cetak profil kesehatan revisi 11

138
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BAR AT TAHUN 2 012 1 BAB I PENDAHULUAN Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 merupakan salah satu bentuk dokumentasi tahunan dari produk Sistem Informasi Kesehatan yang dapat memberikan gambaran perkembangan situasi kesehatan khususnya di Wilayah Administratif Provinsi Jawa Barat dan juga merupakan investasi informasi untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Instrumen dasar untuk penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengacu kepada Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2010 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang memuat berbagai indikator, variabel yang berkaitan dengan Program Pembangunan Kesehatan. Mekanisme penyusunan Profil Kesehatan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Lintas Sektor antara lain BPS, BKKBN, melalui kegiatan pertemuan pemutakhiran data profil, validasi data profil secara berjenjang. Indikator-indikator yang ditampilkan pada Profil Kesehatanantara lain Indikator Derajat Kesehatan, Upaya Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan. Indikator Derajat Kesehatan merupakan indikator outcome meliputi mortalitas dan morbiditas serta Angka Harapan Hidup. Indikator Upaya Kesehatan merupakan indikator output hasil kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar maupun Ruj ukan. Indikator Sumber Daya Kesehat an merupakan indikator input yang merupakan syarat pokok dalam pelaksnaan pembangunan kesehatan. Secara umum dalam penyusunan profil kesehatan ini dilakukan analisis deskripsif, analisis komperatif antar Kabupaten, Kota dan Provinsi. Untuk melihat trend tahunan suatu indikator tertentu dilakukan analisis kecenderungan. Secara terbatas dilakukan juga analisis hubungan antar faktor risiko dengan output atau outcome. Untuk mempermudah dalam analisis, variabel indikator yang tersedia pada tabel profil kesehatan ini, disajikan melalui tampilan tabel, gambar yang disesuaikan dengan tujuan analisis seperti grafik garis, grafik batang, dan peta. Profil Kesehatan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi baik sektor kesehatan sendiri maupun sektor non kesehatan, terutama dalam proses manajemen yang meliputi perencanaan, penggerakan, pengendalian dan monitoring serta evaluasi pembangunan kesehatan. Untuk itu dilakukan desiminasi informasi melalui distribusi Buku Profil Kesehatan ke berbagai unit/ sektor yang berkai tan dengan Bidang Kesehatan seperti Kemenkes.RI, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, antar Dinas Kesehatan Provinsi, Bappeda. Beberapa keterbatasan yang mempengaruhi kecepatan dan ketepatan penyelesaian Profil diantaranya adalah;

Upload: duren-mantapz

Post on 06-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 1/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  1

BAB I

PENDAHULUAN

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 merupakan salah satu bentuk

dokumentasi tahunan dari produk Sistem Informasi Kesehatan yang dapat memberikan

gambaran perkembangan situasi kesehatan khususnya di Wilayah Administratif Provinsi Jawa

Barat dan juga merupakan investasi informasi untuk kebutuhan di masa yang akan datang.

Instrumen dasar untuk penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengacu

kepada Pedoman Penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2010 yang diterbitkan oleh Pusat Data

dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang memuat

berbagai indikator, variabel yang berkaitan dengan Program Pembangunan Kesehatan.

Mekanisme penyusunan Profil Kesehatan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Lintas Sektor antara lain BPS,

BKKBN, melalui kegiatan pertemuan pemutakhiran data profil, validasi data profil secara

berjenjang.

Indikator-indikator yang ditampilkan pada Profil Kesehatanantara lain Indikator Derajat

Kesehatan, Upaya Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan. Indikator Derajat Kesehatan

merupakan indikator outcome meliputi mortalitas dan morbiditas serta Angka Harapan Hidup.

Indikator Upaya Kesehatan merupakan indikator  output  hasil kegiatan Pelayanan Kesehatan

Dasar maupun Rujukan. Indikator Sumber Daya Kesehatan merupakan indikator  input  yang

merupakan syarat pokok dalam pelaksnaan pembangunan kesehatan.

Secara umum dalam penyusunan profil kesehatan ini dilakukan analisis deskripsif,

analisis komperatif antar Kabupaten, Kota dan Provinsi. Untuk melihat trend tahunan suatu

indikator tertentu dilakukan analisis kecenderungan. Secara terbatas dilakukan juga analisis

hubungan antar faktor risiko dengan output atau outcome.

Untuk mempermudah dalam analisis, variabel indikator yang tersedia pada tabel profil

kesehatan ini, disajikan melalui tampilan tabel, gambar yang disesuaikan dengan tujuan

analisis seperti grafik garis, grafik batang, dan peta.

Profil Kesehatan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi baik sektor 

kesehatan sendiri maupun sektor non kesehatan, terutama dalam proses manajemen yang

meliputi perencanaan, penggerakan, pengendalian dan monitoring serta evaluasi

pembangunan kesehatan. Untuk itu dilakukan desiminasi informasi melalui distribusi Buku

Profil Kesehatan ke berbagai unit/sektor yang berkaitan dengan Bidang Kesehatan seperti

Kemenkes.RI, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, antar Dinas Kesehatan Provinsi, Bappeda.

Beberapa keterbatasan yang mempengaruhi kecepatan dan ketepatan penyelesaian

Profil diantaranya adalah;

Page 2: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 2/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  2

Banyaknya data yang harus dikumpulkan,

Banyaknya sumber data yang menyebabkan mekanisme pengelolaan data dan

infromasi menjadi berbeda.

Pemahaman definisi operasional yang berbeda, sehingga menghasilkan data menjadi

berbeda. Belum semua variabel, indikator kesehatan yang dibutuhkan tersedia dalam sistem

pencatatan dan pelaporan rutin Sektor Kesehatan, seperti angka kematian bayi (AKB)

dan angka Kematian Ibu (AKI) .

Batasan waktu yang sudah ditetapkan untuk updatetidak dipatuhi menyebabkan data

yang sudah disepakati seringkali berubah, bahkan ketika profil sudah dicetak.

Page 3: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 3/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  3

BAB II

VISI MISI PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 adalah “Dengan Iman dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat

Termaju di Indonesia”. Visi tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) misi pembangunan yaitu :

1. Mewujudkan kualitas Kehidupan Masyarakat yang berbudaya Ilmu dan Teknologi, Produktif 

dan Berdaya Saing

2. Meningkatkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan Berbasis Potensi Daerah

3. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari

4. Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik

5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang

serta budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun

2008-2013 adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.

 Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi

pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

1. Mewujudkan Sumber Daya Manumur Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing

2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional ber Basis Potensi Lokal3. Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastuktur Wilayah

4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya tampung Lingkungan untuk Pembangunan

berkelanjutan

5. Meningkatkan Effektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi

Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah

Provinsi Jawa Barat berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan

dengan fenomena penting aktual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 tahun

sebelumnya khususnya aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

Maka Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan kesehatan adalah Misi 1 yaitu

Mewujudkan Sumber Daya Manumur Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing, dengan

tujuan 1). Mendorong Tingkat pendidikan, kesehatan dan kompetisi kerja masyarakat Jawa

Barat, dan 2) Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta

menguasai ilmu dan teknologi, Sedangkan Sasaran utama adalah meningkatnya akses dan

mutu pelayanan kesehatan terutama ibu dan anak.

Page 4: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 4/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  4

A. VISI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT.

Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi

Departemen Kesehatan serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat

maka telah disusun Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu :Tercapainya

Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi dimana

masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan

mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan

kesehatan akibat penyakit, bencana, lingkungan dan perilaku yang buruk , serta mampu

memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan

kemampuan dan kekuatan sendiri.

Dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut maka telah dirumuskan Visi

Dinas Kesehatan Jawa Barat sebagai berikut : “Akselerator Pencapaian Masyarakat

Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan,

kemampuan, kemauan, motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk

menjadi pendorong, penggerak, fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi

pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama

masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup

Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat menjadi Sehat.

B. MISI DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT.

Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan

tantangan kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai

Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, maka rumusan Misi Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu :

1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas

2. Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan

3. Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit

4. Menjamin ketersediaan sumber daya manumur dan fasilitas pelayanan kesehatan yang

merata, terjangkau dan berkualitas.

 Adapun Tujuan dan Sasaran dari tiap Misi tersebut adalah sebagai berikut :

Misi 1 : Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas

Tujuan : Meningkatkan upaya kesehatan yang mampu mendukung akses

dan memberdayakan masyarakat untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang berkualitas

Sasaran : 1. Meningkatnya upaya untuk membudayakan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat dan mengembangkan Upaya Kesehatan

Page 5: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 5/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  5

Berbasis Masyarakat serta mendorong masyarakat untuk

memilih tempat pelayanan yang tepat.

2. Meningkatnya upaya untuk menyediakan pelayanan

kesehatan yang komprehensif bagi ibu maternal, bayi, balita,

anak sekolah/remaja, umur produktif dan umur lanjut.3. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan status gizi

masyarakat terutama pada ibu hamil dan balita.

4. Meningkatnya perlindungan masyarakat terhadap

ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan dan

penggunaan obat, produk pangan, produk farmasi yang

berbahaya serta tidak memenuhi syarat.

5. Meningkatnya upaya untuk menyiapkan dan melaksanakan

penanggulangan masalah kesehatan pada saat dan pasca

bencana serta antisipasi pemanasan global

6. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan kesehatan dan

kebugaran jasmani masyarakat.

Misi 2 : Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.

Tujuan : Meningkatkan ketersediaan pembiayaan, kebijakan dan

pedoman, hukum, system informasi, pemahaman public yang

positif tentang kesehatan, dan diikutinya standard mutu sarana,

prasarana dan peralatan kesehatan

Sasaran : 1. Meningkatnya Kualifikasi Rumah Sakit, Rumah Sakit khusus

dan UPTD Provinsi sebagai Center Of Excellent tingkat

Nasional/Internasional

2. Meningkatnya Kualitas dan Akuntabilitas Manajemen

Pelayananan dan Pembangunan Kesehatan meliputi

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan

kesehatan yang evidence base didukung data yang akurat.

3. Terwujud dan dipatuhinya berbagai kebijakan dan regulasi

kesehatan yang pro rakyat, mengutamakan kenyamanan dan

keamanan klien/pasien serta petugas.

4. Terwujudnya pemahaman public yang posistif tentang

pembangunan kesehatan global, nasional dan local

5. Meningkatnya pelayanan kesehatan diberbagai tatanan

sesuai dengan standar mutu.

6. Meningkatnya akuntabilitas dan ketepatan pelaksanaan

bantuan keuangan Departemen Kesehatan, Gubernur 

Provinsi Jawa Barat ke Kabupaten/Kota Jawa Barat.

Page 6: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 6/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  6

Misi 3 : Meningkatkan Sistem Surveilans dalam Upaya Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

Tujuan : Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat

penyakit.

Sasaran : 1. Meningkatnya peran dan komitmen pemerintah daerah, jejaring kerja LS/LP dan kemitraan dengan masyarakat

termasuk swasta dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit

2. Meningkatnya perlindungan, penatalaksanaan kasus,

pengendalian factor resiko serta terselenggaranya system

surveillance dan kewaspadaan dini KLB/Wabah secara

berjenjang.

3. Meningkatnya upaya untuk mengembangkan sentra regional

untuk rujukan penyakit, pelatihan penanggulangan penyakit,

kesiap siagaan KLB/Wabah dan bencana maupun

kesehatan matra.

4. Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat dan

menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

Misi 4 : Menjamin ketersediaan sumber daya manumur dan fasilitas pelayanan

kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.

Tujuan : Meningkatkan jumlah, jenis , mutu dan penyebaran tenaga serta

kesehatan, dan pemberdayaan profesi kesehatan sesuai dengan

kebutuhan pembangunan kesehatan.

Sasaran : 1. Meningkatnya ketersedian tenaga kesehatan yang

professional dan kompeten di semua sarana pelayanan

kesehatan

2. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana

pelayananan kesehatan pemerintah dan swasta yang

terjangkau dan berkualitas

C. KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan

dan sasarannya, maka untuk memperjelas cara untuk mencapai tujuan dan sasaran

tersebut melalui strategi pembangunan kesehatan yang terdiri atas Kebijakan dan

Program sebagai berikut:

Kebijakan 1: Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak, yang

dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

1. Program Upaya Kesehatan

Page 7: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 7/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  7

Kebijakan 2 : Mengembangkan sistem kesehatan, yang dilaksanakan melalui

program-program sebagai berikut :

1. Program Manajemen Pelayanan Kesehatan

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan

Kebijakan 3 : Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalianpenyakit menular serta tidak menular, yang dilaksanakan melalui

program-program sebagai berikut :

1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 

Kebijakan 4 : Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kesehatan, yang

dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

1. Program Sumber Daya Kesehatan

Dalam upaya menjawab tantangan dan isu strategis dalam program pembangunan

kesehatan Jawa Barat maka dilakukan upaya penajaman terhadap kegiatan sebagai

berikut :

1. Peningkatan Persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten di fasilitas kesehatan

untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup (UHH), menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

2. Intensitas dan penyebaran penyakit

3. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS )

Page 8: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 8/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  8

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

A. GAMBARAN UMUM DAN KEPENDUDUKAN

1. Gambaran Umum Wilayah

Provinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 5050’ – 7

050’ Lintang

Selatan dan 104048’ – 108

048’ Bujur Timur, dengan batas wilayah di sebelah Barat

berbatasan dengan Provinsi Banten, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa

Tengah di sebelah Selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sedangkan di daerah

Utara adalah Laut Jawa.

Luas wilayah Provinsi Jawa Barat sebesar 37.116,54 kilometer persegi atausekitar 27,82% dari luas wilayah Pulau Jawa dan Madura atau 1,85% dari luas

wilayah Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia di sebelah barat

Pulau Jawa.

Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa

Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan

daerah berdatar rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit

pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah.

Kondisi topografi Jawa Barat, dibedakan atas wilayah pegunungan curam

(9,5%) yang terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas

permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai (36,48 %) yang terletak di bagian

Tengah dengan ketinggian 10-1.500 m dpl., dan wilayah daratan landai (54,02%)

yang terletak di bagian Utara dengan ketinggian 0-10 m dpl. Jawa Barat memiliki

iklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar 17,40-30,70 C dengan kelembaban udara

73-84%.

Jawa Barat beriklim tropis dengan curah hujan tinggi, rata-rata curah hujan

dalam sebulan adalah 161 milimeter dan 7 hari hujan.Iklim demikian menunjang

adanya lahan subur yang berasal dari endapan vulkanis serta banyaknya aliransungai menyebabkan sebagian besar dari luas tanah yang ada dipergunakan sebagai

lahan pertanian. Suhu 90

C di Puncak Gunung Pangrango dan 340

C di Pantai Utara,

curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan

antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun

Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18 kabupaten dan 9 kota,

mencakup sekitar 626 Kecamatan, 3.232 Perkotaan dan 2.659 Perdesaan dan dibagi

menjadi 5 Koordinator Wilayah yaitu :

• Wilayah Bogor yang terdiri dari Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok,

Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur.

Page 9: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 9/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  9

• Wilayah Purwakarta terdiri dari Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta,

Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang.

• Wilayah Cirebon terdiri dari Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten

Indramayu, Kabupaten Majelengka, Kabupaten Kuningan.

• Wilayah Priangan Timur terdiri dari Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, KabupatenTasikmalaya Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten

Pangandaran.

• Wilayah Priangan Barat terdiri dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung,

Kabupaten Garut, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.

2. Pertumbuhan Penduduk.

Berdasarkan Estimasi Penduduk Tahun 2012, Jumlah penduduk Provinsi Jawa

Barat adalah 44.548.431 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 22.666.168 jiwa

(50,88%) dan penduduk perempuan adalah 21.882.263 (49,12%). Kenaikan

Penduduk Provinsi Jawa Barat kurun waktu tahun 2010-2012 terdapat peningkatan

 jumlah penduduk sekitar 3,47%.

Gambar III. A. 1Jumlah Penduduk Di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2000 – 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Sex Ratio di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 adalah 103,06, artinya komposisi

laki-laki lebih banyak dibandingkan komposisi perempuan, dengan pengertian ada

103 hingga 104 orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.

Rasio jenis kelamin tiga tertinggi di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur 

(107,14), Kabupaten Karawang (106,39) dan Kabupaten Indramayu (106,14),

sedangkan rasio jenis kelamin tiga terendah berada di Kabupaten Ciamis (98,09),

Kota Banjar (98,35) dan Kabupaten Tasikmalaya (99,41).

Komposisi penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median

umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika

median umur > 30 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, komposisi umur penduduk

Page 10: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 10/138

 

Provinsi Jawa

menengah, dima

Untuk me

struktur umur d

dibawah ini. 

Pira

Kategori

 jumlah pendudu64 tahun dalam

Persent

 Angka be

sebesar 52,55%

bahwa setiap 1

orang penduduk

0%

10%

20%

30%40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

20

28

66

5,

 

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

arat pada tahun 2012 masih termasuk dala

na median umurnya berada pada umur 26,86 ta

  ngetahui komposisi penduduk Provinsi Jawa

an jenis kelamin berikut digambarkan piramid

Gambar III. A. 2mida Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2

  penduduk menengah tersebut sesuai dengan

terbesar di Jawa Barat yang berkisar ada padurun waktu 2005 – 2012, seperti terlihat dalam

Gambar III. A. 3se Komposisi Penduduk Menurut Kelompok

Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2012

  an ketergantungan penduduk di Provinsi Jawa

mengalami penurunan menjadi 52,0% pada tah

0 penduduk usia produktif di Jawa Barat me

usia belum/ tidak produktif.

8 2009 2010 2011

,49   29,73   29,25 29,25

,03   65,25   66,09 66,09

,48   5,02   4,66 4,66

= 65 Thn 15-64 Thn 0-14 T

  TAHUN 2012  10

  kategori penduduk

  un.

  Barat berdasarkan

  a penduduk seperti

 

12

  gambaran proporsi

  kelompok umur 15-  ambar dibawah ini.

 Umur di

 

arat dari tahun 2010

  un 2012 yang artinya

  anggung sekitar 52

 

2012

28,39

66,87

4,73

  n

Page 11: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 11/138

 

Laju Pertu

relatif cenderung

mencapai 1,94%

tahun 2007-201

LPP Nasional (1penduduk di Pro

Laju

Sumber :

LajuD

Laju Pert

berkisar antara

sedangkan yang

lebih rendah dari

LPP di Ka

4,3 persen/tah

persen/tahun.persen/tahun ma

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

   K   A   B .   B   E   K   A   S   I

   K   O   T   A   D   E   P   O   K

   K   O   T   A   B   E   K   A   S   I

   4 ,   6   9

   4 ,   3   0

1,

0

0,5

1

1,5

2

2,5

2005

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

mbuhan Penduduk (LPP) Provinsi Jawa Barat

terus menurun. Pada periode 2005 – 2006, LPP

, periode berikutnya mengalami penurunan se

mengalami fluktuasi menjadi 1,66 tahun 2012

,19% tahun 2012). Kondisi tersebut menunjukanvinsi Jawa Barat relatif cukup baik.

Gambar III. A. 4 Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Ba

Periode tahun 2005 – 2012

  Bapeda dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Gambar III. A. 5 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupateni Provinsi Jawa Barat Periode Tahun 2000-20

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

  mbuhan Penduduk per Kabupaten/Kota perio

0,40% – 4,69%. LPP terendah terjadi di Ka

tertinggi di Kabupaten Bekasi. Proporsi Kabupat

i angka Jawa Barat sebesar 65,39%.

  bupaten Bekasi mencapai 4,69 persen/tahun,

n, Kota Bekasi 3,48 persen/tahun dan

ilai LPP tersebut jauh di atas LPP Nasiupun LPP Jawa Barat sebesar 1,89 persen/tahu

 

   K   A   B .   B   O   G   O   R

   K   A   B .   B   A   N   D   U   N   G

   K   O   T   A   B   O   G   O   R

   K   O   T   A   C   I   M   A   H   I

   K   A   B .   P   U   R   W   A   K   A   R   T   A

   K   A   B .   B   D   G   B   A   R   A   T

   J   A   W   A   B   A   R   A   T

   K   O   T   A   T   A   S   I   K   M   A   L   A   Y   A

   K   A   B .   K   A   R   A   W   A   N   G

   K   O   T   A   S   U   K   A   B   U   M   I

   K   A   B .   G   A   R   U   T

   K   A   B .   S   U   K   A   B   U   M   I

   K   A   B .   S   U   M   E   D   A   N   G

   K   O   T   A   B   A   N   D   U   N   G

   K   O   T   A   B   A   N   J   A   R

   K   A   B .   C   I   A   N   J   U   R

   K   A   B .   S   U   B   A   N   G

   K   A   B .   T   A   S   I   K   M   A   L   A   Y   A

 ,

   3 ,   1   3

   2 ,   5   6

   2 ,   3   7

   2 ,   0   6

   1 ,   9   9   1 ,   9   9

   1 ,   8   9

   1 ,   8   6

   1 ,   7   6

   1 ,   7   3

   1 ,   6   0

   1 ,   2   2

   1 ,   2   1

   1 ,   1   5

   1 ,   1   4

   1 ,   1   0

   0 ,   9   6

   0 ,   8   8

941,83 1,71   1,89   1,

- 2006 2006-2007 2007-2008 2000-2010 2011

  TAHUN 2012  11

  dari tahun ke tahun

  Provinsi Jawa Barat

  hingga pada periode

  dan lebih tinggi dari

  upaya pengendalian 

rat 

 /Kota  10

 

e tahun 2000-2010

  bupaten Majalengka

  en/Kota dengan LPP

 

enyusul Kota Depok

  ota Bandung 2,56

  ional sebesar 1,49  n

   K   O   T   A   C   I   R   E   B   O   N

   K   A   B .   C   I   R   E   B   O   N

   K   A   B .   K   U   N   I   N   G   A   N

   K   A   B .   C   I   A   M   I   S

   K   A   B .   I   N   D   R   A   M   A   Y   U

   K   A   B .   M   A   J   A   L   E   N   G   K   A

   0 ,   8   4

   0 ,   6   8

   0 ,   5   3

   0 ,   4   7

   0 ,   4   6

   0 ,   4   0

1,66

2012

Page 12: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 12/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  12

Sedangkan proporsi kabupaten/kota dengan LPP < 1% sebesar 30,77% yaitu

Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Ciamis, Kabupaten

Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmalayan, Kabupaten Subang dan

Kota Cirebon. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar III.A.5 .

3. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Luas wilayah yang tidak seimbang di antara Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Barat berdampak pula pada persebaran penduduk yang berakibat menjadi

kompleknya masalah kependudukan di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor 

memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 11,08% dari jumlahpenduduk Jawa Barat,

disusul dengan Kabupaten Bandung sebesar 7,38%. Sedangkan daerah yang

memiliki penduduk terkecil adalah Kota Banjar yanghanya sebesar 0,41% dari total

penduduk Jawa Barat

Pada tahun 2012 Kabupaten Bogor (5.122.473 jiwa) merupakan kabupaten

dengan jumlah penduduk terbesar sekitar 11,2% dari penduduk Jawa Barat.

Kabupaten/Kota lainnya dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kabupaten

Bandung (3,3 juta jiwa atau 7,42%), Kabupaten Bekasi (2,79 juta jiwa atau 6,26%),

Kabupaten Garut (2,48 juta atau 5,57%) dan Kota Bandung (2,46 juta jiwa atau

5,53%). Sementara itu ada 3 (tiga) wialyah yang mempunyai penduduk paling sedikit

adalah Kota Banjar (180.030 jiwa atau 0,40%), Kota Cirebon (302.772 jiwa atau

0,68%) dan Kota Sukabumi (308.508 jiwa atau 0,69%, dapat dilihat pada gambar 

dibawah ini.

Gambar III. A. 6Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Persebaran penduduk di Jawa Barat tidak merata, terjadi pemusatan penduduk

yang mempunyai kepadatan diatas 1.000 jiwa per kilometer persegi yaitu di Wilayah

Bogor (Kabupaten/Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Sukabumi), Wilayah Purwakarta

(Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten Karawang), Wilayah Cirebon (Kabupaten/KotaCirebon, Majalengka), Wilayah Priangan Timur (Kota Banjar dan Kota Tasikmalaya)

Page 13: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 13/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  13

dan Wilayah Priangan Barat ( Kabupaten/Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat,

Kota Cimahi). Kemungkinan disebabkan oleh karena daerah tersebut merupakan

daerah pusat industri yang menjadi daerah tujuan utama para migran.

Kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Barat menunjukkan perubahan dari

tahun ke tahun, terjadi peningkatan dari 972 orang per kilometer persegi pada tahun2000 menjadi 1.130 orang perkilometer persegi di tahun 2005, pada tahun 2010

menjadi 1.160 perkilometer perseginya.dan tahun 2012 naik kembali menjadi 1.200,

dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel III. A.1Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa BaratTahun 2007-2012

TahunKepadatan Penduduk Per 

kilometer persegiKeterangan

Sumber Data

2007 1.167 Suseda

2008 1.187 Suseda

2009 1.233 Suseda

2010 1.160 Sensus

2011 1.182 Estimasi

2012 1.200 EstimasiSumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 

Kepadatan penduduk yang paling tinggi terdapat di Kota Bandung yaitu

14.634 jiwa per kilometer persegi, diikuti oleh Kota Cimahi sebesar 13.608 jiwa per 

kilometer persegi. Kabupaten yang paling jarang penduduknya adalah Kabupaten

Ciamis dengan kepadatan penduduk sebesar 565 per kilometer persegi.

3. Angka Kelahiran Kasar (CBR= Crude Birth Rate) dan Angka Kesuburan (TFR =

Total Fertility Rate)

Selama periode 2000 – 2010, trend Angka Kesuburan di Jawa Barat terus

mengalami penurunan. Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan (Total Fertility Rate) di

tahun 2000 masih menunjukan angka 2,61 dan tahun 2005 mengalami

penurunanmenjadi 2,53 dan tahun berikutnya terus menurun menjadi 2,08 di tahun

2009, sedangkan tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 2,5. Sedangkan

berdasarkan SDKI 2012, rata-rata perempuan akan mempunyai 2,5 anak selama

hidupnya. Angka Kesuburan di Jawa Barat mengalami kenaikan menjadi 2,5 anak

selama hidupnya. Demikian juga Angka Kelahiran Kasar yang terus menunjukkan

penurunan dari tahun 2000 Angka Kelahiran Kasar sebesar 23,98 hingga pada tahun

2012 sebesar 25,00

Page 14: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 14/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  14

Tabel III. A. 2Angka Kelahiran Kasar (CBR) dan Angka Kesuburan Total (TFR)

Di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2000, 2005 – 2010, 2012

TahunTotal Fertility Rate (TFR)Angka Kesuburan Total

Crude Birth Rate (CBR)Angka Kelahiran Kasar 

2000 2,61 23,98

2005 2,53 25,41

2006 2,39 24,01

2007 2,30 23,10

2008 2,20 21,09

2009 2,08 20,92

2010 2,18 21,90

2012 2,50 25,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, BKKBN Provinsi Jabar, SDKI 2012 

B. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, rata–rata Laju

Pertumbuhan ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat tahun 2012 relatif meningkat. Pada

2012 Laju pertumbuhan ekonomi (LPE), sebesar 6,2 %, dengan laju inflasi antara 4,9 -

6%. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi adalah Sektor 

Kontruksi, Industri, Perdagangan, sedangkan kontribusi yang paling kecil diberikan oleh

Sekror Keuangan, Persewaan dan Jasa.

PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012, mengalamipeningkatan sebesar 6,21% dari tahun 2011 sebesar Rp. 343,11 trilyun menjadi Rp.

364,41 trilyun tahun 2012, sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga

sebesar 59,08%, ekspor sebesar 36,30% dan pembentukan modal tetap bruto 19,20%.

Sedangkan pertumbuhan nilai PDRB menurut penggunaan, konsumsi Pemerintah

mengalami kenaikan sebesar 10,58%. Dari sisi lapangan usaha, perekonomian Jawa

Barat didominasi oleh peranan tiga sektor utama yakni sektor Industri Pengolahan,

sektor Perdagangan Hotel & Restoran dan sektor Pertanian.

Besarnya pendapatan yang diperoleh/diterima rumah tangga dapat

mengambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun demikian data pendapatan

yang akurat sulit diperoleh, sehingga dalam survey/ kegiatan Sosial Ekonomi Daerah

(Suseda) didekati melalui pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan BPS Provinsi Jawa

Barat Tahun 2012, Pola rata-rata pengeluaran per-kapita rumah tangga di Provinsi

Jawa Barat menunjukan sebanyak 58,64% pengeluaran rumah tangga.

2. Penduduk Miskin

Indikator kemiskinan ditentukan dengan Nilai Rupiah yang dibelanjakan untuk

2.100 kalori per kapita per hari ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokokminimum lainnya seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan,

Page 15: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 15/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  15

dan transportasi. Perubahan batas kemiskinan di Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya

sesuai dengan ukuran pendapatan per kapita menurut nilai mata uang rupiah yang

sedang berlaku, Garis kemiskinan Jawa Barat bulan September 2012 sebesar 

Rp.242.104,- atau mengalami peningkatan sebesar 7,01%, apabila dibandingkan

dengan garis kemiskinan bulan September 2012 (Rp. 226.097,-).Jawa Barat masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain ditandai

oleh masih tingginya proporsi penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin pada tahun

2012 sebanyak 4.421.484 orang atau 9,89% dari jumlah penduduk Jawa Barat dan

mengalami penurunan dari tahun 2011 yang mencapai angka 10,57%. Tingkat

kemiskinan ini dipandang sebagai ketidak-mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita

perbulan dibawah Garis Kemiskinan. Dalam kurun waktu setahun terakhir penduduk

miskin yang tinggal di daerah pedesaan naik sebesar 0,07%, sedangkan di daerah

perkotaan turun sebesar 0,17 %.

Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan sebesar Rp. 249.170,- atau naik

4,17% dari kondisi Maret 2012 (Rp. 239.189. Garis kemiskinan di daerah perdesaan

sedangkan garis kemiskinan di daerah perdesaan mengalami peningkatan yang lebih

tinggi yaitu 5,52% menjadi sebesar Rp. 228.577,- dibandingkan dengan kondisi Maret

2012 sebesar Rp. 216.610,-.

Gambar III. B. 1Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota (%),

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Keterjangkauan pelayanan kesehatan pada golongan lapisan masyarakat

tersebut diharapkan dapat menstimulus meningkatnya derajat kesehatan

masyarakat.Perluasan jangkauan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan

Page 16: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 16/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  16

masyarakat dilakukan secara berkelanjutan dengan disertai upaya menumbuhkan

partisipasi masyarakat melaksanakan perilaku hidup sehat.

Jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan Rawat

Jalan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebanyak 46,9,2% (Lampiran Tabel 56).

 Apabila dibandingkan dengan tahun 2010 (42,3%) mengalami peningkatan sebesar 4,6poin. Sedangkan Jumlah masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan

Rawat Inap di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 sebanyak 2,1% (Lampiran Tabel 56).

