cgi.fisipol.ugm.ac - kinerja.or.id mbs berorientasi pelayanan publik.pdf · rks (rkjm, dan...

30
DATABASE GOOD PRACTICE Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 Sektor Pendidikan Sub-sektor Manajemen Berbasis Sekolah Provinsi Jawa Timur Kota/Kabupaten Probolinggo Institusi Pelaksana 1. SDN Kebonsari Kulon 2 2. SDN Sumbertaman 1 Kategori Institusi Pemerintah Kota Penghargaan - Kontak Hj. Rukmini, Spd. SDN Kebonsari Kulon 2 Jl. Cokroaminoto No.9 Probolinggo Telp. : 0335-425296 / Hp: 085323235000 Email : [email protected] Hj. Sutiyah, Spd SDN Sumbertaman 1 Jl. Sunan Giri No. 4 Sumbertaman - Probolinggo Telpon: 0335-425917 / Hp: 085235409678 Email: [email protected] Mitra 1. KINERJA USAID 2. Pemerintah Kota Probolinggo (Bagian Organisasi, Bappeda, dan Dinas Pendidikan) 3. LPKP Jawa Timur Peneliti Moch. Solekhan ([email protected]) M. Baiduri Faishal ([email protected]) Institusi: LPKP Jawa Timur Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Pengelolaan satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”. Selain itu, dengan adanya keterbatasan sarana-prasarana pendidikan, keterbatasan sosial-ekonomi orang tua murid, keterbatasan anggaran sekolah, kapasitas SDM guru Initiatives for Governance Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS. Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email: [email protected] cgi.fisipol.ugm.ac.id

Upload: trinhkhanh

Post on 01-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DDAATTAABBAASSEE GGOOOODD PPRRAACCTTIICCEE

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1

Sektor Pendidikan

Sub-sektor Manajemen Berbasis Sekolah

Provinsi Jawa Timur

Kota/Kabupaten Probolinggo

Institusi Pelaksana 1. SDN Kebonsari Kulon 2 2. SDN Sumbertaman 1

Kategori Institusi Pemerintah Kota

Penghargaan -

Kontak Hj. Rukmini, Spd. SDN Kebonsari Kulon 2 Jl. Cokroaminoto No.9 Probolinggo Telp. : 0335-425296 / Hp: 085323235000 Email : [email protected] Hj. Sutiyah, Spd SDN Sumbertaman 1 Jl. Sunan Giri No. 4 Sumbertaman - Probolinggo Telpon: 0335-425917 / Hp: 085235409678 Email: [email protected]

Mitra 1. KINERJA –USAID 2. Pemerintah Kota Probolinggo (Bagian Organisasi, Bappeda, dan Dinas Pendidikan) 3. LPKP Jawa Timur

Peneliti Moch. Solekhan ([email protected]) M. Baiduri Faishal ([email protected]) Institusi: LPKP Jawa Timur

Mengapa program/kebijakan tersebut muncul?

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Pengelolaan satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”. Selain itu, dengan adanya keterbatasan sarana-prasarana pendidikan, keterbatasan sosial-ekonomi orang tua murid, keterbatasan anggaran sekolah, kapasitas SDM guru

Initiatives for Governance Innovation merupakan

wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya

mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat

ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni

FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP

UNAIR, DAN FISIP UNHAS.

Sekretriat

Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada

Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur

Yogyakarta 55281

email: [email protected]

cgi.fisipol.ugm.ac.id

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 2

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

yang relatif rendah, dan rendahya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kegiatan sekolah telah mendorong SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumbertaman 01 untuk mengembangkan sistem pengelolaan atau manajemen sekolah guna meningkatkan prestasi akademik maupun non-akademik sekolahnya.

Apa tujuan program/kebijakan tersebut?

Tujuan program adalah meningkatkan kualitas tata kelola sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dasar.

Bagaimana gagasan tersebut bekerja?

Desain penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, secara umum terdiri atas 3 elemen pokok, yaitu: 1) Pemahaman konsep MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders sekolah, 2) Peningkatan peran Komite Sekolah, dan 3) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam kegiatan sekolah. Strategi penerapan programnya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Sosialisasi program MBS Berorientasi Pelayanan Publik kepada stakeholders peduli pendidikan, 2) Penyelenggaraan ToT (Training of Trainner) bagi calon fasilitator MBS dan stakeholders pendidikan di tingkat Kota Probolinggo, 3) Penyelenggaraan pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders tingkat sekolah, dan 4) Pendampingan teknis di masing-masing sekolah dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik. Sedangkan prinsip yang dipergunakan adalah: partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.

Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat?

TP3S (Tim Peningkatan Pelayanan Publik) yang keanggotaannya terdiri dari: Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan Dewan Guru.

Apa perubahan utama yang dihasilkan?

Secara umum perubahan yang dihasilkan dari penerapan program ini dapat dikategorikan menjadi 4 kategori. Pertama, meningkatnya partisipasi warga sekolah dalam kegiatan EDS (Evaluasi Diri Sekolah), penyusunan RKS (RKJM, dan RKT/RKAS), pengadaan/perbaikan sarana-prasarana sekolah, maupun kegiatan sekolah lainnya. Kedua, meningkatnya transparansi penyelenggaraan kegiatan sekolah dalam bentuk publikasi RKS, IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat), janji /maklumat perbaikan pelayanan, dan laporan keuangan sekolah melalui papan informasi. Ketiga, meningkatnya responsivitas stakeholders sekolah dalam mensikapi kebutuhan fasilitas sekolah yang dikeluhkan oleh warga sekolah. Keempat, meningkatnya kualitas pelayanan publik

Siapa yang paling memperoleh manfaat?

Orangtua siswa dan siswa

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 3

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Deskripsi Ringkas

Dengan adanya keterbatasan sarana-prasarana pendidikan, keterbatasan sosial-ekonomi orang tua murid, keterbatasan anggaran sekolah, kapasitas SDM guru yang relatif rendah, dan rendahya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kegiatan sekolah telah mendorong Kepala Sekolah dan Komite Sekolah untuk mengembangkan sistem pengelolaan atau manajemen sekolah guna meningkatkan prestasi akademik maupun non-akademik sekolahnya. Lebih daripada itu, buruknya kinerja di era Orde Baru telah melahirkan konsep baru dalam pengelolaan sekolah. Konsep baru tersebut disebut MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Pengelolaan satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”. Karena itu, sekolah dasar dan menengah diwajibkan untuk menerapkan MBS.

Terkait dengan penerapan MBS tersebut, Pemerintah Kota Probolinggo telah melakukan kontrak kerjasama dengan KINERJA-USAID untuk penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik pada 20 sekolah mitra. Dua diantara 20 sekolah mitra sebagai pilot proyek dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut adalah SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1.

Tujuan penelitian hasil penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di Kota Probolinggo ini adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan capaian hasil dari penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo – Jawa Timur yang difasilitasi oleh LPKP Jawa Timur kerjasama dengan KINERJA-USAID dan Pemerintah Kota Probolinggo – Jawa Timur.

Mengenai desain penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, secara umum terdiri atas 3 elemen pokok, yaitu: 1) Pemahaman konsep MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders sekolah, 2) Peningkatan peran Komite Sekolah, dan 3) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam kegiatan sekolah. Strategi penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Sosialisasi program MBS Berorientasi Pelayanan Publik kepada stakeholders peduli pendidikan, 2) Penyelenggaraan ToT (Training of Trainner) bagi

calon fasilitator MBS dan stakeholders pendidikan di tingkat Kota Probolinggo, 3) Penyelenggaraan pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders tingkat sekolah, dan 4) Pendampingan teknis di masing-masing sekolah dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik. Sedangkan prinsip yang dipergunakan dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut ada 3, yaitu: 1) Partisipasi, 2) Transparansi, dan 3) Akuntabilitas.

Hasil penelitian mengungkapkan, bahwa pelaksanaan program MBS sudah sesuai atau mengarah pada desain program yang telah ditetapkan oleh OMP-MBS. Lebih daripada itu, SDN Sumbertaman 01 dan SDN Kebonsari Kulon 02 sebagai institusi pelaksana penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik telah mampu mensinergikan ketiga elemen pokok tersebut ke dalam pengelolaan sekolah. Sehingga, dalam waktu yang relatif singkat, kedua sekolah tersebut mampu menunjukkan perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.

Mengenai dampak nyata yang dapat dirasakan dari penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut, antara lain:

1) Meningkatnya partisipasi warga sekolah dalam kegiatan EDS (Evaluasi Diri Sekoah), penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan RKAS), pengadaan/perbaikan sarana-prasarana sekolah, maupun kegiatan sekolah lainnya.

2) Meningkatnya transparansi penyelenggaraan kegiatan sekolah dalam bentuk publikasi RKS (Rencana Kerja Sekolah), IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat), Janji / Maklumat Perbaikan Pelayanan, maupun laporan keuangan sekolah melalui papan informasi,

3) Meningkatnya resposivitas stakehoders sekolah dalam mensikapi kebutuhan fasilitas sekolah yang dikeluhkan oleh warga sekolah. Hal tersebut tercermin dari komitmen Kepala Sekolah untuk menerbitkan “Janji Perbaikan Pelayanan” yang dipublikasikan melalui papan informasi, dan

4) Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan publik ini, sudah cukup banyak perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pihak sekolah, terutama sekali terkait dengan perbaikan dan penambahan sarana-prasarana sekolah, diantaranya:

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 4

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Perbaikan dan penambahan fasilitas pojok laktasi, baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman 1 Kota Probolinggo.

Perbaikan dan peningkatan perawatan sarana sanitasi, yaitu: kamar mandi atau toilet, dan wastafel (tempat cuci tangan), baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman o1 Kota Probolinggo.

Perbaikan dan peningkatan perawatan kebersihan tempat ibadah di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.

Penambahan fasilitas bak sampah, baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo

Penambahan fasilitas rak sepatu kelas III untuk menjaga kebersihan ruang kelas di SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.

Pengadaan media atau papan informasi yang mudah diakses oleh warga sekolah, baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.

Pengadaan kalender pendidikan yang didistribusikan kepada wali murid di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.

Pengadaan papan “Daftar Nama Guru Kelas, Alamat, dan Nomor Telpon” yang mudah diakses oleh warga sekolah di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.

Pengadaan balai cangkru’an untuk tempat berembug bagi stakeholders sekolah di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.

Dsb.

Adapun pelajaran berharga atau lesson learned yang bisa dipetik dari pengalaman penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo tersebut dapat disarikan sebagai berikut:

1. Adanya political will dan good will dari Kepala Sekolah

2. Adanya pola kepemimpinan Kepala Sekolah

yang partisipatif dan egaliter.

3. Adanya kommitmen dari stakeholders sekolah untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.

4. Stakeholders sekolah dapat saling bekerjasama dalam memajukan sekolah

5. Terbangunnya sinergitas dan kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dengan Komite Sekolah dalam pengelolaan kegiatan sekolah dengan menerapkan prinsip: responsivitas, partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang berorientasi pada peningkatan pelayanan publik.

6. Meningkatnya kesadaran masyarakat atau wali murid untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, baik secara material maupun non material.

7. Tersedianya sumberdaya pendukung dalam menerapkan prinsip-prinsip MBS Berorientasi Pelayanan Publik, khususnya dalam pengadaan sarana-prasarana sekolah.

8. Meningkatnya tertib administrasi dan pendokumentasian dalam mengarsipkan dokumen-dokumen penting sekolah, seperti: pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan RKAS), penerbitan SK. Kepala Sekolah tentang Kepengurusan Komite Sekolah, penerbitan SK. Kepala Sekolah tentang RKS, penerbitan SK. Kepala Sekolah tentang Tim Peningkatan Pelayanan Publik, penerbitan Janji/Maklumat Perbaikan Pelayanan Publik oleh Kepala Sekolah, dsb.

