cd skripsi mahtaridi

151
HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : MAHTARIDI NIM : 0614O50 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK IBADAH PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 BADAU ini adalah hasil karya atau penelitian saya sendiri, dan bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini.

Upload: wahyu-febriyatno

Post on 26-Jun-2015

1.349 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: CD Skripsi Mahtaridi

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MAHTARIDI

NIM : 0614O50

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS

PRAKTEK IBADAH PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 BADAU ini adalah

hasil karya atau penelitian saya sendiri, dan bukan merupakan karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang

pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali yang secara

tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini.

Petaling, Mei 2010 Yang menyatakan

Rp 6000

MAHTARIDI NIM. 0614047

Page 2: CD Skripsi Mahtaridi

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Saudara MAHTARIDI

Kepada Yth,Ketua Jurusan TarbiyahSTAIN Syaikh Abdurrahman Siddik

Bangka BelitungDi Petaling

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti dan melakukan beberapa kali bimbingan serta mengadakan perbaikan seperlunya, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, maka kami selaku Pembimbing berpendapat bahwa skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : MAHTARIDINIM : 0614050Jurusan : TarbiyahProgram Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Praktek Ibadah Pada Siswa Kelas Vi SD Negeri 1 Badau.

Telah dapat diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung untuk memenuhi salah satu dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Harapan kami, semoga dalam waktu dekat skripsi ini dapat dimunaqosyahkan.

Demikian dan harap maklum. Atas segala perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb. Petaling, Mei 2010Pembimbing I Pembimbing II

Subri, M.S.I Saleha, M. ANIP.19740302 200604 1 001 NIP. 19750527 200501 2 008

Page 3: CD Skripsi Mahtaridi

NOTA DINAS KONSULTAN

Hal : Skripsi Saudara MAHTARIDI

Kepada Yth,Ketua Jurusan TarbiyahSTAIN Syaikh Abdurrahman Siddik BangkaBelitungDi Petaling

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Setelah melakukan beberapa kali konsultasi dan meneliti hasil perbaikan, maka kami selaku Konsultan berpendapat bahwa skripsi mahasiswa:

Nama : MAHTARIDINIM : 0614050Jurusan : TarbiyahProgram Studi : Pendidikan agama Islam

Judul :Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Praktek Ibadah Pada Siswa Kelas Vi SD Negeri 1 Badau.

Telah layak diajukan kepada jurusan Tarbiyah STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I).

Demikian dan harap maklum. Atas segala perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb.Petaling, Mei 2010

Konsultan I Konsultan II

Page 4: CD Skripsi Mahtaridi

MOTTO

فاذا يسـرا العسـر مع ان فا بك ر الي و فانصب فـرغت

رغب

�Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu

urusan),Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

kamu berharap

PERSEMBAHAN

Page 5: CD Skripsi Mahtaridi

………Skripsi ini merupakan buah karya ilmiah dalam memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam di STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik

Bangka Belitung, oleh karena itu kupersembahkan:

………Kepada istri dan anak-anakku tersayang yang telah

mendorong dan memberikan semangat dalam menyelesaikan

Skripsi ini, sehingga dengan selesainya skripsi inipun bisa

memotivasi anak-anakku dalam belajar.

………Kepada kedua orang tuaku yang selalu mendukung dan

mendoakanku, yang senantiasa memberikan kekuatan dengan

doa-doa yang dipanjatkan, sehingga memberikan kekuatan

kepadaku dalam mengarungi kehidupan di tanah rantau Pulau

Belitung dengan penuh suka dan duka, untuk bisa hidup penuh arti

yang berguna bagi orang banyak.

………Kepada mbak dan masku serta adik-adiku, yang setiap kali

memberikan dukungan, dan membangkitkan semangat ketika

kejenuhan tiba dengan saran dan kritiknya yang membangun,

sehingga bisa memacu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

………Kepada Almamaterku ”Kampus STAIN Syaikh Abdurrahman

Siddik Bangka Belitung,” yang penuh dengan keikhlasan menempa,

membangkitkan gairah hidup, dengan memaksaku untuk tidak

Page 6: CD Skripsi Mahtaridi

pernah berhenti berfikir dan berjalan, hingga tak terasa tahun demi

tahun terlewati dengan penuh arti.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA SD NEGERI 1

BADAU

MAHTARIDIJurusan Tarbiyah

Sekolah Tinggi Agama Islam NegeriSyaikh Abdurrahman Siddik

Bangka Belitung

ABSTRAK Penelitian ini Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama islam berbasis Praktek Iabadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau dilatar belakangi dengan permasalahan yang kurang intensif dalam pengalaman peribadatan Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga penulis mengambil tema penelitian ini tentang pelaksanaan Pembelajaran praktek Ibadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dalam meningkatkan pengamalan ibadah siswa di SDN 1 Badau dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran oleh Guru Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau, serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi hambatan Pembelajaran Berbasis Praktek Ibadah Pada Kelas VI SD Negeri 1 Badau sehingga hasil yang diharapkan dapat berguna sebagai imformasi bahan masukan bagi SD Negeri 1 Badau agar lebih meninggkatkan mutu Pendidikan Agama Islam khususnya pada pembelajaran praktek ibadah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, opservasi, dekomentasi, kemudian diedit sehingga dapat diperoleh data dan ditampilkan dengan tabel sebagai gambaran dari ekstensi pembelajaran praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau Hasil penelitian menunjukkan gambaran secara umum (1). Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah mendapat tanggapan yang positif dari seluruh elemen sekolah dan siswa dengan tingkat apresiasi mencapai 90 % (2). Serta elemen sekolah yang mendukung pelaksanaa pembelajaran praktek ibadah (3). Serta upaya-upaya

Page 7: CD Skripsi Mahtaridi

yang dilakukan oleh berbagai pihak yang mendukung pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dengan tingkat dukungan mencapai 80 %.

Kata kunci: Pengamalan ibadah siswa Pelaksanaan Pembelajaran, praktek ibadah,

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang

maha pengasih dan maha penyayang, atas berkat rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dalam keadaan sehat, lancar dan dalam waktu yang telah

direncanakan.

Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA

KELAS VI PADA SD NEGERI 1 BADAU” telah selesai disusun, setelah

dilakukan proses bimbingan, arahan dan perbaikan-perbaikan

sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dosen pembimbing

Dalam penyusunan skripsi ini, berbagai pihak telah banyak

memberikan dorongan, bantuan serta masukan sehingga dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat :

Page 8: CD Skripsi Mahtaridi

1. Prof. Dr. H. Imam Malik, M.Ag, selaku Ketua STAIN Syaikh

Abdurrahman Siddik Bangka Belitung.

2. Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah sabar

membimbing, mengarahkan serta memberi masukan

positif dalam penyelesaian skripsi ini, dihaturkan ribuan

terimakasih sebesar-besarnya, kepada yang terhormat Ibu

Soleha, M.A dan Bapak Subri, M.S.I.

3. Bapak/Ibu Dosen beserta Staf STAIN Syaikh Abdurrahman

Siddik Bangka Belitung, atas limpahan dan transformasi

ilmu pengetahuan, sharing pengalaman dan wawasan

bersama kepada penulis.

4. Kepala SD Negeri 1 Badau, beserta stafnya yang telah

memberi izin serta menyediakan waktu dan membantu

atas terlaksananya penelitian ini.

5. Orang tua terutama Ibunda tercinta, yang tak pernah

terlepas do’a dari setiap sholatnya kepada penulis serta

Istri tercinta dan anakku tersayang.

6. Teman-teman semuanya yang telah memberikan motivasi

dan semangat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan

baik.

Page 9: CD Skripsi Mahtaridi

7. Kepada semua pihak yang membantu terlaksananya

skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan doanya selama

ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berguna bagi

siapapun yang ingin mengkaji lebih lanjut. Penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh

karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna

menyempurnakan penulisan ini.

Petaling, 30 Juli 2010.

MAHTARIDI NIM. 0614050

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….. iHALAMAN PERNYATAAN………………………………………………….... iiNOTA DINAS PEMBIMBING………………………………………………….. iiiNOTA DINAS KONSULTAN……………………………………………….….. ivHALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..... vHALAMAN MOTTO…………………………………………………………….. viHALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….. viiABSTRAK………………………………………………………………………... viiiKATA PENGANTAR…………………………………………………………..... ixDAFTAR ISI…………………………………………………………………….... xiDAFTAR TABEL……………………………………………………………….... xiiiDAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….... xiv

BAB I PENDAHULUAN

Page 10: CD Skripsi Mahtaridi

A. Penegasan Istilah………………………………………………… 1B. Alasan Pemilihan Judul…………………………………………... 2C. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 3D. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………………... 5E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………………. 6F. Telaah Pustaka……………………………………………………. 7G. Landasan Teoritis.………………………………………………... 8H. Metodologi Penelitian …………………………………………… 12I. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 17

BAB II PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENEKANAN PADA ASPEK PRAKTEK IBADAHA.Pengertian Pembelajaran 18B.Pembelajaran praktek ibadah ............................................................ 19C.Ruang lingkup Pembelajaran praktek ibadah.................................... 21D. Pembelajaran praktek ibadah menerapkan strategi entering behaviour ......................................................................................... 24E.Otonomi sekolah dalam penerapan pembeajaran praktek ibadah..... 27F.Pembelajaran praktek Ibadah sebagai bukti berperannya guru Agama islam dalam peran Pendidikan AgamaIslam......................... 29G.Pembelajaran praktek ibadah sebagai upaya dalam memenuhi ranah penilaian dalam Pendidikan Agama Islam............................ 31

BAB III KONDISI UMUM SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BADAU 36A. Sejarah Desa Badau………………………..................................... 36

B. Kondisi Umum Kecamatan Badau ……………………………..... 38

C. Sejarah Berdirinya SD 1 Negeri Badau......................................... 39

D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri 1 Badau ………………..... 40

E. Keadaan guru SD Negeri 1 Badau Tahun pelajaran 2008/2009.............................. .......................................................... 41

F. Keadaan guru menurut pendidikan ............................................... G.Keadaan Siswa dan Agama Yang dianut Siswa SD Negeri 1

Badau Tahun Pelajaran 2008/2009............................................