3. Tingkat Pendidikan

Ukuran atau indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM)

terkait dengan pendidikan antara lain pendidikan yang ditamatkan dan Angka Melek

Huruf (AMH). Capaian Tingkat Pendidikan untuk indikator Angka Melek Huruf (AMH)

pada Tahun 2012 sebesar 96,97% dan terjadi peningkatan capaian AMH Tahun 2012

terhadap Tahun 2007 sebesar 1,65%. Persentase AMH penduduk berusia 15 tahun ke

atas sebesar 96,97% yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada

96-97 orang yang melek huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca

dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

Capaian Rata-rata Lama Sekolah (RLS) pada Tahun 2012 sebesar 8,15 tahun

(angka perkiraan BPS Jawa Barat, 6 Maret 2013),Tahun 2008 sebesar 7,50 tahun

(LKPJ 2008), sedangkan capaian RLS Tahun 2007 sebesar 7,50 tahun. Dengan

demikian capaian RLS Tahun 2012 terhadap Tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 

0,65 tahun.

Berdasarkan Susenas 2012, AMH penduduk usia 15 tahun ke atas perempuan

(94,10%) lebih rendah dibandingkan laki-laki (97,33%). AMH penduduk usia 15 tahun

ke atas di daerah perdesaan (92,75%) lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan

(97,28%). Rendahnya AMH penduduk usia 15 tahun ke atas disebabkan oleh

rendahnya AMH penduduk usia 45 tahun ke atas. AMH penduduk usia 45 tahun ke

atas sebesar 88,09 persen. AMH penduduk usia 45 tahun ke atas perempuan (83,46

persen) lebih rendah dibandingkan laki-laki (92,67 persen).

 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah

yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap, pemerataan dan akses

terhadap pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS 13-15 tahun sebesar 

89,59 persen. Ini menunjukkan masih terdapat kelompok usia wajib belajar (13-15

tahun) sebesar 19,20 persen yang tidak bersekolah. APS 16-18 tahun sebesar 58,56

persen dan APS 19-24 tahun sebesar 11,78 persen. APS di perdesaan lebih rendah

dibandingkan perkotaan. Semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaannya

(gap). Di perdesaan APS 7-12 tahun sebesar 94,29 persen, APS 13-15 tahun 74,83

persen, APS 16-18 tahun 33,95 persen, APS 19-24 tahun sebesar 5,41 persen. Di

perkotaan APS 7-12 tahun sebesar 95,68 persen, APS 13-15 tahun 84,17 persen, APS

16-18 tahun 49,95 persen dan APS 19-24 tahun sebesar 14,20 persen.

Page 17: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 17/138

Page 18: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 18/138

Page 19: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 19/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  19

Gambar III. B. 5Indeks Pembangunan Manusia dan Angka Harapan Hidup Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

Beberapa kabupaten kota capaian IPM berada diatas rata-rata capaian IPM

Jawa Barat yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota

Tasikmalaya, Kota Cirebon, Kota Sukabumi,Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat,

Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bandung. Sedangkan kabupaten kota lainya berada

dibawah rata-rata IPM Jawa Barat dengan capaian terendah berada di WKPP III dan

WKPP IV yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon Dan Kabupten Cianjur.

Indeks Pendidikan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 mencapai 82,75 atau naik

1,08 point dari tahun 2010. Beberapa komponennya yaitu rata-rata lama sekolah (RLS)

mencapai 8,20 tahun atau naik 0,25 tahun, angka melek huruf (AMH) mencapai

96,48% atau naik 0,48%, APK SD/MI mencapai 119,06% atau naik 1,88%, APK

SMP/MTs mencapai 94,03% atau naik 0,06%, serta APK SMA/SMK/MA mencapai

59,56% atau naik 2,06%. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa berbagai

program yang telah kita canangkan tentunya tidak akan berhasil dengan optimal jika

tidak diiringi dengan sinergitas dan dukungan yang penuh dari segenap stakeholders

pembangunan pendidikan, khususnya untuk meningkatkan pemerataan akses

pendidikan.

Selanjutnya pada tahun 2012, pencapaian Provinsi Jawa Barat dalam Indeks

Daya Beli yang merupakan alat ukur untuk mengetahui standar kehidupan yang layak

adalah 64,17 poin. Kondisi Purchasing Power Parity atau Paritas Daya Beli LPPD

Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2012 mencapai Rp.637.67 ribu, jika dibandingkan

dengan tahun 2010 yang mencapai Rp. 630,77 ribu, mengalami kenaikan sekitar 1,1%.

Page 20: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 20/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  20

Gambar III. B. 6Peta Angka Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Kesehatan

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

Sumber : BPS Jawa Barat 

 Apabila dibandingkan antara Kabupaten/Kota, dari gambar diatas terlihat

bahwa ada 13 Kabupaten/Kota yang Indeks Kesehatannya diatas angka Jawa Barat

(72,34) dan 13 Kabupaten/Kota dibawah angka Jawa Barat. Apabila dibandingkan per 

Kabupaten/Kota ternyata yang tertinggi terdapat di Kota Depok (79,95) dan yang

terendah terdapat di Kabupaten Cirebon (66,95).

C. GAMBARAN LINGKUNGAN FISIK

Faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah

lingkungan. Gambaran beberapa faktor risiko lingkungan yang dapat disajikan dibawah ini

antara lain Cakupan Rumah Sehat, Cakupan Jamban Sehat, Cakupan Keluarga dengan

Sumber Air Minum Terlindung, Angka Bebas Jentik dan Cakupan Pengawasan Tempat

Tempat Umum Pengolahan Makanan (TTUPM).

Dalam pembahasan indikator penyehatan lingkungan ini baru dilakukan analisisdeskriftip dan dilakukan secara partial, belum dilakukan upaya untuk menghubungkan faktor 

risiko dengan outcome penyakitnya.

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Salah satu indikator keberhasilan pengendalian penyakit bersumber binatang

yang berkaitan dengan upaya kesehatan lingkungan adalah pemantauan faktor risiko

penyakit demam berdarah dengue (DBD), yakni Angka Bebas Jentik (ABJ).

Besaran risiko terjadinya penularan DBD bisa di identifikasi berdasarkan Angka

Bebas Jentik (ABJ). ABJ dapat memberikan indikasi berapa banyak rumah/ bangunan

Page 21: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 21/138

 

yang ketika diperiks

tinggi nilai ABJ disu

wilayah tersebut..

penularan DBD di

(kebalikan dari indik  

Angk

Risiko pe

 ABJ Jawa Barat ma

hanya mencapai 80

mempunyai ABJ dia

Berdasark

Kabupaten Karawa

54% dan yang tertin

administrasi kota Ko

untuk yang tertinggi

2. Rumah Sehat

Rumah

kesehatan, yaitu ru

mempunyai tempat

mempunyai ventilas

dan mempunyai lant

Rumah m

diperlukan kondisi r

untuk menjadi sakit.

Berikut ga

Jawa Barat tahun 2

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

a tidak terdapat jentik nyamuk aedes aegepty pe

atu wilayah maka semakin rendah risiko terjadin

ebaliknya semakin rendah nilai ABJ maka s

wilayah tersebut. Nilai rujukan ABJ yang a

ator House Index ).Gambar III. C. 1

 Bebas Jentik (ABJ) Menurut Kabupaten KotDi Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

  nularan DBD di Provinsi Jawa Barat masih rel

sih dibawah nilai standar 95%. Tahun 2012 ABJ

%. Dari 26 kabupaten kota hanya Kota Cimahi d

tas 95%.

an risiko ABJ di Jawa Barat untuk wilayah ad

g merupakan kabupaten yang mempunyai ABJ

ggi ada di Kabupaten Garut yakni 94.1%. Seda

ta Sukabumi merupakan kota dengan ABJ teren

ada di Kota Cimahi dengan angka 96.4%.

 

ehat adalah bangunan rumah tinggal yan

ah yang mempunyai jamban sehat, mempuny

pembuangan sampah, mempunyai sarana p

i rumah yang baik, memiliki kepadatan hunian

ai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

  erupakan tempat aktifitas dan tempat berlindun

mah yang dapat mengurangi/ menghilangkan ri

mbaran capaian Cakupan Rumah Sehat menur

12.

  TAHUN 2012  21

  nular DBD. Semakin

  ya penularan DBD di

  emakin besar risiko

  man minimal 95 %

 

tif tinggi, mengingat

  Provinsi Jawa Barat

  an Kota Banjar yang

 

inistrasi kabupaten,

  paling rendah yakni

  ngkan untuk wilayah

  dah yakni 88.7% dan

 

memenuhi syarat

  ai sarana air bersih,

  embuangan limbah,

  rumah yang sesuai

 

keluarga, sehingga

  siko penghuni rumah

 

ut kabupaten kota di

 

Page 22: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 22/138

 

Cakup

Cakupan

kabupaten kota (50

Sehat tertinggi untu

cakupan tertinggi di

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Gambar III. C. 2an (%) Rumah Sehat Menurut Kabupaten Kot

Di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Gambar III. C. 3Sebaran Cakupan (%) Rumah SehatDi Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

  Rumah Sehat Provinsi Jawa Barat adalah 62

%) cakupannya lebih tinggi dari cakupan provi

k wilayah kabupaten terdapat di Indramayu (92

capai oleh Kota Bekasi (89.5%). Sedangkan unt

TAHUN 2012  22

 a

 

.8 %. Sebanyak 13

  si. Cakupan Rumah

  .4%) dan untuk kota

  uk cakupan terendah

Page 23: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 23/138

 

wilayah kabupaten t

Kota Sukabumi den

Semakin

kecil risiko penghuni

Bila diliha62.8 %, maka gamb

selatan Jawa Barat

Rumah Sehat di bag

3. Jamban Sehat

Jamban

syarat-syarat kese

septik.

Berdasark

Sehat di Provinsi J

gambar berikut..

 Cakup

Lima bela

sudah lebih tinggi d

kabupaten terdapat

Kota Sukabumi (99.

di Cirebon (35.2%)

35.2%.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

erdapat di Bandung Barat (38.7%) dan untuk wil

an cakupan hanya 57.8 %.

  tinggi Cakupan Rumah Sehat disuatu wilayah,

i rumah tersebut menjadi sakit.

  t dari sebaran Cakupan Rumah Sehat di Jawaar peta diatas menunjukan bahwa Cakupan Ru

(kecuali Tasikmalaya) relatif lebih rendah diband

ian Utara Jawa Barat (kecuali Bekasi).

 

ehat adalah tempat buang air besar yang kon

atan, antara lain pembuangannya tinjanya

an pencatatan dan pelaporan kabupaten kot

awa Barat tahun 2012 adalah 73.0 %, seper

Gambar III. C. 4an (%) Jamban Sehat Menurut Kabupaten Ko

Di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

  s kabupaten kota (57.7 %) di Jawa Barat Cakup

ari cakupan provinsi. Cakupan Jamban Sehat te

di Subang (100 %) dan untuk kota cakupan t

8%). Sedangkan untuk cakupan terendah wilaya

dan wilayah kota terdapat di Kota Cimahi den

TAHUN 2012  23

  ayah kota terdapat di

 

maka akan semakin

 

arat yang mencapai  mah Sehat di bagian

  ing dengan Cakupan

 

truksinya memenuhi

  enggunakan tangki

  , Cakupan Jamban

  ti diperlihatkan oleh

 

n Jamban Sehatnya

  rtinggi untuk wilayah

  ertinggi dicapai oleh

  kabupaten terdapat

  gan cakupan hanya

Page 24: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 24/138

 

4. Cakupan Keluarga

 Alternatif

sangat bervariasi.

PDAM untuk mem

pedesaan relatif lebimata air, air hujan

memenuhi kebutuha

Sumber

Sumber air PDAM,

persyaratan keseha

terlindung dan tidak

Yang dim

keluarga yang bers

biologis, kimia dan fi

Gambara

Barat dapat dilihat p

Cakupan (%) K

Cakupan

Sebanyak 18 kabup

lebih tinggi dari cak

Cakupan

wilayah kabupaten t

oleh Kota Bogor (

terdapat di Karawa

cakupan 66.0 %.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

dengan Air Minum Terlindung

masyarakat untuk mendapatkan sumber air m

Masyarakat perkotaan sebagian besar sudah

enuhi kebutuhan sumber air minum. Sedan

h bervariasi dari mulai yang menggunakan sumusampai yang memanfaatka badan air seperti

n sumber air minumnya.

  ata air tersebut ada yang terlindung ada y

sumur gali, sumur pompa relatif lebih terlind

tan. Sedangkan sumber air danau, sungai,

memenuhi persyaratan kesehatan.

  aksud sumber air bersih yang terlindung adala

mber dari sarana air bersih yang telah memen

isik (Permenkes).

 Cakupan Keluarga Dengan Air Minum Terlind

ada gambar dibawah ini..

Gambar III. C. 5  eluarga dengan Air Minum Terlindung Kabup

Di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

  Keluarga dengan Sumber Air Minum Terlindu

aten kota Cakupan Keluarga dengan Sumber

pan provinsi.

  Keluarga dengan Sumber Air Minum Terlin

erdapat di Ciamis (99.8 %) dan untuk kota cak

99.4%). Sedangkan untuk cakupan terendah

g (47.4 %) dan untuk wilayah kota terdapat di

TAHUN 2012  24

 

inum di Jawa Barat

  menggunakan jasa

  kan masyarakat di

  r gali, sumur pompa,  danau, sungai untuk

 

ng tidak terlindung.

  ung dan memenuhi

  ata air relatif tidak

 

sumber air minum

  uhi persyaratan baik

 

ng di Provinsi Jawa

 

aten Kota 

ng sebesar 84.3 %.

  ir Bersih Terlindung

 

ung tertinggi untuk

  pan tertinggi dicapai

  wilayah kabupaten

  Kota Depok dengan

 

Page 25: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 25/138

 

5. Tempat Tempat Um

Dalam up

penularan / sumbe

Beberapa TTU yan

Restoran/ Rumah M

C

Berdasark

tahun 2012 tercatat

sudah dilakukan pe

% TUPM lainnya ya

Dari 56

persyaratan. Berart

kualitas lingkunga

pembuangan limbah

pengolahan serta pe

D. GAMBARAN PERILA

1. Perilaku Hidup B

Pelaksana

langsung maupun

kesehatan melalui

mengisyaratkan slo

adalah upaya untu

masyarakat, untuk

yang menjadikan s

kesehatan serta b

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

um Pengolahan Makanan (TUPM)

  aya mengurangi risiko Tempat Tempat Umum (

r penyakit, maka dilakukan pemantauan terh

rutin dilakukan pemantauan oleh kabupaten k

akanP pasar dan Tempat Umum Pengolahan MGambar III. C. 6

kupan (%) TUPM Menurut Kabupaten KotaDi Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

an pencatatan pelaporan kabupaten kota di

128,680 TUPM, dimana sebanyak 72.028 bua

gawasan dan pemeriksaan. Hal itu berarti bah

ng belum dilakukan pengawasan dan pemeriksa

  TUPM yang sudah diperiksa, hanya 72,3

i secara keseluruhan baru 40.5 % TUPM y

nnya seperti bagaimana kualitas air ber

nya, bagaimana cara pembuangan sampahnya,

nyimpanan makanannya.

  U MASYARAKAT

  rsih dan sehat (PHBS)

an Program Perilaku Hidup Bersih dan Se

tidak langsung berpengaruh terhadap penan

pencegahan terjadinya kesakitan maupu

gan “Lebih Baik Mencegah daripada Mengob

k pengalaman belajar bagi perorangan, kelu

eningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hi

  eseorang atau keluarga dapat turut menangan

rperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan m

TAHUN 2012  25

 

TU) menjadi tempat

  adap TTU tersebut.

  ta antara lain Hotel,

  kanan (TUPM). 

Jawa Barat selama

  h (56%) diantaranya

  a masih terdapat 44

  n.

  % yang memenuhi

  ng sudah diketahui

  sihnya, bagaimana

  dan bagaimana cara

 

hat (PHBS) secara

  ggulangan masalah

  kematian. PHBS

  ati’. Program PHBS

arga, kelompok dan

up bersih dan sehat,

  i masalah di bidang

  syarakatnya. PHBS

Page 26: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 26/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  26

mencakup tatanan Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Tempat Umum dan Sarana

Kesehatan.

Walaupun masih dibawah target nasional, namun persentase cakupan Rumah

Tangga Ber PHBS dari tahun ke tahun menunjukan adanya peningkatan dimana pada

periode tahun 2008-2012 mengalami kenaikan dari 32,13% menjadi 47,4% tahun 2012.Untuk perbandingan antar Kabupaten/Kota lebih rinci dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar III. D. 1Persentase Rumah Tangga Ber- Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS)

menurut Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

Dari gambar diatas terlihat bahwa Kabupaten/Kota yang mempunyai

Persentase Rumah Tangga Ber- Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS) tertinggi terdapat di

Kota Cirebon (91,15%) dan terendah di Kabupaten Cianjur (24,67%).

Indikator PHBS di tatanan rumah tangga mencakup aspek-aspek sebagai

beriktu yaitu : ibu bersalin oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI untuk balita, adanya

 jaminan pemeliharaan kesehatan, aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok, makan

dengan gizi berimbang, ketersediaan air bersih, adanya jamban, tingkat kepadatan

hunian, lantai rumah bukan dari tanah, bebas jentik.

Hasil Riset kesehatan daerah di Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Barat tahun

2007 menunjukkan persentase keluarga PHBS yang tinggal di perkotaan lebih baik

(45,1%) dibandingkan dengan di pedesaan (31,1%). Berdasarkan tingkat pengeluaran

per-kapita keluarga, semakin sejahtera tingkat sosial ekonomi keluarga semakin besar 

proporsi pencapaian keluarga bersih dan sehat.

Penerapan PHBS di rumah tangga diharapkan mengurangi risiko terjadinya

kematian bayi karena tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, meningkatkan daya tahan

tubuh dengan ASI. Pencegahan penyakit degeneratif dengan berolah raga,

mengkonsumsi makanan bergizi. Pencegahan penyakit pernafasan dengan tidak

Page 27: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 27/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  27

merokok dan tinggal di tempat yang tidak terlalu padat hunian. Ketersediaan air bersih,

 jamban dan lantai mengurangi risiko kejadian penyakit berbasis lingkungan, seperti

diare, penyakit kulit, dll. Hingga saat ini penyakit Infeksi saluran Pernafasan dan Diare

masih merupakan penyebab kematian bayi yang cukup besar di Jawa Barat.

Hasil Susenas 2012, persentase penduduk 10 tahun keatas yang merokok diJawa Barat sebanyak 29,38%, yang terdiri dari umur 10-17 tahun sebanyak 2,93%, umur 

18-24 tahun sebanyak 26,36% dan diatas 25 tahun sebanyak 37,68%. Hal ini

menunjukkan bahwa Perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat masih

merupakan tantangan berat.

2. Umur Perkawinan Pertama

Umur perkawinan pertama mempunyai pengaruh yang besar terhadap tinggi

rendahnya tingkat fertilitas, karena pangjangnya masa reproduksi berkaitan dengan umur 

pertama kali perempuan melakukan pernikahan. Makin muda usia perempuan pada

perkawinan pertama maka kecenderungan untuk memiliki anak lebih banyak semakin

tinggi.

Hal ini berkaitan antara usia perempuan saat perkawinan pertama dengan

faktor risiko ibu melahirkan. Semakin muda usia perkawinan pertama, semakin besar 

risiko yang dihadapi bagi keselamatan kesehatan ibu maupun bayi, secara mental

perempuan muda yang cepat menikah umumnya sangat rentan perceraian karena emosi

yang belum stabil dan belum siap untuk menjalankan rumah tangga serta belum siap

menerima pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan. Demikian pula dengan

semakin tua usia perkawinan pertama, maka risiko yang dihadapi semakin tinggi baik

pada masa kehamilan maupun pada masa melahirkan.

Pada periode tahun 2007-2012 telah dapat dilihat lebih nyata bahwa usia

perkawinan pertama pada perempuan kurang dari 15 tahun cenderung menurun

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dari 23,53% tahun 2007 menjadi 15,72%

tahun 2012, disisi lain usia perkawinan diatas 19 tahun cenderung mengalami

peningkatan.

Tabel III. D. 1

Penduduk Perempuan berusia 10 tahun ke atas yang pernah menikahMenurut usia perkawinan pertama di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 – 2012

Usia Perkawinan Pertama 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1.  < 15 tahun 22,83 23,53 20,46 16,45 15,89 15,72

2.  16 - 18 Tahun 38,72 38,39 37,84 36,75 35,91 36,41

3.  19 – 24 tahun 31,54 30,53 33,91 36,47 38,99 38,28

4.  > 25 tahun 6,91 7,55 7,79 12,07 9,21 9,60

J u m l a h 100,00 100,00 100,00   100,00 100,00 100,00

Page 28: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 28/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  28

Perkawinan umur pertama sangat muda (10-15 Tahun) banyak terjadi pada

perempuan di daerah perdesaan, pendidikan rendah, status ekonomi termiskin dan

kelompok petani/nelayan/buruh. Semakin tinggi persentase umur perkawinan pertama

pada umur dini semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan dapat menunda

umur perkawinan pertama pada umur dini. Apabila dibandingkan per Kabupaten/Kota rata-rata umur perkawinan pertama

dibawah kurang 15 tahun ternyata terdapat 12 Kabupaten/Kota diatas rata-rata umur 

perkawinan pertama di Jawa Barat dan yang tertinggi di Kabupaten Sukabumi (28,3%)

dan terendah di Kota Cimahi (5,0%). Secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar III. D. 2Persentase Umur Perkawinan Pertama Kurang Sama Dengan 15 Tahun

Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Susenas 2012 

Page 29: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 29/138

 

A. MORTALITAS

1. Umur Harapan Hi

Umur Ha

derajat kesehatan

Pembangunan M

lahir diharapkan hi

bangsa. Beberap

pendidikan, geog

langsung melalui

perhitungan setiap

Umur Harapa

Perhitung

didasarkan pada

sensus penduduk

kematian bayi &ba

 Apabila di

dibawah angka Ja

terdapat di Kota

Secara rinci dapat

Peningkat

satu tolok ukur k

hasil survei masi

proyeksi. Untuk it

akselerasi pening

64,63

66

2000 20

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB IV

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

  dup Waktu Lahir (E0)

  apan Hidup Waktu Lahir (E0) (UHH) adalah

yang digunakan sebagai salah satu dasar dala

nusia (IPM). UHH mencerminkan lamanya usi

idup. Indikator ini dipandang dapat menggambar

a faktor yang mempengaruhi UHH antara la

rafis. Di Provinsi Jawa Barat angka UHH dip

Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap

tahun melalui proyeksi.

Gambar IV. A.1  Hidup Waktu Lahir (Eo) (UHH) di Provinsi Ja

Tahun 2000, 2005 s/d 2012

n angka UHH Waktu Lahir (Eo) dengan

perubahan UHH Waktu Lahir dari tahun ke ta

yang dilaksanakan setiap 10 tahun dan asum

lita

  ibandingkan per-kabupaten/kota ternyata ada

wa Barat dan 13 Kabupaten/Kota diatas angka

epok (73,22 tahun) dan terendah Kabupaten Ci

dilihat pada Gambar IV A. 1.

an angka UHH Waktu Lahir di Provinsi Jawa Ba

  eberhasilan dalam upaya pembangunan keseh

h terdapat kesenjangan antara angka UHH d

u, diperlukan adanya upaya kegiatan terobosa

atan UHH di Provinsi Jawa Barat yang lebih jela

,4767,40   67,60   67,80   68,00   68,20

05 2006 2007 2008 2009 2010

  TAHUN 2012  29

 

salah satu indikator 

  menghitung Indeks

  a seorang bayi baru

  kan taraf hidup suatu

  in adalah ekonomi,

  eroleh secara tidak

  10 tahun sekali dan

 

wa Barat 

Proyeksi Estimasi

  hun serta dari hasil

  si tingkat penurunan

 

13 Kabupaten/ Kota

  Jawa Barat. Teringgi

  irebon (64,42 tahun).

 

rat merupakan salah

  atan, walaupun dari

  engan nilai riil hasil

  baru dalam rangka

  s dan tepat sasaran,

68,40   68,60

2011 2012

Page 30: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 30/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  30

kegiatan tersebut dapat dilaksanakan melalui Program Pendanaan Kompetisi (PPK)

IPM.

Gambar IV. A. 2Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo) (UHH) diperinci

menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

2. Kematian

a. Kematian Bayi

 Angka kematian yang terjadi dalam suatu wilayah dapat menggambarkan

derajat kesehatan, maupun hal lain misalnya rawan keamanan atau bencana alam.

Pada dasarnya penyebab kematian ada yang langsung dan tidak langsung, walaupun

dalam kenyataannyaterdapat interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi

terhadap tingkat kematian di masyarakat.

Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian maupun

kesakitan antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan

hidup, upaya pelayanan kesehatan dan lain-lain. Di Provinsi Jawa Barat beberapa

faktor penyebab kematian dan kesakitan perlu mendapat perhatian khusus

diantaranya yang berhubungan dengan kematian ibu dan bayi yaitu besarnya tingkat

kelahiran dalam masyarakat, umur masa paritas, jumlah anak yang dilahirkan serta

penolong persalinan.

 Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan

indikator yang sangat sensitif terhadap kwalitas dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan terutama yang berhubungan dengan perinatal, juga merupakan tolok ukur 

pembangunan sosial ekonomi masyarakat menyeluruh.

 AKB dihitung dari jumlah kematian bayi dibawah usia 1 tahun pada setiap

1000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Barat dari 45,69 per 1000 kelahiran hidup

tahun 2000, pada tahun 2006 menurun menjadi 40,26 per 1000 kelahiran hidup.

Data hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan

 AKB di Provinsi Jawa Barat sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2010

Page 31: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 31/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  31

menurun menjadi 36 26 per 1000 kelahiran hidup. dan tahun 2012 AKB di Provinsi

Jawa Barat mengalami penurunan menjadi 30 per 1000 kelahiran hidup.

Gambar berikut memetakan AKB (BPS 2010) per Kabupaten/ Kota di Provinsi

Jawa Barat tahun 2009. Tampak bahwa di daerah Pantura, yaitu Kabupaten

Indramayu dan Kabupaten Cirebon, serta di daerah Pansel yaitu Kabupaten Garut,merupakan daerah dengan AKB masih tinggi.

Gambar IV. A. 3Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat

Tahun 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012

Sumber : SDKI dan BPS Jawa Barat.

Gambar IV. A. 4Peta Angka Kematian Bayi (AKB)

Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2010

Gambar IV. A. 5Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1.000 Kelahiran Hidup

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

89,0

61,044,0

39,0   38,5   37,0   36,330,0

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

1994 1997 2002 2007 2008 2009 2010 2012

Page 32: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 32/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  32

Sementara data mengenai jumlah kematian bayi di Provinsi Jawa Barat tahun

2012 sebanyak 4.803 dari 931.906 kelahiran hidup, 5 besar Kabupaten dengan angka

kematian bayi tertingggi terdapat di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya,

Kab. Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Garut, secara rinci dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.Gambar IV. A. 6

Jumlah Kematian Bayi Menurut Kabupaten / Kotadi Provinsi Jawa Barat tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, tahun 2012 

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan

penyebab kematian perinatal (0-6 hari) terbanyak adalah gangguan pernafasan (35,9

%), prematuritas (32,4 %) dan sepsis (12,0%) sedangkan pada usia 29 hari -< 1

tahun adalah Diare (31,4%), Pneumonia (23,8 %) dan Meningitis/Encephalitis (9,3%).

b. Kematian Balita

 Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak umur 0 – 4 tahun per 

1000 kelahiran hidup. Estimasi Angka Kematian Balita di Indonesia dihitung oleh

Badan Pusat Statistik. Sementara itu di Provinsi Jawa Barat estimasi AKABA dari

tahun ke tahun menunjukan penurunan dari tahun 2006 sebesar 51,99 per-1000

kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 50.79 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun

2008 sebesar 49,6 dan 38 per-1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Hal ini

menggambarkan bahwa masih banyak di Jawa Barat tingkat permasalahan

kesehatan serta faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak dan balita

seperti, gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan.

Page 33: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 33/138

Page 34: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 34/138

Page 35: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 35/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  35

Tabel IV. A. 2Banyaknya Kelahiran dan Angka Kematian Ibu

Di Provinsi Jawa Barat, tahun 2003

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Survey AKI 2003.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012 jumlah kematian

ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 818 orang (87,99/100.000 kelahiran hidup),

tertinggi terdapat di Kabupaten Sukabumi dan Cirebon dan terendah di Kota Cirebon

dan Kota Bandung.

Gambar IV. A. 9Jumlah Kematian Ibu Maternal di Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

Penelitian tahun 2003 yang dilakukan oleh BPS, tidak mengungkapkan

penyebab kematian ibu maternal itu sendiri tetapi pola penyebab kematian pada

persalinan tercantum pada tabel IV.A.2.8. Penyebab kematian secara langsung pada

persalinan dengan komplikasi adalah perdarahan, pre-eklamsia dan eklamsia, infeksi

 jalan lahir serta emboli, robekan jalan lahir, septik aborsi. Penyebab tidak langsung

tingginya AKI adalah faktor pendidikan ibu yang rendah, status gizi ibu yang kurang

serta terlalu muda usia ibu pada saat hamil.

No Kelompok WilayahBanyaknya

KelahiranAKI

1Bodebek (Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kab.Bekasi, Kota Bekasi)

191.106 296.17

2Bandung Raya (Kab. Bandung, Kota Bandung, KotaCimahi)

133.250 237.15

3Sukabumi – Cianjur (Kab. Sukabumi, Kota Sukabumi,Kab. Cianjur)

96.934 364.17

4Priangan Timur (Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, KotaTasikmalaya, Kab. Ciamis, Kota Banjar, Kab.Sumedang)

150.992 319.88

5Pantura (Kab. Karawang, Kab. Purwakarta, Kab.Subang)

72.016 411.02

6Cirebon (Kab. Cirebon, Kota Cirebon, Kab. Indramayu,Kab, Majalengka, Kab. Kuningan).

120.773 366.80

765.071 321.15Jawa Barat

Page 36: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 36/138

 

Peny

Berdasa

ibu maternal dikl

tinggi) dan lain-l

eklampsia. Data

2003-2007 terca

Penyebab Ke

d. Kematian Kasa

 Angka

petunjuk umu

masyarakat, sec

dan biologis.

walaupun penilai

Menurut

2005 untuk pere

PENYEBAB LANGS

1. PENDARAHA

2. INFEKSI

3. EKLAMSIA D

4. SEPTIK ABO

5. EMBOLI

6. ROBEKAN R

7. LAIN-LAIN

PENYEBAB TIDAK

1. PENDIDIKAN

2.U SIA PERKA

PENYEBAB KE

35

5,

18

39

0

10

20

30

40

50

60

7080

90

100

20

L

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Tabel IV. A. 3bab Kematian Pada Persalinan Secara Langs

Tidak Langsung di Provinsi Jawa Barat

rkan laporan dari fasilitas kesehatan, penyeba

lasifikasikan menjadi Perdarahan, infeksi, ekla

ain. Perdarahan merupakan penyebab paling u

penyebab kematian ibu maternal di provinsi J

ntum pada Gambar dibawah ini.

