cgi.fisipol.ugm.ac - kinerja.or.id mbs berorientasi pelayanan publik.pdf · rks (rkjm, dan...
TRANSCRIPT
DDAATTAABBAASSEE GGOOOODD PPRRAACCTTIICCEE
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1
Sektor Pendidikan
Sub-sektor Manajemen Berbasis Sekolah
Provinsi Jawa Timur
Kota/Kabupaten Probolinggo
Institusi Pelaksana 1. SDN Kebonsari Kulon 2 2. SDN Sumbertaman 1
Kategori Institusi Pemerintah Kota
Penghargaan -
Kontak Hj. Rukmini, Spd. SDN Kebonsari Kulon 2 Jl. Cokroaminoto No.9 Probolinggo Telp. : 0335-425296 / Hp: 085323235000 Email : [email protected] Hj. Sutiyah, Spd SDN Sumbertaman 1 Jl. Sunan Giri No. 4 Sumbertaman - Probolinggo Telpon: 0335-425917 / Hp: 085235409678 Email: [email protected]
Mitra 1. KINERJA –USAID 2. Pemerintah Kota Probolinggo (Bagian Organisasi, Bappeda, dan Dinas Pendidikan) 3. LPKP Jawa Timur
Peneliti Moch. Solekhan ([email protected]) M. Baiduri Faishal ([email protected]) Institusi: LPKP Jawa Timur
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul?
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Pengelolaan satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”. Selain itu, dengan adanya keterbatasan sarana-prasarana pendidikan, keterbatasan sosial-ekonomi orang tua murid, keterbatasan anggaran sekolah, kapasitas SDM guru
Initiatives for Governance Innovation merupakan
wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya
mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat
ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni
FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP
UNAIR, DAN FISIP UNHAS.
Sekretriat
Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur
Yogyakarta 55281
email: [email protected]
cgi.fisipol.ugm.ac.id
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 2
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
yang relatif rendah, dan rendahya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kegiatan sekolah telah mendorong SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumbertaman 01 untuk mengembangkan sistem pengelolaan atau manajemen sekolah guna meningkatkan prestasi akademik maupun non-akademik sekolahnya.
Apa tujuan program/kebijakan tersebut?
Tujuan program adalah meningkatkan kualitas tata kelola sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dasar.
Bagaimana gagasan tersebut bekerja?
Desain penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, secara umum terdiri atas 3 elemen pokok, yaitu: 1) Pemahaman konsep MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders sekolah, 2) Peningkatan peran Komite Sekolah, dan 3) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam kegiatan sekolah. Strategi penerapan programnya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Sosialisasi program MBS Berorientasi Pelayanan Publik kepada stakeholders peduli pendidikan, 2) Penyelenggaraan ToT (Training of Trainner) bagi calon fasilitator MBS dan stakeholders pendidikan di tingkat Kota Probolinggo, 3) Penyelenggaraan pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders tingkat sekolah, dan 4) Pendampingan teknis di masing-masing sekolah dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik. Sedangkan prinsip yang dipergunakan adalah: partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat?
TP3S (Tim Peningkatan Pelayanan Publik) yang keanggotaannya terdiri dari: Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan Dewan Guru.
Apa perubahan utama yang dihasilkan?
Secara umum perubahan yang dihasilkan dari penerapan program ini dapat dikategorikan menjadi 4 kategori. Pertama, meningkatnya partisipasi warga sekolah dalam kegiatan EDS (Evaluasi Diri Sekolah), penyusunan RKS (RKJM, dan RKT/RKAS), pengadaan/perbaikan sarana-prasarana sekolah, maupun kegiatan sekolah lainnya. Kedua, meningkatnya transparansi penyelenggaraan kegiatan sekolah dalam bentuk publikasi RKS, IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat), janji /maklumat perbaikan pelayanan, dan laporan keuangan sekolah melalui papan informasi. Ketiga, meningkatnya responsivitas stakeholders sekolah dalam mensikapi kebutuhan fasilitas sekolah yang dikeluhkan oleh warga sekolah. Keempat, meningkatnya kualitas pelayanan publik
Siapa yang paling memperoleh manfaat?
Orangtua siswa dan siswa
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 3
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Deskripsi Ringkas
Dengan adanya keterbatasan sarana-prasarana pendidikan, keterbatasan sosial-ekonomi orang tua murid, keterbatasan anggaran sekolah, kapasitas SDM guru yang relatif rendah, dan rendahya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kegiatan sekolah telah mendorong Kepala Sekolah dan Komite Sekolah untuk mengembangkan sistem pengelolaan atau manajemen sekolah guna meningkatkan prestasi akademik maupun non-akademik sekolahnya. Lebih daripada itu, buruknya kinerja di era Orde Baru telah melahirkan konsep baru dalam pengelolaan sekolah. Konsep baru tersebut disebut MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Pengelolaan satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”. Karena itu, sekolah dasar dan menengah diwajibkan untuk menerapkan MBS.
Terkait dengan penerapan MBS tersebut, Pemerintah Kota Probolinggo telah melakukan kontrak kerjasama dengan KINERJA-USAID untuk penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik pada 20 sekolah mitra. Dua diantara 20 sekolah mitra sebagai pilot proyek dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut adalah SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1.
Tujuan penelitian hasil penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di Kota Probolinggo ini adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan capaian hasil dari penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo – Jawa Timur yang difasilitasi oleh LPKP Jawa Timur kerjasama dengan KINERJA-USAID dan Pemerintah Kota Probolinggo – Jawa Timur.
Mengenai desain penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, secara umum terdiri atas 3 elemen pokok, yaitu: 1) Pemahaman konsep MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders sekolah, 2) Peningkatan peran Komite Sekolah, dan 3) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam kegiatan sekolah. Strategi penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Sosialisasi program MBS Berorientasi Pelayanan Publik kepada stakeholders peduli pendidikan, 2) Penyelenggaraan ToT (Training of Trainner) bagi
calon fasilitator MBS dan stakeholders pendidikan di tingkat Kota Probolinggo, 3) Penyelenggaraan pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan Publik bagi stakeholders tingkat sekolah, dan 4) Pendampingan teknis di masing-masing sekolah dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik. Sedangkan prinsip yang dipergunakan dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut ada 3, yaitu: 1) Partisipasi, 2) Transparansi, dan 3) Akuntabilitas.
Hasil penelitian mengungkapkan, bahwa pelaksanaan program MBS sudah sesuai atau mengarah pada desain program yang telah ditetapkan oleh OMP-MBS. Lebih daripada itu, SDN Sumbertaman 01 dan SDN Kebonsari Kulon 02 sebagai institusi pelaksana penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik telah mampu mensinergikan ketiga elemen pokok tersebut ke dalam pengelolaan sekolah. Sehingga, dalam waktu yang relatif singkat, kedua sekolah tersebut mampu menunjukkan perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.
Mengenai dampak nyata yang dapat dirasakan dari penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut, antara lain:
1) Meningkatnya partisipasi warga sekolah dalam kegiatan EDS (Evaluasi Diri Sekoah), penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan RKAS), pengadaan/perbaikan sarana-prasarana sekolah, maupun kegiatan sekolah lainnya.
2) Meningkatnya transparansi penyelenggaraan kegiatan sekolah dalam bentuk publikasi RKS (Rencana Kerja Sekolah), IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat), Janji / Maklumat Perbaikan Pelayanan, maupun laporan keuangan sekolah melalui papan informasi,
3) Meningkatnya resposivitas stakehoders sekolah dalam mensikapi kebutuhan fasilitas sekolah yang dikeluhkan oleh warga sekolah. Hal tersebut tercermin dari komitmen Kepala Sekolah untuk menerbitkan “Janji Perbaikan Pelayanan” yang dipublikasikan melalui papan informasi, dan
4) Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan publik ini, sudah cukup banyak perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pihak sekolah, terutama sekali terkait dengan perbaikan dan penambahan sarana-prasarana sekolah, diantaranya:
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 4
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Perbaikan dan penambahan fasilitas pojok laktasi, baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman 1 Kota Probolinggo.
Perbaikan dan peningkatan perawatan sarana sanitasi, yaitu: kamar mandi atau toilet, dan wastafel (tempat cuci tangan), baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman o1 Kota Probolinggo.
Perbaikan dan peningkatan perawatan kebersihan tempat ibadah di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.
Penambahan fasilitas bak sampah, baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo
Penambahan fasilitas rak sepatu kelas III untuk menjaga kebersihan ruang kelas di SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.
Pengadaan media atau papan informasi yang mudah diakses oleh warga sekolah, baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.
Pengadaan kalender pendidikan yang didistribusikan kepada wali murid di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.
Pengadaan papan “Daftar Nama Guru Kelas, Alamat, dan Nomor Telpon” yang mudah diakses oleh warga sekolah di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.
Pengadaan balai cangkru’an untuk tempat berembug bagi stakeholders sekolah di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.
Dsb.
Adapun pelajaran berharga atau lesson learned yang bisa dipetik dari pengalaman penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo tersebut dapat disarikan sebagai berikut:
1. Adanya political will dan good will dari Kepala Sekolah
2. Adanya pola kepemimpinan Kepala Sekolah
yang partisipatif dan egaliter.
3. Adanya kommitmen dari stakeholders sekolah untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.
4. Stakeholders sekolah dapat saling bekerjasama dalam memajukan sekolah
5. Terbangunnya sinergitas dan kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dengan Komite Sekolah dalam pengelolaan kegiatan sekolah dengan menerapkan prinsip: responsivitas, partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang berorientasi pada peningkatan pelayanan publik.
6. Meningkatnya kesadaran masyarakat atau wali murid untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, baik secara material maupun non material.
7. Tersedianya sumberdaya pendukung dalam menerapkan prinsip-prinsip MBS Berorientasi Pelayanan Publik, khususnya dalam pengadaan sarana-prasarana sekolah.
8. Meningkatnya tertib administrasi dan pendokumentasian dalam mengarsipkan dokumen-dokumen penting sekolah, seperti: pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan RKAS), penerbitan SK. Kepala Sekolah tentang Kepengurusan Komite Sekolah, penerbitan SK. Kepala Sekolah tentang RKS, penerbitan SK. Kepala Sekolah tentang Tim Peningkatan Pelayanan Publik, penerbitan Janji/Maklumat Perbaikan Pelayanan Publik oleh Kepala Sekolah, dsb.
9. Meningkatnya prestasi akademik siswa, seperti yang diraih oleh SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo. Dimana pada tahun 2012 ini, SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo nilai hasil Ujian Nasionalnya secara umum menempati ranking ke-7 dari 115 sekolah tingkat dasar yang ada di Kota Probolinggo.
Sedangkan peluang untuk dapat direplikasi di tempat lain, penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini memiliki peluang cukup tinggi dan mempunyai ma’na yang sangat strategis dalam pengembangan manajemen sekolah, dengan ketentuan bahwa persyaratan dan instrumen pendukungnya dapat terpenuhi.
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 5
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Rincian Inovasi
1. Latar Belakang
Secara sosiologis, Kota Probolinggo ini didominasi oleh masyarakat Jawa, Madura, dan beberapa etnis minoritas, diantaranya: Tionghoa, dan Arab. Penduduknya sangat toleran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Subertaman 01, bahwa “Masyarakat di Kota Probolinggo ini terbagi atas 4 bagian, yaitu: bagian utara, bagian selatan, bagian tengah, dan bagian utara. Masyarakat di daerah bagian tengah dan utara lebih banyak berkulturkan Jawa dan etnis tionghoa, sedangkan masyarakat di bagian timur dan selatan lebih banyak berkulturkan madura dan etnis arab”.
