Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan produk

    yang dihasilkan. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk

    menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara, dan pemeliharaan

    kelestarian sumber daya alam. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi menjadi:

    a. Perkebunan Rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat

    yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area pengusahaannya dalam skala

    yang terbatas luasnya.

    b. Perkebunan Besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasil seluruhnya untuk dijual dengan

    areal pengusahaannya sangat luas.

    c. Perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana

    perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti sedangkan rakyat

    merupakan plasma.

    d. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek (Perkebunan Pola UPP) yaitu perkebunan yang dalam

    pembinaanya dilakukan pemerintah, sedangkan pengusahanya tetap dilakukan oleh

    rakyat.

    Sedangkan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha budidaya

    tanaman yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan

    6 Universitas Sumatera Utara

  • holtikultura. Demikian dengan perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha

    budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet, tembakau,

    cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa sawit, dan kakao), dan

    makanan (misalnya tebu, teh, kopi, dan kayu manis) (Syamsulbahri, 1996).

    Perusahaan Perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha/badan hukum

    yang bergerak dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan diatas lahan yang dikuasai dengan

    tujuan ekonomi/komersial dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang dalam

    pemberian izin usaha perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh pemerintah (BUMN)

    disebut Perkebunan Besar Negara (PBN) dan perusahaan perkebunan yang diusahakan oleh

    swasta disebut Perkebunan Besar Swasta (PBS). (Perkebunan Kelapa Sawit, 2008).

    2.1.2 Perkembangan Perkebunan di Indonesia

    Pada tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan besar. Pada tahun 1870 dengan

    keluarnya undang-undang agrarian, pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia

    menjadi lebih tegas dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama

    mengundang pananaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha mengembangkan produk-

    produk pertanian yang diperlukan pasaran dunia, terutama Eropa. Setelah merdeka, Pemerintah

    Indonesia mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola Belanda, tepatnya sejak tahun

    1957. Pada tahun 1957 pula perkebunan-perkebunan yang ada dipimpin dan dikelola oleh bangsa

    Indonesia.

    Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program Pembangunan Lima Tahun

    (PELITA) tahap demi tahap telah memfokuskan program pembangunannya terutama dalam

    sektor tanaman pangan, sedangkan sektor perkebunan memberikan kerangka landasan

    7 Universitas Sumatera Utara

  • peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Dan pada tahun 1992 telah berhasil

    membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman. Dengan adanya undang-undang

    tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan jenis

    tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah dalam menjamin penghasilan

    petani (Syamsulbahri, 1996).

    2.1.3 Sub Sektor Perkebunan

    Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor

    perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dan menentukan dalam

    pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

    Bangsa Indonesia dijajah karena komoditas perkebunan. Nilainya yang tinggi di masa lalu

    menyebabkan hampir semua bangsa tergiur untuk menguasainya. Sejarah mencatat bagaimana

    keuntungan besar diraih jaringan niaga Vernidge Oostindische Compagnie (VOC).

    Perkebunan yang tersebar di Deli Serdang merupakan suatu kebanggaan bagi daerah

    tersebut. Perkebunan menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan perekonomian di Deli

    Serdang baik sekarang maupun sebelumnya yang berawal pada tahun 1863. Faktor wilayah

    Kabupaten Deli Serdang yang sangat strategis dan mempunyai tanah yang subur serta memiliki

    iklim yang sesuai, sangat mendorong bagi perkembangan pertanian dan perkebunan yang

    diakibatkan karena wilayah Sumatera terletak di antara deretan bukit barisan.

    Sejarah perkebunan Deli dimulai oleh Jacobus Niensuys dan para pionir, pengusaha

    perkebunan yang pertama kali menggarap atau membuka wilayah perkebunan di Sumatera Utara.

    Sejak awal dimulainya perkebunan ini menunjukkan kemajuan dan perkembangan yang sangat

    pesat dilihat dari hasil perkebunan tersebut yang pada saat itu menghasilkan tanaman tembakau.

