cerpen
TRANSCRIPT
KANTOR POLISI
Pada suatu hari Fadli mendapat SMS dari Fani, pacarnya. Di SMS tersebut Fani bilang “Yang, skrng aq sdng d kntr polisi, smua bukti n saksi tlh mengarh kpd q, polisi tlh mengintrogasiku, aq takut, stlh bbrp lm akhrny...”. Tanpa berpikir panjang Fadli mengambil motor di garasinya dan langsung tancap gas menuju kantor polisi.
Sampai di kantor polisi, ternyata gadis pujaannya itu sama sekali tak terlihat batang hidungnya. Karena Fadli adalah anak yang sangat pemalu dan lugu, dia tidak berani bertanya kepada pak polisi yang sedang berjaga di kantor tersebut.
Setelah beberapa lama mondar-mandir di tempat tersebut, akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya kepada pak satpam yang sedang jaga di pintu gerbang. “Pak, boleh numpang tanya!, sejak tadi ada gak cewek yang di tahan di kantor ini?”.
“Waduh... saya gak tau mas, di sini saya hanya bertugas untuk mengatur kendaraan yang keluar masuk dari tempat ini”, jawab pak satpam kepada Fadli.
“Kalau gitu, makasih pak!”, sahut Fadli.
Mendengar jawaban dari pak satpam, Fadli mempunyai inisiatif untuk menelepon pacarnya tersebut. “Hallo... Say, kamu ada dimana?, kucari ke kantor polisi kok gak ada?, gimana keadaan kamu?, katanya kamu ditahan di kantor polisi?”, ucap Fadli dengan sedikit merasa cemas.
Sambil tersenyum dia mencoba menenangkan kekasihnya, “Yang, sekarang aku sedang di rumah, aku baik-baik aja kok!”.
“Terus yang kirim SMS ke aku itu siapa?”, tanya Fadli kepada Fani.
“Oh... SMS itu, kamu pasti belum baca isi semua SMS dariku itu!. baca lagi donk!”, tukas Fani.
Fadli terdiam.
“Udah gitu aja yach... nanti pulsa kamu habis. Udah yach... dah sayaaang...”, Fani kemudian menutup hand phonenya.
Fadli masih bingung!. Lalu dia membuka SMS itu lagi dan membacanya. Beberapa saat kemudian dia tertawa sendiri karena tahu isi lengkap SMS tersebut adalah, “Yang, skrng aq sdng d kntr
polisi, smua bukti n saksi tlh mengarh kpd q, polisi tlh mengintrogasiku, aq takut, stlh bbrp lm akhrny aq dpt srt tilang, d srt tu trtls anda dinyatakan bebas krn semua bukti n saksi menyatakan bahwa anda adalah wanita yg cantik menawan hati”.
Dalam hati Fadli berkata “Ternyata aku orang begok yach...!”.
06 Maret 2007
SANDALKU RAIB
Rudi dan Andi adalah sahabat yang sangat dekat, kemanapun dan dimanapun mereka selalu berdua. Seperti kata pepatah, dimana ada gula di situ pasti ada semut, dimana ada Rudi disitu pasti ada Andi.
Suatu sore Andi curhat sama Rudi. “Hari ini aku bener-bener kesal banget Rud”, tutur Andi kepada Rudi.
“Emangnya kenapa And?”. Tanya Rudi kepada Andi.
Dengan sedikit menggerutu Andi menjawab pertanyaan Rudi, “Tadi siang aku sholat jum'at berjama'ah di masjid Sabilul Khoir di sebelah rumahku. Aku berangkat ke masjid memakai sandal yang baru kubeli di mall bareng kamu minggu lalu, ta....”. Dia berhenti bicara karena terpotong omongan Rudi.
“Emang kenapa dengan sandalmu And?”, sahut Rudi karena merasa penasaran dengan cerita Andi.
“Waktu aku mau pulang, sandal yang ku pakai waktu berangkat ke masjid itu sudah raib entah kemana. Setelah lama kucari, tetap gak ada, yach... akhirnya kuputuskan untuk menunggu sampai semua jama'ah sholat jum'at pulang. Aku berfikir mungkin sandalku tertukar sama sandal milik orang lain. Setelah semuanya pulang, yang tersisa hanya tinggal sepasang sandal usang, dan yang menyedihkan lagi salah satunya udah berlubang. Mau gimana lagi..., akhirnya dengan terpaksa sandal itu ku pakai dan kubawa pulang, itung-itung dibanding pulang gak pakai sandal”. Jawab Andi dengan muka agak kusut.
Sembari menahan tawa, Rudi bilang pada Andi, “Hmm... kalau gitu... minta aja pertanggung jawaban sama pak ustadz yang tadi siang jadi khotib di masjid”.
Dengan sedikit bingung Andi bertanya pada Rudi, “kok bisa gitu Rud?”.