Gambar IV. A. 10  matian Ibu Maternal di Provinsi Jawa Barat, T

ematian Kasar (Crude Death Rate) dapat

status kesehatan masyarakat, kondisi k

ara tidak langsung menggambarkan kondisi l ing

KK menjadi dasar penghitungan laju perta

ian yang diberikan secara kasar dan tidak langsu

  BPS Provinsi Jawa Barat, perkiraan tingkat k

mpuan berkisar sebesar 20,59 dan laki-laki 20,1

JAWA TENGAH UJUNG BERUNG  TAN

1986– 1987 1978 – 1980 1

(%) (%) (

  UNG

  N 46 41

  20 27

  AN PRE EKLAMSIA 16 20

  RSI 0 0

  0 0

  HIM 0 0

  18 9

  LANGSUNG ANTARA LAIN :

 PEREMPUAN

  WINAN PEREMPUAN

18 6

  ATIAN PADA PERSALINAN

,97  45,63 39,29   38,68

,48

7,476,06   5,00

,8810,65

14,91   20,00

,67   36,25   39,75   36,32

03 2004 2005 2007

in-lain Eklampsia Infeksi Pe

  TAHUN 2012  36

 ung dan

 

langsung kematian

  psia (tekanan darah

  tama, diikuti dengan

  wa Barat dari tahun

 

ahun 2003-2008

 

digunakan sebagai

  sehatan di dalam

  ungan ekonomi, fisik

  mbahan penduduk,

  ng.

  matian tahun 2000-

  .

 JUNG

 ARI  JAWA BARAT

  980 2004

%) (%)

 

45 47,47

  15 6.78

  10 11,13

  5 -

  0 -

  15 -

  0 34.6

 

-10

 

58,79

9,62

13,60

17,99

2008

rdarahan

Page 37: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 37/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  37

Kecenderungan penurunan AKK di Provinsi Jawa Barat dari tahun 1971

hingga 1995 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar IV. A. 11Angka Kematian Kasar Nasional dan Provinsi Jawa Barat Tahun 1971 – 1995

B. MORBIDITAS

1. Gambaran Umum Masalah Kesehatan

Menurut SUSENAS tahun 2012 Persentase Penduduk Jawa Barat yang sakit

sebesar 14,01% dan terjadi penurunan dari tahun 2011 (14,01%). Hal ini dibawah angka

Nasional sebesar 14,49%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota tahun 2012, Pola penyakit

penderita rawat jalan usia bayi (neonatal dan < 1 tahun) di Puskesmas menunjukkan

urutan terbanyak penyakit yang ditemukan adalah penyakit saluran pernafasan

mencakup infeksi saluran pernafasan atas akut (42,47%), serta penyakit Diare dan

Gastroenteritis (13,47 %). Hal yang sama ditemukan pada pasien rawat jalan di RS,

Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut ( 6,76 % ) serta Tukak lambung dan Gastritis (

10,14 % ) masih mendominasi.

Untuk menggambarkan besaran permasalahan faktor risiko mana yang dominan

mempengaruhi status kesehatan masyarakat Jawa Barat tahun 2012, dilakukan

perbandingan pola penyakit yang terjadi dengan pendekatan Teori HL Bloom. Apakah

faktor risiko pola penyakit tersebut disebabkan genetik, pelayanan, perilaku atau karena

faktor lingkungan.

Untuk menggambarkan Pola penyakit secara umum di Jawa Barat tahun 2012,

dapat di diketahui dengan gambaran sepuluh besar penyakit rawat inap rumah sakit

pada semua golongan umur, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

1971-1980(BPS)

1980-1995(SUPAS)

1985-1990(SUPAS)

1990-1995(ESTIMASI)

NASIONAL   16,7 9,1 7,9 7,5

JAWA BARAT   13,57 11,32 9,2 8,4

0

5

10

15

20

Page 38: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 38/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  38

Gambar IV. B. 1Pola Penyakit Penderita Rawat Inap RS Semua Golongan Umur 

di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Proporsi sepuluh besar penyakit mencakup 32,28 % dari seluruh penderita

penyakit (100 %) yang di rawat di rumah sakit. Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa pola penyakit yang diderita penduduk Jawa Barat 2012 sangat bervariatif,

karena masih terdapat 62,72 % penderita dengan berbagai variasi penyakit.

Berdasarkan jenis penyakit terbanyak rawat inap RS untuk semua

golongan umur ketahui bahwa sepuluh besar penyakit sebagian besar didominasi

oleh jenis penyakit infeksi (80 %) dengan faktor risiko perilaku dan lingkungan, yaitu

demam tifoid dan paratifoid, diare dan gastroenteritis, infeksi usus, pneumonia,

demam berdarah, dan tuberculosis dengan proporsi kumulatif penyakit infeksi

mencapai 21.69%. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa permasalahan

kesehatan di Jawa Barat masih erat kaitannya dengan perilaku masyarakat dan

kualitas lingkungan dalam mendukung status kesehatan masyarakat.

Untuk mengetahui gambaran lebih rinci tentang pola penyakit di Jawa

Barat maka gambar dibawah ini bisa memberikan gambaran tentang sepuluh besar 

penyakit rawat inap RS untuk golongan umur dibawah 1 tahun, golongan umur 1

tahun sampai dengan 4 tahun, golongan umur 5 tahun sampai dengan 14 tahun,

golongan umur 15 tahun sampai dengan 44 tahun dan golongan umur diatas 45tahun.

Secara umum pola penyakit pada semua golongan umur berbeda dengan

pola penyakit pada golongan umur dibawah 1 tahun. Proporsi sepuluh besar 

penyakit pada golongan umur dibawah 1 tahun mencapai 85.53 % dari seluruh

penderita penyakit (100 %) yang rawat inap di rumah sakit.

Berdasarkan jenis penyakit terbanyak rawat inap RS pada golongan umur 

dibawah 1 tahun diketahui bahwa perbadingan antara jenis penyakit infeksi dengan

penyakit non infeksi adalah sama (50 %). Begitu juga bila dilihat berdasarkan

frekwensi kumulatif penyakit infeksi dan non infeksi pada sepuluh besar penyakit

tersebut relative hampir sama yaitu 42.42 % dan 43.20%. Hal tersebut bisa

Page 39: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 39/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  39

mengindikasikan bahwa pola penyakit tersebut berkaitan erat dengan faktor risiko

lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Pola penyakit pada golongan umur 

dibawah 1 tahun di Jawa Barat dapat dilihat berikut ini.

Gambar IV. B. 2Pola Penyakit Penderita Rawat Inap RS Menurut Golongan Umur < 1 Tahun

di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Gambaran pola penyakit pada golongan umur balita yaitu 1 tahun sampai

dengan 4 tahun dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar IV. B. 3Pola Penyakit Penderita Rawat Inap RS Menurut Golongan Umur 1 – 4 Tahun

di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Jenis penyakit terbanyak pada sepuluh besar penyakit pada golongan umur 1

tahun sampai dengan 4 tahun adalah jenis penyakit infeksi sebesar 78,14 %.

Sedangkan penyakit non infeksi sebesar 21,86%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

dominan permasalahan pola penyakit pada 1 tahun sampai dengan 4 tahun masih

berkaitan dengan perilaku dan lingkungan.

Untuk mengetahui pola penyakit rawat inap di rumah sakit untuk golongan

umur 5 tahun sampai dengan 14 tahun, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 40: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 40/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  40

Gambar IV. B. 4Pola Penyakit Penderita Rawat Inap RS Menurut Golongan Umur 5 - 14 Tahun

di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Frekwensi Kumulatif sepuluh besar penyakit pada golongan umur 5 tahunsampai 14 tahun mencapai 60,57%. Berarti ada sekitar 39,43% terdistribusi pada

penyakit penyakit diluar sepuluh besar.

Pola penyakit pada golongan umur 5 tahun sampai dengan 14 tahun,

berdasarkan jenis penyakitnya sebagian besar disebabkan penyakit infeksi (80%)

dan penyakit non infeksi 20%. Proporsi kumulatif penyakit infeksi mencapai 45.65

%. Sedangkan penyakit non infeksi hanya 12.61 %. Hal ini mengindikasikan bahwa

pola penyakit pada golongan umur 5 tahun sampai dengan 14 tahun berkaitan

dengan perilaku dan kondisi lingkungan.

Untuk mengetahui pola penyakit rawat inap di rumah sakit untuk golongan

umur 15 tahun sampai dengan 45 tahun, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar IV. B. 5Pola Penyakit Penderita Rawat Inap RS Menurut Golongan Umur 15 - 45 Tahun

di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Berbeda dengan pola penyakit pada golongan umur sebelumnya, maka pola

penyakit pada golongan umur 15 tahun sampai dengan 44 tahun diwarnai dengan

penyakit yang berkaitan dengan proses kehamilan dan persalinan, seperti adanya

Page 41: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 41/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  41

penyulit kehamilan dan persalinan, ketuban pecah dini, perawatan ibu berkaitan

dengan janin dan ketuban dan masalah persalinan serta abortus. Gambaran pola

penyakit ini cukup mengindikasikan adanya permasalahan pada pelayanan kesehatan

khususnya pada kelompok risiko wanita usia subur, selain permasalahan penyakit

infeksi.Frekwensi Kumulatif sepuluh besar penyakit pada golongan umur 15 tahun

sampai 44 tahun mencapai 36,83%. Berarti masih terdapat 63,17% frekwensi penyakit

terdistribusi pada kelopok penyakit diluar sepuluh besar.

Perbandingan jenis penyakit pada golongan umur 15 tahun sampai dengan 44

tahun antara penyakit infeksi dan non infeksi adalah sama yakni 50 %. Frekwensi

kumulatif antara penyakit infeksi dan non infeksi pada kelompok sepuluh besar adalah

27.30 % dan 11.71 %.

Untuk mengetahui pola penyakit rawat inap di rumah sakit untuk golongan

umur diatas 45 tahun, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar IV. B. 6Pola Penyakit Penderita Rawat Inap RS Menurut Golongan Umur >45 Tahun

di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Pola penyakit pada golongan umur diatas 45 tahun, mengidentifikasi adanya

adanya penyakit generative seperi hipertensi, ginjal dan diabetes selain adanya

penyakit infeksi yang selalu ditemukan pada seluruh golongan umur. Proporsi sepuluh

besar penyakit pada golongan umur diatas 45 tahun hanya mencapai 34,91%.

Berdasarkan jenis penyakit yang masuk kedalam sepuluh besar penyakit

golongan umur diatas 45 tahun, maka jenis penyakit non infeksi lebih dominan

dibanding penyakit infeksi yaitu 70 % dengan 30 %. Meskipun kalau dilihat dari proporsi

kumulatif sepuluh besar penyakit pada golongan umur diatas 45 tahun ini masih lebih

tinggi penyakit infeksi (23.5%) dibanding penyakit non infeksi (9,6%).

Pada golongan umur diatas 45 tahun ini sudah terindikasi selain permasalahan

penyakit infeksi yang berkaitan dengan lingkungan, juga mempunyai gambaran adanya

permalahan pada pola hidup/ perilaku masyarakat.

Page 42: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 42/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  42

Pola penyakit rawat jalan di Puskesmas didominasi Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (22,42%), Penyakit Sistem Pencernakan (15,47%), Penyakit Kulit Dan

Jaringan Subkutan (13,32%) dan Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat

(10,30%) merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan.

Pada penderita rawat jalan usia pralansia dan lansia di puskesmas maupun diRumah Sakit, Penyakit Sistem Muskuloskeletal Dan Jaringan Ikat, Penyakit Sistem

Pencernakan, Penyakit Sistem Pembuluh Darah yang menjadi penyakit terbanyak yang

ditemui dan penyakit yang rawat inap terutama Diabetes Melitus, Hipetensi dan Strok.

Penyakit degeneratif yang erat kaitannya dengan gaya hidup, mencakup pola makan

yang kurang berimbang serta sedikitnya aktifitas olah raga juga menjadi mayoritas

masalah kesakitan di masyarakat.

2. Gambaran Penyakit Menular 

Gambaran beberapa penyakit menular yang berjangkit di provinsi Jawa Barat,

antara lain sebagai berikut:

Gambaran beberapa penyakit menular yang berjangkit di provinsi Jawa Barat,

antara lain sebagai berikut:

a. Penyakit Menular Bersumber Binatang

1) Malaria

Penyakit Malaria di Provinsi Jawa Barat masih terfokus di Jawa Barat

bagian Selatan, terutama di Kabupaten Sukabumi, Garut, Ciamis, dan

Tasikmalaya. Kasus Malaria yang ditemukan dan dilaporkan di kabupaten lainnya

biasanya merupakan kasus malaria impor.

Indikator keberhasilan Pengendalian Penyakit Malaria digunakan indikator 

 Annual Parasite Index (API). Berikut gambaran API Malaria di Provinsi Jawa Barat

1997-2012.

Gambar IV. B. 7Trend Annu al Parasi te Index (API) Malaria

Di Provinsi Jawa Barat, 1997 – 2012

Page 43: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 43/138

 

Rer

 Angka ini me

 API terjadi pa

pada tahun 2

0.5 per 1000.Pad

1,04 per 100

tahun 2001 s

serta perbaik

Dib

peningkatan

tahun 2012.

 

A

Perb

2012, yaitu

peduduk. Se

sebesar 0.1

diidentifikasi

dibandingkan

Bila d

di wilayah e

merupakan

permasalaha

kecamatan b

permasalaha

wilayah keca

pantai. Dapat

lebih domina

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

ata API di Jawa Barat periode 1997-2012 seb

ndekati standar indikator API yaitu 1 per 1000

da tahun 2003 sebesar 3.71 per 1000. Sedangk

000 yaitu 0.36 per 1000. Bila dilihat berdasarkan

a tahun 2003 terjadi peningkatan API sebesar

0 pada tahun 2002 menjadi 3,71 pada tahun

d 2004 antara lain di sebabkan adanya perub

an sistem pencatatan pelaporan (diantaranya ad

ndingkan API tahun 2011 dengan API tahu

sebesar 0.20, yaitu dari 0.54/ 1000 tahun 2011

Gambar IV. B. 8

nnu al Parasite Index (API) Malaria Kabupatendi Provinsi Jawa Barat, 2012

ndingan API antar kabupaten endemis di Ja

Kabupaten Garut mempunyai nilai API terting

dangkan yang terendah terjadi di Kabupaten

/1000 penduduk. Berdasarkan perbandin

ahwa permasalahan Malaria di Kabupaten Gar

dengan di Kabupaten Tasikmalaya.

  ilakukan analisis berdasarkan wilayah administr

pat kabupaten endemis Malaria tersebut, tida

ilayah endemis. Hanya 34 kecamatan terten

Malaria. Tampak didalam gambar diata

erwarna merah atau merah tua berarti wilayah

Malaria. Secara geografis ada kesamaan ba

matan endemis Malaria merupakan wilayah y

diketahui pula bahwa vektor penular Malaria di

adalah Anopheles Sundaicus.

  TAHUN 2012  43

  esar 0.99 per 1000.

  . Kontribusi terbesar 

  n API terkecil terjadi

  modus API berkisar 

 2.67 per 1000, dari

  2003. Kenaikan API

  han pola surveilans

  nya bantuan ADB).

  2012 telah terjadi

  menjadi 0.70/ 1000

 

Endemis 

a Barat pada tahun

  gi dengan 2.5/1000

  Tasikmalaya yaitu

  an tersebut bisa

  ut 25 kali lebih besar 

 

si kecamatan, maka

  k semua kecamatan

  tu yang mempunyai

  semakin wilayah

  tersebut mempunyai

  hwa sebagian besar 

  ng mempunyai tepi

  Provinsi Jawa Barat

 

Page 44: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 44/138

 

2) Demam Ber

Kasu

tercatat dan

meninggal du

kali lipat diba

2011 menjadi

Begit

dengan tahu

menjadi 45/1

Mesk

meningkat, n

Demikian pul

A

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Gambar IV. B. 9Sebaran API/1000 Malaria di Kecamatan E

di Provinsi Jawa Barat, 2012

  arah Dengue (DBD)

s Demam Berdarah Dengue di Provinsi Jawa Ba

dilaporkan sebanyak 19.739 orang, denga

nia (Case Fatality Rate 0.85%). Ini berarti terjad

nding dengan tingkat fatalitas tahun 2011, yait

i 0.85% tahun 2012.

u pula dengan angka kejadian DBD tahun 201

n 2011 terjadi peningkatan sebesar 13.3, yait

0 ribu.

ipun angka kejadian DBD tahun 2012 mempu

amun angka tersebut masih lebih rendah dari

hanya dengan CFR yang masih berada di baw

Gambar IV. B. 10ngka Kejadian per 100.000 dan Case Fatali ty

di Provinsi Jawa Barat, 2000 – 2012

  TAHUN 2012  44

 demis

 

rat pada tahun 2012

  n 167 diantaranya

  i peningkatan CFR 2

  u dari 0.42 % tahun

 

2, bila dibandingkan

  u dari 31.9/100 ribu

 

nyai kecenderungan

  standar 50/100.000.

  h 1%.

 at e DBD

 

Page 45: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 45/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  45

Untuk mengetahui kabupaten kota mana di Jawa Barat yang berkontribusi

besar terhadap angka serangan DBD dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar IV. B. 11Angka Kejadian DBD per 100.000 Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Barat, 2012

Perbandingan angka kejadian DBD di wilayah kabupaten dengan kota

menunjukan perbedaan yang relative besar, dimana angka kejadian DBD di kota

menunjukan angka yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori DBD bahwa

angka kejadian DBD diwilayah perkotaan akan relatih lebih tinggi di bandingkan

dengan Kabupaten.

 Angka kejadian DBD tertinggi pada kelompok Kabupaten terjadi di

Bandung Barat (60.8/100.000), sedangkan pada kelompok kota terjadi di Kota

Sukabumi (303.1/100.000). Sedangkan angka kejadian terendah pada kelompok

Kabupaten terjadi di Kabupaten Garut (4.9/100.000) dan pada kelompok Kota di

Kota Cirebon (33.8/100.000).

Di Jawa Barat tahun 2012 ini terdapat tujuh kabupaten kota yang angka

kejadiannya melebihi 50 per 100.000, yaitu Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota

Cimahi, Kota Bogor, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar serta di satu Kabupaten

yaitu Kabupaten Bandung Barat.

Terdapat 11 kabupaten kota yang mempunyai angka fatalitas diatas

standar 50/100.000, yaitu Kab. Majalengka, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kab.

Cianjur, Kab, Ciamis, Kab. Bogor, Kab. Kuningan, Kab. Tasikmalaya dan Kab.

Bekasi dan Kota Bekasi dan Kota Banjar.

Page 46: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 46/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  46

Gambar IV. B. 12Case Fatali ty Rate DBD Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Barat 2012

Sumbangan terbesar CFR DBD berdasarkan kabupaten kota, untuk

wilayah kabupaten terjadi di Kabupaten Majalengka (5.22%), dan untuk wilayah

kota terjadi di Kota Banjar dengan CFR 2.17%. Sedangkan angka kejadian di 3

Kabupaten/Kota dengan CFR 0% yaitu di Kab. Garut, Kab. Purwakarta, dan Kota

Cirebon. CFR di wilayah kota relative lebih rendah dibanding dengan wilayah

kabupaten. Hal ini kemungkinan menunjukan tingkat keganasan penyakit DBD

relative rendah atau tatalaksana kasus yang lebih baik.

3) Rabies

Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) di Provinsi Jawa Barat selama

kurun waktu 2005-2012 sebanyak 4.027 kasus dengan rerata pertahun sebesar 500

kasus gigitan.

Tabel IV. B. 1Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) dan Rabies

di Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2012

No Tahun Penderita gigitan Rabies Keterangan

1 2005 389 1 Kab. Garut

Kab. Tasikmalaya

Kab. Garut

3 2007 528 1 Kabupaten Ciamis

Kab. Cianjur 

Kab. Sukabumi (2)

5 2009 388 2 Kab. Garut

Kab. Garut (2)

Kab. Sukabumi (2)

7 2011 549 0 -

8 2012 528 2 Kab. Sukabumi (2)

6 2010 573 4

2 2006 453 2

4 2008 619 3

Page 47: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 47/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  47

Dari 4,027 kasus gigitan tersebut teridentifikasi 15 kasus Rabies (0.37 %),

yang tersebar di 6 Kabupaten yaitu Kabupaten Sukabumi 6 kasus, Garut 5 kasus,

Cianjur dan Tasikmalaya masing masing 1 kasus. Semua kasus Rabies terjadi di

wilayah Jawa Barat bagian Selatan.

Tatalaksana kasus Gigitan HPR antara lain dilakukan pemberian Vaksin AntiRabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) untuk kasus gigitan. Namun karena

keterbatasan sumber daya terutama vaksin dan serum, belum semua kasus gigitan

bisa ditatalaksana dengan VAR SAR. Meskipun demikian pada tahunn 2012 sudah 11

kabupaten kota (42.2%) yang cakupan nya mencapai 100% itupun hanya pemberian

VAR tanpa SAR, yaitu Indramayu dan Majalengka. Sedangakan untuk Cakupan VAR

Provinsi Jawa Barat hanya mencapaia 36.6%.

4) Flu Burung (Avian Influenza )

Selama periode 2005-2012 kasus Flu Burung di Jawa Barat ditemukan

sebanyak 49 kasus. Empat puluh dua diantaranya meninggal (CFR 85.71%).

Sedangkan kejadian Flu Burung tahun 2012 hanya ditemukan dan dilaporkan

di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bogor masing masing 1 kasus, dengan

tingkat fatalitas 100%.

Tingginya angka fatalitas Flu Burung menunjukan bahwa tingkat keganasan

Flu Burung sangat tinggi bila dibanding dengan penyakit menular lainnya.

Gambar IV. B. 13Sebaran Kasus Flu Burung Menurut Kabupaten Kota

di Provinsi Jawa Barat, 2009-20122009

2010

2011

Page 48: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 48/138

 

5) Filariasis

Kumulati

Barat berjumlah

Berdasa

2012 diketahuikabupaten kota.

Kabupaten Cianj

kasus. Rekome

melakukan Mas

masal terhadap

tururt. Di bebe

dilaksanakan, se

b. Penyakit Menular

1) Diare.

Cakupanhingga 2012 be

Kasus Diare tah

menjadi 62.2 tah

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

if penemuan kasus Filariasis Kronis periode tahu

806 orang.

rkan hasil survey darah tepi di Provinsi Jawa

kabupaten kota dengan Mikrofilaria rate >=1%Mikrofilaria rate tertinggi terjadi di Kota Bekasi 2.

ur 0.1% Kumulatif kasus Mikrofilaria di Jawa

dasi untuk kabupaten kota dengan Mikrofilari

Drug Administration (MDA), yaitu pemberian

otal populasi suatu wilayah kabupaten kota sela

rapa kabupaten kota rekomendasi tersebut

perti di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Tas

Gambar IV. B. 14

Mikrofilaria Rate (%) Menurut Kabupatendi Provinsi Jawa Barat, 2001-2012

  angsung.

 

penemuan kasus Diare di Provinsi Jawa Barrkisar 61%-81%. Dibanding tahun 2011 maka

un 2012 mengalami penurunan. Yaitu dari 80.2

un 2012.

  TAHUN 2012  48

 

n 2002-2012 di Jawa

 

Barat periode 2002-

  yaitu mencapai 11  88% dan terendah di

  arat mencapai 515

  a rate >=1% adalah

  obat filariasis secara

  ma 5 tahun berturut-

  sudah dan sedang

  ikmalaya.

 

ota 

at sejak tahun 2007  Cakupan Penemuan

  % tahun 2011 turun

 

Page 49: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 49/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  49

Gambar IV. B. 15Cakupan Penemuan dan CFR (%) Kasus Diare

Di Provinsi Jawa Barat, tahun 2007 – 2012

Tingkat kematian akibat kasus diare ( CFR) dari waktu ke waktu menunjukkan

kecenderungan adanya penurunan yaitu dari 0,003% pada tahun 2007 menurun

hingga 0,004% pada tahun 2012. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penemuan

dini kasus diare dan tatalaksana kasus diare yang lebih baik, terutama dalam 3 tahun

terakhir. Meskipun Cakupan Penemuan Diare tahun 2012 belum mencapai target.

Gambar IV. B. 16Cakupan Penemuan Kasus Diare Menurut Kabupaten Kota

Provinsi Jawa Barat 2012

Pada tahun 2012 dari 26 kabupaten kota di Jawa Barat yang Cakupan

Penemuan Diare mencapai target minimal 70% hanya sebanyak sepuluh kabupaten

kota. Cakupan tertinggi dicapai Kota Cirebon untuk wilayah kota. Sedangkan untuk

wilayah kabupaten dicapai oleh Kab. Garut. Sementara Capaian terendah untuk

wilayah kota ada di Kota Depok dan Kab. Bekasi untuk wilayah kabupaten.

Page 50: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 50/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  50

2). Kusta.

Untuk mengetahui permasalahan Pengendalian Penyakit Kusta di Jawa

Barat 2012 berikut digambarkan dengan cakupan indikator Penemuan Kasus Kusta /

Case Detection Rate (CDR ), Penemuan Penderita Kusta Cacat Tingkat 2 serta

Prevalesi Kusta.Indikator minimal Penemuan Kasus Kusta (CDR) adalah 1/100.000. Capaian

CDR di Jawa Barat selama periode 2008 sd 2012 cenderung meningkat, terutama

periode 2009 sd 2012. Dimana padai tahun 2011 dan 2012 mencapai angka

>=5.0/100.000. Hal tersebut bisa menunjukan adanya peningkatan dalam penemuan

dan pelaporan kasus baik ditingkat puskesmas maupun dinas kesehatan kabupaten

kota.

Gambar IV. B. 17Penemuan Penderita Kusta (CDR) di Provinsi Jawa Barat 2008-2012

Jumlah kabupaten kota dengan CDR diatas 1/100.000 di Jawa Barat baru

mencapai 77% (20 kab kota). Enam kabupaten lainnya belum mencapai, yaitu Kab.

Garut, Kab. Cianjur, Kab Bandung, Kota Cimahi, Kota Sukabumi dan Kota Bandung.

Proporsi kabupaten kota dengan CDR tertinggi di Jawa Barat dicapai

Kabupaten Indramayu yaitu sebesar 18.5 %. Sedangkan terendah di Kabupaten dan

Kota Bandung dengan cakupan 0.3/100.000.

Gambar IV. B. 18CDR Kusta Menurut Kabupaten/Kotadi Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Page 51: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 51/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  51

Untuk mengetahui kualitas program pengendalian Kusta dapat digambarkan

dengan indikator Penemuan kasus Kusta dengan tingkat kecacatan tingkart 2

dibawah 5%. Bila melebihi 5 % artinya penemuan kasus Kustanya terlambat.

Gambar IV. B. 19Cakupan Penemuan Kecacatan Kusta Tingkat 2

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Kabupaten kota di Jawa Barat dengan penemuan kasus kusta tingkat

kecacatan 2 berjumlah 20 kabupaten kota. Capaian yang tertinggi ada di Kab.

Tasikmalaya dengan 40%. Hanya 6 kabupaten kota yang capaiannya dibawah 5 %.

Yaitu Kota Tasikmalaya, Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kab. Cianjur dan

Kab Bandung dengan angka 0%. Sedangkan Capaian untuk tingkat Provinsi Jawa

Barat mencapai 14 %.

Untuk mengetahui gambaran besaran permasalahan kusta di masyarakat

bisa dilihat dari gabaran Prevalensi Kasus Kusta. Batas maksimal Prevalensi Kusta

di Indonesia adalah 1/100.000. Artinya kabupaten kota dianggap bermasalah/ berisiko

besar apabila mempunyai Prevalensi Kusta diatas 1/100.000.

Gambar IV. B. 20Trend Prevalensi Rate/10.000 Penderita Kusta

Provinsi Jawa Barat 2008-2012

Page 52: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 52/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  52

Prevalensi Kasus Kusta Provinsi Jawa Barat selama periode 2008 sd 2012

selalu berada dibawah 1/100.000. Bahkan cenderung menurun dari 0.62/100.000

tahun 2008 menjadi 0.5/100.000 pada tahun 2012. Bahkan tahun 2010 mempunyai

prevalensi yang terendah dengan angka 0.47/100.000.

Hal itu berarti besaran masalah risiko Kusta di Jawa Barat relative kecil,mengingat prevalensinya dibawah 1/10.000. Namun meskipun demikian perlu

diwaspadai tentang masa laten penularan kasus Kusta dan sulitnya mendeteksi kasus

Kusta dimasyarakat, mengingat masih adanya stigma tentang penderita Kusta

dimasyarakat yang menyebabkan penderita Kusta atau keluarganya

menyembunyikan keberadaannya.

Gambar IV. B. 21Prevalensi Rate/10.000 Penderita Kusta

Provinsi Jawa Barat 2008-2012

Kabupaten dengan prevalensi Kusta <1/10.000 di Jawa Barat yang

mempunyai angka prevalensi diatas 1/100.000, yaitu, Kab. Indramayu, Kab.Karawang

Kab.Cirebon dan Kab.Subang. Semua wilayah kota mempunyai prevalensi Kusta

<1/10.000.

3). Tuberkulosa

Keberhasilan Pengendalian Penyakit TB Paru dapat dilihat dari CakupanIndikator Penemuan Kasus BTA + dan Angka Kesembuhan. Penemuan TB Paru di

Provinsi Jawa Barat selama periode 2008-2012 cenderung meningkat, namun untuk

tahun 2012 bila dibandingkan tahun 2011 mengalami penurunan yaitu dari capaian

75.2% tahun 2011 menjadi 71.5% pada tahun 2012.

Meskipun mengalami penurunan pada tahun 2012, namun bila dilihat dari

target program Cakupan Penemuan Kasus TB Paru Provinsi Jawa Barat masih diatas

target 70%.

Page 53: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 53/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  53

Gambar IV. B. 22Penemuan Kasus TB Paru (CDR %)Provinsi Jawa Barat 2008 sd 2012

Pada tahun 2012 Jumlah kabupaten kota dengan Cakupan Peneumuan TB

Paru diatas 70 % sebanyak 17 kabupaten kota. Dimana Cakupan tertinggi untuk

wilayah kota terdapat di Kota Cirebon. Sedangkan untuk wilayah kabupaten ada di

Kabupaten Sukabumi.

Kabupaten kota dengan Cakupan Penemuan dibawah 70% adalah Kota

Depok, Kota Bekasi, Kab Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Indramayu, Kab. Sumedang,

Kab. Purwakarta, Kab. Bekasi dan Kab. Bandung Barat.

Gambar IV. B. 23CDR Penemuan Kasus TB Per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat 2012

Indikator tentang keberhasilan pengobatan adalah indikator Kesembuhan

(Cure Rate). Standar minimal Cakupan Indikator Kesembuhan adalah 85 %. Selama

periode 2008 sd 2012 Cakupan Indikator Kesembuhan relatif tetap berkisar 85 %.

Untuk Indikator yang dilaporkan pada tahun 2012 ini merupakan angka kesembuhan

kasus TB Paru tahun sebelumnya (2011).

Page 54: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 54/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  54

Gambar IV. B. 24Angka Kesembuhan Kasus TB Tahun 2011

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Tidak adanya perubahan keberhasilan cakupan kesembuhan secara

signifikan selama periode lima tahun tersebut menunjukan adanya kemungkinan

permasalahan dalam tatalaksana kasus TB Paru dan pencatatan pelaporan program.

