central sterilization supply department

14
Central Sterilization Supply Department (CSSD) / Pusat sterilisasi sentral Central Sterilization Supply Department (CSSD) CSSD (Central Sterile Supply Department) atau Pusat sterilisasi merupakan salah satu dari mata rantai yang penting agar dapat mengendalikan infeksi dan mempunyai peran dalam upaya menekan kejadian infeksi terutama infeksi nosokomial, hal ini dikarenakan CSSD adalah bagian di institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang mengurus suplai dan peralatan bersih atau steril. Pembentukan CSSD (Central Sterilization Supply Department)berdasarkan pada Kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa CSSD sebagai salah satu upaya dalam pengendalian infeksi di rumah sakit dan merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk Perencanaan dan Pengendalian infeksi (PPI). Hingga tahun 1940-an kegiatan sterilisasi dilakukan di unit pemakai yang membutuhkan barang steril. Sehingga terdapat duplikasi peralatan maupun personel yang menyebabkan ketidakefisienan proses kerja di rumah sakit. Selain itu proses yang dilakukan tidak dapat seragam, menyebabkan sulitnya mencapai hasil sterilisasi dengan kualitas tinggi secara terus menerus. Sistem yang terpusat dibutuhkan dengan

Upload: tyarahma

Post on 05-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

central sterilization supply department

TRANSCRIPT

Central Sterilization Supply Department (CSSD) / Pusat sterilisasi sentral

Central Sterilization Supply Department (CSSD)

CSSD (Central Sterile Supply Department) atau Pusat sterilisasi merupakan salah satu

dari mata rantai yang penting agar dapat mengendalikan infeksi dan mempunyai peran dalam

upaya menekan kejadian infeksi terutama infeksi nosokomial, hal ini dikarenakan CSSD

adalah bagian di institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang mengurus suplai dan

peralatan bersih atau steril. Pembentukan CSSD (Central Sterilization Supply

Department)berdasarkan pada Kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang

menyatakan bahwa CSSD sebagai salah satu upaya dalam pengendalian infeksi di rumah

sakit dan merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk Perencanaan dan

Pengendalian infeksi (PPI).

Hingga tahun 1940-an kegiatan sterilisasi dilakukan di unit pemakai yang

membutuhkan barang steril. Sehingga terdapat duplikasi peralatan maupun personel yang

menyebabkan ketidakefisienan proses kerja di rumah sakit. Selain itu proses yang dilakukan

tidak dapat seragam, menyebabkan sulitnya mencapai hasil sterilisasi dengan kualitas tinggi

secara terus menerus. Sistem yang terpusat dibutuhkan dengan meningkatnya tindakan

operatif, bermacamnya instrumen operasi dan kebutuhan barang steril di ruangan. Kemajuan

teknologi yang meningkat juga memungkinkan adanya sistem pemrosesan yang tersentral.

Pemrosesan yang tersentral akan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga berorientasi

pada patient safety.

Salah satu indikator baik atau tidaknya suatu rumah sakit dapat dilihat dari tingkat

penyebaran infeksi yang terjadi, semakin sedikit tingkat penyebaran infeksi yang terjadi maka

semakin baik kualitas rumah sakit tersebut. Salah satu pencegahan infeksi dapat dilakukan

dengan cara melakukan sterilisasi dan desinfeksi. Sterilisasi adalah suatu proses pengelolahan

alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba

termasuk endospora yang dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.  Desinfeksi adalah

proses pembasmian terhadap semua jenis mikroorganisme patogen yang biasanya dilakukan

pada obyek yang tidak bernyawa (misal ruangan pasien). Tindakan sterilisasi dan desinfeksi

ditujukan untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi dengan cara mengendalikan kuman-

kuman yang berada di lingkungan rumah sakit, dilakukan baik terhadap peralatan-peralatan

yang dipakai, baju, sarung tangan, maupun ruangan-ruangan khususnya di lingkungan rumah

sakit.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

a.      Uap air panas dengan tekanan (autoclave)

b.     Panas kering dengan tekanan normal

c.      Radiasi pengion (radiasi gamma atau pancaran sinar elektron)

d.     Sterilan seperti etilenoksida, glutaraldehide

e.      Filtrasi

CSSD memberikan pelayanan pemrosesan barang dan instrumen kotor menjadi

barang bersih maupun steril. Unit dekontaminasi melakukan pembersihan barang dan

instrumen kotor agar aman bagi pekerja dan siap dilakukan pengemasan. Unit pengemasan

melakukan pengecekan barang dan instrumen mengenai kelayakan barang tersebut serta

melakukan pengemasan agar sterilitas dapat terjaga. Unit sterilisasi melakukan sterilisasi

barang dan instumen yang telah dikemas menggunakan metode yang tepat agar mencapai

sterilisasi yang optimal. Unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril dan

melakukan penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Unit distribusi mengirimkan

suplai kepada kustomer yang membutuhkan barang tersebut.

