cerpen niana

6
REALITA Sudah empat jam aku berhadapan dengan laptop merah jambu milik kakakku. Mataku sakit, kepalaku pusing, perutku mulai mual. Tapi pikiranku masih buntu. Peringatan di salah satu blog yang aku kunjungi tadi yang membuat halaman microsoft word yang dari tadi aku pelototi masih kosong melompong. Perlahan jariku mulai menekan keyboard dengan ragu, menekan huruf-huruf lalu menekan tombol back space. Menekan huruf-huruf lagi dan menekan tombol back space. Begitu seterusnya. Sampai jarum pendek jam dinding winnie the pooh di kamarku menunjukkan pukul 10 malam, sedangkan jarum panjang mulai bergerak ke angka 2. Hh...... aku pun berbaring sebentar dengan maksud mengistirahatkan mata sejenak. Pikiranku kembali pada blog seorang laki-laki yang tidak aku kenal, di blog tersebut dia mencantumkan sebuah cerpen, dan tak berapa lama kemudian muncul peringatan yang sudah diatur otomatis untuk muncul apabila ada yang mengunjungi blog tersebut “HARGAI HAK CIPTA. MOHON CANTUMKAN NAMA PENULIS BILA INGIN MENYALIN”. Kalimat inilah yang membuatku masih belum bisa melampiaskan hasrat untuk tidur di atas kasur empuk dan memeluk guling kumal kesayanganku. “Bahasa cewek itu lebih bagus, pemikirannya juga lebih kreatif! Bener nggak dik?” tanya Rifki pada Dikki yang sedang asyik makan kuaci. “Pastinya. Cewek itu rajin, apalagi cewek yang seperti kalian ini,” ucap Dikki bersemangat. “Kalian sedang butuh uang ya?” tanyaku spontan.

Upload: ana-ilmanian

Post on 12-Aug-2015

14 views

Category:

Art & Photos


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cerpen niana

REALITA

Sudah empat jam aku berhadapan dengan laptop merah jambu milik kakakku. Mataku sakit,

kepalaku pusing, perutku mulai mual. Tapi pikiranku masih buntu. Peringatan di salah satu blog yang

aku kunjungi tadi yang membuat halaman microsoft word yang dari tadi aku pelototi masih kosong

melompong. Perlahan jariku mulai menekan keyboard dengan ragu, menekan huruf-huruf lalu

menekan tombol back space. Menekan huruf-huruf lagi dan menekan tombol back space. Begitu

seterusnya. Sampai jarum pendek jam dinding winnie the pooh di kamarku menunjukkan pukul 10

malam, sedangkan jarum panjang mulai bergerak ke angka 2. Hh...... aku pun berbaring sebentar

dengan maksud mengistirahatkan mata sejenak. Pikiranku kembali pada blog seorang laki-laki yang

tidak aku kenal, di blog tersebut dia mencantumkan sebuah cerpen, dan tak berapa lama kemudian

muncul peringatan yang sudah diatur otomatis untuk muncul apabila ada yang mengunjungi blog

tersebut “HARGAI HAK CIPTA. MOHON CANTUMKAN NAMA PENULIS BILA INGIN MENYALIN”.

Kalimat inilah yang membuatku masih belum bisa melampiaskan hasrat untuk tidur di atas kasur

empuk dan memeluk guling kumal kesayanganku.

“Bahasa cewek itu lebih bagus, pemikirannya juga lebih kreatif! Bener nggak dik?” tanya Rifki pada

Dikki yang sedang asyik makan kuaci.

“Pastinya. Cewek itu rajin, apalagi cewek yang seperti kalian ini,” ucap Dikki bersemangat.

“Kalian sedang butuh uang ya?” tanyaku spontan.

“Hahahaha jahat ah. Mungkin mereka sedang lapar dan tidak membawa uang,” sambung Ana.

“Sama saja, sudah yuk, kita ke kantin. Aku yang traktir deh.” Entah kenapa aku sedang berbaik hati

saat itu.