Sambil tertawa Rudi menjawab, “Disetiap khutbah sholat jum'at, pak ustadz selalu menyerukan kepada para jama'ah untuk mengambil yang baik-baik dan tinggalkan yang jelek-jelek. Mungkin orang yang mengambil sandalmu itu mengikuti apa yang dikatakan pak ustadz”.
Mereka tertawa terbahak-bahak.
07 Maret 2007
NAIK LIFT
Icha adalah salah satu karyawan hotel berbintang lima di Surabaya. Suatu hari dia mendapat telepon dari Fitri, teman masa kecilnya dan merekapun terlarut dalam obrolan hangat. Setelah beberapa lama mengobrol, mereka mempunyai ide untuk bertatap muka secara langsung guna melepas kerinduan diantara mereka. Karena Icha sangat sibuk dengan pekerjaanya dan tak bis meninggalkannya sedetikpun, mereka memutuskan untuk bertemu di tempat Icha bekerja yaitu di hotel Saturnus lantai 10 blok 01.
Singkat cerita, Fitri menuju hotel Saturnus. Sesampainya di lantai satu, Fitri kembali menelepon Icha.
Fitri : Hallo... Cha... sekarang aku sudah berada di lantai satu, tolong jemput aku yach!
Icha : Kamu langsung naik aja ke lantai sepuluh, liftnya disebelah resepsionis.
Fitri : Aku gak berani naik sendirian, aku kan orang asing di hotel ini, entar aku dikira orang jahat lagi!. Jemput aku dong, please...
Icha : Ya... okelah!. Tunggu bentar, jangan kemana-mana!.
Setelah beberapa saat menunggu, batang hidung Icha muncul juga dan Icha mengajak temannya itu untuk naik ke lantai sepuluh.
Icha : Aku heran sama kamu sekarang!.
Fitri : Emang kenapa dengan aku Cha?.
Icha : Dulu, waktu di sekolah, kamu kan cewek paling pemberani diantara yang lain, sampai-sampai kamu dijuluki cewek superman. Kok sekarang mau nemui aku aja minta dijemput segala!.
Fitri : (sambil berbisik dan sedikit menahan tawa), Jujur aja Cha..., sebenarnya aku itu gak tau cara menggunakan lift...!.
Icha : Hah....!!!???
07 Maret 2007
GAPNET
Suatu hari Bu Evi, guru Bahasa Inggris di SMU Harapan Makmur, memberi tugas siswa kelas sepuluh IPA untuk mencari sebuah artikel di internet yang membahas tentang flora dan fauna. Tugas itu dikerjakan secara berkelompok dan setiap kelompok akan dipilih secara acak. Setelah dilakukan pengacakan terbentuklah beberapa kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 3 orang.
Salah satu kelompok dari beberapa kelompok yang ada adalah kelompok III yang terdiri dari Novi, Ani dan Ria. Mereka bertiga sepakat berbagi tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dari Bu Evi. Secara kebetulan Novi bertugas untuk mencari artikel di internet, Ani bertugas menterjemahkan artikel kedalam bahasa Indonesia dan Ria bertugas untuk mengetik, mencetak dan mengumpulkan artikel tersebut ke Bu Evi.
Sepulang sekolah, mereka bertiga berjalan bersama. “Nov..., jangan lupa yach..., kamu cari artikel di internet!”, tutur Ani kepada Novi.
“Tenang aja, semua pasti beres!”, jawab Novi dengan meyakinkan. Tetapi dalam hati dia sangat bingung. Jangankan internet, komputer saja Novi masih belum mahir mengoperasikannya.
Karena terpaksa, sore itu Novi memberanikan diri untuk pergi ke warnet untuk melaksanakan tugasnya. Sesampainya di warnet, dia langsung duduk menghadap sebuah komputer dan mengotak-atiknya.
Satu jam telah berlalu, keringat dingin telah membasahi Novi, karena selama itu dia belum lakukan apa-apa, hanya otak atik mouse dan keyboard. Dengan menahan rasa malu, Novi memberanikan diri untuk
bertanya kepada Mbak yang sedang jaga warnet. “Permisi Mbak..., boleh tanya!. Gimana ya... cara membuka internet itu?”.
“Lho... selama satu jam itu kamu ngapain aja?”, Mbak itu balik bertanya kepada Novi.
“Aku cuman otak atik mouse ama keyboard aja, nggak ada yang lain!”, jawab Novi sembari menahan rasa malu yang semakin besar.
Mendengar jawaban tersebut, Mbak itu terkejut dan sambil menahan tawa dia berkata, “Ya sudahlah..., nggak apa-apa, nanti kuajarin bagaimana caranya!”.
Seketika wajah Novi nampak lega karena ada yang mau berbaik hati mengajari bagaimana cara berinternet.
Singkat cerita, Mbak penjaga warnet tersebut beralih profesi menjadi guru kursus kilat belajar internet.
