chapter ii (1) perilaku

45
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Universitas Sumatera Utara

Upload: rizal-riswanda

Post on 19-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

jkljkjkjkljkljkjkjm,nikj;lklk;lklklk;k;lkkkkkkkkkkkkkkkkkllllllllklklklklklklklklklkkkkkkkkkkkkkkkkkklkllkj

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Konsep Perilaku

    Universitas Sumatera Utara

  • Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu

    kepada teori Blum (1956), bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap

    kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan

    yang mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

    Perilaku atau tingkah laku dianggap lebih dapat menjelaskan tentang manusia karena

    lebih dapat di lihat. Sehingga adanya tingkah laku ini dapat menjelaskan tentang siapa orang

    tersebut (Hidayat, 2009).

    Perilaku dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

    bersangkutan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku

    manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai

    bentangan sangat luas mencakup : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi

    dan emosi. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

    dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik) dan lingkungan ini merupakan penentu dari

    perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan

    merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk

    selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan

    perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007).

    Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku

    dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

    1. Perubahan Alamiah (Natural Change), adalah perubahan yang dikarenakan perubahan

    pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi, dimana dia hidup dan beraktivitas.

    2. Perubahan Rencana (Planned Change), adalah perubahan ini terjadi karena memang

    direncanakan sendari oleh subjek.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change), adalah perubahan yang terjadi apabila

    terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian

    orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan

    setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

    Tim ahli WHO (1984), manganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu

    berperilaku ada 4 (empat) alasan pokok, yaitu :

    1. Pemikiran dan perasaan

    Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.

    2. Orang penting sebagai referensi

    Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan

    cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi, seperti guru,

    kepala suku dan lain-lain.

    3. Sumber-sumber daya

    Yang termasuk sumber-sumber daya adalah fasilitas-fasilitas, misalnya : waktu, uang,

    tenaga kerja, keterampilan, pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat

    bersifat positif maupun negatif.

    4. Kebudayaan

    Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu

    masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang

    normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai

    pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari uraian tersebut di atas dapat dilihat bahwa alasan seseorang untuk berperilaku.

    Oleh sebab itu, perilaku yang sama di antara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab

    atau latar belakangnya.

    Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal

    juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat

    baik secara sadar atau tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk

    menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan

    dengan tindakan promotif dan preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.

    2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

    Menurut Lawrence W. Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007),

    perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :

    1. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)

    Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

    seseorang. Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

    kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

    kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan juga variasi

    demografi seperti tingkat sosial ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga.

    Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

    2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors)

    Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.

    Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

    masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya

    perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor-faktor pendukung. Misalnya

    Universitas Sumatera Utara

  • : Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan

    sampah dan sebagainya.

    3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors)

    Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-

    kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

    Faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh

    agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga

    disini, undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah

    daerah yang terkait dengan kesehatan.

    2.3. Rumah Sakit Umum

    Menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, menyebutkan

    bahwa, rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang

    bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik (Aditama, 2003).

    2.3.1. Fungsi Rumah Sakit

    Berdasarkan keterangan pasal 1, Kepmenkes No. 983/1992, rumah sakit mempunyai

    fungsi sebagai berikut :

    1. Menyelenggarakan pelayanan medis

    2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis

    3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

    4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

    5. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

    6. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

    1. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan

    kesehatan yang spesialistik dan subspesialistik yang luas.

    2. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan

    kesehatan spesialistik yang luas.

    3. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan

    kesehatan spesialistik paling sedikit empat spesialis dasar yaitu : Penyakit Dalam,

    Penyakit Bedah, Penyakit Kebidanan/Kandungan dan Kesehatan Anak.

    2.3.3. Standar Pelayanan Rumah Sakit Kelas C

    Untuk meningkatkan mutu, telah ditetapkan standar pelayanan rumah sakit.

    Penyelenggaraan rumah sakit harus memperhatikan standar yang disesuaikan dengan

    kelas/type rumah sakit, yaitu :

    1. Standar manajemen

    Rumah sakit merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk mencapai

    indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karena itu, rumah sakit harus

    mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan dinas kesehatan dan

    sasaran pelayanan kesehatan lainnya.

    2. Standar pelayanan

    a. Pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik

    - Pelayanan medik spesialistik 4 dasar : penyakit dalam, bedah, kebidanan dan

    kandungan, kesehatan anak.

    - Pelayanan medik spesialistik lainnya : mata, telinga, hidung dan tenggorokan

    (THT), kulit dan kelamin, kesehatan jiwa, syaraf, gigi dan mulut, jantung, paru,

    bedah syaraf, orthopedi.

    Universitas Sumatera Utara

  • - Pelayanan medik sub spesialistik

    b. Pelayanan medik umum yang tidak tertampung oleh pelayanan medik spelialistik

    yang ada

    c. Pelayanan penunjang medik : radiologi, laboratorium, anasthesi, gizi, farmasi,

    rehabilitasi medik

    d. Pelayanan keperawatan

    e. Pelayanan administrasi dan umum

    3. Standar ketenagaan

    a. Dokter umum penuh waktu

    b. Dokter gigi penuh waktu sesuai kebutuhan

    c. Dokter spesialis dasar minimal 4 dengan 3 spesialis yang penuh waktu

    d. Dokter jaga khusus di UGD selama 24 jam yang sudah mendapat PPGD

    e. Dokter spesialis dasar yang dapat segera dihubungi dan dapat datang setiap waktu bila

    dibutuhkan

    f. Dokter spesialis anasthesi atau dokter spesialis lainnya atau dokter umum terlatih yang

    bertanggung jawab untuk pelayanan medik intensif

    Standarisasi ketenagaan berdasarkan permenkes 262 tahun 1979. Untuk menentukan

    jumlah ketenagaan minimum bagi setiap katagori ketenagaan pada kelas Rumah Sakit Umum

    Kelas C yang diperlukan, dapat digunakan angka perbandingan antara jumlah tempat tidur

    yang ada dengan jumlah ketenagaan yang diperlukan, sbb :

    a. Tempat tidur : Tenaga medis = 9 : 1

    b. Tempat tidur : Paramedis perawat = 1 : 1

    c. Tempat tidur : Paramedis non perawatan = 5 : 1

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Tempat tidur : Non Medis = 4 : 3

    4. Standar Bangunan

    a. Ruang tersendiri sesuai dengan kemampuan pelayanan

    b. Unit gawat darurat sebagai unit tersendiri

    c. Kamar tindakan untuk pelayanan darurat medik, bedah dan darurat obstetrik ginekologi

    d. Ruang perawatan sementara untuk observasi

    e. Ruang untuk resusitasi

    f. Sarana komunikasi internal dan eksternal

    g. ambulan untuk rujukan pasien

    5. Standar peralatan

    a. Peralatan pelayanan medik spesialis 4 dasar

    b. Peralatan medik gawat darurat yang dapat melakukan tindakan-tindakan resusitasi

    kardiopulmoner dan untuk menyelamatkan hidup (Profil RSUD Aceh Singkil, 2009).