9. Meningkatnya prestasi akademik siswa, seperti yang diraih oleh SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo. Dimana pada tahun 2012 ini, SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo nilai hasil Ujian Nasionalnya secara umum menempati ranking ke-7 dari 115 sekolah tingkat dasar yang ada di Kota Probolinggo.

Sedangkan peluang untuk dapat direplikasi di tempat lain, penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini memiliki peluang cukup tinggi dan mempunyai ma’na yang sangat strategis dalam pengembangan manajemen sekolah, dengan ketentuan bahwa persyaratan dan instrumen pendukungnya dapat terpenuhi.

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 5

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Rincian Inovasi

1. Latar Belakang

Secara sosiologis, Kota Probolinggo ini didominasi oleh masyarakat Jawa, Madura, dan beberapa etnis minoritas, diantaranya: Tionghoa, dan Arab. Penduduknya sangat toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Subertaman 01, bahwa “Masyarakat di Kota Probolinggo ini terbagi atas 4 bagian, yaitu: bagian utara, bagian selatan, bagian tengah, dan bagian utara. Masyarakat di daerah bagian tengah dan utara lebih banyak berkulturkan Jawa dan etnis tionghoa, sedangkan masyarakat di bagian timur dan selatan lebih banyak berkulturkan madura dan etnis arab”.

Sebagai kota transit, kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Probolinggo sangat bertumpu pada sektor perdagangan dan

industri. Karena itu, sangatlah pas jika Kota Probolinggo mempunyai visi “Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kota Probolinggo Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Berbasis Investasi Produktif dan Berkesinambungan”. Disamping itu, karena keterbatasan SDA (Sumber Daya Alam), Kota Probolinggo sangat memperhatikan pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk mendukung keberlanjutan pembangunan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk visi Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, yaitu: “Terwujudnya Insan yang Cerdas dan Berakhlak Mulia”.

Terkait dengan pengembangan SDM di Kota Probolinggo tersebut, gambaran kondisi pendidikannya dapat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Kondisi Umum Pendidian di Kota Probolinggo – Jawa Timur

NO. NAMA LEMBAGA JUMLAH LEMBAGA

JUMLAH SISWA

JUMLAH GURU NEGERI/SWASTA

1. PAUD/KB 107 2.648 386

2. TK / RA 114 6.150 446

3. SD / MI 143 25.033 1.510

4. SMP /MTs 38 12.157 876

5. SMA /MA 21 5.837 526

6. SMK 18 6.488 627

7. SLB 5 201 37

TOTAL 446 58.514 4.408

Sumber: Data Pokok Pendidikan TP. 2011/2012

Sejalan dengan pengembangan pendidikan, berdasarkan kondisi tahun 2007, bahwa indeks kualitas pembangunan pendidikan Kota Probolinggo sebetulnya cukup baik, yaitu 80,17 dan memiliki selisih 6 angka di atas rata-rat Jawa Timur. Meski demikian, posisinya berada paling buncit diantara 9 kota lain di Jawa Timur (Jawa Pos, 24 Agustus 2010). Untuk itu, prioritas pekerjaan rumah pemerintah, DPRD, dan masyarakat Kota Probolinggo adalah mengarahkan perbaikan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia.

Salah satu upaya pemerintah Kota Probolinggo dalam mengatasi persoalan pendidikan tersebut adalah melakukan ujicoba penerapan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Berkenaan dengan penerapan MBS

(Manajemen Berbasis Sekolah) ini, Kabid TK/SD Dinas Pendidikan Kota Probolinggo menjelaskan, bahwa:

“Sejak tahun 2002 Pemerintah Kota

Probolinggo sebetulnya sudah menerapkan MBS, tetapi sifatnya masih percontohan di beberapa sekolah saja, dan capaian hasilnya juga belum maksimal. Karena itu, untuk meningkatkan kualitas penerapan MBS di sekolah-sekolah – khususnya untuk sekolah tingkat dasar, Pemerintah Kota Probolinggo telah menyepakati kerjasama dengan KINERJA-USAID untuk membuat pilot project pada 20 sekolah yang berada di daerah pinggiran bagian selatan dalam menerapkan MBS Berorikentasi Pelayanan Publik. Adapun tujuannya adalah melakukan perbaikan administrasi dan manajemen sekolah, meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan,

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 6

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

dan meningkatkan pemerataan dan keadilan dalam pengembangan pendidikan di Kota Probolinggo bagian selatan dengan bagian utara, sehingga masyarakat dapat menikmati pendidikan yang murah dan berkualitas secara

merata.”

Dua diantara 20 sekolah yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan sebagai pilot proyek dalam penerapan program MBS Beroriengtasi Pelayanan Publiik tersebut adalah SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumbertaman 01. Dimana, kedua sekolah tersebut terobsesi untuk mengembangkan pengelolaan atau manajemen sekolahnya dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat, dan prestasi akademik maupun non-akademik sekolah.

Sebagai sekolah yang terletak di daerah pinggiran, banyak sekali persoalan dan tantangan yang dihadapi sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sekolah Kebonsari Kulon 02, bahwa “persoalan utama yang dihadapi sekolah untuk pengembangan pendidikan dalam hubungannya dengan penerapan MBS, diantaranya: keterbatasan sarana-prasarana pendidikan, kapasitas SDM guru yang relatif rendah, keterbatasan sosial-ekonomi orang tua murid, keterbatasan anggaran sekolah, dsb.” Ditambahkan oleh Ketua Komite SDN Sumbertaman 01, bahwa:

“Persoalan mendasar yang dihadapi sekolah adalah aspek kultur atau sosial budaya masyarakat. Dimana, masyarakat daerah pinggiran bagian selatan ini perhatian orang tua terhadap pendidikan relatif masih rendah. Mereka merasa berat untuk mengeluarkan biaya pendidikan, tetapi sebaliknya mereka sangat royal mengeluarkan uang untuk kegiatan-kegiatan yang berbau sosial keagamaan. Pendidikan tidak terlalu penting, yang penting bagi mereka bisa memasukkan anaknya ke pondok pesantren untuk bisa belajar tentang keagamaan. Karena itu, tingkat pendidikan masyarakat di sini relatif rendah.”

Karena itu peran komite sekolah sangat penting dan strategis dalam membangun sinergitas antara masyarakat dengan pihak sekolah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Dengan terbangunnya sinergitas tersebut diharapkan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sekolah. Dijelaskan oleh Kepala Sekolah Sumbertaman 01, bahwa “Tanpa adanya partisipasi masyarakat, utamanya yang berupa material, sekolah akan kesulitan untuk meningkatkan kualitas pendidian, mengingat anggaran yang

teralokasikan untuk sekolah relatif masih terbatas, dan sangat bergantung pada dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)”.

Selain itu, buruknya kinerja di era Orde Baru telah melahirkan konsep baru dalam pengelolaan sekolah. Konsep baru tersebut disebut MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Pengelolaan satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”.

Bertitik tolak pada kondisi realistis penyelenggaraan pendidikan tingkat dasar seperti tersebut di atas, maka program “ MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) Berorientasi Pelayanan Publik” ini dipandang sebagai salah satu alternatif untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi sekolah. Lebih daripada itu, dijelaskan pula oleh Kabid TK/SD Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, bahwa:

“Pelaksanaan program MBS ini merupakan bentuk kommitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam menjalankan amanah UU Nomor 25.Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP. Nomor 68 tahun 1999 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakt dalam Penyelenggaraan Negara, serta Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Jawa timur”.

Selain itu, dengan adanya Perda Kota Probolinggo Nomor 5 Tahun 2003 tentang Partisipasi Masyarakat, dan Perda Nomor 6 Tahun 2003 tentang Kebebasan Memperoleh Informasi, maka program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut mempunyai peluang untuk dapat dikembangkan.

Dengan demikian, program MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini sangat cocok untuk diterapkan di Kota Probolinggo, khususnya di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Subertaman 1. Tujuannya cukup jelas, yaitu mengembangkan manajemen sekolah yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, dan prestasi akademik maupun non akademik sekolah.

2. Tujuan Penelitian Hasil Penerapan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 7

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Tujuan penelitian hasil penerapan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik ini adalah untuk

mendeskripsikan, menganalisis, dan

menginterpretasikan capaian hasil dari

penerapan program MBS Berorientasi

Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02

dan SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo

– Jawa Timur yang difasilitasi oleh LPKP Jawa

Timur kerjasama dengan KINERJA-USAID dan

Pemerintah Kota Probolinggo – Jawa Timur.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan

untuk mendiskripsikan atau menggambarkan

suatu fenomena atau kejadian dengan apa

adanya. Dijelaskan oleh Kirk dan Miller dalam

Moloeng (2003:4), bahwa “penelitian kualitatif

itu merupakan tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan manusia, baik

dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya maupun dalam peristilahannya”.

Dengan kata lain, bahwa pendekatan kualitatif

itu merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diwawancarai dan diamati, maupun

dari data-data atau dokumen-dokuen yang

dapat dikaji dan dipelajari.

Penelitian ini difokuskan pada proses

pelaksanaan program MBS Berorientasi

Pelayanan Publik, pencapaian hasil, dan faktor

penghambat serta pendukungnya yang terjadi

selama pelaksanaan program. Sedangkan

jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini

ada 2 jenis, yang meliputi:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh

melalui wawancara dengan para informan

yang menguasai permasalahan, memiliki

data terkait dengan pengelolaan program

MBS Berorientasi Pelayanan Publik, dan

bersedia memberikan data, khususnya data

yang berguna dan berkaitan serta ada

relevansinya dengan tujuan penelitian.

b. Data Sekunder, yaitu yang diperoleh secara

tidak langsung, tetapi diperoleh melalui studi

dokumentasi, misalnya: petunjuk

pelaksanaan, petunjuk teknis, laporan hasil

kegiatan, foto-foto dokumentasi, rekaman-

rekaman proses dan hasil, dan sebagainya.

Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan,

yaitu: wawancara dan studi dokumentasi.

Sedangkan teknik analisis datanya

dipergunakan analisis data kualitatif, dan

dilaksanakan di lapangan (selama proses

pengumpulan data). Adapun langkah-

langkahnya akan dipergunakan model analisis

interaktif (interactive model analysis) dengan

prosedur: reduksi data, penyajian data,

menarik kesimpulan dan verifiasi (Miles dan

Huberman, 2007:20)

A. INISIASI

Dalam hubungannya kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan KINERJA-USAID dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, Pemerintah Kota Probolinggo telah membentuk Tim Teknis, dan Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan. Dimana, Tim Teknis tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Probolinggo Nomor: 188.45/281/KEP/425.012/2011 tentang “Tim Teknis Pendampingan Kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan KINERJA-USAID Tahun 2011”. Sedangkan Pokja Bidang Pendidikan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2 / 37 / 425.103 / 2011 tentang “Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan Program KINERJA-USAID Kota Probolinggo Tahun 2011”. Disisi lain, KINERJA-USAID dalam memfasilitasi hubungan kerjasama dalam penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut juga telah merekrut dan menetapkan LPKP Jawa Timur sebagai OMP (Organisasi Mitra Pelaksana) dalam operasionalisasi program di tingkat lapang.