 Angka kesembuhan TB Paru BTA+ hasil pengobatan 2011 di Jawa Barat

berdasarkan laporan yang diterima tahun 2012 diketahui masih terdapat 6

Kabupaten/Kota yang cakupan kesembuhannya masih di bawah 85% yaitu Kota

Bekasi, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kab. Bogor, Kab. Cirebon dan Kab. Sumedang.

Gambar IV. B. 25Angka Kesembuhan Kasus TB Tahun 2011

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Capaian tertinggi untuk kelompok Kabupaten di capai oleh Kab. Subang(93.3%). Sedangkan untuk kelompok Kota dicapai oleh Kota Depok (94.%) seperti

dapat dilihat pada gambar diatas.

4) Pneumonia

Cakupan penemuan kasus Pneumoni di Provinsi Jawa Barat sejak tahun

2000 hingga 2012 berkisar antara 34%-52.7%, hal itu berarti selama 10 tahun tidak

sekalipun cakupan penemuan kasus Pneumoni mencapai target penemuan sebesar 

85.6%. Bila dibandingkan dengan cakupan 2011 maka cakupan 2012 tidak berubah

yaitu berkisar di angka 44%.

Page 55: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 55/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  55

Kemungkinan penyebab permasalahan tersebut kemungkinan antara lain

disebabkan adanya kelemahan manajemen program dan kurangnya dukungan

sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan program.

Gambar IV. B. 26Cakupan Penemuan Penderita Pnemonia

Provinsi Jawa Barat 2000 sd 2012

Sama halnya dengan Cakupan Penemuan Pneumoni tingkat provinsi, maka

bila dilihat Cakupan Penemuan Pneumoni kabupaten kota pun relative tidak jauh

berbeda. Dari 26 kabupaten kota di Jawa Barat hanya empat kabupaten kota yang

dapat mencapai target 85.6%, yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kota

Banjar dan Kota Cirebon.

Gambar IV. B. 27Cakupan Penemuan Pneumonia Per Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat 2012

Cakupan Penemuan Pneumoni tertinggi dicapai oleh Kabupaten Subang.

Sedangkan yang terendah dicapai oleh Kabupaten Bekasi untuk wilayah kabupaten

dan Kota Depok untuk wilayah kota.

Page 56: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 56/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  56

5. Penyakit AIDS

Kumulatif penderita AIDS di Jawa Barat sampai tahun 2012 yaitu sebanyak

4.865 kasus. Berarti rerata setiap tahunnya di Jawa Barat ditemukan kasus AIDS

sebanyak 540 kasus. Penemuan kasus AIDS tertinggi terjadi pada tahun 2008

dengan kasus sebanyak 992 kasus. Sedangkan penemuan kasus terendah terjadipada tahun sebelum 2005 yaitu sebanyak 100 kasus.

Peningkatan penemuan kasus tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu dari 337

kasus naik menjadi 892 kasus pada tahun 2011. Sedangkan penurunan penemuan

kasus terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu dari penemuan sebanyak 892 kasus

turun pada tahun 2012 menjadi 461 kasus.

Gambar IV. B. 28Kumulatif Penemuan Kasus AIDS di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2004 sd 2012

Pada tahun 2012 terdapat sebelas kabupaten kota yang dalam laporannya

tidak menemukan kasus AIDS, yaitu Kab. Kuningan, Kab. Karawang, Kab. Garut,

Kab. Majalengka, Kab. Ciamis, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Banjar, Kota Tasik,

Kota Depok dan Kota Sukabumi.

Gambar IV. B. 29Penemuan Kasus AIDS Per Kabupaten Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Penemuan kasus AIDS tertinggi tahun 2012 untuk wilayah kabupaten

adalah Kabupaten Subang dengan penemuan 175 kasus. Sedangkan untuk wilayahkota adalah Kota dengan penemuan kasus sebanyak 31 kasus.

Page 57: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 57/138

 

Berdasa

tahun 2012 tida

 AIDS. Gambar b

Jawa Barat. Bila

berada diwilayah

S

6) Penyakit Difteri

Penyakit

imunisasi (PD3I

peningkatan, pe

pada tahun sebe

Gambar

Diptheri menuru

menurun menja

dimungkinkan d

Penemu

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

rkan sebaran kasus AIDS kabupaten kota, m

ada satu kapupaten kota di Jawa Barat yang

erikut dapat memperlihatkan sebaran kasus AID

dilihat berdasarkan luas wilayah maka kepadat

perkotaan.Gambar IV. B. 30

ebaran Penemuan Kasus AIDS Per KabupateDi Provinsi Jawa Barat 2004 sd 2012

.

 Diptheri merupakan salah satu penyakit yang d

). Kasus Diptheri di Jawa Barat selain jumlahn

nyebarannya juga mengalami perluasan ke k

lumnya tidak melaporkan penemuan kasus Dipt

  dibawah ini menunjukan bahwa pada tahun

n dibanding tahun sebelumnya. Dari 45 kasus

i 31 kasus pada tahun 2012. Menurunnya pene

ngan adanya peningkatan cakupan imunisasi Di

Gambar IV. B. 31an Kasus Difteri di Provinsi Jawa Barat Tahu

TAHUN 2012  57

  aka sampai dengan

  bebas dari penyakit

  S yang ditemukan di

  an kasus lebih padat

 

Kota 

apat dicegah dengan

  ya yang mengalami

  abupaten kota yang

  eri.

  2012 jumlah kasus

  Diptheri tahun 2011,

  muan kasus Diptheri

  ptheri.

 n 2009-2012

Page 58: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 58/138

 

Kasus

kabupaten/kota,

Tasikmalaya ser

dan Kota Bogor.Kabupat

kasus Diptheri a

Sedangkan kab

Kabupaten Suba

Berdasa

kabupaten yang

kasus. Sedangk

Diptheri di wila

Kab. Majalengka

Sebaran

7) Penyakit Camp

Permas

adanya kasus C

Biasa (KLB). Kej

relatif meningka

Campak rendah

bahkan RT.

Peningk

petugas surveila

fase Case Bas

yang dilengkapi

(saat ini masih d

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

iptheri di Jawa Barat tahun 2012 dilapor

tersebar di 5 kabupaten yaitu Bogor, Bekasi, Ci

ta di 4 kota meliputi Kota Bekasi, Kota Bandun

en kota yang setiap tahun selalu melaporkan

ntara lain Kabupaten Cianjur, Kabupaten Beka

paten yang secara intermiten melaporkan kasu

ng dan Kabupaten Indramayu.

rkan laporan kasus Diptheri 2012, Kabupaten

paling banyak melaporkan adanya penemuan k

an 19 kabupaten kota tidak melaporkan adan

ahnya, antara lain Kabupaten Sukabumi, Kab

. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berik

Gambar IV. B. 32  enemuan Kasus Difteri di Provinsi Jawa Bar

k

lahan Penyakit Campak di Jawa Barat dap

ampak yang mengelompok dan dikategorikan s

adian Luar Biasa Campak dalam periode tiga ta

t,namun terjadi pada daerah kantong denga

. Daerah kantong tersebut misalnya wilayah k

atan frekwensi ini juga berkaitan dengan peni

ns dalam KLB Campak. Surveilans Campak s

d Measles Surveillance (CBMS), yaitu sistem

dengan metode konfirmasi laboratorium untuk

engan sampel terbatas).

  TAHUN 2012  58

  kan terdapat di 9

  ianjur, Bandung, dan

  g, Kota Tasikmalaya

 adanya penemuan

  si dan Kota Bekasi.

  s Diptheri antara lain

 

Bekasi merupakan

  asus Diptheri, yaitu 7

  ya penemuan kasus

  upaten Cirebon dan

  t.

 at Tahun 2012

 

t dilihat dari masih

  bagai Kejadian Luar 

  hun ini frekwensinya

  ncakupan imunisasi

  mpung, dusun, RW

 

gkatan pemahaman

  aat ini masuk dalam

  surveilans Campak

  etiap kasus campak

 

Page 59: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 59/138

 

Frek

Frekwenyaitu dari 47 freq

S

Frekwen

berasal dari Ka

kelompok kota

diperlihatkan pa

Dari 26

21 kabupaten ko

tahun 2012.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Gambar IV. B. 33wensi Kasus Campak di Jawa Barat Tahun 2

si KLB Campak tahun 2012 menurun dibandingwensi tahun 2011 menjadi 30 pada tahun 2012.

Gambar IV. B. 34baran Penemuan KLB Campak Menurut Kab

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

si KLB Campak tahun 2012 tertinggi pada

bupaten Garut dengan sepuluh kali kejadia

tidak ada laporan kejadian. Sebaran frek

a gambar diatas.

  kabupaten kota, 5 kabupaten melaporkan adan

ta yang tidak melaporkan adanya Kejadian Luar

TAHUN 2012  59

 09-2012

  dengan tahun 2011 

paten/Kota 

elompok kabupaten

  . Sementara untuk

  ensi KLB Campak

 

a KLB Campak dan

  Biasa Campak pada

 

Page 60: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 60/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  60

Gambar IV. B. 35Peta Insiden Rate (IR) /10000 Campak di Provinsi Jawa Barat ahun 2012

Berdasarkan dari laporan rutin STP 2012, diketahui besaran masalah Campak

yang digambarkan dengan besarnya angka kejadian Campak (IR/100.000 penduduk)

menurut kabupaten kota.

 Angka kejadian Campak Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 15.11/100 .000

penduduk. Kisaran angka kejadian Campak kabupaten kota 2012 yaitu antara 0.13

sampai dengan 65.60. Angka kejadian tertinggi terjadi di Kota Depok dan terendah di

Kabupaten Bandung Barat.

Proporsi Campak 40.11% terjadi pada usia dibawah lima tahun, dan 59.89 %

terjadi pada usia diatas lima tahun. Sedangka untuk usia dibawah 1 tahun sebesar 

10.08%.

8) Penyakit Tetanus Neonatorum

Dalam rangka tercapainya eliminasi kasus Tetanus Neonatorum (TN) maka

sampai saat ini masih dilakukan kegiatan imunisasi untuk memberikan perlindungan baik

terhadap neonatus dengan DPT, terhadap anak SD dengan TT Bias, terhadap WUS

dengan TT WUS, terhadap bumil dengan TT Bumil, yang memungkinkan setiap

neonatus dan wanita mempunyai kekebalan seumur hidupnya terhadap ancaman

tetanus.

Setiap kasus tetanus neonatorum (TN) di Jawa Barat harus dilaporkan melalui

W1 ke jenjang administrasi diatasnya dan di lakukan investigasi untuk membuktikan

apakah penyebabnya TN atau bukan. Berdasarkan gambar dibawah dapat di simpulkan,

bahwa kasus TN selama 3 tahun kebelakang relatif menunjukan adanya penurunan (14

kasus).

Page 61: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 61/138

 

Penemuan

Distribusi k

Kabupaten Tasikma

Kuningan, Kaabup

dilaporkan oleh Ka

gambar berikut ini.

 Seb

Meskipu

masih banyak

penyebab kemat

Berdasarkan hal

terlaporkan.

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Gambar IV. B. 36 Kasus Tetanus Neonatorum di Jawa Barat Ta

sus TN 2012 terdapat di 8 kabupaten, yaitu K

laya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kab

aten Bandung dan Kabupaten Karawang. K

bupaten Sukabumi yaitu 4 kasus Selengkapny

Gambar IV. B. 37aran Penemuan Kasus TN Menurut Kabupate

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

n berdasarkan surveilans, kasus TN relatif

dilaporkan sebagai penyebab kematian neo

ian neonatus relatif lebih banyak dari TN yang d

tersebut dapat dipastikan bahwa masih banyak

TAHUN 2012  61

 un 2009-2012

  abupaten Sukabumi,

  paten Cirebon, Kab.

  asus TN terbanyak

  a dapat dilihat pada

 

n/Kota 

enurun, namun TN

  natus. TN sebagai

  ilaporkan surveilans.

  kasus TN yang tidak

Page 62: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 62/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  62

9) Penyakit Hepatitis klinis

Permasalahan Hepatitis 2012 digambarkan dengan besarnya angka kejadian

(IR/100.000) menurut kabupaten kota. Jumlah kasus Hepatitis yang dilaporkan

melalui laporan rutin Surveilans Terpadu Penyakit Menular adalah 1.673 terdapat

kenaikan dibanding tahun 2011 yaitu sebanyak 1.387 kasus.Sebaran kejadian Hepatitis dilaporkan dari seluruh kabupaten kota di Provinsi

Jawa Barat dengan kisaran angka kejadian (IR/100.000) sebesar 0.0 di Kabupaten

Bekasi sampai dengan 33.15 di Kota Tasikmalaya. Sedangkan untuk tingkat Provinsi

Jawa Barat sebesar 3.71/100.000.

Gambar berikut menjelaskan sebaran angka kejadian Hepatitis menurut

kabupaten kota.

Gambar IV. B. 38Peta Insiden Rate (IR) /10000 Hepatitis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011

10) Penyakit Pertusis

Pertusis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi. Imunisasi yang bertujuan untuk melindungi bayi dari penyakit Pertusis

adalah Imunisasi DPT. Imunisasi DPT diberikan kepada bayi sebanyak tiga dosis.

Meskipun cakupan DPT1 – DPT3 sudah cukup tinggi, namun masih setiap

tahun terdapat kabupaten kota yang masih melaporkan adanya penemuan Pertusis.

Tahun 2012 laporan Pertusis berasal dari dua belas kabupaten kota mengalami

kenaikan dari tahun 2011 yaitu tujuh kabupaten kota. Kabupaten Cianjur, Kabupaten

Garut dan Kabupaten Karawang dengan jumlah diatas seratus kasus.

Berdasarkan laporan rutin Pertusis (STP 2012), jumlah kasus 1 230 kasus

terdapat kenaikan penemuan kasus dari tahun 2011 yaitu sebanyak 887 kasus. Dua

>

Page 63: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 63/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  63

puluh delapan persen (17.9 %) terjadi pada kelompok umur <5, dan 77.3 % terjadi

pada kelompok usia diatas 5 tahun. Hanya 4.8 % terjadi pada usia < 1 tahun.

Berdasarkan laporan yang masuk perbandingan besaran masalah Pertusis

antara kabupaten kota, dapat ditunjukan oleh adanya perbedaan angka kejadian

Pertusis terhadap semua penduduk (IR/100.000 penduduk) seperti tampak padagambar IV.B.26.

 Angka kejadian Pertusis seluruh kelompok umur di Jawa Barat mencapai

2.7/100.000. Angka kejadian Pertusis tertinggi terdapat di Kabupaten Cianjur yakni

sebesar 30.9/100.000, 15 kali lebih tinggi dari Provinsi. Hal Ini menunjukan bahwa di

Kabupaten Cianjur masih mempunyai permasalahan Pertusis. Selain di Kabupaten

Cianjur, angka kejadian yang lebih tinggi dari rerata provinsi adalah Kabupaten

Karawang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Subang, yaitu 11.2/1000.000,

6.9/1000.000 dan 4.1/1000.000.

Gambar IV. B. 39Peta Insiden Rate (IR) /10000 Pertusis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

3. Penyakit Tidak Menular 

Prevalensi beberapa penyakit tidak menular di Jawa Barat masih tinggi, salah

satu diantaranya yaitu yaitu Hipertensi sebesar 95.35/10.000, rerata Prevalensi

Hipertensi tertinggi di atas Provinsi Jawa Barat terdapat di 12 kabupaten kota yaitu Kab.

Garut, Kab. Ciamis, Kab. Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kab. Majalengka, Kab.

Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Bandung Barat, Kota Cirebon, Kota Depok, Kota

Tasikmalaya dan Kota Banjar. Seperti dapat di lihat pada gambar berikut ini

Page 64: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 64/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  64

Gambar IV. B. 40Peta Prevalens /10000 Hipertensi di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Penyakit tidak menular Diabetes Melitus di Provinsi Jawa Barat sebesar 

14.76/10.000, dengan rerata Prevalensi Diabetes Melitus tertinggi diatas Provinsi Jawa

Barat terdapat di 13 Kabupaten Kota yaitu Kab. Garut, Kab. Cirebon, Kab. Majalengka,

Kab. Indramayu, Kab. Bandung Barat, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota

Depok, Kota Cimahi dan Kota Banjar. Seperti dapat dilihat pada gambar di bawah iniGambar IV. B. 41

Peta Prevalens /10000 Diabates Melitus di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Page 65: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 65/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  65

BAB V

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Upaya Kesehatan terdiri dari upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Sedangkan

upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.

Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan juga oleh berbagai faktor antara lain sarana

fisik, tenaga kesehatan, alat penunjang pelayanan kesehatan, obat-obatan dan standar 

pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil Susenas tahun 2012, persentase penduduk yang memiliki keluhan

kesehatan pada sebulan terakhir sebesar 28,45% (26,54% Laki-laki dan 26,21% Perempuan).

Lama mengeluh sakit sekitar 1- 3 hr sebesar 57,24% yang artinya 100 orang penduduk,

diantaranya 57 orang menderita sakit. Dari Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan

tahun 2012, dengan cara berobat jalan pada perempuan (47,00%) lebih tinggi dibandingkan

laki-laki (40,25%) dan cara mengobati sendiri pada perempuan (72,26%) lebih rendah

dibandingkan laki-laki (79,58%).

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, antara lain melalui upaya kesehatan dasar, upaya kesehatan rujukan serta

perbaikan gizi masyarakat serta upaya kesehatan khusus.

1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya Pelayanan Dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat

dan cepat diharapkan sebagaiab besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi.

Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksaksanakan adalah sebagai berikut ini.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

profesional kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai pedoman pelayanan

antenatal yang ada dengan titik berat pada promotif dan preventif. Tujuan pelayanan

antenatal adalah mengantar ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan

memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantipasi dini kelainan kehamilan

Page 66: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 66/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  66

dan dan kelainan janin. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat pada cakupan

kunjungan ibu pertama kali ibu hamil (K1) dan kunjungan ibu hamil empat kali (K4).

Indikator K1 untuk melihat sejauh mana akses pelayanan ibu hamil

memberikan gambaran besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke

fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Dan Indikator K4 merupakan akses/kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan dengan syarat

minimal satu kali kontak pada triwulan I (umur kehamilan 0-3 bulan), minimal satu kali

kontak pada triwulan II (umur kehamilan 4-6 bulan dan minimal dua kali kontak pada

triwulan III (umur kehamilan 7-9 bulan) dan sebagai indikator untuk melihat jangkauan

pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

Berdasarkan Profil KesehatanKabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun

2012, menunjukkan bahwa cakupan pelayanan K1 sebesar 100,1% dengan kisaran

per-kabupaten/kota antara 89% sampai dengan 101%. Sedangkan cakupan K4

sebesar 90,7% dengan kisaran antara 99% dan 82%.

Gambar V. A. 1Cakupan Pelayanan K1 dan K4

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008–2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

Gambar V.A.1 memperlihatkan perkembangan Cakupan Pelayanan K1 dan

K4 dari tahun 2006 sampai 2012 di Provinsi Jawa Barat cenderung meningkat. Dari

gambar tersebut dapat dilihat adanya kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1

dan K4 pada tahun 2010 sekitar 6,68% dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan

menjadi 9,39%. Hal itu berarti semakin banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan

pertama pelayanan antenatal diteruskan hingga kunjungan keempat pada trimester 3

sehingga kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan.

 Apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun

2012, terlihat bahwa persentase drop out (DO) yang berada diatas angka Jawa Barat

terdapat 11 Kabupaten/Kota dan yang tertinggi terdapat di Kabupaten Bogor (15,3%),

sedangkan yang dibawah angka Jawa Barat terdapat di 15 Kabupaten/Kota dengan

paling kecil terdapat di Kota Bekasi (3,3%). Secara rinci dapat dilihat pada lampirantabel 28.

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

K1   82,14 88,35 90,44 93,79 91,03 98,82 100,10

K4   76,37 77,75 81,01 85,95 84,95 89,93 90,70

DO (%)   7,02 12,00 10,43 8,36 6,68 9,08 9,39

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Page 67: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 67/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  67

Gambar V. A. 2Drop Out (%) Cakupan Pelayanan K1-K4 Di Provinsi Jawa Barat

Menurut Kabupaten/KotaTahun 2012

Sumber : Profil Kab/kota tahun 2012 

Cakupan K1, dari 26 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, hanya 1

Kabupaten/Kota yang belum mencapai target cakupan K1 (95%) yaitu Kabupaten

Bekasi (89,4%), Kota Cimahi (92,8%), dan Kabupaten Kuningan (93,2%), secara rinci

dapat dilihat pada lampiran tabel 28.

Sedangkan Cakupan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya minimal 4

kali (K4) selama kehamilannya sampai tahun 2012 sebesar 90,7%, hal ini belum

mencapai target yang harus dicapai oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 95%. Apabila

dilihat per-Kabupaten/Kota, cakupan K4 yang telah mencapai target terdapat 2

Kabupaten/Kota yaitu Kota Depok, Kabupaten Ciamis, sedangkan yang terendah

adalah Kabupaten Bekasi (82,1%). Untuk selengkapnya cakupan per-Kabupaten/Kota

dapat dilihat pada Gambar V.A.3. dan pada lampiran tabel 28.

Gambar V. A. 3Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 Di Provinsi Jawa Barat

Menurut Kabupaten/KotaTahun 2012

Sumber : Profil Kab/kota dan Seksi Kesga-Gizi Bid. Yankes Dinas Provinsi Jawa Barat tahun 2012 

Page 68: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 68/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  68

Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, presentase ibu yang memeriksakan

kehamilan oleh tenaga kesehatan terdiri dari 18,9% tenaga dokter kandungan, 1,3%

dokter umum, 75,3 % bidan, 0,4% dukun, 0,4% lainnya dan 1,6% tidak diperiksa.

Untuk memantau kesehatan Ibu hamil maka KMS ibu hamil atau Buku KIA digunakan

untuk mencatat pelayanan yang sudah diterima oleh ibu selama hamil, melahirkan,nifas serta untuk bayinya dilanjutkan dengan pertumbuhan sampai umur bayinya lima

tahun (Balita). Dalam Riskesdas 2010 dicatat ibu yang mempunyai KMS Bumil atau

buku KIA di Jawa Barat baru mencapai 75,2%.

Selain mengupayakan peningkatan cakupan pelayanan K4, harus diupayakan

pula peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu pelayanan yang

diberikan saat pelayanan antenatal yang menjadi standar kualitas adalah pemberian

zat besi (Fe) 90 tablet dan imunisasi TT (Tetanus Toksoid). Dengan demikian

seharusnya ibu-ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan K4 juga tercatat dalam

laporan pemberian Fe3 dan TT2.

Pada gambar dibawah ini terlihat bahwa Cakupan K4 pada tahun 2012

sebesar 89,93%, namun pemberian 90 tablet besi hanya sebesar 85,04%, dan

terdapat kesenjangan sebesar 4,89%. Begitu pula dengan status imunisasi TT2 pada

ibu hamil juga merupakan syarat kualitas pelayanan K4, akan tetapi seperti halnya

Fe3, imunisasi cakupan TT2 masih lebih tinggi dibandingkan dengan cakupan K4.

Hal ini ada kemungkinan sistem pelaporan ketiga variabel tersebut yang belum

terintegrasi dan bersinambungan antara program kesehatan ibu dan anak, program

gizi dan program immunisasi.

Gambar V. A. 4Persentase Cakupan K4, Fe3 Dan Status Imunisasi TT

Di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 – 2012

Sumber : Profil Kab/kota dan Seksi Kesga-Gizi Bid. Yankes Dinas Provinsi Jawa Barat tahun 2012 

Pelayanan antenatal terkait dengan deteksi kehamilan berisiko, seyoganya

ibu hamil diberi penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan, agar ibu hamil

waspada dan apabila mengalaminya dapat segera mencari pertolongan ke tenaga

kesehatan atau fasilitas kesehatan. Menurut hasil Riskesdas tahun 2010, presentase

ibu yang mendapatkan penjelasan tanda-tanda bahaya kehamilan baru mencapai

43,8%.Cakupan Kunjungan ibu hamil yang terdektesi sebagai ibu hamil dengan

2008 2009 2010 2011 2012

K4   81,01 85,76 84,95 89,93 89,93

FE 3   76,15 75,98 82,09 85,04 85,04

TT   80,50 77,34 74,00 73,60 99,30

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Page 69: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 69/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  69

resiko tinggi ke pelayanan kesehatan di Jawa Barat, berdasarkan Profil

Kabupaten/Kota tahun 2012 terdapat 77,7%. Dengan terdektesinya ibu hamil ini,

diharapkan persalinan dapat ditangani lebih dini atau kalaupun terjadi komplikasi

persalinan maka tidak mengakibatkan kematian. Apabila ibu hamil mempunyai resiko

yang tinggi dalam melahirkan dan keterbatasan kemampuan dalam memberikanpelayanan di Puskesmas maupun bidan desa maka perlu dirujuk ke unit pelayanan

kesehatan yang memadai.Cakupan ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi belum

mencapai target Provinsi Jawa Barat sebesar 80%.

 Apabila dilihat per-kabupaten/kota Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi yang

Ditangani terdapat 14 Kabupaten/Kota yang sudah mencapai target (80%), dan

terdapat 12 Kabupaten/Kota dibawah angka Jawa Barat (73,32%).

Gambar V. A. 5Cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi yang Ditangani

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar 

terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan

tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan.

Cakupan persalinan adalah persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, angka

cakupan ini menggambarkan tingkat penghargaan masyarakat terhadap tenaga

penolong persalinan dan manajemen persalinan KIA dalam memberikan pertolongan

persalinan secara profesional.

Dalam kurun waktu lima tahun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan cenderung meningkat berkisar antara 74,34% – 89,30%, hal ini belum

mencapai target (90%). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Barat

tahun 2012 baru mencapai 89,30%, dan mengalami kenaikan sebesar 9,98 poin,

apabila dibandingkan dengan cakupan tahun 2010 sebesar 81,94%.

Page 70: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 70/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  70

Gambar V. A. 6Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 – 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

 Apabila dibandingkan antara Kabupaten/Kota tahun 2012, maka yang

mempunyai cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang telah mencapai 90%

keatas ada 12 kabupaten/kota, yang tertinggi pada Kabupaten Majelengka (99,3%),

Kota Depok (96,0%), sedangkan yang paling terendah terdapat di Kabupaten

Sukabumi (81,1%) dan terdapat 12 Kabupaten/Kota yang dibawah angka Jawa Barat

(89,3%), untuk lebih rincinya dapat dilihat pada gambar berikut ini;

Gambar V. A. 7Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

Berdasarkan Susenas tahun 2012, Persentase balita yang ditolong pertama

kelahirannya 14,14% oleh Dokter, 61,86% oleh Bidan, tenaga paramedis sebanyak

0,34%, Famili/keluarga sebanyak 0,15%, dan 23,45% oleh Dukun serta 0,06% oleh

lain-lainnya.

Persentase tempat ibu melahirkan menurut karakteristik tempat tinggal dan

status ekonomi, di pedesaan umumnya persalinan dilakukan di rumah/lainnya,

sedangkan di perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak. Makin tinggi

status ekonomi lebih memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan, sebaliknya

untuk makin rendah status ekonomi, persentase persalinan di rumah makin besar.

74,3480,47

81,94   87,20   89,30

0

25

50

75

100

2008 2009 2010 2011 2012

Page 71: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 71/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  71

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Setelah melahirkan, ibu masih perlu mendapat perhatian. Masa nifas masih

berisiko mengalami pendarahan atau infeksi yang dapat mengakibatkan kematian ibu.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota cakupan pelayanan ibu nifas (KF)

pada tahun 2012 baru mencapai 87,35%, secara umum cakupan KF lebih tinggi diperkotaan dibanding perdesaan. Apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota terdapat

19 Kabupaten/Kota yang telah mencapai target 85%. Untuk lebih jelas dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

Gambar V. A. 8Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF)

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

Pelayanan yang diberikan kepada ibu nifas antara lain pemberian vitamin A,

berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, terdapat 69,20% ibu nifas Provinsi

Jawa Barat yang mendapatkan kapsul vitamin A, apabila dibandingkan antar 

Kabupaten/Kota terdapat 17 Kabupaten/Kota diatas angka Jawa Barat, tertinggi

terdapat di Kabupaten Majalengka (105,8%) dan terendah di Kota Sukabumi (6,80%).

Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar V. A. 9Cakupan Ibu Nifas Mendapatkan Kapsul Vitamin A

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

Page 72: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 72/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  72

d. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang

dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali dari tenaga

kesehatan satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali pada umur 8-28 hari. Angka ini

menunjukan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Hal ini karenabayi hingga umur kurang dari 1 bulan mempunyai resiko gangguan kesehatan yang

paling tinggi.

Cakupan Kunjungan Neonatal di Jawa Barat pada tahun 2012 baru mencapai

93,3% dengan kisaran per-kabupaten/kota antara 71,3% -103,8% . Bila dibandingkan

dengan selama lima tahunan pada periode 2005 – 2012, ternyata cakupan Kunjungan

Neonatal mengalami kenaikan 4,73% dari tahun 2010. Untuk lebih rinci dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

Gambar V. A. 10

Cakupan Kunjungan Neonatus (KN)Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005- 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

Pencapaian persentase cakupan kunjungan neonatal per-kabupaten/ kota

pada tahun 2012 dengan kabupaten/kota yang cakupannya diatas 90 % terdapat 15

Kabupaten/Kota, dan terdapat 7 Kabupaten/Kota yang berada dibawah angka Jawa

Barat (87,65%) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar V. A. 11Cakupan Kunjungan Neonatus (KN Lengkap)

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 

77,5   76,45   80,96   82,02  86,45 82,92   87,65

  93,3

0

20

40

60

80

100

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Page 73: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 73/138

 

Setiap b

sebanyak 3 kali

berdasarkan Ris

sebanyak 67,6%

45,6%. SedangkFasilitas Keseha

e. Pelayanan Kes

Pelayan

dengan Angka K

Pelayan

diberikan oleh t

periode 29 hari

kali pada umur 3

bulan.

Berdasar

2012 sebesar 9

tahun 2010 sebe

 Cakupa

Cakupan

antar Kabupaten(90%), dan cak

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

ayi baru lahir sebaiknya mendapatkan semua

i dan dinyatakan kunjungan neonatus lengka

kesdas 2010, persentase kunjungan Neonatus

, umur 3-7 hari sebanyak 65,6% dan yang umu

an presentase kunjungan neonatus tempat kunjtan dan 32,5% di Rumah.

Gambar V. A. 12Presentase Tempat Kunjungan Neona

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

Sumber : Riskesdas 2010 

  hatan Bayi

n kesehatan pada kunjungan bayi sangat penti

ematian Bayi di Provinsi Jawa Barat masih tinggi

n kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan

enaga kesehatan kepada bayi minimal 4 kal

sampai dengan 11 bulan, yaitu satu kali umur

-6 bulan, stu kali pada umur 6-9 bulan dan satu

kan profil kesehatan Kabupaten/Kota, cakupan

0,04%, terdapat kenaikan sekitar 7,56 poin d

  sar 82,48%.