    2.3.4. Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit

    Berdasarkan SK Dirjen Yan Med No : YM.00.03.2.6.7637 yang dikutip oleh

    Nursalam (2009), bahwa perawat yang bertugas di pelayanan (rumah sakit) baik pemerintah

    maupun swasta, haruslah melaksanakan standar asuhan keperawatan yang ada di rumah sakit

    adalah sebagai berikut :

    Standar 1 : Falsafah Keperawatan

    Universitas Sumatera Utara

  • Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan

    Standar 3 : Pengkajian Keperawatan

    Standar 4 : Diagnosis Keperawatan

    Standar 5 : Perencanaan Keperawatan

    Standar 6 : Intervensi Keperawatan

    Standar 7 : Evaluasi Keperawatan

    Standar 8 : Catatan Asuhan Keperawatan

    Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada teori kebutuhan dasar

    manusia yang dikemukakan Henderson yang dikutip oleh Nursalam (2009), terdiri atas 14

    kebutuhan dasar manusia yaitu :

    1. Memenuhi kebutuhan oksigen

    2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit

    3. Memenuhi kebutuhan eliminasi

    4. Memenuhi kebutuhan keamanan

    5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik

    6. Memenuhi kebutuhan istirahan dan tidur

    7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani

    8. Memenuhi kebutuhan spiritual

    9. Memenuhi kebutuhan emosional

    10. Memenuhi kebutuhan komunikasi

    11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis

    Universitas Sumatera Utara

  • 12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membentuk proses penyembuhan

    13. Memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan/penyuluhan

    14. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi

    2.4. Perawat

    2.4.1. Defenisi Perawat

    Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 yang

    dikutip oleh Gaffar (1999), menjelaskan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus dari

    pendidikan perawat, baik di dalam maupun diluar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku. Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki

    ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional

    sesuai kode etik profesi.

    Menurut Depkes RI (2001) yang dikutip oleh Joeharno (2008), tenaga perawat yang

    merupakan The Caring Profession mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan

    kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya

    berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik

    dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri

    dibanding pelayanan lainnya.

    2.4.2. Peran dan Fungsi Perawat

    1. Peran Pelaksana

    Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam memberikan

    asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada pasien (klien) sebagai

    individu, keluarga dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan pemecahan

    masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran pelaksana, perawat

    harus dapat bertindak sebagai :

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Comforter, disini perawat berusaha memberikan kenyamanan dan keamanan pada

    pasien (klien).

    2. Protector dan advocat, peran perawat disini lebih terfokus pada kemampuan untuk

    melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban pasien (klien) terlaksana dengan

    seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

    3. Communicator, disini perawat bertindak sebagai mediator antara pasien (klien) dengan

    anggota tim kesehatan laiinya.

    4. Rehabilitator, bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (klien)

    dalam mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat

    berfungsi normal kembali.

    2. Peran Sebagai Pendidik

    Peran perawat sebagai pendidik (health educator) yaitu berupa penyuluhan kesehatan

    kepada pasien (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) maupun membentuk

    desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga medis

    lainnya.

    Penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada pasien (klien) akan terlaksana dengan

    baik, jika sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu perawat perlu melakukan pengkajian atau

    penjajakan berupa pengumpulan dan analisis data sebelum melakukan kegiatan. Selain itu,

    perawat harus membuat perencanaan agar tujuan dapat tercapai. Perencanaan ini meliputi

    tujuan, sasaran penyuluhan, jumlah peserta, metode, alat bantu yang digunakan serta kriteria

    evaluasi sebagai instrumen penilaian tingkat keberhasilan kegiatan.

    3. Peran Perawat Sebagai Pengelola

    Universitas Sumatera Utara

  • Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun

    pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep

    manajemen keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai pengelola perawat

    berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayanan keperawatan serta

    mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.

    Pada institusi pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola atau menejer

    dibedakan atas 3 (tiga) tingkatan yaitu :

    1. Tingkat Atas (Top Manager), sebagai kepala bidang keperawatan

    2. Tingkat Menengah (Middle Manager), sebagai kepala seksi keperawatan dan

    penyelia (supervisor)

    3. Tingkat dasar/bawah (Superficial Manager), adalah perawat yang menjabat sebagai

    kepala ruangan

    4. Peran Sebagai Peneliti

    Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi

    maslah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil

    penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.

    Penelitian di bidang keperawatan berperan dalam mengurangi disparitas atau

    kesenjangan penguasaan teknologi mutakhir dibidang kesehatan. Selain itu juga bermanfaat

    dalam menopang dan menciptakan pengembangan ruang lingkup praktek keperawatan,

    karena dengan hasil temuan penelitian tersebut maka efektifitas praktik keperawatan dapat

    dievaluasi. Sehingga dapat diidentifikasi cara pemecahan masalah dengan tepat. (Gaffar,

    1999).

    2.4.3. Profile Perawat Profesional

    Universitas Sumatera Utara

  • Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan

    keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Menurut

    Husein (1994) menegaskan bahwa yang dimaksud dengan ketrampilan profesional

    keperawatan bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan, tetapi

    mencakup ketrampilan interpersonal, ketrampilan intelektual dan ketrampilan teknikal.

    Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat

    dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan. Aktivitas keperawatan

    meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan keperawatan, pengelolaan institusi

    keperawatan, pendidik pasien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan penelitian di

    bidang keperawatan (Gaffar, 1999).

    Gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dapat kita lihat secara objektif dari

    karakteristiknya. Adapun faktor predisposing perawat, yaitu mencakup : umur, jenis kelamin,

    tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja, pengetahuan dan

    sikap.