Beberapa fungsi CSSD antara lain:

     -   Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan

       - Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat

       - Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang steril lainnya

       - Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian, sterilisasi

dan pengiriman barang steril

     -  Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan  set operasi di

seluruh lingkungan rumah sakit

       - Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen

     -  Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai dengan

arahan komite pengendalian infeksi

       -Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya

       -Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional

       - Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang berlaku

       - Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayana

    -   Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan dan

sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur yang digunakan dan

implementasi metode baru

Ruangan CSSD

        Kegiatan CSSD meliputi 5(lima) pekerjaan utama. Dekontaminasi dan pencucian, Inspeksi

dan Pengemasan, Sterilisasi, Penyimpanan, dan Distribusi. Masing-masing kegiatan

mempunyai area khusus yang mendukung pekerjaan tersebut.

        Area dekontaminasi dan pencucian merupakan area dimana barang dan instrumen kotor yang

dapat diproses ulang berada. Di area ini barang dan instrumen tersebut didekontaminasi

menggunakan disinfektan yang sesuai dan dicuci bersih. Sehingga setelah melalui area ini

barang dan instrumen yang kotor dan terkontaminasi dapat diproses secara aman. Proses

dekontaminasi dan pencucian dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan cara

otomatis menggunakan mesin. Bahan deterjen kimia dan disinfektan mempunyai peranan

yang penting di area ini.

        Area inspeksi dan pengemasan menjadi tempat selanjutnya untuk barang dan instrumen yang

telah mengalami dekontaminasi dan pencucian. Instrumen yang telah dicuci dilakukan

inspeksi untuk mengetahui adanya kerusakan. Instrumen yang rusak akan disingkirkan agar

tidak digunakan lagi. Pengemasan menggunakan pengemas sekali pakai maupun

menggunakan pengemas rigid yang digunakan berulang. Pengemasan linen yang digunakan

untuk operasi dilakukan di ruang tersendiri. Pengemasan linen perlu dipisahkan karena linen

mengeluarkan serat-serat yang dapat menggagalkan proses sterilisasi. Serat-serat tersebut

juga dapat mengganggu kesehatan pekerja, sehingga pada ruang pengemasan linen perlu

ditambahkan aliran udara ke luar gedung. Pengemasan kapas dan kasa juga perlu ditempatkan

di tempat tersendiri karena alasan yang sama dengan linen.

        Area sterilisasi tempat mesin sterilisasi berada. Metode sterilisasi yang tersedia di rumah sakit

sebaiknya terdiri dari dua jenis. Metode sterilisasi suhu tinggi dan sterilisasi suhu rendah.

Sehingga semua jenis barang dan instrumen yang perlu disterilkan dapat disterilkan di CSSD.

Metode sterilisasi suhu tinggi yang paling diumumkan adalah sterilisasi uap. Metode

sterilisasi suhu rendah memiliki bermacam jenis, dapat menggunakan Etilen oksida,

Formaldehida, Hidrogen peroksida, maupun Gas Plasma. Pemilihan sterilisasi suhu rendah

memperhatikan kebutuhan rumah sakit.

        Area penyimpanan merupakan tempat dimana barang dan instrumen disimpan sebelum

dikirimkan untuk digunakan pada pasien. Area penyimpanan harus mengikuti kaidah clean

room, dimana terdapat beberapa persyaratan yang membutuhkan pengaturan. Pengaturan

suhu dan kelembaban, pembatasan lalu lintas personel, ventilasi agar bertekanan positif, dan

mekanisme lain agar terbebas dari kotoran dan debu. Bila terdapat inventaris yang

mencukupi, maka akan banyak barang dan instrumen yang berada disini. Dibutuhkan sistem

penyimpanan yang baik.

        Area distribusi bertanggung jawab pada ketersediaan instrumen dan barang steril yang

dibutuhkan oleh pasien. CSSD harus menjamin ketersediaan dengan mempertahankan par

level. Sistem distribusi harus dibuat seefisien dan seefektif mungkin. Meminimalisir personel,

mengurangi waktu simpan namun tetap siap untuk keadaan darurat. Di area distribusi juga

harus tersedia disinfektan untuk membersihkan kereta dari ruangan perawatan pasien yang

membawa barang atau instrumen steril.