Sebagai kota transit, kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Probolinggo sangat bertumpu pada sektor perdagangan dan
industri. Karena itu, sangatlah pas jika Kota Probolinggo mempunyai visi “Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kota Probolinggo Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Berbasis Investasi Produktif dan Berkesinambungan”. Disamping itu, karena keterbatasan SDA (Sumber Daya Alam), Kota Probolinggo sangat memperhatikan pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk mendukung keberlanjutan pembangunan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk visi Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, yaitu: “Terwujudnya Insan yang Cerdas dan Berakhlak Mulia”.
Terkait dengan pengembangan SDM di Kota Probolinggo tersebut, gambaran kondisi pendidikannya dapat digambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Kondisi Umum Pendidian di Kota Probolinggo – Jawa Timur
NO. NAMA LEMBAGA JUMLAH LEMBAGA
JUMLAH SISWA
JUMLAH GURU NEGERI/SWASTA
1. PAUD/KB 107 2.648 386
2. TK / RA 114 6.150 446
3. SD / MI 143 25.033 1.510
4. SMP /MTs 38 12.157 876
5. SMA /MA 21 5.837 526
6. SMK 18 6.488 627
7. SLB 5 201 37
TOTAL 446 58.514 4.408
Sumber: Data Pokok Pendidikan TP. 2011/2012
Sejalan dengan pengembangan pendidikan, berdasarkan kondisi tahun 2007, bahwa indeks kualitas pembangunan pendidikan Kota Probolinggo sebetulnya cukup baik, yaitu 80,17 dan memiliki selisih 6 angka di atas rata-rat Jawa Timur. Meski demikian, posisinya berada paling buncit diantara 9 kota lain di Jawa Timur (Jawa Pos, 24 Agustus 2010). Untuk itu, prioritas pekerjaan rumah pemerintah, DPRD, dan masyarakat Kota Probolinggo adalah mengarahkan perbaikan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia.
Salah satu upaya pemerintah Kota Probolinggo dalam mengatasi persoalan pendidikan tersebut adalah melakukan ujicoba penerapan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Berkenaan dengan penerapan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah) ini, Kabid TK/SD Dinas Pendidikan Kota Probolinggo menjelaskan, bahwa:
“Sejak tahun 2002 Pemerintah Kota
Probolinggo sebetulnya sudah menerapkan MBS, tetapi sifatnya masih percontohan di beberapa sekolah saja, dan capaian hasilnya juga belum maksimal. Karena itu, untuk meningkatkan kualitas penerapan MBS di sekolah-sekolah – khususnya untuk sekolah tingkat dasar, Pemerintah Kota Probolinggo telah menyepakati kerjasama dengan KINERJA-USAID untuk membuat pilot project pada 20 sekolah yang berada di daerah pinggiran bagian selatan dalam menerapkan MBS Berorikentasi Pelayanan Publik. Adapun tujuannya adalah melakukan perbaikan administrasi dan manajemen sekolah, meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan,
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 6
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
dan meningkatkan pemerataan dan keadilan dalam pengembangan pendidikan di Kota Probolinggo bagian selatan dengan bagian utara, sehingga masyarakat dapat menikmati pendidikan yang murah dan berkualitas secara
merata.”
Dua diantara 20 sekolah yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan sebagai pilot proyek dalam penerapan program MBS Beroriengtasi Pelayanan Publiik tersebut adalah SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumbertaman 01. Dimana, kedua sekolah tersebut terobsesi untuk mengembangkan pengelolaan atau manajemen sekolahnya dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat, dan prestasi akademik maupun non-akademik sekolah.
Sebagai sekolah yang terletak di daerah pinggiran, banyak sekali persoalan dan tantangan yang dihadapi sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sekolah Kebonsari Kulon 02, bahwa “persoalan utama yang dihadapi sekolah untuk pengembangan pendidikan dalam hubungannya dengan penerapan MBS, diantaranya: keterbatasan sarana-prasarana pendidikan, kapasitas SDM guru yang relatif rendah, keterbatasan sosial-ekonomi orang tua murid, keterbatasan anggaran sekolah, dsb.” Ditambahkan oleh Ketua Komite SDN Sumbertaman 01, bahwa:
“Persoalan mendasar yang dihadapi sekolah adalah aspek kultur atau sosial budaya masyarakat. Dimana, masyarakat daerah pinggiran bagian selatan ini perhatian orang tua terhadap pendidikan relatif masih rendah. Mereka merasa berat untuk mengeluarkan biaya pendidikan, tetapi sebaliknya mereka sangat royal mengeluarkan uang untuk kegiatan-kegiatan yang berbau sosial keagamaan. Pendidikan tidak terlalu penting, yang penting bagi mereka bisa memasukkan anaknya ke pondok pesantren untuk bisa belajar tentang keagamaan. Karena itu, tingkat pendidikan masyarakat di sini relatif rendah.”
Karena itu peran komite sekolah sangat penting dan strategis dalam membangun sinergitas antara masyarakat dengan pihak sekolah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Dengan terbangunnya sinergitas tersebut diharapkan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan sekolah. Dijelaskan oleh Kepala Sekolah Sumbertaman 01, bahwa “Tanpa adanya partisipasi masyarakat, utamanya yang berupa material, sekolah akan kesulitan untuk meningkatkan kualitas pendidian, mengingat anggaran yang
teralokasikan untuk sekolah relatif masih terbatas, dan sangat bergantung pada dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)”.
Selain itu, buruknya kinerja di era Orde Baru telah melahirkan konsep baru dalam pengelolaan sekolah. Konsep baru tersebut disebut MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) menyebutkan, bahwa “Pengelolaan satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah”.
Bertitik tolak pada kondisi realistis penyelenggaraan pendidikan tingkat dasar seperti tersebut di atas, maka program “ MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) Berorientasi Pelayanan Publik” ini dipandang sebagai salah satu alternatif untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi sekolah. Lebih daripada itu, dijelaskan pula oleh Kabid TK/SD Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, bahwa:
“Pelaksanaan program MBS ini merupakan bentuk kommitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam menjalankan amanah UU Nomor 25.Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP. Nomor 68 tahun 1999 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakt dalam Penyelenggaraan Negara, serta Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Jawa timur”.
Selain itu, dengan adanya Perda Kota Probolinggo Nomor 5 Tahun 2003 tentang Partisipasi Masyarakat, dan Perda Nomor 6 Tahun 2003 tentang Kebebasan Memperoleh Informasi, maka program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut mempunyai peluang untuk dapat dikembangkan.
Dengan demikian, program MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini sangat cocok untuk diterapkan di Kota Probolinggo, khususnya di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Subertaman 1. Tujuannya cukup jelas, yaitu mengembangkan manajemen sekolah yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, dan prestasi akademik maupun non akademik sekolah.
2. Tujuan Penelitian Hasil Penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 7
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Tujuan penelitian hasil penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik ini adalah untuk
mendeskripsikan, menganalisis, dan
menginterpretasikan capaian hasil dari
penerapan program MBS Berorientasi
Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02
dan SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo
– Jawa Timur yang difasilitasi oleh LPKP Jawa
Timur kerjasama dengan KINERJA-USAID dan
Pemerintah Kota Probolinggo – Jawa Timur.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan
untuk mendiskripsikan atau menggambarkan
suatu fenomena atau kejadian dengan apa
adanya. Dijelaskan oleh Kirk dan Miller dalam
Moloeng (2003:4), bahwa “penelitian kualitatif
itu merupakan tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan manusia, baik
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya maupun dalam peristilahannya”.
Dengan kata lain, bahwa pendekatan kualitatif
itu merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diwawancarai dan diamati, maupun
dari data-data atau dokumen-dokuen yang
dapat dikaji dan dipelajari.
Penelitian ini difokuskan pada proses
pelaksanaan program MBS Berorientasi
Pelayanan Publik, pencapaian hasil, dan faktor
penghambat serta pendukungnya yang terjadi
selama pelaksanaan program. Sedangkan
jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini
ada 2 jenis, yang meliputi:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh
melalui wawancara dengan para informan
yang menguasai permasalahan, memiliki
data terkait dengan pengelolaan program
MBS Berorientasi Pelayanan Publik, dan
bersedia memberikan data, khususnya data
yang berguna dan berkaitan serta ada
relevansinya dengan tujuan penelitian.
b. Data Sekunder, yaitu yang diperoleh secara
tidak langsung, tetapi diperoleh melalui studi
dokumentasi, misalnya: petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, laporan hasil
kegiatan, foto-foto dokumentasi, rekaman-
rekaman proses dan hasil, dan sebagainya.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan,
yaitu: wawancara dan studi dokumentasi.
Sedangkan teknik analisis datanya
dipergunakan analisis data kualitatif, dan
dilaksanakan di lapangan (selama proses
pengumpulan data). Adapun langkah-
langkahnya akan dipergunakan model analisis
interaktif (interactive model analysis) dengan
prosedur: reduksi data, penyajian data,
menarik kesimpulan dan verifiasi (Miles dan
Huberman, 2007:20)
A. INISIASI
Dalam hubungannya kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan KINERJA-USAID dalam penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, Pemerintah Kota Probolinggo telah membentuk Tim Teknis, dan Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan. Dimana, Tim Teknis tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Probolinggo Nomor: 188.45/281/KEP/425.012/2011 tentang “Tim Teknis Pendampingan Kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan KINERJA-USAID Tahun 2011”. Sedangkan Pokja Bidang Pendidikan dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2 / 37 / 425.103 / 2011 tentang “Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan Program KINERJA-USAID Kota Probolinggo Tahun 2011”. Disisi lain, KINERJA-USAID dalam memfasilitasi hubungan kerjasama dalam penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut juga telah merekrut dan menetapkan LPKP Jawa Timur sebagai OMP (Organisasi Mitra Pelaksana) dalam operasionalisasi program di tingkat lapang.
Selanjutnya, Dinas Pendidikan Kota Probolinggo sebagai leading sector dalam penerapan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut, menetapkan 20 sekolah yang akan dijadikan sebagai pilot proyek. Didalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2/37.a/KEP/425.103/2011 tentang “Pemilihan Sekolah Mitra Program
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 8
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
KINERJA-USAID” menyebutkan bahwa 20 sekolah mitra yang dimaksudkan tersebut
adalah sebagai berikut:
NAMA-NAMA SEKOLAH MITRA PROGRAM KINERJA-USAID KOTA PROBOLINGGO
NO. KECAMATAN NAMA SEKOLAH
1. Kanigaran 1. SDN Kanigaran 5 2. SDN Curahgrinting 1 3. SDN Tisnonegaran 1 4. SDN Sumber Wetan 1 5. SDN Kebonsari Kulon 2 6. SDN Sukoharjo 4
2. Kedopok 1. SDN Kareng Lor 2 2. SDN Sumber Wetan 1 3. SDN Jrebeng Kulon 2 4. SDN Kedopok 1 5. SDN Jrebeng Wetan
3. Wonoasih 1. SDN Kedunggaleng 1 2. Pakistaji 1 3. Kedungasem 3 4. Jrebeng Kidul 5. Wonoasih 2 6. Sumbertaman 1
4. Sekolah Mitra untuk SMP 1. SMPN 6 2. SMPN 8 3. MTs Negeri
Sumber: Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2/37.a/KEP/425.103/2011 tentang “Pemilihan Sekolah Mitra Program KINERJA-USAID”
Selanjutnya untuk menjamin bahwa pihak sekolah akan melaksanakan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik, maka calon sekolah mitra tersebut diminta oleh Kepala Dinas untuk memberikan surat pernyataan kesediaan, tanpa terkecuali bagi SDN Kebonsari Kulon 02 dan SDN Sumbertaman 01. Secara substansial, isi surat pernyataan kesediaan tersebut memuat 4 pernyataan. Sebagaimana diuraikan pada Surat Pernyataan Komitmen Sebagai Sekolah Mitra Bantuan teknis Peningkatan Pelayanan Publik dengan fokus Utama pada Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) SDN Sumbertaman 01 Nomor: 422.1/254.103.3.118/2011, yang berkomitmen :
1. Membentuk Tim Peningkatan Pelayanan Publik
2. Bersedia melaksanakan seluruh tahapan kerjasama bantuan teknis
3. Memantau kemajuan pelaksanaan tahapan bantuan teknis Peningkatan Pelayanan Publik fokus pada pelaksanaan MBS dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai target dan tahapan yang telah disepakati.