42

434547

47

H.Sarana dan Prasaran....................................................................

BAB IV PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA SD NEGERI 1 BADAUA.Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah……………………....B.Bimbingan yang digunakan............................................................ 51C.Materi praktek ibadah..................................................................... 56D.Penilaian dan penghargaan............................................................. 60

Page 11: CD Skripsi Mahtaridi

E.Sarana dan Prasarana pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah. 63

F.Pemberian motivasi......................................................................... 66G.Hukuman dan Hadiah..................................................................... 67

H.Faktor Pendukung dan penghambat.............................................. 68BAB V PENUTUP 73

A. Kesimpulan………………………………………………………. 73B. Saran-saran …………………………………………………….... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: CD Skripsi Mahtaridi

DAFTAR TABELHalaman

Tabel 1 Materi silabus Pembelajaran Praktek Ibadah 23

Tabel 2 Keadaan Guru Menurut Status dan Golongan 41

Tabel 3 Guru Menurut Tingkat Pendidikan dan Status 42Di SD Negeri 1 Badau

Tabel 4 Agama dan Kepercayaan Siswa SD Negeri 1 Badau 43

Tabel 5 Sarana dan Prasarana SD Negeri 1 Badau 46

Tabel 6 Pembelajaran praktek Ibadah hubungannya dengan Pendidikan 48Agama Islam di Sekolah Dasar

Tabel 7 Pembimbing Pembelajaran Praktek Ibadah SD 49

Tabel 8 Kesiapan siswa menghadapi pembelajaran praktek ibadah 50

Tabel 9 Guru dalam mengontrol kehadiran siswa 51

Tabel 10 Bimbingan guru dalam menuntun doa-doa praktek ibadah 52

Tabel 11 Guru dalam memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan 53

Tabel 12 Guru menyuruh siswa memberi contoh keserasian gerakan dan 54Bacaan

Tabel 13 Guru langsung mengajak sholat 56

Tabel 14 Bimbingan Wudhu 57

Tabel 15 Bimbingan Wirid dan doa 59

Tabel 16 Pengambilan nilai siswa 60

Page 13: CD Skripsi Mahtaridi

Tabel 17 Penilaian dalam raport 61

Tabel 18 Pemberian piagam penghargaan 62

Tabel 19 Sarana dan Prasarana Praktek Ibadah 63

Tabel 20 Pelaksanaan Ibadah dalam seminggu 64

Tabel 21 Pemberian Nasehat oleh guru Pembimbing 66

Tabel 22 Hukuman dan Sangsi 67

Tabel 23 Faktor Pendukung dan Penghabat Pelaksanaan Pembelajaran 70Berbasis Praktek Ibadah

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengantar angket

2. Kisi-kisi instrumen angket

3. Instrumen angket penelitian

4. Pedoman wawancara

5. Daftar Responden

6. Surat keterangan pembimbing skripsi

7. Surat izin mengadakan penelitian

Page 14: CD Skripsi Mahtaridi

8 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian.

BAB IPENDAHULUAN

A. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah persepsi dalam memahami suatu maksud dari

skripsi ini yang berjudul : “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA

SD NEGERI 1 BADAU ”. Maka penulis pandang perlu untuk memberi

penegasan istilah sebagai berikut:

1. Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan

Nasional, kata praktek berarti yaitu proses, cara, perbuatan menjadikan orang

belajar.1 Dalam hal ini arti yang digunakan ialah melaksanakan perbuatan

menjadikan orang belajar untuk mengamalkan teori ibadah Islamiyah. di SD

Negeri 1 Badau.

2. Pendidikan Agama Islam

Dalam Buku Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam, disebutkan tentang

pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: ”Adalah usaha sadar dan

1 ? Depdiknas , Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarata : Pusat Bahasa Indonesia, 2007) hal 17

Page 15: CD Skripsi Mahtaridi

terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.”2

Batasan yang penulis ambil dari pengertian di atas adalah bahwa suatu

proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan.

3. Praktek Ibadah

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata praktek berarti:”

pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori,3 dan kata ibadah

berarti perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari

ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya.4

Dari pengertian tersebut, penulis mengambil kesimpulan dari arti kata

praktek ibadah adalah pelaksanaan secara nyata apa yang ada dalam teori

ibadah, yaitu teori tentang ketaatan kepada Allah SWT dengan cara

melaksanakan perintah dan laranganNya

B. Alasan Pemilihan JudulDalam Pendidikan Agama Islam, sudah saatnya ada perubahan paradigma

pengajaran yang selama ini lazim digunakan dalam proses belajar mengajar PAI,

kearah paradigma pembelajaran. Bukan rahasia lagi bahwa paradigma mengajar

PAI selama ini masih orientasi pengajaran ketimbang pembelajaran. Akibatnya

dikalangan siswa, PAI seringkali dipandang sebagai mata pelajaran yang

menjemukan, sarat dengan dogma dan doktrin norma-norma agama yang kurang

2 ? Depag RI, Buku Pedoman Pendidikan Agama Islam ; Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa,( Jakarta : Dirjen Bimbaga Depag ,2003) hal.2 3 ? Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas,Pusat Bahasa,2007) hal 8924 ? Ibid. hal 413

Page 16: CD Skripsi Mahtaridi

membuka ruang bagi siswa untuk lebih bebas untuk membiasakan praktek ibadah

dalam koridor pembelajaran materi ibadah islamiyah.

Pengembangan kurikulum yang menitikberatkan pada muatan lokal yang

bermaterikan praktek ibadah adalah langkah inovatif guru dalam rangka

meningkatkan pembelajaran praktek ibadah di kalangan siswa. Pembelajaran

pratek ibadah tersebut menggunakan alokasi yaitu muatan lokal.

Muatan lokal untuk pembelajaran praktek ibadah ini bermaterikan apa yang

tercantum dalam SK dan KD dari silabus Pendidikan Agama Islam, terutama

(Standar Kompetensi) dan Kompetensi Dasar (KD) yang berhubungan dengan

ibadah dan Alquran, materi yang demikian memerlukan waktu dan perhatian

khusus agar pembelajaran materi ini lebih mudah mencapai tujuan.

Di SDN 1 Badau telah dilaksanakan penggunaan pengembangan kurikulum

untuk alokasi muatan lokal dengan mata pelajaran yaitu praktik ibadah .Sebagai

bentuk proses pembelajaran siswa agar terbentuk kebiasaan pengamalan ibadah

khususnya ibadah Islamiyah. Tentunya mata pelajaran ini lebih banyak

korelasinya kepada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sudah ada

kurikulumnya. Untuk itu penelitian ini kami beri judul:”PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS PRAKTEK

IBADAH SD NEGERI 1 BADAU.”

C. Latar Belakang masalah

Satu asas yang merupakan prinsip pokok dalam merencanakan dan

melaksanakan pembangunan nasional adalah asas keimanan dan ketaqwaan

Page 17: CD Skripsi Mahtaridi

kepada Tuhan Yang Maha Esa.selanjutnya, semua kegiatan pembangunan

nasional diharapkan dapat dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan

dalam rangka pengamalan Pancasila.

Oleh karena itu, kita memerlukan sumber daya manusia berkualitas yang dari

segi ketaqwaan dan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa. Tolok ukur manusia

itu beriman dan bertaqwa adalah jika dalam kehidupan sehari-harinya di warnai

dengan pengamalan ajaran agama yang diyakininya, hal yang demikian tentunya

memerlukan pendidikan dan pembentukan kebiasaan. Kebiasaan yang

ditanamkan akan lebih terasa dan bermakna apabila dimulai dari masa kanak-

kanak dan remaja. Demikian juga pembentukan kebiasaan untuk mengamalkan

ajaran agama dimulai dari semenjak usia sekolah dasar, hal ini sesuaikan dengan

salah satu rumusan dari tujuan Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa

“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.5

Adalah suatu hal yang menjadi sebuah keharusan, yakni jika menginginkan

terjadinya sebuah kebiasaan yang agamis, siswa harus melibatkan diri secara

langsung dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya. Disini

perlu sebuah suasana di sekolah dalam sistem pembelajaran agama agar dapat

mengikutsertakan siswa dalam melaksanakan ajaran agama secara nyata.

5 ?Depag RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan ( Jakarta: Dirjen Bimbaga, 2007) hal.8

Page 18: CD Skripsi Mahtaridi

Pembentukan kebiasaan yang agamis yang dimulai dari lingkungan sekolah

tentunya dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi pendidikan

agama yang khusus untuk melaksanakan bimbingan pengamalan ibadah

memerlukan waktu yang khusus bahkan mata pelajaran yang khusus, terlepas dari

alokasi waktu Pendidikan Agama Islam.

Penggunaan waktu yang khusus, dengan mata pelajaran yang khusus dan

dengan kurikulum yang khusus, dalam dunia pendidikan lebih dikenal dengan

kurikulum muatan lokal. Paradigma penyelenggaraan pendidikan yang berbasis

pada keunggulan lokal dan potensi daerah merupakan aspek perubahan di dunia

pendidikan. Muata lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai,

tujuan, isi dan waktu serta bahan pembelajaran sesuai dengan kondisi/karakter

daerah.6

Salah satu keunggulan di SDN 1 Badau adalah 100% muridnya mayoritas

beragama Islam, dengan demikian alokasi waktu muatan lokal dipergunakan

dengan materi peningkatan praktek ibadah Islamiyah. Dengan menggunakan

kurikulum Pendidikan Agama Islam yang Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar yang berkaitan dengan pembelajaran praktek ibadah.