Esoknya Novi bertemu Ani dan Ria di sekolah. Kemudian Novi menceritakan pengalamannya di warnet kemarin. Setelah mendengar cerita tersebut, spontan saja mereka berdua tertawa. Tiba-tiba saja Ani menyahut, “Bentar-bentar..., aku mau ngomong nih. Jujur aja yach..., waktu pembagian tugas kemarin, aku berharap enggak kebagian tugas mencari artikel di internet, soalnya aku juga gapnet alias gagap internet, ha... ha... ha..”.
Spontan saja Novi bertanya, “Hah..., An... kamu juga gapnet ta?, kalau kamu Ria?”.
Sambil menahan tawa dan menundukkan kepala Ria menjawab, “Aku juga gapnet!”.
“ha.. hhaa... hhhaaa...!.”.
10 Maret 2007
TERLAMBAT NGANGKAT
Suatu hari Adi larut dalam obrolan hangat bersama Candra, teman sekaligus tetangganya.
Adi : Aku punya pertanyaan Ndra!. Kalau kamu bisa menjawabnya, aku janji nanti kamu ku traktir di warungnya Pak Sholeh!. Mau ngaak?
Candra : Beneran Di, entar kamu bohong lagi!
Adi : Aku ini serius Ndra!. Kamu kok gak percaya sih sama sahabatmu ini! (dengan nada agak tinggi).
Candra : Percaya-percaya..., apa sih pertanyaannya?
Adi : Begini Ndra, saya punya tiga cerita, nanti kamu simpulkan apa kesamaan dari ketiga cerita itu?, Oke!
Candra : (mengangguk...)
Adi : Pertama, saya pernah melihat ada seekor sapi mati mengenaskan gara-gara hanyut terseret arus sungai Ciliwung yang sangat deras. Cerita kedua, waktu itu saya bekerja sebagai koki di sebuah restoran terkenal di Jakarta. Setelah hampir 3 bulan bekerja, saya dipecat oleh pemilik restoran itu karena telah tiga kali menggosongkan daging ayam yang sedang saya masak. Yang ketiga, saya pernah melihat seorang cewek yang baru 6 bulan menikah meloncat kegirangan dan langsung memeluk suaminya karena dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa ia positif hamil. Sekarang, apa kesamaan dari ketiga ceritaku tadi?.
Candra : ...Apa ya?...(berfikir)... Nyerah deh, aku nggak tahu!
Adi : Beneran nih... nyerah, nggak jadi ku traktir lho...!
Candra : Ya udahlah..., beritahu jawabannya sekarang, pusing aku memikirkannya.
Adi : Jawabanya adalah... terlambat ngankat!
Candra : (berfikir)...ha...ha...ha...!
10 Maret 2007
MONYET KEBINGUNGAN
Pada saat jam istirahat sekolah, Silvy mendatangi ketiga temannya yang sedang duduk di taman menikmati indahnya langit pagi yang begitu cerah.
Silvy : Hai semua..., aku punya pertanyaan nih. Buah apa yang bikin monyet bingung?
Heni : Gak tau ah...!
Joni : Aku tahu aku tahu... pisang!
Silvy : Kok bisa pisang, apa alasannya Jon?
Joni : Karena kalau nggak ada pisang pasti monyetnya kelaparan dan mati.
Silvy : Salah...!
(Joni, Heni dan Agus terdiam)
Agus : Nyerah deh...
Silvy : Beneran..., kalian semua nyerah?
(Joni, Heni dan Agus terdiam...)
Silvy : Ya udah tak beritahu. Jawabannya adalah... buah jambu!
Agus : (dengan rasa penasaran)Kok bisa buah jambu...?
Joni : Apa alasanmu Silvy?
Heni : Kok jambu...
Silvy : (sambil menunjuk kepada ketiga temannya) He...he... Tuh bener kan, monyetnya pada bingung! Ha...ha...ha...
Agus : (sambil tersenyum)...Awas kamu silvy, nanti ku balas kamu!
10 Maret 2007
INTERISTI SEJATI
Karena tidak mempunyai tiket untuk menonton pertandingan secara langsung, seorang interisti, julukan bagi suporter fanatik Inter Milan mencoba memasuki stadion dengan cara memanjat tembok stadion Geusepe Meaza untuk melihat derbi klasik antara AC Milan vs Inter Milan. Setelah berhasil memasuki stadion, dia melihat satu tempat duduk belum terisi dan disebelahnya duduk seorang Kakek yang dengan tenang menunggu dimulainya derbi itu. Interisti yang belakangan diketahui bernama Francisco Tapanuli itu kemudian mendatangi si Kakek dan bertanya kepadanya, “Permisi Kek, apakah tempat duduk di sebelah anda ini memang kosong atau ada orang lain yang akan menempatinnya tetapi belum datang kesini?”.
