cerpen

7
Maafkan Aku Tuhan Oleh Mutiara Dea Kharisma Sebenarnya cerita ini sudah terlewatkan dua tahun yang lalu. Tapi, peristiwa itu benar–benar sebagai pelajaran untukku menjadi manusia yang lebih baik. Aku yang sebelumnya bermalas-malasan dalam ibadah dan kurang peduli dengan lingkungan keluargaku dan masyarakat. Tapi, Alhamdulillah aku termasuk manusia beruntung yang masih disayang oleh Allah SWT. Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah telah memberikan aku hidayah dengan hidayah-Nya aku mendapatkan petunjuk sehingga aku tidak kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kelakuanku yang telah membuat hati bundaku bersedih. Baru aku menyadari kalau aku selama ini sudah berprasangka buruk kepada-Mu dan ayah bunda. Aku sangat bangga dan merasa malu dengan kesabaran orang tuaku. Oh, Bundaku kau bagai cahaya matahari yang selalu memberikan penerangan dan kehangatan, selembut sutra kasihmu yang selalu kurasa dalam suka dan duka. Ya,seperti penggalan lagu yang berjudul “Ibu”. “Tiara sayang, nanti kalau Bunda belum pulang dari sekolah, Tiara angkat ya jemuran pakaian, takutnya hujan. Oke!” kata Bunda dari balik pintu yang tergesa- gesa mau pergi mengajar. “Entah,” jawabku seadanya.

Upload: rvilun

Post on 29-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cerpen

Maafkan Aku Tuhan

Oleh Mutiara Dea Kharisma

Sebenarnya cerita ini sudah terlewatkan dua tahun yang lalu. Tapi,

peristiwa itu benar–benar sebagai pelajaran untukku menjadi manusia yang lebih

baik. Aku yang sebelumnya bermalas-malasan dalam ibadah dan kurang peduli

dengan lingkungan keluargaku dan masyarakat. Tapi, Alhamdulillah aku termasuk

manusia beruntung yang masih disayang oleh Allah SWT. Allah benar-benar

Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah telah memberikan aku hidayah

dengan hidayah-Nya aku mendapatkan petunjuk sehingga aku tidak kehilangan

kesempatan untuk memperbaiki kelakuanku yang telah membuat hati bundaku

bersedih. Baru aku menyadari kalau aku selama ini sudah berprasangka buruk

kepada-Mu dan ayah bunda. Aku sangat bangga dan merasa malu dengan

kesabaran orang tuaku. Oh, Bundaku kau bagai cahaya matahari yang selalu

memberikan penerangan dan kehangatan, selembut sutra kasihmu yang selalu

kurasa dalam suka dan duka. Ya,seperti penggalan lagu yang berjudul “Ibu”.

“Tiara sayang, nanti kalau Bunda belum pulang dari sekolah, Tiara angkat

ya jemuran pakaian, takutnya hujan. Oke!” kata Bunda dari balik pintu yang

tergesa-gesa mau pergi mengajar.

“Entah,” jawabku seadanya.

Dalam hati aku kesal karena ayah bunda selalu mengingatkan terus

sehingga aku bosan mendengarnya. Hari itu aku masih bermalasan untuk beranjak

dari tempat tidur karena cuacanya masih mendung yang disertai rintik-rintik

hujan. Pikirku,kalau cuacanya begini terus setiap hari aku bisa melanjutkan tidur

karena aku sekolahnya siang. Apalagi semalam aku terpaksa untuk ikut tarawih

dimasjid bersama ayah bunda dan adikku juga bangun makan sahur benar-benar

membuatku masih merasa mengantuk.

”Adik Bunga, kuncikan pintu rumah!” teriakku dari tempat tidur.

“Ihhh, Kakak…,selalu saja menyuruh aku, padahal Kakak yang

seharusnya melakukan apa yang dipesan Bunda,” jawab adikku kesal yang sedang

nonton tv dengan acara siraman rohani di Indosiar. Sambil beranjak dari kursi

untuk mengunci pintu.