D. Batasan dan Rumusan Masalah1. Batasan Masalah

Dari hasil studi awal yang dilakukan penulis terhadap permasalahan-

permasalahan yang ada pada, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

6 ? Ibid, hal. 23

Page 19: CD Skripsi Mahtaridi

kelas VI SD Negeri 1 Badau maka peneliti membatasi pada sub pokok

bahasan praktek ibadah shalat.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah sebagai

suplemen Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1

Badau?

b. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah sebagai suplemen

Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau?

c. Upaya apa sajakah yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama

Islam dalam mengatasi hambatan pembelajaran praktek ibadah

sebagai suplemen Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri

1 Badau?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dan ada

beberapa kegunaan.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah untuk:

Page 20: CD Skripsi Mahtaridi

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan

praktik ibadah siswa di SDN 1 Badau.

b. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mendukung dan menghambat

pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah oleh Guru Pendidikan

Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau.

c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama

Islam dalam mengatasi hambatan pembelajaran praktek ibadah di

kelas VI SD Negeri 1 Badau ?

2. Kegunaan penelitian:

a. Untuk guru Pendidikan Agama Islam, sebagai masukan tentang

pemanfaatan kurikulum muatan lokal dalam hal usaha peningkatan mutu

praktik ibadah di SD Negeri 1 Badau.

b. Sebagai pelengkap referensi pelengkap di perpustakaan guna penelitian

lebih lanjut.

F. Telaah Pustaka Moh.Muttaqien dalam penelitiannya yang berjudul “Bertata krama dalam

kehidupan melalui pelajaran partisipatif dan kontekstual”. Adapun beberapa hal

yang menjadi tujuan penelitian itu ialah (1) menciptakan proses pembelajaran

yang interaktif, menantang, dan menyenangkan sehingga memotivasi peserta

didik untuk lebih partisipatif, serta tumbuhnya prakarsa, kreatifitas dan

kemandirian yang sesuai dengan potensi dan memenuhi kebutuhan setandar

psikologisnya. (2) mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat

Page 21: CD Skripsi Mahtaridi

menghayati, memahami dan mengaplikasikan materi pembelajaran secara tepat

dan benar.

Dalam telaaah pustaka ini, penulis menemukan hasil penelitian yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian oleh Jumbali yang

berjudul penerapan pembelajaran tuntas dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karang Anyar Jawa Tengah.

Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa tingkat kesukaran diukur dari

performance siswa dalam setiap unit atau satuan kompetensi dan kompetensi

dasar dengan cara dibuat satuan pembelajaran yang bervariasi, terkontrol, sesuai

dengan kebutuhan siswa dan difokuskan pada masing-masing siswa secara

individual untuk mendapatkan umpan balik serta bentuk tagihan yang

berkelanjutan melalui diskusi dan tutorial.

Sedangkan pada penlitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui

pemanfaatan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD

Negeri 1 Badau dalam upaya peningkatan praktek ibadah siswa di SDN 1 Badau

dan untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pemanfaatan

kurikulum muatan lokal dalam upaya peningkatan praktek ibadah siswa di SDN 1

Badau.

G. Landasan Teori

Page 22: CD Skripsi Mahtaridi

1. Prinsip Pembelajaran

Istilah pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi

transaksional yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa,

maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Komunikasi transaksiaonal menurut Asep Herry Hernawan, dkk

menyebutkan bahwa” komunikasi adalah sebuah bentuk yang dapat diterima,

dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses

pembelajaran “7

Sehingga penulis berkesimpulan pembelajaran adalah menciptakan

komunikasi antar guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam mengartikan Pendidikan Agama Islam tidak dapat terpisah-pisah.

Hal ini disebabkan karena kata-kata tersebut telah membentuk satu kesatuan

yang mempunyai satu pengertian. Untuk dapat memberikan pengertian,

penulis berusaha untuk menelaah pendapat para ahli berkenaan dengan

pengertian Pendidikan Agama Islam, antara lain:

a. Pendapat Naquib Al Atas yang dikutip oleh Heri Jauhari Muchtar:

“Pendidikan Agama Islam merupakan proses pengenalan yang ditanamkan secara bertahap dan berkesinambungan dalam diri manusia mengenai obyek- obyek yang benar sehingga hal itu akan membimbing manusia kearah pengenalan dan pengakuan eksistensi

7 ? Asep Herry Hernawan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran ,( Jakarta : Universitas Terbuka, 2006) hal 11.3

Page 23: CD Skripsi Mahtaridi

Tuhan dalam kehidupan, kemudian dengan pengetahuan itu manusia diarahkan untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik.“8

Departemen Agama telah memberikan definisi Pendidikan Agama Islam

adalah sebagai berikut: “Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar

dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui ajaran bimbingan,

pengajaran dan/atau latihan.”9

Dari dua pengertian Pendidikan Agama Islam diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha dan bimbingan

dengan berdaya upaya untuk memajukan pertumbuhan anak kearah

terbentuknya suatu kepribadian berdasarkan ajaran agama Islam agar dapat

mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Kementrian Agama telah memberikan definisi tentang tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah sebagai berikut: ”Pendidikan Agama Islam bertujuan

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa

terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”10

8 ? Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, ( Jakarta : PT Remaja Rosda Karya ,2005) hal1509 ? Depag RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum dan sekolah LuarBiasa ( Jakarta : Dirjen Binbaga Islam , 2003 ) hal 210 ? ibid.Hal 4

Page 24: CD Skripsi Mahtaridi

Penulis berpendapat berdasarkan uraian tujuan Pendidikan Agama Islam

di atas yang dimaksud tujuan Pendidikan Agama Islam ialah terbentuknya

insan kamil yang bertaqwa kepada Allah, berakhlakul karimah, dan dapat

mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya serta berbakti

kepada bangsa, negara dan seluruh umat manusia.

4. Muatan Lokal

Dalam Sisdiknas disebutkan bahwa kurikulum muatan lokal

diperuntukan mengakomodasi kekhasan daerah. Sebelum menentukan KTSP

muatan lokal, sekolah terlebih dahulu menentukan mata pelajaran yang akan

dijadikan muatan lokal dengan melibatkan semua unsur sekolah dan

masyarakat (komite) setempat. Pembuatan KTSP sebagai pengembangan

kurkulum yang di dalamnya terdapat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar

atau yang disebut dengan pembuatan Silabus. Rincian pelaksanaan dan

evaluasi juga terinci dalam KTSP, yaitu KTSP muatan lokal yang telah

ditentukan oleh Kepala Sekolah dan Komite yaitu Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Berbasis Praktik Ibadah

5. Praktek Ibadah

Pelaksanaan dari teori-teori ibadah kemudian dilaksanakan, berarti

telah melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT, lebih jelasnya dapat dilihat

pada sub judul penegasan istilah. Keberhasilan pelaksanaan pembentukasn

praktik ibadah ini tidak terlepas dari pemilahan metode pembelajaran yang

dipergunakannya saat melaksanakan kurikulum muatan lokal ini.

Page 25: CD Skripsi Mahtaridi

Dalam Kurikulum muatan lokal, yang inti tujuannya lebih banyak

ketrampilan beribadah seperti sholat denngan tata caranya , membaca Alquran

dengan tajwidnya dan amal-amal ibadah yang sesuai dengan tingkat umur

siswa SD, tentunya penggunaan metode yang dipilihnya lebih banyak metode

demontrasi .

Menurut Zakiah Darajat, pengertian metode demonstrasi antara lain

disebutkan: “Metode demontrasi ialah metode mengajar yang menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan

bagaimana melakukan sesuatu pada anak didik”11

Dengan metode demontrasi guru ataupun murid memperlihatkan pada

seluruh anggota kelas suatu proses misalnya bagaimana cara sholat yang

sesuai dengan ajaran/contoh Rosulullah SAW.Apabila teori menjalankan

sholat yang betul dan baik telah dimiliki anak didik, maka guru harus

mencoba mendemonstrasikan di depan para murid. Atau dapat juga dilakukan

guru memilih seorang murid yang paling trampil, kemudian di bawah

bimbingan guru disuruh mendemontrasikan cara sholat yang baik di depan

teman-temannya yang lain.

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

11 ? Zakiah Darajat, Metode Khusus Penagajaran Asgama Islam Jakarata : Bumi Aksara,2001) hal 296

Page 26: CD Skripsi Mahtaridi

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang

dilakukan di SDN 1 Badau.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama yaitu

guru mata pelajaran muatan lokal praktek ibadah di Badau dengan

menggunakan angket dan wawancara.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang

diperoleh dari sumber lain yang berkaitan dengan penilaian berbasis

kelas, yaitu melalui observasi dan dokumentasi.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut M. Nazir Populasi adalah sebagai kumpulan dari

individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang di tetapkan.12 Ida Bagus

Mantra dan Kasno mengutip pernyataan Masri Singarimbun dan

Efendi mengemukakan bahwa populasi diartikan sebagai jumlah

keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.13 Dalam

12 ? Moh Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta : Ghalia Arab, 1988 ), hal. 2413 ? Ida Bagus Mantra dan Kastro, Metode Penelitian Survey ( Jakarta : LP3ES, 1984 ), hal. 20

Page 27: CD Skripsi Mahtaridi

penelitian yang menjadi populasi adalah guru agama yang mengajar di

kelas SDN 1 Badau yang berjumlah 135 orang.

b. Sampel

Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan sensus karena seluruh populasi dijadikan sampel dan jumlah

populasinya terbatas.14 Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh guru mata pelajaran muatan lokal praktik ibadah kelas

SDN 1 Badau yang berjumlah 135 orang responden

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Pengertian observasi sebagaimana yang dikemukakan oleh M.