Kakek yang memakai kaos bermotif garis biru hitam, (Seragam tim Inter Milan) lengkap dengan syal bertuliskan Internazionale Milano itu menjawab, “Tempat duduk ini memang kosong!. Kalau mau anda boleh menempatinya!”.
“Terima kasih Kek!”, jawab Fransisco sambil duduk di sebelah Kakek itu. “Ngomong-ngomong, kenapa anda menonton pertandingan ini sendirian?”, lanjut Francisco.
“Selama lebih dari 20 tahun, saya bersama istri saya tak pernah sekalipun melewatkan derbi antara Inter Milan vs AC Milan, dan biasanya dia duduk di tempat duduk yang sedang anda tempati sekarang”, jawab si Kakek.
“Terus, dimana istri anda sekarang Kek?”, tanya Francisco dengan penasaran.
Dengan memandang ke wajah Fancisco Kakek menjawab, “Dia sudah meninggal dunia!”.
Mendengar jawaban Kakek, Francisco berkata, “Oh... Maaf Kek. Saya turut berbelasungkawa atas meninggalnya istri anda”.
“Terima kasih!”, tutur si Kakek.
Francisco dan Kakek terdiam.
Beberapa saat kemudian Francisco kembali bertanya kepada si Kakek, “Kenapa anda tidak mengajak kerabat yang lain untuk menonton pertandingan ini?”.
“Sekarang mereka semua sedang sibuk!”, jawab Kakek.
“Sibuk apa mereka Kek?”, Francisco bertanya lagi.
Dengan tenang si Kakek menjawab, “Mereka sedang menghadiri pemakaman istri saya”.
Francisco, “...!!!”, (dalam hati dia berkata, “Bener-bener Interisti Sejati”).
14 Maret 2007
LAUT=ISTIRAHAT
Pak Ujang adalah salah satu warga kota Bandung yang kini tinggal di kota Surabaya. Selama delapan tahun ini dia tinggal di Surabaya bersama sang istri tercinta yang kebetulan asli orang Surabaya.
Seperti pada hari-hari sebelumnya, dia melewati aktifitas hariannya dengan bekerja di salah satu perusahaan swasta yang terletak di Surabaya Timur. Sampai suatu sore dia mengalami kejadian yang menggelikan karena selama delapan tahun tinggal di Surabaya dia baru tahu kalau laut (bahasa jawa), dalam bahasa Indonesia berarti istirahat.
Jam dinding telah menunjuk pukul 4 sore, waktunya Pak Ujang beserta karyawan yang lain untuk pulang dari tempatnya bekerja. Sesampainya didepan pintu gerbang perusahaan, ia dihampiri seorang pemuda yang mencoba bertanya kepadanya. “Permisi Pak, nderek tangglet, satpame sampun laut to pak?, tanya pemuda tadi yang diketahui bernama Jono. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya sudah beristirahat?”).
“Sanes Mas, satpame sakeng angkatan darat”, jawab Pak Ujang. (Artinya “Bukan Mas, satpamnya berasal dari angkatan darat”, karena mengira kalau arti dari pertanyaan Si Jono adalah “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya dari angkatan laut?”).
Mendengar jawaban tersebut, Jono menjadi bingung. Dalam benaknya Jono berfikir mungkin suaranya kurang lantang sehingga Bapak tersebut kurang mendengar pertanyaannya. Kemudian dia kembali bertanya “Satpame wes laut to Pak?”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Apakah satpamnya sudah beristirahat?”).
Pak Ujang kembali menjawab, “Sanes Mas, Satpame ndugi angkatan darat”. (Yang artinya “Bukan Mas, Satpamnya dari angkatan darat”).
Mendengar jawaban itu Jono merasa sedikit kesal, kemudian dia memutuskan kembali bertanya dengan memakai Bahasa Indonesia. “Paak...!, apakah satpam di sini sedang beristirahat?”, tanya si Jono.
“Ya..., bener Mas. Satpam disini sedang beristirahat. Memangnya Mas ada perlu apa?”, jawab Pak Ujang yang kembali bertanya kepada Jono.
“Paman saya, namanya Pak Arif adalah salah satu satpam di perusahaan ini. Saya ingin menemuinya karena ada keperluan keluarga yang sangat penting yang ingin saya sampaikan kepadanya”, jawab Jono.
“Anda langsung aja ke bagian informasi yang terletak di gedung A lantai satu”, tutur Pak Ujang sambil menunjuk salah satu gedung yang berwarna biru.
“Terima kasih atas bantuannya Pak”, lanjut si Jono sambil melangkahkan kaki ke gedung A. Pak Ujang pun kembali menghidupkan motornya dan lansung tancap gas menuju rumah.