4. Mendukung pelaksanaan proses peningkatan Pelayanan Publik dengan fokus utama pada pelaksanaan MBS dan akan memenuhi ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Probolinggo”.
Setelah terbangun kommitmen antara pihak sekolah dengan Dinas Pendidikan, selanjutnya pihak sekolah membentuk TP3S (Tim Peningkatan Pelayanan Publik Sekolah). Dimana, TP3S ini yang selanjutnya akan mengorganisasikan dan melaksanakan kegiatan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di tingkat sekolah.
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 9
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Lebih daripada itu, untuk menguatkan komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut, pemerintah terus meningkatkan alokasi anggaran pendidikan dalam setiap tahunnya. Berdasarkan
penjelasan dari Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dalam presentasinya di hadapan peserta studi banding Kabupaten Melawi – Kalimantan Barat tanggal 30 Juli 2012, bahwa anggaran pendidikan Kota Probolinggo dapat dijelaskan sebagai berikut:
TahunAnggaran
Pendidikan (Rp)APBD Kota
ProbolinggoProsentase
Terhadap APBD
2009 126.293.408.438 495.304.486.753 25,50 %
2010 125.799.159.393 472.577.968.109 26,62 %
2011 182.233.998.783 579.909.451.142 31,42 %
2012 188.787.466.852 568.041.790.684 33,20 %
25,50 %
2009
Grafik Prosentase
terhadap APBD 26, 62 %
2010
Catatan : Termasuk gaji
31,42%
2011
33, 20%
2012
Sumber: Bahan Presentasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dalam acara Studi Banding Pemerintah Kabupaten Melawi – Kalimantan Barat di Kota Probolinggo, 30 Juli 2012.
Bertitik tolak pada proses dan dinamika tercetusnya program MBS Berorientasi Pelayanan Publik, serta komitmen Pemerintah Kota Probolinggo dalam mengembangkan pendidikan tersebut, maka implementasi program ini diprediksikan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu, dengan adanya kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan stakeholders pendidikan dapat diyakini bahwa pelaksanaan program ini akan dapat meraih kesuksesan.
B. IMPLEMENTASI PROGRAM
1. Strategi Pelaksanaan Program
Program ini bertajuk “Manajemen
Berbasis Sekolah Berorientasi Pelayanan
Publik”. Tujuan program adalah
meningkatkan kualitas tata kelola sekolah
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
dasar. Sedangkan secara substansial,
penerapan program ini terdiri atas 3 elemen
pokok, yaitu: 1) Pemahaman konsep MBS
Berorientasi Pelayanan Publik bagi
stakeholders sekolah, 2) Peningkatan peran
Komite Sekolah, dan 3) Peningkatan Peran
Serta Masyarakat dalam kegiatan sekolah.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan
programnya, berdasarkan dokumen “Laporan
Hasil Pelaksanaan Program MBS Berorientasi
Pelayanan Publik” yang disusun oleh OMP-
MBS Kota Probolinggo dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Sosialisasi Program MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
Langkah awalnya, LPKP Jawa Timur
sebagai OMP-MBS Berorientasi Pelayanan
Publik melakukan sosialisasi program
kepada pemerintah Kota Probolinggo
(dalam hal ini kepada Bappeda, Bagian
Organisasi, dan Dinas Pendidikan). Setelah
diperoleh pemahaman dan mendapatkan
respon positif dari pemerintah, langkah
selanjutnya, OMP-MBS melakukan
sosialisasi program MBS kepada
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 10
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
stakeholders sekolah (Kepala Sekolah,
Komite Sekolah, dan Dewan Guru) dengan
target sasaran 20 Sekolah Dasar yang
sudah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan
sebagai pilot proyek dalam penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik.
b. Melakukan TOT MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
Kegiatan TOT MBS Berorientasi Pelayanan
Publik ini dimaksudkan untuk menyiapkan
tenaga fasilitator yang akan memfasilitasi
proses Pelatihan MBS bagi stakeholders
sekolah dan pendampingan teknis di
tingkat sekolah. Pesertanya adalah
fasilitator MBS yang telah direkrut OMP-
MBS atas persetujuan LPSS dan Dinas
Pendidikan Kota Probolinggo, Fasilitator
Daerah yang telah dipersiapkan sejak awal
pelaksanaan program oleh OMP-MBS, dan
Tim Teknis yang telah dibentuk oleh
Pemerintah Kota Probolinggo.
c. Pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan
Publik
Pelatihan MBS Berorientasi Pelayanan
Publik ini dimaksudkan untuk memberikan
pembekalan kepada stakeholders sekolah
mengenai teknis operasional pelaksanaan
MBS Berorientasi Pelayanan Publik di
tingkat sekolah. Pesertanya adalah para
stakeholders sekolah dari 20 sekolah yang
menjadi pilot proyek atau mitra kerja OMP-
MBS, dan masing-masing sekolah
mengikutsertakan peserta sebanyak 3
orang (yaitu: Kepala Sekolah, perwakilan
guru, dan Komite Sekolah). Sehingga total
peserta pelatihan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik ini sebanyak 60 orang.
d. Pendampingan Teknis di Tingkat
Sekolah
Pendampingan teknis di tingkat sekolah ini
dimaksudkan untuk meenguatkan kapasitas
stakeholders sekolah pada aspek teknis
penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan
RAKAS), tugas pokok dan fungsi Komite
Sekolah, pendokumentasian dan publikasi
RKS, pengelolaan anggaran sekolah,
prestasi sekolah, dsb. Lebih daripada itu,
kegiatan pendampingan teknis ini juga
dimaksudkan untuk mendorong kepada
stakeholders sekolah untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik, baik yang
bersifik fisik maupun non fisik. Mengenai
teknis pendekatannya, ada 2 model yang
dilaksanakan oleh team OMP-MBS ini,
yaitu: 1) Pendampingan dengan sistem
cluster, dan 2) Pendampingan langsung ke
sekolah untuk kegiatan-kegiatan yang lebih
teknis dan spesifik.
e. Pendokumentasian hasil kegiatan
program
Terkait dengan pendokumentasian hasil
kegiatan program ini ada 2 model yang
dilakukan oleh OMP-MBS Kota Probolinggo,
yaitu: 1) Pendokumentasian hasil kegiatan
yang sifatnya insidentil, seperti: sosialisasi
program MBS, TOT MBS, dan pelatihan
MBS, 2) Pendokumentasian hasil kegiatan
pendampingan teknis di tingkat sekolah
yang dikemas dalam bentuk laporan
perkembengan program bulanan.
Sedangkan maksud dan tujuan dari
pendokumentasian hasil kegiatan program
ini adalah untuk mengetahui tingkat capaian
hasil kegiatan, faktor penghambat, dan
pendukungnya, serta solusi pemecahan
permasalahan untuk perbaikan kegiatan-
kegiatan selanjutnya.
f. Monitoring dan asisten hasil kegiatan
program:
Dalam kaitannya dengan kegiatan
monitoring dan asistensi hasil kegiatan
program ini, secara umum dapat dikatakan
bahwa mekanisme pelaksanaan monitoring
dan asistensi program ini dapat dibedakan
atas dua jenis, yaitu:
1) Rapat Koordinasi
OMP-MBS Kota Probolinggo melakukan
rapat koordinasi setiap 2 minggu sekali.
Tujuan rapat koordinasi terasebut
adalah untuk mengetahui capaian hasil
kinerja program, dan menyamakan
persepsi dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan 2
minggu ke depan. Disamping itu, tujuan
rapat koordinasi dua mingguan tersebut
adalah merumuskan alternatif
pemecahan permasalahan di lapang
yang membutuhkan pemecahan
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 11
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
segera, sehingga team MBS bisa
segera mengambil tindakan
pemecahannya.
2) Monitoring dan asistensi 3 bulanan
Kegiatan monitoring dan asistensi 3
bulanan ini dilaksanakan oleh
Koordinator Nasional MBS dan
Penanggungjawab Program MBS.
Tujuannya adalah untuk mengetahui
capaian hasil kinerja program MBS,
faktor penghambat dan pendukung
yang ditemui selama kegiatan di lapang,
serta mencarikan solusi pemecahan
permasalahan. Dalam kegiatan
monitoring dan asistensi 3 bulanan ini
juga dilaksanakan kunjungan lapang,
dan koordinasi dengan pihak-pihak
terkait untuk mensinergikan kegiatan,
dan menumbuhkan kerjasama antar
OMP secara lebih baik.
2. Siapa Melakukan Apa ?
Dalam pelaksanaan program MBS
Berorientasi Pelayanan Publik ini, LPKP Jawa
Timur selaku OMP- MBS tidak berdiri sendiri
tetapi harus berinteraksi dan bersinergi dengan
pihak-pihak lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan MBS. Terkait dengan pihak-pihak
lain yang terlibat maupun yang akan menerima
manfaat dari kegiatan pelaksanaan MBS ini,
berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
pihak-pihak terkait, secara umum dapat
dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
NO. Siapa melakukan apa ? Penerima Manfaat
1. Kinerja:
Sosialasi program KINERJA kepada Pemerintah Daerah dan stakeholders di tingkat Kabupaten/Kota.
Membentuk Tim Teknis dan Pokja Memediasi OMP atau Service Provider dalam
melakukan komunikasi dan koordinasi kepada pemerintah daerah
Memperkenalkan SP MBS kepada 20 Kepala Sekolah yang akan menjadi mitra kerja
Workshop SPM (Standar Pelayanan Minimum)
Bidang Pendidikan Fasilitasi pembentukan PPID
Stakeholders peduli pendidikan, baik dari pemerintah maupun non pemerintah di tingkat Kota Probolinggo
Pemerintah Kota Probolinggo
Pemerintah Kota Probolinggo dan para OMP
Para OMP dan calon sekolah mitra kerja dalam pelaksanaan program MBS
Para OMP dan stakeholders peduli pendidikan di tingkat Kota Probolinggo
Para OMP dan stakeholders peduli pendidikan di tingkat Kota Probolinggo
2. Tim Teknis :
Mempertanggungjawaban semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para OMP kepada Pemerintah Kota Probolinggo
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap hasil kinerja para OMP
Pemerintah Kota Probolinggo (Dinas / instansi terkait)
Pemerintah Kota
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 12
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Memediasi hubungan antara para OMP dengan pemerintah Kota Probolinggo dalam memperlancar proses kegiatan yang dilaksanakan oleh para OMP.
Probolinggo dan para OMP selaku pelaksana program.
Idem
3. OMP MBS ( LPKP Jawa Timur ):
Pembuatan desain program implementasi program MBS, dan penyusunan modul MBS.
