cerpen

2
Aku ingat hari itu. Langit kelam dan senja lebam dalam guyuran hujan lebat. Halilintar  bersahutan tiada henti seolah tak puas dirinya tak berhasil merusak apapun. Dan kilat, yang menari berkelok-kelok tak ingin kehilangan perannya. Aku ingat hari itu. Saat tempias hujan dan siur liar angin berlomba menyingkirkan matahari agar tak menampakkan diri. Saat kumpulan awan pekat mengubah bumi menjadi temaram. Dan saat Aku ingat hari itu. Akhir Desember. Saat kebanyakan orang berkumpul di bawah naungan hanga t at ap ruma h. Berhur a- hura membua ng uang me ray aka n tahun baru at au sekadar   berkumpul bersama kerabat tersayang. Saat itu, Aku, bersama Ay ah berada di sebelah timur Sumatera. Kami men umpa ng mobil los bak tua yang kebetul an pengemudi nya ber bai k hat i membiarkan kami berebut tempat dengan beberapa kambing yang ia bawa. Aku tak mendengar bunyi deit rem atau suara mesin mengaung ketika tiba-tiba mobil  berhenti dan hampir membuatku menabrak seekor kambing. !Ay o turun, sudah sampai." ajak ayah yang mulai melihat kasihan padaku. Beliau berbinang sebentar dengan #ak Supir sebelum akhirnya berjalan ke depan mendahului ku. Aku terus mengikuti Ayah sampai ia berhenti di sebuah gubuk tua reyot yang hampir tak  berbentuk lagi. !$ungkin karna hujan lebat tadi." pikir ku seadanya. Di sana, di sisa-sisa  bangunan gubuk yang masih kokoh, aku melihat anak laki-laki seumuran denganku tengah duduk diam menata p kosong merenung kan sesua tu. Aku teringat perkataan ayah sewakt u pagi. Katanya kami hendak menjemput keluarga jauh yang masih sepupu denganku. %amanya Abid. Dan umur kami sama, & tahun. Dari erita Ayah, aku mengetahui kalau kini Abid hidup sebatang kara. 'bunya meninggal ( tahun lalu saat benana kelaparan menimpa kampung halamannya. Sejak saat itu, tinggalah dia dan Ayahnya. %amun, tak lama, sang Ayah akhirnya menyusul 'strinya kembali pada Sang #enipta. Kemudian, tersisalah Abid, anak & tahun, yang harus  berjuang menantang kehidupan, sendiri. )a npa keluarga dan tanpa kasih sayang. !Hanya ini barang-b arangmu*" tanya Ay ah pada Abid yang tampaknya tak menyadari kedata ngan kami. Abid yang sedikit ter kej ut, seo lah tanpa beba n, mengangguk, ter seny um mengiyakan. Kami kembali ke tepi jalan menunggu mobil lewat yang bersedia kami tumpangi. )ak lama, sebuah aya h menemukan peng emudi yang mobil nya ber sedia kami tumpang i. $obil losbak yang+syukurlah, kali ini kosong. Aku tak perlu lagi berebut tempat den gan kambing. Dalam perjalanan, aku memperhatikan Abid. )ak ada yang aneh dari penampilannya. Keuali badannya yang sedikit tak berdaging dan terlihat tak turus. Aku tetarik dengan miniature mobil yang sedari tadi terus digenggamnya. Abid, yang sadar dirinya sedang diperhatikan, menoleh padaku. Senyum tulusnya seolah menyapa.

Upload: annisa-succi-utami

Post on 07-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas b.indo

TRANSCRIPT

Page 1: cerpen

7/17/2019 cerpen

http://slidepdf.com/reader/full/cerpen-568d6e8783923 1/2

Aku ingat hari itu. Langit kelam dan senja lebam dalam guyuran hujan lebat. Halilintar 

 bersahutan tiada henti seolah tak puas dirinya tak berhasil merusak apapun. Dan kilat, yang

menari berkelok-kelok tak ingin kehilangan perannya.