    8 Universitas Sumatera Utara

  • Pada saat itu tembakau yang dihasilkan merupakan produk yang sangat menguntungkan di pasar

    perdagangan di Eropa yang kemudian menjadikan Deli penghasil termashyur di dunia kawasan

    produksi daun pembungkus cerutu. Usaha Jacobus Niensuys terus berkembang mulai pada saat

    hasil perkebunan yang dibukanya sudah mulai menampakkan hasil dan tidak banyak telah masuk

    ke pasaran perdagangan Eropa yang dibuktikan sejak pada tahun 1869. Jacobus Niensuys

    mendirikan perusahaan-perusahaan Deli Maatschappij yaitu suatu perseroan terbatas yang

    beroperasi di Hindia Belanda. Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup tiga hal,

    pertama, fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta

    penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan

    konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung.

    Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu kesatuan bangsa.

    Komoditi yang termasuk sub sektor ini adalah hasil tanaman perkebunan yang

    diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun

    pemerintah. Di Kabupaten Deli Serdang komoditi yang termasuk hasil perkebunan adalah karet,

    kopi, kelapa sawit, coklat, kelapa, dan cengkeh. Tidak termasuk hasil atau produksi pengolahan

    sederhana, yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan perkebunannya, seperti karet, remah, gula

    remah, dan lain sebaginya. Sedangkan hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomisnya dan

    produk-produk di atas seperti batang pohon, sabut kelapa, tempurung kelapa, akar dan

    sebagainya tetap dimasukkan sebagai hasil atau produksi.

    Secara spesifik tujuan pembangunan perkebunan, antara lain: (a) meningkatkan produksi

    komoditas perkebunan baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas penyediaannya

    dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi langsung oleh masyarakat, memenuhi bahan

    baku industri dalam negeri, dan peningkatan ekspor non migas; (b) meningkatkan produktivitas

    9 Universitas Sumatera Utara

  • lahan, tenaga kerja, dan modal; (c) meningkatkan pendapatan kesejahteraan petani, karyawan,

    dan pengusaha perkebunan; (d) meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan; (e)

    meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; (f) ikut membantu program

    transmigrasi; (g) membantu pengembangan wilayah dan memperkecil ketimpangan pertumbuhan

    ekonomi antar wilayah; (h) meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan, iklim, dan sumber

    daya manusia serta sekaligus memelihara kelestarian alam dan lingkungannya; (i) ikut

    memantapkan Wawasan Nusantara serta meningkatkan ketahanan nasional dan keamanan

    ketertiban masyarakat. (Syamsulbahri, 1996).

    2.1.4 Tujuan dan Peranan Perkebunan Bagi Pembangunan Negara

    Tujuan PTPN II bagi pembangunan negara merupakan apa yang termaktub di dalam Tri

    Dharma Perkebunan yang intinya sebagai berikut:

    1. Penghasil devisa negara.

    2. Menyediakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja (The Agent of

    Development).

    3. Memelihara dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam.

    Dari Tri Dharma Perkebunan dapat dilihat tugas dan tantangan yang diemban PTPN II yaitu:

    a. Bagaimana menghasilkan devisa yang sebesar-besarnya bagi negara agar pembangunan

    nasional dapat berlanjut terus menerus.

    b. Berupaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.

    c. Menjadi motivator Agent Development (wahana pembangunan) bagi daerah masyarakat

    sekitarnya.

    10 Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.5 Prospek Tanaman Perkebunan

    Pengembangan tanaman perkebunan pada masa mendatang mempunyai tantangan dalam

    hal untuk mendapatkan jenis tanaman yang cocok dengan kondisi daerah atau kondisi alamnya

    dan mempunyai prospek pemasaran yang baik untuk masa mendatang. Tanaman perkebunan

    yang merupakan komoditi terutama ditujukan untuk mendukung industri dan sebagai salah satu

    sumber untuk meningkatkan devisa negara serta untuk kemakmuran rakyat. Tentulah harapan

    dalam pengembangan tanaman perkebunan amatlah penting. Dari berbagai komoditi perkebunan

    diusahakan baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat tidak dapat dipungkiri bahwa

    selalu diarahkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tetap

    memperhatikan keseimbangan antara sektor ekonomi dan lingkungan.