Semiloka MBS TOT MBS
Pelatihan MBS bagi Stakeholders sekolah Sosialisasi dan konsolidasi ke media (TV Pro,
Radar Bromo, dan Suara Kota), dan sekolah2 mitra)
Pendampingan teknis penerapan MBS yang berorientasi pelayanan publik di sekolah.
Rapat koordinasi intern Team MBS dua mingguan
Rapat koordinasi antar OMP bersama dengan Tim Teknis, Pokja Pendidikan, dan LPSS setiap bulan sekali.
Tim Pelaksana Program MBS
Stakeholders peduli pendidikan di tingkat kota Probolinggo
Tim Teknis, Pokja Pendidikan, Calon Fasilitator MBS, dan Tim Pelaksana program MBS
Stakeholders sekolah (Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, dan Tokoh Masyarakat).
Para pelaku media massa, baik elektronik maupun non elektronik.
Stakeholders sekolah, dan warga sekolah
Team pelaksana program MBS
Para OMP, Tim Teknis, Pokja Pendidikan, dan LPSS.
4. OMP Survei Pengaduan (Council):
Workshop penyusunan instrumen survei pengaduan
Melaksanakan survei pengaduan
Workshop analisis hasil survei pengaduan Penyusunan maklumat pelayanan dan
rekomondasi
Para OMP, para calon pelaksana survei pengaduan
Stakeholders peduli pendidikan, baik di tingkat Kota Probolinggo, maupun di tingkat sekolah.
Stakeholders peduli pendidikan, baik di tingkat Kota Probolinggo, maupun di tingkat sekolah.
Stakeholders sekolah, warga sekolah, dan pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan.
5. OMP Media (ISAI):
Workshop jurnalisme warga Pembentukan komunitas jurnalis warga Pendampingan jurnalis warga
Para calon jurnalisme warga
Komunitas jurnalisme warga
Jurnalisme warga
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 13
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
6. Pihak Sekolah:
Membentuk TP3S (Tim Peningkatan Pelayanan Publik Sekolah)
Membentuk dan melakukan reorganisasi kepengurusan paguyuban kelas, mulai dari kelas 1 s/d kelas VI.
Melaksanakan EDS dan analisis SPM, serta survei pengaduan.
Melaksanakan penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan RKAS)
Mempublikasikan hasil perencanaan dan pengelolaan anggaran sekolah
Mempublikasikan prestasi sekolah Pembuatan papan informasi/mading yang
representatif Pembuatan kotak saran/pengaduan sebagai
bagian dari sistem pengaaduan siswa dan masyarakat,
Membuat janji perbaikan pelayanan dan rekomendasi
Membuat kalender akademik untuk dibagikan kepada wali murid
Membuat identitas guru dan wali kelas yang bisa diakses oleh siswa dan orang tua.
Penyediaan perpustakaan yang bisa diakses oleh stakeholders sekolah
Menyediakan tempat / balai cangkruan sebabgai sarana untuk rembug warga sekolah
Optimalisasi sarana-prasarana publik, terdiri dari: pojok laktasi, tempat ibadah, tempat cuci tangan, lapangan olah raga, tempat sampah, kamar mandi /jamban, rak sepatu, dsb.
Membangun kemitraan dengan pihak multi stakeholders (Puskesmas, DUDI, dsb).
Stakehoders sekolah
Para wali murid, dan Komite Sekolah
Stakeholders sekolah, dan para wali murid
Stakeholders sekolah, dan para wali murid, serta siswa
Idem
Idem Idem Idem
Idem Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
7. Komite Sekolah:
Penyusunan/enyempurnaan AD/ART Peningkatan pemahaman tupoksi komite sekolah Penyusunan program kerja
Stakeholders sekolah, warga sekolah, dan pengurus Komite Sekolah sendiri.
Pengurus Komite Sekolah
Pengurus Komite Sekolah
Sumber: Data diolah berdasarkan hasil wawncara dengan OMP-MBS, OMP-Survei Pengaduan, OMP-Media, Kepala SDN Kebonsari Kulon 2, Kepala SDN Sumbertaman 1, Ketua Komite SDN Sumbertaman 1, dan LPSS Kota Probolinggo.
3. Dukungan anggaran, SDM, dan fasilitas
penunjang lainnya
Dalam pelaksanaan program ini tidak
bisa terlepaskan dari adanya dukungan dana,
SDM, maupun bentuk-bentuk fasilitas lainnya.
Secara lebih rinci dukungan anggaran maupun
SDM tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Dukungan Anggaran:
Terkait dengan dukungan anggaran,
sumber utamanya adalah Kinerja, dan
pemerintah Kota Probolinggo dalam bentuk
Co-sharring. Alokasi anggaran yang bersumber
dari KINERJA-USAID untuk mendukung
pelaksanaan program ini kurang lebih
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 14
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
sebanyak Rp. 385.000.000,-dan jika dirata-rata
alokasi anggaran untuk tiap sekolah kurang
lebih sebanyak Rp. 19.250.000,-Tetapi perlu
difahami bersama, bahwa dukungan dana dari
KINERJA tersebut tidak dirupakan dalam
bentuk uang, tetapi diwujudkan dalam bentuk
fasilitasi teknis, baik di tingkat Kota Probolinggo
maupun di tingkat sekolah. Sebagaimana
diungkapkan oleh Anwar-selaku penanggung
jawab program MBS, bahwa “program ini murni
hanya memberikan bantuan teknis, dan tidak
ada sepeserpun anggaran program yang bisa
dialokasikan untuk pengadaan barang.” Untuk
itu, pemerintah daerah (baca: Dinas
Pendidikan), dan pihak sekolah diharapkan
bisa berkontribusi dalam penerapan program
MBS ini, terutama pengadaan sarana-
prasarana untuk peningkatan pelayanan publik.
Sebagai bentuk kommitmen dari pihak
sekolah dalam menerapkan MBS ini, pihak
sekolah juga berkontribusi secara finansial
untuk mendukung kelancaran kegiatan
pendampingan teknis di tingkat sekolah, seperti
pemberian jamuan konsumsi dalam proses
pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS
(RKJM dan RAKAS) yang dilakukan oleh TPS
(Tim Pengembang Sekolah), rapat-rapat
koordinasi internal sekolah, rapat koordinasi
dengan komite sekolah, dsb. Disamping itu,
sekolah juga mengeluarkan anggaran untuk
melakukan perbaikan dan pengadaan fasilitas
pelayanan publik, seperti: pengadaan papan
informasi, perpustakaan, jamban, musholla,
pojok laktasi, balai cangkruan, dsb.
Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala SDN
Kebonsari Kulon 02, bahwa:
“Sebagai wujud kommitmen dari Pihak Sekolah yang telah dipercaya sebagai sekolah ber-MBS, maka pihak sekolah semaksimal mungkin berupaya untuk memenuhi kebutuhan sarana-prasarana sekolah yang diperlukan, sehingga sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas outputnya. Tentu saja dalam mewujudkan pemenuhan sarana-prasarana sekolah tersebut sekolah harus dapat dukungan dari Komite Sekolah untuk meningkatkan partisipasi wali murid, baik secara material maupun non material dalam penyelenggaraan kegiatan sekolah”.
Sedangkan dukungan dana dari
pemerintah dalam penerapan program MBS ini,
menurut Kabid. TK/SD Dinas Pendidikan Kota
Probolinggo, bahwa “Pemerintah telah
mengalokasikan anggaran melalui DAK (Dana
Alokasi Khusus) senilai kurang lebih Rp.
60.000.000,- (Enampuluh juta rupiah) yang
akan disalurkan sebagai bentuk penghargaan
kepada 20 sekolah yang telah menerapkan
MBS. Ditambahkan oleh Sekretaris Dinas
Pendidikan Kota Probolinggo, bahwa
“Dipandang penting bagi Pemerintah untuk
melakukan penilaian terhadap 20 sekolah yang
telah menerapkan MBS tersebut untuk dapat
diketahui tingkat capaian kinerjanya. Atas
capaian prestasi kinerja tersebut, maka perlu
diberikan reward atau penghargaan guna
mendorong kinerja sekolah supaya lebih baik
lagi, dan sekolah yang telah menerapkan MBS
dengan baik dapat dijadikan contoh bagi
sekolah-sekolah lainnya”.
b. Dukungan SDM:
Disamping dukungan anggaran, dalam
penerapan program MBS ini juga terdapat
dukungan SDM. Artinya, dalam penerapan
MBS ini, OMP-MBS melibatkan banyak pihak,
seperti misalnya Tim Teknis, Tim Pokja
Pendidikan, dan MSF (Multi Stakeholders
Forum), dsb. Lebih daripada itu, secara lebih
teknis, dalam pelaksanaan program MBS di
tingkat sekolah juga melibatkan Pengawas
Sekolah, Kepala Sekolah, Dewan Guru, Komite
Sekolah, dan tokoh masyarakat, dan para wali
murid.
Selain OMP-MBS, KINERJA-USAID juga
merekrut pihak ke-3 sebagai OMP untuk
menangani bidang survei pengaduan, dan
publiasi atau media. Sehingga dalam kaitan ini,
OMP-MBS tidak berdiri sendiri dalam
melaksanakan program, tetapi juga didukung
OMP-Survei Pengaduan, OMP-Media, Tim
Teknis, Tim Pokja Pendidikan, Pengawas
Sekolah, Kepala Sekolah, Dewan guru, Komite
Sekolah, Tokoh Masyarakat, dan para wali
murid. Karena banyaknya pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan program MBS ini, maka
sangat diperlukan adanya sistem komunikasi
dan koordinasi yang baik, yang
mengedepankan prinsip partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Lebih daripada
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 15
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
itu, komunikasi dan koordinasi secara intensif
harus dilakukan untuk menghindari adanya
tumpang tindih kegiatan, dan menumbuhkan
kerjasama dan sinergitas antar pihak.
4. Dinamika Proses Implementasi Program
Dalam pelaksanaan program MBS ini, pemerintah Kota Probolinggo telah memberikan dukungan yang cukup memadai, baik secara kebijakan, SDM, sarana-prasarana pendukung, maupun anggaran yang diperlukan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan program MBS ini. Namun di sisi lain, banyaknya pihak yang terlibat dalam pelaksanan program MBS ini juga berimplikasi terhadap panjangnya birokrasi dan alotnya proses pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini sangat dirasakan oleh OMP-MBS yang kegiatan-kegiatannya banyak beririsan atau bersinggungan dengan OMP-Survei Pengaduan, dan OMP-Media. Belum lagi ditambah dengan kegiatan-kegiatan sisipan yang dilaksanakan sendiri oleh KINERJA-USAID yang sebelumnya tidak terkoordinasikan dalam kerangka Workplan (Rencana Kerja) para OMP. Implikasinya, pada tataran implementasi di lapang seringkali harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian jadual kegiatan.
Sangat disadari, bahwa pelaksanaan program MBS ini akan membawa arah perubahan yang siginifikan bagi penyelenggaran kegiatan sekolah sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Akan tetapi pada implementasinya juga membawa konsekuensi terhadap transparansi pengelolaan anggaran sekolah yang selama ini ditengarahi masih dirasa berat bagi pihak sekolah. Lebih daripada itu, bagi sekolah yang tingkat sosial-ekonomi wali muridnya rendah akan merasa berat dan kesulitan untuk bisa menerapkan MBS, karena itu harus didukung anggaran yang memadai dari pemerintah. Sebaliknya kalau tingkat sosial-ekonomi wali murid bagus/tinggi, tentunya memudahkan bagi pihak sekolah untuk bisa menerapkan MBS, sekalipun tanpa ada dukungan dana dari pemerintah. Sementara itu, adanya isue sekolah gratis juga berpengaruh secara signifikan untuk bisa menggerakkan partisipasi masyarakat secara finansial.