Iqbal Hasan adalah ”Pemilihan, pengubahan, pencatatan dan

pengodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan

organisme, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris”.15 Metode ini

digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan muatan lokal

praktek ibadah proses pembelajaran di SDN 1 Badau yang berjumlah

45 orang responden.

b. Dokumentasi

14 ? Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi contoh analisis statistik, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 7815 ? M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor : Ghalia Indonesia, 2002), hal. 86

Page 28: CD Skripsi Mahtaridi

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa pengertian

dokumentasi yaitu” Mencari data mengenai hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda dan lain-lain.”16 Metode ini digunakan untuk memperoleh data

berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan penilian pelaksanaan

praktik ibadah di SD Negeri 1 Badau, struktur organisasi sekolah,

keadaan guru, karyawan, dan administrasi guru.

c. Wawancara

Rochiati Wiriatmadja mengutip pendapat Denzim dalam Goetz

dan LeCompte menyatakan bahwa wawancara ”Merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-

orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-

hal yang dipandang perlu.”17 Untuk memperoleh jawaban responden

penanya dapat menggunakan pedoman wawancara yang dibuat secara

tertulis dan ditanyakan secara lisan kepada responden. Dalam

penelitian ini, akan dilakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan

guru Pendidikan Agama Islam SDN 1 Badau untuk memperoleh

informasi tentang pemahaman guru terhadap pelaksanaan praktek

ibadah, faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan praktek ibadah

serta upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengoptimalkan praktek 16 ? Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek ( Yogyakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 18817 ? Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 117

Page 29: CD Skripsi Mahtaridi

ibadah dalam proses pembelajaran, instrumen yang dipergunakan

adalah pedoman wawancara.

d. Angket

Riduan mengemukakan bahwa ”Angket adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia

ketahui.”18 Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mendapatkan

informasi mengenai pemahaman guru tentang praktek ibadah, faktor-

faktor yang mempengaruhi praktik ibadah, serta upaya-upaya yang

dilakukan guru mata pelajaran di SDN 1 Badau dalam optimalisasi

penerapan kurikulum muatan lokal praktek ibadah.

5. Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data terkumpul maka langkah seterusnya adalah

melakukan analisis data. Data yang diperoleh melalui angket akan

dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan item pertanyaan dan ditampilkan

dalam bentuk prosentase berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.

Selanjutnya seluruh data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi,

wawancara, dan angket akan dianalisis secara deskriptif.

Seluruh data yang telah dikumpulkan akan direduksi dan dianalisis,

sehinga diperoleh gambaran tentang penerapan penilaian berbasis kelas mata

pelajaran muatan lokal praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau, faktor-faktor

18 ? Riduan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, ( Bandung : Alfabeta, 2005 ), hal. 30

Page 30: CD Skripsi Mahtaridi

yang mempengaruhi penerapan parktek ibadah serta upaya yang dilakukan

guru untuk mengoptimalkan penerapan praktik ibadah dalam proses

pembelajaran.

I Sistematika Penulisan

Proposal penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I. Pada Bab ini berisikan penjelasan secara garis besar permasalahan yang

akan diteliti, yang meliputi: Penegasan Istilah, Alasan Pemilihan Judul,

Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Landasan Teoritis, Metodologi

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II. Pada Bab II diuraikan mengenai kajian teoritis mengenai pembelajaran

praktek ibadah sebagai pelajaran suplemen Pendidikan Agama Islam yang

dilaksanakan di SD Negeri 1 Badau.

BAB III. Pada Bab ini mengemukakan gambaran umum SD Negeri 1 Badau yang

didalamnya dijabarkan tentang letak geografis, sejarah dan latar belakang

berdirinya, struktur organisasi sekolah, keadaan guru, siswa, dan karyawan

serta proses pembelajaran praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau yang

Page 31: CD Skripsi Mahtaridi

diperoleh dari hasil pengamatan atau observasi di lapangan, data

dokumentasi, dan juga data hasil wawancara.

BAB IV Pada Bab ini peneliti mengungkapkan analisis data dan temuan di lapangan

hasil dari angket, wawancara, observasi dan dokumentasi.

BAB V Bab ini adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari hasil analisis data

serta saran-saran yang diberikan oleh peneliti.

BAB IIPEMBELAJARAN PRAKTEK IBADAH SEBAGAI SUPLEMEN

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 1 BADAU

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah merupakan proses komunikasi antara

guru dan siswa untuk mecapai tujuan yang telah direncanakan. Dengan komunikasi

guru dan siswa agar terjadi keseragaman penerimaan, pemahaman dan kesepakatan

oleh-oleh pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada

hakekatnya merupakan proses sebab akibat.

Adapun pengertian pembelajaran menurut pendapat Asep Herry Hernawan,

menyebutkan bahwa: “Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang

atau kelompok orang melalui satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan

tertentu ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Page 32: CD Skripsi Mahtaridi

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan terencana untuk mengkondisikan sesorang

atau sekelompok orang agar bisa belajar dengan baik”.19

Menurut H.M. Suyudi, pembelajaran adalah salah satu proses untuk

memperoleh pengetahuan, sedangkan pengetahuan adalah salah satu cara untuk

memperoleh kebenaran / nilai, sementara kebenaran adalah pernyataan tanpa keragu-

raguan yang di mulai dengan adanya sikap keraguan terlebih dahulu”. 20

Sehingga pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya terencana untuk

mengkondisikan seseorang atau kelompok dengan menggunakan strategi,

perencanaan, metode serta pendekatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

yang merupakan sebuah kepastian dan tanpa menimbulkan keraguan yang diharapkan

terjadi pada seseorang atau kelompok.

B. Pembelajaran Praktek Ibadah

Menurut Zakiah Darajat, “Ibadah diartikan suatu upacara pengabdian yang

sudah digariskan oleh Syariat Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat

dan rukunnya”.21 Kegiatan ibadah dalam Islam seperti sholat, puasa, zakat, berhaji,

bersedekah dan lain-lain. Kegiatan ibadah itu wajib dikerjakan sesuai dengan

petunjuk syariat. Ada ibadah khusus yaitu ibadah yang termaktub dalam rukun Islam.

Cara ibadah ini harus mencontoh dari cara ibadahnya Rosulullah. Untuk dapat

mencontoh Rosulullah, sesorang harus mendapat bimbingan dari orang yang lebih

19 ?Asep Herry Hernawan, Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : Universitas Terbuka, 2006) hal.9.420 ?H.M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran (Yogyakarta: Mikraj,2005)hal 122 21 ?Zakiah darajat, Metodik khusus pengajaran agama Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 2001), hal. 73

Page 33: CD Skripsi Mahtaridi

tahu akan Alquran dan Sunah Rosulullah. Kaitannnya dengan pendidikan, siswa

dalam praktek ibadah ini, dalam pembelajarannya harus selalu dibimbing oleh guru

agama yang lebih tahu akan hukum syar’i dan lebih tahu akan sunah Rosulullah.

Sehingga pembelajaran ibadah bukanlah pembelajaran dogmatis, yang mengisi ranah

kognitif.

Lebih khusus, dalam pelajaran praktek ibadah, ibadah yang paling pokok

adalah sholat, maka disebut sholat itu tiang agama. Maka bimbingan praktek ibadah

menjadi sangat utama sekali untuk diajarkan dengan alokasi waktu yang khusus.

Suatu hal yang paling penting dalam pembelajaran praktek ibadah ialah adanya

kegiatan yang mendorong supaya siswa terampil mengerjakan ibadat. Baik dari segi

gerakan maupun dari segi bacaan, dan keseuaiannya. Dan menciptakan suasana yang

menggembirakan agar siswa tidak jenuh dan bosan atau takut mengikuti

pembelajaran praktek ibadah dan menciptakan lingkungan yang agamis

Pembelajaran praktek ibadah memerlukan pembimbing dari guru dalam hal

ini guru agama Islam. Penunjukan guru agama Islam sebagai pembimbing praktek

ibadah karena kompetensi pedagogik yang dimilikinya serta kemampuan memahami

ajaran syariat dari sumber utamanya yaitu Alquran dan Al hadist.

Guru agama sebagai pembimbing tentunya harus memiliki syarat-syarat yang

ditentukan seperti yang diuraikan oleh Mulyasa sebagai berikut:

1. Guru harus merencanakan tujuan dan mengindentifikasikan tujuan yang

hendak dicapai.

Page 34: CD Skripsi Mahtaridi

2. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang

paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar secara

jasmani dan psikologi.

3. Guru harus memaknai kegiatan belajar

4. Guru harus melaksnakan penilaian.

Bimbingan guru dalam praktek ibadah sangat penting, ibarat perjalanan guru

harus bisa menentukan tujuan, menata langkah-langkah serta mencukupi

kebutuhan selama perjalanan. Inovatif guru untuk menciptakan suasana

keagamaan yang menyenangkan adalah merupakan seni tersendiri bagi guru

dalam membimbing siswanya melaksnakan praktek ibadah. Keadaan yang

demikian untuk menghindari dari unsur keterpaksaan dan kebosanan yang

mungkin akan menghinggapi para siswanya.

C. Ruang Lingkup Pembelajaran praktek ibadah .

Dalam mengajarkan tentang ibadah, ibadah yang paling pokok dan utama

tentunya yang diprioritaskan untuk dipelajari dan tekankan untuk dikuasai.. Dan

dalam kegiatan pembelajran ini menjadikan anak terampil memperbuat pekerjaan

ibadat. , baik dari segi kegiatan anggota badan, ataupun dari segi bacaan.. Bentuk

ibadah yang paling pokok ialah dengan bentuk iobadah sholat. Sehinga tujuan akhir

dari praktek ibadah ini ialah siswa dapat melakukan sjholat dengan mudah.

Selanjutnya , mendorongagar siswa senang melakukan ibadah sholat. . Pengajaran

ibadah sholat bukanlah sekedar memberikan pengetahuan tentang sholat saja, tetapi

Page 35: CD Skripsi Mahtaridi

yang lebih penting lagi ialah dapat beribadat sholat dengan baik dan senangg

melakukan iabadah sholat itu.

Menurut Zakiah Darajat, ruang lingkup pengajaran praktek ibadah ruang

lingkupnya antara lain:

1. Thaharoh yang meliputi :

a) Masalah najis dan kotoran

b) Istinjak dan menghilangkan najis dan kotoran

c) Masalah hadas dan cara mensucikannnya

d) Masalah adab buang air kecil dan besar.

e) Wudlu dan mandi.