Selanjutnya, Dinas Pendidikan Kota Probolinggo sebagai leading sector dalam penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut, menetapkan 20 sekolah yang akan dijadikan sebagai pilot proyek. Didalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2/37.a/KEP/425.103/2011 tentang “Pemilihan Sekolah Mitra Program

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 8

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

KINERJA-USAID” menyebutkan bahwa 20 sekolah mitra yang dimaksudkan tersebut

adalah sebagai berikut:

NAMA-NAMA SEKOLAH MITRA PROGRAM KINERJA-USAID KOTA PROBOLINGGO

NO. KECAMATAN NAMA SEKOLAH

1. Kanigaran 1. SDN Kanigaran 5 2. SDN Curahgrinting 1 3. SDN Tisnonegaran 1 4. SDN Sumber Wetan 1 5. SDN Kebonsari Kulon 2 6. SDN Sukoharjo 4

2. Kedopok 1. SDN Kareng Lor 2 2. SDN Sumber Wetan 1 3. SDN Jrebeng Kulon 2 4. SDN Kedopok 1 5. SDN Jrebeng Wetan

3. Wonoasih 1. SDN Kedunggaleng 1 2. Pakistaji 1 3. Kedungasem 3 4. Jrebeng Kidul 5. Wonoasih 2 6. Sumbertaman 1

4. Sekolah Mitra untuk SMP 1. SMPN 6 2. SMPN 8 3. MTs Negeri

Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2/37.a/KEP/425.103/2011 tentang “Pemilihan Sekolah Mitra Program KINERJA-USAID”

Selanjutnya untuk menjamin bahwa pihak sekolah akan melaksanakan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik, maka calon sekolah mitra tersebut diminta oleh Kepala Dinas untuk memberikan surat pernyataan kesediaan, tanpa terkecuali bagi SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumbertaman 01. Secara substansial, isi surat pernyataan kesediaan tersebut memuat 4 pernyataan. Sebagaimana diuraikan pada Surat Pernyataan Komitmen Sebagai Sekolah Mitra Bantuan teknis Peningkatan Pelayanan Publik dengan fokus Utama pada Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) SDN Sumbertaman 01 Nomor: 422.1/254.103.3.118/2011, yang berkomitmen :

1. Membentuk Tim Peningkatan Pelayanan Publik

2. Bersedia melaksanakan seluruh tahapan kerjasama bantuan teknis

3. Memantau kemajuan pelaksanaan tahapan bantuan teknis Peningkatan Pelayanan Publik fokus pada pelaksanaan MBS dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai target dan tahapan yang telah disepakati.

4. Mendukung pelaksanaan proses peningkatan Pelayanan Publik dengan fokus utama pada pelaksanaan MBS dan akan memenuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Probolinggo”.

Setelah terbangun kommitmen antara pihak sekolah dengan Dinas Pendidikan, selanjutnya pihak sekolah membentuk TP3S (Tim Peningkatan Pelayanan Publik Sekolah). Dimana, TP3S ini yang selanjutnya akan mengorganisasikan dan melaksanakan kegiatan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di tingkat sekolah.

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 9

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Lebih daripada itu, untuk menguatkan komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut, pemerintah terus meningkatkan alokasi anggaran pendidikan dalam setiap tahunnya. Berdasarkan

penjelasan dari Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dalam presentasinya di hadapan peserta studi banding Kabupaten Melawi – Kalimantan Barat tanggal 30 Juli 2012, bahwa anggaran pendidikan Kota Probolinggo dapat dijelaskan sebagai berikut:

TahunAnggaran

Pendidikan (Rp)APBD Kota

ProbolinggoProsentase

Terhadap APBD

2009 126.293.408.438 495.304.486.753 25,50 %

2010 125.799.159.393 472.577.968.109 26,62 %

2011 182.233.998.783 579.909.451.142 31,42 %

2012 188.787.466.852 568.041.790.684 33,20 %

25,50 %

2009

Grafik Prosentase

terhadap APBD 26, 62 %

2010

Catatan : Termasuk gaji

31,42%

2011

33, 20%

2012

Sumber: Bahan Presentasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dalam acara Studi Banding Pemerintah Kabupaten Melawi – Kalimantan Barat di Kota Probolinggo, 30 Juli 2012.

Bertitik tolak pada proses dan dinamika tercetusnya program MBS Berorientasi Pelayanan Publik, serta komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam mengembangkan pendidikan tersebut, maka implementasi program ini diprediksikan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu, dengan adanya kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan stakeholders pendidikan dapat diyakini bahwa pelaksanaan program ini akan dapat meraih kesuksesan.

B. IMPLEMENTASI PROGRAM

1. Strategi Pelaksanaan Program

Program ini bertajuk “Manajemen

Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan

Publik”. Tujuan program adalah

meningkatkan kualitas tata kelola sekolah

dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

dasar. Sedangkan secara substansial,

penerapan program ini terdiri atas 3 elemen

pokok, yaitu: 1) Pemahaman konsep MBS

Berorientasi Pelayanan Publik bagi

stakeholders sekolah, 2) Peningkatan peran

Komite Sekolah, dan 3) Peningkatan Peran

Serta Masyarakat dalam kegiatan sekolah.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan

programnya, berdasarkan dokumen “Laporan

Hasil Pelaksanaan Program MBS Berorientasi

Pelayanan Publik” yang disusun oleh OMP-

MBS Kota Probolinggo dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Sosialisasi Program MBS Berorientasi

Pelayanan Publik

Langkah awalnya, LPKP Jawa Timur

sebagai OMP-MBS Berorientasi Pelayanan

Publik melakukan sosialisasi program

kepada pemerintah Kota Probolinggo

(dalam hal ini kepada Bappeda, Bagian

Organisasi, dan Dinas Pendidikan). Setelah

diperoleh pemahaman dan mendapatkan

respon positif dari pemerintah, langkah

selanjutnya, OMP-MBS melakukan

sosialisasi program MBS kepada

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 10

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

stakeholders sekolah (Kepala Sekolah,

Komite Sekolah, dan Dewan Guru) dengan

target sasaran 20 Sekolah Dasar yang

sudah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan

sebagai pilot proyek dalam penerapan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik.

b. Melakukan TOT MBS Berorientasi

Pelayanan Publik

Kegiatan TOT MBS Berorientasi Pelayanan

Publik ini dimaksudkan untuk menyiapkan

tenaga fasilitator yang akan memfasilitasi

proses Pelatihan MBS bagi stakeholders

sekolah dan pendampingan teknis di

tingkat sekolah. Pesertanya adalah

fasilitator MBS yang telah direkrut OMP-

MBS atas persetujuan LPSS dan Dinas

Pendidikan Kota Probolinggo, Fasilitator

Daerah yang telah dipersiapkan sejak awal

pelaksanaan program oleh OMP-MBS, dan

Tim Teknis yang telah dibentuk oleh

Pemerintah Kota Probolinggo.

c. Pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan

Publik

Pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan

Publik ini dimaksudkan untuk memberikan

pembekalan kepada stakeholders sekolah

mengenai teknis operasional pelaksanaan

MBS Berorientasi Pelayanan Publik di

tingkat sekolah. Pesertanya adalah para

stakeholders sekolah dari 20 sekolah yang

menjadi pilot proyek atau mitra kerja OMP-

MBS, dan masing-masing sekolah

mengikutsertakan peserta sebanyak 3

orang (yaitu: Kepala Sekolah, perwakilan

guru, dan Komite Sekolah). Sehingga total

peserta pelatihan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik ini sebanyak 60 orang.

d. Pendampingan Teknis di Tingkat

Sekolah

Pendampingan teknis di tingkat sekolah ini

dimaksudkan untuk meenguatkan kapasitas

stakeholders sekolah pada aspek teknis

penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan

RAKAS), tugas pokok dan fungsi Komite

Sekolah, pendokumentasian dan publikasi

RKS, pengelolaan anggaran sekolah,

prestasi sekolah, dsb. Lebih daripada itu,

kegiatan pendampingan teknis ini juga

dimaksudkan untuk mendorong kepada

stakeholders sekolah untuk meningkatkan

kualitas pelayanan publik, baik yang

bersifik fisik maupun non fisik. Mengenai

teknis pendekatannya, ada 2 model yang

dilaksanakan oleh team OMP-MBS ini,

yaitu: 1) Pendampingan dengan sistem

cluster, dan 2) Pendampingan langsung ke

sekolah untuk kegiatan-kegiatan yang lebih

teknis dan spesifik.

e. Pendokumentasian hasil kegiatan

program

Terkait dengan pendokumentasian hasil

kegiatan program ini ada 2 model yang

dilakukan oleh OMP-MBS Kota Probolinggo,

yaitu: 1) Pendokumentasian hasil kegiatan

yang sifatnya insidentil, seperti: sosialisasi

program MBS, TOT MBS, dan pelatihan

MBS, 2) Pendokumentasian hasil kegiatan

pendampingan teknis di tingkat sekolah

yang dikemas dalam bentuk laporan

perkembengan program bulanan.

Sedangkan maksud dan tujuan dari

pendokumentasian hasil kegiatan program

ini adalah untuk mengetahui tingkat capaian

hasil kegiatan, faktor penghambat, dan

pendukungnya, serta solusi pemecahan

permasalahan untuk perbaikan kegiatan-

kegiatan selanjutnya.

f. Monitoring dan asisten hasil kegiatan

program:

Dalam kaitannya dengan kegiatan

monitoring dan asistensi hasil kegiatan

program ini, secara umum dapat dikatakan

bahwa mekanisme pelaksanaan monitoring

dan asistensi program ini dapat dibedakan

atas dua jenis, yaitu:

1) Rapat Koordinasi

OMP-MBS Kota Probolinggo melakukan

rapat koordinasi setiap 2 minggu sekali.

Tujuan rapat koordinasi terasebut

adalah untuk mengetahui capaian hasil

kinerja program, dan menyamakan

persepsi dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang akan dilaksanakan 2

minggu ke depan. Disamping itu, tujuan

rapat koordinasi dua mingguan tersebut

adalah merumuskan alternatif

pemecahan permasalahan di lapang

yang membutuhkan pemecahan

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 11

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

segera, sehingga team MBS bisa

segera mengambil tindakan

pemecahannya.

2) Monitoring dan asistensi 3 bulanan

Kegiatan monitoring dan asistensi 3

bulanan ini dilaksanakan oleh

Koordinator Nasional MBS dan

Penanggungjawab Program MBS.

Tujuannya adalah untuk mengetahui

capaian hasil kinerja program MBS,

faktor penghambat dan pendukung

yang ditemui selama kegiatan di lapang,

serta mencarikan solusi pemecahan

permasalahan. Dalam kegiatan

monitoring dan asistensi 3 bulanan ini

juga dilaksanakan kunjungan lapang,

dan koordinasi dengan pihak-pihak

terkait untuk mensinergikan kegiatan,

dan menumbuhkan kerjasama antar

OMP secara lebih baik.

2. Siapa Melakukan Apa ?

Dalam pelaksanaan program MBS

Berorientasi Pelayanan Publik ini, LPKP Jawa

Timur selaku OMP- MBS tidak berdiri sendiri

tetapi harus berinteraksi dan bersinergi dengan

pihak-pihak lain yang berhubungan dengan

pelaksanaan MBS. Terkait dengan pihak-pihak

lain yang terlibat maupun yang akan menerima

manfaat dari kegiatan pelaksanaan MBS ini,

berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan

pihak-pihak terkait, secara umum dapat

dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

NO. Siapa melakukan apa ? Penerima Manfaat

1. Kinerja:

Sosialasi program KINERJA kepada Pemerintah Daerah dan stakeholders di tingkat Kabupaten/Kota.