Problematika penyelenggaraan kegiatan
sekolah tersebut sangat mempengaruhi pihak sekolah dalam menerapkan MBS. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Kebonsari Kulon 02, bahwa “Sekolah yang siap melaksanakan MBS adalah sekolah yang berjiwa reformis untuk melaksanakan prinsip-prinsip partisipasi, transparani, dan akuntabilitas. Tanpa memiliki semangat reformasi, maka akan merasa keberatan untuk melaksanakan MBS”. Karena itu, kata kunci pelaksanaan MBS ini adalah diterapkannya 3 prinsip dalam penyelenggaraan kegiatan sekolah, yaitu: partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Jika sekolah bisa menerapkan 3 prinsip MBS tersebut, maka sekolah akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat atau wali murid, dan prestasi sekolah akan meningkat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Sumbertaman 01, bahwa “Jika sekolah dapat menerapkan MBS, para stakeholders sekolah dalam bekerjanya akan lebih terarah, rasa memiliki sekolah menjadi lebih tinggi, bisa saling kerjasama untuk mendukung kegiatan sekolah, dan rasa kepercayaan masyarakat/para wali murid kepada sekolah semakin meningkat”. Ditambahkan oleh Kepala SDN Sumbertaman 01, bahwa:
“Salah satu berkah yang didapatkan sekolahnya dalam menerapkan MBS ini adalah diraihnya prestasi sekolah sebagai peringkat ke-7 dari 135 sekolah yang ada di Kota Probolinggo. Selain itu, angka partisipasi masyarakatnya juga cukup tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya partisipasi masyarakat untuk berkontribusi dalam pengadaan rak sepatu bagi siswa, melakukan pengecetan ruang kelas, melakukan pavingisasi halaman sekolah, dsb”.
Dengan demikian dapat ditarik benang merah, bahwa MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini jika benar-benar diimplementasikan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel akan dapat menumbuhkan kepercayaan kepada publik, yang selanjutnya berdampak pula kepada peningkatan prestasi sekolah.
5. Strategi penyelesaian persoalan yang
muncul dalam implementasi program
Dalam setiap pelaksanaan program,
selalu tidak bisa dilepaskan dengan suatu
permasalahan atau tantangan yang dihadapi,
termasuk pelaksanaan program MBS
Berorientasi Pelayanan Publik ini. Adapun
persoalan-persoalan yang muncul di lapang
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 16
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
ketika proses program ini berjalan, antara lain:
(1) banyaknya kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh para OMP yang harus
melibatkan pihak sekolah, (2) Banyaknya
kegiatan-kegiatan sekolah yang harus
dilaksanakan di akhir tahun ajaran, dan tahun
ajaran baru, (3) Adanya liburan sekolah di awal
bulan puasa, dan liburan Hari Raya Idul Fitri,
dsb. Permasalahan-permasalahan tersebut
tentunya membutuhkan perhatian dan
pemikiran serius dari pihak sekolah, agar
program tetap bisa berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh
Kepala SDN Kebonsari Kulon 02, bahwa
“pelaksanaan program MBS ini banyak menyita
waktu, tenaga, dan biaya, tetapi karena
sekolah sudah berkommitmen untuk
menerapakan MBS, maka pihak sekolah
mau/tidakmau harus bekerja keras agar
program bisa berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Lalau bagaimana caranya
mengatasi banyaknya persoalan yang muncul
tersebut ?
Ada dua macam cara yang dilakukan
oleh pihak sekolah dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut.
Pertama, Kepala Sekolah selaku ketua TP3S
melakukan rapat koordinasi dengan anggota
TP3S untuk memecahkan berbagai persoalan
yang muncul dalam pelaksanaan program.
Dimana, rapat koordinasi tersebut
dilaksanakan setiap bulan sekali, dan secara
insidental jika terjadi permasalahan yang
membutuhkan penyelsaian segera. Kedua,
melakukan koordinasi dan konsultasi kepada
OMP dan LPSS terkait dengan proses
pelaksanaan program, maupun ketika
menghadapi permasalahan-permasalahan
yang sulit dan berat untuk dilaksanakan oleh
pihak sekolah. Diungkapkan oleh Kepala SDN
Sumbertaman 01, bahwa:
“untuk memudahkan proses pelaksanaan
program MBS, TP3S penting sekali untuk
melaksanakan rapat koordinasi setiap bulan
sekali, dan melakukan konsultasi kepada
Pengawas sekolah, tim MBS, Dinas
Pendidikan, ataupun kepada KINERJA
langsung ketika menghadapi persoalan yang
sulit untuk dipecahkan oleh pihak sekolah,
seperti misalnya pengadaan fasilitas sekolah
yang penting tetapi sekolah tidak mempunyai
anggarannya.”
Melalui dua macam cara mengatasi
permasalahan tersebut, maka segala macam
persoalan yang ditemui dalam proses
pelaksanaan program akan dapat dipecahkan.
Lebih daripada itu, TP3S sebagai organisasi
yang dibentuk untuk mengawal pelaksanaan
program MBS tersebut dapat berfungsi, dan
program dapat berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
C. DAMPAK SUBSTANTIF
Dari hasil penerapan program MBS
Berorientasi Pelayanan Publik tersebut
tentunya dapat memberikan dampak secara
langsung maupun tidak langsung. Mengenai
dampak dari penerapan program MBS
Berorientgasi Pelayanan Publik di SDN
Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1
tersebut, secara lebih detail dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Dampak langsung terhadap kelompok
sasaran
Dengan diterapkannya MBS di sekolah,
para siswa dan para orang tua bisa merasakan
dampaknya secara langsung. Kepala Sekolah
dan para guru semakin rajin dan aktif dalam
mengajar. Kreatifitas dan keaktifan guru dalam
mengajar semakin meningkat, sehingga
berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi
akademik siswa. Lebih daripada itu, warga
sekolah semakin meningkat kepeduliannya
terhadap kegiatan sekolah. Sebagaimana
diungkapkan oleh Thohir-wali kelas IV yang
anaknya barusan lulus sekolah dari SDN
Sumber Taman 01 Kota Probolinggo, bahwa
beliau merasa senang dan bangga karena
anaknya bisa lulus sekolah dengan nilai hasil
Ujian Nasional yang sangat memuaskan.
Luapan kegembiraan juga sangat
dirasakan oleh siswa kelas VI yang telah
dinyatakan lulus dengan nilai rata-rata
memuaskan. Selanjutnya, untuk
mengekspresikan wujud kegembiraan siswa
kelas VI dan para wali murid, pihak sekolah
menggelar pentas seni untuk melepas siswa
kelas VI menuju jenjang pendidikan yang lebih
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 17
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
tinggi, yaitu SMP atau MTs. Dimana, kegiatan
pelapasan siswa kelas VI tersebut sama-sama
dilaksanakan oleh SDN Kebonsari Kulon 02
maupun SDN Sumber Taman 01 Kota
Probolinggo. Karena kegembiraan dan
kebaganggaan atas prestasi anaknya yang
telah lulus tersebut, para orang tua murid
dengan penuh kerelaan dan keihlasan dapat
berpartisipasi dalam bentuk finansial dan
tenaga untuk menggelar pentas seni dalam
rangka pelepasan siswa kelas VI.
Dengan demikian jelas, bahwa para
orang tua murid akan merasa senang dan
bangga jika anak-anaknya dapat berprestasi.
Mereka juga akan merasa senang bila mereka
mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak
sekolah. Jika para siswa dapat berprestasi, dan
orang tua siswa mendapatkan perhatian dan
pihak sekolah, maka para orang tua murid
tersebut akan meningkat pula partisipasinya
dalam kegiatan sekolah karena mereka betul-
betul dapat merasakan manfaatnya dari
sekolah tersebut. Sebagaimana diungkapkan
oleh Rosyid (1998), bahwa hakekat
keberadaan pemerintahan dan birokrasi adalah
dalam rangka menjalankan tugas memberikan
pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
2. Dampak bagi penguatan
kelembagaan/institusi (sekolah yang
bersangkutan)
Setelah sekolah mendapatkan
pendampingan teknis mengenai penerapan
MBS selama kurang lebih tujuh (7) bulan,
terdapat perubahan-perubahan yang cukup
signifikan di tingkat sekolah. Perubahan-
perubahan yang terjadi sebagai dampak dari
penerapan program MBS Berorientasi
Pelayanan Publik tersebut diantaranya:
a. Peningkatan partisipasi stakeholders
sekolah dalam kegiatan sekolah.
Berkenaan dengan partisipasi
stakeholders dalam kegiatan sekolah ini,
perubahan yang sangat menonjol adalah
keterlibatan stakeholders dalam proses
pelaksanaan EDS (Evaluasi Diri Sekolah), dan
penyusunan RKS (Rencana Kerja Sekolah).
Kalau tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan
EDS dan penhyusunan RKS hanya dilakukan
sendiri oleh Kepala Sekolah dengan
melibatkan beberapa guru saja, tetapi setelah
mendapatkan pendampingan penerapan MBS,
pihak Kepala Sekolah tidak hanya melibatkan
guru saja, tetapi juga melibatkan Komite
Sekolah, para tokoh masyarakat, dan
perwakilan wali murid. Proses pelaksanaannya
pun benar-benar dilakukan secara partisipatif
dengan menggunakan perlengkapan laptop
dan LCD, sehingga para peserta betul-betul
dapat terlibat secara aktif. Sebagaimana
diungkapkan oleh Ketua Komite SDN Sumber
Taman 01 Kota Probolinggo, bahwa:
“Proses pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS tahun ini berbeda sekali dengan tahun-tahun sebelumnya. Pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS tahun ini melibatkan dewan guru, komite sekolah, tokoh masyarakat, dan perwakilan dari wali murid. Prosesnya pun memakan waktu berhari-hari, karena para peserta banyak yang belum memahami teknik pengisian instrumen EDS, dan penyusunan RKS. Namun karena proses pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS tersebut didampingi oleh pengawas sekolah secara intensif, akhirnya para peserta pun bisa terlibat dalam proses pelaksanaan EDS dan penyusunan RKS dengan sabar sampai tuntas”.
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 18
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Foto Dokumen: Proses Pelaksanaan EDS di SDN Sumbertaman 01 Kota Probolinggo
Dalam proses pembentukan dan
penentuan pengurus paguyuban kelas pun,
pihak sekolah memfasilitasi proses tersebut
secara partisipatif pula. Dijelaskan oleh Ketua
Komite SDN Kebonsari Kulon 02 Kota
Probolinggo, bahwa:
“Dalam proses pelaksanaan pembentukan dan penentuan pengurus paguyuban kelas, masing-masing guru kelas memfasilitasi proses penyusunan pengurus paguyuban kelas secara partisipatif. Dimana, sebelum ditentukan pengurus paguyuban kelas, para guru kelas menjelaskan terlebih dahulu
tentang struktur kepengurusan paguyuban kelas, setelah itu menjelaskan mengenai kriteria calon pengurus paguyuban kelas. Setelah penjelasan dari guru kelas tersebut bisa difahami dan diterima para wali murid, langkah selanjutnya adalah proses pemilihan dan penentuan pengurus paguyuban kelas. Melalui mekanisme tersebut, para wali murid merasa senang dan puas karena para pengurus paguyuban kelas yang telah ditetapkan tersebut merupakan pilihan para wali murid sendiri,
bukan karena tunjukan dari pihak sekolah”.