2. Sholat, yang meliputi :

a) Caranya dan bacaannya

b) Syaratnya, rukunnya, dan sunatnya dan yang membatalkannya.

c) Macamnya dan waktunya.

d) Hukumkumnya, fadhilahnya/hikmahnya.

e) Hal-hal yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan seperti aurat,

pakaian, azan, iqomah, jama’ah, shaf, makmum masbuk, doa dan wirid

setelah sholat dan sebagainya.22

Dari ruang lingkup pengajaran praktek ibadah sholat ini, agar pengetahuan

serta praktek pelaksanaan sholat dapat dikuasai oleh siswa dan menjadi ketrampilan

yang dikuasai oleh siswa, maka diperlukan bimbingan dan latihan secara

22 ? Ibid. hal. 75

Page 36: CD Skripsi Mahtaridi

berkesinambungan dan terpogram dari guru dan pihak sekolah. Dari pemikiran yang

demikian maka penggunaan alokasi waktu yang khusus untuk melaksanakan

pembelajran praktek ibadah yang demikian perlu duklungan dari berbbagai pihak

elemen sekolah..

Pelakasanaan pembelajaran praktek ibadah ini dibebankan kepada guru

Agama Islam, dikarekan hanya guru Agama Islam yang secara peraturan perudangan

yang mempunyai kualifikasi dan berhak mengajarkan Pendidikan Agama Islam

Adapun ruang lingkup pembelajaran praktek ibadah yang dilaksankan di SD pada

hakekatnya adalah pendalaman dari silabus pada kurikulum tahun 2004 Pendidikan

Agama Islam Sekolah Dasar dapat dikembangkan melalui matriks silabus berikut

ini23:

Tabel 1Silabus Aspek Ibadah Sholat PAI SD

No Komptensi Dasar Indikator Materi Pokok1 Mengenal rukun Islam,

dan mampu melakukan tata cara thaharah/suci

Siswa dapat:-menyebutkan rukun Islam-hafal rukun Islam-Menyebutkan macam-macam alat bersuci-Mensucikan kubul dan dubur saat buang air kecil dan besar-Melafalkan niat berwudhu -Melafalkan niat wudhu- Menyebutkan urutan berwudhu dengan tertib.- Melafalkan doa wudhu- Latihan cara berwudhu

-Bersuci /taharoh- Berwudhu- Hafalan rukun Islam

2 Berwudhu dengan benar

Siswa dapat :- Melafalkan niat wudhu- Mengenal tatacara ber wudhu- Mempraktekan cara berwudhu

-Hal-hal yang berkaitan dengan wudhu

23 ? Depag RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam di sekolah UMUM dan Sekolah Luar Biasa( Jakarata: Dirjen Bimbaga islam, 2003), hal.17

Page 37: CD Skripsi Mahtaridi

- Berdoa sesudah wudhu- Mengenal doa setelah berwudlu

3 Mampu melaksanakan shalat fardhu

Siswa dapat:- Melakukan gerakan sholat yang benar-Menampilkan bacaan sholat yang benar-Menserasikan gerakan dan bacaan sholat dengan benar-Mempraktekan gerakan dan bacaan sholat fardhu- Mengamalkan sholat dzuhur, asar, dan Isya dengan sempurna.- mempraktekan sholat dzuhur, Asasar dan isya dengan sempurna

-Gerakan, bacaan, dan keserasian sholat yang sempurna

4 Melaksanakan sholat dengan sempurna dan mengerti syrat sah serta membatalkannya

Siswa dapat :- Mempraktekan rukun sholat.- Mempraktekan sunat-sunat sholat- Membedakan rukun dan sunah sholat- Menyebutkan syarat syah sholat-Menyebutkan hal-hal yang membatalkan sholat- Mempraktekan dan mengamalkan sholat subuh,dzuhur, Asar, magrib dan Isya dengan sempurna

-Bacaan, gerakan rukun, syarat sah dan hal- hal yang membatalkan sholat

5 Melakukan Adzan dan Iqomah sebelum sholat dengan benar

Siswa dapat :- Melaksanakan adazan dan Iqomah- Menunjukan hafal adzan dan iqomah- mempraktekan adzan dan iqomah ketika hendak sholat

- Lafal Adzan dan iqomah

6 Melaksanakan Doia dan Dzikir setelah Sholat

Siswa dapat:- Melafalkan dizikir setlah sholat-Melafalkan macam-macam doa setelah sholat

D. Pembelajaran praktek ibadah sholat menerapkan strategi pendekatan

entering behavior

Pembelajaran praktek ibadah pada umumnya adalah mengarahkan peserta

didik untuk dapat menguasai kecakapan khusus yang diharapkan setelah selesai

Page 38: CD Skripsi Mahtaridi

mengikuti proses pembelajaran. Materi pada pembelajaran praktek ibadah sebenarnya

sudah diajarkan pada pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga pada

pembelajaran praktek ibadah adalah penekanan penguasaan ketrampilan khusus

ibadah oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam Komptensi Dasar yang

dikembangkan dengan indikator, disebutkanbahwa siswa dapat melakukan berwudhu,

maka entering behaviornya adalah siswa dapat melafalkan bacaan sebelum dsan

sesudah wudhu, siswa sudah dapat mengetahui tata urutan berwudu. Sehingga

entering behavior berperan sebagi pretest dan akan ditindak lanjuti dengan proses

pembelajaran sampai tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut pendapat Ahmad Tafsir, menyebutkan bahwa “entering behavior

ialah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam hubungan

dengan tujuan instruksional khusus”24 Pengajaran dapat disederhanakan sebagai

upaya untuk membawa peserta didik dari keadaanya ke keadaan yang yang

dikehendaki oleh pengajar(pendidik), juga berarti membwa siswa dari keadaannya ke

tujuan pembelajaran khusus. Sehingga entering behavior juga memberikan informasi

tentang sifat gerak mengajar dan tanggung jawab mengajar yang akan

dilaksanakan.Penggunaan entering behavior ini dapat dilakukan dengan pendekatan

pretest sebagai upaya untuk mendapatkan data kemampuan dasar siswa sebelum

pelaksanaan pembelajaran.

Ada dua faktor yang mempengaruhi entering behavior; antara lain:

24 ? Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam” (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2005) hal. 57

Page 39: CD Skripsi Mahtaridi

1. Kesiapan siswa; adalah kapasitas yang tepat untuk menghadapai tujuan

intrukisoanal kuhus, sebgai upaya untuk merujuk kemampuan siswa terhadap

kemampuan yang diinginkan dalam pembelajaran yang akan dihadapi

2. Kematangan siswa, mrujuk pada tingkat pertumbuhan biologis seseorang

yang sebagian besar merupakan pengeruh bawaan.Kematangan ini meruipkan

faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Juga, faktor

kematangan adalah merupakan masa peka yang dimiliki seseorang.25

Seorang pendidik harus mengetahui bahwa seseorang dalam mempelajari

bahan baru akan lebih berhasil bila seseorang tersebut sudah pernah memp[erlajari

materi yang sama sebelumnya. Seseoreang yanga mengerjakan persamaan setiap hari

akan lebih cepat dan tepat mengerjakan tugas seperti itu bila ia mengahdapinya.

Peningkatan kecepatan dan ketepatan seperti ini akan terjadi karena ia telah

mempelajari materi yang sama.

Kegunaan entering behavior dalam pembelajaran praktek ibadah ialah sebagi

informasi untuk menentukan indkator indekator keberhasilan proses pengajaran

setelah mengetahui dengan jelas akan kesiapan dan kematangan siswa terhadap

materi yang akan diajarkan serta tujuan yang hendak dicapai.Juga berfungsi sebgai

data siswa untuk mengelompokan siswa akan kemampuan dasar yang telah dimiliki

sebelum melakasanakan proses pembelajaran. Dengan demikian akhir dari

pembelajaran yaitu tercapainya tujuan pengambelajaran dengan telah tercapianya

indikator – indilator akan tercapai dengan tuntas.

25 ? Ibid, hal. 57

Page 40: CD Skripsi Mahtaridi

E .Otonomi Sekolah dalam penerapan pembelajaran praktek Ibadah

Untuk melaksanakan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang

menekankan pada praktek ibadah diperlukan legalitas dalam pelaksanaan. Agar

pelaksaan pembelajaran ini dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai upaya mencari

pembenaran maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan, antara

lain;

1. Otonomi Sekolah sebagai bentuk desentralisasi pendidikan.

Otonomi sekolah menyangkut segala kebijakan yang dibutuhkan untuk

melaksanakan wewenang dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pendanaan dan

evaluasi.Syaiful Sagala ( manajemen strategik Dalam peningktan Mutu

Penbdidikan hal 162 ) mengartikan otonomi sekolah sebagai kewenangan atau

kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri secra indepanden

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah.26

Konsep otonomi sekolah merupakan tondakan desentralisasi yang dilakukan

pemerintah sampai ke tingkat sekolah bahkan sampai ketingkat guru ( gurukelas/

guru bidang studi. Yang menuntut kesiapan pengelolaa berbagai tingkatan untuk

melakukan peran sesuai dengan kewajiban, kewenangan dan tanggung

jawabanya. Otonomi sekolah dilaksanakan dalam kaitannnya manajemen berbasis

sekolah dengan mengikutsertakan masyarakat bertanggung jawab atas kelancaran

pengelolaan sekolah. Kefektifan manajemen berbasis sekolah akan terwujud jika

26 ? Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006).hal. 162.

Page 41: CD Skripsi Mahtaridi

pengelola pendidikan mampu memberdayakan sumber daya sekolah dan instansi

pemerintah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dalam menentukan

kebijakan, pengadimintrasian dan inovasi kurikulum yang dilakukan sekolah.

Syaiful Sagala membagi fungsi didesentralisasi sekolah menjadi dua bagian :

a. Fungsi input, pengadaa input sumber daya manusia terutama

kualifikasi guru harus mendapat perhatian yang besar,

b. Fungsi output, adalah prestasi sekolah, yaitu peroses pembelajaran

yang terukur akibat dari pelayanan belajar dan pelayanan

manajemen sekolah, hasil output ialah prestasi akedemik dan

prestasi non akademik berhubungan nilai dan norma.

2. Undang- Undang nomor 20 tahun 2003.

Berdasarkan Undang-undang nomr 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan

nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang

pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversikasi pendidikan sesuai dengan

satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

Kurikulum muatan lokal adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang bersangkutan Dengan

mengacu pada peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar isi (SI)

dan standar kelulusan.