    Kemajuan abad informasi akibat dari globalisasi akan sangat mempengaruhi prospek

    pengembangan tanaman perkebunan. Perubahan-perubahan pasar luar negeri dan peluang-

    peluang untuk mendukung industri dalam negeri merupakan hal yang harus mendapatkan

    perhatian bagi prospek pengembangan tanaman perkebunan di Indonesia. Melihat akan potensi

    yang memungkinkan bagi pengembangan tanaman perkebunan seperti ketersediaan lahan, tenaga

    kerja yang cukup, teknologi yang berbeda, dan potensi pasar dalam dan luar negeri maka arah

    pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang ada tersebut.

    Strategi pengembangan peningkatan produksi perkebunan tidak lagi diletakkan pada

    intensifikasi saja sebagai titik berat, tetapi secara simultan berwawasan diversifikasi,

    intensifikasi, dan ekstensifikasi serta rehabilitasi. Prospek pengembangan tanaman perkebuanan

    mengacu pada penggunaan lahan, upaya meningkatkan produktivitas lahan tidak berbasis pada

    satu macam komoditi, tetapi disesuaikan dengan potensi sumber daya alam pada setiap wilayah.

    Di samping itu pula untuk menghindari kerugian yang fatal apabila terjadi kegagalan panen

    11 Universitas Sumatera Utara

  • maupun harga jual dari suatu komoditi tertentu, dan dengan penanaman aneka komoditi tanaman

    perkebunan beresiko kerugian akan dapat ditekan. Oleh sebab itu potensi suatu wilayah akan

    menentukan jenis tanaman perkebunan yang akan dibudidayakan. Kenyataan ini akan

    memberikan peluang pasar yang dinamik, karena akan menghindari peledakan hasil komoditi

    tertentu yang pada akhirnya ekonomi pasar dalam negeri akan bergairah.

    Secara keseluruhan volume dan nilai ekspor komoditas perkebunan mempunyai peluang

    besar yang menggembirakan terutama bagi komoditas perkebunan yang mempunyai prospek

    pasar yang bersaing.

    2.1.6 Tenaga Kerja

    Sumber daya manusia (human resources) mempunyai dua pengertian yaitu sebagai usaha

    kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia

    mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk

    menghasilkan barang dan jasa. SDM juga menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

    memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja artinya mampu melakukan kegiatan

    yang memiliki kegiatan ekonomi, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa

    untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua pengertian di atas mengandung aspek kuantitas

    dalam jumlah arti jumlah penduduk yang mampu bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa kerja

    yang tersedia dan diberikan untuk produksi. Kemampuan bekerja tersebut diukur dengan usia.

    Penduduk yang berada dalam usia tersebut disebut tenaga kerja (man power).

    Oleh karena tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja maka pengertian tenaga

    kerja tidak sama untuk semua negara. Perbedaan itu timbul karena batas umur yang digunakan

    12

    Universitas Sumatera Utara

  • berbeda, misalnya India menggunakan batas umur 14-16 tahun. Di Amerika Serikat, yang

    dimaksud tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 16 tahun tanpa batas umur maksimum.

    Di Indonesia, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau

    sedang bekerja, yang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lainnya seperti bersekolah

    dan mengurus rumah tangga. Batas umur minimum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas

    umur maksimum. (Payaman, 1995).

    Dengan demikian perkataan lain tenaga kerja tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sarana produsi

    tenaga kerja lebih penting dari pada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air,

    dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk

    menghasilkan barang dan jasa.

    Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

    Penyediaan tenaga kerja juga sifatnya terbatas karena tidak semua penduduk merupakan

    tenaga kerja. Hanya penduduk yang telah mencapai umur minimum tertentu yang dapat dianggap

    sebagai tenaga kerja potensial atau Angkatan Kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara

    atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan

    antara angkatan kerja dan penduduk usia kerja ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    (TPAK). Semakin besar jumlah penduduk dan TPAK nya maka semakin besar pula jumlah

    angkatan kerja.

    Masalah produktivitas tenaga kerja juga turut serta mempengaruhi perluasan tenaga kerja.

    Sedangkan masalah produktivitas itu sendiri sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan dan

    keterampilan tenaga kerja. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan ketrampilan tenaga

    13

    Universitas Sumatera Utara

  • kerja semakin tinggi pula tingkat produktivitas dan akhirnya akan semakin luas pula kesempatan

    kerja mereka untuk memperoleh lapangan kerja atau kesempatan kerja.

