cerpen niana
TRANSCRIPT
REALITA
Sudah empat jam aku berhadapan dengan laptop merah jambu milik kakakku. Mataku sakit,
kepalaku pusing, perutku mulai mual. Tapi pikiranku masih buntu. Peringatan di salah satu blog yang
aku kunjungi tadi yang membuat halaman microsoft word yang dari tadi aku pelototi masih kosong
melompong. Perlahan jariku mulai menekan keyboard dengan ragu, menekan huruf-huruf lalu
menekan tombol back space. Menekan huruf-huruf lagi dan menekan tombol back space. Begitu
seterusnya. Sampai jarum pendek jam dinding winnie the pooh di kamarku menunjukkan pukul 10
malam, sedangkan jarum panjang mulai bergerak ke angka 2. Hh...... aku pun berbaring sebentar
dengan maksud mengistirahatkan mata sejenak. Pikiranku kembali pada blog seorang laki-laki yang
tidak aku kenal, di blog tersebut dia mencantumkan sebuah cerpen, dan tak berapa lama kemudian
muncul peringatan yang sudah diatur otomatis untuk muncul apabila ada yang mengunjungi blog
tersebut “HARGAI HAK CIPTA. MOHON CANTUMKAN NAMA PENULIS BILA INGIN MENYALIN”.
Kalimat inilah yang membuatku masih belum bisa melampiaskan hasrat untuk tidur di atas kasur
empuk dan memeluk guling kumal kesayanganku.
“Bahasa cewek itu lebih bagus, pemikirannya juga lebih kreatif! Bener nggak dik?” tanya Rifki pada
Dikki yang sedang asyik makan kuaci.
“Pastinya. Cewek itu rajin, apalagi cewek yang seperti kalian ini,” ucap Dikki bersemangat.
“Kalian sedang butuh uang ya?” tanyaku spontan.
“Hahahaha jahat ah. Mungkin mereka sedang lapar dan tidak membawa uang,” sambung Ana.
“Sama saja, sudah yuk, kita ke kantin. Aku yang traktir deh.” Entah kenapa aku sedang berbaik hati
saat itu.
Diperjalanan menuju kantin..
“Eh, kita dapat tugas dari Bu Wisnu, karena kita kan belum menampilkan drama,” ucap Rifki tiba-
tiba. “Apa tugasnya?” tanya Ana.
“Disuruh membuat cerpen,” ucap Rifki singkat.
Aku dan Ana saling berpandangan. Sepertinya aku mulai tahu apa maksud Rifki dan Dikki memuji
kami tadi. “Kalau begitu yuk kita kembali ke kelas, kalian berdua saja yang ke kantin ya,” ucapku
cepat sambil menarik tangan Ana. Kami pun berlalu dari hadapan kedua sahabat laki-laki kami.
“Yah, kamu sih ki ngasih taunya sekarang. Coba pas kita sudah sampai di kantin. Sudah memesan
makanan. Aku lapar sekali sekarang,” protes Dikki.
“Iya ya, tapi sudahlah, kamu kan tadi sudah makan kuaci,” ucap Rifki cepat dan berlalu,
meninggalkan Dikki yang memasang tampang prihatin.
“Gimana ini Na? Kita harus mengumpulkan cerpennya besok,” tanyaku pada Ana.
“Yasudahlah kita cari di internet saja! Tapi modemku sedang rusak. Kamu saja ya yang cari nanti
malam?”
“Betul juga! Buat apa dari tadi kita pusing-pusing dengan tugas ini. Oke nanti malam biar aku yang
cari. Ini sih 5 menit juga akan selesai,” ujarku bersemangat.
Akupun tersadar dari lamunanku. Jarum panjang jam winnie the pooh di kamarku sudah
bergerak ke angka 6. Ternyata sudah hampir dua puluh menit aku melamun. Segera aku paksa badan
ini untuk bangun dan duduk kembali di hadapan laptop merah jambu yang setia menemaniku malam
ini. Pekerjaan yang aku kira dapat terselesaikan dalam waktu 5 menit, tenyata hampir 5 jam belum
dapat aku selesaikan.
Keesokan paginya disekolah...
“Halo Ana, Nia, bagaimana dengan tugas kita?” tanya Dikki dan Rifki tiba-tiba.
“Ini kami sedang membuatnya,” ucap Ana santai.
“Loh memangnya semalam kalian kemana saja? Mengapa kalian mengabaikan tugas dari Bu Wisnu?”
“Iya, kalian tahu tidak tugas cerpen itu akan mempengaruhi nilai rapor kita?” sambung Rifki.
“Kami berdua benar-benar kecewa..” ucap Dikki dengan mimik sok serius.
“Hei, kalian kira membuat cerpen semudah dengan membuka kulit kuaci?” ujar Ana sambil menjitak
kepala Dikki. Dikki menjitak kepala Rifki. Rifki menjitak kepalaku. Aku menjitak kepala Ana. Lalu kami
main jitak-jitakan.
“Sudah, sudah.. kalau begini terus tidak akan selesai. Lebih baik kita kerjakan bersama-sama,” ucap
Ana menghentikan tindakan bodoh kami.
Akhirnya Dikki mengusulkan untuk membuat cerpen dari kejadian yang telah kami alami.
Kejadian saat Rifki meminta kami membuat cerpen. Kejadian saat Dikki makan kuaci. Kejadian saat
aku menjitak kepala Ana. Akhirnya cerpen kami selesai. Kami sangat puas. Aku sangat berterima
kasih kepada laki-laki pemilik blog yang kemarin aku kunjungi. Kalau saja aku tidak membaca
peringatan tersebut mungkin kami sudah membohongi Bu Wisnu dengan mengumpulkan cerpen
yang bukan hasil karya kami.
OLEH :AnaIlmanian Nafi’ah
Dikki FitriansyahRifqi AmanullahTiara Nugrania
Kelas XII PA 4SMA NEGERI 1 PONTIANAK