Diperjalanan menuju kantin..

“Eh, kita dapat tugas dari Bu Wisnu, karena kita kan belum menampilkan drama,” ucap Rifki tiba-

tiba. “Apa tugasnya?” tanya Ana.

“Disuruh membuat cerpen,” ucap Rifki singkat.

Page 2: Cerpen niana

Aku dan Ana saling berpandangan. Sepertinya aku mulai tahu apa maksud Rifki dan Dikki memuji

kami tadi. “Kalau begitu yuk kita kembali ke kelas, kalian berdua saja yang ke kantin ya,” ucapku

cepat sambil menarik tangan Ana. Kami pun berlalu dari hadapan kedua sahabat laki-laki kami.

“Yah, kamu sih ki ngasih taunya sekarang. Coba pas kita sudah sampai di kantin. Sudah memesan

makanan. Aku lapar sekali sekarang,” protes Dikki.

“Iya ya, tapi sudahlah, kamu kan tadi sudah makan kuaci,” ucap Rifki cepat dan berlalu,

meninggalkan Dikki yang memasang tampang prihatin.

“Gimana ini Na? Kita harus mengumpulkan cerpennya besok,” tanyaku pada Ana.

“Yasudahlah kita cari di internet saja! Tapi modemku sedang rusak. Kamu saja ya yang cari nanti

malam?”

“Betul juga! Buat apa dari tadi kita pusing-pusing dengan tugas ini. Oke nanti malam biar aku yang

cari. Ini sih 5 menit juga akan selesai,” ujarku bersemangat.

Akupun tersadar dari lamunanku. Jarum panjang jam winnie the pooh di kamarku sudah

bergerak ke angka 6. Ternyata sudah hampir dua puluh menit aku melamun. Segera aku paksa badan

ini untuk bangun dan duduk kembali di hadapan laptop merah jambu yang setia menemaniku malam

ini. Pekerjaan yang aku kira dapat terselesaikan dalam waktu 5 menit, tenyata hampir 5 jam belum

dapat aku selesaikan.

Keesokan paginya disekolah...

“Halo Ana, Nia, bagaimana dengan tugas kita?” tanya Dikki dan Rifki tiba-tiba.

“Ini kami sedang membuatnya,” ucap Ana santai.

“Loh memangnya semalam kalian kemana saja? Mengapa kalian mengabaikan tugas dari Bu Wisnu?”

“Iya, kalian tahu tidak tugas cerpen itu akan mempengaruhi nilai rapor kita?” sambung Rifki.

“Kami berdua benar-benar kecewa..” ucap Dikki dengan mimik sok serius.

“Hei, kalian kira membuat cerpen semudah dengan membuka kulit kuaci?” ujar Ana sambil menjitak

kepala Dikki. Dikki menjitak kepala Rifki. Rifki menjitak kepalaku. Aku menjitak kepala Ana. Lalu kami

main jitak-jitakan.

“Sudah, sudah.. kalau begini terus tidak akan selesai. Lebih baik kita kerjakan bersama-sama,” ucap

Ana menghentikan tindakan bodoh kami.

Page 3: Cerpen niana

Akhirnya Dikki mengusulkan untuk membuat cerpen dari kejadian yang telah kami alami.

Kejadian saat Rifki meminta kami membuat cerpen. Kejadian saat Dikki makan kuaci. Kejadian saat

aku menjitak kepala Ana. Akhirnya cerpen kami selesai. Kami sangat puas. Aku sangat berterima

kasih kepada laki-laki pemilik blog yang kemarin aku kunjungi. Kalau saja aku tidak membaca

peringatan tersebut mungkin kami sudah membohongi Bu Wisnu dengan mengumpulkan cerpen

yang bukan hasil karya kami.

Page 4: Cerpen niana

OLEH :AnaIlmanian Nafi’ah

Dikki FitriansyahRifqi AmanullahTiara Nugrania

Kelas XII PA 4SMA NEGERI 1 PONTIANAK