    2.1.7 Lahan

    Lahan adalah tanah yang digunakan untuk usaha pertanian. Penggunaan lahan sangat

    tergantung kepada keadaan dan lingkungan lahan berada. Masing-masing keadaan akan

    menyebabkan cara penggunaan yang berbeda yang harus disesuaikan dengan keadaan tersebut.

    Tanah sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik-pabrik hasil pertanian,

    yaitu tempat dimana proses produksi berjalan dan dari mana hasil-hasil produksi keluar.

    (Mubyarto, 1989). Pentingnya faktor produksi tanah dapat dilihat dalam luas atau sempitnya

    lahan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, yang akhirnya mempengaruhi

    efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. (Soekartawi, 1995)

    Lahan adalah salah satu dari faktor produksi yang jumlahnya terbatas. Untuk perkebunan

    banyak diusahakan di Sumatera (bahkan di tiga provinsi: Sumatera Utara, Riau, Jambi

    mempunyai lahan seluas 1 juta ha lebih untuk perkebunan). Dengan luas lahan yang terbatas

    yang telah tersedia, maka para petani pemilik perkebunan akan menyeleksi tanaman perkebunan

    apa yang cocok dengan lingkungan lahan mereka dengan keuntungan yang paling baik dan

    resiko yang paling sedikit. Analisis yang dilakukan hanya pendeteksian prospek pasar saja

    karena hasilnya telah cukup untuk mengetahui tanaman yang berprospek cerah. (Indriani, 1996).

    Pembangunan lahan secara fisik dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan, mutu,

    dan penggunaan lahan untuk kepentingan penempatan suatu atau beberapa kegiatan fungsional

    sehingga dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan kegiatan usaha secara optimal ditinjau dari

    segi sosial, ekonomi, sosial budaya, fisik dan secara hukum.

    14 Universitas Sumatera Utara

  • Secara ekonomis, perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh naiknya nilai lahan yang

    sering mengakibatkan terjadinya pemindahan pemilikan lahan dan perubahan penggunaan lahan.

    Perubahan nilai lahan di suatu daerah juga banyak dipengaruhi oleh adanya kebijaksanaan

    pembangunan di daerah tersebut. Dengan kata lain, faktor kebijaksanaan pembangunan dianggap

    memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai lahan, dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi

    lahan. Dalam menganalisis perkembangan wilayah sering dihadapkan pada faktor-faktor yang

    secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan penggunaan lahan.

    2.2 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit

    Pada masa sebelum perang atau pada masa penjajahan (1914-1942) Indonesia merupakan

    negara produsen pertama di dunia yang menghasilkan kelapa sawit dan juga mendominasi

    perdagangan kelapa sawit dunia sebanyak 44%. Pada saat ini produksi masih diorientasikan pada

    pemenuhan permintaan ekspor. Daerah perkebunan pada saat itu masih terpusat di pulau

    Sumatera sedangkan Jawa hanya sebagian kecil saja.

    Pada masa pendudukan Jepang, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia menurun

    disebabkan perang. Banyak perkebunan kelapa sawit rusak akibat terjadinya perang.pada saat

    pendudukan perang banyak rakyat yang kekurangan pangan sehingga tidak sedikit lahan yang

    beralih fungsi menjadi lahan untuk penanaman tanaman pangan. Sementara lahan kelapa sawit

    yang lain yang tidak dialihfungsikan menjadi kurang terawat dan produksinya menjadi menurun.

    Pada masa peralihan (1958-1968) banyak negara-negara asing yang menanam saham di

    perkebunan di Indonesia termasuk perkebunan kelapa sawit. Semenjak tahun 1958 mulai

    dilakukan pengambilalihan perkebunan kelapa sawit. Dari perusahaan asing tersebut. Beberapa

    tahapan penting dalam proses pengambilalihan ini adalah sebagai berikut:

    15 Universitas Sumatera Utara

  • a. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing Belanda dimulai tanggal

    10 Desember 1957.

    b. Pengambilalihan maskapai perkebunan kelapa sawit milik asing selain Belanda, yakni

    Inggris, Perancis, dan Amerika dilakukan tanggal 19 Desember 1947.

    c. Reorganisasi perusahaan perkebunan milik pemerintah sendiri, misalnya PNP/PTP.