Page 2: Cerpen

Rupanya aku ketiduran, sehingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan

pukul sembilan. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan melihat diluar tidak

hujan rintik lagi. Kemudian, aku lihat ruangan keluarga yang biasa dijadikan

tempat bersantai keluarga sambil menonton, tidak ada lagi adikku tapi aku tahu

pasti adikku sedang membaca buku di teras depan atas, ternyata benar dugaanku.

Tiba waktunya aku pergi ke sekolah bersamaan adikku. Kami naik angkot yang

ada di perumahan tempat tinggal kami. Jadi, ayah bunda tidak repot mengantar

jemput karena kami sudah berlangganan angkot. Tidak sulit untuk mencari

kendaraan antar jemput sampai kerumah.

Sesampai kami di sekolah ternyata sudah ramai. Beberapa menit

kemudian, “Tet ….tet ….tet…,” tanda bel masuk berbunyi. Aku bergegas masuk

ke kelas, seperti biasa kami membaca doa. Tak lama kemudian, Bu guru Yuyun

yang mengajar pelajaran Penjas dan Sbk masuk. Bu guru Yuyun sangat disiplin,

tegas tapi sebenarnya baik hati.

“Anak – anak sekarang kalian kumpulkan pr Penjasnya,” kata Bu guru

Yuyun. Sementara itu aku terkejut “ Ahhh,” aku baru tersadar jika ada pr Penjas.

Bagaikan disambar petir, aku mulai kebingungan dan berusaha untuk membuat

alasan yang tepat dan bisa dipercaya.

“Tiara, kenapa kamu seperti orang kebingungan ?” Tanya Bu Yuyun, yang

tiba-tiba mengejutkan dari lamunanku.

“Ada apa gerangan ? Apakah kamu tidak buat pr ?” tanya Bu Yuyun lagi.

“iii ya Bu ! saya lupa, kalau hari ini ada pr Penjas !” jawab Tiara dengan

gemetaran.

“Kenapa kamu bisa lupa mengerjakan pr? padahal pr ini sudah Ibu berikan

satu minggu yang lalu,sudah dua kali kamu tidak membuat pr. Jadi, ibu kasih

hukuman buat kamu !” tegas Bu Yuyun.

Aku sebenarnya malu sama teman-temanku, jika aku dimarahi bu guru

tapi mengapa ya diriku ini bandel sekali. Rasa malu itu cuma sesaat, setelah itu

aku seperti biasa lagi. Wah, sebentar lagi pulang kataku dalam hati. Sesampai di

rumah kemudian, aku langsung ke kamar untuk ganti pakaian. Kulihat bunda

sudah mulai sibuk-sibuk masak untuk menyiapkan buka puasa, Adikku juga turut

membantu. Bundaku tahu aku sudah pulang sekolah. Pikirku pasti bunda

Page 3: Cerpen

memanggilku untuk turut membantu. Tak lama kemudian, “Tiara, sudah pulang

sayang! Ayo bantu Bunda setelah kamu ganti pakaian,ya!” panggil Bunda.

”Ah, Bunda, aku ini capek dong! baru pulang sekolah sudah disuruh

membantu!” jawabku dengan nada kesal dan segera membuka acara di tv . Kulihat

bunda agak terdiam dan melanjutkan pekerjaan bersama adik dan ayah. Sesaat

kemudian, ayah juga menonton dan mendekatiku, sambil berkata: ’’Tiara, sudah

beberapa malam ini tidak sholat tarawih ke masjid bersama ayah bunda dan adik

apalagi untuk tadarusan. Apa kamu tidak merasa rugi di bulan ramadhan yang

pahalanya berlipat ganda ini jika terlewatkan begitu saja?’’ tanya Ayahku.

“Ayah, aku ini banyak sekali pr disekolah, jadi aku harus segera

mengerjakannya !” jawabku. “Iya sayang, Ayah tahu kamu banyak pr sekolah tapi

kalau Ayah Bunda lihat kamu tidak pandai mengatur waktu. Kenyataannya

semenjak kamu masuk SMP, kamu berubah sekali!” tegas Ayah. Aku terdiam dan

tidak menghiraukan lagi omongan ayah, sambil masuk ke kamar.

