cerita dan pengalaman di kotagede

3
Cerita dan pengalaman di Kotagede Kotagede merupakan sebuah daerah yang penuh bersejarah meskipun saya tidak tau harus mulai darimana yang jelas setiap centimeter dari kotagede mengandung sejarah tersendiri dan saya tidak perlu googling untuk copy paste sebuah pengalaman jikalau ini memang “pengalaman” ini harus diceritakan kembali. Mungkin saya akan memulai cerita ketika negara api mulai melakukan penyerangan terhadap 3 negara. Waduh salah fokus. Maaf maaf. Ceritanya diawali waktu hendak memasuki ibadah sholat ashar. Kami berkumpul disebuah masjid, tepatnya masjid Agung Kotagede, sempat jadi pertanyaan dalam hati sebuah masjid bernuansa dan bergaya arsitektur kuno, yah meskipun saya tidak tau detailnya saya juga tidak akan bercerita tentang masjid agung kotagede, karena memang ketika melakukan tour kami belum mendapat cerita sepintas tentang masjid ini yang kami lakukan disini langsung pembagian kelompok dan langsung mentukan obyek apa yang akan kita kunjungi. Obyek yang pertama kita kunjungi adalah sendang putri yang penuh bersejarah, ya seperti yang kita ketahui yang namanya sendang itu pasti berkaitan dengan sumber mata air, karena memang yang namanya sendang itu berarti sumber mata air. Sendang putri berati sumber mata air yang khusus digunakan untuk seorang wanita saja. Pada masa lalu sendang ini digunakan untuk mandi para anggota kerajaan mataram kuno khususnya wanita saja, bagi para lelaki jangan berpikiran hentai ya. Namun yang saya terima dari tour guide nya bukan masalah bagaimana mandinya seorang wanita akan tetapi Mite tentang seekor ikan lele hidup tanpa daging, artinya hanya tinggal duri saja. Ceritanya diawali dari seorang abdi dalem yang merasa lapar di dalam sendang putri, beliau melihat seekor ikan lele, sebelum memakan lele, lele tersebut mangatakan sesuatu, bahwa ketika abdi dalem tersebut telah usai memakannya maka tualng dan duri ikan tersebut harus dikemablikan ke sendang kembali, akhirnya sang abdi dalem menuruti perintah lele tersebut dan sampai sekarang mite itu hidup didalam masyarakat kotagede, namun ketika saya bertanya pada salah seorang guide, mana lele zombienya? Dia menjawab hanya orang