    1. Umur

    Umur mempengaruhi produktivitas, alasannya adanya keyakinan yang meluas bahwa

    produktivitas merosot dengan meningkatnya umur seseorang. Sering diandaikan bahwa

    keterampilan individu, terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun

    sering dengan berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut dan

    kurangnya rangsangan intelektual semuanya menyembung pada berkurangnya produktivitas.

    Pada karyawan yang berumur tua juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru.

    Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas positif yang ada pada karyawan yang lebih tua,

    meliputi : pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu

    (Robbins, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • Karyawan yang lebih muda cendrung mempunyai fisik yang kuat, sehingga

    diharapkan dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau bila

    sudah berkeluarga anaknya masih relatif masih sedikit. Tetapi karyawan yang lebih muda

    umumnya kurang berdisiplin, kurang bertanggung jawab dan sering berpindah-pindah

    pekerjaan dibandingkan karyawan yang lebih tua (Nitisemito, 1992).

    Karyawan yang lebih tua, kecil kemungkinan akan berhenti karena masa kerja

    mereka yang lebih panjang cendrung memberikan kepada mereka tingkat upah yang lebih

    tinggi, liburan dengan upah yang lebih panjang dan tunjangan pensiun yang lebih menarik.

    Kebanyakan studi juga menunjukkan suatu hubungan yang positif antara kepuasan kerja

    dengan umur, sekurang-kurangnya sampai umur 60 tahun. Kepuasan kerja akan cendrung

    terus-menerus meningkat pada para karyawan yang profesional dengan bertambahnya umur

    mereka, sedangkan pada karyawan yang nonprofesional, kepuasan itu merosot selama umur

    setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun berikutnya (Robbins, 2003).

    2. Jenis Kelamin

    Sejak awal 1970-an, semakin banyak kaum wanita yang bergerak memasuki karier

    organisasi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, timbul pertanyaan berikut : adakah

    perbedaan agresivitas, kecendrungan menempuh resiko, keikatan dan etika kerja antara pria

    dan wanita. Yang diperlukan adalah pengkajian ilmiah tentang pria, wanita dan lain-lain yang

    melakukan pekerjaan dan bukan manajerial dalam organisasi, untuk itu dibutuhkan data

    untuk mengkaji dan mengetahui perbedaan gaya dan karakteristik apabila perbedaan itu

    memang ada (Gibson, 1997).

    Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan

    memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau

    Universitas Sumatera Utara

  • kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih

    bersedia untuk memenuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya

    dari pada wanita dalam memilki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga

    menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria

    (Robbins, 2003).

    3. Tingkat Pendidikan

    Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2003), semakin tinggi tingkat

    pendidikan seseorang, maka akan mempengaruhi pola pikir yang nantinya berdampak pada

    tingkat kepuasan kerja. Pendapat lain juga yang dikemukakan oleh Kenneth N. Wexley dan

    Gery A Yuki (2003), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka tuntutan-tuntutan

    terhadap aspek-aspek kepuasan kerja di tempat kerjanya akan semakin meningkat (Setiawan,

    2007).

    4. Status Kepegawaian

    Manusia merupakan unsur dasar semua organisasi dan hubungan-hubungan sosial

    yang menyatukannya. Oleh sebab itu, pengaturan dan pemberdayaan sumber daya manusia

    secara efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk meningkatkan produktivitas

    organisasi. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

    keberhasilan suatu organisasi (Anonim, 2009).

    Berdasarkan UU Ombudsman RI Tahun 2008 pasal 13 ayat (5), mengenai

    manajemen sumber daya manusia yang berarti mengestimasi secara sistemik permintaan atau

    kebutuhan dan suplai tenaga kerja. Salah satu model penerapan perencanaan sumber daya

    manusia yang diterapkan di lembaga-lembaga negara di Indonesia adalah penerapan sistem

    kepegawaian yang dibedakan atas dua jenis status kepegawaian, yaitu status Pegawai Negeri

    Sipil (PNS) dan status Non Pegawai Negeri Sipil (PNS) (Anonim, 2008).

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan UU No.43 / 1999, Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari :

    a) Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga

    Pemerintah non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi

    Vertikal di Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan atau dipekerjakan

    untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

    b) Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah

    Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah dan Bekerja pada Pemerintah daerah, atau dipekerjakan di luar instansi

    induknya (Anonim, 2007).

    Sedangkan Non Pegawai Negeri Sipil adalah Warga Negara Indonesia yang telah

    memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang sebagai pegawai

    pada suatu lembaga negara dan digaji berdasarkan ketentuan yang berlaku pada masing-

    masing lembaga negara terkait (Anonim, 2008).

    Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil memiliki perbedaan situasi dan

    kondisi yang mendorong individu memiliki sikap kerja yang berbeda. Didalam diri seseorang

    terdapat standar keunggulan individu yang dipengaruhi oleh keadaan jasmani, intelegensi,

    kepribadian, minat, pengalaman keberhasilan, tingkat pendidikan, lingkungan masyarakat

    serta komitmen terhadap organisasi. Sehingga, keadaan dari dalam individu yang berbeda

    itulah yang mendorong munculya motivasi berprestasi pada Pegawai Negeri Sipil dan Non

    Pegawai Negeri Sipil (Yustisia, 2009).

    5. Status Perkawinan

    Universitas Sumatera Utara

  • Status perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita

    sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan

    Ketuhanan YME (Lembaga Demografi FE UI, 2000).

    Berdasarkan pendapat Soekanto (1993), dalam bukunya kamus sosiologi menyatakan

    bahwa kata perkawinan adalah ikatan yang sah antara sorang pria dan wanita yang

    menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara mereka maupun keturunannnya.

    Salah satu riset menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit

    absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah dan lebih puas dengan pekerjaan

    mereka dari pada rekan sekerjanya yang bujangan. Perkawinan menuntut peningkatan

    tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan

    penting (Robbins, 2003).

    6. Masa Kerja

    Masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu yang merupakan dasar

    prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama seseorang bekerja di suatu organisasi, maka

    tingkat prestasi individu akan semakin meningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat

    penjualan dan akan berdampak kepada kinerja dan keuntungan yang menjadi lebih baik,

    sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan (Gibson, 1997).

    7. Pengetahuan (knowledge)

    Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

    pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

    Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri

    maupun orang lain, media massa maupun lingkungan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan,

    yaitu :

    1. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

    Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

    spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rancangan yang telah diterima. Oleh sebab

    itu, untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut

    menyebutkannya, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

    2. Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar

    tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi, harus dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang

    dipelajari.