Gambar V. A.13n Kunjungan Bayi Di Provinsi Jawa Barat Ta

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kotatahun 201

  kunjungan bayi di Jawa Barat tahun 2012, a

/Kota, ternyata ada 17 Kabupaten/Kota yang tpan yang tertinggi di Kabupaten Subang (101

Puskes/Pustu

2,50%

Praktik

Nakes30,70%

SAB/RB6,80%

S. Swasta8,80%

RS.Pemerintah

17,30%

  TAHUN 2012  73

  kunjungan neonatus

  (KN1, KN2, KN3),

  pada umur 6-48 jam

  r 8-28 hari sebanyak

  ngan, yaitu 67,5% di 

tus 

ing karena berkaitan

  i.

  sesuai standar yang

  i kunjungan selama

  9 hari-3 bulan, satu

  kali pada umur 9-11

  unjungan bayi tahun

  ibandingkan dengan

 

un 2008-2012

 

pabila dibandingkan

  lah mencapai target  ,36%) dan cakupan

Rumah32,50%

olindes1,40%

Page 74: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 74/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  74

yang terendah di Kota Sukabumi (71,27%). Secara rinci dapat dilihat pada gambar 

V.A.12 dan lampiran tabel 37.

Gambar V. A. 14Cakupan Kunjungan Bayi

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012 

f. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual

berkembang pesat. Masa ini merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kemampuan

keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan

awal pertumbuhan moral.

Pada tahun 2012 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (1-4) tahun

sebesar 79,8%, sementara target yang harus dicapai 90%. Pencapaian Cakupan

Pelayanan Kesehatan Anak Balita tahun 2012, ternyata sebanyak 7 Kabupaten/Kota

yang sudah mencapai target 90% dengan kisaran 99,5%-91%, sedangkan

Kabupaten/Kota dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Ciamis (44,4%).

Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per-Kabupaten/Kota dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar V. A. 15Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita (1-4 Tahun)

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012 

Page 75: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 75/138

 

2. Pelayanan Keluarg

Keberhasila

indikator ditunjukan

pasangan umur sub

Terpilih (MKET).Masa subu

sehingga peluang

umur subur seoran

mengatur jumlah

diprioritaskan untuk

Berdasarka

tahun keatas yang

sebanyak 15,72%.

berstatus menikah

kelompok perempu

sekali menggunaka

Pencapaian

poin dari tahun 201

mencapai target (

suntik (51,20%).

 Pers

 Apabila dilih

angkanya diatas Ja

Kota Banjar (102,6

pada gambar beriku

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

a Berencana

n program Keluarga Berencana dapat diket

melalui pencapaian cakupan KB Aktif dan peser

ur (PUS) dan persentase peserta KB Aktif Meto

r seorang wanita memiliki peran penting bagi

wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Men

g wanita biasanya antara 15 – 49 tahun. Ol

elahiran atau menjarangkan kelahiran, wanit

menggunakan alat/cara KB.

n hasil Susenas tahun 2012, jumlah penduduk

ernah menikah terutama kurang dari 16 tahun di

Sedangkan jumlah penduduk perempuan um

dengan status penggunaan KB hanya 73,71

an umur 10-49 tahun dan berstatus kawin yan

n KB di Provinsi Jawa Barat sebanyak 14,97%.

 KB Aktif di Provinsi Jawa Barat mengalami pen

  0 sebanyak 78,7% menjadi 76,13% pada tahun

0%). Jenis kontrasepsi yang tertinggi meng

Gambar V. A. 16ntase Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Ak

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 201

Sumber : BKKBN Provinsi Jawa Barat 

  at per-kabupaten/kotanya ternyata terdapat 12

wa Barat (99,61, dan cakup%) dan peserta KB

%) dan terendah di Kota Bogor (97,68%). Sec

t ini.

1

IM

4,

SUNTIK

51,20%

PIL

26,70%

KON DOM

1,40%

  TAHUN 2012  75

 

ahui dari beberapa

  ta KB Baru terhadap

  de Kontrasepsi Efetif 

 terjadinya kehamilan

  rut hasil penelitian,

  eh karena itu untuk

  /pasangan ini lebih

 

perempuan umur 10

  i Provinsi Jawa Barat

  ur 10-49 tahun dan

  . Selanjutnya untuk

  tidak pernah sama

 

urunan sebesar 2,57

  2012, hal ini sudah

  unakan kontrasepsi

 

septor KB Aktif 

 

abupaten/Kota yang

  ktif yang tertinggi di

  ra rinci dapat dilihat

IUD

2,60%

MOP

0,90%

MOW

2,60%

 PLAN

60%

 

Page 76: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 76/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  76

Gambar V. A. 17Persentase Cakupan Peserta KB Aktif terhadap Pasangan Umur Subur 

Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kotatahun 2012 

Sedangkan pencapaian KB Baru pada tahun 2012 sebesar 22,5%, Selama kurun

waktu 2008-2012 mengalami kenaikan sebesar 5,56 poin. Perkembangan peserta

cakupan KB Baru selama 6 tahun dapat dilihat dibawah ini.

Gambar V. A. 18Cakupan Peserta KB Baru

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kotatahun 2012 

Berdasarkan Riskesdas 2010, status penggunaan Keluarga Berencana di

Provinsi Jawa Barat adalah 59,8% masih menggunakan KB, 28,4% tidak menggunakan

lagi dan 11,8% sama sekali tidak menggunakan KB. Sedangkan tempat untuk

mendapatkan pelayanan KB lebih banyak di bidan praktik sebanyak 58,2%. Secara rinci

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

16,94

16,8618,8

24,3

22,5

0,00

4,00

8,00

12,00

16,00

20,00

24,00

28,00

2008 2009 2010 2011 2012

C

a

u

p

a

n

Page 77: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 77/138

 

PersentaTahun

Sumber : Risk

3. Pelayanan Immunisa

Program im

efektif untuk menur

yang dapat dicegah

a. Imunisasi Bayi

Pencap

yaitu Immunisas

Immunisasi Pol

untuk cakupan

dibandingkan d

menurun sebes

lengkap dapat di

dapat dilihat pad

Cakupan

Sumber :

Ru

Sa5,2

BidanPraktik58,20%

PerawatPraktik2,10%

Polindes/Poske

sdes

1,60%

Lainnya16,70%

Tahun

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT

Gambar V. A. 19se Tempat Mendapatkan Pelayanan KB Di Pr010 Tahun 201

  sdas 2010 Sumber : Pendataan K  

  si

  munisasi merupakan salah satu program priorita

nkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat

oleh immunisasi.

 

ian Cakupan imunisasi di Provinsi Jawa Bara

i BCG sebesar 100% , Immunisasi DPT3 + H

io 4 sebesar 97,9% , dan Immunisasi Campa

Hepatitis 0-7 hari sebesar 91,7%. Terdapat

ngan Tahun 2011 termasuk untuk tingkat D

r 3,8%. Untuk melihat perkembangan cakup

lihat pada tabel Tabel V.A.1 dan secara rinci me

a lampiran tabel 39.

Tabel V. A. 1 Imunsiasi BCG, DPT 3, Polio 4, Hepatitis B0

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 201

  Profil Kesehatan Kabupaten/Kota & Bid. Bina PLPP Dinkes

ah

kit0%

Puskesmas

9,00%Pustu2,00%

Klinik2,00%

Tim KB0,80%

Dokter Praktik2,40% Faskes

Swasta37,90%

unmetneed

14,97%

TidakBer-KB

11,32%

BCG DPT3 + HB3 Polio4 Campak HB

73,68 75,55 45,56 80,67 68,

81,65 83,02 56,95 77,08 51,

90,43 87,19 82,57 78,33 82,

87,65 92,38 86,70 88,01 64,

94,12 97,23 93,29 93,87 79,

99,36 93,63 93,27 92,03 83,

99,85 95,42 92,26 94,41 86,

100,00 99,40 97,90 97,70 91,

  TAHUN 2012  77

 vinsi Jawa Barat

  2

  luarga 2012 

 

yang dinilai sangat

  penyakit-penyakit

 

t pada Tahun 2012

  B 3 sebesar 99,4%.

  k 97,7% sedangkan

  kenaikan cakupan

  oup Out (DO) juga

  n imunisiasi secara

  nurut kabupaten/kota

 

an Drop Out 

rov. Jabar 

FaskesPemeri

ntah

35,81%

  O DO

,53 6,79

,26 7,15

,57 6,44

,15 4,73

,48 3,45

,63 5,01

,41 3,30

,70 3,80

Page 78: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 78/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  78

b. Imunisasi Ibu Hamil

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Imunisasi TT1 pada tahun 2012

sebesar 79% dari sasaran Ibu Hamil sebanyak 1.044.298 orang, sedangkan cakupan

TT2 sebesar 72.5%.

Gambar V. A. 20Cakupan Immunisasi TT1, TT2 pada Ibu Hamil

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kota tahun 2012 

 Apabila dibandingkan per-Kabupaten/Kota, ternyata yang mempunyai

cakupan Immunisasi TT1 yang tertinggi di Kab. Indramayu yaitu sebesar 111,4% dan

terendah di Kab. Bogor sebesar 57,4%. Immunisasi TT2 tertinggi di Kota Depok

sebesar 106,6% dan terendah di Kota Bandung yaitu sebesar 76,50%. Untuk Secararinci dapat dilihat pada gambar V.A.21.

Gambar V. A. 21Cakupan Immunisasi TT2 menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kota Tahun 2012 

Page 79: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 79/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  79

c. Cakupan UCI desa

Indikator program imunisasi salah satunya adalah Persentase

Desa/Kelurahan yang mencapai “Universal Child Immunization”  (UCI). Desa yang

mencapai UCI adalah desa/kelurahan yang cakupan imunisasi dasar ≥ 80%.

Gambar V. A. 22Cakupan Desa/Kelurahan UCI

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kota dan Bidang Bina PLPP tahun 2012 

Rata-rata cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Jawa Barat sejak tahun

2008 sampai dengan 2012 yaitu sebesar 81,04%, masih diatas target yaitu 80%,

Cakupan UCI tahun 2012 selengkapnya melihat UCI per-kabupaten/kota dapat dilihat

dibawah ini.

Gambar V. A. 23Peta Cakupan Desa/Kelurahan UCI menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Keterangan : Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kota tahun 2012 

< 80 %

= 80 %

> 80 %

Page 80: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 80/138

Page 81: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 81/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  81

Gambar V. B. 1Kunjungan Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit

Di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2007 -2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kota tahun 2012 

b. Kunjungan Rawat Inap di Rumah Sakit

Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari

berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan.

Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata

lama hari perawatan (Length of Stay /LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn

Over /BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval /TOI),

persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase

pasien keluar yang meninggal ≥ 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR).Indikator-indikator tersebut merupakan indikator luaran dan proses pada rumah

sakit. Indikator ini hanya memperlihatkan sejauh mana rumah sakit dimanfaatkan oleh

masyarakat pengguna dan sejauh mana tempat tidur rumah sakit dapat dipergunakan

seoptimal mungkin. Kinerja Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat dari

indikator yang ada didalam gambar dibawah ini :

Gambar V. B. 2Trend Kinerja Rumah Sakit di Provinsi Jawa BaratbTahun 2008 s/d 2012

Sumber : - Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

- Laporan SP2RS

Page 82: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 82/138

Page 83: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 83/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  83

Untuk mengetahui efisiensi pengelolaan pelayanan rumah sakit disajikan analisis

dengan metode grafik Barber Johnson selama tahun 2012.

Metode Barber Johnson merupakan komposit dari 4 indikator pelayanan rawat

inap rumah sakit yang dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan

efisiensi pelayanan rawat inap suatu rumah sakit, yakni. BOR (Bed Occupancy Ratio), AVLOS ( Average Length of Stay ), TOI (Turn Over Interval ), BTO (Bed Turn Over ).

Grafik ini terdiri dari 4 garis, yaitu garis BOR, AvLOS, TOI, dan garis BTO. Biasanya

didalam grafik barber johnson terdapat sebuah area yang biasa disebut daerah efisien.

Daerah Efisien ditentukan dengan nilai-nilai standar dari ke-empat parameter 

tersebut. Nilai-nilai Standar keempat parameter tersebut adalah : BOR : 75%, AvLOS : 3-

9 hari, TOI : 1-3 hari,BTO : 30 kali.Daerah efisien digunakan untuk membantu pembaca

untuk menentukan apakah dengan nilai-nilai keempat parameter tersebut, pemakaian

tempat tidur di sebuah rumah sakit sudah efisien atau tidak. Apabila titik temu keempat

garis tersebut berada pada daerah efisien, maka pemanfaatan tempat tidur sudah

efisien, begitu pula sebaliknya.

Gambar V. B. 3Pemanfaatan Tempat Tidur RSU

di Provinsi Jawa Barat, 2012

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan

yang masuk dari rumah sakit dan dinas

kesehatan kabupaten kota di Jawa

Barat selama periode 2012, diketahui

bahwa tingkat efisiensi pengelolaan

rumah sakit di Provinsi Jawa Barat

belum mencapai tingkat efisiensi yang

ideal.

Pada Grafik Barber Johnson disamping

tampak bahwa titik perpotongan antara

indikator LOS, TOI BOR dan BTO

berada diluar daerah efisien.

Keempat indikator tersebut saling

berkaitan sehingga memerlukan upaya

menyeluruh bila ingin meningkatkan

efisiensi pengelolaan RS.

Rendahnya BOR antara lain disebabkan

indikator LOS berkurang dan indikator 

TOI cukup tinggi. TOI tinggi antara lain

disebabkan karena pengorganisasian

kurang baik, kurangnya perimntaan

tempat tidur.

Bila pengorganisasian bisa diperbaiki maka TOI bisa diturunkan. Antara lain

dengan upaya promosi, peningkatan pelayanan dan realokasi tempat tidur, serta

perbaikan penatalaksanaan bagian penerimaan pasien.

Page 84: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 84/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  84

Gambar V. B. 4Pemanfaatan Tempat Tidur RSU Berdasarkan Kepemilikan

di Provinsi Jawa Barat, 2012RSU Vertikal Kemkes RI RSU Pemda RSU Swasta

RS TNI POLRI RS BUMN RSK Pemerintah & Swasta

Ketererangan : Metode Grafik Barber Johnson

Bagaimana tingkat efisiensi rumah sakit dalam pemanfaatan tempat tidur, dapat

dilihat pada gambar Grafik Barber Johnson diatas yang disajikan berdasarkan RS

Vertikal, RS Pemda, RS Swasta, RS TNI Polri, RS BUMN dan RS Khusus.

Berdasarkan visualisasi Grafik Barber Johnson diatas, tampak tidak ada satupun

kelompok rumah sakit di Jawa Barat yang mempunyai tingkat efisiensi pengelolaan

rumah sakit yang optimal (efisien bila perpotongan garis LOS dan TOI berada di daerah

yang efisien).

Page 85: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 85/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  85

Secara umum yang mendekati daerah efisien adalah Rumah Sakit Umum

Pemerintahan Daerah dan Rumah Sakit BUMN. Berikutnya Rumah Sakit Vertikal dan

Rumah Sakit TNI Polri. Sedangkan untuk gambaran Rumah Sakit Umum Swasta relatif 

hampir sama dengan Rumah Sakit Khusus.

2. Angka Kematian di Rumah Sakit

Jumlah kematian di rumah sakit adalah merupakan indikator dampak dari proses

pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Pada umumnya kematian pasien di rumah

sakit dikelompokan dalam Gross Death Rate (Angka Kematian Kasar di Rumah Sakit)

dan Net Death rate (Angka Kematian Bersih).

Untuk mengetahui mutu pelayanan rumah sakit di Jawa Barat selama tahun

2012 dapat diketahui dari indikator GDR (Groos Death Rate) dan NDR (Net Death Rate),

seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel V. B. 3Angka Kematian Kasar dan Kematian Bersih

Menurut Pemilikan Rumah Sakit Di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2012

Sumber : - Profil Kesehatan Kabupaten/Kota- Laporan SP2RS

Indikator mutu pelayanan rumah sakit GDR bisa memberikan gambaran secara

umum tentang kematian yang terjadi di rumah sakit, tanpa mempertimbangkan

kematian pasien yang baru tiba atau sampai di rumah sakit (dibawah 48 jam).

Kematian yang terjadi pada pasien yang datang kerumah sakit sebelum 48 jam.

Indikator GDR menunjukkan mutu pelayanan Rumah Sakit. Pada tahun 2012 di Provinsi

Jawa Barat sebesar 2,4%, masih dibawah standar yaitu tidak lebih dari 45 per 1000

penderita keluar.

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diterima, indikator GDR seluruh RS

di Jawa Barat rerata nya adalah 24/1000. GDR tertinggi terjadi di RS Vertikal Pusat,

dengan 45/1000. Hal ini wajar karena RS tersebut merupakan rumah sakit rujukan

tertinggi di Jawa Barat, yang banyak menerima pasien dengan kondisi yang sudah kritis/

kompleks. Capaian indikator GDR RS Pemerintah ini sama dengan nilai standar indikator

GDR, yakni 45/1000. Sedangkan yang terendah ada di RS Khusus Swasta dengan nilai

4/1000.

RUMAH SAKIT GDR NDR

RSU Pemerintah (Kemenkes) 4,5 3,1

RSU Pemerintah (Pemda) 3,4 1,6

RSU Swasta 1,7 0,8

RS Khusus Swasta 0,4 0,1

RS Khusus Pemerintah 2,1 1,3

RS TNI/Polri 2,9 1,6

RS BUMN 2,7 1,2

Jawa Barat 2,4 1,2

Page 86: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 86/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  86

Ukuran indikator mutu pelayanan rumah sakit yang lebih sensitif bisa dilihat dari

indikator NDR. NDR hanya menghitung kematian yang sudah dalam penanganan rumah

sakit atau sudah ada di RS lebih dari 48 jam.

Rerata NDR untuk seluruh rumah sakit di Jawa Barat sebesar 12/1000. Relatif 

sudah lebih rendah dibanding standar NDR yang dipersyaratkan yakni 25/1000. Sama

halnya dengan indikator GDR maka untuk NDR yang tertinggi terjadi juga di RS Vertikal

Pusat. Demikian juga terendah ada di RS Khusus Swasta dengan NDR 1/1000.

C. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Masalah gizi penduduk merupakan masalah yang tersembunyi, yang berdampak

pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Kurang asupan dan absorbsi gizi mikro dapat

menimbulkan konsekuensi pada status kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain

(kognitif, sistim imunitas, reproduksi, dan lain-lain). Timbulnya masalah gizi dapat

disebabkan karena kualitas dan kuantitas dari intake makanan (terutama energi dan

protein), dimana secara kronis bersama-sama dengan faktor penyebab lainnya dapat

mengakibatkan maramus atau kwashiorkor.

Sesungguhnya telah banyak upaya penanggulangan masalah gizi yang dilakukan,

akan tetapi, keberhasilan upaya tersebut masih dirasakan belum optimal. Upaya perbaikan

gizi masyarakat merupakan upaya untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi

masyarakat . Indikator gizi masyarakat antara lain status gizi, anemia gizi besi, vitamin A

dan gangguan akibat kekurangan yodium.

1. Status Gizi

Masalah gizi penduduk merupakan masalah yang tersembunyi, yang berdampak

pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Kurang asupan dan absorbsi gizi mikro

dapat menimbulkan konsekuensi pada status kesehatan, pertumbuhan, mental dan

fungsi lain (kognitif, sistim imunitas, reproduksi, dan lain-lain). Timbulnya masalah gizi

dapat disebabkan karena kualitas dan kuantitas dari intake makanan (terutama energi

dan protein), dimana secara kronis bersama-sama dengan faktor penyebab lainnya

dapat mengakibatkan maramus atau kwashiorkor.

Sesungguhnya telah banyak upaya penanggulangan masalah gizi yang

dilakukan, akan tetapi, keberhasilan upaya tersebut masih dirasakan belum optimal.

a. Status Gizi Penduduk Dewasa (15 Tahun Keatas)

Sekitar 63 % penduduk termasuk dalam kategori IMT normal, 15 % kurus

sedangkan 22 % termasuk Obesitas umum /gemuk (Berat Badan Lebih dan obese).

Prevalensi obesitas pada wanita 29 % dan pria 14,3 %. Persentase obesitas ini lebih

tinggi daripada angka nasional (19 %). Prevalensi obesitas sentral (lingkar perut > 80

cm) di Jawa Barat 20,3 % lebih tinggi dari nasional , 18,8 %. Obesitas perlu

Page 87: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 87/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  87

diwaspadai mengingat keadaan tersebut merupakan faktor predisposisi penyakit

sirkulasi darah maupun penyakit degeneratif.

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2010, Prevalensi Status Gizi umur 16-18

Tahun (IMT/U) di Jawa Barat untuk 2 % Status Gizi Sangat Kurus, 8% Kurus, 88%

Normal dan 2,1% Gemuk.

b. Status Gizi Balita

Gizi buruk balita merupakan salah satu faktor risiko yang berdampak pada

lemahnya sumber daya manusia di masa mendatang (lost generation). Tabel berikut

mencantumkan status gizi balita di Provinsi Jawa Barat.

Tabel V. C. 1Status Gizi Balita di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 – 2012

Sumber: Bulan Penimbangan Balita

Berdasarkan data bersumber bulan penimbangan balita (BPB) pada tahun

2012, bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terlihat adanya peningkatan

dimana sebagian besar balita di Jawa Barat 89,91% berstatus gizi baik, namun balita

dengan gizi kurang masih cukup banyak 7,01 % dan gizi buruk sebanyak 0,83 %.

Di lain pihak, data bersumber komunitas dari Riset Kesehatan Dasar tahun

2010 menunjukkan status gizi balita di Provinsi Jawa Barat adalah Prevalensi balita

Gizi Buruk menurun sebanyak 13,33% yaitu dari 15,0%n pada tahun 2007 menjadi

13% pada tahun 2010. Demikian pula halnya dengan prevalensi balita pendek yang

menurun sebanyak 5,35% yaitu dari 35,5% pada tahun 2007 menjadi 33,6% pada

tahun 2010, sedangkan prevalensi balita kurus menurun sebanyak 0,3 persen yaitu

dari 9 % pada tahun 2007 menjadi 11 % pada tahun 2010.

Gambar V. C. 1Status Gizi Balita Buruk, Pendek dan Kurus

Di Provinsi Provinsi Jawa Barat Tahun 2007, 2010

Sumber : Riskesdas Tahun 2007, 2010 

TahunStatus Gizi Balita ( % )

Lebih Baik Kurang Buruk

2008 1,73 86,67 10,58 1,02

2009 1.87 87.56 9.66 0.92

2010 1,71 89,40 7,98 0,91

2011 2,44 89.59 7,16 0,82

2012 2,26 89,91 7,01 0,83

15,0

35,5

9,013,0

33,6

11,0

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

Gizi Buruk Balita Pendek Balita Kurus

2007

2010

Page 88: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 88/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  88

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012, Persentase Balita

Gizi Buruk, apabila dibandingkan per-kabupaten/kota terdapat 13 Kabupaten/Kota

yang berada di atas angka Jawa Barat, yang tertinggi di Kabupaten Cirebon,

sedangkan 3 kabupaten/Kota yang terrendah di Provinsi Jawa Barat yaitu Kota

Bekasi (0,28%), Kabupaten Ciamis (0,31%), Kota Sukabumi (0,35%).Gambar V. C. 2

Persentase Balita Gizi Buruk Hasil Bulan Penimbangan Balitamenurut Kabupaten/Kota, Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

2. Anemia Gizi

Upaya penanggulangan anemia gizi diprioritaskan kepada kelompok rawan yaitu

ibu hamil, balita, anak usia sekolah dan wanita usia subur termasuk remaja putri dan

pekerja wanita.

Terjadinya defisiensi besi pada wanita, antara lain disebabkan jumlah zat besi

yang di absorbsi sangat sedikit, tidak cukupnya zat besi yang masuk karena rendahnya

bioavailabilitas makanan yang mengandung besi atau kenaikan kebutuhan besi selama

hamil, periode pertumbuhan dan pada waktu haid Penanganan defisiensi besi dengan

pemberian suplementasi tablet besi merupakan cara yang paling efektif untuk

meningkatkan kadar Fe/besi dalam jangka waktu yang pendek. Pemerintah melalui

Departemen Kesehatan telah melaksanakan penanggulangan anemia defisiensi besi

pada ibu hamil dengan memberikan tablet besi folat (Tablet Tambah Darah/TTD) yang

mengandung 60 mg elemental besi dan 250 ug asam folat) setiap hari satu tablet selama

90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.

Selama ini upaya penangulangan anemia gizi difokuskan ke sasaran ibu hamil

dengan suplemen besi. Cakupan Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dengan

mendapatkan 90 tablet Besin(Fe3) pada tahun 2012 sebesar 90,32%, apabila cakupan

ini dibandingkan tahun 2010 (82,09%) mengalami kenaikan sebesar 8,23 point, angka ini

sudah mencapai target (90%).

Page 89: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 89/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  89

 Apabila dibandingkan per-Kabupaten/Kota tahun 2012 ternyata terdapat 13

Kabupaten/Kota yang sudah mencapai target dan 13 Kabupaten/Kota yang dibawah

angka Jawa Barat.

Gambar V. C. 3Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe3) Ibu Hamil

Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kotatahun 2012 

3. Kurang Vitamin A

Hasil analisis vitamin A dalam serum mengungkapkan bahwa 50% status vitamin

 A anak balita masih rendah atau marjinal. Hal ini menggambarkan bahwa untuk

mencegah terjadinya kembali prevalensi  xerophthalmia yang tinggi, program

penanggulangan kurang vitamin A perlu diteruskan dengan dukungan konsumsi

makanan sumber vitamin A bagi anak balita.Penanggulangan defisiensi vitamin A pada

anak balita dapat dilakukan dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi

(200.000 IU) setiap 6 bulan sekali, pendidikan gizi ibu di posyandu, fortifikasi bahan

makanan yang banyak dikonsumsi anak balita dengan vitamin A (1.800 IU). Pemberian

satu kapsul vitamin A pada ibu sehabis melahirkan bertujuan untuk meningkatkan kadar 

vitamin A dalam ASI bagi ibu dalam 1-2 minggu, disamping itu pula kepada ibu

menyusui dapat diberikan pendidikan gizi di posyandu tentang pentingnya konsumsi

makanan sumber vitamin A.

Buta senja adalah salah satu gejala kurang vitamin A (KVA). Kurang Vitamin A

tingkat berat dapat mengakibatkan keratomalasia dan kebutaan. Vitamin A berperan

pada integritas sel epitel,imunitas danreproduksi. KVA pada anak balita dapat

mengakibatkan risiko kematian sampai 20-30%. Upaya penanggulangan masalah kurang

vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak

Balita, Bayi dan ibu Nifas.

Persentase Anak Balita mendapatkan vitamin A di Provinsi Jawa Barat pada

tahun 2012 sebesar 81,4%, berkisar antara 103% – 70,9%, cakupan ini apabila

dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 93,35%, mengalami penurunan sekitar 

12,80%.

Page 90: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 90/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  90

 Apabila dibandingkan per-kabupaten/kota ternyata terdapat 16 Kabupaten/Kota

yang diatas pencapaian Jawa Barat, dan yang terendah terdapat di Kota Bekasi

(70,9%). Secara rinci dapat dilihat pada gambar dibawah ini dan lampiran tabel 32.

Gambar V. C. 4Persentase Cakupan Anak Balita Mendapatkan Vitamin A

Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Sumber: Profil Kesehatan kabupaten/Kotatahun 2012 

E. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS

1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di provinsi Jawa Barat menunjukkan adanya

peningkatan kasus penyakit gigi dan mulut pada masyarakat dari tahun ke tahun.

Indikator yang ditetapkan berupa ratio tumpatan dengan pencabutan dengan target 1:1

belum terpenuhi.Hasil RISKESDAS tahun 2007, seperempat penduduk Jawa Barat mengalami

masalah gigi mulut (gimul) dan sepertiganya menerima perawatan dari tenaga medis.

Meskipun menggosok gigi penduduk Jawa Barat sudah cukup tinggi (95,8%)

Perbandingan antara tumpatan yang kurang dari pencabutan (79:100)

menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat untuk memeriksakan penyakit gigi sejak

dini masih rendah sehingga kerusakan gigi yang terjadi tidak dapat ditanggulangi dengan

penambalan, tetapi harus dilakukan pencabutan. Data secara rinci tercantum pada tabel

dibawah ini.

Tabel V. E. 1Hasil Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Jawa Barat,

Tahun 2005-2012

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota

TahunJumlah Tumpatan

Gigi Tetap

Jumlah Pencabutan

Gigi TetapJumlah Total

Rasio

Tambal/Cabut

2005 136.553 238.579 375.132 0,57

2006 225.008 242.114 467.122 0,93

2007 166.174 274.275 440.449 0,61

2008 176.048 236.406 412.454 0,74

2009 145.621 232.980 378.601 0,63

2010 152.208 208.360 360.568 0,73

2011 162.103 227.578 389.681 0,71

2012 142.566 179.853 322.419 0,79

Page 91: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 91/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  91

2. Pelayanan Kesehatan Jiwa

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2007, bahwa Prevalensi gangguan jiwa berat di

Provinsi Jawa Barat 0,2% (kisaran 0,1 – 0,7%), tertinggi di Kota Banjar, terdapat di

semua kabupaten/kota, kecuali di Kabupaten Subang.

Prevalensi Gangguan Mental Emosional di Jawa Barat (20,0%) lebih tinggidibandingkan prevalensi nasional (11,6%). Di antara kabupaten/kota, prevalensi tertinggi

di Kabupaten Purwakarta (31,9%) dan terendah di Kabupaten Kuningan (11,2%).

Prevalensi Gangguan Mental Emosional meningkat sejalan dengan pertambahan

umur. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi pada kelompok umur 75 tahun ke atas

(41,6%) dan terendah pada kelompok umur 15-24 tahun (16,5%). Kelompok yang rentan

mengalami gangguan mental emosional adalah perempuan (24,3%), kelompok yang

memiliki pendidikan rendah (paling tinggi pada kelompok tidak sekolah, yaitu 32,0%),

kelompok yang tidak bekerja (27,6%), tinggal di desa (21,3%), serta kelompok tingkat

pengeluaran per kapita rumah tangga terendah (pada Kuintil 1: 23,6%). Menurut jenis

kelamin gangguan mental emosional pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Keterbatasan SRQ hanya dapat mengungkap gangguan mental emosional atau

distres emosional sesaat. Individu yang dengan alat ukur ini dinyatakan mengalami

gangguan mental emosional akan lebih baik dilanjutkan dengan wawancara psikiatri

dengan dokter spesialis jiwa untuk menentukan ada tidaknya gangguan jiwa yang

sesungguhnya serta jenis gangguan jiwanya.

Page 92: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 92/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  92

BAB VI

SUMBER DAYA KESEHATAN

Penentuan keberhasilan pembangunan kesehatan adalah ketersedian sumber daya

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan baik secara kuantitas maupun secara kualitas.

Sumber daya kesehatan yang diperlukan didalam pembangunan kesehatan antara lain tenaga,

dana, sarana dan prasarana serta teknologi.