Sesampainya di rumah, Pak Ujang langsung menceritakan peristiwa tadi kepada istrinya. Spontan saja istrinya tertawa mendengar cerita dari sang suami. Lalu si istri bilang sama sang suami “Mas iku yo’opo seh..., lek dek bahasa Indonesia, laut iku...., artine istirahat”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Mas itu gimana sih..., kalau di Bahasa Indonesia, laut itu artinya istirahat”).
Spontan aja Pak Ujang tersenyum menahan malu mendengar penjelasan dari sang istri. Dalam hatinya dia berkata “Saya ini sudah delapan tahun di Surabaya, kok saya baru tahu kalau laut itu berarti istirahat”.
24 Maret 2007
PASAR BUAH
Pada suatu malam, si Joko duduk berdua dengan kekasihnya memandangi bintang-bintang di langit.
“Malam ini sangat indah ya...”, tutur si Joko yang diikuti senyuman oleh kekasihnya.
Sembari memandang wajah kekasihnya, Joko melanjutkan ucapannya “Sayang..., Hitam matamu bagai buah manggis, lengkung alismu seperti pisang raja, hidung mancungmu melambangkan kesegaran buah belimbing, bibir merahmu menggambarkan manisnya buah apel, halusnya kulit wajahmu melebihi halusnya buah mangga”.
“Kok bisa gitu...?”, tanya kekasihnya.
Spontan saja Joko menjawab “Wajahmu benar-benar seperti pasar buah..! Ha... ha... ha....!!!”.
24 Maret 2007
ASPAL KERING
Sudah 3 bulan ini Denny meninggalkan kampung halamannya untuk mencari rezeki di kota Bandung. Untuk mengobati rasa rindu pada Safira, kekasihnya di kampung, dia berinisiatif menulis sepucuk surat yang akan dia kirim lewat Pos.
Singkat cerita, surat tersebut sampai ke tangan Safira. Dia senang kegirangan mengetahui surat tersebut dikirim oleh sang pujaan hatinya. Tanpa banyak kata, dia langsung membuka dan membaca isi surat tersebut.
Mendadak wajah Safira berubah cemberut setelah membaca selembar puisi yang terdapat surat tersebut.
Alangkah indahnyaSaat kita berduaPergi bersamaArungi samudra cintaLewati hari-hari bahagia
Ku berharapEngkau mengertiRasa cintaku hanya untukmuImpianku hanyalah engkauNurani yang selalu kurinduGundah hatiku tanpamu
Dengan wajah muram dan tanpa berfikir panjang dia langsung mensobek-sobek selembar puisi tersebut dan membuangnya ketempat sampah karena tahu inti dari puisi itu adalah Aspal Kering.
Aku ingin menikah Bang!!!
Aku ingin menikah bang!!! Itu awal dari suratnya…membuat
jantungku berdekap kencang, lalu ku baca surat itu perlahan.
Aku ingin menikah bang!!!
Bukan karena aku ingin melakukan hal yang selama ini
dilarang oleh agama, tapi aku ingin menikmati pernikahan itu
sendiri.
Aku tau tak mudah untuk menjalani sebuah pernikahan, suatu
ikatan erat yang tak bisa dimainkan layaknya orang yang
berpacaran. Tapi aku inginkan itu, aku ingin menikmati
susahnya menjadi seorang istri, mempunyai anak dan
mengurus mereka..aku suka akan hal itu dan aku akan
menganggapnya sebagai suatu ibadah karena ada tantangan
yang harus aku lalui, disamping menjalankan roda rumah
tangga juga berkarir untuk diriku sendiri.
(lagi…)
DITERBITKAN DI: KUMPULAN CERPEN
ON 19 SEPTEMBER 2007 AT 8:42 AM KOMENTAR (178)
Cermin seekor Burung
Ketika musim kemarau baru saja mulai. Seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya
kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu
memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang
jauh ke utara, mencari udara yang selalu dingin dan sejuk.
Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke
utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu
terbangnya lebih ke utara lagi.
Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai
tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia
jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.
Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru
bertambah tebal. Si burung pipit tak mampu berbuat apa apa,
menyangka bahwa riwayatnya telah tamat.
Dia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan,
seekor kerbau yang kebetulan lewat menghampirinya. Namun
si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau.
Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan
bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat
sesuatu untuk menolongnya.
Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian
kencing tepat di atas burung tersebut. Si burung pipit
semakin marah dan memaki maki si kerbau. Lagi-lagi si
kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan
mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si
burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau.
Si Burung mengira lagi bahwa mati tak bisa bernapas.
Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang
membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya
tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali
langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan,
bernyanyi keras sepuas puasnya.
Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing
menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais
tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati,
mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih
menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si
burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah
mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.
Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia
terasa gelap gulita bagi si burung, dan tamatlah riwayat si
burung pipit ditelan oleh si kucing.
