cerpen

4
Aku berjalan dikoridor yang selalu sunyi sambil membawa beberapa buku dari perpustakaan. Aku terkadang berhenti melihat pemandangan suram dibalik jendela tua sekolah ini. Suara sepatuku pun menjadi nada beku yang membawaku menuju kelas. Aku telah berdiri didepan pintu kelas lalu melirik jam tanganku. Jam menunjukkan pukul 08.45, aku terlambat 1 jam 45 menit seperti biasanya. Pintu kayu yang tua mengeluarkan suara khasnya saat aku membuka pintu. Aku langsung menuju tempat dudukku disudut belakang dekat jendela. Tidak ada yang menghiraukan kedatanganku, orang-orang dikelas yang mungkin biasa dipanggil teman seperti tidak melihat keadaanku. Bahkan, guru disekolah inipun seperti tidak sadar mempunyai seorang siswi sepertiku. Aku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada. Aku membaca buku dari perpustakaan yang kubawa, tak memperdulikan pelajaran apa yang sedang dijelaskan oleh wali kelas. Kemudian wali kelas mengabsen kelas ini dan wali kelas bahkan seluruh guru menyebutkan namaku dengan nomor absenku. Tidak dengan namaku. Sudah menjadi aturan sekolah ini untuk mengangapku tidak ada. Aku tidak tau mengapa aku diperlakukan seperti ini, mungkin karena aku adalah sepupu dari siswi yang pernah meninggal karena dibunuh disekolah ini dan nama kami pun sama. Yaitu, Rodita Tsamarah. Atau mungkin, karena penampilanku yang sangat suram. Aku mempunyai mata sebelah kiri berwarna cokelat dan sebelah kanan berwarna biru. Aku melirik jam ditanganku, ini masih pukul 09.15. Aku berdiri lalu melangkah dengan suara sepatu yang mengangu. Namun, tak ada satupun orang yang protes. Aku membuka pintu tua itu dan sekali lagi terdengar suara berisik. Aku tidak memperdulikan guru yang sedang mengajar, karena ia juga tidak memperdulikanku. ~~~~~~~~~~ Aku berjalan meninggalkan sekolah tua ini, aku ingin menjenguk ibu dirumah sakit. Aku berjalan dari sekolah ke rumah sakit karena jaraknya tidak terlalu jauh. Hujan turun secara tiba-tiba, aku membiarkan air hujan membasahi seragamku dan terus berjalan. Aku menyukai hujan. Sesampainya dirumah sakit, aku segera menaiki lift. Didalam lift aku mengeluarkan boneka yang dipesan ibu kalau aku menjenguknya. Saat dilantai 4 pintu lift terbuka, masuklah seorang lelaki mengenakan pakaian pasien. Ia sedang menelpon seseorang dan tidak menyadari keberadaanku.

Upload: ulfi

Post on 10-Feb-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cerpen disaat terdesak karena tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Cerpen

Aku berjalan dikoridor yang selalu sunyi sambil membawa beberapa buku dari perpustakaan. Aku terkadang berhenti melihat pemandangan suram dibalik jendela tua sekolah ini. Suara sepatuku pun menjadi nada beku yang membawaku menuju kelas. Aku telah berdiri didepan pintu kelas lalu melirik jam tanganku. Jam menunjukkan pukul 08.45, aku terlambat 1 jam 45 menit seperti biasanya.

Pintu kayu yang tua mengeluarkan suara khasnya saat aku membuka pintu. Aku langsung menuju tempat dudukku disudut belakang dekat jendela. Tidak ada yang menghiraukan kedatanganku, orang-orang dikelas yang mungkin biasa dipanggil teman seperti tidak melihat keadaanku. Bahkan, guru disekolah inipun seperti tidak sadar mempunyai seorang siswi sepertiku. Aku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada.

Aku membaca buku dari perpustakaan yang kubawa, tak memperdulikan pelajaran apa yang sedang dijelaskan oleh wali kelas. Kemudian wali kelas mengabsen kelas ini dan wali kelas bahkan seluruh guru menyebutkan namaku dengan nomor absenku. Tidak dengan namaku. Sudah menjadi aturan sekolah ini untuk mengangapku tidak ada.