A. SUMBER DAYA MANUSIA

Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 yang

termasuk tenaga kesehatan adalah tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi, Tenagakeperawatan meliputi tenaga perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker,

analis farmasi, asisten apoteker, Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi

kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,

administrator kesehatan dan sanitarian.Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.Tenaga

keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.Tenaga keteknisian

medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan,

refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

Pada tahun 2012 jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan di Jawa Barat

sebanyak 76.826 orang. Dengan sebaran tenaga meliputi 47,2% bekerja di Puskesmas,

bekerja di Rumah Sakit 47,3 %, bekerja disarana kesehatan lainnya 1.50% dan berkerja di

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3,5% serta bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Barat 0,51% (Dinas Kesehatan, BP4, BKMM, BKPM).

Proporsi tenaga kesehatan lebih besar dari pada tenaga kesehatan non kesehatan

terdapat di unit kerja Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, sarana Kesehatan lainnya dan Dinas Kesehatan Provinsi

Gambar VI. A.1Sebaran Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Page 93: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 93/138

Page 94: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 94/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  94

1. Tenaga di Puskesmas

Jumlah tenaga di Puskesmas di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 sebanyak

36.266 orang terdiri dari tenaga kesehatan 87,4% dan tenaga non kesehatan 12,6%.

Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis 7,5%, tenaga Perawat 29,3%, tenaga Bidan

39,8%, tenaga kefarmasia 1,8%, tenaga kesehatan masyarakat 1,9%, tenaga sanitasi 2,3%,tenaga gizi 3,6%, tenaga keteknisan medis 1,2%, tenaga keteknisan fisik 0,1% dan tenaga

non kesehatan 12,6%.

Rasio tenaga medis terhadap puskesmas 2,58, ini menunjukkan bahwa rata-rata

puskesmas di Provinsi Jawa Barat mempunyai tenaga medis 2-3 orang (idealnya 3 per 

puskesmas). Sedangkan rasio tenaga medis terhadap penduduk 5-7 orang per 100.000

penduduk.

Rasio tenaga keperawatan terhadap puskesmas 8,43 ini menunjukkan bahwa

rata-rata puskesmas sudah mempunyai tenaga keperawatan sebanyak 8-9 orang.

Sedangkan rasio tenaga keperawatan terhadap penduduk 19-20 orang per 100.000

penduduk. Bila rasio jenis tenaga kesehatan ini hanya memperhitungkan tenaga kesehatan

yang hanya bekerja di pelayanan puskesmas dan jaringannya, maka gambaran rasio

sebagai berikut:

Tabel VI. A. 2Rasio Tenaga Menurut Jenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

a. Tenaga Medis

Proporsi tenaga medis yang bekerja di Puskesmas pada Tahun 2012 sebanyak

2.704 orang yang meliputi Dokter Umum sebesar 70,49%, Dokter Gigi 28,81%, dan

Dokter Spesialis 0,70%

Di Provinsi Jawa Barat rata-rata terdapat 1-2 orang dokter umum bekerja di

puskesmas. Penyebarannya masih belum merata sehingga masih ada puskesmas yang

tidak mempunyai dokter. Sedangkan ratio tenaga medis terhadap penduduk ternyata 1

dokter umum melayani 16.475 orang.

Jenis Tenaga Jumlah %

Ratio Tenaga Kesehatan

Per-

Puskesmas

Per-100.000

penduduk

 A. Tenaga Kesehatan 31.691 87,38 30,2 71,1

1. Medis 2.704 7,46 2,6 6,1

2. Keperawatan 25.067 69,12 23,9 56,3

3..Kefarmasian 649 1,79 0,6 1,5

4.Gizi 1.298 3,58 1,2 2,9

5.Kesmas 682 1,88 0,6 1,5

6. Sanitarian 834 2,30 0,8 1,9

7.Keteknisan Medis 420 1,16 0,4 0,9

8.Keteknisan Fisik 37 0,10 0,0 0,1

B. Tenaga Non Kesehatan 4.575 12,62 4,4 10,3

J u m l ah 36.266 100,00 34,5 81,4

Page 95: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 95/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  95

Rasio dokter gigi terhadap puskesmas sebesar 0,74, artinya belum semua

puskesmas mempunyai tenaga dokter gigi. Bahkan dapat dikatakan seorang dokter gigi

untuk 2 sampai dengan 3 puskesmas. Disamping jumlah yang masih sedikit, faktor 

penyebaran masih merupakan masalah, sehingga rasio dokter gigi dengan puskesmas

pun masih belum merata. Rasio tenaga medis terhadap penduduk ternyata 1 orangdokter gigi melayani 57.187 orang. Pada lampiran Tabel 74 dapat dilihat jumlah tenaga

medis dan sebaran di unit kerja.

Tabel VI. A. 3Rasio Tenaga Dokter Umum dan Dokter Gigi di Puskesmas

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

b. Tenaga Keperawatan

Proporsi tenaga keperawatan yang bekerja di Puskesmas pada Tahun 2012

meliputi BIdan sebesar 33,43% dan Perawat sebesar 30,25%Di Provinsi Jawa Barat rata-rata tenaga keperawatan terdapat 8-9 orang yang

bekerja di puskesmas. Penyebarannya masih belum merata sehingga masih ada

puskesmas kekurangan tenaga keperawatan dengan 1 orang tenaga keperawatan harus

melayani 5,116 orang

Rasio Bidan terhadap puskesmas terdapat 9-10 bidan bekerja di puskesmas.

Disamping jumlah yang masih sedikit, faktor penyebarannya masih merupakan masalah,

sehingga rasio bidan dengan puskesmas pun masih belum merata. Rasio tenaga bidan

terhadap jumlah penduduk yaitu 1 orang bidan maelayani 4.631 orang. Rasio tenaga

bidan dan perawat di puskesmas disajikan pada Tabel VI.A.4 dibawah:

Kabupaten/kotaRasio Dokter 

Umum/penddk

Rasio Dokter 

Umum/Puskesmas

Rasio Dokter 

Gigi/penddk

Rasio Dokter 

Gigi/Puskesmas

 Kab. Bogor 24.581 2,0 68.355 0,7

 Kab. Sukabumi 32.991 1,3 96.334 0,4

 Kab. Cianjur 42.096 1,2 97.005 0,5

 Kab. Bandung 30.067 1,8 70.370 0,8

 Kab. Garut 26.969 1,4 155.072 0,2

 Kab. Tasikmalaya 24.607 1,8 68.901 0,6

 Kab. Ciamis 19.536 1,5 97.680 0,3

 Kab. Kuningan 15.533 1,8 66.017 0,4

 Kab. Cirebon 22.448 1,6 81.160 0,5

 Kab. Majalengka 23.317 1,6 91.476 0,4

 Kab. Sumedang 24.454 1,4 53.567 0,7

 Kab. Indramayu 27.813 1,2 84.830 0,4

 Kab. Subang 39.408 1,0 71.310 0,5

 Kab. Purwakarta 19.191 2,3 44.140 1,0

 Kab. Karawang 23.393 1,9 54.974 0,8

 Kab. Bekasi 33.174 2,2 79.618 0,9

 Kab. Bdg Barat 32.571 1,5 67.973 0,7

 Kota Bogor 10.076 4,1 21.943 1,9

 Kota Sukabumi 15.425 1,3 19.282 1,1 Kota Bandung 20.688 1,6 36.205 0,9

 Kota Cirebon 6.055 2,3 12.111 1,1

 Kota Bekasi 18.833 4,2 27.821 2,8

 Kota Depok 21.599 2,7 42.697 1,3

 Kota Cimahi 13.349 3,2 32.980 1,3

 Kota Tasik 18.660 1,8 43.539 0,8

 Kota Banjar 11.252 1,6 90.015 0,2

 Jawa Barat 23.373 1,8 57.187 0,7

Page 96: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 96/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  96

Tabel VI. A. 4Rasio Tenaga Bidan dan Perawat di Puskesmas

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

2. Tenaga di Rumah Sakit

Jumlah tenaga yang bekerja di Rumah Sakit Tahun 2012 sebanyak 36.362 orang

atau sebesar 47,2% dari seluruh tenaga kesehatan di Jawa Barat. Proporsi tenaga

kesehatan di Rumah Sakit terdiri dari 73,8% tenaga kesehatan dan 26,2% tenaga non

kesehatan.

Proporsi tenaga kesehatan di Rumah Sakit meliputi tenaga medis 14,8% tenaga

keperawatan 48,3%, kefarmasian 4,8%, tenaga Kesehatan masyarakat 0,8%, tenaga

sanitarian 0,5%, tenaga gizi 1,0%, tenaga keterapian fisik 0,6%, dan tenaga keteknisan

medis 3,0%, tenaga non kesehatan 26,2%. Pada Tabel VI.A5 dapat dilihat jenis tenaga dan

rasio tenaga kesehatan di Rumah Sakit per-100.000 penduduk.

Kabupaten/kota  Rasio

Bidan/Pddk

Rasio Bidan

/Puskesmas

Rasio

Perawat/Pddk

Rasio

Perawat/Puskesmas

Kab. Bogor 6.430 7,7 6.455 7,7

Kab. Sukabumi 6.051 6,9 5.060 8,2

Kab. Cianjur 4.516 11,0 3.840 12,9

Kab. Bandung 5.208 10,2 7.128 7,5

Kab. Garut 3.252 11,7 1.828 20,9

Kab. Tasikmalaya 2.857 15,1 2.331 18,5

Kab. Ciamis 2.847 10,6 2.135 14,1

Kab. Kuningan 2.147 13,3 2.545 11,2

Kab. Cirebon 2.500 14,8 1.434 25,8

Kab. Majalengka 2.360 15,8 1.903 19,5

Kab. Sumedang 2.914 12,1 2.604 13,5

Kab. Indramayu 3.096 11,2 1.816 19,1Kab. Subang 3.365 11,1 1.525 24,6

Kab. Purwakarta 3.210 13,8 3.603 12,3

Kab. Karawang 2.968 14,8 2.624 16,8

Kab. Bekasi 6.348 11,3 4.568 15,6

Kab. Bdg Barat 3.958 12,7 5.076 9,9

Kota Bogor 7.900 5,2 4.202 9,8

Kota Sukabumi 4.169 4,9 1.090 18,9

Kota Bandung 9.927 3,4 5.595 6,0

Kota Cirebon 2.365 5,8 1.143 12,0

Kota Bekasi 11.387 6,9 5.734 13,8

Kota Depok 10.674 5,4 8.620 6,7

Kota Cimahi 10.194 4,2 5.497 7,8Kota Tasik 2.502 13,1 1.950 16,8

Kota Banjar 2.433 7,4 1.242 14,5

Jawa Barat 4.187 10,1 3.088 13,7

Page 97: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 97/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  97

Tabel VI. A. 5Jumlah Tenaga di Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

3. Tenaga di Dinas Kesehatan

Jumlah tenaga yang bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012

sebanyak 2.668 orang atau 3,94% dari seluruh tenaga kesehatan di Jawa Barat. Proporsi

tenaga kesehatan Kabupaten/Kota terdiri dari tenaga medis 7,38%, tenaga Keperawatan

15,89%, kefarmasian 4,5%, tenaga Kesehatan masyarakat 19,64%, tenaga sanitarian 6%,

tenaga gizi 4,24%, dan tenaga keteknisan medis 0,6%, tenaga non kesehatan 41,75%.

Pada lampiran Tabel 75 disajikan jumlah dan sebaran tenaga kesehatan di unit kerja di

Jawa Barat.

Tabel VI. A. 6Jumlah Tenaga di Dinas Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Per- Rumah

Sakit

Per-100.000

penduduk

Tenaga Kesehatan 26.821 73,76 98,61 60,21

1.  Dokter Spesialis 3.286 9,04 12,08 7,38

2.  Dokter Umum 1.703 4,68 6,26 3,82

3.  Dokter Gigi 393 1,08 1,44 0,88

4.  Perawat 14.456 39,76 53,15 32,45

5.  Bidan 3.089 8,5 11,36 6,93

6.  Kefarmasian 1.736 4,77 6,38 3,9

7.  Gizi 375 1,03 1,38 0,84

8.  Kesmas 294 0,81 1,08 0,66

9.  Sanitarian 193 0,53 0,71 0,43

10.  Keteknisan Medis 1.073 2,95 3,94 2,41

11.  Keteknisan Fisik 223 0,61 0,82 0,5

Tenaga Non Kesehatan 9.541 26,24 35,08 21,42

J u m l ah 36.362 100 133,68 81,62

Jenis Tenaga Jumlah %

Ratio Tenaga Kesehatan

Per- Rumah

Sakit

Per-100.000

penduduk

Tenaga Kesehatan 1.554 58,25 59,77 3,49

1. 

Medis 197 7,38 7,58 0,442.  Bidan 124 4,65 4,77 0,28

3.  Perawat 300 11,24 11,54 0,67

4.  Kefarmasian 120 4,5 4,62 0,27

5.  Gizi 113 4,24 4,35 0,25

6.  Kesmas 524 19,64 20,15 1,18

7.  Sanitarian 160 6 6,15 0,36

8.  Keteknisan Medis 16 0,6 0,62 0,04

9.  Keteknisan Fisik 0 0 0 0

Tenaga Non Kesehatan 1.114 41,75 42,85 2,5

J u m l ah 2.668 100 102,62 5,99

Jenis Tenaga Jumlah %

Ratio Tenaga Kesehatan

Page 98: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 98/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  98

b. SARANA KESEHATAN

1. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar 

Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 tercatat sebanyak 1.050

buah. Terdiri dari 874 puskesmas tanpa perawatan dan 176 puskesmas dengan

perawatan. Proporsi Puskesmas terhadap penduduk di Jawa Barat sebesar 1 : 42.427atau 2,4 per 100.000 penduduk, hal ini masih dibawah target nasional sebesar 1 :

25.000. Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu tercatat sebanyak 1.579 buah, dengan

Rasio terhadap Puskesmas sebesar 1,52. Untuk Puskesmas kelilingnya terdapat 789

unit (Roda 4), sehingga masih ada puskesmas (261) yang belum mempunyai puskesmas

keliling roda 4.

Jumlah posyandu tahun 2012 berjumlah 50,298 buah, bertambah 4.067 buah

dibanding kondisi 2008. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan peran masyarakat

dalam upaya promotif dan preventif, karena rata rata penambahan jumlah posyandu

periode 2008-2011 hanya 813 buah.

Jumlah puskesmas dan jejaring puskesmas selengkapnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel VI. B. 1Jumlah Puskesmas dan Jejaring Puskesmas

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2012

Tabel VI. B. 2Rasio Puskesmas Terhadap Wilayah Administrasi dan Penduduk

di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2008–2012

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota se Jawa Barat 

Berdasarkan ratio puskesmas terhadap kecamatan, di Provinsi Jawa Barat di

setiap kecamatan sudah ada puskesmas. Bahkan ada yang sudah mempunyai 2

puskesmas (ratio 1.3). Perbandingan puskesmas terhadap kecamatan selama lima tahun

relatif tidak berubah, meskipun jumlah puskesmasnya meningkat. Hal ini dimungkinkan

 jumlah penduduknya juga bertambah.

SARANA 2008 2009 2010 2011 2012

Puskesmas 1.017 1.029 1.039 1.045 1.050

Pusk Pembantu 1.534 1.572 1.579 1.579 1.579

Pusk Keliling (R4) 713 768 781 789 789

Posyandu 46.231 47.215 50.046 50.266 50.298

Rasio Fasilitas Kesehatan 2.008 2.009 2.010 2.011 2.012

Puskesmas/Kecamatan 1,2 1,2 1,3 1,3 1,3

Penduduk/Puskesmas 41.490 41.491 41.438 41.978 42.427

Posyandu/Puskesmas 45,5 45,9 48,2 48,1 47,9

Page 99: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 99/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  99

Perbandingan puskesmas berdasarkan penduduk menurut kabupaten yang

paling mendekati kondisi ideal (standar 1 puskesmas untuk 25 ribu penduduk) adalah

Kuningan (28.548), sedangkan yang paling jauh daerah kabupaten dari kondisi ideal

adalah Kabupaten Bekasi (71.452). Sedangkan untuk wilayah kota, Kota Cirebon

merupakan kota dengan tingkat perbandingan terkecil yaitu satu puskesmas hanyamelayani 13.762 orang. Perbandingan terbesar untuk kota terjadi di Kota Bekasi, satu

puskesmas harus melayani 78.977 orang.

Gambar VI. B. 1Rasio Puskesmas terhadap Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

2. Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan

a. Jumlah Rumah Sakit

Jumlah rumah sakit di Jawa Barat tahun 2012 sebanyak 272 buah, yang

mencakup rumah sakit umum dan khusus milik pusat, pemerintah daerah provinsi,

kabupaten kota, TNI/Polri, BUMN dan swasta (Tabel V.B.3).

Dibanding tahun 2010, pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah rumah

sakit sebesar 4,6% (12 buah). Proporsi peningkatan rumah sakit terjadi pada rumah

sakit swasta 87,5% dan rumah sakit Pemda sebesar 12,5%. Peningkatan rumah sakit

Pemda yaitu RSUD Kab. Tasikmalaya dan RS Gigi dan Mulut Kota Bandung.

Peningkatan rumah sakit swasta antara lain disebabkan adanya peningkatan rumah

sakit ibu/ bersalin menjadi rumah sakit umum, kemudahan proses perijinan rumah

sakit, peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan.Tabel VI. B. 3

Jumlah Rumah Sakit berdasarkan kepemilikanDi Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

RUMAH SAKIT KEMENKES PEM.PROVPEM.KAB/

KOTATNI/POLRI BUMN SW ASTA JUMLAH

RUMAH SAKIT UMUM 2 2 37 17 5 142 205

RUMAH SAKIT JIWA 0 1 0 0 0 1 2

RUMAH SAKIT BERSALIN 0 0 1 0 0 53 54

RUMAH SAKIT KHUSUS LAINNYA 3 2 1 0 0 5 11

JUMLAH  5 5 39 17 5 201 272

Page 100: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 100/138

Page 101: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 101/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  101

Tahun 2012 Rumah Sakit Umum Swasta merupakan rumah sakit yang

memberikan kontribusi tertinggi untuk penyediaan tempat tidur, yakni sebesar 

(48,2%), disusul oleh RSU Pemerintah Daerah sebesar 27,5%. Kontribusi terkecil

berasal dari Rumah Sakit BUMN (1,5%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.Gambar VI. B. 3

ProporsiTempat Tidur berdasarkan Status Kepemilikan Rumah SakitDi Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

c. Ratio Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Terhadap Penduduk.

Total tempat tidur di rumah sakit umum pusat, pemda, swasta, TNI/ Polri dan

BUMN sebanyak 29.059 tempat tidur. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan

penduduk di Jawa Barat tahun 2012 adalah 1 berbanding 1.533, itu berarti satu

tempat tidur untuk melayani 1.533 orang. Hal ini masih dibawah target (1:1000).

3. Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya

Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki sarana produksi dan

distribusi, perbekalan farmasi yang sangat tinggi. Penambahan jumlah sarana dari tahun

ke tahun terus meningkat. Sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat

kesehatan dapat digunakan untuk melihat kemampuan ketersediaan obat dan alat

kesehatan bagi masyarakat. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir terlihat adanyapeningkatan jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan. Hal tersebut dapat

dilihat pada gambar berikut ini.

Rumah Sakit Jml TT % TT

RSU Pemerintah (Kemkes) 1.802 6,2

RSU Pemerintah (Pemda) 8.004 27,5

RSU Swasta 14.006 48,2

RS Khusus Swasta 2.221 7,6

RS Khusus Pemerintah 822 2,8RS TNI/Polri 1.777 6,1

RS BUMN 427 1,5

TOTAL 29.059 100

Page 102: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 102/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  102

Gambar VI. B. 4Jumlah Sarana Produksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tahun 2008 – 2012

Dari data tersebut diatas terlihat perkembangan sarana distribusi dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pembinaan dan

pengawasan harus ditingkatkan. Tujuan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan

adalah untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan

sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau

keamanan.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

1. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaaan kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam

pencapaian suatu tujuan disetiap kegiatan pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa

Barat.

Sumber dana pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Barat berasal dari

 APBN, APBD Provinsi, Hibah Luar Negeri dan lain-lain.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012, pembiayaan

kesehatan terdiri dari APBD Kabupaten/ kota sebesar 71,26% dari total anggaran

pembiayaan kesehatan, sedangkan APBD Provinsi sebesar 8,84% dari total anggaran

pembiayaan kesehatan, APBN sebesar 15,52% dari total anggaran pembiayaan

kesehatan, Pinjaman/ Hibah Luar Negeri sebesar 0,18 % dari total anggaran

pembiayaan kesehatan dan Sumber Pemerintah Lain sebesar 4,19% dari total

pembiayaan kesehatan. Persentase keseluruhan anggaran APBD Kesehatan terhadap

anggaran APBD di Provinsi Jawa Barat baru mencapai 7,96%. Dengan Anggaran

kesehatan per-kapita mengalami kenaikan sebesar 38,39% dari tahun 2010 sebesar Rp.

62,220,51,- menjadi Rp 111.598,- pada tahun 2012.

 Apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota, persentase APBD anggaran

kesehatan terhadap APBD Kabupaten/Kota yang tertinggi berada di Kabupaten Cirebon

(25,92%). Secara rinci dapat dilihat di gambar berikut ini.

Page 103: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 103/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  103

Gambar VI. C. 1Persentase APBD Anggaran Kesehatan Terhadap APBD Kabupaten/Kota Menurut

Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

2. Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yaitu

untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat

miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal

secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi

dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus

kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya. Program ini telah berjalan lima tahun, dan

telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan

masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan jaringannya serta pelayanan

kesehatan di rumah sakit

Peserta Jamkesmas mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif dan

berjenjang dari pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya hingga

pelayanan kesehatan rujukan di RS.

Berdasarkan SUSENAS tahun 2012 persentase Rumah Tangga yang

mendapatkan pelayanan kesehatan gratis melalui Jamkesmas sebanyak 60,47%, 5,36%

Kartu Sehat, 7,35% Surat Miskin dan 26,82% lainnya.

Cakupan kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan di Provinsi Jawa Barat

pada tahun 2012 baru mencapai 42,1%, yang meliputi 5,4% Askes, 0,80 Jamsostek,

24,0% Jamkesmas , dan 11,9% Jamkesda dan asuransi lain-lainnya.

 Apabila dibandingkan antar kabupaten/kota, ternyata terdapat 10 Kabupaten

yang angka diatas angka Jawa Barat dan kabupaten/kota yang tertinggi cakupan

kepersertaan jaminan kesehatan ada di Kabupaten Tasikmalaya (67%), dan yang

terendah terdapat di Kota Bekasi (16,80%).

Page 104: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 104/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  104

Gambar VI. C. 2Cakupan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Peserta Jamkesmas yang mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif dan

berjenjang dari pelayanan dasar di Puskesmas dan jaringannya hingga pelayanan

kesehatan rujukan di Rumah Sakit. Secara keseluruhan Masyarakat miskin yang

mendapatkan peserta Jamkesmas baru mencapai 46,9% dan yang dilayani pelayanan

kesehatan rawat Jalan sebanyak 41,3% dan Rawat Inap sebesar 1,3%. untuk lebih rinci

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar VI. C. 3Persentase Jamkesmas yang

Mendapat Pelayanan Kesehatan

Rawat Jalan MenurutKabupaten/Kota Tahun 2012

Gambar VI. C. 4Persentase Jamkesmas yang

Mendapat Pelayanan Kesehatan

Rawat Inap MenurutKabupaten/Kota Tahun 2012

Page 105: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 105/138

Page 106: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 106/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  106

produktif (0-14 tahun). Semakin besar angka ketergantungan, maka semakin besar 

pula beban yang ditanggung penduduk usia produktif, semakin besar pula hambatan

atas upaya perkembangan daerah.

Tabel VII. A. 2.Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Provinsi-Provinsi

di Pulau Jawa dan Bali Tahun 2012

Sumber : BPS, 2012 

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukan bahwa

penduduk yang berumur muda (0-14 tahun) sebesar 28,10%, yang berumur produktif 

(15-64 tahun) sebesar 66,80%, dan yang berumur tua (>65 tahun) sebsar 5,10%.

Dengan demikian Angka Beban Tanggungan (dependency Ratio) penduduk Indonesia

pada tahun 2012 sebesar 46,8%, sedangkan Provinsi Jawa Barat sebesar 46,3%.

Berdasarkan tipe daerah, angka beban tanggungan di pedesaan lebih besar 

dibandingkan perkotaan yaitu 58,49% berbanding 48,02%.Demikian pula untuk indikator kependudukan lainnya seperti Angka Kesuburan

(TFR), angka Jawa Barat menunjukan ke -2 yang paling tinggi diantara Provinsi-

Provinsi yang ada di Jawa dan Bali. Berikut ini dapat dilihat perbandingan TFR antara

Provinsi di Jawa dan Bali.

Tabel VII. A.3Perbandingan Angka Kesuburan (TFR) Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali

PeriodeTahun 2004, 2005, 2007-2010 dan 2012

Sumber : BPS, 2012 

Dari Riskesdas 2010 dapat diketahui usia perempuan menikah pertama, seperti

terlihat pada Gambar 5.14. Perempuan Indonesia, sudah menikah pada usia yang

Provinsi Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk

1. DKI Jaya 9.869.690 14.852

2. Jawa Barat 44.548.431 1.242

3. Jawa tengah 32.586.588 998

4. DI.Yogyakarta 3.525.870 1.120

5. Jawa Timur 38.006.413 792

6. Banten 11.219.087 1.133

7. Bali 4.055.360 685

Indonesia 245.138.000 127

2004 2005 2007-2010 2012

1. DKI. Jakarta 2,2 2,2 1,5 2,3

2. Jawa Barat 2,8 2,8 2,2 2,5

3. Jawa Tengah 2,1 2,1 2,0 2,5

4. DI. Yogya 1,9 1,9 1,4 2,1

5. Jawa Timur 2,1 2,1 1,7 2,3

6. Banten 2,6 2,6 2,3 2,5

7. B a l i 2,1 2,1 1,7 2,3

Indonesia 2,6 2,6 2,2 2,6

ProvinsiAngka Kesuburan (TFR)

Page 107: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 107/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  107

sangat muda, 10 tahun, selanjutnya pada usia berikutnya proporsi perempuan menikah

pertama ini semakin meningkat sampai dengan usia 19 tahun. Dari Gambar 5.15 dapat

dilihat sekitar 46,4 persen perempuan di Indonesia sudah menikah sebelum menginjak

usia 20 tahun .

Gambar. VII. A. 1Proporsi Perempuan Umur 10-54 tahun menurut Umur Menikah Pertama,

Di Indonesia dan Antara Provinsi Di Jawa-Bali Tahun 2012

3. Ekonomi

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam

menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi nasional

menunjukan bahwa pada tahun 2009 sebesar 4,5% mengalami peningkatandibandingkan tahun 2010 sebesar 6,10% dan tahun 2011 meningkat lagi menjadi

6,50%. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen PDB pengguna, yakni

konsumsi rumah tangga sebesar 5,0%, konsumsi pemerintah sebesar 3,9%,

pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,2% serta ekport mapun impor barang dan

 jasa sebesar 16,9%.

Berdasarkan data jumlah penduduk miskin menurut provinsi dari BPS terdapat

persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata perbedaannya. Lebih dari separuh

penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa yaitu 57,1% tahun 2008 dan

menjadi 55,7% tahun 2011. Selebihnya tersebar di Sumatera 21,5%, Sulawesi 7,2%,

Kalimantan 3,2%, Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 6,9%, Maluku dan Papua 5,5%

(tahun 2011). Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Pulau Jawa

dan Bali Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 108: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 108/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  108

Tabel VII. A. 4Persentase Penduduk Miskin

Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2008-2012

Sumber : BPS 2012 

 Apabila melihat tabel diatas persentase penduduk miskin mengalami

penurunan yang signifikan dari 15,4% penduduk miskin Indonesia tahun 2008 menjadi

11,7% penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Barat pada tahun

2012 sebesar 9,9% menduduki urutan ke 4 setelah Provinsi DI. Yogyakarta (5,9%) dan

dibawah angka Indonesia. Sekitar 15,72% penduduk Miskin di Indonesia berada di

pedesaan dan 9,23% di perkotaan, sedangkan di Jawa Barat 9,09% berada di

perkotaan dan 13,39% di pedesaan.

Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong

kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama

wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerahtertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam,

sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik

sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai

bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal

mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, jumlah

kabupaten tertinggal ditetapkan terdapat 199 kabupaten dari 465 kabupaten/kota di

seluruh Indonesia (42,8%). Jumlah kabupaten tertinggal di Provinsi Jawa Barat

terdapat 2 kabupaten tertinggal yaitu Kabupaten Garut dan Kabupaten Sukabumi.

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diharapkan

dapat meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh

masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat

yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka

kematian bayi dan balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat

terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi masyarakat miskin umumnya.

Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Jamkesmas terdiri dari pelayanan

kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Pemberi pelayanan

2008 2009 2010 2011 2012

1. DKI. Jakarta 4,3 3,6 3,5 3,8 3,72. Jawa Barat 13 12 11,3 10,7 9,9

3. Jawa Tengah 19,2 17,7 16,6 15,8 15

4. DI. Yogya 18,3 17,2 16,8 16,1 5,9

5. Jawa Timur 18,5 16,7 15,3 14,2 13,1

6. B a l i 8,2 7,6 7,2 6,3 5,7

7. Banten 6,2 5,1 4,9 4,2 4

Indonesia 15,4 14,2 13,3 12,5 11,7

ProvinsiPersentase Penduduk Miskin

Page 109: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 109/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  109

kesehatan dasar Jamkesmas adalah seluruh puskesmas dan jaringannya (pustu,

polindes/ poskesdes, pusling) yang berjumlah 8.234 unit. Sedangkan pemberi

pelayanan kesehatan Jamkesmas tingkat lanjut berjumlah 920 dengan rincian sebagai

berikut: 56% rumah sakit pemerintah, 7% rumah sakit TNI/POLRI, 33% rumah sakit

swasta, dan 4% balai pengobatan seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.Gambar. VII. A. 2

Pemberi Pelayanan Kesehatan Jamkesmas di Indonesia

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011

Secara nasional, persentase golongan pengeluaran penduduk per kapita

yang terbesar berkisar 200.000-299.999 rupiah selama sebulan (30,71%), diikuti

dengan golongan pengeluaran 300.00-499.999 rupiah selama sebulan (24,27%) dan

golongan pengeluaran 150.000-199.999 rupiah selama sebulan (19,31%).

 Adapun persentase golongan pengeluaran terbesar di Provinsi Jawa Barat ,untuk golongan pengeluaran 200.000-299.999 rupiah sebesar 31,14%, diikuti dengan

golongan pengeluaran 300.00-499.999 rupiah selama sebulan (26,67%) dan golongan

pengeluaran 150.000-199.999 rupiah selama sebulan (16,86%).

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi

kesehatan masyarakat. Untuk mengambarkan keadaan lingkungan, dipengaruhi

beberapa indikator seperti: persentase rumah tangga terhadap akses air minum,

persentase rumah tangga menurut sumber air minum dan sumber air minum dan

persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitasi buang air besar.