Hmm… tak sulit untuk menarik garis terang dari kisah ini, sesuatu yang acap terjadi
dalam kehidupan kita: halaman tetangga tampak selalu lebih hijau; penampilan acap
menjadi ukuran; yang buruk acap dianggap bencana dan tak melihat hikmah yang
bermain di sebaliknya; dan merasa bangga dengan nikmat yang sekejap. Burung pipit itu
adalah cermin yang memantulkan wajah kita…
DITERBITKAN DI: KUMPULAN CERPEN
ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:59 AM KOMENTAR (58)
Ketika Kami Tak Cocok Lagi
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya
yang alami dan saya menyukai perasaan yang hangat yang
muncul ketika saya bersender di bahunya yang bidang. Tiga
tahun dalam masa kenalan dan bercumbu, sampai sekarang,
dua tahun dalam masa pernikahan, harus saya akui, saya
mulai merasa lelah dengan semua itu.
Alasan saya mencintainya pada waktu dulu, telah berubah
menjadi sesuatu yang melelahkan. Saya seorang wanita yang
sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak
kecil yang menginginkan permen. Dan suami saya bertolak
belakang dari saya, rasa sensitifnya kurang, dan
ketidakmampuannya untuk menciptakan suasana yang
romantis di dalam pernikahan kami telah mematahkan
harapan saya tentang cinta.
Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan
keputusan saya kepadanya. Saya menginginkan perceraian.
“Mengapa?” dia bertanya dengan terkejut.
“Saya lelah. Terlalu banyak alasan yang ada di dunia ini,”
jawab saya.
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok
yang tidak putus-putusnya. Kekecewaan saya semakin
bertambah. Seorang pria yang bahkan tidak dapat
mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa
harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang
dapat saya lakukan untuk mengubah pikiranmu?”
Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain
sangatlah sulit, dan itu benar. Saya pikir, saya mulai
kehilangan kepercayaan bahwa saya bisa mengubah
pribadinya. Saya menatap dalam-dalam matanya dan
menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan untukmu.
Jika kamu dapat menemukan jawabannya yang ada di dalam
hati saya, mungkin saya akan mengubah pikiran. Seandainya,
katakanlah saya menyukai setangkai bunga yang ada di tebing
gunung, dan kita berdua tahu, jika kamu memanjat gunung
itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk
saya?”
Dia berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”
Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan
paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya melihat selembar
kertas dengan coret-coretan tangannya, di bawah sebuah
gelas yang berisi susu hangat, yang bertuliskan:
“Sayang, Saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu.
Tetapi izinkan saya untuk menjelaskan alasannya.”
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya mencoba
untuk kuat melanjutkan membacanya kembali…
“Kamu hanya bisa mengetik di komputer dan selalu
mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di
depan monitor. Lalu saya harus memberikan jari-jari saya
untuk memperbaiki programnya.
“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar
rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa
masuk mendobrak rumah, membukakan pintu untukmu.
“Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di
tempat-tempat baru yang kamu kunjungi: saya harus
memberikan mata untuk mengarahkanmu.
“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘tamu’ kamu datang
setiap bulannya: saya harus memberikan tangan saya untuk
memijat kakimu yang pegal.
“Kamu senang diam di dalam rumah, dan saya kuatir kamu
akan jadi ‘aneh’. Lalu saya harus memberikan mulut saya
untuk menceritakan lelucon dan cerita-cerita untuk
menyembuhkan kebosananmu.
“Kamu selalu menatap komputer dan itu tidak baik untuk
kesehatan matamu. Saya harus menjaga mata saya sehingga
ketika nanti kita tua, saya masih dapat menolong
mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Saya akan
memegang tanganmu, menelusuri pantai, menikmati sinar
matahari dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna
bunga kepadamu yang bersinar seperti wajah cantikmu….
“Juga sayangku, saya begitu yakin ada banyak orang yang
mencintaimu lebih dari cara saya mencintaimu. Tapi saya
tidak akan mengambil bunga itu lalu mati….”
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya
menjadi kabur dan saya membaca kembali…
“Dan sekarang sayangku, kamu telah selesai membaca
jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini,
tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang
berdiri di sana dengan susu segar dan roti kesukaanmu….”
Saya segera membuka pintu dan melihat wajahnya yang dulu sangat saya cintai. Dia
begitu penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti. Saya tidak kuat lagi dan
langsung memeluknya dan rebah di bahunya yang bidang sambil menangis….
DITERBITKAN DI: KUMPULAN CERPEN
ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:56 AM KOMENTAR (42)
Angin di daun Pohon
Alasan mengapa orang-orang memanggilku “Pohon” karena
aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku
selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan
sebagai trademarkpada semua lukisanku. Aku telah
berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di
SMA.
Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku tidak
punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki
wajah yang cantik, tubuh yang sexy, dan sebagainya. Dia
sangat peduli dengan orang lain dan religius. Tapi dia hanya
wanita biasa saja.
Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya
yanginnocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai
kepandaiannya dan kekuatannya.
Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia
yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut,
jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang.
Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya.
Aku merasa dia adalah “sahabatku” dan aku akan memilikinya
tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya
hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam
berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku
mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah membuatnya
menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat
olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan
berkata “lanjutkan saja…” dan setelah itu pergi meninggalkan
kami. Esoknya, matanya bengkak, dan merah…
Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang
menyebabkannya menangis, but aku tertawa dengannya
seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di kelas
untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari
latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku
melihatnya menangis selama sejaman.
Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka
berdua perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai
perang dingin. Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku
berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih
dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi
meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya masih tertawa
dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi
sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan kecewa
tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan
dia, aku juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke-5, aku mengajaknya
pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa
ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan
bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ada sesuatu yang
ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya tentang
putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia
sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu
pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik,
penuh energi dan menarik.
Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakitnya hatiaku, tapi
hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya.
Ketika aku sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan
aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat
berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak
namun tidak bisa.
Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku
melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan
kehadirannya.
Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di handphone-
ku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan
menangis.
SMS itu berbunyi, “Daun terbang karena Angin bertiup atau
karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?“
DAUN
Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa?
Karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak
kekuatan untuk meninggalkan pohon yang selama ini
ditinggali.
Selama 3 thn di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan
sebagai pacar tapi “Sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai
pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah
perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya,
CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan
dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon
busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka
putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa
gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang
gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga
menyukaiku, butmengapa dia tidak mau mengatakannya?
Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya
dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi,
hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit.
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk
sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan
sangat baik di luar perlakuannya hanya untuk seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu
kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak
pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku sebagai
seorang wanita untuk mengatakannya bukan?
Di luar itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya
perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa
suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti
menunggu telponenya setiap malam, mengharapkannya untuk
mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apa pun dia, dia pasti
meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku
menunggunya. 3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku
mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu.
Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3
tahun ini.
Ketika diakhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku, dia
adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah.
Dari penolakan yang telah dia tunjukkan, aku merasa bahwa
aku ingin memberikan dia ruang kecil di hatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup
daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa
aku tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di
hatiku.
Aku tau Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh
dan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan
Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku
untuk tinggal, aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke
arahku.
“Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak
memintanya untuk tinggal?”
ANGIN
Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena
dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi
Angin yang kuat.
Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama
kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku
melihat seorang memperhatikan kami bermain sepakbola.
Ketika itu, dia selalu duduk di sana sendirian atau dengan
teman-temannya memerhatikan Pohon. Ketika Pohon
berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya.
Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.
Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang
suka melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku
merasakan kehilangan.
Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas mereka,
melihat seniorku sedang memperhatikan daun. Air mata
mengalir di mata daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku
melihat Daun di tempatnya yang biasa, memperhatikan Pohon.
Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan
memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku.
Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku
catatan. “Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa
meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau
meninggalkan Pohon.” Aku melihat ke arahnya dengan kata-
kata tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan
menerima kehadiranku dan teleponku.
Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan
berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Selama 4 bulan,
aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali
kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan pembicaraan… tapi
aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan
berharap dia akan setuju menjadi pacarku.
Aku bertanya, “apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak
pernah membalas?” Dia berkata, “aku menengadahkan
kepalaku”.
“Ah?” Aku tidak percaya apa yang aku dengar.
“Aku menengadahkan kepalaku” dia berteriak.
Aku meletakkan telepon, berpakaian dan naik taxi ke tempat
dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.
“Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal”.
DITERBITKAN DI: KUMPULAN CERPEN
ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:55 AM KOMENTAR (53)
Dia
Dia adalah Seseorang yang sangat aku sayangi dan aku cintai, seseorang yang
selalu memendam permasalahan sendiri, selalu tampak tegar ditengah kerapuhannya.
Selalu tersenyum ditengah kemarahannya, hal itu yang membuat aku sayang padanya,
tetapi dia juga yang membuat aku terhanyut dalam kesedihan ini.
Dia bernama Andri, aku bertemu dengannya di sebuah acara kemahasiswaan, dia
anak yang baik dan humoris, makanya gak heran dalam waktu singkat kami bisa
berteman akrab, teman-temanku mengira kami pacaran dan mereka sangat mendukung.
Aku hanya tersenyum geli melihat teman-teman ku menjahili dia, terfikir olehku apa
benar yang mereka katakan. Tapi aku menepisnya, aku gak mau memikirkan hal itu,
karena aku pernah bertekad untuk tidak pacaran sampai aku selesai kuliah dan aku
berusaha menjaga itu.