Membentuk Tim Teknis dan Pokja Memediasi OMP atau Service Provider dalam

melakukan komunikasi dan koordinasi kepada pemerintah daerah

Memperkenalkan SP MBS kepada 20 Kepala Sekolah yang akan menjadi mitra kerja

Workshop SPM (Standar Pelayanan Minimum)

Bidang Pendidikan Fasilitasi pembentukan PPID

Stakeholders peduli pendidikan, baik dari pemerintah maupun non pemerintah di tingkat Kota Probolinggo

Pemerintah Kota Probolinggo

Pemerintah Kota Probolinggo dan para OMP

Para OMP dan calon sekolah mitra kerja dalam pelaksanaan program MBS

Para OMP dan stakeholders peduli pendidikan di tingkat Kota Probolinggo

Para OMP dan stakeholders peduli pendidikan di tingkat Kota Probolinggo

2. Tim Teknis :

Mempertanggungjawaban semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para OMP kepada Pemerintah Kota Probolinggo

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil kinerja para OMP

Pemerintah Kota Probolinggo (Dinas / instansi terkait)

Pemerintah Kota

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 12

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Memediasi hubungan antara para OMP dengan pemerintah Kota Probolinggo dalam memperlancar proses kegiatan yang dilaksanakan oleh para OMP.

Probolinggo dan para OMP selaku pelaksana program.

Idem

3. OMP MBS ( LPKP Jawa Timur ):

Pembuatan desain program implementasi program MBS, dan penyusunan modul MBS.

Semiloka MBS TOT MBS

Pelatihan MBS bagi Stakeholders sekolah Sosialisasi dan konsolidasi ke media (TV Pro,

Radar Bromo, dan Suara Kota), dan sekolah2 mitra)

Pendampingan teknis penerapan MBS yang berorientasi pelayanan publik di sekolah.

Rapat koordinasi intern Team MBS dua mingguan

Rapat koordinasi antar OMP bersama dengan Tim Teknis, Pokja Pendidikan, dan LPSS setiap bulan sekali.

Tim Pelaksana Program MBS

Stakeholders peduli pendidikan di tingkat kota Probolinggo

Tim Teknis, Pokja Pendidikan, Calon Fasilitator MBS, dan Tim Pelaksana program MBS

Stakeholders sekolah (Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, dan Tokoh Masyarakat).

Para pelaku media massa, baik elektronik maupun non elektronik.

Stakeholders sekolah, dan warga sekolah

Team pelaksana program MBS

Para OMP, Tim Teknis, Pokja Pendidikan, dan LPSS.

4. OMP Survei Pengaduan (Council):

Workshop penyusunan instrumen survei pengaduan

Melaksanakan survei pengaduan

Workshop analisis hasil survei pengaduan Penyusunan maklumat pelayanan dan

rekomondasi

Para OMP, para calon pelaksana survei pengaduan

Stakeholders peduli pendidikan, baik di tingkat Kota Probolinggo, maupun di tingkat sekolah.

Stakeholders peduli pendidikan, baik di tingkat Kota Probolinggo, maupun di tingkat sekolah.

Stakeholders sekolah, warga sekolah, dan pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan.

5. OMP Media (ISAI):

Workshop jurnalisme warga Pembentukan komunitas jurnalis warga Pendampingan jurnalis warga

Para calon jurnalisme warga

Komunitas jurnalisme warga

Jurnalisme warga

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 13

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

6. Pihak Sekolah:

Membentuk TP3S (Tim Peningkatan Pelayanan Publik Sekolah)

Membentuk dan melakukan reorganisasi kepengurusan paguyuban kelas, mulai dari kelas 1 s/d kelas VI.

Melaksanakan EDS dan analisis SPM, serta survei pengaduan.

Melaksanakan penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan RKAS)

Mempublikasikan hasil perencanaan dan pengelolaan anggaran sekolah

Mempublikasikan prestasi sekolah Pembuatan papan informasi/mading yang

representatif Pembuatan kotak saran/pengaduan sebagai

bagian dari sistem pengaaduan siswa dan masyarakat,

Membuat janji perbaikan pelayanan dan rekomendasi

Membuat kalender akademik untuk dibagikan kepada wali murid

Membuat identitas guru dan wali kelas yang bisa diakses oleh siswa dan orang tua.

Penyediaan perpustakaan yang bisa diakses oleh stakeholders sekolah

Menyediakan tempat / balai cangkruan sebabgai sarana untuk rembug warga sekolah

Optimalisasi sarana-prasarana publik, terdiri dari: pojok laktasi, tempat ibadah, tempat cuci tangan, lapangan olah raga, tempat sampah, kamar mandi /jamban, rak sepatu, dsb.

Membangun kemitraan dengan pihak multi stakeholders (Puskesmas, DUDI, dsb).

Stakehoders sekolah

Para wali murid, dan Komite Sekolah

Stakeholders sekolah, dan para wali murid

Stakeholders sekolah, dan para wali murid, serta siswa

Idem

Idem Idem Idem

Idem Idem

Idem

Idem

Idem

Idem

Idem

7. Komite Sekolah:

Penyusunan/enyempurnaan AD/ART Peningkatan pemahaman tupoksi komite sekolah Penyusunan program kerja

Stakeholders sekolah, warga sekolah, dan pengurus Komite Sekolah sendiri.

Pengurus Komite Sekolah

Pengurus Komite Sekolah

Sumber: Data diolah berdasarkan hasil wawncara dengan OMP-MBS, OMP-Survei Pengaduan, OMP-Media, Kepala SDN Kebonsari Kulon 2, Kepala SDN Sumbertaman 1, Ketua Komite SDN Sumbertaman 1, dan LPSS Kota Probolinggo.

3. Dukungan anggaran, SDM, dan fasilitas

penunjang lainnya

Dalam pelaksanaan program ini tidak

bisa terlepaskan dari adanya dukungan dana,

SDM, maupun bentuk-bentuk fasilitas lainnya.

Secara lebih rinci dukungan anggaran maupun

SDM tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dukungan Anggaran:

Terkait dengan dukungan anggaran,

sumber utamanya adalah Kinerja, dan

pemerintah Kota Probolinggo dalam bentuk

Co-sharring. Alokasi anggaran yang bersumber

dari KINERJA-USAID untuk mendukung

pelaksanaan program ini kurang lebih

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 14

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

sebanyak Rp. 385.000.000,-dan jika dirata-rata

alokasi anggaran untuk tiap sekolah kurang

lebih sebanyak Rp. 19.250.000,-Tetapi perlu

difahami bersama, bahwa dukungan dana dari

KINERJA tersebut tidak dirupakan dalam

bentuk uang, tetapi diwujudkan dalam bentuk

fasilitasi teknis, baik di tingkat Kota Probolinggo

maupun di tingkat sekolah. Sebagaimana

diungkapkan oleh Anwar-selaku penanggung

jawab program MBS, bahwa “program ini murni

hanya memberikan bantuan teknis, dan tidak

ada sepeserpun anggaran program yang bisa

dialokasikan untuk pengadaan barang.” Untuk

itu, pemerintah daerah (baca: Dinas

Pendidikan), dan pihak sekolah diharapkan

bisa berkontribusi dalam penerapan program

MBS ini, terutama pengadaan sarana-

prasarana untuk peningkatan pelayanan publik.

Sebagai bentuk kommitmen dari pihak

sekolah dalam menerapkan MBS ini, pihak

sekolah juga berkontribusi secara finansial

untuk mendukung kelancaran kegiatan

pendampingan teknis di tingkat sekolah, seperti

pemberian jamuan konsumsi dalam proses

pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS

(RKJM dan RAKAS) yang dilakukan oleh TPS

(Tim Pengembang Sekolah), rapat-rapat

koordinasi internal sekolah, rapat koordinasi

dengan komite sekolah, dsb. Disamping itu,

sekolah juga mengeluarkan anggaran untuk

melakukan perbaikan dan pengadaan fasilitas

pelayanan publik, seperti: pengadaan papan

informasi, perpustakaan, jamban, musholla,

pojok laktasi, balai cangkruan, dsb.

Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala SDN

Kebonsari Kulon 02, bahwa:

“Sebagai wujud kommitmen dari Pihak Sekolah yang telah dipercaya sebagai sekolah ber-MBS, maka pihak sekolah semaksimal mungkin berupaya untuk memenuhi kebutuhan sarana-prasarana sekolah yang diperlukan, sehingga sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas outputnya. Tentu saja dalam mewujudkan pemenuhan sarana-prasarana sekolah tersebut sekolah harus dapat dukungan dari Komite Sekolah untuk meningkatkan partisipasi wali murid, baik secara material maupun non material dalam penyelenggaraan kegiatan sekolah”.

Sedangkan dukungan dana dari

pemerintah dalam penerapan program MBS ini,

menurut Kabid. TK/SD Dinas Pendidikan Kota

Probolinggo, bahwa “Pemerintah telah

mengalokasikan anggaran melalui DAK (Dana

Alokasi Khusus) senilai kurang lebih Rp.

60.000.000,- (Enampuluh juta rupiah) yang

akan disalurkan sebagai bentuk penghargaan

kepada 20 sekolah yang telah menerapkan

MBS. Ditambahkan oleh Sekretaris Dinas

Pendidikan Kota Probolinggo, bahwa

“Dipandang penting bagi Pemerintah untuk

melakukan penilaian terhadap 20 sekolah yang

telah menerapkan MBS tersebut untuk dapat

diketahui tingkat capaian kinerjanya. Atas

capaian prestasi kinerja tersebut, maka perlu

diberikan reward atau penghargaan guna

mendorong kinerja sekolah supaya lebih baik

lagi, dan sekolah yang telah menerapkan MBS

dengan baik dapat dijadikan contoh bagi

sekolah-sekolah lainnya”.

b. Dukungan SDM:

Disamping dukungan anggaran, dalam

penerapan program MBS ini juga terdapat

dukungan SDM. Artinya, dalam penerapan

MBS ini, OMP-MBS melibatkan banyak pihak,

seperti misalnya Tim Teknis, Tim Pokja

Pendidikan, dan MSF (Multi Stakeholders

Forum), dsb. Lebih daripada itu, secara lebih

teknis, dalam pelaksanaan program MBS di

tingkat sekolah juga melibatkan Pengawas

Sekolah, Kepala Sekolah, Dewan Guru, Komite

Sekolah, dan tokoh masyarakat, dan para wali

murid.

Selain OMP-MBS, KINERJA-USAID juga

merekrut pihak ke-3 sebagai OMP untuk

menangani bidang survei pengaduan, dan

publiasi atau media. Sehingga dalam kaitan ini,

OMP-MBS tidak berdiri sendiri dalam

melaksanakan program, tetapi juga didukung

OMP-Survei Pengaduan, OMP-Media, Tim

Teknis, Tim Pokja Pendidikan, Pengawas

Sekolah, Kepala Sekolah, Dewan guru, Komite

Sekolah, Tokoh Masyarakat, dan para wali

murid. Karena banyaknya pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan program MBS ini, maka

sangat diperlukan adanya sistem komunikasi

dan koordinasi yang baik, yang

mengedepankan prinsip partisipasi,

transparansi, dan akuntabilitas. Lebih daripada

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 15

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

itu, komunikasi dan koordinasi secara intensif

harus dilakukan untuk menghindari adanya

tumpang tindih kegiatan, dan menumbuhkan

kerjasama dan sinergitas antar pihak.

4. Dinamika Proses Implementasi Program

Dalam pelaksanaan program MBS ini, pemerintah Kota Probolinggo telah memberikan dukungan yang cukup memadai, baik secara kebijakan, SDM, sarana-prasarana pendukung, maupun anggaran yang diperlukan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan program MBS ini. Namun di sisi lain, banyaknya pihak yang terlibat dalam pelaksanan program MBS ini juga berimplikasi terhadap panjangnya birokrasi dan alotnya proses pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini sangat dirasakan oleh OMP-MBS yang kegiatan-kegiatannya banyak beririsan atau bersinggungan dengan OMP-Survei Pengaduan, dan OMP-Media. Belum lagi ditambah dengan kegiatan-kegiatan sisipan yang dilaksanakan sendiri oleh KINERJA-USAID yang sebelumnya tidak terkoordinasikan dalam kerangka Workplan (Rencana Kerja) para OMP. Implikasinya, pada tataran implementasi di lapang seringkali harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian jadual kegiatan.