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2010, persentase rumah tangga yang

mempunyai akses terhadap sumber air minum sesuai MDG’s secara nasional sebesar 

66,7%, dan Provinsi Jawa Barat baru mencapai 65,7%.Sedangkan persentase rumah

tangga menurut Akses terhadap air minum berkualitas secara nasional sebesar 67,5

dan Provinsi Jawa Barat sebesar 70,4%.

7%

56%4%

33% RS TNI Polri

RS Depkes/Pemda

Balai-Balai

RS Swasta

Page 110: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 110/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  110

Tabel VII. A. 5Persentase Rumah Tangga Akses Terhadap Air Minum (MDG’s), Air Minum

Berkualitas,Kualitas Fisik Air Minum yang Baik Menurut Provinsidi Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

Sumber : Riskesdas Tahun 2010 

Kategori sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2

kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindungi dan tidak terlindungi. Sumber air 

minum terlindungi terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindungi, sumur 

terlindungi dan air hujan, sedangkan sumber air minum tidak terlindungi terdiri dari

sumur ta, air sungai tak terlindungi, mata air tak terlindung dan lainnya. Secara

Nasional Proporsi rumah tangga yang akses terhadap sumber air minum terlindung

adalah 66,7% dan di Provinsi Jawa Barat baru mencapai sebesar 65,7%. Sedangkan

persentase rumah tangga menurut kualitas fisik air minum yang baik secara nasional

sebesar 90% dan di Provinsi Jawa Barat baru mencapai 92,6%.

Persentase rumah tangga menurut sumber air minum layak di Indonesia

sebesar 41,66% dan jika dibandingkan antar Prrovinsi Pulau Jawa dan Bali, Jawa Barat

(30,37%) menduduki ranking ke tiga dari bawah setelah DKI Jakarta, dapat pada

gambar dilihat dibawah ini

Gambar. VII. A. 3Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Ke Sumber Air Minum Layak

Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2012

Sumber : Susenas 2012

ProvinsiPersentase Rumah Tangga Akses Terhadap

Air Minum(MDG’s)

Air MinumBerkualitas

Kualitas Fisik Air Minum yang Baik

1. DKI. Jakarta 91,4 87,0 92,4

2. Jawa Barat 65,7 70,4 92,6

3. Jawa Tengah 65.2 74,0 94,1

4. DI. Yogya 68,2 76,8 94,3

5. Jawa Timur 64,2 75,1 93,8

6. Banten 69,0 74.2 90,5

7. B a l i 88,8 79,7 95,7

Indonesia 66,7 67,5 90,0

Page 111: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 111/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  111

Secara Nasional sekitar 69,7% rumah tangga menggunakan fasilitas tempat

buang air besar (BAB) milik sendiri, dan 15,8% rumah tangga yang tidak mempunyai

fasilitas tempat BAB. Apabila dibandingkan provinsi di Jawa-Bali, ternyata Presentase

rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat BAB ,ilik sendiri di Provinsi Jawa

Barat (73,5%) menduduki urutan ke-3 setelah Provinsi DI Yogyakarta (75,5%) dan DKIJakarta (77%). Presentase rumah tangga yang menggunakan jenis kloset Leher Angsa

secara nasional sebesar 77,58% dan tempat pembuangan tinja sebagian besar rumah

tangga di Indonesia 59,3% menggunakan tanki septik. Apabila dibandingkan antara

provinsi di Jawa-Bali, Presentase rumah tangga yang menggunakan jenis kloset Leher 

 Angsa Provinsi Jawa Barat sebesar 77,39% menduduki urutan ke 5, dan tempat

pembuangan tinja menggunakan tanki septik di Provinsi Jawa Barat menduduki urutan

terakhir. Presentase rumah tangga menurut Akses terhadap Pembuangan Tinja Layak

sesuai MDG’s di Indonesia sebesar 55,%%. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel VII. A. 6Persentase Rumah Tangga Menggunakan Fasilitas Tempat Buang Air Besar 

(BAB), Jenis Kloset Leher Angsa , Pembuangan Tinja Tanki Septik, PembuanganTinja Layak sesuai MDG’s Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

Sumber : Riskesdas Tahun 2010 

Secara nasional Presentase rumah tangga menggunakan tempat

pembuangan Air Limbah (SPAL) sebesar 13,5% dan 41,3% air limbah rumah tangga

dibuang langsung ke sungai/ parit/ got dan 18,9% dibuang ke tanah (tanpapenampungan). Menurut tempat tinggal, presentase rumah tangga tertinggi yang

memiliki SPAL lebih tinggi di perkotaan (18,7%) dibandingkan di pedesaan (7,9%), dan

berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita menunjukan behwa semakin

tinggi tingkat pengeluarannya, maka semakin besar presentase rumah tangga yang

memiliki SPAL. Akan tetapi pada umumnya rumah tangga di Indonesia masih

melakukan pembuangan limbah langsung ke got/sungai (41,3%). Apabila dibandingkan

antara provinsi di Jawa-Bali, ternyata untuk Presentase rumah tangga menggunakan

tempat pembuangan Air Limbah (SPAL) tertinggi di Provinsi DI. Yogyakarta, sedangkan

Provinsi

Persentase Rumah Tangga Akses Terhadap

FasilitasTempat Buang

Air Besar 

Jenis KlosetLeher Angsa

PembuanganTinja Tanki

Septik

PembuanganTinja Layak

Sesuai MDG’s

1. DKI. Jakarta 99,7 94,14 90,6 82,7

2. Jawa Barat 92,3 77,39 56,7 54,3

3. Jawa Tengah 84,4 80,46 62,4 58,9

4. DI. Yogya 95,5 87,96 76,1 79,2

5. Jawa Timur 81,2 74,94 58,0 54,3

6. Banten 78,1 85,31 67,0 61,2

7. B a l i 87,0 94,82 73,1 71,8

Indonesia 84,2 77,58 59,3 55,5

Page 112: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 112/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  112

Provinsi Jawa Barat (13,9%) menduduki urutan ke 3. Dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel VII.A. 7Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Air Limbah Dan

Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

Sumber : Riskesdas Tahun 2010 

Menurut tempat tinggal, di perkotaan cara penanganan sampah tertinggi

dengan cara diangkut petugas (42,9%), sedangkan di pedesaan yang paling umum

adalah dengan cara dibakar (64,1%). Penanganan sampahnya dibuat kompos sangat

sedikit baik di perkotaan (0,5%) maupun di pedesaan (1,7%).

Untuk penanganan sampah umumnya rumah tangga di Indonesia dilakukan

dengan cara dibakar (52,1%) dan diangkut oleh petugas (23,4%), sedangkan

penanganan sampah di Provinsi Jawa Barat umumnya dilakukan dengan cara dibakar 

(47,9%) menduduki urutan ke 4. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel VII. A. 8Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Penanganan Sampah Dan

Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

Sumber : Riskesdas Tahun 2010 

Tempat Pembuangan

Air Limbah (SPAL)

Penampungan

Tertutup di

Perkarangan

Penampungan

Terbuka di

Perkarangan

Penampungan Di

Luar Perkarangan

Tanpa

Penampungan

(ditanah)

Langsung ke

Got/Sungai

1. DKI. Jakarta 17,0 3,1 0,9 1,1 0,5 77,4

2. Jawa Barat 13,9 7,2 9,6 6,3 4,8 58,3

3. Jawa Tengah 12,5 7,3 17,2 3,8 16,0 43,3

4. DI. Yogya 28,1 17,0 14,8 1,4 15,2 23,4

5. Jawa Timur 11,4 9,1 20,2 5,7 17,4 36,2

6. Banten 9,4 4,5 13,8 6,8 11,9 53,6

7. B a l i 7,4 13,4 9,0 3,8 21,4 45,0

Indonesia 13,5 6,4 14,9 5,0 18,9 41,3

Provinsi

SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Diangkut

Petugas

Ditimbun

Dalam Tanah

Dibuat

Kompos   Dibakar 

Dibuang Ke

Kali /Parit/

Dibuang

Sembarang

1. DKI. Jakarta 82,2 1,9 0,1 9,4 3,4 2,9

2. Jawa Barat 28,6 3,5 0,6 47,9 12,8 6,7

3. Jawa Tengah 17,3 6,2 2,1 57,5 10,5 6,5

4. DI. Yogya 33,1 8,2 3,0 48,6 4,7 2,4

5. Jawa Timur 20,9 6,1 1,3 58,3 7,5 5,9

6. Banten 30,5 2,6 0,4 45,1 7,2 14,2

7. B a l i 28,6 5,0 6,9 45,2 5,9 8,3

Indonesia 23,4 4,2 1,1 52,1 10,2 9,0

Provinsi

Cara Penanganan Sampah

Page 113: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 113/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  113

Berdasarkan Profil Kesehatan Nasional Tahun 2012, hanya 68,69% rumah

penduduk di Indonesia yang tergolong Rumah Sehat dan lebih tinggi jika dibandingkan

dengan target nasional yang ditetapkan sebesar 60%. Pada Gambar. VII. A. 4, pencapaian

tertinggi rumah sehat terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 98,99%, Maluku

sebesar 96,54% dan Bali sebesar 85,11%. Capaian terendah rumah sehat terdapat diSulawesi Tenggara sebesar 18,35%, Kalimantan Tengah sebesar 35,1% dan Kalimantan

Selatan sebesar 43%. Dan Provinsi Jawa Barat masih dibawah angka Indonesia yaitu

sebesar 63,68%. Persentase tempat tinggal yang memenuhi kriteria rumah sehat di

perkotaan (32,5%) lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (16,8%). Apabila dibandingkan

antara Provinsi yang ada di Jawa-Bali, Provinsi Jawa Barat urutan ke dua setelah Provinsi

Banten (57,66%), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Gambar. VII. A. 4Persentase Pencapaian Rumah Sehat Menurut Di Provinsi di Pulau Jawa-Bali

Indonesia Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Nasional 2012 

Rumah tangga kumuh merupakan indikator komposit yang disusun dari

banyaknya rumah tangga dengan kategori air minum tidak layak (bobot 15%), sanitasi

tidak layak (bobot 15%), sufficient living area (bobot 35%) dan durability of housing 

(bobot 35%). Suatu rumah tangga dinyatakan sebagai rumah tangga kumuh apabila

nilai hasil penghitungan indikator komposit rumah tangga lebih dari 35%. Sufficient 

living area adalah luas lantai hunian per kapita > 7,2m2 (Peraturan Menteri Perumahan

Rakyat). Durability of housing  dihitung dari rumah tangga yang menghuni bangunan

dengan kriteria: (i) jenis atap terluas terbuat ijuk/rumbia dan lainnya, (ii) jenis dinding

terluas dari bambu dan lainnya, (iii) jenis lantai terluas tanah. Apabila minimal 2 kriteria

terpenuhi, maka rumah tangga tersebut dapat dikategorikan sebagai rumah tangga

kumuh. Persentase rumah tangga kumuh di Indonesia sebesar 14,60%. Jawa Barat

masih dibawah rata-rata Nasional.

Page 114: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 114/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  114

Gambar. VII. A. 5Persentase Rumah Tangga Persentase Rumah Tangga Kumuh

Menurut Provinsi Di Pulau Jawa-Bali Tahun 2012

Sumber : Susenas 2012 

Berdasarkan jumlah, lokasi STBM terbanyak ada di Jawa Timur dengan

 jumlah desa/kelurahan mencapai 2.838 desa/kelurahan, Jawa Tengah dengan

 jumlah lokasi STBM 1.423 desa/kelurahan. Jumlah terkecil lokasi STBM terkecil

terdapat di DKI Jakarta sejumlah 2 desa/kelurahan dan Bali dengan jumlah 10

desa/kelurahan. Rincian menurut provinsi dapat dilihat.

Gambar. VII. A. 6Persentase Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat Menurut Provinsi Di Pulau Jawa-Bali Tahun 2012

5. Keadaan Perilaku Masyarakat

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh

terhadap derajat kesehatan salah satunya adalah persentase penduduk yang berobat

 jalan selama sebulan yang lalu menurut tempat/cara berobat, dan indikator yang

berkaitan dengan perilaku antara lain Perilaku Bersih Hidup Sehat (PHBS).

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah

tangga berPHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: (1)

Page 115: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 115/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  115

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI ekslusif, (3) menimbang

balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik di rumah sekali

seminggu, (8) makan buah dan sayur setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap

hari, dan (10) tidak merokok di dalam rumah . Pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak60% rumah tangga telah melaksanakan PHBS. Hasil kegiatan pada tahun 2012

menunjukkan sebanyak 56,70% rumah tangga telah melaksanakan PHBS atau 94,5%

dibandingkan target. Secara nasional persentase pencapaian rumah tangga yang ber-

PHBS mencapai 56,70%

Berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2012, penduudk yang mempunyai

keluhan kesehatan selama sebulan terakhir sebesar 28,57%. Jika dibandingkan antara

daerah tempat tinggal perkotaan sebesar 28,59% dan di pedesaan 28,55%. Ada 3 jenis

keluhan yang paling banyak, yaitu batuk (44,96%), Pilek (43,29%), Panas (33,41%)

dan keluhan lainnya (43,29%), sedangkan menurut jenis kelamin persentase laki-laki

yang mengalami keluhan kesehatan lebih besar dibandingkan perempuan untuk ketiga

 jenis penyakit tersebut.

Hasil Susenas 2012, persentase penduduk Indonesia yang memiliki keluhan

kesehatan dan memutuskan untuk berobat jalan ke tempat berobat sebesar 45,21%,

yang paling banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu sebesar 29,97%, diikuti oleh

praktek Dokter sebesar 26,09% dan Petugas Kesehatan sebesar 26,91%, sementara

 jika dilihat daerah tempat tinggal, penduduk pedesaan lebih banyak memanfaatkan

praktek petugas kesehatan sebesar 36,89% dan Puskesmas/Pustu sebasar 31,88%,

sedangkan penduduk perkotaan lebih banyak memanfaatkan fasilitas praktek

dokter/poliklinik sebesar 33,71 dan puskesmas/pustu sebesar 28,08%.

Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan banyak yang mengobati

sendiri dalam upaya pemulihan kesehatannya yaitu sebesar 67,71%, diantaranya

pernah menggunakan obat modern sebesar 71,33%, dan 24,33% obat tradisional serta

4,34% dengan cara pengobatan lainnya.

Secara nasional persentase pencapaian rumah tangga yang ber-PHBS

mencapai 53,89%. Provinsi Jawa Barat berada dibawah angka Nasional yaitu sebesar 

45,90%. Apabila Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan Provinsi yang ada di Pulau

Jawa Bali, menduduki rangking 3 teratas setelah Provinsi Jawa Tengah (77,83) dan

DKI Jakarta (70,90%).

Page 116: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 116/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  116

B. DERAJAT KESEHATAN

1. Mortalitas

a. Angka Kematian Bayi (AKB)

Berdasarkan perhitungan BPS , Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi

Jawa Barat tahun 2007 sebesar 39 per seribu kelahiran hidup dan jikadibandingkan dengan Provinsi lain Jawa Barat menduduki urutan ke 12.

Sedangkan Angka Kematian yang paling kecil adalah Provinsi DKI Jakarta (28 per 

seribu kelahiran hidup) .

Gambar VII. B. 1Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi di Pulau Jawa dan Bali

Pada Tahun 2002-2003, 2007, 2005-2010, 2012

Sumber : BPS

 Angka kematian neonatal periode 5 tahun terakhir mengalami stagnasi.Berdasarkan laporan SDKI 2007 dan 2012 diestimasikan sebesar 19 per 1.000

kelahiran hidup. Kematian neonatal menyumbang lebih dari setengahnya kematian

bayi (59,4%), sedangkan jika dibandingkan dengan angka kematian balita,

kematian neonatal menyumbangkan 47,5%. Hasil estimasi angka kematian

neonatal di atas merupakan AKN dalam periode 5 tahun terakhir sebelum survei,

misalnya pada SDKI tahun 2012 menggambarkan AKN untuk periode 5 tahun

sebelumya yaitu tahun 2008-2012 yang sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.

Keadaan kematian neonatal sejak tahun 1991 diperlihatkan pada gambar dibawah

ini.

Gambar VII. B. 2Angka Kematian Neonatal (AKN) di IndonesiaPada Tahun 2002-2003, 2007, 2005-2010, 2012

Page 117: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 117/138

Page 118: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 118/138

Page 119: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 119/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  119

hidrocefallus (6%), sedangkan untuk anak balita penyebab kematian yang perlu

diperhatikan adalah karena campak 6%, tenggelam 5%, TB 4%.

Tabel VII. B. 3Proporsi Penyebab Kematian pada Anak Berumur 29 Hari - 4 Tahun

Di Indonesia Tahun 2007

Sumber : Riskesdas tahun 2007.

c. Angka Kematian Ibu (AKI)

 Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk mengetahui tingkat

kesadaran perilaku hidup sehat,status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan

lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk Ibu hamil, Ibu waktu

melahirkan dan masa nifas. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

tahun 2012 menunjukan adanya kenaikan dari 228 per 100.000 kelahiran hid 359

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012. Secara rinci dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Gambar VII. B. 4Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) per 100.000 kelahiran hidup

Tahun 1994 - 2012

d. Umur Harapan Hidup (Eo)

Umur Harapan Hidup tahun 2012 di Jawa Barat adalah 68,6 tahun, jika

dibandingkan dengan umur harapan hidup di Provinsi yang berada di Pulau Jawa

dan Bali ternyata ranking ke dua dari bawah dapat dilihat pada Gambar VII. B. 4.

Berdasarkan BPS Estimasi Umur Harapan Hidup pada periode tahun 2000 di

No.29 Hari – 11 Bulan 1 – 4 Tahun

Jenis Penyakit % Jenis Penyakit %

1. Diare 31,4 Diare 25,22. Pneumonia 23,8 Pneumonia 15,53. Meningitis/ensefalitis 9,3 NecroticansEnteroCollitis(NEC) 10,7

4. Kelainansaluranpencernaan 6,4 Meningitis/ensefalitis 8,8

5.Kelainan Jantungcongenitaldan hidrosefalus

5,8 Demamberdarahdengue 6,8

6. Sepsis   4,1 Campak   5,87. Tetanus 2,9 Tenggelam   4,98. Malnutrisi 2,3 TB   3,9

9. TB 1,2 Malaria   2,910. Campak 1,2 Leukemia   2,9

Page 120: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 120/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  120

Indonesia mencapai 68,23 tahun, sedangkan Jawa Barat diperkirakan mencapai

68,16 Tahun.

Gambar VII. B. 5Angka Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo) Menurut

Provinsi di Pulau Jawa Bali Tahun 2010-2012

Sumber : BPS 2010-2012 

Dari diatas terlihat bahwa umur harapan hidup dari tahun 2012 mengalami

peningkatan, dan umur harapan hidup yang tertinggi di Provinsi Jawa - Bali adalah

Provinsi DKI Jakarta (73,5 tahun), sedangkan terendah di Provinsi Banten (65,2 tahun).

2. Morbiditas

 Angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based 

data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data)

yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.Hasil Susenas 2012,

persentase penduduk yang menderita sakit selama bulan terakhir sebanyak 14,49%,

lebih rendah dari tahun 2011 sebanyak 15,02%, dengan rata-rata lama sakit yang

terbanyak sekitar 1-3 hari sebanyak 58,69% dan lama sakit 4-7 hari sebanyak 30,36%.

a. Penyakit Menular 

Penyakit Diare masih merupakan penyebab utama kematian pada balita. Angka kesakitan yang dilaporkan dari sarana kesehatan dan kader per-1000

penduduk terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat menempati urutan keempat terbesar 

bila dibandingkan dengan Provinsi di Pulau Jawa-Bali. Angka kesakitan Diare

masih mengalami Fluktuasi, mengingat banyaknya faktor-faktor yang

mempengaruhi dan masih memerlukan waktu untuk peningkatan seperti sanitasi

lingkungan, sosial ekonomi & sosial budaya serta faktor gizi.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, Prevalensi diare klinis secara

nasional sebesar 9% (rentang 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD dan

terendah di DI. Yogyakarta. Kasus Diare di sebagian besar provinsi (75%)

terdeteksi berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan. Sedangkan Provinsi Jawa

Page 121: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 121/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  121

Barat mempunyai prevalensi diare klinis > 9% yaitu 10,2%. Dan penyakit Diare

merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita

(25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian

yang ke empat (13,2%).

Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi penyakit diare yang dapatmenyebabkan kematian. Secara nasional proporsi responden diare klinis yang

mendapatkan oralit adalah 42,2%, dan Provinsi Jawa Barat sebanyak 35,7%.

Penyakit Diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi pada

Balita (16,7%). Prevalensi diare 13 % lebih banyak di pedesaan dibandingkan di

perkotaan.

 Angka Prevalensi Nasional TB cenderung meningkat bila dibandingkan

antara hasil Riskesdas 2007 Angka Prevalensi TB sebesar 0,4% dan hasil

Riskesdas 2010 sebesar 0,7%. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi pada laki-

laki sebesar 0,8 persen dan pada perempuan 0,6 persen. Berdasarkan

pendidikan prevalensi tertinggi pada kelompok yang tidak pernah sekolah

sebesar 1,1 persen dan terendah pada kelompok tamat SMA sebesar 0,5

persen. Berdasarkan pekerjaan prevalensi tertinggi dapat ditemukan pada

kelompok dengan pekerjaan pertani, nelayan, dan buruh sebesar 0,9 persen dan

terendah pada kelompok yang sedang sekolah dan kelompok dengan pekerjaan

TNI/Polri/Pegawai sebesar 0,4 persen.

Gambar VII. B. 6Angka Prevalensi Tuberkulosis Paru

Provinsi di Pulau Jawa Bali Tahun 2007 dan 2010

Sumber : Riskesdas 2007, 2010 

Jumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak

202.301 kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan kasus baru

BTA+ yang ditemukan tahun 2011 yang sebesar 197.797 kasus. Jumlah kasus

tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi

yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus baru di tiga provinsi

tersebut sekitar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.

Page 122: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 122/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  122

Tabel VII. B. 4Cakupan Penemuan BTA Positif dan Case Detection Rate (CDR)

Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia, Ditjen PPPL Tahun 2012 

Untuk Angka Insidens Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami

peningkatan hal ini disebabkan antara lain dengan tingginya mobilitas dan

kepadatan penduduk, nyamuk penular penyakit DBD tersebar di seluruh pelosok

dan masih banyak menggunakan tempat-tempat penampungan air tradisional

(tempayan,bal,drum dll).

Pada tahun 2012, jumlah penderita DBD di Indoenesia yang dilaporkan

sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang (Incidence

Rate/  Angka kesakitan= 37,11 per100.000 penduduk dan CFR= 0,90%). Terjadi

peningkatan jumlah kasus pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 yang

sebesar 65.725 kasus dengan IR 27,67.

 Apabila dilihat menurut Provinsi yang berada di Pulau Jawa-Bali, maka

terlihat bahwa Provinsi DKI Jakarta menempati urutan pertama tertinggi dengan

 Angka IR 64,48 per 100.000 penduduk pada tahun 2012. Sedangkan Angka

Insidence Rate DBD Jawa Barat mengalami penurunan menjadi 44,85 per 

100.000 penduduk.

 Angka Kesakitan Malaria sejak empat tahun terakhir menunjukan

kecenderungan yang cukup mengkhawatirkan, hal ini diakibatkan antara lain

adanya perubahan lingkungan seperti penebangan hutan bakau, mobilitas

penduduk dari Pulau Jawa ke Luar Jawa yang sebagian besar masih merupakan

daerah endemis malaria dan obat malaria yang resisten yang semakin meluas.

Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2005 – 2012

cenderung menurun yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005

menjadi 1,69 per 1.000 penduduk pada tahun 2012.

Untuk wilayah Jawa dan Bali, API tertinggi adalah Provinsi DI.

Yogyakarta sebesar 0,06 per 1.000 penduduk diikuti Jawa Tengah sebesar 0,03

per 1.000 penduduk. Sedangkan yang terendah terdapat di Provinsi Bali dan DKI

Jakarta. Rincian API dan AMI menurut provinsi Jawa Bali tahun 2012 dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Laki Perempuan L + P Laki Perempuan L + P Laki Perempuan L + P

1. DKI. Jakarta 16.265 11.471 27.736 5.631 3.621 9.252 122,64 74,94 98,18

2. Jawa Barat 33.765 27.038 60.803 19.309 14.170 33.479 88,72 66,03 77,45

3. Jawa Tengah 21.219 17.256 38.475 11.414 8.865 20.279 68,49 52,57 60,48

4. DI. Yogya 1.510 1.152 2.662 742 478 1.220 40,93 26,57 33,91

5. Jawa Timur 23.346 19.358 42.704 14.270 11.315 25.585 76,06 59,40 67,66

6. Banten 8.864 6.664 15.528 5.140 3.568 8.708 98,62 69,70 84,29

7. B a l i 1.681 1.204 2.885 827 614 1.441 44,93 33,96 39,49

Indonesia 187.110 136.976 324.086 117.081 80.366 197.447 97,62 67,11 82,38

BTA Pos itif Ca se De te ction Ra te (C DR ) %Provinsi

  Perkiraan Kasus Menular 

Page 123: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 123/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  123

Tabel VII. B. 5Annual Parasite Incidence (API) Malaria Provinsi

Di Jawa-BaliTahun 2008-2012

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 

Perkembangan penyakit AIDS terus menunjukan peningkatan. Meskipun

berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin

tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra

pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak

aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara

simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran AIDS. Saat ini di Indonesia

telah digolongkan sebagai negara tingkat epidemi dengan prevalensi lebih dari

5%. Jumlah penderita AIDS di Indonesia sebenarnya belum diketahui dengan

pasti. Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan pada tahun 2012 sebanyak

42.887 kasus dan 3.846 kasus diantaranya meninggal dunia.HIV/AIDS memiliki beberapa faktor risiko, yaitu hubungan seksual lawan jenis

(heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks Lelaki (LSL), penggunaan

Narkoba suntik secara bergantian, transfusi darah dan perinatal. Berikut ini

disajikan persentase kasus kumulatif menurut faktor risiko. Berdasarkan jenis

kelamin, proporsi kasus kumulatif AIDS laki-laki lebih besar terhadap perempuan

yaitu 73,7% berbanding 25,8%.

Gambar VII. B. 7Jumlah Kasus Baru Penderita AIDS

10 Provinsi Tertinggi Di Indonesia Tahun 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2012 

2008 2009 2010 2011 2012

1. DKI. Jakarta - - - 0,05 0,002. Jawa Barat 0,58 0,36 0.43 0,47 0,01

3. Jawa Tengah 0,07 0,08 0.10 0,01 0,03

4. DI. Yogya 0,03 0,03 0.01 0,00 0,06

5. Jawa Timur 0,71 0,71 0.10 0,01 0,02

6. Banten 0,17 0,14 0.03 0,03 0,02

7. B a l i 0,03 0,02 0.03 0,00 0,00

Indonesia 0,16 1,85 1.96 1,75 1,69

Annual Parasite Incidence (API) Per 1.000Provinsi

Page 124: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 124/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  124

Menurut provinsi, Jawa Timur merupakan provinsi dengan penemuan

kasus baru AIDS tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar 822 kasus, diikuti oleh

Jawa Tengah dan Bali yang masing-masing sebesar 798 dan 650 kasus.

Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2012 pada kelompok

laki-laki lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok perempuan yaitusebesar 51,6% berbanding 33,0%.

Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49

tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 76,7%. Sedangkan pria

kawin umur 15-54 tahun yang pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 

82,3%.

 Avian Influenza atau flu burung disebabkan oleh infeksi virus influenza

tipe A (H5N1) yang umumnya menginfeksi unggas dan sedikit kemungkinan

menginfeksi babi. Penyakit ini bisa menular kepada manusia dan dapat

menimbulkan penyakit flu yang berakibat kematian. Jumlah kasus flu burung terus

menurun dari tahun ke tahun dari 55 pada tahun 2006 menjadi 9 kasus pada tahun

2012. Secara kumulatif jumlah kasus flu burung pada manusia dari tahun 2005

sampai Desember 2012 sebanyak 192 kasus dengan 160 di antaranya meninggal

(rata-ratacase fatality rate sebesar 83,3%). Menurut jenis kelamin, sebanyak

57,4% (105 orang) terkonfirmasi berjenis kelamin perempuan dan 45,3% (87

orang) pada jenis kelamin laki-laki. Perbedaan sekitar 10% ini perlu diteliti lebih

lanjut apakah jenis kelamin mempengaruhi kekuatan imunitas seseorang terhadap

virus Flu Burung.

Menurut riwayat kontak penderita AI sebanyak 48,9% mempunyai

riwayat keterpaparan secara langsung dengan unggas sakit, mati atau dengan

produk unggas lainnya, 37,23% riwayat keterpaparannya dengan lingkungan,

2,19% keterpaparannya dengan pupuk dan 11,68% kasus riwayat

keterpaparannya tidak jelas.

b. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Immunisasi

Bedasarkan data laporan Sistem Surveilans Terpadu (SST), keadaan

kasus penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi, apabila dibandingkan

dengan Provinsi di Pulau Jawa dan Bali, maka Penyakit Difteri, Tetanus

Neonatorum dan Campak di Jawa Barat menempati urutan ke 2, 3, 1 terbesar di

Pulau Jawa-Bali, jika dibandingkan secara Nasional Penyakit Tetanus Neonatorum

di Jawa Barat menempati urutan ke-7 terbesar, Penyakit Campak menduduki

urutan ke-2 setelah Provinsi Jawa Tengah. Kasus AFP di Indonesia sebanyak

1951 kasus diantaranya 337 Kasus ada di Jawa Barat.

Page 125: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 125/138

Page 126: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 126/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  126

5,5%. Prevalensi penyakit tumor tertinggi pada kelompok ibu rumah tangga dan

tumor terendah pada kelompok responden yang masih sekolah.

Prevalensi penyakit asma secara nasional sebesar 1,9% dan Provinsi

Jawa Barat sebesar 2,5%, Menurut jenis pekerjaan utama, prevalensi penyakit

asma tertinggi terdapat pada kelompok tidak bekerja, disusul kelompok petani/nelayan/ buruh.

Prevalensi Jantung di Indonesia sebesar 0,9% dan Provinsi Jawa Barat

sebesar 1%. Prevalensi penyakit jantung paling tinggi ditemukan pada kelompok

ibu rumah tangga, diikuti kelompok petani/ nelayan/ buruh dan tidak bekerja

Prevalensi penyakit Hipertensi di Jawa Barat sebesar 9,5% lebih besar dari

pada angka Nasional sebesar 7,2%.

Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia adalah sebesar 4,6‰.

Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (20,3‰) yang kemudian

secara berturut turut diikuti oleh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (18,5‰),

Sumatera Barat (16,7‰), dan Prevalensi terendah terdapat di Maluku (0,9‰),

sedangkan Provinsi Jawa Barat 2,2‰ dibawah angka Nasional.