Upload: syamsul-hadi

Post on 16-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Rangkuman KKL

TRANSCRIPT

Cerita dan pengalaman di KotagedeKotagede merupakan sebuah daerah yang penuh bersejarah meskipun saya tidak tau harus mulai darimana yang jelas setiap centimeter dari kotagede mengandung sejarah tersendiri dan saya tidak perlu googling untuk copy paste sebuah pengalaman jikalau ini memang pengalaman ini harus diceritakan kembali. Mungkin saya akan memulai cerita ketika negara api mulai melakukan penyerangan terhadap 3 negara. Waduh salah fokus. Maaf maaf.Ceritanya diawali waktu hendak memasuki ibadah sholat ashar. Kami berkumpul disebuah masjid, tepatnya masjid Agung Kotagede, sempat jadi pertanyaan dalam hati sebuah masjid bernuansa dan bergaya arsitektur kuno, yah meskipun saya tidak tau detailnya saya juga tidak akan bercerita tentang masjid agung kotagede, karena memang ketika melakukan tour kami belum mendapat cerita sepintas tentang masjid ini yang kami lakukan disini langsung pembagian kelompok dan langsung mentukan obyek apa yang akan kita kunjungi.Obyek yang pertama kita kunjungi adalah sendang putri yang penuh bersejarah, ya seperti yang kita ketahui yang namanya sendang itu pasti berkaitan dengan sumber mata air, karena memang yang namanya sendang itu berarti sumber mata air. Sendang putri berati sumber mata air yang khusus digunakan untuk seorang wanita saja.Pada masa lalu sendang ini digunakan untuk mandi para anggota kerajaan mataram kuno khususnya wanita saja, bagi para lelaki jangan berpikiran hentai ya. Namun yang saya terima dari tour guide nya bukan masalah bagaimana mandinya seorang wanita akan tetapi Mite tentang seekor ikan lele hidup tanpa daging, artinya hanya tinggal duri saja.Ceritanya diawali dari seorang abdi dalem yang merasa lapar di dalam sendang putri, beliau melihat seekor ikan lele, sebelum memakan lele, lele tersebut mangatakan sesuatu, bahwa ketika abdi dalem tersebut telah usai memakannya maka tualng dan duri ikan tersebut harus dikemablikan ke sendang kembali, akhirnya sang abdi dalem menuruti perintah lele tersebut dan sampai sekarang mite itu hidup didalam masyarakat kotagede, namun ketika saya bertanya pada salah seorang guide, mana lele zombienya? Dia menjawab hanya orang tertentu yang mapu melihatnya. Percaya atau tidak yang namanya mite akan hidup dalam jiwa masyarakatkota gede.Ya sudahlah ini hanya mite, setelah meninggalkan sendang putri seharusnya kita mengunjingi sendang kakung, yah yang namanya sendang pasti sama aja kan? Akhirnya kami melanjutkan perjalan ke sebuah pengarajin perak paling langka di seluruh jagat raya. Ditengah era modern ini masyarakat kotagede masih membuat kerajinan perak secara tradisional, bahan yang digunakan sudah jelas perak, namun ada beberapa tambahan lainnya seperti tembaga, selain itu ada pelebur material dan bambu sebagai alat, mungkin teman-teman bingung, loh kok bambu? Iya, jadi gini teman-teman masyarakat kotagede menggunakan bambu sebagai wadah peleburan untuk melebur perak, kenapa bambu? Karena bambu bukan unsur bumi sehingga ketika digunakan sebagai alas bambu tidak melebur menjadi satu dengan perak.bambu yang digunak hanya bambu biasa, tentu hanyabagian tertentu saja yang diambil, yaitu Bonggol. Bonggol adalah bagian bambu yang paling bawah, namun bambu ini hanya dapat dilakukan untuk 3 hari pembakaran saja, setelah itu pengrajin menggantinya kembali.Satu hal lagi dalam membuat perhiasan perak ini pengrajin menggunakan campuran tembaga. Untuk takarannya adalah 10 gram perak dilebur dengan 1 gram tembaga, sehingga perak tidak lagi murni tetapi 95 %.Setelah berbincang-bincang dengan pengrajinakhirnya kami melanjutkan lagi ke tujuan kami, yaitu rumah jengki, sekilas tentang rumah jengki kami tidak dapat memberi beberapa gambaran karena penghuni rumah tersebut tidak ada, akhirnya kami melanjutkan perjalanan kesebuah rumah seorang warga lainnya yang mempunyai garis keuturunan ningrat, beliau menjalaskan tentang keadaan rumah joglonya yang tidak terawat karena tidak ditinggali, hanya saja sering digunakan untuk pertemuan warga dan pengajian.Wah bosen ya dengerin sejarah, yang ini pasti kalian KIPO, KIPO banget dan kalo dengar ini pasti langsung laper haha. Oke yang satu ini saya bakal jelasin tentang KIPO. Kipo bukan bahasa anak gaul jaman sekarang, akan tetapi kipo adalah kuliner khas akan kotagede. Yap makanan. Laperkan? Hehe. Kipo ini sejenis klepon meiliki tekstur dan rasa yang hampir sama akan tetapi bentuk dan carapenyajian yang berbeda. Kipo memiliki bentuk yang tidak teratur. Untuk membuatnya pertama-tama kita harus memakai sarung tangan plastik yang diluri minyak supaya ketika mengambil adonan tidak lengket, kemudian gulung menjadi oval dan gempengkan, setelah itu masukan gula manis yang sudah bercampur kelapa muda, kemudian lipat dan bentuk oval gepeng, setelah itu panggang. Bedakan? Yakin pasti beda hehe.Nah hanya itu saja yang dapat saya certikan kembali, apabila ada kekurangan saya minta masukannya. Terimakasih.