Aku tidak tau mengapa aku diperlakukan seperti ini, mungkin karena aku adalah sepupu dari siswi yang pernah meninggal karena dibunuh disekolah ini dan nama kami pun sama. Yaitu, Rodita Tsamarah. Atau mungkin, karena penampilanku yang sangat suram. Aku mempunyai mata sebelah kiri berwarna cokelat dan sebelah kanan berwarna biru.

Aku melirik jam ditanganku, ini masih pukul 09.15. Aku berdiri lalu melangkah dengan suara sepatu yang mengangu. Namun, tak ada satupun orang yang protes. Aku membuka pintu tua itu dan sekali lagi terdengar suara berisik. Aku tidak memperdulikan guru yang sedang mengajar, karena ia juga tidak memperdulikanku.

~~~~~~~~~~Aku berjalan meninggalkan sekolah tua ini, aku ingin menjenguk ibu dirumah

sakit. Aku berjalan dari sekolah ke rumah sakit karena jaraknya tidak terlalu jauh. Hujan turun secara tiba-tiba, aku membiarkan air hujan membasahi seragamku dan terus berjalan. Aku menyukai hujan.

Sesampainya dirumah sakit, aku segera menaiki lift. Didalam lift aku mengeluarkan boneka yang dipesan ibu kalau aku menjenguknya. Saat dilantai 4 pintu lift terbuka, masuklah seorang lelaki mengenakan pakaian pasien. Ia sedang menelpon seseorang dan tidak menyadari keberadaanku.

“eh, maaf. Aku tidak melihatmu” ia berkata, saat menoleh kebelakang dan melihatku. Aku hanya menganguk. Lalu ia melihatku dengan seksama. Pakaianku yang basah dan kotor, muka dan tubuh yang pucat karena kedinginan, serta tanganku yang sedang membawa boneka lusuh nan mengerikan.

Ia maju mendekati pintu lift setelah melihatku dengan seksama, ia mungkin berpikir kalau aku ini hantu.

~~~~~~~~~~~~Saat aku sedang membaca buku yang baru kupinjam diperpustakaan, wali kelas

membawa orang yang kutemui didalam lift kemarin. Ia memperkenalkan diri dan

Page 2: Cerpen

menjelaskan bahwa ia adalah siswa baru dikelas 3-3 ini. Ia bernama Kai afdhaladiat. Ia duduk tidak jauh dengan bangkuku. Ia melirikku dengan muka yang aneh.

Saat jam istirahat, ia langsung dikelilingi oleh orang-orang kelas. Orang-orang kelas yang beranggapan bahwa aku ini adalah sesuatu yang tidak ada, seperti memperkuat dugaannya bahwa aku ini adalah hantu.

~~~~~~~~~~~~Entah kenapa, anggapan orang-orang kelas yang mengangapku tidak ada malah

membuatnya penasaran terhadapku. Ia sering menemuiku dan mengajakku berbincang-bincang. Aku terus menghiraukannya, namun ia tetap melakukannya dan membuat orang-orang kelas marah kepadanya karena telah melanggar aturan kelas.

Seperti saat pelajaran olahraga tadi karena kaki sedang terkilir ia tidak mengikuti pelajaran olahraga, ia mendatangi mejaku dan mulai bertanya tentang banyak hal.

“orang-orang dikelas tidak memberi tau mu?” suaraku memecah keributan yang dibuatnya. “namaku ini berhubungan dengan kematian, tapi bukan hanya kematian biasa. Kematian yang kejam dan menyakitkan telah merenggut sekolah ini. Kau benar-benar tidak mengetahui apapun, kai? tidak satupun?”

Ia hanya diam dan menunjukkan wajah yang sangat kebingungan.“kau seharusnya jangan mencoba mendekatiku, berhati-hatilah” kataku seraya

berdiri meninggalkannya sendirian dikelas yang suram itu.~~~~~~~~~~~~~

Saat semua siswa sudah pulang, aku berjalan menuju kelasku yang hampa karena ada sesuatu yang ketinggalan. Aku melihat bangku kai penuh dengan kertas, aku berjalan menuju bangkunya. Aku mengambil salah satu kertas yang bertuliskan “MENGAPA KAU MENCOBA MENDEKATI SESUATU YANG TIDAK NYATA!”. Aku meletakkan kertas itu dan menuju bangkuku sambil berpikir bahwa sesuatu yang tidak nyata itu adalah aku.