Selain lima ruangan utama di atas, terdapat beberapa ruangan pendukung CSSD. Area

pimpinan dan adminstrasi diperlukan sebagai penyokong pekerjaan fungsional. Begitu pula

ruang ganti baju, agar pekerja CSSD berganti baju saat kerja, tidak menggunakan baju yang

dipakai dari rumah. Ruang santai atau ruang istirahat juga diperlukan karena beban kerja

pekerja CSSD termasuk berat. Selain itu alur barang juga diperhatikan, alur ini dapat

dilakukan dengan alur barang yang satu arah, disebut dengan istilah One way flow. Dalam

alur barang one way flow maka gerak barang akan searah sehingga tidak ada arus balik.

Gerak barang akan dimulai dari area dekontaminasi berlanjut ke area pengemasan, area

sterilisasi, area penyimpanan, dan area distribusi secara teratur secara searah. Tidak ada alur

barang dari area sterilisasi kembali ke area dekontaminasi kemudian ke area penyimpanan

dan distribusi. Alur tersebut menyalahi kaidah one way flow.

One Way Flow akan mengurangi resiko kontaminasi terhadap barang yang sudah

disterilkan. Barang kotor yang berada di area steril dapat mengkontaminasi barang steril

meskipun barang steril berada dalam kemasan. Barang steril yang terkontaminasi akan sangat

berbahaya bagi pasien yang menggunakan barang tersebut. Resiko infeksi nosokomial akan

meningkat termasuk di dalamnya adalah infeksi luka operasi.

Central Sterilization Supply Departement (CSSD) sebagai pusat sterilisasi

mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :

1.     Dapat mempertahankan mutu sterilisasi

Jaminan mutu sterilisasi tidak cukup hanya sekedar dengan adanyaautoclave (mesin

sterilisator), artinya hanya pada proses sterilisasi saja,akan tetapi harus mencakup

sarana/prasarana/fasilitas/bahan/alat, sumber daya manusia, prosedur mulai dari proses awal

penanganan alat-alat kotor (pembersihan dan dekontaminasi),

pengeringan, packing dan labelling, sterilisasi, penyimpanan alat steril dan pendistribusian

sampai alat akan digunakan serta pendokumentasian semua tahap kegiatan tersebut dan cara-

cara evaluasi serta monitoringnya.

2.     Efisiensi alat dan bahan

Dengan adanya CSSD alat sterilisasi cukup disediakan di sentral artinya tidak perlu

di setiap tempat yang jumlahnya mencapai puluhan tempat harus memiliki alat sterilisasi

masing-masing.  Dengan disentralkannya alat yang telah steril akan memudahkan dilakukan

pengendalian stok (inventory control) untuk kebutuhan penggunaan di rumah sakit.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, CSSD sangat bergantung pada unit

penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi

antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-

lain.  Apabila terjadi hambatan pada salah satu subunit di atas maka pada akhirnya akan

mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

Mengevaluasi hasil sterilisasi Pelaksanaan CSSD ini diharapkan mendapatkan hasil

akhir berupa produk-produk steril yang dapat menunjang kegiatan pelayanan rumah sakit.

Beberapa kondisi yang diperlukan agar mendapatkan produk yang steril yaitu :

1.     Jumlah kontaminan awal yang rendah

2.     Metode sterilisasi yang digunakan harus tepat yaitu yang sesuai dengan jenis item yang

disterilisasi

3.     Pemeliharaan hasil proses sterilisasi agar tetap steril

Alur aktivitas fungsional dari CSSD secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1.     Pembilasan : pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang perawatan.

2.     Pembersihan : semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum dilakukan

proses disinfeksi dan sterilisasi.

3.     Pengeringan: dilakukan sampai kering.

4.     Inspeksi dan pengemasan : setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya,

sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas maksimumnya.

5.     Memberi label : setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan,

cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.

6.     Pembuatan : membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut yang kemudian akan

disterilkan.

7.     Sterilisasi : sebaiknya diberikan tanggung jawab kepada staf yang tersedia.

8.     Penyimpanan : harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang

baik.

9.     Distribusi : dapat dilakukan berbagai sistem distribusi sesuai dengan rumah sakit masing-

masing.

Untuk melaksanakan aktivitas tersebut di atas dengan lancar dan baik sesuai dengan

tujuan pusat sterilisasi maka diperlukan kontrol dan pemeliharaan yang teratur terhadap

mesin/alat sterilisasi.