Aku sangat bangga sama ayah dan bunda, mereka cukup sabar dalam

menghadapi tingkah laku ku.Tidak terasa sudah waktunya buka puasa. Adik

memanggilku dari balik pintu kamarku. Aku pun keluar dari kamar dan segera

ikut nimbrung di meja makan sambil menikmati makanan dan minuman. Bunda

dan ayah tidak bosan-bosannya mengajakku nanti untuk sholat tarawih bersama di

masjid. Tapi lagi – lagi rasa malas menyelimuti hatiku dan menolak ajakan

mereka, alasanku macam-macam untuk tidak sholat tarawih.

“Tiara, dimasjid kamu selalu ditanya Riska! Mengapa selalu tidak sholat

tarawih. Padahal rugi sekali kalau menyia-nyiakannya karena sholat tarawih

hanya ada di bulan ramadhan yang cuma satu tahun sekali,” kata Bunda dengan

panjang lebar.

“Aduh Bunda, itu saja mau dipusingkan.Kita kan amalan sendiri-sendiri,

kenapa lagi Riska ,mau sok pikirin aku,memangnya aku siapanya!” jawabku

panjang lebar juga sambil berlalu masuk kamar. Aku rasa mungkin bunda akan

marah dengan jawabanku yang tidak sopan, bila menurut etika mungkin dianggap

sudah kurang ajar. Tapi ayah bundaku tetap sabar, mereka hanya saling

berpandangan tidak mengerti mengapa aku tidak seperti Tiara yang dulu, yang

baik, sopan dan mau peduli dengan semuanya. Tak lama kemudian, ayah bunda

Page 4: Cerpen

memanggil dan mengajakku kembali untuk sholat tarawih. Tapi aku masih

menolak karena alasan ada pr yang belum sempat aku kerjakan. Ayah bunda

segera pergi ke masjid sambil berpesan jangan lupa untuk sholat Isya dan Tarawih

sendiri di rumah. Karena kata ayah bunda siapa yang berbohong dan tidak

mengerjakannya ia akan berdosa, menyesal dan merugi dihari kemudian karena

telah menghilangkan kepercayaan orang lain dan mendapat hukuman yang luar

biasa dari Allah di akherat kelak.

Nauzubillah min dzalik! Perkataan ayahku ternyata membuatku gelisah

dimalam itu, aku jadi kepikiran tentang dahsyatnya siksaan api neraka. Tak berapa

lama kemudian ternyata aku ketiduran sesudah sholat Isya sendirian dirumah. Aku

bermimpi yang mana diriku sudah meninggal. Aku diajak oleh seseorang yang

tidak aku kenal. Dari penampilan dan suaranya sangat mengerikan. Tubuhku

gemetaran dan ketakutan. Aku melihat sesuatu yang asing dan tak pernah

kujumpai dikehidupan. Dalam kebingungan itu aku tetap memaksakan diri untuk

melihat pemandangan yang menyeramkan, siksaan yang begitu luar biasa dari

segala macam perbuatan manusia didunia. Aku menangis dan menjerit.

“Oh,tidak! Aku belum mau meninggal,ampuni Aku ya Allah,” tersentak

aku terbangun yang diiringi ketukan orang memanggil di balik pintu depan

“Alhamdulillah, aku masih hidup. Allah benar-benar Maha Pengasih dan

Penyayang. Dia telah mengingatkan aku bahwa begitu dahsyatnya balasan bagi

orang yang tidak mengerjakan perintahnya, salah satunya puasa,” Ucapku. Setelah

itu segera aku membuka pintu. Ayah Bunda merasa heran melihat aku menangis

dan lama membuka pintu, juga terdengar suara jeritan seperti ketakutan.

“Tiara ada apa?”kata Ayah Bunda serempak. Aku langsung memeluk dan

mencium ayah bunda dan menyatakan penyesalan.

“Ayah Bunda maafkan Aku yang sudah membuat sedih, aku tidak

menjalankan perintah Allah, seperti sholat tarawih, tadarusan, tidak membantu

pekerjaan Bunda. Semoga di bulan ramadhan ini aku kembali fitri, amin!”

pintaku.

Page 5: Cerpen