    Pada masa peralihan ini, banyak upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam

    meningkatkan produksi kelapa sawit seperti pemupukan, pemberantasan hama bahkan

    mendatangkan peralatan pengolahan tanah yang modern dari luar negeri. Upaya ini dapat

    meningkatkan hasil perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 dengan produksi minyak sawit

    mencapai 161.000 ton .

    Pada masa orde baru yaitu pada kurun Pelita I dan II didasarkan atas tujuan bersama

    untuk mencapai produktivitas tinggi dengan memodernisasi teknik budidaya. Pada Pelita III

    program pengembangan lebih mengarah kepada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

    terutama masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan. Strategi untuk mencapai tujuan tersebut

    diantaranya adalah upaya penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan devisa negara

    serta pertahanan kelestarian sumber daya alam yang dikenal dengan sebutan Tri Dharma

    Perkebunan.

    16 Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.1 Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit

    Kelapa sawit, bila digolongkan secara harafiah adalah golongan tanaman penghasil minyak

    nabati. Di bawah ini dapat dilihat karakteristik dari tanaman kelapa sawit.

    Tabel 2.1. Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit

    Species Karakter

    Elaeis guineesis

    Tipe Deli Produksi, kualitas, daya gabung cukup baik, ragam genetik terbatas

    dan agak peka terhadap hama dan penyakit tanaman.

    Tipe Yangambi Produksi, kualitas yang ketahanan cukup baik, tetapi pertumbuhan

    meninggi batang sangat cepat.

    Tipe Lame Tahan angin kencang dan penyakit, pertumbuhan agak lambat,

    produksi dan kualitas kuranag baik, keragaman kinetik cukup besar.

    Tipe Nifor Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.

    Tipe Angola Ragam genetik besar, kualitas baik namun produksi kurang.

    Tipe Cameroon Produksi, pertumbuhan dan ragam genetis baik namun kualitas

    tanda kurang baik.

    Tipe Sabiti Serupa dengan tipe yang tadi.

    Tipe Yakobouet Serupa dengan tipe Lame.

    Elaeis Oleifera

    Tipe Suriname Pertumbuhan sangat lambat, produksi dan kualitas tanda kurang

    baik, hibridisasi dengan tipe Deli menunjukkan kombinasi yang

    baik.

    Tipe Brazil Pertumbuhan sangat cepat, aborsi tinggi, mutu minyak baik dan

    17 Universitas Sumatera Utara

  • lebih tahan terhadap hama penyakit.

    Tipe Colomba Pertumbuhan sedang, kualitas tanda lebih baik, ketahanan hama dan

    penyakit dan mutu minyak baik.

    Sumber: Syamsulbahri, 1996

    Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3

    tahun dengan usia produktif hingga 25 30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga

    dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah

    kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya

    itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk

    makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan

    makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit

    berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0-500 meter di atas

    permukaan laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban

    tinggi. Kelembaban tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar

    2000-2500 mm setahun.

    Karakteristik Komoditas Kelapa Sawit

    18 Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Pembangunan Wilayah

    Pembangunan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan

    dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan memberikan kontribusi kepada

    pembangunan suatu wilayah. Konsep pembangunan wilayah adalah suatu upaya dalam

    mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya dengan penyeimbangan dan penyerasian

    pembangunan antar daerah, antar sektor serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan

    tujuan pembangunan daerah.

    Tujuan pembangunan wilayah adalah untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil,

    dan makmur berdasarkan Pancasila, UUD 1945 serta mampu mengurus rumah tangganya sendiri

    dalam mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Pola dasar

    pembangunan wilayah memberikan arah bagi pembangunan wilayah yang sedang dan akan

    dilaksanakan serta sebagai pedoman bagi seluruh aparatur pemerintah dan masyarakat, maka

    dituangkan ketetapan kebijaksanaan perencanaan tata ruang wilayah dengan tujuan untuk

    mengidentifikasi kondisi, potensi, dan kendala serta arah usaha antisipasi masa depan yang ada.