Foto Dokumen: Proses Pembentukan Paguyuban Kelas di SDN Kebonsari Kulon 2
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 19
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Lebih daripada itu, peningkatan
partisipasi masyarakat tersebut juga
ditunjukkan oleh adanya keterlibatan wali murid
untuk memberikan sumbangan dalam
pengadaan fasilitas sekolah, seperti: rak
sepatu siswa, pengecatan ruang kelas, dsb.
Bahkan dalam kegiatan perpisahan kelas VI,
para orang tua juga terlibat untuk mengisi
acara pentas seni, dan memberikan iuran
secara finansial.
Meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam kegiatan sekolah tersebut tentunya tidak
lepas dari rasa kebersamaan dan saling
kepercayaan, serta mau menerima kritik untuk
perbaikan dari stakeholders sekolah dalam
menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan
Publik di sekolah. Sebagaimana diungkapkan
oleh Sutrisno (1995), bahwa untuk
membangkitkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan diperlukan adanya sikap toleran
dari aparat pemerintah dalam menerima kritik.
Dimana kritik dan pikiran alternatif yang muncul
dari masyarakat tersbut sebagai akibat dari
dinamika pembangunan itu sendiri. Mengingat
kritik dan pikiran alternatif itu merupakan suatu
bentuk partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan.
Lebih daripada itu, penumbuhan
partisipasi masyarakat itu memerlukan
kesungguhan dan konsistensi dari semua
pihak, mengingat hal ini harus dilakukan secara
terus-menerus dan membutuhkan rentang
waktu yang cukup lama bahkan tidak terbatas.
Mengingat, penumbuhan partisipasi itu harus
dimulai dari rasa saling percaya dan sikap
solider, baik antar individu dalam masyarakat
maupun antara masyarakat dengan
pemerintah.
Karena itu, dengan pendampingan
program yang relatif singkat namun sudah
dapat menggerakkan partisipasi warga sekolah
seperti tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan program MBS
Berorientasi Pelayanan Publik ini telah mampu
meningkatkan partisipasi warga sekolah dalam
kegiatan sekolah.
b. Peningkatan transparansi sekolah
Dalam kaitannya dengan transparansi
sekolah, pihak sekolah juga telah menunjukkan
perubahan yang cukup signifikan. Kalau
sebelumnya, pihak sekolah itu hanya
mempublikasikan mengenai prestasi sekolah
saja. Setelah menerapkan MBS ini, pihak
sekolah juga telah berani mempublikasikan
tentang RKS (Rencana Kerja Sekolah), IPM
(Indeks Pengaduan Masyarakat), Janji /
Maklumat Perbaikan Pelayanan, maupun
laporan keuangan sekolah, baik dari sisi
penerimaan maupun pengeluarannya. Lebih
daripada itu, pihak sekolah juga tidak
“sungkan-sungkan” menyampaikan kepada
wali murid (dalam acara pelapasan siswa kelas
VI) untuk menyampaikan kritik maupun saran
melalui “Kotak Saran Sekolah” guna
perbaikan mutu pendidikan. Sebagaimana
diungkapkan oleh Ketua Komite SDN
Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo, bahwa:
“Kita tidak akan pernah bisa melihat kekurangan atau kelemahan diri kita sendiri. Karena itu, kalau kita ingin berubah dan maju, kita harus mau dan berani menerima kritik dari pihak manapun. Karena melalui kritik itulah, kita bisa melihat kekurangan atau kelemahan kita, dan melalui kritik itu pula, kita akan bisa melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik”.
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 20
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Foto Dokumen: Wawancara antara Pro-TV dengan Kepala Sekolah dan Ketua Komite SDN
Sumbertaman 01 tentang Program MBS Berorientasi Pelayanan Publik. Lebih daripada itu, diungkapkan oleh
Widodo (2010), bahwa reformasi yang terjadi
pada tahun 1998 sejatinya juga bersumber dari
tidak adanya keterbukaan informasi. Akibat
mengabdi berlebih pada pusat kekuasaan, hak-
hak warga negara diabaikan. Selain itu,
informasi sebagai sumber transparansi kala itu
tidak cukup dimiliki oleh warga negara,
Implikasinya, rakyat sama sekali tidak berperan
dalam semua kebijakan publik dan hanya
berposisi sebagai obyek belaka.
Transparansi atau keterbukaan publik itu
berarti adanya minat dan upaya untuk saling
kontrol dan bertanggung jawab. Kelembagaan
pemerintah yang transparan dan
berakuntabilitas publik berarti lembaga tersebut
berminat untuk menerima kontrol masyarakat
yang senantiasa mau
mempertanggungjawabkan segala kegiatan
yang diamanati oleh rakyat (Syamsudin, 2007).
Oleh karena itu, keterbukaan informasi publik
menjadi sebuah keniscayaan, dan merupakan
salah satu ciri penting dalam sistem
demokratis. Selain itu, Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik juga telah melembagakan prinsip
transparansi badan publik dan hak masyarakat
untuk memperoleh informasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa dengan adanya sekolah menerapakan
MBS berorientasi Pelayanan Publik tersebut
telah memberikan kontribusi bagi sekolah
untuk meningkatkan transparansi
penyelenggaraan kegiatan sekolah dalam
bentuk RKS (Rencana Kerja Sekolah), IPM
(Indeks Pengaduan Masyarakat), Janji /
Maklumat Perbaikan Pelayanan, maupun
laporan keuangan sekolah, baik melalui media
papan informasi yang mudah diakses oleh
publik maupun melalui forum komunikasi wali
murid.
c. Peningkatan responsivitas stakehoders
sekolah
Meningkatnya responsivitas
stakeholders sekolah ini tercermin dari
komitmen Kepala Sekolah untuk menerbitkan
“Janji Perbaikan Pelayanan” yang
dipublikasikan melalui papan informasi. Lebih
daripada itu, sikap responsivitas tersebut juga
diwujudkan oleh pihak sekolah dalam
memenuhi fasilitas-fasilitas sekolah, dan
membangun komunikasi yang intensif dengan
warga sekolah dalam meningkatkan kualitas
penyelenggaraan kegiatan sekolah.
d. Peningkatan kualitas pelayanan publik
Terkait dengan peningkatan kualitas
pelayanan publik ini, sudah cukup banyak
perubahan-perubahan yang dilakukan oleh
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 21
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
pihak sekolah, terutama sekali terkait dengan
perbaikan dan penambahan sarana-prasarana
sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan
kepuasan warga sekolah. Perbaikan dan
penambahan sarana-prasarana sekolah
tersebut, menurut keterangan dari Kepala SDN
Kebonsari Kulon 02 dan Kepala SDN Sumber
Taman 01 Kota Probolinggo, diantaranya dapat
disebukan sebagai berikut:
Perbaikan dan penambahan fasilitas pojok
laktasi, baik di SDN Kebonsari Kulon 02
maupun SDN Sumber Taman 1 Kota
Probolinggo.
Perbaikan dan peningkatan perawatan
sarana sanitasi, yaitu: kamar mandi atau
toilet, dan wastafel (tempat cuci tangan),
baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun
SDN Sumber Taman o1 Kota Probolinggo.
Perbaikan dan peningkatan perawatan
kebersihan tempat ibadah di SDN
Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.
Penambahan fasilitas bak sampah, baik di
SDN Kebonsari Kulon 02 maupun SDN
Sumber Taman 01 Kota Probolinggo
Penambahan fasilitas rak sepatu kelas III
untuk menjaga kebersihan ruang kelas di
SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.
Pengadaan media atau papan informasi
yang mudah diakses oleh warga sekolah,
baik di SDN Kebonsari Kulon 02 maupun
SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo.
Pengadaan kalender pendidikan yang
didistribusikan kepada wali murid di SDN
Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo.
Pengadaan papan “Daftar Nama Guru
Kelas, Alamat, dan Nomor Telpon” yang
mudah diakses oleh warga sekolah di
SDN Kebonsari Kulon 02 Kota
Probolinggo.
Pengadaan balai cangkru’an untuk tempat
berembug bagi stakeholders sekolah di
SDN Kebonsari Kulon 02 Kota
Probolinggo.
Dsb.
Disamping melakukan perbaikan dan
penambahan sarana-prasarana sekolah
tersebut, pihak sekolah juga telah membentuk
wadah yang disebut TP3S (Tim Peningkatan
Pelayanan Publik Sekolah) yang tugas dan
fungsinya adalah mendorong kepada pihak
sekolah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Selain itu, pihak sekolah juga
telah membuat Janji / Maklumat Perbaikan
Pelayanan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik sesuai dengan
harapan warga sekolah.
Ketika dilakukan pemetaan capaian
standar SPM (Standar Pelayanan Minimal)
yang difasilitasi oleh KINERJA-USAID pada
tanggal 25-26 Juni 2012 di gedung Puri
Menggala Bhakti – Probolinggo, capaian
standar SPM pada indikator 27 tentang
“Penerapan MBS dalam Kerangka
Pelayanan Publik” menunjukkan, bahwa SDN
Sumber Taman 01 dan SDN Kebonsari Kulon
02 Kota Probolinggo telah memenuhi standar
SPM tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
diIihat pada tabel sebagai berikut:
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 22
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Indikator Penerapan MBS dalam Kerangka Pelayanan Publik Di SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo – Jawa Timur Tahun 2012
No
Komponen
Kondisi di Sekolah dan
Madrasah
Keterangan
Ya Tidak
(1) (2) (3) (4)
1 Adanya Tim Peningkatan pelayanan Publik di sekolah.
Dibentuk pada bulan Maret 2012
2 Mempunyai RKS dan RKAS yang disusun secara partisipatif
Disusun pada bulan Mei – Juni 2012
3 Komite sekolah aktif dan partisipatif
4 Adanya publikasi perencanaan dan penganggaran sekolah
Dipublikasikan di papan informasi pada bulan Juni 2012
5 Adanya publikasi penggunaan dana BOS Dipublikasikan pada papan informasi, dan dijelaskan kepada wali murid saat penerimaan rapor siswa.
6 Peran serta orang tua/wali murid/ stakeholders sekolah dalam kemajuan sekolah
7 Papan informasi/mading yang representatif Papan ini sifatnya penambahan yang lebih baik, dan dibuat pada bulan April 2012.
8 Adanya Kotak saran/ pengaduan sebagai bagian dari sistem pengaduan siswa dan masyarakat
Disediakan sejak bulan April 2012.
9 Pelaksanaan survei pengaduan rutin setahun sekali
Dilaksanakan oleh Tim Survei pada bulan Pebruari s/d Maret 2012.
10 Adanya Janji perbaikan pelayanan / maklumat pelayanan yang di susun partisipatif dan di publikasikan
Janji perbaikan pelayanan sudah disusun secara partisipatif, tetapi tinggal pengesahan.
11 Adanya pernyataan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan
Pernyatan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan sudah disusun, tetapi tinggal pengesahan.
12 Adanya SOP, SPP dan kode etik sekolah yang di susun partisipatif
Dalam kaitan ini yang sudah ada baru “kode etik sekolah.
13 Hasil perencanaan sekolah di sinergikan dengan proses musrenbangdes
Belum pernah dilakukan
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 23
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
14 Adanya pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah
Pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah ini dibentuk pada bulan April 2012.
15 Tersedia perpustakaan yang terbuka untuk stakeholders sekolah
Stakeholders sekolah bisa akses buku ke sekolah, tetapi mereka belum bisa memanfaatkan ruang baca karena fasilitas belum memadai.
16 Adanya publikasi prestasi sekolah
Sudah dilakukan sekolah sejak 2 tahun yang lalu.
17 Publikasi identitas walikelas lengkap di depan kelas
Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.
18 Publikasi siswa yang mempunyai prestasi di akhir minggu setiap kelas.
Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.