Sangat disadari, bahwa pelaksanaan program MBS ini akan membawa arah perubahan yang siginifikan bagi penyelenggaran kegiatan sekolah sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Akan tetapi pada implementasinya juga membawa konsekuensi terhadap transparansi pengelolaan anggaran sekolah yang selama ini ditengarahi masih dirasa berat bagi pihak sekolah. Lebih daripada itu, bagi sekolah yang tingkat sosial-ekonomi wali muridnya rendah akan merasa berat dan kesulitan untuk bisa menerapkan MBS, karena itu harus didukung anggaran yang memadai dari pemerintah. Sebaliknya kalau tingkat sosial-ekonomi wali murid bagus/tinggi, tentunya memudahkan bagi pihak sekolah untuk bisa menerapkan MBS, sekalipun tanpa ada dukungan dana dari pemerintah. Sementara itu, adanya isue sekolah gratis juga berpengaruh secara signifikan untuk bisa menggerakkan partisipasi masyarakat secara finansial.

Problematika penyelenggaraan kegiatan

sekolah tersebut sangat mempengaruhi pihak sekolah dalam menerapkan MBS. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Kebonsari Kulon 02, bahwa “Sekolah yang siap melaksanakan MBS adalah sekolah yang berjiwa reformis untuk melaksanakan prinsip-prinsip partisipasi, transparani, dan akuntabilitas. Tanpa memiliki semangat reformasi, maka akan merasa keberatan untuk melaksanakan MBS”. Karena itu, kata kunci pelaksanaan MBS ini adalah diterapkannya 3 prinsip dalam penyelenggaraan kegiatan sekolah, yaitu: partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Jika sekolah bisa menerapkan 3 prinsip MBS tersebut, maka sekolah akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat atau wali murid, dan prestasi sekolah akan meningkat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Sumbertaman 01, bahwa “Jika sekolah dapat menerapkan MBS, para stakeholders sekolah dalam bekerjanya akan lebih terarah, rasa memiliki sekolah menjadi lebih tinggi, bisa saling kerjasama untuk mendukung kegiatan sekolah, dan rasa kepercayaan masyarakat/para wali murid kepada sekolah semakin meningkat”. Ditambahkan oleh Kepala SDN Sumbertaman 01, bahwa:

“Salah satu berkah yang didapatkan sekolahnya dalam menerapkan MBS ini adalah diraihnya prestasi sekolah sebagai peringkat ke-7 dari 135 sekolah yang ada di Kota Probolinggo. Selain itu, angka partisipasi masyarakatnya juga cukup tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya partisipasi masyarakat untuk berkontribusi dalam pengadaan rak sepatu bagi siswa, melakukan pengecetan ruang kelas, melakukan pavingisasi halaman sekolah, dsb”.

Dengan demikian dapat ditarik benang merah, bahwa MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini jika benar-benar diimplementasikan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel akan dapat menumbuhkan kepercayaan kepada publik, yang selanjutnya berdampak pula kepada peningkatan prestasi sekolah.

5. Strategi penyelesaian persoalan yang

muncul dalam implementasi program

Dalam setiap pelaksanaan program,

selalu tidak bisa dilepaskan dengan suatu

permasalahan atau tantangan yang dihadapi,

termasuk pelaksanaan program MBS

Berorientasi Pelayanan Publik ini. Adapun

persoalan-persoalan yang muncul di lapang

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 16

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

ketika proses program ini berjalan, antara lain:

(1) banyaknya kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh para OMP yang harus

melibatkan pihak sekolah, (2) Banyaknya

kegiatan-kegiatan sekolah yang harus

dilaksanakan di akhir tahun ajaran, dan tahun

ajaran baru, (3) Adanya liburan sekolah di awal

bulan puasa, dan liburan Hari Raya Idul Fitri,

dsb. Permasalahan-permasalahan tersebut

tentunya membutuhkan perhatian dan

pemikiran serius dari pihak sekolah, agar

program tetap bisa berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh

Kepala SDN Kebonsari Kulon 02, bahwa

“pelaksanaan program MBS ini banyak menyita

waktu, tenaga, dan biaya, tetapi karena

sekolah sudah berkommitmen untuk

menerapakan MBS, maka pihak sekolah

mau/tidakmau harus bekerja keras agar

program bisa berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Lalau bagaimana caranya

mengatasi banyaknya persoalan yang muncul

tersebut ?

Ada dua macam cara yang dilakukan

oleh pihak sekolah dalam mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut.

Pertama, Kepala Sekolah selaku ketua TP3S

melakukan rapat koordinasi dengan anggota

TP3S untuk memecahkan berbagai persoalan

yang muncul dalam pelaksanaan program.

Dimana, rapat koordinasi tersebut

dilaksanakan setiap bulan sekali, dan secara

insidental jika terjadi permasalahan yang

membutuhkan penyelsaian segera. Kedua,

melakukan koordinasi dan konsultasi kepada

OMP dan LPSS terkait dengan proses

pelaksanaan program, maupun ketika

menghadapi permasalahan-permasalahan

yang sulit dan berat untuk dilaksanakan oleh

pihak sekolah. Diungkapkan oleh Kepala SDN

Sumbertaman 01, bahwa:

“untuk memudahkan proses pelaksanaan

program MBS, TP3S penting sekali untuk

melaksanakan rapat koordinasi setiap bulan

sekali, dan melakukan konsultasi kepada

Pengawas sekolah, tim MBS, Dinas

Pendidikan, ataupun kepada KINERJA

langsung ketika menghadapi persoalan yang

sulit untuk dipecahkan oleh pihak sekolah,

seperti misalnya pengadaan fasilitas sekolah

yang penting tetapi sekolah tidak mempunyai

anggarannya.”

Melalui dua macam cara mengatasi

permasalahan tersebut, maka segala macam

persoalan yang ditemui dalam proses

pelaksanaan program akan dapat dipecahkan.

Lebih daripada itu, TP3S sebagai organisasi

yang dibentuk untuk mengawal pelaksanaan

program MBS tersebut dapat berfungsi, dan

program dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan.

C. DAMPAK SUBSTANTIF

Dari hasil penerapan program MBS

Berorientasi Pelayanan Publik tersebut

tentunya dapat memberikan dampak secara

langsung maupun tidak langsung. Mengenai

dampak dari penerapan program MBS

Berorientgasi Pelayanan Publik di SDN

Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1

tersebut, secara lebih detail dapat diuraikan

sebagai berikut.

1. Dampak langsung terhadap kelompok

sasaran

Dengan diterapkannya MBS di sekolah,

para siswa dan para orang tua bisa merasakan

dampaknya secara langsung. Kepala Sekolah

dan para guru semakin rajin dan aktif dalam

mengajar. Kreatifitas dan keaktifan guru dalam

mengajar semakin meningkat, sehingga

berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi

akademik siswa. Lebih daripada itu, warga

sekolah semakin meningkat kepeduliannya

terhadap kegiatan sekolah. Sebagaimana

diungkapkan oleh Thohir-wali kelas IV yang

anaknya barusan lulus sekolah dari SDN

Sumber Taman 01 Kota Probolinggo, bahwa

beliau merasa senang dan bangga karena

anaknya bisa lulus sekolah dengan nilai hasil

Ujian Nasional yang sangat memuaskan.

Luapan kegembiraan juga sangat

dirasakan oleh siswa kelas VI yang telah

dinyatakan lulus dengan nilai rata-rata

memuaskan. Selanjutnya, untuk

mengekspresikan wujud kegembiraan siswa

kelas VI dan para wali murid, pihak sekolah

menggelar pentas seni untuk melepas siswa

kelas VI menuju jenjang pendidikan yang lebih

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 17

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

tinggi, yaitu SMP atau MTs. Dimana, kegiatan

pelapasan siswa kelas VI tersebut sama-sama

dilaksanakan oleh SDN Kebonsari Kulon 02

maupun SDN Sumber Taman 01 Kota

Probolinggo. Karena kegembiraan dan

kebaganggaan atas prestasi anaknya yang

telah lulus tersebut, para orang tua murid

dengan penuh kerelaan dan keihlasan dapat

berpartisipasi dalam bentuk finansial dan

tenaga untuk menggelar pentas seni dalam

rangka pelepasan siswa kelas VI.

Dengan demikian jelas, bahwa para

orang tua murid akan merasa senang dan

bangga jika anak-anaknya dapat berprestasi.

Mereka juga akan merasa senang bila mereka

mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak

sekolah. Jika para siswa dapat berprestasi, dan

orang tua siswa mendapatkan perhatian dan

pihak sekolah, maka para orang tua murid

tersebut akan meningkat pula partisipasinya

dalam kegiatan sekolah karena mereka betul-

betul dapat merasakan manfaatnya dari

sekolah tersebut. Sebagaimana diungkapkan

oleh Rosyid (1998), bahwa hakekat

keberadaan pemerintahan dan birokrasi adalah

dalam rangka menjalankan tugas memberikan

pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

2. Dampak bagi penguatan

kelembagaan/institusi (sekolah yang

bersangkutan)

Setelah sekolah mendapatkan

pendampingan teknis mengenai penerapan

MBS selama kurang lebih tujuh (7) bulan,

terdapat perubahan-perubahan yang cukup

signifikan di tingkat sekolah. Perubahan-

perubahan yang terjadi sebagai dampak dari

penerapan program MBS Berorientasi

Pelayanan Publik tersebut diantaranya:

a. Peningkatan partisipasi stakeholders

sekolah dalam kegiatan sekolah.

Berkenaan dengan partisipasi

stakeholders dalam kegiatan sekolah ini,

perubahan yang sangat menonjol adalah

keterlibatan stakeholders dalam proses

pelaksanaan EDS (Evaluasi Diri Sekolah), dan

penyusunan RKS (Rencana Kerja Sekolah).

Kalau tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan

EDS dan penhyusunan RKS hanya dilakukan

sendiri oleh Kepala Sekolah dengan

melibatkan beberapa guru saja, tetapi setelah

mendapatkan pendampingan penerapan MBS,

pihak Kepala Sekolah tidak hanya melibatkan

guru saja, tetapi juga melibatkan Komite

Sekolah, para tokoh masyarakat, dan

perwakilan wali murid. Proses pelaksanaannya

pun benar-benar dilakukan secara partisipatif

dengan menggunakan perlengkapan laptop

dan LCD, sehingga para peserta betul-betul

dapat terlibat secara aktif. Sebagaimana

diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Sumber

Taman 01 Kota Probolinggo, bahwa:

“Proses pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS tahun ini berbeda sekali dengan tahun-tahun sebelumnya. Pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS tahun ini melibatkan dewan guru, komite sekolah, tokoh masyarakat, dan perwakilan dari wali murid. Prosesnya pun memakan waktu berhari-hari, karena para peserta banyak yang belum memahami teknik pengisian instrumen EDS, dan penyusunan RKS. Namun karena proses pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS tersebut didampingi oleh pengawas sekolah secara intensif, akhirnya para peserta pun bisa terlibat dalam proses pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS dengan sabar sampai tuntas”.