Aku ingat hari itu. Saat tempias hujan dan siur liar angin berlomba menyingkirkan

matahari agar tak menampakkan diri. Saat kumpulan awan pekat mengubah bumi menjaditemaram. Dan saat

Aku ingat hari itu. Akhir Desember. Saat kebanyakan orang berkumpul di bawah naungan

hangat atap rumah. Berhura-hura membuang uang merayakan tahun baru atau sekadar 

 berkumpul bersama kerabat tersayang. Saat itu, Aku, bersama Ayah berada di sebelah timur 

Sumatera. Kami menumpang mobil losbak tua yang kebetulan pengemudinya berbaik hati

membiarkan kami berebut tempat dengan beberapa kambing yang ia bawa.

Aku tak mendengar bunyi deit rem atau suara mesin mengaung ketika tiba-tiba mobil

 berhenti dan hampir membuatku menabrak seekor kambing. !Ayo turun, sudah sampai." ajak ayah yang mulai melihat kasihan padaku. Beliau berbinang sebentar dengan #ak Supir sebelum

akhirnya berjalan ke depan mendahului ku.

Aku terus mengikuti Ayah sampai ia berhenti di sebuah gubuk tua reyot yang hampir tak 

 berbentuk lagi. !$ungkin karna hujan lebat tadi." pikir ku seadanya. Di sana, di sisa-sisa

 bangunan gubuk yang masih kokoh, aku melihat anak laki-laki seumuran denganku tengah

duduk diam menatap kosong merenungkan sesuatu. Aku teringat perkataan ayah sewaktu pagi.

Katanya kami hendak menjemput keluarga jauh yang masih sepupu denganku. %amanya Abid.

Dan umur kami sama, & tahun. Dari erita Ayah, aku mengetahui kalau kini Abid hidup sebatang

kara. 'bunya meninggal ( tahun lalu saat benana kelaparan menimpa kampung halamannya.Sejak saat itu, tinggalah dia dan Ayahnya. %amun, tak lama, sang Ayah akhirnya menyusul

'strinya kembali pada Sang #enipta. Kemudian, tersisalah Abid, anak & tahun, yang harus

 berjuang menantang kehidupan, sendiri. )anpa keluarga dan tanpa kasih sayang.

!Hanya ini barang-barangmu*" tanya Ayah pada Abid yang tampaknya tak menyadari

kedatangan kami. Abid yang sedikit terkejut, seolah tanpa beban, mengangguk, tersenyum

mengiyakan.

Kami kembali ke tepi jalan menunggu mobil lewat yang bersedia kami tumpangi. )ak 

lama, sebuah ayah menemukan pengemudi yang mobilnya bersedia kami tumpangi. $obil

losbak yang+syukurlah, kali ini kosong. Aku tak perlu lagi berebut tempat dengan kambing.

Dalam perjalanan, aku memperhatikan Abid. )ak ada yang aneh dari penampilannya.

Keuali badannya yang sedikit tak berdaging dan terlihat tak turus. Aku tetarik dengan miniature

mobil yang sedari tadi terus digenggamnya. Abid, yang sadar dirinya sedang diperhatikan,

menoleh padaku. Senyum tulusnya seolah menyapa.

Page 2: cerpen

7/17/2019 cerpen

http://slidepdf.com/reader/full/cerpen-568d6e8783923 2/2

!Apa itu*" aku bertanya memberanikan diri. !Apa*" katanya dengan suara melengking.

!$ainan yang kau bawa."

!h+ini namanya mobil jeruk perut. Dulu, sewaktu 'bu ku pulang dari pasar, ia membawa jeruk 

yang ukurannya besar sekali. Lalu, ayah mengajak ku membuat mainan dari kulit jeruk itu.Seharian kami membuatnya. 'bu juga membantu sedikit. $emang sih, mungkin tak sebagus

mainan yang kau punya. )api ini salah satu harta ku yang paling berharga." Abid bererita

antusias. 'a berertita seolah ayah dan ibunya masih hidup dan tak pernah pergi kemanapun.