19 Kalender akademik di bagikan kepada orang tua siswa dan atau di publikasikan.
Sudah dilakukan sejak bulan Juni 2012.
20
Pojok Ibu Menyusui dan atau UKS sesuai standar.
Sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan fasilitas dan perawatannya.
21 Sarana Peturasan / toilet sesuai standar. Sudah ada sejak 5 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan perawatan kebersihannya.
22 Pengembangan Budaya Pelayanan / budaya ramah di sekolah ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun dan Ikhlas)/etika pelayanan siswa, guru dan petugas sekolah lainnya.
Pengembangan budaya pelayanan tersebut telah dijadikan motto sekolah sejak tahun 2010.
Sumber: Dokumen Laporan MBS Distrik Probolinggo – LPKP Jawa Timur, Juni 2012
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 24
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Indikator Penerapan MBS dalam Kerangka Pelayanan Publik
Di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo – Jawa timur Tahun 2012
No
Komponen
Kondisi di Sekolah dan
Madrasah
Keterangan
Ya Tidak
(1) (2) (3) (4)
1 Adanya Tim Peningkatan pelayanan Publik di sekolah.
V Dibentuk pada bulan Maret 2012
2 Mempunyai RKS dan RKAS yang disusun secara partisipatif
V Disusun pada bulan Mei – Juni 2012
3 Komite sekolah aktif dan partisipatif
V
4 Adanya publikasi perencanaan dan penganggaran sekolah
V Dipublikasikan di papan informasi pada bulan Juni 2012
5 Adanya publikasi penggunaan dana BOS V Dipublikasikan pada papan informasi, dan dijelaskan kepada wali murid saat penerimaan rapor siswa.
6 Peran serta orang tua/wali murid/ stakeholders sekolah dalam kemajuan sekolah
V
7 Papan informasi/mading yang representatif V Papan ini sifatnya penambahan, dan dibuat pada bulan April 2012.
8 Adanya Kotak saran/ pengaduan sebagai bagian dari sistem pengaduan siswa dan masyarakat
V Disediakan sejak bulan April 2012.
9 Pelaksanaan survei pengaduan rutin setahun sekali
V Dilaksanakan oleh Tim Survei pada bulan Pebruari s/d Maret 2012.
10 Adanya Janji perbaikan pelayanan / maklumat pelayanan yang di susun partisipatif dan di publikasikan
V Janji perbaikan pelayanan sudah disusun secara partisipatif, tetapi belum disyahkan.
11 Adanya pernyataan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan
V Pernyatan perbaikan pelayanan dengan pengambil kebijakan sudah disusun, tetapi belum disyahkan.
12 Adanya SOP, SPP dan kode etik sekolah yang di susun partisipatif
V
Dalam kaitan ini yang sudah ada baru “kode etik sekolah dan SOP tentang
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 25
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Penerimaan Siswa Baru.
13 Hasil perencanaan sekolah di sinergikan dengan proses musrenbangdes
V Belum pernah dilakukan
14 Adanya pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah
V Pusat pelayanan informasi dan konsultasi sekolah ini dibentuk pada bulan April 2012.
15 Tersedia perpustakaan yang terbuka untuk stakeholders sekolah
V Stakeholders sekolah bisa akses buku ke sekolah, tetapi mereka belum bisa memanfaatkan ruang baca karena fasilitas belum memadai.
16 Adanya publikasi prestasi sekolah
V Sudah dilakukan sekolah sejak 2 tahun yang lalu.
17 Publikasi identitas walikelas lengkap di depan kelas
V Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.
18 Publikasi siswa yang mempunyai prestasi di akhir minggu setiap kelas.
V Sudah dilakukan sejak bulan April 2012.
19 Kalender akademik di bagikan kepada orang tua siswa dan atau di publikasikan.
V Sudah dilakukan sejak bulan Juni 2012.
20
Pojok Ibu Menyusui dan atau UKS sesuai standar.
V Sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan fasilitas dan perawatannya.
21 Sarana Peturasan / toilet sesuai standar. V Sudah ada sejak 5 tahun yang lalu, namun terus ditingkatkan perawatan kebersihannya.
22 Pengembangan Budaya Pelayanan / budaya ramah di sekolah ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun dan Ikhlas)/etika pelayanan siswa, guru dan petugas sekolah lainnya.
V Pengembangan budaya pelayanan tersebut telah dijadikan motto sekolah sejak tahun 2010.
Sumber: Dokumen Laporan MBS Distrik Probolinggo – LPKP Jawa Timur, Juni 2012
Dengan demikian jelas, bahwa penerapan
MBS berorientasi Pelayanan Publik di SDN Sumber
Taman 01 dan SDN Kebonsari Kulon 02 telah
mendapatkan respon positif dari para stakeholders
sekolah, sehingga pihak sekolah dapat memenuhi
prinsip-prinsip MBS Berorientasi Pelayanan Publik
dalam pengelolaan kegiatan sekolah.
D. INSTITUSIONALISASI DAN TANTANGAN
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 26
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
1. Pelembagaan MBS Berorientasi Pelayanan
Publik
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan
Publik ini pada hakekatnya membutuhkan waktu
yang cukup panjang dan berliku-liku. Secara garis
besar, proses pelembagaan program tersebut dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pelembagaan secara
internal, dan pelembagaan secara eksternal.
Secara internal, proses pelembagaan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik ini dapat dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan, antara lain:
a. Membentuk TP3S (Tim Peningkatan
Pelayanan Publik Sekolah)
b. Melaksanakan EDS (Evaluasi Diri Sekolah)
secara partisipatif
c. Melaksanakan penyusunan RKS (RKJM, RKT,
dan RKAS) secara partisipatif
d. Mempublikasikan hasil perencanaan dan
pengelolaan anggaran sekolah
e. Menyediakan papan informasi yang dapat
diakases oleh siswa dan orangtua siswa
f. Menyediakan kotak saran sebagai bagian dari
sistem pengelolaan pengaduan
g. Menyediakan kalender pendidikan yang dapat
diakses oleh wali murid
h. Menyediakan papan identitas guru dan wali
kelas yang dapat diakses oleh warga sekolah
Sedangkan secara eksternal, proses pelembagaan MBS Berorientasi Pelayanan Publik tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan, antara lain:
a. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat
dalam kegiatan sekolah, baik dalam kegiatan
akademik maupun non-akademik.
b. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat
dalam kegiatan EDS (Evaluasi Diri Sekolah).
c. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat
dalam penyusunan RKS (RKJM, RKT, dan
RKAS).
d. Memberi ruang bagi masyarakat untuk terlibat
dalam pengadaan maupun perbaikan fasilitas
sekolah, seperti: papan informasi publik, kotak
saran, rak sepatu siswa, rak buku
perpustakaan, papan identitas guru dan wali
kelas, dsb.
e. Membangun komunikasi dan mengembangkan
jaringan dengan Dinas Kota Probolinggo untuk
menjamin keberlansungan penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik.
f. Membangun komunikasi dan mengembangkan
jaringan dengan masyarakat secara luas,
khususnya kalangan DUDI (Dunia Usaha dan
Dunia Industri) untuk menjamin
keberlangsungan penerapan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik.
2. Tantangan Pelembagaan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
Tantangan yang perlu diantisipasi dan diatasi
dalam pelembagaan MBS berorientasi Pelayanan
Publik ini, antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut:
a. Menjaga kesinambungan komunikasi dan
koordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk
menjamin keberlanjutan penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik jika program ini
telah usai.
b. Mensinergikan antara penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik dengan
pemenuhan kebutuhan fasilitas sekolah.
Artinya, salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan dalam penerapan MBS ini adalah
pemenuhan kebutuhan fasilitas sekolah untuk
dapat meningkatkan mutu atau kualitas
penyelenggaraan pendidikan.
c. Persaingan yang sangat kompetitif, antara lain:
bermunculnya sekolah-sekolah yang berlabel
RSBI, sementara jarak antar sekolah relatif
sangat dekat. Kondisi ini membuat pihak
sekolah merasa khawatir untuk bisa
mendapatkan siswa sesuai kebutuhan. Karena
itu, Dinas Pendidikan perlu mengambil sikap
dalam menghadapi situasi dan kondisi sekolah
seperti ini.
E. LESSON LEARNED DAN CATATAN KRITIS
Dalam konteks pelaksanaan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di Kota Probolinggo - Jawa Timur ini, tidak sekedar hanya memenuhi 3 (tiga) indikator SPM (Standar Pelayanan Minimum), akan tetapi ada tambahan 1 (satu) indikator lagi, yaitu: Berorientasi Pelayanan Publik. Karena itu, penerapan program ini memiliki nilai plus atau inovasi, yaitu tidak sekedar menerapkan MBS untuk mencapai pemenuhan 3 (tiga) indikator SPM tersebut, tetapi ditambah adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik bagi warga sekolah. Pertanyaannya, “Apa esensi dari penambahan indikator peningkatan pelayanan publik tersebut ?
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 27
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Beranjak dari citra pmerintahan yang buruk di era pemerintahan Orde Baru, maka dalam era reformasi ini telah dikembangkan dan dipopulerkan wacana good governance (tata pemerintahan yang baik). Konsep good governance ini memberikan rekomendasi pada sistem pemerintahan yang menekankan kesetaraan pada lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun daerah, sektor swasta maupun masyarakat madani (civil society). Good governance berdasarkan pandangan ini berarti suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan sektor swasta.
Terkait dengan pelaksanaan good governance tersebut, UNDP mengajukan 9 (sembilan) karakteristik sebagai berikut: 1) Partisipasi, 2) Penegakan hukum, 3) Transparansi, 4) Daya tanggap, 5) Berorientasi pada konsensus, 6) Keadilan, 7) Keefektifan dan efisiensi, 8) Akuntabilitas, dan 9) Visi strategis. Sedangkan dalam konteks penyelenggaran pelayanan publik, menurut Lenvine yang dikutip oleh AG. Subarsono (2005) paling tidak harus memenuhi 3 (tiga) indikator: Pertama, responsivitas yaitu daya tanggap penyedia jasa terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan; Kedua, responsibilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang benar dan telah ditetapkan; Ketiga, akuntabilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dngan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat. Lebih daripada itu, dalam pasal 4 UU Pelayanan Publik dikemukakan, bahwa penyelenggaraan pelayanan publik itu berasaskan: 1) Kepentingan umum, 2) Kepastian hukum, 3) Kesamaan hak, 4) Keseimbangan hak dan kewajiban, 5) Keprofesionalan, 6) Partisipatif, 7) Persaman perlakuan/tidak diskriminatif, 8) Keterbukaan, 9) Akuntabilitas, 10) Rentan, 11) Ketepatan waktu, dan 12) Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Mengacu pada pengertian dan pentingnya
penerapan prinsip-prinsip pelayanan publik tersebut
di atas, jika sekolah menerapkan MBS dengan
memperhatikan prinsip-prinsip peningkatan kualitas
pelayanan publik akan dapat meningkatkan kualitas
pengelolaan sekolah. Karena itu, pelajaran berharga
atau lesson learned yang bisa kita petik dari
pengalaman penerapan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 02 dan
SDN Sumber Taman 01 Kota Probolinggo ini dapat
disarikan sebagai berikut:
1. Adanya kebijakan Pemerintah Kota
Probolinggo dalam mendukung pelaksanaan
program MBS Berorientasi Pelayanan Publik,
antara lain:
a. Perda tentang “Kebebasan Memperoleh
Informasi”.
b. Perda tentang “Partisipasi Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan
Pembangunan”.
c. Surat Keputusan Walikota mengenai Tim
Teknis dan Pokja Pendidikan untuk
mengawal pelaksanaan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik di tingkat sekolah.
d. Kommitmen Pemerintah Kota Probolinggo
(Dinas Pendidikan) untuk mengalokasikan
anggaran dalam mendukung penerapan
MBS Berorientasi Pelayanan Publik.