Penambahan jam pembelajaran pendidikan agama Islam dengan

memanfaatkan alokasi waktu muatan lokal untuk pembelajaran praktek ibadah

adalah bentuk dari muatan lokal.

Page 42: CD Skripsi Mahtaridi

F. Pembelajaran praktek Ibadah sebagai bukti berperannya guru Agama Islam dalam Peran Pendidikan Agama Islam

Guru pendidikan agama Islam masa kini, bukan hanya berperan sebagai

pengajar dalam arti yang sempit, tetapi juga sebagai pendidik. Disamping itu, ia harus

juga memainkan peranan sebagai pemimpin, pengelola, pembimbing dan pembantu

guna memudahkan proses pembelajaran pendidikan agama.

Dengan peranan tersebut guru pendidikan agama Islam diharapkan mampu

membangkitkan sikap religius siswa. Siswa diharapkan mampu merespon perubahan

zaman yang terjadi, tetapi tidal terbawa arus perubahan dunia yang semakin global.

Namun dalam kenyataannya, guru pendidikan agama Islam dalam

membelajarkan pendidikan agama di sekolah belum berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Guru pendidikan agama Islam belum mampu membentuk kepribadian

siswa secara utuh. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya kasus kenakalan siswa

dalam berbagai bentuknya, baik di sekolah maupun luar sekolah. Meskipun

kenakalan remaja tidak semata-mata disebabkan oleh pendidikan agama yang gagal,

tetapi sering kali guru pendidikan agama Islam menjadi tumpuan harapan

terbentuknya akhlakul karimah, sehingga apabila terjadi kenakalan siswa, guru agama

Islam sering menjadi sasaran. Persepsi ini tidak selamanya benar, dan juga tidak

semuanya salah. Karena guru agama Islam dianggap sebagai penjaga moral di

lingkungan sekolah, sehingga baik buruknya akhlak siswa sering di alamatkan kepada

guru pendidikan agama Islam.

Page 43: CD Skripsi Mahtaridi

Dalam perspektif pembelajaran, persoalan ini kalau ditelusuri secara seksama,

sebenarnya merupakan salah satu indikasi bahwa, guru pendidikan agama Islam

dalam pembelajaran pendidikan agama selama ini masih dianggap kurang berhasil

dan belum memenuhi logika zamannya. Pendidikan agama yang diberikan telah jatuh

ke dalam sekedar pengajaran agama yang indoktrinatif-normatif, yang hanya singgah

di kepala sebentar menjelang dan saat-saat ujian, dan sesudah itu terlupakan, tidak

pernah masuk ke hati para siswa, dan tidak pernah dilaksanakan dalam kehidupan.

Akibatnya kenakalan- kenakalan siswa terjadi di mana-mana.

Persoalan lain dari kegagalan pendidikan agama adalah pengaruh media

massa. Setiap hari guru pendidikan agama Islam dalam membelajarkan pendidikan

agama harus menghadapi tantangan berat yang hadir di ruang pikiran siswa, yaitu

berbagai tayangan atau program acara yang ada pada media masa. Terlepas dari

kelebihannya, banyak tayangan atau acara pada media masa yang sebenarnya

merupakan kampanye berbagai paham kemoderenan, yang kadang-kadang itu

bertentangan dengan budaya kita.

Melihat kondisi demikian nampak bahwa tugas guru pendidikan agama Islam

sangatlah berat, belum lagi ditambah dengan beban-beban administratif yang dapat

mengganggu konsentrasi mereka dalam pembelajaran siswa. Akibatnya konsentrasi

untuk mencari format baru dalam pembelajaran agama yang relevan dan

kemoderenan, semakin terabaikan. Untuk itu, guru pendidikan agama Islam harus

mampu membagi waktu dan tugas, di mana yang strategis-fungsional harus

diutamakan ketimbang yang administratif- formal, agar mampu melakukan refleksi-

Page 44: CD Skripsi Mahtaridi

refleksi cerdas dalam membelajarkan pendidikan agama, sehingga agama akan

fungsional dalam kehidupan diri siswa.27

G. Pembelajaran Praktek Ibadah sebagai upaya dalam memenuhi ranah penilaian dalam Pendidikan Agama Islam

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah

yaitu ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara lengkap dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Kognitif

Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati yang dimaksud

dengan kognitif adalah ”Kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.” Selanjutnya

dijelaskan ada enam tingkatan aspek kognitif, yaitu:

a. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk

mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima

sebelumnya.

b. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman

dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi

yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.

c. Tingkat penerapan (aplication), penerapan merupakan kemampuan untuk

menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam

27 ? Depag RI, Ibid. Hal 98

Page 45: CD Skripsi Mahtaridi

situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Tingkat Analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi,

memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta,

konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap

setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.

e. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang

ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

f. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang

mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan

tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan

kriteria tertentu.28

2. Afektif

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional mengutip pendapat

Krathwohl bahwa ”Hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen

afektif.”29 Apabila seorang peserta didik tidak memiliki minat terhadap mata ajar

tertentu, maka tentunya peserta didik tersebut akan mengalami kesulitan untuk

28 Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2007), hal. 23

29 Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, (Jakarta : Depdiknas, 2004), hal. 5

Page 46: CD Skripsi Mahtaridi

mencapai ketuntasan belajar. Dalam hal ini tentunya peran guru harus mampu

memberikan motivasi dan menjalin ikatan emosional, sehingga akan terbangun

sikap kebersamaan, sosialis, dan persatuan.

Menurut Krathwohl dalam Sax sebagaimana dikutip oleh Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Departemen Pendidikan Nasional misalnya dalam pembelajaran sains

terdapat komponen sikap ilmiah yang merupakan komponen afektif, selanjutnya

dikemukakan bahwa ranah afektif ada lima yaitu: receiving (attending),

responding, valuing, organization, dan characterization.30

Pada peringkat receiving atau attending, siswa memiliki keinginan

menghadiri atau mengunjungi suatu penomena khusus atau stimulus, misalnya

kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Hal yang berkaitan dengan

pengarahan perhatian siswa dan merupakan partisipasi aktif terhadap suatu

kegiatan adalah responding, pada peringkat ini siswa tidak saja mengunjungi

penomena khusus tetapi ia juga bereaksi sehingga hasil pembelajaran ditekankan

pada keinginan dan kepuasan dalam memberikan respons. Level tertinggi pada

kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil

dan kesenangan. Misalnya kesenangan dalam membaca buku. Valuing adalah

sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat. Hal ini

menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan. Hasil

30 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, ( Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004 ), hal. 5

Page 47: CD Skripsi Mahtaridi

belajar siswa pada tingkat ini berhubungan dengan prilaku yang konsisten dan

stabil. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap

dan apresiasi.

Pada peringkat organization, nilai yang satu dengan nilai yang lainnya

dikaitkan dan konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai

internal yang konsisten. Pada tingkatan ini hasil pembelajaran berupa

konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Peringkat ranah afektif tertinggi

adalah characterization atau nilai yang komplek. Pada tingkat ini siswa memiliki

sistem nilai yang mampu mengendalikan prilaku sampai pada suatu waktu

tertentu hingga terbentuk gaya hidup.

3. Psikomotor

Menurut Simpson sebagaimana dikutip oleh Anas Sudijono ”Bahwa hasil

belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan atau skill dan

kemampuan bertindak individu yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar

kognitif dan hasil belajar afektif.”31

Penilaian psikomotor tidak jauh berbeda dengan penilaian kognitif yaitu

dimulai dari pengukuran hasil belajar peserta didik, namun demikian terdapat

adanya perbedaan antara keduanya yaitu pengukuran hasil belajar ranah kognitif

menggunakan tes tertulis sedangkan pengukuran hasil belajar psikomotor

menggunakan tes unjuk kerja, lembar tugas atau lembar pengamatan.

31 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2006), hal. 57

Page 48: CD Skripsi Mahtaridi

Dalam penilaian ranah psikomotor jenis tagihannya dapat dibedakan

menjadi dua cara yaitu penilaian kelas dan penilaian berkala. Dengan demikian

penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,

proses dan produk. Penilaian psikomotor dapat dilakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau dapat juga

dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.

Mencermati aspek penilaian pada ranah psikomotor maka pendidikan Agama

Islam memandang perlu adanya tambahan jam pembelajaran yang menekankan pada

pembelajaran praktek Ibadah. Agar siswa betul-betul dapat melaksanakan

kewajibanya dan mengamalkan ajaran agama Islam.Penekanan aspek psikomotor ini

sangat penting pada saat anak-anak masih memerlukan bimbingan dalam kaitannnya

pembentukan kebiasaan.

BAB IIIKONDISI UMUM SEKOLAH DASAR NEGERI 1 BADAU

A. Sejarah Desa Badau

Untuk mengungkap sejarah Desa Badau, sebenarnya hampir mengungkap

dari sejarah kerajaan yang ada di Pulau Belitung. Untuk itu penulis mencoba

mencari sumber data yang diyakini kebenaran yaitu dari dokumen yang ada di

Page 49: CD Skripsi Mahtaridi

Desa Badau. Pada dokumen tersebut dipaparkan tentang asal muasal nama Desa

Badau, yang antara lain dapat disarikan sebagai berikut ini:

“Sebelum Belanda menjajah pulau Belitong yaitu berkisar tahun 1500 Masehi,

seorang bangsawan tanah Jawa dari kerajaan Majapahit datang ke pulau Belitong

dengan tujuan mencari obat, melalui Kesultanan Palembang bangsawan ini adalah

Ronggo alias adalah Ronggo Udo, yang oleh masyarakat dikenal dengan nama

Daloeng Moyang Gersik.