Tata cara proses sterilisasi sebagai berikut :

a.      Petugas pelaksana operasional dan pemelihara alat instalasi sterilisasi sentral menerima

1)     Alat-alat operasi dari petugas administrasi instalasi sterilisasi sentral

2)     Bahan-bahan (kasa, sarung tangan, dan linen) dari petugas pelaksana sterilisasi instalasi

sterilisasi sentral yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam autoklaf

b.     Petugas memisahkan/mengelompokkan :

1)     Alat-alat operasi

2)     Linen

3)     Kasa dan sarung tangan

c.      Petugas memasukkan :

1)     Alat-alat operasi ke autoklaf  dengan suhu 135°C selama 1 jam

2)     Linen, kasa, dan sarung tangan ke autoklaf  dengan suhu 120°C selama 1 jam

d.     Selama proses sterilisasi, autoklaf dalam pengawasan petugas

e.      Setelah proses sterilisasi selesai, petugas mengeluarkan alat-alat operasi, linen, kasa, dan

sarung tangan dari autoklaf kemudian disimpan ke dalam tempat yang telah disediakan.

f.      Petugas pelaksana operasional dan pemeliharaan alat instalasi sterilisasi sentral menyerahkan

alat-alat dan bahan-bahan yang telah steril ke petugas administrasi instalasi sterilisasi sentral.

Tata cara sterilisasi instrumen dan linen adalah sebagai berikut :

a.      Petugas ruangan menuliskan permintaan steril alat-alat operasi atau linen di buku permintaan

sterilisasi yang telah disediakan di masing-masing ruangan.

b.     Petugas ruangan membawa alat-alat operasi dan linen yang sudah bersih keinstalasi sterilisasi

sentral beserta buku permintaan sterilisasi.

c.      instalasi sterilisasi sentral RSU Tangerang melayani permintaan steril alat-alat operasi dan

linen dari jam 07.00 s/d 09.00 WIB setiap hari kerja kecuali instalasi bedah pusat dan Cito.

d.     Petugas sterilisasi sentral menerima, memeriksa, dan mencatat di buku ekspedisi instalasi

sterilisasi sentral dan ditandatangani kedua belah pihak.

e.      Petugas ruangan dapat mengambil instrumen yang sudah steril dari jam 11.00 s/d 13.00 WIB

dengan menandatangani buku ekspedisi instalasi sterilisasi sentral.

Tata cara sterilisasi bahan-bahan steril habis pakai di instalasi sterilisasi sentral RSU

Tangerang adalah sebagai berikut :

a.      Petugas ruangan menuliskan permintaan bahan steril habis pakai dengan menuliskan jenis

bahan yang diminta dan jumlah di buku permintaan sterilisasi yang telah disediakan di

masing-masing ruangan.

b.     Petugas ruangan membawa buku permintaan sterilisasi untuk diserahkan ke bagian

administrasi sterilisasi sentral.

c.      Petugas administrasi sterilisasi sentral menerima buku tersebut dan menandatangani serta

menuliskan permintaan sterilisasi untuk diserahkan ke bagian administrasi sterilisasi sentral.

d.     Petugas sterilisasi memberikan bahan steril sesuai dengan permintaan.

e.      Petugas ruangan menerima bahan steril dan menandatangani di buku ekspedisi instalasi

sterilisasi sentral.

f.      Bahan-bahan steril yang telah diberikan dapat bertahan steril dalam waktu 1 minggu, apabila

kertas pembungkus tidak di buka.

g.     Jika dalam waktu 1 minggu bahan-bahan steril tidak digunakan maka dikembalikan ke

instalasi sterilisasi sentral untuk disterilkan ulang.

h.     Untuk sarung tangan, apabila telah dipergunakan dicuci sampai bersih dan dikeringkan lalu

diberikan ke instalasi sterilisasi sentral.

Bahan-bahan habis pakai yang disterilkan di instalasi  sterilisasi sentral  antara lain :

a.      Kasa yang sudah dibentuk menjadi big gaas (isi 1 buah), gaas (isi 15 buah), kasa (10 buah),

kasa infus (10 buah), dapper (5 buah), dapper THT (10 buah), rol hass/rol tampon (1 buah),

rol hass kecil (1 buah).

b.     Kapas yang sudah dibentuk menjadi kapas alkohol (isi 10 buah), kapas savlon (5 buah), kapas

tampon (10 buah), bola tampon (1 buah).

c.      Sarung tangan, isi kemasan 1 ukuran perpasang dengan ukuran sarung tangan 6,5/7/7,5/8P.

d.     Tali pusat isi kemasan 2 buah.

Indikator yang digunakan sebagai parameter kontrol kualitas autoklaf adalah indikator

internal (Autoklaf tip) dan indikator eksternal. Selain itu juga digunakan Bowie Dick Test

Sheet. Kertas ini disisipkan di antara 10 tumpukan handuk pada suhu 1340-1380C selama 3-

3,5 menit. Uji ini dilakukan kurang lebih satu bulan sekali dengan tujuan kalibrasi autoklaf .

Intensitas warna padaBowie Dick Test Sheet menjadi ungu tua merupakan indikasi

penyebaran uap autoklaf. Apabila intensitas warna yang ditunjukkan pada Bowie Dick Test

Sheet tidak merata maka dilakukan kalibrasi autoklaf.