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 18

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Foto Dokumen: Proses Pelaksanaan EDS di SDN Sumbertaman 01 Kota Probolinggo

Dalam proses pembentukan dan

penentuan pengurus paguyuban kelas pun,

pihak sekolah memfasilitasi proses tersebut

secara partisipatif pula. Dijelaskan oleh Ketua

Komite SDN Kebonsari Kulon 02 Kota

Probolinggo, bahwa:

“Dalam proses pelaksanaan pembentukan dan penentuan pengurus paguyuban kelas, masing-masing guru kelas memfasilitasi proses penyusunan pengurus paguyuban kelas secara partisipatif. Dimana, sebelum ditentukan pengurus paguyuban kelas, para guru kelas menjelaskan terlebih dahulu

tentang struktur kepengurusan paguyuban kelas, setelah itu menjelaskan mengenai kriteria calon pengurus paguyuban kelas. Setelah penjelasan dari guru kelas tersebut bisa difahami dan diterima para wali murid, langkah selanjutnya adalah proses pemilihan dan penentuan pengurus paguyuban kelas. Melalui mekanisme tersebut, para wali murid merasa senang dan puas karena para pengurus paguyuban kelas yang telah ditetapkan tersebut merupakan pilihan para wali murid sendiri,

bukan karena tunjukan dari pihak sekolah”.

Foto Dokumen: Proses Pembentukan Paguyuban Kelas di SDN Kebonsari Kulon 2

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 19

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Lebih daripada itu, peningkatan

partisipasi masyarakat tersebut juga

ditunjukkan oleh adanya keterlibatan wali murid

untuk memberikan sumbangan dalam

pengadaan fasilitas sekolah, seperti: rak

sepatu siswa, pengecatan ruang kelas, dsb.

Bahkan dalam kegiatan perpisahan kelas VI,

para orang tua juga terlibat untuk mengisi

acara pentas seni, dan memberikan iuran

secara finansial.

Meningkatnya partisipasi masyarakat

dalam kegiatan sekolah tersebut tentunya tidak

lepas dari rasa kebersamaan dan saling

kepercayaan, serta mau menerima kritik untuk

perbaikan dari stakeholders sekolah dalam

menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan

Publik di sekolah. Sebagaimana diungkapkan

oleh Sutrisno (1995), bahwa untuk

membangkitkan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan diperlukan adanya sikap toleran

dari aparat pemerintah dalam menerima kritik.

Dimana kritik dan pikiran alternatif yang muncul

dari masyarakat tersbut sebagai akibat dari

dinamika pembangunan itu sendiri. Mengingat

kritik dan pikiran alternatif itu merupakan suatu

bentuk partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan.

Lebih daripada itu, penumbuhan

partisipasi masyarakat itu memerlukan

kesungguhan dan konsistensi dari semua

pihak, mengingat hal ini harus dilakukan secara

terus-menerus dan membutuhkan rentang

waktu yang cukup lama bahkan tidak terbatas.

Mengingat, penumbuhan partisipasi itu harus

dimulai dari rasa saling percaya dan sikap

solider, baik antar individu dalam masyarakat

maupun antara masyarakat dengan

pemerintah.

Karena itu, dengan pendampingan

program yang relatif singkat namun sudah

dapat menggerakkan partisipasi warga sekolah

seperti tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan program MBS

Berorientasi Pelayanan Publik ini telah mampu

meningkatkan partisipasi warga sekolah dalam

kegiatan sekolah.

b. Peningkatan transparansi sekolah

Dalam kaitannya dengan transparansi

sekolah, pihak sekolah juga telah menunjukkan

perubahan yang cukup signifikan. Kalau

sebelumnya, pihak sekolah itu hanya

mempublikasikan mengenai prestasi sekolah

saja. Setelah menerapkan MBS ini, pihak

sekolah juga telah berani mempublikasikan

tentang RKS (Rencana Kerja Sekolah), IPM

(Indeks Pengaduan Masyarakat), Janji /

Maklumat Perbaikan Pelayanan, maupun

laporan keuangan sekolah, baik dari sisi

penerimaan maupun pengeluarannya. Lebih

daripada itu, pihak sekolah juga tidak

“sungkan-sungkan” menyampaikan kepada

wali murid (dalam acara pelapasan siswa kelas

VI) untuk menyampaikan kritik maupun saran

melalui “Kotak Saran Sekolah” guna

perbaikan mutu pendidikan. Sebagaimana

diungkapkan oleh Ketua Komite SDN

Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo, bahwa:

“Kita tidak akan pernah bisa melihat kekurangan atau kelemahan diri kita sendiri. Karena itu, kalau kita ingin berubah dan maju, kita harus mau dan berani menerima kritik dari pihak manapun. Karena melalui kritik itulah, kita bisa melihat kekurangan atau kelemahan kita, dan melalui kritik itu pula, kita akan bisa melakukan perubahan ke arah

yang lebih baik”.

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 20

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Foto Dokumen: Wawancara antara Pro-TV dengan Kepala Sekolah dan Ketua Komite SDN

Sumbertaman 01 tentang Program MBS Berorientasi Pelayanan Publik. Lebih daripada itu, diungkapkan oleh

Widodo (2010), bahwa reformasi yang terjadi

pada tahun 1998 sejatinya juga bersumber dari

tidak adanya keterbukaan informasi. Akibat

mengabdi berlebih pada pusat kekuasaan, hak-

hak warga negara diabaikan. Selain itu,

informasi sebagai sumber transparansi kala itu

tidak cukup dimiliki oleh warga negara,

Implikasinya, rakyat sama sekali tidak berperan

dalam semua kebijakan publik dan hanya

berposisi sebagai obyek belaka.

Transparansi atau keterbukaan publik itu

berarti adanya minat dan upaya untuk saling

kontrol dan bertanggung jawab. Kelembagaan

pemerintah yang transparan dan

berakuntabilitas publik berarti lembaga tersebut

berminat untuk menerima kontrol masyarakat

yang senantiasa mau

mempertanggungjawabkan segala kegiatan

yang diamanati oleh rakyat (Syamsudin, 2007).

Oleh karena itu, keterbukaan informasi publik

menjadi sebuah keniscayaan, dan merupakan

salah satu ciri penting dalam sistem

demokratis. Selain itu, Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik juga telah melembagakan prinsip

transparansi badan publik dan hak masyarakat

untuk memperoleh informasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan,

bahwa dengan adanya sekolah menerapakan

MBS berorientasi Pelayanan Publik tersebut

telah memberikan kontribusi bagi sekolah

untuk meningkatkan transparansi

penyelenggaraan kegiatan sekolah dalam

bentuk RKS (Rencana Kerja Sekolah), IPM

(Indeks Pengaduan Masyarakat), Janji /

Maklumat Perbaikan Pelayanan, maupun

laporan keuangan sekolah, baik melalui media

papan informasi yang mudah diakses oleh

publik maupun melalui forum komunikasi wali

murid.

c. Peningkatan responsivitas stakehoders

sekolah

Meningkatnya responsivitas

stakeholders sekolah ini tercermin dari

komitmen Kepala Sekolah untuk menerbitkan

“Janji Perbaikan Pelayanan” yang

dipublikasikan melalui papan informasi. Lebih

daripada itu, sikap responsivitas tersebut juga

diwujudkan oleh pihak sekolah dalam

memenuhi fasilitas-fasilitas sekolah, dan

membangun komunikasi yang intensif dengan

warga sekolah dalam meningkatkan kualitas

penyelenggaraan kegiatan sekolah.

d. Peningkatan kualitas pelayanan publik

Terkait dengan peningkatan kualitas

pelayanan publik ini, sudah cukup banyak

perubahan-perubahan yang dilakukan oleh

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 21

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

pihak sekolah, terutama sekali terkait dengan

perbaikan dan penambahan sarana-prasarana

sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan

kepuasan warga sekolah. Perbaikan dan

penambahan sarana-prasarana sekolah

tersebut, menurut keterangan dari Kepala SDN

Kebonsari Kulon 02 dan Kepala SDN Sumber

Taman 01 Kota Probolinggo, diantaranya dapat

disebukan sebagai berikut:

Perbaikan dan penambahan fasilitas pojok

laktasi, baik di SDN Kebonsari Kulon 02

maupun SDN Sumber Taman 1 Kota

Probolinggo.

Perbaikan dan peningkatan perawatan

sarana sanitasi, yaitu: kamar mandi atau

toilet, dan wastafel (tempat cuci tangan),

baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun

SDN Sumber Taman o1 Kota Probolinggo.

Perbaikan dan peningkatan perawatan

kebersihan tempat ibadah di SDN

Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.

Penambahan fasilitas bak sampah, baik di

SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN

Sumber Taman 01 Kota Probolinggo

Penambahan fasilitas rak sepatu kelas III

untuk menjaga kebersihan ruang kelas di

SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.

Pengadaan media atau papan informasi

yang mudah diakses oleh warga sekolah,

baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun

SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.

Pengadaan kalender pendidikan yang

didistribusikan kepada wali murid di SDN

Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.

Pengadaan papan “Daftar Nama Guru

Kelas, Alamat, dan Nomor Telpon” yang

mudah diakses oleh warga sekolah di

SDN Kebonsari Kulon 02 Kota

Probolinggo.

Pengadaan balai cangkru’an untuk tempat

berembug bagi stakeholders sekolah di

SDN Kebonsari Kulon 02 Kota

Probolinggo.

Dsb.

Disamping melakukan perbaikan dan

penambahan sarana-prasarana sekolah

tersebut, pihak sekolah juga telah membentuk

wadah yang disebut TP3S (Tim Peningkatan

Pelayanan Publik Sekolah) yang tugas dan

fungsinya adalah mendorong kepada pihak

sekolah untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik. Selain itu, pihak sekolah juga

telah membuat Janji / Maklumat Perbaikan

Pelayanan dengan tujuan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan publik sesuai dengan

harapan warga sekolah.

Ketika dilakukan pemetaan capaian

standar SPM (Standar Pelayanan Minimal)

yang difasilitasi oleh KINERJA-USAID pada

tanggal 25-26 Juni 2012 di gedung Puri

Menggala Bhakti – Probolinggo, capaian

standar SPM pada indikator 27 tentang

“Penerapan MBS dalam Kerangka

Pelayanan Publik” menunjukkan, bahwa SDN

Sumber Taman 01 dan SDN Kebonsari Kulon

02 Kota Probolinggo telah memenuhi standar

SPM tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat

diIihat pada tabel sebagai berikut:

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 22

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Indikator Penerapan MBS dalam Kerangka Pelayanan Publik Di SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo – Jawa Timur Tahun 2012

No

Komponen

Kondisi di Sekolah dan

Madrasah

Keterangan

Ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

1 Adanya Tim Peningkatan pelayanan Publik di sekolah.

Dibentuk pada bulan Maret 2012

2 Mempunyai RKS dan RKAS yang disusun secara partisipatif

Disusun pada bulan Mei – Juni 2012

3 Komite sekolah aktif dan partisipatif

4 Adanya publikasi perencanaan dan penganggaran sekolah

Dipublikasikan di papan informasi pada bulan Juni 2012

5 Adanya publikasi penggunaan dana BOS Dipublikasikan pada papan informasi, dan dijelaskan kepada wali murid saat penerimaan rapor siswa.

6 Peran serta orang tua/wali murid/ stakeholders sekolah dalam kemajuan sekolah

7 Papan informasi/mading yang representatif Papan ini sifatnya penambahan yang lebih baik, dan dibuat pada bulan April 2012.

8 Adanya Kotak saran/ pengaduan sebagai bagian dari sistem pengaduan siswa dan masyarakat

Disediakan sejak bulan April 2012.

9 Pelaksanaan survei pengaduan rutin setahun sekali

Dilaksanakan oleh Tim Survei pada bulan Pebruari s/d Maret 2012.

10 Adanya Janji perbaikan pelayanan / maklumat pelayanan yang di susun partisipatif dan di publikasikan

Janji perbaikan pelayanan sudah disusun secara partisipatif, tetapi tinggal pengesahan.

11 Adanya pernyataan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan

Pernyatan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan sudah disusun, tetapi tinggal pengesahan.

12 Adanya SOP, SPP dan kode etik sekolah yang di susun partisipatif

Dalam kaitan ini yang sudah ada baru “kode etik sekolah.