Dalam perjalanan ke Pulau Belitong, beliau tiba di Kuala Berangan/muara

dari Sungai Cerucuk, tepatnya disebuah perkampungan yang bernama Kute

Karang dan menetap di sana. Oleh karena pada masa itu banyaknya gangguan dan

ancaman dari lanun, yang selalu singgah diperkampungan, beliau pun pindah

sampai pada hulu sungai Bersing dan menetap dikaki gunong Lilangan. Di tempat

inilah beliau membuka ume (berladang) mendirikan rumah dan mengembangkan

pengetahuannya tentang pengolohan besi. Dan sampai suatu ketika datang utusan

dari Tanah Jawa melalui Kesultanan Palembang dan menetapkan beliau sebagai

Kepala Pemerintahan di Pulau Belitong dan bergelar Ngabehi Tanah Yuda atau

Singga Yuda atau yang akrab dipanggil Ngabehi Badau.

Setelah beliau wafat segala hal alat kekuasaan dan pemerintahan diserahkan

kepada putra tunggalnya Batin Badau dengan gelar Ngabehi Batin Badau, Batin

Badau mempunyai satu orang anak bernama Badi Pattah dan saat beliau wafat

Page 50: CD Skripsi Mahtaridi

kekusaan diserahkan kepada anaknya dan bergelar Ngabehi Badi Pattah. Dan

Ngabehi Badi Pattah ini memiliki seorang anak laki-laki, yang setelah wafat alat-

alat kekuasaan diserahkan kepada anak bernama Badu, berkenaan dengan

runtuhnya Majapahit maka Pulau Belitong menjadi wilayah kekuasaan kerajaan

Palembang dan gelar yang diberikan oleh Sultan Palembang kepada yaitu Datuk

Badu dan oleh orang-orang asing (Belanda dan Cina) waktu itu disebut Badaro

Pada jaman penjajahan Belanda, pulau Belitung sebagai daerah distrik dengan

pusat Pemerintahan di Badau. Dengan berjalannnya waktu maka kekuasaan

kerajaan Badau semakin kecil dan didonimasi kekuasaan Belanda dengan

pertambangan timah sebagai andalan pendapatan p-emerintahan kolonial di

Belitung, dengan pusat pemerintahannya dan pusat perdagangan pulau Belitung

di muara sungai Curucuk yang dikenal dengan Tanjungpandan. Dan saat Badau

hanya dikenal sebagai sebuah desa yang menjadi pusat Pemerintahan Kecamatan

yaitu Kecamatan Badau.” 32

Desa saat sebagai desa marginal yang tidak mencerminkan sebagai desa bekas

pusat kerajaan Badau, karena situs-situs sejarah yang dapat ditemukan sangat

minim. Hanya sebuah musium yang menyimpan benda-benda peninggalan

kerajaan Badau.

32 ? Intisari dari dokumentasi Desa Badau pada tahun 1980.

Page 51: CD Skripsi Mahtaridi

B. Kondisi Umum Kecamatan Badau

Desa Badau merupakan salah satu dari 42 Desa/ kelurahan yang ada di Kabupaten

Belitung dan merupakan Ibu Kota dari Kecamatan Badau. Yang memiliki batas –

batas desa sebagai berikut :

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Simpang Tiga Kecamatan Simpang

Renggiang Kabupaten Belitung Timur.

2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Cerucuk Kecamatan Badau

Kabupaten Belitung.

3.Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Nyuruk Kecamatan Dendang

Kabupaten Belitung Timur.

4. Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Buluh Tumbang Kecamatan Tanjung

pandan Kabupaten Belitung.33

Luas wilayah Desa Badau 11.200 Ha, yang merupakan daratan secara

keseluruhan, dan memiliki jalur penghubung berupa sarana transportasi yang dapat

dilalui dari berbagai jurusan seperti Tanjung pandan, Manggar, Gantung dan

Dendang.

C. Sejarah Berdirinya SD 1 Negeri Badau.

SD Negeri 1 Badau merupakan sekolah perintis di Kecamatan Badau.

Sebelum berubah menjadi SD Negeri, sekolah ini bernama Sekolah Rakyat (SR) Pada

tahun 1970 atas prakarsa Bupati Belitung saat itu H AS Hananjueddin,untuk

memindahkan Sekolah Rakyat (SR) Dari balai Desa ke lokasi baru. Karena beliau

33 ? Dokumentasi Desa Badau tahun 2009.

Page 52: CD Skripsi Mahtaridi

mewakafkan tanah warisan dari orang tua beliau,luasnya satu hektar,serta mencari

dana untuk membuat bangunan sebanyak enam lokal, gedung SD semi permanen

dengan sistim padat karya mengikutsertakan warga desa setempat. Tahun 1971

sekolah ini mulai menerima murid baru,dan sekolah ini pun dijuluki SD Padat Karya.

Pada masa itu masyarakat Badau dan warga kampung sekitarnya seperti,

Dusun Ibul, Kelekak Datuk, Air Mungkui, Air Asam, Bantan,menyambut antusias

kehadiran gedung sekolah tersebut,sehingga mereka beramai – ramai mendaftarkan

anaknya untuk masuk Sekolah.Dan lebih seratus murid kelas satu yang terdaftar

disekolah ini pada tahun 1971 Mereka dibagi dalam dua ruangan kelas. Pada waktu

itu murid-murid pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, bahkan ada juga yang jalan

kaki beberapa kilometer,karena kendaraan masih sulit waktu itu,kalaupun ada,hannya

sdikit murid yang menggunakannya itu pun hannya sepeda ontel.

Dan guru yang mengajar hanya lima orang, ketika dua tahun pendidikan

berjalan,dan sudah ada murid kelas dua,proses pembelajaran dilakukan pagi dan sore

hari .Guru yang pertama mengajar disekolah ini adalah Ilyas Makruf merangkap

sebagai Kepala Sekolah Asmali, Marzuki ( Alm ) Mahbun ( Alm ) dan Arbaen.

Setelah 36 tahun kemudian menempati tanah wakaf tersebut bangunan

Gedung SD Negeri 1 Badau sudah beton permanen lantainya sudah keramik dan

fasilitas penerangan sudah memadai, sehingga anak – anak dengan mudah melakukan

Proses Pembelajaran di sekolah tersebut dan tidak sedikit alumni SD Negeri 1 Badau

yang sudah berhasil ada yang di Pemerintahan, Pegawai Swasta , banyak pula yang

berkarir di luar Belitung, bahkan sebagian besar guru-guru yang mengajar adalah

Page 53: CD Skripsi Mahtaridi

alumni dari SD Negeri 1 Badau. tersebut.dan pada tahun ajaran 2008 / 2009 jumlah

tenaga pengajar di SD Negeri 1 Badau sebanyak 10 orang.dan 1 orang penjaga

sekolah. Jumlah Siswa sebanyak 135 orang dari kelas 1 sampai kelas 6.

D. Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri 1 Badau

1. Visi

SD Negeri 1 Badau mempunyai visi yaitu ”Cerdas, Terampil, dan

bertaqwa kepada Allah SWT”

2. Misi

Sebagai upaya untuk mewujudkan visi di atas, SD Negeri 1 Badau

memiliki misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan NEM( Nilai Ebatanas Murni ) siswa .

b. Meningkatkan prestasi belajar siswa bidang akademik maupun non akademik.

c. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

E. Keadaan Guru SD Negeri 1 Badau Tahun Pelajaran 2008/2009

Layaknya sebuah sekolah negeri, maka keberadaan tenaga pengajar di SD

Negeri 1 Badau adalah mayoritas berstatus PNS, dan ada beberapa guru yang

berstatus non PNS. Keadaan guru yang demikian, ada keterjaminan kualifikasi guru

dan kesejahteraannya, sehingga mutu pendidikan yang diharapkan dapat terpenuhi.

Selanjutnya lihat pada tabel berikut:

Tabel 1Keadaan Guru Menurut Status dan Golongan

Page 54: CD Skripsi Mahtaridi

No N a m a Status Golongan Tugas Mengajar1 NURATIKA Kepala Sekolah III / d PKn 4,5 dan 62 NASIR Guru PNS IV / a Guru kelas 63 GUSNIAH Guru PNS II / d Guru kelas 44 SUPIYATI Guru PNS III / c Guru Penjaskes I - 6

kelas 5 TITIN FITRIANTI Guru PNS II / b Guru kelas 36 LESTIYAH Guru PNS II / a Guru kelas 27 DERIHAN Guru PNS II / d Guru PAI I - 68 ROSDIANA Guru PNS II / b Guru Kelas I9 RESIDI PNS I / d Tata Usaha10 ANGGA SAPUTRA Guru Honor - Pengelola

Perpustakaan11 ANITA Guru Honor - SBKL

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa guru yang mengajar di SDN 1 Badau

sudah berpengalaman. Karena dari guru PNS terdapat 9 guru yang bergolongan III

dan kedudukan yang demikian ini dan dapat diketahui bahwa keadaan guru di SD

Neger1 badau sudah memenuhi syarat yang ideal. Masing masing kelas dan

rombongan belajar dengan enam kelas dan enam rombongan belajar sudah ada guru

kelasnya. Adapun Kepala sekolah yang tetap mengajar Bidang studi tertentu, adalah

merupakan syarat profesional yang harus dipenuhi selaku Kepala Sekolah minimal 6

jkam pelajaran perminggu. Adanya dua orang guru GTT diperlukan untk

mengajarkan bidang studi Penjaskes dan bidang studi muatan lokal.

F. Keadaan Guru Menurut Tingkat Pendidikan

Keadaan kualifikasi guru adalah merupakan standar yang harus dipenuhi oleh

sebuah lembaga pendidikan. Semakin tinggi kualifikasi guru yang dimiliki maka

jaminan sekolah semakin bermutu akan lebih mudah untuk digapai.Keadaan guru di

Page 55: CD Skripsi Mahtaridi

SD Negeri 1 Badau, mempunyai kualifikasi yang bermacam- macam. Selanjutnya

lihat pada tabel 2

Tabel 2 Guru Menurut Tingkat Pendidikan dan Status

Di SD 1 Negeri Badau No Tingkat

Pendidikan

StatusGuru Tetap Guru Guru Tidak Tetap

1 S1 1 - -2 D 3 - 13 D 2 8 - 14 SMA/SPG

Jumlah 9 - 2

Pada tabel diatas, yang berkenaan dengan tingkatpendidikan guru. Terlihat

bahwa kulifikasi guruberdasar pada tingkatpendidikan berada pada tingkat diploma.