    3. Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi real (nyata atau sebenarnya).

    4. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

    masih ada kaitannya satu sama lain.

    5. Sintetis (syntetis)

    Universitas Sumatera Utara

  • Sintetis menunjukkan kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

    bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah

    suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    6. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

    terhadap suatu materi atau objek. Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang

    didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

    pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang

    mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang tersebut terjadi proses

    yang berurutan, yaitu :

    a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

    terhadap stimulus (objek).

    b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai

    timbul.

    c. Menimbang-menimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal

    ini berarti sikap informan sudah lebih baik.

    d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

    dikehendaki oleh stimulus.

    e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan

    sikapnya terhadap stimulus.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

    menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

    Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang di dapat dari pendidikan

    (Notoatmodjo, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8. Sikap (attitude)

    Dobb (1974) menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku yang

    tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari. Tingkah laku tersembunyi

    ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam diri individu seperti dorongan,

    kehendak, kebebasan, akan menimbulkan tingkah laku nyata (overt behaviour). Dengan

    demikian, maka setiap sikap akan selalu mendahului tingkah laku nyata tertentu dan selalu

    menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut.

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

    stimulus atau objek. Newcomb, sorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap ini

    merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif

    tertentu.

    Dalam psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas

    pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasarinya adalah bahwa melalui pengalaman-

    pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain hal-hal yang pernah

    dialami akan mempunyai suatu arti dan nilai tertentu. Dalam arti inilah didefenisikan

    Rochracter bahwa sikap mempunyai pengaruh memilih dan mengemudikan kejadian-kejadian

    dengan sadar (Moediasih R. Wijoto, 1990).

    Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa sikap

    mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :

    1. Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek

    2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

    3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)

    Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).

    Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir atau keyakinan dan emosi

    Universitas Sumatera Utara

  • memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari

    berbagai tingkatan sikap yaitu :

    1. Menerima (receiving) artinya, bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan oleh objek.

    2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

    3. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

    dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tinggi.

    4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu

    yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling

    tinggi.

    2.5. Asuhan Keperawatan

    Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang

    merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat

    keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang

    ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat

    ataupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Asmadi, 2008).

    Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan praktik keperawatan yang

    diberikan oleh perawat pada pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan

    menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup

    wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hamid, 2001).

    Menurut Stevens (2000), pelaksanaan asuhan keperawatan memberi jaminan, bahwa

    pasien yang memperoleh perawatan sebagai haknya haruslah memenuhi kriteria. Untuk dapat

    memberikan asuhan keperawatan yang tinggi nilainya, maka diperlukan :

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Asuhan keperawatan/keperawatan, haruslah berdasarkan atas suatu analisa yang

    cermat dari situasi pasien.

    2. Masalah keperawatan, haruslah dibuat jelas dan secara konkret.

    3. Masalah keperawatan harus di tuangkan dalam penentuan-penentuan tujuan yang

    dapat dicapai.

    4. Aktivitas keperawatan yang direncanakan untuk semua perawat harus tertuju pada

    tujuan-tujuan yang sama.

    Menurut Asmadi (2008), keperawatan mempunyai beberapa tujuan yaitu :

    1. Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada pasien.

    Adapun prinsip bantuan yang diberikan antara lain bantuan diberikan sesuai dengan

    tingkat kemandirian pasien dan jangan sampai bantuan yang diberikan itu

    menimbulkan ketergantungan yang dominan bagi pasien.

    2. Memenuhi kebutuhan dasar manusia (KDM).

    Kebutuhan dasar manusia dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan

    manusia agar dapat memelihara homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis.

    3. Memberi kesempatan kepada semua perawat untuk mengembangkan tingkat

    kemampuan profesionalnya. Jadi maju mundurnya profesi keperawatan bergantung

    pada masing-masing pribadi perawat. Oleh karena itu, perlu ditanamkan rasa

    persatuan dan kebersamaan di antara perawat sejak dini, bahu-membahu memajukan

    dan mengembangkan profesi keperawatan.

    4. Mengembangkan standar keperawatan yang ada.

    5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan.

    Penanganan kesehatan pasien tidak bisa hanya mengandalkan salah satu profesi saja,

    melainkan memerlukan kerja sama interdisipliner dari profesi kesehatan lain sebagai

    Universitas Sumatera Utara

  • satu kesatuan tim kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, perawat merupakan tenaga

    kesehatan terdepan dan paling lama berinteraksi dengan pasien. Karenanya, perawat

    harus mampu memelihara kerja sama yang efektif dengan semua anggota tim

    kesehatan, begitupun sebaliknya.

    6. Menciptakan iklim yang menunjang kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga

    keperawatan. Pendidikan keperawatan harus berimbang antara teori dan praktik,

    sebab keperawatan adalah ilmu yang langsung berkaitan dengan hidup dan matinya

    manusia. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan harus terus ditingkatkan dan

    disesuaikan dengan perkembangan zaman.

    2.6. Standar Praktik Keperawatan

    Standar merupakan pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan

    wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat

    diterima, serta layak dalam praktik keperawatan. Standar praktik menguraikan apa yang harus

    dilakukan, mengidentifikasi tanggung jawab dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut

    (Nursalam, 2009).

    Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat proesional melalui kerjasama

    berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan

    keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya. Menurut CHS

    (1983) yang dikutip oleh Nursalam (2009), praktik keperawatan sebagai tindakan

    keperawatan proesional haruslah menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh

    dari berbagai ilmu dasar dan ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas sebagai landasan

    untuk melakukan asuhan keperawatan.

    Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekaryaan

    seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai pedoman

    Universitas Sumatera Utara

  • pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja

    seorang perawat (Nursalam, 2009).

    2.6.1. Tujuan Standar Keperawatan

    Menurut Gillies (1989) yang dikutip oleh Nursalam (2009), tujuan standar

    keperawatan adalah sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

    Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan, dan termotivasi untuk

    meningkatkan kualitas pelayanan.

    2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan

    Apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam standar, maka beberapa

    kegiatan keperawatan yang tidak perlu dapat dihindarkan.

    3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari

    tindakan yang tidak terapeutik.

    Standar keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang wajib dilakukan dalam

    memberikan asuhan keperawatan, sehingga perawat akan dapat memahami setiap

    tindakan yang dilakukan.