13 Hasil perencanaan sekolah di sinergikan dengan proses musrenbangdes

Belum pernah dilakukan

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 23

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

14 Adanya pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah

Pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah ini dibentuk pada bulan April 2012.

15 Tersedia perpustakaan yang terbuka untuk stakeholders sekolah

Stakeholders sekolah bisa akses buku ke sekolah, tetapi mereka belum bisa memanfaatkan ruang baca karena fasilitas belum memadai.

16 Adanya publikasi prestasi sekolah

Sudah dilakukan sekolah sejak 2 tahun yang lalu.

17 Publikasi identitas walikelas lengkap di depan kelas

Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.

18 Publikasi siswa yang mempunyai prestasi di akhir minggu setiap kelas.

Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.

19 Kalender akademik di bagikan kepada orang tua siswa dan atau di publikasikan.

Sudah dilakukan sejak bulan Juni 2012.

20

Pojok Ibu Menyusui dan atau UKS sesuai standar.

Sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan fasilitas dan perawatannya.

21 Sarana Peturasan / toilet sesuai standar. Sudah ada sejak 5 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan perawatan kebersihannya.

22 Pengembangan Budaya Pelayanan / budaya ramah di sekolah ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun dan Ikhlas)/etika pelayanan siswa, guru dan petugas sekolah lainnya.

Pengembangan budaya pelayanan tersebut telah dijadikan motto sekolah sejak tahun 2010.

Sumber: Dokumen Laporan MBS Distrik Probolinggo – LPKP Jawa Timur, Juni 2012

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 24

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Indikator Penerapan MBS dalam Kerangka Pelayanan Publik

Di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo – Jawa timur Tahun 2012

No

Komponen

Kondisi di Sekolah dan

Madrasah

Keterangan

Ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

1 Adanya Tim Peningkatan pelayanan Publik di sekolah.

V Dibentuk pada bulan Maret 2012

2 Mempunyai RKS dan RKAS yang disusun secara partisipatif

V Disusun pada bulan Mei – Juni 2012

3 Komite sekolah aktif dan partisipatif

V

4 Adanya publikasi perencanaan dan penganggaran sekolah

V Dipublikasikan di papan informasi pada bulan Juni 2012

5 Adanya publikasi penggunaan dana BOS V Dipublikasikan pada papan informasi, dan dijelaskan kepada wali murid saat penerimaan rapor siswa.

6 Peran serta orang tua/wali murid/ stakeholders sekolah dalam kemajuan sekolah

V

7 Papan informasi/mading yang representatif V Papan ini sifatnya penambahan, dan dibuat pada bulan April 2012.

8 Adanya Kotak saran/ pengaduan sebagai bagian dari sistem pengaduan siswa dan masyarakat

V Disediakan sejak bulan April 2012.

9 Pelaksanaan survei pengaduan rutin setahun sekali

V Dilaksanakan oleh Tim Survei pada bulan Pebruari s/d Maret 2012.

10 Adanya Janji perbaikan pelayanan / maklumat pelayanan yang di susun partisipatif dan di publikasikan

V Janji perbaikan pelayanan sudah disusun secara partisipatif, tetapi belum disyahkan.

11 Adanya pernyataan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan

V Pernyatan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan sudah disusun, tetapi belum disyahkan.

12 Adanya SOP, SPP dan kode etik sekolah yang di susun partisipatif

V

Dalam kaitan ini yang sudah ada baru “kode etik sekolah dan SOP tentang

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 25

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Penerimaan Siswa Baru.

13 Hasil perencanaan sekolah di sinergikan dengan proses musrenbangdes

V Belum pernah dilakukan

14 Adanya pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah

V Pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah ini dibentuk pada bulan April 2012.

15 Tersedia perpustakaan yang terbuka untuk stakeholders sekolah

V Stakeholders sekolah bisa akses buku ke sekolah, tetapi mereka belum bisa memanfaatkan ruang baca karena fasilitas belum memadai.

16 Adanya publikasi prestasi sekolah

V Sudah dilakukan sekolah sejak 2 tahun yang lalu.

17 Publikasi identitas walikelas lengkap di depan kelas

V Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.

18 Publikasi siswa yang mempunyai prestasi di akhir minggu setiap kelas.

V Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.

19 Kalender akademik di bagikan kepada orang tua siswa dan atau di publikasikan.

V Sudah dilakukan sejak bulan Juni 2012.

20

Pojok Ibu Menyusui dan atau UKS sesuai standar.

V Sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan fasilitas dan perawatannya.

21 Sarana Peturasan / toilet sesuai standar. V Sudah ada sejak 5 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan perawatan kebersihannya.

22 Pengembangan Budaya Pelayanan / budaya ramah di sekolah ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun dan Ikhlas)/etika pelayanan siswa, guru dan petugas sekolah lainnya.

V Pengembangan budaya pelayanan tersebut telah dijadikan motto sekolah sejak tahun 2010.

Sumber: Dokumen Laporan MBS Distrik Probolinggo – LPKP Jawa Timur, Juni 2012

Dengan demikian jelas, bahwa penerapan

MBS berorientasi Pelayanan Publik di SDN Sumber

Taman 01 dan SDN Kebonsari Kulon 02 telah

mendapatkan respon positif dari para stakeholders

sekolah, sehingga pihak sekolah dapat memenuhi

prinsip-prinsip MBS Berorientasi Pelayanan Publik

dalam pengelolaan kegiatan sekolah.

D. INSTITUSIONALISASI DAN TANTANGAN

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 26

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

1. Pelembagaan MBS Berorientasi Pelayanan

Publik

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan

Publik ini pada hakekatnya membutuhkan waktu

yang cukup panjang dan berliku-liku. Secara garis

besar, proses pelembagaan program tersebut dapat

dibedakan atas 2 jenis, yaitu pelembagaan secara

internal, dan pelembagaan secara eksternal.

Secara internal, proses pelembagaan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik ini dapat dilakukan

melalui kegiatan-kegiatan, antara lain:

a. Membentuk TP3S (Tim Peningkatan

Pelayanan Publik Sekolah)

b. Melaksanakan EDS (Evaluasi Diri Sekolah)

secara partisipatif

c. Melaksanakan penyusunan RKS (RKJM, RKT,

dan RKAS) secara partisipatif

d. Mempublikasikan hasil perencanaan dan

pengelolaan anggaran sekolah

e. Menyediakan papan informasi yang dapat

diakases oleh siswa dan orangtua siswa

f. Menyediakan kotak saran sebagai bagian dari

sistem pengelolaan pengaduan

g. Menyediakan kalender pendidikan yang dapat

diakses oleh wali murid

h. Menyediakan papan identitas guru dan wali

kelas yang dapat diakses oleh warga sekolah

Sedangkan secara eksternal, proses pelembagaan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan, antara lain:

a. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat

dalam kegiatan sekolah, baik dalam kegiatan

akademik maupun non-akademik.

b. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat

dalam kegiatan EDS (Evaluasi Diri Sekolah).

c. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat

dalam penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan

RKAS).

d. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat

dalam pengadaan maupun perbaikan fasilitas

sekolah, seperti: papan informasi publik, kotak

saran, rak sepatu siswa, rak buku

perpustakaan, papan identitas guru dan wali

kelas, dsb.

e. Membangun komunikasi dan mengembangkan

jaringan dengan Dinas Kota Probolinggo untuk

menjamin keberlansungan penerapan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik.

f. Membangun komunikasi dan mengembangkan

jaringan dengan masyarakat secara luas,

khususnya kalangan DUDI (Dunia Usaha dan

Dunia Industri) untuk menjamin

keberlangsungan penerapan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik.

2. Tantangan Pelembagaan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik

Tantangan yang perlu diantisipasi dan diatasi

dalam pelembagaan MBS berorientasi Pelayanan

Publik ini, antara lain dapat disebutkan sebagai

berikut:

a. Menjaga kesinambungan komunikasi dan

koordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk

menjamin keberlanjutan penerapan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik jika program ini

telah usai.

b. Mensinergikan antara penerapan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik dengan

pemenuhan kebutuhan fasilitas sekolah.

Artinya, salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan dalam penerapan MBS ini adalah

pemenuhan kebutuhan fasilitas sekolah untuk

dapat meningkatkan mutu atau kualitas

penyelenggaraan pendidikan.

c. Persaingan yang sangat kompetitif, antara lain:

bermunculnya sekolah-sekolah yang berlabel

RSBI, sementara jarak antar sekolah relatif

sangat dekat. Kondisi ini membuat pihak

sekolah merasa khawatir untuk bisa

mendapatkan siswa sesuai kebutuhan. Karena

itu, Dinas Pendidikan perlu mengambil sikap

dalam menghadapi situasi dan kondisi sekolah

seperti ini.

E. LESSON LEARNED DAN CATATAN KRITIS

Dalam konteks pelaksanaan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di Kota Probolinggo - Jawa Timur ini, tidak sekedar hanya memenuhi 3 (tiga) indikator SPM (Standar Pelayanan Minimum), akan tetapi ada tambahan 1 (satu) indikator lagi, yaitu: Berorientasi Pelayanan Publik. Karena itu, penerapan program ini memiliki nilai plus atau inovasi, yaitu tidak sekedar menerapkan MBS untuk mencapai pemenuhan 3 (tiga) indikator SPM tersebut, tetapi ditambah adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi warga sekolah. Pertanyaannya, “Apa esensi dari penambahan indikator peningkatan pelayanan publik tersebut ?

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 27

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Beranjak dari citra pmerintahan yang buruk di era pemerintahan Orde Baru, maka dalam era reformasi ini telah dikembangkan dan dipopulerkan wacana good governance (tata pemerintahan yang baik). Konsep good governance ini memberikan rekomendasi pada sistem pemerintahan yang menekankan kesetaraan pada lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun daerah, sektor swasta maupun masyarakat madani (civil society). Good governance berdasarkan pandangan ini berarti suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan sektor swasta.

Terkait dengan pelaksanaan good governance tersebut, UNDP mengajukan 9 (sembilan) karakteristik sebagai berikut: 1) Partisipasi, 2) Penegakan hukum, 3) Transparansi, 4) Daya tanggap, 5) Berorientasi pada konsensus, 6) Keadilan, 7) Keefektifan dan efisiensi, 8) Akuntabilitas, dan 9) Visi strategis. Sedangkan dalam konteks penyelenggaran pelayanan publik, menurut Lenvine yang dikutip oleh AG. Subarsono (2005) paling tidak harus memenuhi 3 (tiga) indikator: Pertama, responsivitas yaitu daya tanggap penyedia jasa terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan; Kedua, responsibilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan; Ketiga, akuntabilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dngan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat. Lebih daripada itu, dalam pasal 4 UU Pelayanan Publik dikemukakan, bahwa penyelenggaraan pelayanan publik itu berasaskan: 1) Kepentingan umum, 2) Kepastian hukum, 3) Kesamaan hak, 4) Keseimbangan hak dan kewajiban, 5) Keprofesionalan, 6) Partisipatif, 7) Persaman perlakuan/tidak diskriminatif, 8) Keterbukaan, 9) Akuntabilitas, 10) Rentan, 11) Ketepatan waktu, dan 12) Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Mengacu pada pengertian dan pentingnya

penerapan prinsip-prinsip pelayanan publik tersebut

di atas, jika sekolah menerapkan MBS dengan

memperhatikan prinsip-prinsip peningkatan kualitas

pelayanan publik akan dapat meningkatkan kualitas

pengelolaan sekolah. Karena itu, pelajaran berharga

atau lesson learned yang bisa kita petik dari

pengalaman penerapan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02 dan

SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo ini dapat

disarikan sebagai berikut:

1. Adanya kebijakan Pemerintah Kota

Probolinggo dalam mendukung pelaksanaan

program MBS Berorientasi Pelayanan Publik,

antara lain:

a. Perda tentang “Kebebasan Memperoleh

Informasi”.

b. Perda tentang “Partisipasi Masyarakat

dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan

Pembangunan”.

c. Surat Keputusan Walikota mengenai Tim

Teknis dan Pokja Pendidikan untuk

mengawal pelaksanaan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik di tingkat sekolah.

d. Kommitmen Pemerintah Kota Probolinggo

(Dinas Pendidikan) untuk mengalokasikan

anggaran dalam mendukung penerapan

MBS Berorientasi Pelayanan Publik.