Prevalensi cedera secara keseluruhan antara 3.8%-12.9% dengan

rerata 7.5%. Prevalensi tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara

Timur(12.9%), sedangkan yang terendah terdapat pada Provinsi Sumatera Utara

(3.8%). Ada 15 provinsi yang prevalensi cederanya di atas angka prevalensi

Nasional antara lain Nusa Tenggara Timur (12.9%), Kalimantan Selatan (12.0%),

Gorontalo (11.1%), Sulawesi Tengah (10.2%), DKI Jakarta (10.1%), dan Papua

Barat (10.1%), dan Provinsi Jawa Barat 9,5%, selebihnya dibawah 10%. Urutan

penyebab cedera terbanyak adalah jatuh, kecelakaan transportasi darat dan

terluka benda tajam/ tumpul. Sedangkan untuk penyebab cedera yang lain

bervariasi tetapi prevalensi nyarata – rata kecil atau sedikit .

C. STATUS GIZI

Secara nasional prevalensi balita “gizi buruk” menurun sebanyak 0,5 persen

yaitu dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010. Demikian

pula halnya dengan prevalensi balita pendek yang menurun sebanyak 1,2 persen yaitu

dari 36,8 persen pada tahun 2007 menjadi 35,6 persen pada tahun 2010, dan prevalensi

balita kurus menurun sebanyak 0,3 persen yaitu dari 13,6 persen pada tahun 2007

menjadi 13,3 persen pada tahun 2010.

Prevalensi Provinsi Jawa Barat untuk gizi buruk dan kurang BB/U adalah 13%,

bila dibandingkan dengan prevalensi secara nasional maka Jawa Barat sudah terlampaui.

Demikian juga apabila mengacu pada target MDG (18,5%) dan target pencapaian

program perbaikan gizi pada RPJM tahun 2015 (20%), Jawa Barat sudah melampaui

target tersebut.

Page 127: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 127/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  127

Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam

manajemen gizi buruk adalah keadaan sangat kurus yaitu dengan nilai Z-score < 3,0 SD.

Menurut UNHCR masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi

BB/TB kurus antara 10,1% - 15%, dan dianggap kritis bila diatas 15%.

Status Gizi berdasarkan inikator BB/TB, prevalensi Sangat Kurus di kalanganbalita di Provinsi Jawa Barat adalah 4,6% sedangkan nasional prevalensi sangat kurus

sebesar 6%. Apabila dibandingkan dengan Provinsi di Jawa – Bali, prevalensi Sangat

Kurus di Jawa Barat urutan ke 3 setelah provinsi DI Yogyakarta (2,6%) dan DKI Jakarta

(4,4%).

Berdasarkan kelompok umur, persentase gizi buruk terbesar berdasarkan

hasilRiskesdas 2010 adalah pada kelompok umur 0-5 bulan. Sedangkan berdasarkan

 jeniskelamin, gizi buruk pada laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Indeka Massa Tubuh (IMT) sangat kurus pada anak umur 6-12 tahun sebesar 

4,6%, gizi kurus 7,6%. untuk di kawasan Jawa – Bali paling tinggi Jawa Tengah (5,3%)

dan Jawa Timur (5,3%), sedangkan Jawa Barat sebesar 3,5% dibawah angka nasional.

Demikian juga secara nasional prevalensi kekurusan pada anak umur 13-15 tahun adalah

10,1% terdiri dari 2,7% sangat kurus dan 7,4% kurus, sedangkan prevalensi kekurusan

pada anak umur 13-15 tahun di Jawa Barat sebesar 8,8% yang terdiri dari 2 % sangat

kurus dan 8% kurus.

Prevalensi kekurusan pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional sebesar 

8,9% terdiri dari 1,8% sangat kurus dan 7,1% kurus, sedangkan prevalensi kekurusan

pada remaja umur 16-18 tahun di Jawa Barat sebesar 10% yang terdiri dari 2,8% sangat

kurus dan 6% kurus.

Gambar VII. C. 1Status Gizi Balita Di Provinsi Jawa –Bali Tahun 2010

Status Gizi BB/U Status Gizi TB/U

Status Gizi BB/TB

3,1

9,9

4,9

13,0

-

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

Gizi Buruk Gizi Kurang

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur 

Banten

Bali

Indonesia

16,6   17,1

18,5

17,1

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Sangat Pendek Pendek

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur 

Banten

Bali

Indonesia

Page 128: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 128/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  128

Sumber : Riskesdas Tahun 2010 

Rata-rata kecukupan konsumsi energi perempuan umur 15-49 tahun (usia

reproduksi) secara nasional yang mempunyai risiko sebesar 40,7%. Prevalensi tersebut

lebih tinggi di daerah pedesaan (41,4%), dari pada perkotaan (40,1%) dan Rata-rata

kecukupan konsumsi energi perempuan umur 15-49 tahun (usia reproduksi) di Jawa Barat

sebesar 43,3%. Berdasarkan tingkat pendidikan secara nasional menunjukan pada tingkat

pendidikan terendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD), cenderung lebih tinggi

dibandingkan tingkat pendidikan tertinggi (tamat PT), demikian juga cenderung tinggi pada

kelompok pengeluaran rumah tangga yang terendah.

Berdasarkan Riskesdas 2007, Persentase rumah tangga yang mempunyai

garam cukup iodium (> 30 ppm) secara nasional sebesar 62,3%, sedangkan Jawa Barat

sebesar 58,3 % dibawah nasional. Hal ini masih jauh dari target nasional 2010 yaitu 90 %rumah tangga menggunakan garam cukup iodium.

D. UPAYA KESEHATAN

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Diantaranya adalah memberikan penyuluhan kesehatan, menyediakan

berbagai fasilitas kesehatan, juga program dana kesehatan untuk masyarakat miskin.

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian

pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagaian besar masalah

kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi.

Persentase penduduk yang berobat jalan selama 1 tahun secara nasional

sebanyak 29,26%. Dengan penilaian terhadap pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan yang tidak puas sebanyak 0,19%. Dan Provinsi Jawa Barat peringkat ke-dua

tertinggi di antara kawasan Jawa-Bali. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4,6

6,46,0

7,3

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

Sangat Kurus Kurus

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur 

Banten

Bali

Indonesia

Page 129: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 129/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  129

Tabel VII. D. 1Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Terakhir Terhadap Pelayanan Kesehatan

Selama 1 Tahun Menurut Provinsi Jawa-Bali,

Sedangkan penilaian terhadap pelayanan kesehatan di Rawat Inap selama 5

tahun terakhir secara nasional yang tidak puas 0.91% dan Provinsi Jawa Barat dibawahangka nasional. Secara rinci dapat dilihat perbandingan antara Provinsi di Jawa-Bali

berikut ini.

Tabel VII. D. 2Persentase Penduduk Yang Menjalani Rawat Inap Terhadap Pelayanan Kesehatan

Selama 5 Tahun Terakhir Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali

No Provinsi

Penilaian Pelayanan Kesehatan

SangatPuas

PuasCukupPuas

KurangPuas

TidakPuas

1 DKI Jakarta 13,42 53,02 26,85 4,70 2,01

2 Jawa Barat 4,22 39,71 43,90 11,64 0,53

3 Jawa Tengah 7,77 52,09 35,61 4,12 0,41

4 DI Yogyakarta 5,89 64,63 26,51 1,90 1,07

5 Jawa Timur 9,66 52,71 28,68 7,88 1,06

6 Banten 6,03 46,59 45,37 2,01 -

7 Bali 7,59 57,98 29,14 4,38 0,91

Indonesia 8,22 50,46 33,21 7,29 0,82

Berdasarkan Riskesdas 2007, Kemudahan akses ke sarana pelayanan

kesehatan berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain jarak tempat tinggal dan

waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan, serta status social ekoomi dan budaya.

Sebanyak 94,1 % rumah tangga di Indonesia berada kurang atau sama

dengan 5 km dari sarana pelayanan kesehatan, untuk Provinsi Jawa Barat 96,3% rumah

tangga berada kurang atau sama dengan 5 km dari sarana pelayanan kesehatan dengan

waktu tempuh < 15 menit sebanyak 72,2%. Berdasarkan tingkat pengeluaran rumah tangga

perkapita, terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pengeluaran rumah tangga

semakin dekat jarak dan semakin singkat waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan.

No Provinsi

Penilaian terhadap Pelayanan Kesehatan

Sangat

Puas  Puas

  Cukup

Puas

Kurang

Puas

Tidak

Puas  Jumlah

1 DKI Jakarta 16,39 58,92 21,68 2,70 0,31 100

2 Jawa Barat 5,79 49,87 40,33 3,76 0,25 100

3 Jawa Tengah 6,29 56,30 35,37 1,97 0,07 100

4 DI Yogyakarta 9,33 67,90 20,24 2,33 0,21 100

5 Jawa Timur 9,79 56,44 32,36 1,31 0,11 100

6 Banten 6,46 37,99 47,74 7,59 0,22 100

7 Bali 10,40 64,85 23,11 1,64 - 100

Indonesia 8,34 55,34 32,98 3,15 0,19 100

Sumber : BPS, Statistik Kesehatan 2004

Page 130: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 130/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  130

Tabel VII. D. 3Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak dan Waktu Tempuh

Ke Sarana Pelayanan Kesehatan dan Ke Upaya Kesehatan Berbasis MasyarakatDi Provinsi Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

Sumber : Riskesdas tahun 2007

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2010, presentase rumah tangga yang

memanfaatkan Unit Pelayanan Kesehatan di Indonesia terbanyak ke Puskesmas/Pustu

63,3%, Praktek Bidan 36,8% sedangkan di Provinsi Jawa Barat yang terbanyak ke

Puskesmas/Pustu 65,8%, Praktek Dokter 39,4%. Apabila dibandingkan antara Provinsi di

Jawa-Bali presentase rumah tangga memanfaatkan unit pelayanan kesehatan ke

Puskesmas/Pustu yang terbanyak di Provinsi Jawa Barat, sedangkan yang ke Praktek

Dokter terbanyak di Provinsi DKI Jakarta. Lebih jelas dapat dilihat di tabel dibawah ini.

Tabel VII. D. 4Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Unit Pelayanan Kesehatan

Di Provinsi Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

Sumber : Riskesdas tahun 2010

Persentase rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan posyandu atau

poskesdes, secara keseluruhan di Indonesia sebanyak 27,7% rumah tangga

memanfaatkan pelayanan di posyansu dan poskesdes. Sedangkan Provinsi Jawa Barat

hanya 28,7% Berdasarkan tipe daerah, di perkotaan alas an jenis layanan

posyandu/poskesdes tidak lengkap lebih dominan, sedangkan di pedesaan alas an yang

banyak karena letaknya jauh.

Persentase rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan Polindes/Bidan di

desa di Indonesia adalah 3,9%. Provinsi Jawa Barat baru 2,5% yang memanfaatkanpelayanan Polindes/Bidan di desa.

No Provinsi

Sarana Kesehatan UKBM

Jarak

Tempuh

Waktu TempuhJarak

Tempuh

Waktu

Tempuh≤ 5km

≥ 5km

≤ 15Menit

≥ 16Menit

≤ 1km

≥ 1km

≤ 15Menit

≥ 16Menit

1 DKI Jakarta 58,0 42,0 69,0 31,0 86,8 13,2 88,6 11,4

2 Jawa Barat 48,1 51,9 72,2 27,8 90,9 9,1 93,1 6,9

3 Jawa Tengah 51,4 48,6 75,0 25,0 86,2 13,8 91,3 8,7

4 DI Yogyakarta 47,4 52,6 76,2 23,8 87,6 12,4 93,7 6,3

5 Jawa Timur 47,7 52,3 72,3 27,7 82,2 17,8 89,7 10,3

6 Banten 47,9 52,1 66,3 33,7 93,0 7,0 90,9 9,1

7 Bali 49,5 50,5 75,0 25,0 81,5 18,5 89,3 10,7

Indonesia 47,6 52,4 67,2 32,8 78,9 21,1 85,4 14,6

No Provinsi

Memanfaatkan (%)

RumahSakit

Puskes/Pustu

PraktekDokter 

PraktekBidan

Polindes

Poskesdes

Posyandu

1 DKI Jakarta 41.9 53.5 44.1 19.8 0.3 0.2 17.5

2 Jawa Barat 30.2 65.8 39.4 33.3 2.3 2.5 26.2

3 Jawa Tengah 30.2 61.0 35.7 44.4 7.4 4.2 24.4

4 DI Yogyakarta 45.3 63.3 45.1 24.6 0.7 0.5 29.0

5 Jawa Timur 29.3 60.3 30.5 42.9 8.8 3.2 22.2

6 Banten 32.2 61.5 34.1 42.3 2.0 1.2 30.5

7 Bali 38.6 57.7 54.8 44.7 0.6 0.6 19.6

Indonesia 31.8 63.3 33.1 36.8 6.3 3.9 23.8

Page 131: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 131/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  131

 Apabila menurut jenis pelayanan, banyak dimanfaatkan untuk pengobatan

(82,9%), adapun pelayanan KIA yang terbanyak adalah pemeriksaan bayi/balita (29,2%),

pemeriksaan kehamilan (22,5%). Menurut tipe daerah jenis pelayanan di perkotaan lebih

banyak memanfaatkan polindes/ bidan di desa untuk pelayanan KIA, sedangkan di

pedesaan lebih banyak memanfaatkan untuk pengobatan.Tabel VII. D. 5.

Persentase Rumah Tangga yang Memanfaatkan Polindes/Bidan di DesaMenurut Jenis Pelayanan Di Provinsi Pulau Jawa-Bali Tahun 2007

No ProvinsiPemeriksaan Pengo

batanKehamilan Persalinan Ibu Nifas Neonatus Bayi/Balita

1 DKI Jakarta 38,2 14,2 14,0 12,6 34,7 56,6

2 Jawa Barat 23,2 10,2 10,3 9,7 29,4 78,8

3 Jawa Tengah 15,6 6,4 6,0 5,6 20,5 84,7

4 DI Yogyakarta 33,5 21,3 20,9 17,5 36,2 78,6

5 Jawa Timur 38,2 24,2 24,8 6,2 34,4 85,8

6 Banten 24,6 10,7 11,0 11,7 30,8 82,5

7 Bali 72,0 26,3 16,7 15,8 47,2 85,2

Indonesia 22,5 9,8 9,2 8,2 29,2 82,9

Sumber : Riskesdas tahun 2007 

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan

proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0 -11 bulan).

Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan ≥ 80% jumlah bayi yang ada di

desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.

Pencapaian UCI Indonesia sebesar 79,32%, dan Provinsi DI.Yogya dan DKI Jakarta

memiliki capaian tertinggi sebesar 100%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,8%,

sedangkan Provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke 5 dibandingkan antara provinsi di

Jawa-Bali, dapat dilihat pada gambar VII.D.1. Sementara Drop Out Rate imunisasi

DPT/HB1-Campak pada tahun 2012 sebesar 3,6%. Angka ini lebih rendah dibandingkan

tahun 2011 sebesar 4,4%. Kecenderungan menurun sejak tahun 2006 sampai tahun 2012

artinya semakin sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. DO

rate DPT/HB1-campak diharapkan agar tidak melebihi 5%.

Gambar VII. D. 1Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2012

Page 132: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 132/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  132

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, Cakupan immunisasi lengkap di

Indonesia sebesar 53,8% , dengan cakupan immunisasi lengkap di perkotaan lebih tinggi

(59,1%) dibandingkan di pedesaan (48,3%) dan masih terdapat 12,7% anak 12-23 bulan

yang belum diimunisasi sama sekali. Makin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga makin

tinggi cakupan imunisasi lengkap, demikian juga makin tinggi pengeluaran per kapita makintinggi cakupan imunisasi lengkapnya. Menurut pekerjaan kepala keluarga, tertinggi

cakupan imunisasi lengkap pada kepala keluarga sebagai pegawai negeri/TNI/Polri

(57,7%) dan terendah pada kelompok petani/nelayan/buruh (47,2%). Untuk Persentase

anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan immunisasi lengkap di Provinsi Jawa Barat

sebesar 52,3%. Tidak semua balita dapat diketahui status imunisasi, hal ini disebabkan

karena beberapa alasan, yaitu ibu lupa anaknya sudah diimunisasi atau belum, ibu lupa

berapa kali sudah diimunisasi, ibu tidak mengetahui secara pasti jenis imunisasi, catatan

dalam KMS tidak lengkap/tidak terisi, catatan dalam Buku KIA karena hilang atau tidak

disimpan oleh ibu.

Tabel VII. D. 6Persentase Anak Umur 12-23 tahun yang Mendapatkan Immunisasi Dasar 

Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

No ProvinsiImmunisasi Dasar 

Lengkap Tidak Lengkap Tidak Sama Sekali

1. DKI Jakarta 53.2 41.1 5.72. Jawa Barat 52.3 37.2 10.43. Jawa Tengah 69.0 27.3 3.84. DI Yogyakarta 91.1 8.9 0.05. Jawa Timur 66.0 25.8 8.26. Banten 48.8 38.6 12.6

7. Bali 66.1 28.6 5.4Indonesia 53.8 33.6 12.7

Sumber : Riskesdas tahun 2010 

Pemantauan kesehatan ibu hamil dilakukan pelayanan K1 sebagai aksesibiltas

ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan dan K4 yang dianggap sebagai mutu pelayanan

kesehatan terhadap ibu hamil. Persentase cakupan K4 ibu hamil di Indonesia tahun 2012

sebesar 90,18%, sedangkan Provinsi Jawa Barat 93,30% sudah melewati target SPM

(85%). Dinyatakan pelayanan K4 (berkualitas) berarti secara paripurna ibu telah

mendapatkan pelayanan immunisasi TT-2 dan mendapatkan Fe-3. Akan tetapi selama

beberapa tahun terakhir ini tidak terlihat keterkaitan atau sinkronisasi antar varibel tersebut.

Page 133: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 133/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  133

Tabel VII. D. 7Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil Meliputi K-1, K-4, TT-2, Fe-3

Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2012

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2012 

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan antar 43,54% - 97,95%. Persentase persalinan yang ditolong tenaga

kesehatan terlatih (cakupan Pn) di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 88,64%. Angka

ini telah berhasil memenuhi target Tahun 2012 sebesar 88% .Cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi di Pulau Jawa-Bali tahun 2012,

dengan cakupan tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat (97,34%) dan terendah di

Provinsi Jawa Timur (85,87%).

Persentase Tempat Ibu melahirkan menurut tempat persalinan lima tahun

terakhir di Indonesia, ternyata 55,4% ibu melahirkan di fasiltas sarana kesehatan, 43,2% di

rumah dan 1,4% di Polindes/Poskesdes. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat, Ibu yangmelahirkan terbanyak di Fasilitas Kesehatan sebesar 53,4%. Apabila dibandingkan antara

Provinsi di Jawa-Bali, tertinggi ibu melahirkan di falisitas kesehatan adalag di Provinsi DI

Yogjakarta (94,5%), dan terendah di Provinsi Jawa Barat , secara rinci dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel VII. D. 8Persentase Ibu Melahirkan Anak Terakhir Menurut Tempat Persalinan

Lima Tahun Terakhir Dan Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

Sumber : Riskesdas Tahun 2010 

PROVINSI K1 K4 PN TT2 FE 3

1. DKI. Jakarta 99,85 96,37 89,85 77,09 101,90

2. Jawa Barat 99,68 93,30 97,34 107,63 89,303. Jawa Tengah 98,89 95,65 98,62 76,46 91,10

4. DI. Yogya 100,00 90,46 89,12 51,10 89,60

5. Jawa Timur  96,99 90,87 85,87 23,01 83,80

6. Banten 99,60 84,43 95,82 84,04 87,20

7. B a l i 97,58 94,45 88,89 100,02 92,70

Indonesia 96,84 90,18 88,64 71,19 85,00

No ProvinsiPelayanan Kesehatan

Fasilitasi

Kesehatan

Polindes/

Poskesdes

Rumah/Lainnya

1 DKI Jakarta 94,4 0 5,6

2 Jawa Barat 53,4 0,3 46,3

3 Jawa Tengah 67,6 0,4 32

4 DI Yogyakarta 94,5 0,3 5,2

5 Jawa Timur 81,3 2,8 15,8

6 Banten 55,9 0 44,1

7 Bali 89,3 1,6 9,1

Indonesia 55,4 1,4 43,2

Page 134: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 134/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  134

Pemeriksaan neonatus dalam Riskesdas 2010 sebanyak 60,6 persen neonatus

umur 3-7 hari (KN1) dan 37,7 persen neonatus umur 8-28 hari (KN3) mendapatkan

pemeriksaan dari tenaga kesehatan. Hasil tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan

hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 57,6 persen dan 33,5 persen. Menurut tipe daerah,

pemeriksaan neonatos pada tahun 2010 di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan.Terdapat hubungan positif antara pemeriksaan neonatus dengan tingkat pendidikan

kepala keluarga maupun tingkat pengeluaran per kapita. Semakin tinggi tingkat pendidikan

kepala rumah tangga maupun pengeluaran per kapita, semakin tinggi persentase cakupan

pemeriksaan kesehatan pada neonatus.

Tabel VII. D. 9Persentase Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi

Di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

No ProvinsiKunjungan Neonatus KN

Lengkap6 - 48 jam 3 - 7 hari 8 - 28 hari1 DKI Jakarta 84,70 72,80 59,20 52,802 Jawa Barat 67,60 65,60 45,60 37,803 Jawa Tengah 82,60 71,00 48,00 40,204 DI Yogyakarta 96,20 83,70 77,10 71,205 Jawa Timur 77,70 74,30 49,00 41,606 Banten 61,80 55,70 37,10 30,407 Bali 86,70 66,70 58,20 48,80

Indonesia 71,40 61,30 38,00 31,80Sumber : Riskesdas Tahun 2010 

Proporsi wanita umur 10-49 berstatus kawin yang sedang menggunakan/

memakai alat KB di Indonesia, menurut Riskesdas tahun 2010 sebesar 55,8%, Proporsi

wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin yang pernah menggunakan/memakai

alat KB 25,7%. Apabila dibandingkan antara Provinsi di Pulau Jawa-Bali, cakupan wanita

yang sedang menggunakan alat KB, tertinggi pada Provinsi Bali (65,4%), diikuti dengan

Provinsi Jawa Barat (59,8%).

Tabel VII. D. 10Proporsi Wanita Umur 10-49 Menurut Status Penggunaan/Memakai Alat KB Dan

Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2010

No Provinsi

Wanita Umur 10-49 Berstatus Kawin

SedangMenggunakan/

Memakai Alat KB

 Yang PernahMenggunakan/

Memakai Alat KB

Tidak PernahSama Sekali

1 DKI Jakarta 51,2 28,5 20,3

2 Jawa Barat 59,8 28,4 11,8

3 Jawa Tengah 59,4 25,2 15,4

4 DI Yogyakarta 55,3 27,1 17,6

5 Jawa Timur 59,4 22,9 17,7

6 Banten 56,8 28,8 14,5

7 Bali 65,4 18,0 16,6

Indonesia 55,8 25,7 18,4

Sumber : Riskesdas Tahun 2010

Page 135: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 135/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  135

E. SUMBER DAYA KESEHATAN

Secara Nasional, pada periode tahun 2008-2011, jumlah Puskesmas (termasuk

Puskesmas Perawatan) terus meningkat dari 8.548 unit pada tahun 2008 menjadi 9.321

unit pada tahun 2011. Dalam periode tahun itu, rasio Puskesmas terhadap 100.000

penduduk berada dalam kisaran 2,06 – 15,99 per 100.000 penduduk, ini berarti bahwapada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 2-15 unit. Terdapat

5 lima provinsi dengan rasio Puskesmas per 100.000 penduduk berada di bawah 3,0 yaitu

Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Angka tersebut

menunjukkan bahwa satu Puskesmas di 5 provinsi tersebut rata-rata melayani lebih dari

30.000 penduduk.

Jika dilihat Tabel dibawah ini terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat mempunyai

angka Puskesmas per-100.000 penduduk yang terendah ke-kedua (2,34) baik secara

Nasional maupun dibandingkan antar Provinsi di Pulau Jawa-Bali. Apabila dibandingkan

dengan Provinsi yang berada di Jawa dan Bali, Jawa Barat menempati urutan ke-lima.

Tabel VII. E. 1.Jumlah Puskesmas dan

Rasio Puskesmas per-100.000 PendudukMenurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2008-2012

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 

Jumlah Puskesmas perawatan pada tahun 2011 sebanyak 3.019 unit meningkat

menjadi 3.152 unit pada tahun 2012. Puskesmas yang melaksanakan Pelayanan Obstetrik

dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) sampai tahun 2012 tercatat berjumlah 2.570 unit

terdiri dari Puskesmas perawatan 1.960 unit (76,41%) dan Puskesmas non perawatan 605

unit (23,59%).Demikian juga dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat berbagai upaya dilakukan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada

di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Poliklinik Desa), Toga (Tanaman Obat

Keluarga, POD (Pos Obat Desa dan sebagainya. Secara nasional Rasio Posyandu

terhadap Desa/Kelurahan adalah 3,47 atau rata-rata pada tiap desa/kelurahan terdapat 3-4

Posyandu. Dan Provinsi Jawa Barat Rasio Posyandu terhadap Desa/Kelurahan sebesar 

7,83. Rasio Desa Siaga di Indonesia terhadap desa/kelurahan adalah 0,32. Apabila

dibandingkan antara Provinsi di Pulau Jawa – Bali, ternyata Rasio Desa Siaga terhadap

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

1. DKI Jakarta 351 339 341 341 340 3,84 3,68 3.55 3.50 3,44

2. Jawa Barat 1.017 1.029 1.039 1.045 1.050 2,44 2,43 2.43 2.38 2,34

3. Jawa Tengah 842 849 867 867 873 2 58 2 58 2.68 2.67 2 68

4. DI Yogyakarta 120 119 121 121 121 3,46 3,40 3.50 3.47 3,43

5. Jawa Timur 940 944 946 955 960 2,53 2,53 2.52 2.53 2,53

6. Banten 194 196 217 225 228 2,02 2,00 2.04 2.06 2,037. Bali 114 114 114 114 118 3,24 3,21 2.93 2.87 2,91

Indonesia 8.548 8.737 9.005 9.321 9.510 3,25 3,78 3.79 3.86 3,89

ProvinsiJumlah Puskesmas Rasio Puskesmas per-100.000

Page 136: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 136/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  136

desa/kelurahan terbesar adalah di Provinsi DKI Jakarta (4,4) dan terendah terdapat di

Provinsi Banten (0,33).

Tabel VII. E. 2.Rasio Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Terhadap

Desa/Kelurahan Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2011

Provinsi

Rasio Sarana UKBM terhadapDesa/Kelurahan

Posyandu Desa Siaga

1. DKI Jakarta 15,88 4,02

2. Jawa Barat 7,78 0,68

3. Jawa Tengah 5,56 0,10

4. DI Yogyakarta 12,24 0,575. Jawa Timur 5,35 0,78

6. Banten 6,63 0,31

7. Bali 6,61 0,92

Indonesia 3,47 0,32

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011

Pada tahun 2011, jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia sebanyak 1.721 buah,

yang terdiri dari 35,74% Rumah Sakit yang dikelola atas milik Kemenkes/ Pemerintah,

7,78% milik TNI/Polri, 4,47% milik Departemen lain/BUMN dan 52,01% milik Swasta.

Tabel VII. E. 3Jumlah Rumah Sakit Menurut Kepemilikan

Di Provinsi Pulau Jawa-Bali Tahun 2011

ProvinsiDepkes/Pemda

TNI/POLRI

DepartemenLain/BUMN

SwastaSemua

RS1. DKI Jakarta 16 9 7 100 1322. Jawa Barat 44 13 6 137 200

3. Jawa Tengah 59 11 3 152 225

4. DI Yogyakarta 9 2 1 39 515. Jawa Timur 58 21 14 94 1876. Banten 9 2 2 33 46

7. Bali 12 2 0 29 43

Indonesia 615 134 77 895 1.721

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011

Pada tahun 2000 – 2011, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk

relatif berkisar antara 54 - 55 per 100.000 penduduk dan rasio Tempat Tidur di RumahSakit terhadap penduduk Jawa Barat adalah 1 : 1.430 artinya 1 tempat tidur diperuntukkan

bagi 1.430 penduduk. Angka ini jauh lebih rendah dari Provinsi-Provinsi lain di Jawa dan

Bali. Apabila dibandingkan secara Nasional, Provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke-

enam. Apabila dibandingkan dengan Provinsi di Jawa-Bali, Provinsi Jawa Barat ke-dua

terakhir dan dibawah nasional.

Rasio Tenaga kesehatan terhadap 100.000 penduduk secara nasional adalah

195,88 dan apabila dibandingkan antara Provinsi di Jawa-Bali, ternyata Provinsi Jawa

Barat menduduki urutan ke-empat dari bawah yaitu sebesar 114,40.

Page 137: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 137/138

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012  137

Tabel VII. E. 4.Jumlah Sumber Daya Manusia Menurut Provinsi di Pulau Jawa-Bali Tahun 2012

ProvinsiDokter 

Spesialis

Dokter 

Umum

Dokter 

Gigi

Kefarma

sianBidan Perawat Lain-lain

Non

Kesehata

n

Jumlah

Tenaga

1. DKI Jakarta 4.339 2.382 1.211 1.775 2.165 13.667 2.278 11.061 38.878

2. Jawa Barat 3.503 3.804 1.535 2.387 11.578 22.003 6.253 15.738 66.8013. Jawa Tengah 3.529 4.786 1.205 3.801 15.494 21.728 9.732 22.136 82.411

4. DI Yogyakarta 1.231 1.289 431 1.689 1.539 5.114 1.947 5.840 19.080

5. Jawa Timur 4.258 4.117 1.591 4.335 14.547 27.152 8.549 25.834 90.383

6. Banten 1.058 1.146 525 664 3.099 5.694 1.979 3.279 17.444

7. Bali 925 929 263 524 2.038 4.609 2.508 4.641 16.437

Indonesia   27.333 37.364 11.826 31.223 126.276 235.496 97.904 139.812 707.234

Page 138: Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

8/17/2019 Cetak Profil Kesehatan Revisi 11

http://slidepdf.com/reader/full/cetak-profil-kesehatan-revisi-11 138/138

BAB VIII

PENUTUP

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 ini merupakan gambaran situasi

kesehatan masyarakat di Jawa Barat. Sampai saat ini Pembangunan Kesehatan masih

merupakan kebutuhan masyarakat yang akan makin meningkat terus menerus, sesuai dengan

perkembangan pembangunan khususnya di Jawa Barat. Untuk itu upaya-upaya bidang

kesehatan perlu ditingkatkan dalam rangka mendukung Visi Jawa Barat yaitu “Tercapainya

Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera Tahun 2008 - 2013”

Diharapkan keberadaan profil kesehatan tersebut dapat dijadikan sebagai sumber 

informasi kesehatan di era desentralisasi dan otonomi daerah dan dapat sebagai alat

pemantau keberhasilan Indikator Provinsi Jawa Barat Sehat Tahun 2012 serta sebagai bahan

perencanaan, pengambilan kebijakan dan perumusan di bidang kesehatan untuk terwujudnya

pelayanan yang bermutu dan berkualitas serta adil dan merata, sehingga dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, yang akan berdampak pada peningkatan Indek Pembangunan

Manusia di Provinsi Jawa Barat.

Harapan kami, saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan buku ini

sangat kami harapkan.