    2.6.2. Standar Pelayanan Keperawatan

    Menurut Nursalam (2009), dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan di Rumah

    Sakit, perawat berpedoman kepada standar asuhan/pelayanan keperawatan yang telah

    ditetapkan, adapun standar yang dimaksud adalah :

    Standar 1

    Divisi keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang menjamin pemberian

    asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk menyelesaikan

    berbagai persoalan praktik keperawatan di seluruh institusi asuhan/pelayanan keperawatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Standar 2

    Divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yang memenuhi

    persyaratan dan anggota direksi.

    Standar 3

    Kebijaksanaan dan praktik divisi keperawatan menjamin pelayanan keperawatan

    merata dan berkesinambungan yang mengakui perbedaan agama, sosial budaya dan ekonomi

    di antara pasien di institusi pelayanan kesehatan.

    Standar 4

    Divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan digunakan untuk

    merancang dan memberikan asuhan untuk memenuhi kebutuhan individu pasien dalam

    konteks keluarga.

    Standar 5

    Divisi keperawatan menciptakan lingkungan yang menjamin efektivitas praktik

    keperawatan.

    Standar 6

    Divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program pendidikan untuk

    menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

    Standar 7

    Divisi keperawatan memprakarsai, memanfaatkan dan berperan serta dalam berbagai

    proyek penelitian untuk peningkatan asuhan/pelayanan pasien.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6.3. Standar Praktik Keperawatan

    Menurut Nursalam (2009), dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan di Rumah

    Sakit, perawat berpedoman kepada standar praktik keperawatan yang telah ditetapkan,

    adapun standar yang dimaksud adalah :

    Standar 1

    Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien dilakukan secara sistematis dan

    berkesinambungan. Data yang diperoleh dikomunikasikan dan dicatat.

    Standar 2

    Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan.n dicatat.

    Standar 3

    Rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan diagnosis

    keperawatan.

    Standar 4

    Rancana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan pendekatan tindakan

    keperawatan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang disusun berdasarkan diagnosis

    keperawatan.

    Standar 5

    Tindakan keperawatan memberi kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi

    dalam peningkatan, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Standar 6

    Tindakan keperawatan membantu pasien untuk mengoptimalkan kemampuannya

    untuk hidup sehat.

    Standar 7

    Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan ditentukan oleh pasien dan perawat

    Standar 8

    Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi arah untuk melakukan

    pengkajian ulang, pengaturan kembali urutan prioritas, penetapan tujuan baru dan perbaikan

    rencana asuhan keperawatan.

    2.7. Proses Keperawatan

    Menurut Suarli (2009), proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan

    ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam mencapai atau

    mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui

    tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan,

    melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi tindakan keperawatan.

    Berikut ini adalah beberapa contoh sederhana tentang keadaan pasien adalah sebagai

    berikut :

    1. Keadaan biologis, misalnya kebiasaan makan, minum, tidur, buang air kecil (BAK),

    buang air besar (BAB) dan lain-lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Keadaan psikologis, misalnya keadaan emosi (pemarah, cengeng, pendiam), konsep

    diri (menarik diri, rendah diri) dan keyakinan tentang kesehatan (percaya kekuatan

    gaib, berobat kedokter).

    3. Keadaan sosial, misalnya hubungan antara anggota keluarga (harmonis, berkonflik)

    dan hubungan dengan orang lain (sering konflik).

    4. Keadaan spiritual, misalnya kebiasaan atau ketaatan beribadah (taat beribadah, jarang

    beribadah).

    Menurut Effendi (1995), dalam melaksanakan proses keperawatan, seorang perawat

    harus memiliki beberapa kemampuan antara lain :

    1. Kecakapan intelektual, yang memungkinkan perawat mampu dalam membuat

    keputusan berfikir secara kritis di dalam memecahkan masalah pasien.

    2. Ketrampilan dalam berhubungan antar manusia, dimana berguna untuk memudahkan

    perawat dalam mengadakan hubungan baik dengan pasien (individu, keluarga dan

    masyarakat) maupun anggota tim kesehatan lainnya. Disini, perawat dituntut

    kemampuan berkomunikasi.

    3. Kemampuan teknis keperawatan, yang merupakan kunci keberhasilan dalam

    memberikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian masalah, menyusun rencana

    perawatan, melakukan tindakan dan prosedur keperawatan secara menyeluruh baik

    fisik, mental, sosial, spiritual dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.

    2.7.1. Tujuan Proses Keperawatan

    Menurut Suarli (2009), tujuan menetapkan proses keperawatan adalah memberikan

    asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga tercapai mutu pelayanan

    keperawatan yang optimal. Berikut ini fungsi, sifat dan karakteristik proses keperawatan,

    yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Fungsi Proses Keperawatan

    a. Membantu perawat dalam melaksanakan pemecahan masalah keperawatan secara

    sitematis.

    b. Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap pasien, sehingga keperawatan

    dapat meningkat

    2. Sifat dan Karakteristik Proses Keperawatan

    a. Dinamis, artinya setiap proses keperawatan dapat diperbarui apabila situasi dan

    kondisi pasien berubah

    b. Siklus, artinya proses keperawatan berjalan secara siklus atau berulang

    c. Saling interdependen atau ketergantungan, artinya setiap tahapan proses keperawatan

    saling bergantung satu sama lain. Misalnya apabila data yang dikumpulkan kurang

    lengkap, maka diagnosis akan salah, demikian pula dalam perencanaan dan tindakan

    keperawatan.

    d. Fleksibel/luwes, artinya tidak kaku, pendekatan dapat berubah sesuai dengan situasi

    dan kondisi pasien.

    e. Bersifat individual untuk setiap kebutuhan pribadi pasien.

    f. Terencana dan mengarah pada tujuan.

    g. Memberikan kesempatan kepada perawat dan pasien untuk menerapkan fleksibilitas

    dan kreativitas yang maksimal dalam merancang cara memecahkan masalah

    kesehatan.

    h. Menekankan umpan balik, yaitu memberikan arah pada pengkajian ulang masalah

    atau memperbaiki rencana asuhan.

    i. Menekankan validasi. Masalah harus divalidasi dengan data. Validasi akan

    membuktikan bahwa suatu keputusan itu benar.

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Asmadi (2008), tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas

    keperawatan, antara lain :

    1. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan

    2. Menggunakan standar praktik keperawatan

    3. Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis

    4. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektivitas yang tinggi

    2.7.2. Manfaat Proses Keperawatan

    Menurut Suarli (2009), manfaat penggunaan proses keperawatan dapat dilihat dari

    sisi pelayanan kesehatan, pelaksanaan keperawatan, dan bagi pasien sendiri.