2. Adanya political will dan good will dari Kepala

Sekolah

3. Adanya jiwa kepemimpinan Kepala Sekolah

yang reformis

4. Adanya kommitmen dari stakeholders sekolah

untuk menerapkan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik.

5. Stakeholders sekolah dapat saling

bekerjasama dalam memajukan sekolah

6. Terbangunnya sinergitas dan kerjasama yang

baik antara Kepala Sekolah dengan Komite

Sekolah dalam pengelolaan kegiatan sekolah

dengan menerapkan prinsip: responsivitas,

partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang

berorientasi pada peningkatan pelayanan

publik.

7. Meningkatnya kesadaran masyarakat atau wali

murid untuk berpartisipasi dalam kegiatan

sekolah, baik secara material maupun non

material.

8. Tersedianya sumberdaya pendukung dalam

menerapkan prinsip-prinsip MBS Berorientasi

Pelayanan Publik, khususnya dalam

pengadaan sarana-prasarana sekolah.

9. Meningkatnya tertib administrasi dan

pendokumentasian dalam mengarsipkan

dokumen-dokumen penting sekolah, seperti:

pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS

(RKJM, RKT, dan RKAS), penerbitan SK.

Kepala Sekolah tentang Kepengurusan Komite

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 28

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

Sekolah, penerbitan SK. Kepala Sekolah

tentang RKS, penerbitan SK. Kepala Sekolah

tentang Tim Peningkatan Pelayanan Publik,

penerbitan Janji/Maklumat Perbaikan

Pelayanan Publik oleh Kepala Sekolah, dsb.

10. Meningkatnya prestasi akademik siswa, seperti

yang diraih oleh SDN Sumber Taman 01 Kota

Probolinggo. Dimana pada tahun 2012 ini, SDN

Sumber Taman 01 Kota Probolinggo nilai hasil

Ujian Nasionalnya secara umum menempati

ranking 7 di tingkat Kota Probolinggo.

11. Meningkatnya angkap partisipasi masyarakat

dalam kegiatan sekolah, baik secara akademik

maupun non-akademik.

Dengan demikian, penerapan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik ini jika dilaksanakan

secara sungguh-sungguh dan penuh kommitmen

akan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan

sekolah dan prestasi akademik siswa, serta dapat

meningkatkan rasa kepuasan bagi warga sekolah.

Karena itu, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa

MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini mempunyai

makna yang strategis bagi pengembangan sekolah

dan mutu pendidikan, dan layak untuk

dikembangkan, serta direplikasikan di tempat lain.

F. PELUANG REPLIKASI

Bertitik tolak pada lesson learned dari penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik seperti tersebut di atas, bahwa pengalaman tersebut dapat direplikasikan di tempat lain. Pertanyaannya, apakah semua daerah bisa menerapkan prinsip-prinsip MBS tersebut ? Lalu daerah seperti apa yang diproyeksikan dapat menerapkan prinsip-prinsip MBS tersebut ? Dan instrumen-instrumen seperti apa yang diperlukan untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip MBS tersebut ?

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, bahwa sekolah dalam menerapkan manajemen atau pengelolaan sekolah itu tidak berdiri sendiri, tetapi sekolah sangat terkait dan tergantung pada pemerintah Kota/Kabupaten. Karena itu, sistem dan struktur pemerintahan Kota/Kabupaten tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem pengelolaan sekolah.

Berkenaan dengan replikasi penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, jika mengacu pada pengalaman di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 Kota Probolinggo,

mensyaratkan adanya:

1. Tingkat Pemerintahan Kota / Kabupaten:

a. Political will dan good will dari Walikota /

Bupati untuk menerapkan prinsip-prinsip

good governance (tata kelola pemerintahan

yang baik).

b. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah

untuk mengalokasikan anggaran melalui

APBD dalam menerapkan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik dalam rangka memenuhi

SPM dan SNP.

c. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah

untuk memberikan peluang yang lebih luas

kepada masyarakat dalam mengakses

informasi publik.

d. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah

untuk meningkatkan kualitas pelayanan

publik.

e. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah

untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan

pemanfaatan hasil pembangunan.

f. Adanya kommitmen dari dinas/instansi

terkait (khususnya Bappeda dan Dinas

Pendidikan) untuk terlibat secara aktif dan

memberikan support kepada pihak sekolah

dalam menerapkan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik.

2. Tingkat Sekolah:

a. Adanya political will dan good will dari

Kepala Sekolah

b. Adanya pola kepemimpinan Kepala

Sekolah yang partisipatif dan egaliter

c. Adanya kommitmen dari stakeholders

sekolah untuk menerapkan MBS

Berorientasi Pelayanan Publik.

d. Adanya kommitmen dari Kepala Sekolah

dan Komite Sekolah dalam mewujudkan

sinergitas dan kerjasama yang baik dalam

pengelolaan kegiatan sekolah dengan

menerapkan prinsip: responsivitas,

partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas

yang berorientasi pada peningkatan

pelayanan publik.

e. Adanya kommitmen dari pihak sekolah

untuk meningkatkan tertib administrasi dan

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 29

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

pendokumentasian dalam mengarsipkan

dokumen-dokumen penting sekolah, seperti:

pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS

(RKJM, RKT, dan RKAS), penerbitan SK.

Kepala Sekolah tentang Kepengurusan

Komite Sekolah, penerbitan SK. Kepala

Sekolah tentang RKS, penerbitan SK.

Kepala Sekolah tentang Tim Peningkatan

Pelayanan Publik, penerbitan

Janji/Maklumat Perbaikan Pelayanan Publik

oleh Kepala Sekolah, dsb.

f. Tersedianya sumberdaya pendukung dalam

menerapkan prinsip-prinsip MBS

Berorientasi Pelayanan Publik, khususnya

dalam pengadaan sarana-prasarana

sekolah, baik yang bersumber dari

pemerintah, masyarakat, maupun pihak lain.

Jika persyaratan dan instrumen tersebut

dapat terpenuhi, maka penerapan MBS Berorientasi

Pelayanan Publik tersebut akan dapat berjalan

dengan baik dan lancar sebagaimana yang

diharapkan.

Daftar Referensi:

Miles, M. B & M. A. Habberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Terjemah. Jakarta: UI Press.

Moloeng, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rasyid, Ryas. 1998. Desentralisasi dalam Menunjang Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Subarsono, AG. 2005. Pelayanan Publik yang Efisien, Responsif, dan Non-Partisan dalam Agus Dwiyanto (editor), 2005. Mewujudkan Good governance Melalui Pelayanan Publik. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.

Sjamsuddin, Sjamsiar. 2007. Etika Birokrasi & Akuntabilitas Sektor Publik. Malang: Agritek YPN Malang Kerjasama dengan CV. SOFA Mandiri dan Indonesia Print.

Soetrisno, Lukman. 1995. Menuu Masyarakat Partisipatif. Yogjakarta: Kanisius.

Widodo, Suko. 2010. Reformasi Informasi Publik Dimulai. Jawa Pos. Edisi: Jum’at 30 April 2010

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara.

Propinsi Jawa Timur, Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Jawa Timur

Boodklet SEMIPRO (Seminggu di Kota Probolinggo)

– Tanggal 24 – 29 Juni 2012.

Dokumen “Proposal Program MBS - LPKP Jawa

Timur (OMP-MBS)”

Dokumen “Kontrak Kerja atau MoU antara LPKP

Jawa Timur dengan RTI-USAID tentang

Pelaksanaan Program MBS”

Dokumen “Laporan Tiga Bulanan Program MBS

Kota Probolinggo – Jawa Timur”

Dokumen “Instrumen Pencapaian SPM (Standar

Pelayanan Minimal)” SDN Sumber Taman

01 Kota Probolinggo

Dokumen “Instrumen Pencapaian SPM (Standar

Pelayanan Minimal)” SDN Kebonsari Kulon

02 Kota Probolinggo

Dokumen Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah

Kota Probolingo dengan KINERJA-USAID,

Nomor: 067/123/425.012/2011 tentang

“Pelaksanaan Program Kinerja di Kota

Probolinggo”.

Dokumen Surat Keputusan Walikota Probolinggo Nomor: 188.45/281/KEP/425.012/2011 tentang “Tim Teknis Pendampingan Kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan KINERJA-USAID Tahun 2011”.

Dokumen Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2 / 37 / 425.103 / 2011 tentang “Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan Program KINERJA-USAID Kota Probolinggo Tahun 2011”.

Dokumen Surat Pernyataan SDN Sumbertaman 01

Nomor: 422.1/254.103.3.118/2011 tentang

“Surat Pernyataan Komitmen Sebagai

Sekolah Mitra Bantuan teknis Peningkatan

Pelayanan Publik dengan fokus Utama

Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 30

http://cgi.fisipol.ugm.ac.id

pada Pelaksanaan Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS)”.

Dokumen Bahan Presentasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dalam acara “Studi Banding Pemerintah Kabupaten Melawi – Kalimantan Barat di Kota Probolinggo, 30 Juli 2012”.

Dokumen Dinas Pendidikan Kota Probolinggo tentang: “Data Pokok Pendidikan TP. 2011/2012”

Nara Sumber :

1. Anwar Sholihin – Penanggung Jawab Program

MBS Berorientasi Pelayanan Publik – LPKP

Jawa Timur (Wawancara tgl. 22 Juni 2012 di

Kantor LPKP Jawa Timur)

2. Bambang Widi – LPSS Kota Probolinggo

KINERJA-USAID (Wawancara tgl. 25 Juni 2012

di kantor Kinerja-USAID Kota Probolinggo)

3. Mohammad Asin – Kabid TK/SD Dinas

Pendidikan Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 27

Juni 2012 di Kantor Dinas Pendidikan Kota

Probolinggo)

4. Drs. Paeni Efendi, M.Hum – Sekretaris Dinas

Pendidikan Kota Probolinggo dan Ketua Komite

SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo

(Wawancara tgl. 27 Juni 2012 di Kantor Dinas

Pendidikan Kota Probolinggo)

5. Hj. Rukmini, Spd – Kepala SDN Kebonsari Kulon

02 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 26 Juni

2012 di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota

Probolinggo).

6. Hj. Sutiyah, Spd – Kepala SDN Sumber Taman

01 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 25 Juni

2012 di gedung Puri Manggala Bhakti –

Pemerintah Kota Probolinggo)

7. Bambang – Ketua Komite SDN Sumber Taman

01 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 27 Juni

2012 di rumah kedimannya).

8. Moch. Thohir-Wali Kelas IV SDN Sumbertaman

01 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 27 Juni

2012 di rumah kedimannya).

9. Singo Maruto Fasilitator Daerah MBS Kota

Probolinggo (Wawancara tgl. 23 Juni 2012 di

Sekretariat MBS Kota Probolinggo)

10. Vidiya – Fasilitator Survei Pengaduan Kota

Probolinggo (Wawancara tgl. 23 Juni 2012 di

Sekretariat MBS Kota Probolinggo)

11. Ikhsan – Fasilitator Media Kota Probolinggo

(Wawancara tgl. 23 Juni 2012 di Sekretariat

MBS Kota Probolinggo)