~~~~~~~~~~~~~Keesokan harinya, aku mendapati kai mengalami sesuatu yang serupa

denganku. Dia dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada oleh orang-orang kelas. Dia terlihat kecewa pada awalnya, namun ia sangat bahagia kemudian. Dia bahagia karena dia mengetahui bahwa aku ini nyata. Betapa bodohnya dia pikirku.

~~~~~~~~~~~~~Sore ini cukup berangin dan mendung. Setelah berhasil melarikan diri dari kelas

yang mengerikan dan kai si penguntit. Aku langsung pergi belanja untuk membeli keperluan ibu dirumah sakit.

Diperjalanan hujan deras menguyur kota kecil ini, aku tetap berjalan menikmati aroma debu yang diterpa air hujan. Aku melewati rumah ketua kelas 3-3, ia tidak masuk sekolah hari ini karena sakit.

Aku melihat pakaian yang dijemur dibiarkan basah diguyur hujan. Aku memasuki halaman rumahnya. Aku mengetuk pintu rumahnya. Tidak ada jawaban

“rikoo” panggilku. Masih tidak ada jawabanAku mengangkat jemuran yang terlanjur basah dan meletakannya diteras rumah

ketua kelas. Saat hendak meninggalkan halaman rumahnya, aku melihat sebuah pisau tergeletak didekat pohon. Aku mengambilnya untuk dibuang, lalu aku meninggalkan halaman rumah riko dan menuju pasar.

~~~~~~~~~~~Saat aku memandangi rintik-rintik hujan dibalik jendela kelas yang suram, wali

kelas muncul dan memberi tau kalau riko telah meninggal karena dibunuh. Deg!

Page 3: Cerpen

Aku sangat terkejut. Orang-orang dikelas menangis tidak percaya. Tiba-tiba ada seorang siswi berdiri dan memandangiku dengan marah.

“aku kemarin pulang lebih awal karena aku merasa tidak sehat. Dijalan, aku melihat DIA! Dia keluar dari rumah riko sambil membawa pisau! Kau bukan hanya aneh, kau juga seorrang pembunuh” teriaknya disela-sela tangis sambil menunjuk kerahku.

Semua orang dikelas melihatku dengan pandangan penuh amarah. Hanya wali kelas dan kai yang tidak memandangiku. Aku hanya melihat mereka dengan pandangan dingin.

“dia tidak melakukannya” teriak kai seraya berdiri.Tiba-tiba datang beberapa anggota polisi dan menangkap wali kelas.“anda telah menjadi tersangka dalam pembunuhan saudara Riko” kata salah

satu anggota polisi.Seluruh orang kelas memandangi wali kelas dengan ekspresi tidak percaya.“maafkan saya” wali kelas berkata lirih. “saya merasa dendam melihat keluarga

Riko, karena mereka memiliki seorang putra. Padahal, ayah riko telah membunuh anak saya, rodita tsamarah dengan keji. Saya ingin membuatnya merasakan rasa sakit seperti yang pernah saya rasakan” jelas wali kelas kepada kami dengan senyum diwajahnya dan itu mengerikan.

Lalu anggota polisi membawa wali kelas keluar. Sebelum pergi ia tersenyum kepada kami dengan senyuman yang teramat tulus diwajahnya.

Aku baru menyadari bahwa wali kelas adalah pamanku. Kai mendatangiku dan tersenyum.

“apa?” tanyaku seraya berdiri hendak meninggalkan kelas.“aku tau kau tidak melakukannya, karena kemarin aku mengikutimu” jawabnya

seraya tertawa.“dasar penguntit” kataku sambil tersenyum.“akhirnya kau dianggap oleh orang-orang kelas walaupun hanya sekali dan

dengan momen yang sangat menyakitkan untukmu” jelasnya seraya tertawa“ya, itu menyenangkan dan lebih baik aku menjadi seseorang yang dianggap

tidak ada selamanya daripada diperlakukan seperti itu” ujarku seraya membuka pintu kelas

Dia hanya tertawa dan aku berjalan melewati koridor yang tak lagi sesunyi dulu.~~~~~~~~

Sejak kejadian itu, orang-orang dikelas mulai mendekatiku secara perlahan. Mungkin, mereka sedikit pantas dipanggil sebagai teman. Namun, aku hanya mengangap kai sebagai satu-satunya teman bagiku. Ya, aku tetap aneh seperti biasanya.

~~~~~~~~~