    Beberapa ide pokok yang sangat penting dari pengertian pembangunan, antar lain:

    1. Bahwa pembangunan merupakan suatu proses, artinya dilaksanakan secara terus menerus

    dimana proses itu dapat dibagi menjadi tahap-tahap tertentu.

    2. Pembangunan merupakan suatu usaha.

    3. Pembangunan dilaksanakan secara terencana dan berorientasi kepada pertumbuhan dan

    perubahan.

    4. Pembangunan mengarah kepada modernitas.

    19 Universitas Sumatera Utara

  • 5. Modernitas dicapai melalui pengembangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan

    terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta

    administrasi.

    6. Seluruh pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa secara berkelanjutan.

    Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan

    kesalingtergantungan dan interaksi antar sistem ekonomi (economic system), masyarakat (social

    system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alamnya (ecosystem).

    Pada dasarnya pembangunan wilayah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama

    kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel seperti prouksi, penduduk, angkatan kerja, rasio

    modal tenaga kerja dan imbalan bagi faktor (factor returns) dalam daerah dibatasi secara jelas.

    Laju pertumbuhan dari daerah-daerah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan

    adalah sangat berbeda-beda dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.

    2.4 Pengembangan Wilayah

    Pengertian pembangunan tidak sama dengan pengembangan. Pembangunan merupakan

    suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilaksanakan

    secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah. Perbedaan antara pembangunan dengan

    pengembangan yaitu pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengukur sesuatu

    yang belum ada, sedangkan pengembangan merupakan perbaikan atau peningkatan sesuatu yang

    telah ada. Namun kedua istilah ini sekarang sering dipakai untuk maksud yang sama.

    Pengembangan wilayah dapat didefinisikan sebagai upaya menata ruang dan

    memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat. (Sugiharto, 2007)

    20 Universitas Sumatera Utara

  • Pengertian pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan,

    baik yang tercakup dalam sektor pemerintahan maupun masyarakat, dilaksanakan dan diatur

    dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Usaha-usaha

    sedemikian pada dasarnya bersifat meningkatkan pemanfaatan sumber daya serta meningkatkan

    pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan.

    Tujuan pengembangan wilayah ialah pembangunan wilayah itu sendiri dalam arti bahwa

    kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor yang meliputi sektor jasa. Industri dan

    pertanian di segi yang paling sentral, atau paling tidak pengelolaan hasil pertanian di segi

    penerimaan masyarakatnya atau di segi pengeluaran konsumsi, investasi, serta ekspor-impornya.

    Disamping itu, tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang berkaitan. Di

    sisi sosial ekonomis, pengembangan wilayah adalah upaya memberikan kesejahteraan kualitas

    hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan

    prasarana dan pelayanan logistik, dan sebagainya. Di sisi lain, secara ekologis pengembangan

    wilayah juga bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sebagai akibat sebagai campur

    tangan manusia terhadap lingkungan.

    Mengembangkan dan membangun suatu wilayah tidak bisa dilakukan secara sendiri-

    sendiri berdasarkan kewenangan suatu daerah tetapi harus meliputi berbagai daerah peringgan

    karena cara seperti ini akan menciptakan optimalisasi manfaat potensial ekonomi wilayah dan

    akan menciptakan daya saing ekonomi yang kuat untuk wilayah tersebut. Inilah salah satu sebab

    mengapa aktivitas pengembangan yang terjadi pada banyak daerah berjalan kurang

    mempengaruhi pengembangan selanjutnya dan kurang menyentuh pada kepentingan

    stakeholders secara menyeluruh. Aktivitas pengembangan pada suatu wilayah berjalan terpilah-

    21

    Universitas Sumatera Utara

  • pilah dan kurang menyentuh satu sama lain sehingga proses pengembangan berjalan secara

    singkat. Dengan demikian penciptaan lapangan kerja dan pendapatan juga menjadi terbatas.

    Hendaknya pengembangan wilayah tidak dijadikan sebagai sebuah proyek yang

    dilakukan tergesa-gesa berdasarkan suatu pemikiran sesaat dan berjangka pendek. Berbagai

    upaya yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan suatu wilayah harus dilakukan secara

    menyeluruh dan terpadu. Hal ini dapat berupa berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah

    atau masyarakat setempat. Dalam pengembangan wilayah terdapat dua pendekatan yang

    dilakukan, yakni pendekatan sektoral atau fungsional (yang dilaksanakan melalui departemen

    atau instansi sektoral), dan pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau

    masyarakat setempat.

    Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas atau dasar dari tujuan

    penerapan masing-masing teori:

    1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity).

    2. Teori yang menekankan kepada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat

    mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable

    production activity). Penganut teori ini sering disebut sebagai kelompok yang peduli dengan

    pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

    3. Teori yang memberikan perhatian kepada kelembagaan dan proses pengambilan keputusan di

    tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab

    (responsible) dan berkinerja bagus.

    4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi

    (people prosperity).

    22

    Universitas Sumatera Utara

  • Salah satu teori pengembangan wilayah adalah pertumbuhan tak berimbang (unbalanced

    growth) yang dikembangkan oleh Hirscham dan Myrdal. Pengembangan wilayah adalah proses

    perumusan dan pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan dalam skala supra-urban.

    Pengembangan wilayah pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam secara

    optimal melalui pengembangan ekonomi lokal, yaitu berdasarkan kepada kegiatan ekonomi

    dasar yang terjadi pada suatu wilayah. (Sugiharto, 2007).

    Sedangkan teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak

    dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi ketidakseimbangan.

    Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada setiap sektor di suatu wilayah secara merata,

    tetapi harus dilakukan pada sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan

    sektor lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading sector.

    Sektor unggulan yaitu sektor yang dapat menarik perkembangan sektor lainnya. Apabila

    perkembangan antara sektor unggulan dan non-unggulan terjadi secara bersama-sama, maka

    akan terjadi intensitas kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah pada suatu

    wilayah. Seiring dengan peningkatan pendapatan daerah ini pada akhirnya dapat

    mengembangkan suatu wilayah.

    Sesungguhnya teori pembangunan terkait erat dengan strategi pembangunan, yakni

    perubahan stuktur ekonomi dan pranata sosial yang diupayakan untuk menemukan solusi yang

    konsisten dan langgeng bagi persoalan yang dihadapi para pembuat keputusan dalam suatu

    masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul berbagai pendekatan menyangkut terma-

    terma kajian tentang pembangunan. Satu diantaranya adalah mengenai isu pembangunan

    wilayah. Secara luas, pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya merumuskan dan

    mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang

    23 Universitas Sumatera Utara

  • didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan

    lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Sugiharto, 2006).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain

    dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan

    mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya

    tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan sutu proses kontinu

    sebagai hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu

    wilayah.

    Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan struktural. Wilayah

    tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor (sector theory) dan teori tahapan

    perkembangan (development stages theory). Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang

    mengemukakan bahwa berkembangnya wilayah atau perekonomian nasional, dihubungkan

    dengan transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni primer (pertanian,

    kehutanan, perikanan), dan tertier (perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa).

    Perkembangan ini ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di

    sektor primer, menningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu di

    sektor sekunder.

    Sedangkan teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow,

    Fisher, Hoorver, Thompson, dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih diadopsi unsur spasial dan

    sekaligus menjembatani kelemahan teori sektor. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat

    digambarkan melalui lima tahapan (Sugiharto, 2006) yakni:

    Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah sangat

    bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri tersebut, antara lain minyak, hasil

    24 Universitas Sumatera Utara

  • perkebunan dan pertanian, dan produk-produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki

    oleh banyak negara dalam awal pertumbuhannya.

    Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu

    meggekspor selain komoditas dominan yang diekspor sebelumnya adalah minyak bumi

    mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga mengekspor industri (metode) teknologi

    penambangan (kaitan ke belakang) dan produk-produk turunan dari minyak bumi (kaitan ke

    depan), misalnya premium, solar, dan bahan baku plastik.

    Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi

    wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri

    memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan

    ketiga ini juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah lainnya.

    Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini memperlihatkan bahwa

    wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan

    barang dan jasa wilayah pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat

    diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai pengikat dan pengendali

    kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan

    kenaikan impor yang sangat signifikan.