    1. Manfaat bagi pelayanan kesehatan

    a. Sebagai pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan.

    b. Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya

    pelayanan keperawatan.

    2. Manfaat bagi pelaksana keperawatan

    a. Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan, karena

    tujuan yang ingin dicapai jelas.

    b. Menimbulkan kepuasan kerja.

    Menulis rencana asuhan yang baik akan memberikan rasa percaya diri pada

    perawat, bahwa intervensi keperawatan yang didasrkan pada identifikasi masalah

    pasien dilakukan dengan sungguh-sungguh, sehingga mencegah tindakan

    keperawatan yang tidak terkoordinasi, coba-coba dan akhirnya salah. Perencanaan

    juga dapat menimbulkan rasa bangga dan puas jika tujuan asuhan keperawatan

    tercapai.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Menimbulkan profesionalisme.

    Dengan mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan, perawat belajar

    mengintervensi secara efektif dan memilih mana yang dapat diterapkan untuk

    memenuhi kebutuhan pasien lainnya. Proses ini akan meningkatkan ketrampilan

    dan keahlian perawat. Selain itu, bertukar pengetahuan dan pengalaman dengan

    teman ketika menyusun rencana asuhan keperawatan dapat meningkatkan

    pengetahuan perawat.

    d. Avoidance of legal action (Philpott, 1985).

    Apabila setiap tahap proses keperawatan digunakan dalam memberikan asuhan

    keperawatan, perawat memberikan tindakan legalnya kepada pasien. Gagal dalam

    melakukan pengkajian keperawatan yang lengkap atau gagal dalam

    mendokumentasikan data dengan tepat, dapat merugikan konsekuensi legal.

    e. Proses keperawatan mengandung tanggung gugat dan tanggung jawab perawat

    untuk mengkaji, menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan menilai asuhan

    pasien.

    3. Manfaat bagi Pasien

    a. Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya

    b. Pengulangan instruksi dalam pemberian asuhan keperawatan dapat dihindari

    2.7.3. Tahapan Proses Keperawatan

    Menurut Suarli (2009), berikut ini uraian tahapan proses keperawatan, adalah :

    1. Pengkajian

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara

    keseluruhan. Pada tahap pengkajian memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal

    masalah. Keberhasilan proses keperawatan berikutnya sangat bergantung pada tahap ini.

    A. Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun dan mencatat data untuk

    menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan/keperawatan. Jenis data yang dikumpulkan

    adalah data yang tepat atau relevan, artinya data tersebut mempunyai pengaruh atau

    hubungan dengan situasi yang sedang ditinjau. Data tersebut dapat dibedakan menjadi dua

    jenis :

    Sumber data, dapat diperoleh dari :

    a) Pasien

    b) Keluarga/orang yang mengenal pasien

    c) Tenaga kesehatan (dokter, perawat, ahli radiologi dan lain-lain)

    d) Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan

    e) Hasil pemeriksaan

    Cara pengumpulan data, yaitu :

    a) Wawancara, yaitu pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada pertemuan-

    pertemuan tatap muka.

    b) Observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang

    tingkat kesehatan pasien, misalnya dengan cara meraba, menyentuh dan mendengar.

    c) Pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan secara keseluruhan mulai dari kepala sampai

    ujung kaki.

    B. Pengelompokan data atau analisis data, adalah sebagai berikut :

    a) Data fisiologis/biologis (masalah kesehatan dan penyakit)

    b) Data psikologis (perilaku, pola emosi, konsep dir, dan lain-lain)

    Universitas Sumatera Utara

  • c) Data sosial (status ekonomi, kegiatan rekreasi, pekerjaan dan lain-lain)

    d) Data spiritual (norma, kepercayaan, keyakinan dan moral)

    Adapun manfaat pengkajian keperawatan adalah :

    a. Membantu mengidentifikasi status kesehatan

    b. Pola pertahanan pasien (klien)

    c. Kekuatan dan kebutuhan pasien (klien)

    d. Merumuskan diagnosa keperawatan

    2. Diagnosis Keperawatan

    Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti, tentang

    maslah pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan

    keperawatan. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon

    pasien (klien) terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi atau

    penyebab adanya masalah dan kemampuan pasien (klien) mencegah atau menghilangkan

    masalah.

    Adapun perbedaan antara diagnosis medis dan diagnosis keperawatan, yaitu :

    a. Diagnosis medis

    a) Berfokus pada faktor-faktor yang bersifat pengobatan dan penyembuhan.

    b) Berorientasi pada keadaan patologi.

    c) Cendrung tetap, mulai dari sakit sampai sembuh.

    d) Mengarah pada tindakan medis yang sebagian dapat dilaksanakan oleh perawat.

    e) Diagnosis medis melengkapi diagnosis keperawatan.

    b. Diagnosis keperawatan

    Universitas Sumatera Utara

  • a) Berfokus pada respon pasien terhadap penyakit, tindakan medis dan faktor lain.

    b) Berorientasi pada kebutuhan individu.

    c) Berubah, sesuai dengan perubahan respon pasien.

    d) Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan perawatan dan

    evaluasi.

    e) Diagnosis keperawatan melengkapi diagnosis medis.

    3. Perencanaan keperawatan

    Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang

    akan dilaksanakan, untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang

    telah ditentukan. Tujuan perencanan keperawatan adalah untuk mengurangi, menghilangkan

    dan mencegah masalah keperawatan pasien (klien). Langkah-langkah penyusunan

    keperawatan adalah sebagai berikut :

    a. Menentukan urutan prioritas masalah, yaitu untuk memilih masalah yang memerlukan

    perhatian/prioritas diantara masalah-masalah yang telah ditentukan, misalnya masalah

    yang mempengaruhi kehidupan atau keselamatan pasien.

    b. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai, yaitu hasil yang ingin dicapai dari

    asuhan keperawatan untuk menanggulangi dan mengatasi masalah yang telah dirumuskan

    dalam keperawatan.

    c. Menentukan rencana tindakan keperawatan, adalah langkah penentuan dalam tindakan

    keperawatan yang akan dikerjakan oleh perawat dalam rangka menolong pasien, untuk

    mencapai suatu tujuan keperawatan. Rencana tindakan dibuat secara narasi, berupa

    kalimat instruksi, ringkas, tegas dan mudah dimengerti yang mengandung tujuan dan

    rencana tindakan keperawatan.