Waktu terus berlalu, aku juga tak mengerti kapan rasa itu datang dan hinggap di
hati ini, berawal saat kami bermain ke rumah Hilman, saat itu hilman mengajak ku keluar
untuk membeli makanan, kami bercerita banyak hal sampai hilman menyinggung tentang
Andri dan pacarnya, aku terperanjat sejenak, tapi cepat-cepat kusembunyikan rasa itu,
aku kembali bercerita seolah-olah aku tau kalau dia sudah memiliki pacar, baru aku
tersadar hatiku sakit mandengarkan cerita dari hilman.
Sepulang dari rumah hilman, aku lebih banyak diam begitu juga dengannya, dia
marah karena aku terlalu lama pergi bersama hilman, tapi bukan itu yang ku pikirkan, aku
memikirkan diriku, ada apa denganku, aku hanya temannya, mengapa aku cemburu dan
sakit hati kalau dia memiliki pacar, mengapa tidak terpikirkan olehku kalau orang
semanis dia pasti ada yang memiliki, dasar bego!. Aku tersenyum sendiri dikamar,
mencoba untuk ceria, menganggap hal ini biasa dan pasti bisa ku atasi, aku bertekad pada
diriku untuk menjadi teman yang baik, selalu ada disisinya saat suka dan duka. Semangat
teriakku pagi itu.
Namun perasaan itu muncul kembali saat kami pergi makan di suatu café, disana
dia mencurahkan semua isi hati yang selama ini di pendamnya, aku terkejut melihatnya
menangis layaknya seorang anak kecil di hadapanku, belum pernah aku melihat dia
seperti itu, tarnyata dibalik keceriaannya selama ini tersimpan luka yang sangat dalam,
aku terharu ketika dia mengatakan percaya padaku, aku sangat sayang padanya tapi aku
tak mungkin memilikinya.
Setelah kejadian itu dia lebih terbuka padaku tentang pacarnya yang selama ini
dia tutupi, aku semakin mengerti bagaimana dirinya, makin memahami apa yang
diinginkannya, harapku suatu hari dia memiliki seseorang yang benar-benar mengerti
dirinya dan sayang padanya, walau hati ini hancur setiap kali mendengarkan dia bercerita
tentang pacarnya. Akan tetapi yang tak ku mengerti, kerap kali dia mengatakan satu hal
yang membangkitkan kembali perasaan ku, bahwa dia tak ingin melepaskanku karena
aku telah menjadi sebagain dari dirinya, aku bingung, tapi aku juga gak punya nyali
untuk bertanya kepadanya bagaimana perasaan dia terhadapku.
Sampai pada puncaknya aku tak kuat membendung perasaanku sendiri, aku
mengatakan padanya kalau aku sayang padanya dan aku tau perasaan ini gak boleh
terbina, aku hanya sekedar mengeluarkan uneg-uneg yang ada dalam hatiku, terserah dia
menganggap apa yang penting hatiku lega, aku tidak akan membahas masalah ini lagi,
karena aku berjanji akan selalu menjadi teman dan sahabat yang baik buatnya
Namun rasa sayang dan cinta sudah bersemi dalam hatiku, tak mudah untuk
menepisnya, walau aku sudah berusaha, ternyata benar kata pepatah cinta itu datang tiba-
tiba walau kita tidak menginginkannya, tapi setelah kita tau mengapa terasa sakit jadinya.
Entah mengapa, setelah kejadian itu dia makin perhatian padaku, aku gak pernah tau apa
maksudnya karena dia tak pernah mengatakannya padaku, yang aku tau dia memberikan
perhatian lebih dari biasanya, seakan-akan menjawab semua pertanyaan tanpa harus
diungkapkan, aku gak peduli aku hanya ingin menjalani apa yang aku jalani sekarang,
tidak mau berfikir yang muluk-muluk tentang masa depan, apa yang terjadi antara aku
dan dia biarlah berjalan seperti sekarang ini, tanpa kata-kata tapi saling mengerti dan
memahami maksud satu dengan yang lain, walau entah sampai kapan hal ini akan
berlanjut, akupun tak tau. Tapi biarlah kisah ini berjalan seiring dengan waktu yang kami
pun tak pernah tau akhir dari semua ini, tapi aku tetap berharap semoga…….
(kira-kira endingnya gimana Ya….kasih commentnya ok…)
By: yeni
DITERBITKAN DI: KUMPULAN CERPEN
ON 20 SEPTEMBER 2006 AT 5:53 AM KOMENTAR (92)
Gunung dan Cinta
Gunung dan Cinta
Ada sebuah kisah tentang seorang bocah sedang mendaki gunung bersama ayahnya.
Tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!”
jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si
bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan
menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!”.
Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?”
Jawaban yang terdengar, “Hei! Siapa kau?”
Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Pengecut kamu!”
Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa.
Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?”
Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.”
Kemudian Lelaki itu berkata keras, “Saya kagum padamu!”
Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu!”
Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!”
Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!”
Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah
menjelaskan, “Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan.” Kehidupan
memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu.
Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan
kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di
dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya
tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan
kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya.
Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.