2. Adanya political will dan good will dari Kepala
Sekolah
3. Adanya jiwa kepemimpinan Kepala Sekolah
yang reformis
4. Adanya kommitmen dari stakeholders sekolah
untuk menerapkan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik.
5. Stakeholders sekolah dapat saling
bekerjasama dalam memajukan sekolah
6. Terbangunnya sinergitas dan kerjasama yang
baik antara Kepala Sekolah dengan Komite
Sekolah dalam pengelolaan kegiatan sekolah
dengan menerapkan prinsip: responsivitas,
partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang
berorientasi pada peningkatan pelayanan
publik.
7. Meningkatnya kesadaran masyarakat atau wali
murid untuk berpartisipasi dalam kegiatan
sekolah, baik secara material maupun non
material.
8. Tersedianya sumberdaya pendukung dalam
menerapkan prinsip-prinsip MBS Berorientasi
Pelayanan Publik, khususnya dalam
pengadaan sarana-prasarana sekolah.
9. Meningkatnya tertib administrasi dan
pendokumentasian dalam mengarsipkan
dokumen-dokumen penting sekolah, seperti:
pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS
(RKJM, RKT, dan RKAS), penerbitan SK.
Kepala Sekolah tentang Kepengurusan Komite
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 28
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
Sekolah, penerbitan SK. Kepala Sekolah
tentang RKS, penerbitan SK. Kepala Sekolah
tentang Tim Peningkatan Pelayanan Publik,
penerbitan Janji/Maklumat Perbaikan
Pelayanan Publik oleh Kepala Sekolah, dsb.
10. Meningkatnya prestasi akademik siswa, seperti
yang diraih oleh SDN Sumber Taman 01 Kota
Probolinggo. Dimana pada tahun 2012 ini, SDN
Sumber Taman 01 Kota Probolinggo nilai hasil
Ujian Nasionalnya secara umum menempati
ranking 7 di tingkat Kota Probolinggo.
11. Meningkatnya angkap partisipasi masyarakat
dalam kegiatan sekolah, baik secara akademik
maupun non-akademik.
Dengan demikian, penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik ini jika dilaksanakan
secara sungguh-sungguh dan penuh kommitmen
akan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan
sekolah dan prestasi akademik siswa, serta dapat
meningkatkan rasa kepuasan bagi warga sekolah.
Karena itu, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa
MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini mempunyai
makna yang strategis bagi pengembangan sekolah
dan mutu pendidikan, dan layak untuk
dikembangkan, serta direplikasikan di tempat lain.
F. PELUANG REPLIKASI
Bertitik tolak pada lesson learned dari penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik seperti tersebut di atas, bahwa pengalaman tersebut dapat direplikasikan di tempat lain. Pertanyaannya, apakah semua daerah bisa menerapkan prinsip-prinsip MBS tersebut ? Lalu daerah seperti apa yang diproyeksikan dapat menerapkan prinsip-prinsip MBS tersebut ? Dan instrumen-instrumen seperti apa yang diperlukan untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip MBS tersebut ?
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, bahwa sekolah dalam menerapkan manajemen atau pengelolaan sekolah itu tidak berdiri sendiri, tetapi sekolah sangat terkait dan tergantung pada pemerintah Kota/Kabupaten. Karena itu, sistem dan struktur pemerintahan Kota/Kabupaten tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem pengelolaan sekolah.
Berkenaan dengan replikasi penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini, jika mengacu pada pengalaman di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 Kota Probolinggo,
mensyaratkan adanya:
1. Tingkat Pemerintahan Kota / Kabupaten:
a. Political will dan good will dari Walikota /
Bupati untuk menerapkan prinsip-prinsip
good governance (tata kelola pemerintahan
yang baik).
b. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah
untuk mengalokasikan anggaran melalui
APBD dalam menerapkan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik dalam rangka memenuhi
SPM dan SNP.
c. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah
untuk memberikan peluang yang lebih luas
kepada masyarakat dalam mengakses
informasi publik.
d. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah
untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik.
e. Adanya kommitmen dari pemerintah daerah
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan
pemanfaatan hasil pembangunan.
f. Adanya kommitmen dari dinas/instansi
terkait (khususnya Bappeda dan Dinas
Pendidikan) untuk terlibat secara aktif dan
memberikan support kepada pihak sekolah
dalam menerapkan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik.
2. Tingkat Sekolah:
a. Adanya political will dan good will dari
Kepala Sekolah
b. Adanya pola kepemimpinan Kepala
Sekolah yang partisipatif dan egaliter
c. Adanya kommitmen dari stakeholders
sekolah untuk menerapkan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik.
d. Adanya kommitmen dari Kepala Sekolah
dan Komite Sekolah dalam mewujudkan
sinergitas dan kerjasama yang baik dalam
pengelolaan kegiatan sekolah dengan
menerapkan prinsip: responsivitas,
partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas
yang berorientasi pada peningkatan
pelayanan publik.
e. Adanya kommitmen dari pihak sekolah
untuk meningkatkan tertib administrasi dan
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 29
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
pendokumentasian dalam mengarsipkan
dokumen-dokumen penting sekolah, seperti:
pengisian instrumen EDS, penyusunan RKS
(RKJM, RKT, dan RKAS), penerbitan SK.
Kepala Sekolah tentang Kepengurusan
Komite Sekolah, penerbitan SK. Kepala
Sekolah tentang RKS, penerbitan SK.
Kepala Sekolah tentang Tim Peningkatan
Pelayanan Publik, penerbitan
Janji/Maklumat Perbaikan Pelayanan Publik
oleh Kepala Sekolah, dsb.
f. Tersedianya sumberdaya pendukung dalam
menerapkan prinsip-prinsip MBS
Berorientasi Pelayanan Publik, khususnya
dalam pengadaan sarana-prasarana
sekolah, baik yang bersumber dari
pemerintah, masyarakat, maupun pihak lain.
Jika persyaratan dan instrumen tersebut
dapat terpenuhi, maka penerapan MBS Berorientasi
Pelayanan Publik tersebut akan dapat berjalan
dengan baik dan lancar sebagaimana yang
diharapkan.
Daftar Referensi:
Miles, M. B & M. A. Habberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Terjemah. Jakarta: UI Press.
Moloeng, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rasyid, Ryas. 1998. Desentralisasi dalam Menunjang Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.
Subarsono, AG. 2005. Pelayanan Publik yang Efisien, Responsif, dan Non-Partisan dalam Agus Dwiyanto (editor), 2005. Mewujudkan Good governance Melalui Pelayanan Publik. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Sjamsuddin, Sjamsiar. 2007. Etika Birokrasi & Akuntabilitas Sektor Publik. Malang: Agritek YPN Malang Kerjasama dengan CV. SOFA Mandiri dan Indonesia Print.
Soetrisno, Lukman. 1995. Menuu Masyarakat Partisipatif. Yogjakarta: Kanisius.
Widodo, Suko. 2010. Reformasi Informasi Publik Dimulai. Jawa Pos. Edisi: Jum’at 30 April 2010
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara.
Propinsi Jawa Timur, Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Jawa Timur
Boodklet SEMIPRO (Seminggu di Kota Probolinggo)
– Tanggal 24 – 29 Juni 2012.
Dokumen “Proposal Program MBS - LPKP Jawa
Timur (OMP-MBS)”
Dokumen “Kontrak Kerja atau MoU antara LPKP
Jawa Timur dengan RTI-USAID tentang
Pelaksanaan Program MBS”
Dokumen “Laporan Tiga Bulanan Program MBS
Kota Probolinggo – Jawa Timur”
Dokumen “Instrumen Pencapaian SPM (Standar
Pelayanan Minimal)” SDN Sumber Taman
01 Kota Probolinggo
Dokumen “Instrumen Pencapaian SPM (Standar
Pelayanan Minimal)” SDN Kebonsari Kulon
02 Kota Probolinggo
Dokumen Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah
Kota Probolingo dengan KINERJA-USAID,
Nomor: 067/123/425.012/2011 tentang
“Pelaksanaan Program Kinerja di Kota
Probolinggo”.
Dokumen Surat Keputusan Walikota Probolinggo Nomor: 188.45/281/KEP/425.012/2011 tentang “Tim Teknis Pendampingan Kerjasama antara Pemerintah Kota Probolinggo dengan KINERJA-USAID Tahun 2011”.
Dokumen Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Nomor: 421.2 / 37 / 425.103 / 2011 tentang “Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan Program KINERJA-USAID Kota Probolinggo Tahun 2011”.
Dokumen Surat Pernyataan SDN Sumbertaman 01
Nomor: 422.1/254.103.3.118/2011 tentang
“Surat Pernyataan Komitmen Sebagai
Sekolah Mitra Bantuan teknis Peningkatan
Pelayanan Publik dengan fokus Utama
Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SDN Kebonsari Kulon 2 dan SDN Sumbertaman 1 30
http://cgi.fisipol.ugm.ac.id
pada Pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)”.
Dokumen Bahan Presentasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dalam acara “Studi Banding Pemerintah Kabupaten Melawi – Kalimantan Barat di Kota Probolinggo, 30 Juli 2012”.
Dokumen Dinas Pendidikan Kota Probolinggo tentang: “Data Pokok Pendidikan TP. 2011/2012”
Nara Sumber :
1. Anwar Sholihin – Penanggung Jawab Program
MBS Berorientasi Pelayanan Publik – LPKP
Jawa Timur (Wawancara tgl. 22 Juni 2012 di
Kantor LPKP Jawa Timur)
2. Bambang Widi – LPSS Kota Probolinggo
KINERJA-USAID (Wawancara tgl. 25 Juni 2012
di kantor Kinerja-USAID Kota Probolinggo)
3. Mohammad Asin – Kabid TK/SD Dinas
Pendidikan Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 27
Juni 2012 di Kantor Dinas Pendidikan Kota
Probolinggo)
4. Drs. Paeni Efendi, M.Hum – Sekretaris Dinas
Pendidikan Kota Probolinggo dan Ketua Komite
SDN Kebonsari Kulon 02 Kota Probolinggo
(Wawancara tgl. 27 Juni 2012 di Kantor Dinas
Pendidikan Kota Probolinggo)
5. Hj. Rukmini, Spd – Kepala SDN Kebonsari Kulon
02 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 26 Juni
2012 di SDN Kebonsari Kulon 02 Kota
Probolinggo).
6. Hj. Sutiyah, Spd – Kepala SDN Sumber Taman
01 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 25 Juni
2012 di gedung Puri Manggala Bhakti –
Pemerintah Kota Probolinggo)
7. Bambang – Ketua Komite SDN Sumber Taman
01 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 27 Juni
2012 di rumah kedimannya).
8. Moch. Thohir-Wali Kelas IV SDN Sumbertaman
01 Kota Probolinggo (Wawancara tgl. 27 Juni
2012 di rumah kedimannya).
9. Singo Maruto Fasilitator Daerah MBS Kota
Probolinggo (Wawancara tgl. 23 Juni 2012 di
Sekretariat MBS Kota Probolinggo)
10. Vidiya – Fasilitator Survei Pengaduan Kota
Probolinggo (Wawancara tgl. 23 Juni 2012 di
Sekretariat MBS Kota Probolinggo)
11. Ikhsan – Fasilitator Media Kota Probolinggo
(Wawancara tgl. 23 Juni 2012 di Sekretariat
MBS Kota Probolinggo)