    4. Tindakan keperawatan (implementasi keperawatan)

    Universitas Sumatera Utara

  • Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan,

    dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Adapun langkah-langkah

    tindakan keperawatan adalah :

    a. Langkah persiapan asuhan keperawatan, pada langkah ini perawat sebaiknya :

    a) Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

    b) Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

    c) Menyiapkan lingkungan terapeutik, sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan

    b. Langkah pelaksanaan asuhan keperawatan, pada langkah ini perawat harus mengutamakan

    keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Oleh sebab itu, perawat harus :

    a) Menunjukkan sikap yang meyakinkan

    b) Peka terhadap respon pasien dan efek samping dari tindakan keperawatan yang

    dilakukan

    c) Melakukan sistematika kerja dengan tepat

    d) Mempertimbangkan hukum dan etika

    e) Bertanggung jawab dan tanggung gugat

    f) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan

    5. Evaluasi

    Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana

    keperawatan. Tujuan evaluasi keperawatan adalah menentukan kemampuan pasien dalam

    mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menilai aktivitas rencana keperawatan serta

    strategi asuhan keperawatan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada evaluasi

    keperawatan adalah sebagai berikut :

    a. Mengumpulkan data perkembangan pasien

    b. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, dengan menggunakan

    kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

    d. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang

    berlaku

    Apabila kemajuan pada pasien tidak tercapai sesuai dengan tuhuan, maka perawat

    harus mengkaji ulang dan memperbaiki rencana keperawatan. Walaupun evaluasi merupakan

    tahap akhir dari proses keperawatan, namun proses keperawatan tidak berhenti sampai disini.

    Karena evaluasi keperawatan hanya menunjukkan masalah mana yang telah dapat dipecahkan

    dan masalah mana yang perlu dikaji ulang, direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi

    kembali. Jadi, proses keperawatan merupakan siklus yang dinamis dan berkelanjutan.

    2.8. Etika Keperawatan

    Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku

    seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh

    seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral (Ismani, 2001).

    Etika Keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang

    mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Dalam melaksanakan praktik keperawatan,

    seorang perawat harus mengambil suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan

    pasien (klien). Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran

    ilmiah dan penalaran etika, pelayanan keperawatan pasien (klien) dapat diukur dari sudut

    keyakinan sendiri, norma masyarakat dan standar profesional.

    Menurut American Ethics Commission Bureau on Teching, tujuan etika keperawatan

    adalah :

    1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik

    keperawatan

    3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan

    pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan tuhan sesuai dengan kepercayaannya.

    Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa, kebutuhan akan keperawatan

    bersifat universal bagi pasien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat). Oleh karena

    itu, pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada cita-cita yang luhur,

    niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membeda-bedakan

    kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran kelompok, agama yang dianut

    dan kedudukan sosial.

    Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada pasien, cakupan tanggung

    jawab perawat adalah meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit,

    mengurangi dan menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan yang dilaksanakan

    atas dasar pelayanan yang paripurna.

    Tanggung jawab perawat meliputi :

    1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat.

    a. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung

    jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap perawatan untuk individu,

    keluarga dan masyarakat.

    b. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa memelihara suasana

    lingkungan yang menghormati nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup

    beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu dan masyarakat senantiasa

    dilandasi dengan rasa tulus dan ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur

    perawatan.

    d. Perawat senantiasa menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan individu dan

    masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan khususnya,

    serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas kewajibannya bagi

    kepentingan masyarakat.

    2. Tanggung jawab perawat terhadap tugas

    a. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan perawatan yang tinggi, disertai

    kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan perawatan

    sesuai dengan kebutuhan individu/pasien, keluarga dan masyarakat.

    b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas

    yang dipercayakan kepadanya.

    c. Perawat tidak akan mempergunakan pengetahuan dan ketrampilan perawatan untuk

    tujuan yang bertentangan dengan norma kemanusian.

    d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh

    kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, agama,

    warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran kelompok, agama yang dianut dan kedudukan

    sosial.

    e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien dalam

    melaksanakan tugas perawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan

    jika menerima/mengalih tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan

    keperawatan.

    3. Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan

    tenaga kesehatan lain, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja

    maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

    b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, ketrampilan dan pengalamannya

    kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain

    dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang perawatan.

    4. Tanggung jawab perawat terhadap profesi perawatan

    a. Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri atau

    bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan

    pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan perawatan.

    b. Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi perawatan dengan menunjukkan

    tingkah laku dan kepribadian yang luhur.

    c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan

    perawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan perawatan.

    d. Perawatan secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi

    perawatan sebagai sarana pengabdiannya.

    5. Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.

    a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan sebagai kebijaksanaan yang digariskan

    oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.

    b. Perawat senantiasa berperan aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah

    dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat

    (Mimin, 2004).

    2.9. Profesionalisme Keperawatan

    Universitas Sumatera Utara

  • Keperawatan di Indonesia merupakan pelayanan yang diberikan secara profesional.

    Defenisi ini juga mempertegas bahwa keperawatan merupakan profesi bukan sekedar

    pekerjaan atau vokusi. Untuk memenuhi syarat sebagai profesi, maka suatu bidang garap

    harus membutuhkan pengetahuan, ketrampilan penyiapan khusus. Profesionalisme

    keperawatan untuk masa sekarang sudah semakin lebih baik.

    Ciri-ciri profesionalisme keperawatan seperti yang diungkapkan oleh Miller (1991)

    yang dikutip oleh Priharjo (1995), adalah sebagai berikut :

    1. Peningkatan dasar pengetahuan yang diberikan pada tingkat universitas dan orientasi

    pengetahuan pada tingkat pascasarjana dan dokter (graduate level) serta keperawatan.

    2. Menurut ANA (1980), perwujudan kompetensi yang berasal dari dasar teori penegakan

    diagnosa dan penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan baik aktual atau

    potensial

    3. Menurut Miller (1985), spesialisasi ketrampilan dan kompetensi yang membatasi keahlian

    Secara umum, menurut Ellis dan Hartley (1980) yang dikutip oleh Priharjo (1995),

    tenaga profesional sering diidentifikasi sebagai seorang yang serius terhadap pekerjaannya,

    berpenampilan sangat baik dan mendemonstrasikan etika dan tanggung jawab terhadap

    pekerjaannya.

    Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan

    yang telah terbentuk tahun 1984, mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik

    sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan

    proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh

    masyarakat. Profesi keperawatan, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi

    lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem

    Universitas Sumatera Utara

  • pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat.

    Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan

    langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial di Indonesia

    (Nursalam, 2006).

    Menurut Priharjo (1995), perawat profesional dalam bekerja tidak terlepas dari 4

    (empat) esensi profesionalisme, yaitu :

    1. Kompetensi

    Berdasarkan SK Mendiknas No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat

    tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

    dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan

    tertentu. Menurut Spencer dan Spencer Miranti et.al, yang dikutip oleh Usmara (2002), ada 5

    (lima) karakteristik kompetensi yaitu :

    a. Motivasi adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir sehingga ia

    melakukan tindakan.

    b. Traits adalah watak/sifat yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana

    seseorang merespons sesuatu dengan cara tertentu. Misalnya : percaya diri (self-

    confidence), kontrol diri (self-control), ketabahan (stress resistance) dan daya tahan

    (hardiness).

    c. Self-Concept adalah sikap dan nilai yang dimiliki seseorang, sikap dan nilai diukur

    melalui test kepada responden untuk mengetahui bagaimana nilai (value) yang dimiliki

    seseorang, apa yang menarik bagi seseorang melakukan sesuatu.

    d. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan

    (Knowledge) merupakan kompetensi yang kompleks. Test pengetahuan peserta dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • cara memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat

    melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

    e. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan sesuatu tugas tertentu, baik secara fisik

    maupun mental.

    Kompetensi pengetahuan (knowledge competencies) dan keahlian (skill

    competencies) cendrung lebih nyata (visible) dan relatif berada dipermukaan sebagai salah

    satu karakteristik yang dimiliki manusia. Sedangkan motivasi, self concept (konsep diri), trait

    (watak/sifat) lebih tersembunyi dan berada pada titik central kepribadian seseorang.

    2. Standar etika yang baik & 3 Welas asih (kasih sayang)

    Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain, kepedulian terhadap perasaan

    yang pribadi dan subjektif. Etika berfokus pada cara dasar kekuasaan dan pembagian

    kekuasaan. Kaitan antara etika dengan hubungan kekuasaan dinyatakan untuk menentang

    pandangan populer etika profesional yang dapat ditampilkan sebagai hubungan saling

    percaya (Anonim, 2008)

    Untuk praktik sebagai perawat profesional, diperlukan nilai-nilai yang sesuai dengan

    kode etik profesi, antara lain dengan :

    a. Menghargai martabat individu tanpa prasangka

    b. Melindungi seseorang dalam hal privasi

    c. Bertanggung jawab untuk segala tindakannya. Tindakan tersebut dimanifestasikan dalam

    perilaku tertentu sebagai kegiatan yang dilaksanakan dengan hati-hati dan melaporkannya

    bila terjadi kesalahan.

    Seorang perawat yang menghargai hak privasi pasien, akan menerapkan kepada

    pasien, sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Menutup area untuk mandi dan pengobatan

    b. Menutup pasien untuk setiap prosedur tertentu

    c. Menyediakan tempat konsultasi bagi pasien dengan pemuka agama atau anggota keluarga

    yang sedang bersedih.

    Nilai-nilai yang sangat diperlukan oleh perawat adalah kejujuran, lemah lembut,

    ketepatan setiap tindakan dan menghargai orang lain. Menghargai privasi adalah dasar etis

    untuk keperawatan (Ismani, 2001).

    4. Pengetahuan yang memadai

    Pengetahuan dasar perawat berasal dari jenjang pendidikan yang ditempuh oleh

    siperawat. Saat ini, sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3 Keperawatan),

    sebagian kecil yang ners dan spesialis. Dalam penerapan ilmu keperawatan, profesi

    keperawatan tidak hanya memiliki tanggung jawab profesional, tetapi juga tanggung jawab

    sosial-politik yang disertai sikap moral yang luhur.

    Pengembangan ilmu keperawatan dalam bidang pengetahuan diwujudkan melalui

    pendidikan berkelanjutan serta pendidikan dan pelatihan khusus di bidang keperawatan.

    Pengembangan ilmu keperawatan dalam bidang praktik keperawatan dilakukan melalui

    upaya peningkatan kualitas layanan keperawatan yang dilandasi oleh keilmuan, serta sikap

    profesional yang dilandasi oleh etika profesi dan standar praktik keperawatan yang (Asmadi,

    2008)

    Menurut Sain iwan (2009), profesionalisme perawat juga mempunyai ciri-ciri berikut

    :

    1. Terbuka dengan ide baru

    2. Memiliki rasa humor

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Dapat berinteraksi dengan orang lain secara harmonis

    4. Berpenampilan baik

    5. Periang

    6. Dalam bekerja tidak semata-mata berorientasi pada uang.

    2.10. Kerangka Konsep Penelitian

    Berdasarkan gambar 2.1 diatas, Kerangka konsep penelitian menggunakan teori

    Lawrence Green (1980) yang menggambarkan bahwa, faktor predisposing meliputi : umur,

    jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status perkawinan, masa kerja,

    pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten

    Aceh Singkil.

    2.11. Hipotesis Penelitian

    Peneliti memiliki dugaan bahwa ada hubungan bermakna antara faktor predisposing

    dengan profesionalisme perawat di RSUD Kabupaten Aceh Singkil.

    Variabel Terikat Variabel Bebas

    Profesionalisme Perawat

    1. Keterampilan/skill

    2. Motivasi 3. Etika Kepera-

    watan

    Faktor Predisposing :

    1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Tingkat Pendidikan 4. Status Kepegawaian 5. Status Perkawinan 6. Masa Kerja 7. Pengetahuan

    k

    Gambar. 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

    Universitas Sumatera Utara

  • Hipotesis dalam penelitian adalah :

    1. Ada hubungan antara umur dengan profesionalisme perawat

    2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan profesionalisme perawat

    3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan profesionalisme perawat

    4. Ada hubungan antara status kepegawaian dengan profesionalisme perawat

    5. Ada hubungan antara status perkawinan dengan profesionalisme perawat

    6. Ada hubungan antara masa kerja dengan profesionalisme perawat

    7. Ada hubungan antara pengetahuan dengan profesionalisme perawat

    8. Ada hubungan antara sikap dengan profesionalisme perawat

    Universitas Sumatera Utara