    Tahap kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity). Tahapan ini

    memperlihatkan bahwa wilayah telah memberkan peran yang sangat nyata terhadap

    perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang

    relatif canggih, baru, efesien, dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah mengandalkan

    inovasi, modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada pemenuhan keputusan individual

    25

    Universitas Sumatera Utara

  • dibanding kepentingan masyarakat. Sistem ekonomi wilayah menjadi kompleks (economic

    reciprocating system), mengaitkan satu aktivitas dengan aktivitas ekonomi lainnya.

    Pada masa orde baru, segala kekuasaan atas pemerintahan dan pengelolaan sumber daya

    dikuasai oleh pemerintah pusat. Sejak bergulirnya era reformasi dan demokrasi di Indonesia pada

    tahun 1998, sistem pemerintahan berubah secara drastis. Kekuasaan pemerintahan dan

    pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada masing-masing daerah, yang lebih dikenal

    dengan sistem desentralisasi. Dengan adanya perubahan sistem tersebut, konteks pengembangan

    ekonomi lokal juga mengalami perubahan secara dramatis.

    Sudah menjadi rahasia umum bahwa pola perkembangan ekonomi nasional tidak terfokus

    sehingga hal ini juga mengimbas pada pengembangan ekonomi daerah yang tidak terfokus pula.

    Ini bisa dimengerti karena persoalan yang menjadi beban pemerintah sangat besar dan beragam

    yang masing-masing menuntut penyelesaian segera. Padahal kapasitas fiskal negara sangat

    terbatas untuk mengakomodasi semua kepentingan (persoalan) yang ada.

    Dalam proses pengembangan ekonomi lokal, harus diperhatikan pula komponen-

    komponen pendukung, baik dari internal maupun eksternal yang bisa mempengaruhi kelancaran

    proses pengembangan ekonomi lokal yang diharapkan. Beberapa faktor tersebut ialah

    infrastruktur dan kondisi lingkungan. Investasi di bidang infrastruktur sangat berperan besar

    dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal. Akan tetapi, hati-hati dalam proses penentuan

    jenis infrastruktur yang akan disiapkan untuk suatu daerah, karena harus sesuai dengan

    karakteristik dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Sedangkan kondisi lingkungan dalam hal

    ini ialah penciptaan tools yang memudahkan proses pengembangan ekonomi lokal, seperti

    penciptaan peraturan dan payung hukum, prosedur administratif, pajak, dan pungutan biaya,

    serta biaya-biaya tak terduga lainnya.

    26 Universitas Sumatera Utara

  • Local economic dapat menjadi dasar bagi perekonomian masyarakat desa yang menjadi

    ciri khasnya. Masyarakat pedesaan juga dihadapkan pada pengaruh sistem yang berlaku dalam

    masyarakat tersebut, misalnya ciri kebudayaan setempat, institusi lokal setempat, dan sistem

    pemasaran yang digunakan. Untuk itu dalam proses perekonomian masyarakat ada keterikatan

    antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, sehingga terjadi iklim pasar yang

    kekeluargaan dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain, sehingga ciri ini dapat

    menjadi titik balik bagi peningkatan ekonomi masyarakat, agar tidak terjadi kesenjangan antara

    yang satu dengan yang lain, inilah yang mejadi karakteristik munculnya sistem ekonomi

    masyarakat yang merakyat. Kearifan lokal juga menjadi suatu indikasi yang baik dalam rangka

    menciptakan suatu sistem yang koordinatif dan dapat terpercaya.

    Hal ini akan dapat mengindikasikan adanya kekuatan budaya masyarakat setempat yang

    partisipatif, selanjutnya dalam rangka menjaga kekuatan ekonominya agar tetap terjaga pada

    masyarakat ekonomi pedesaan, biasanya ada sistem "memberi dan menghasilkan" konsep ini

    dapat diartikan sebagai salah satu sistem ekonomi yang memberikan keuntungan pada kedua

    belah pihak. Pihak pertama adalah pemilik barang atau pemilik modal yang ingin barangnya

    dijual dan pihak kedua adalah orang yang menjual dengan sistem yang lebih menarik pasar,

    artinya pihak kedua melakukan suatu kegiatan yang dapat memberikan inovasi pada produk yang

    telah dibuat dan dapat memanfaatkan aktivitas tersebut untuk mendapatkan keuntungan.

    27

    Universitas Sumatera Utara