Hanya satu guru yang merangkap sebagai kepala sekolah yang berpendidikan Strata

1( sarjana ). Kenyataan ini menunjukan bahwa mutu pendidikan di SD darikualifikasi

guru masih belum memenuhi syarat sesuai dengan PP Nomor 19 btahun 2005 pasal

28 ayat (5) yang menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimal Diploma Empat (DIV) atau Sarjana (S-1)

G. Keadaan Siswa dan Agama Yang dianut Siswa SD Negeri 1 Badau Tahun Pelajaran 2008/2009

Keadaan agama dan kepercayaan siswa, sangat menentukan dalam perencanaan

dan pengambilan kebijaksanaan, terutama dalam menyusun Kurikulum tingkat Satuan

Pendidikan yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan agama. Di SD Negeri 1

Badau, mayoritas siswanya beragama Islam, bahkan mencapai seratus persen..

Selanjutnya lihat tabel 3 berikut ini

Page 56: CD Skripsi Mahtaridi

Tabel 3Agama dan Kepercayaan Siswa SDN 1 Badau

Kelas AGAMA Total

Islam Katholik Protestan Budha

I 16 17 33 16 17 33

II 7 9 16 7 9 16

III 77 16 27 77 16 27

IV 77 15 26 77 15 26

V 9 10 17 9 10 17

VI 10 6 16 10 6 16

Jmlh 52 73 135 52 73 135

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kedaan siswa yang bergama di SD

Negeri 1 Badau menurut agama dan keyakinan mayoritas beragama Islam.Kedaan

yang demikian akan mempermudah guru agama untuk menggunakan waktu-waktu

tertentu untuk kegiatan yang dapat menopang pencapaiab tujuan pendidikan Agama

Islam. Maka kebijakan sekolah menggunakan waktu muatan lokal atau memberikan

tambahan waktu belajar untuk kegiatan pembelajaran berbasis praktek ibadah.Dengan

keadaan siswa yang mayoritas beragama Islam dijadikan unggulan kegitan- kegiatan

pembelajaran praktek. Sehingga sekolah dituntut untuk menyediakan sarana dan

prasaran penunjang. Dan pihak sekolah berserta guru pembimbing dituntut untuk

meyediakan kurikulum yang diperghunakan. Apabila pembelajaran ini dijadikan

penopang pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan Agama Islam, maka

kurikulumnya bersifat sparated subyek kurikulum yang artinya memecah bidang sudi

Page 57: CD Skripsi Mahtaridi

menjadi dua atau lebih bidang studi tambahan.Apalagi sistem manajeman sekolah

yang dipergunakan adalah manajemen berbasis sekolah.

Keadaan yang jumlah siswa di SD ini padat ini sedikit banyak akan

mempengaruhi kondisi proses pembelajaran.Hal ini sangat berbeda jauh dengan SD

yang ada di daerah pinggiran kota atau pedesaan di Kabupaten Belitung, yang jumlah

siswanya hanya berkisar 20 sanak perkelasnya. Perlu diketahui bahwa jumlah SD di

Kabupaten Belitung sudah lebih dari cukup, bahkan terdapat satu desa lebih dari satu

SD. Sehingga sebaran siswa Sd sudah semakin merata di setiap pemukiman

penduduk. Bahkan ada sebagian desa di wilayah kabupaten belitung yang memilki

jumlah SD lebih dari satu. Hal ini dimungkinkan karena jumlah penduduknya lebih

padat. Namun ada juga beberapa SD yang mengalami relokasi (penggabungan) dari

beberapa SD me4njadi satu SD dikartenakan jumlah siswanya tidak mencukupi.

H. Sarana dan Prasarana

Keadaan sarana yang berupa ruang dan bangunan pada SD ini hanya sebatas

memenuhi syarat. Dan SD ini tidak memilki sarana ibadah, artinya jika ada pelajaran

praktek ibadah dalam pelajaran PAI, SD mungkin menggunakan sarana ibadah

ditempat lain atau ruangan lain. Dan SD ini bersama SD Negeri 1 Badau .

Pada pengamatan, penulis bangunan SD Negeri yang ada di Kecamatan Badau

sebenarnya merupakan bidang studi pembangunan atau rehabilatsi yang dananya

diambilkan dari dana APBN/ APBD. Berbeda dengan sekolah swasta, yang dana

pembangunan/ rehabiltasi sebagian besar merupakan dana swadaya. Oleh kartena itu

Page 58: CD Skripsi Mahtaridi

jika bangunan suatu SD Negeri itu cukup atau kurang, pada hakekatnya pada

anggaran negara yang dikucurkannya.

Jumlah ruang yang tersedia dalam suatu lembaga pendidikan sangat

mempengaruhi segala aktifitas lembaga pendidikan yang bersangkutan. Semakin

tersedia ruangan untuk melaksanakan proses kegiatan, baik kegiatan pembelajaran

atau kegiatan pendukung pembelajaran, maka kegiatan tersebutr akan lancar dan

efektif. Tata letak ruang dan gedung di SD Negeri 1 Badau ini masih memungkinkan

untuk dikembangkan. Jika ada anggaran pengembangan sarana dan prasarana dari

anggaran pemerintah maka SD ini masih memilki lahan yang cukup luas untuk

dikembangkan. Selanjutnya untuk mengetahui keadaan daya dukung ruang yang di

SD Negeri 1 Badau dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4Sarana dan Parasarana SDN 1 Badau

No Ruang Jumlah Luas (m²)(1) (2) (3) (4)

1 Kepala Sekolah 1 122 Tata Usaha - -3 Guru 1 564 Kelas 6 3365 Keterampilan - -6 Perpustakaan 1 567 UKS 1 128 Ibadah 1 5610 WC Guru 1 1211 WC Siswa 2 24

Dengan melihat data diatas, menggambarkan bahwa keadaan lokal/bangunan

yang dimiliki SD Negeri 1 Badau telah mencukupi. Ruang tata usaha dan ruang

Page 59: CD Skripsi Mahtaridi

ketrampilan yang masih minus. Namun hal ini tidaklah mengurangi aktifitas yang

esencial. Keadaan yang demikian tentunya sangat kondusif untuk menunjang

kesuksesan penacapain tujuan pendidikan. Ruang ibadah dalam pengamatan penulis,

sebenarnya sudah cukup, namun jika ada penambahan siswa dalam satu kelas ada 40

orang siswa, tentunya mushola ini tidak mencukupi. . Begitu juga dengan sarana

berwudhu yang menjadi pelengkap sebuah mushola dari jumlahnya dengan jumlah

murid belum mencukupi.

BAB IVPELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERBASIS PRAKTEK IBADAH PADA SISWA KELAS VI DI SD NEGERI 1 BADAU

A. Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah.

Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran praktek ibadah ini, penulis

melakukan penelitian dengan menggunakan analisis data . Dari data yang diperoleh

melalui angket akan dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan item pertanyaan dan

ditampilkan dalam bentuk prosentase berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.

Selanjutnya seluruh data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, wawancara,

dan angket akan dianalisis secara deskriptif.

Page 60: CD Skripsi Mahtaridi

1. Pembelajaran praktek ibadah bagian dari pelajaran pendidikan Agama Islam

Pada pembelajaran praktek ibadah ini lebih menekankan pada segi

ketrampilan atau ranah psikomotor siswa agar tercipta ketrampilan ibadah khususnya

ibadah sholat. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk mengoptimalkan tujuan

kurikuler Pendidikan Agama Islam di SD yaitu menjadikan siswa mampu beribadah

sholat. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru agama Islam SD Negeri 1 Badau saat

diwawancarai oleh penulis, yang menyatakan bahwa: “Untuk mengoptimalkan

tercapainya pendidikan Agama Islam di SD khususnya pada segi kemampuan siswa

untuk dapat melaksanakan sholat maka dipandang perlu mengadakan pembelajaran

praktek ibadah untuk siswa kelas VI”34 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini dari pertanyaan angket no.1

Tabel 5 Pembelajaran praktek Ibadah hubungannya dengan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Pertanyaan fn %

1Apakah anda mengetahui bahwa pembelajaran praktek ibadah merupakan bagian dari pendidikan Agama Islam ?a. Ya 16 100b. Tidak - -c. ragu- ragu - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menyatakan bahwa

praktek ibadah merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam ada 16 orang

responden dari 16 orang responden atau 100 %. Kenyataan ini menggambarkan

34 ? Wawancara dengan Bapak Derihan , tanggal 3 Pebruari 2010, jam 09.30 WIB.

Page 61: CD Skripsi Mahtaridi

bahwa seluruh siswa mengetahui bahwa pembelajaran berbasis pratek ibadah yang

dilaksanakan di SDN 1 Badau merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

2. Pembimbing pembelajaran Praktek Ibadah.

Saat pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah memerlukan guru

pembimbing, agar dalam pelaksanaannnya dapat berjalan dengan tertib. dan yang

lebih penting, siswa dapat mempraktekan ibadah sesuai dengan ketentuan-ketentuan

syar’i. Yaitu sesuai dengan petunjuk yang ada dalam Nash Alquran dan hadist.

Keadaan yang demikian sesuai dengan pengamatan penulis selama beberapa kali

dalam rangka penelitian ini. Hasil pengamatan menunjukan bahwa guru Agama Islam

senantiasa aktif dan teliti ketika memberikan bimbingan pelaksanaan pembelajaran

praktek ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dari

pertanyaan angket no.2

Tabel 6 Pembimbing pembelajaran praktek Ibadah SD

Pertanyaan fn %

2. Kalau anda mengetahui , siapakah yang membimbing pembelajaran praktek ibadaha. Guru Agama Islam 15 93.75b. Guru Agama Islam dan Kepsek -c. Guru Agama dan guru lainnya 1 6,25Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab pembimbing

pembelajaran praktek ibadah adalah guru Agama Islam, ada 15 orang atau 93,75 %

dan yang menjawab guru agama dan guru lainnya ada seorang atau 6, 25 %.

Page 62: CD Skripsi Mahtaridi

Kenyataan ini menunjukan bahwa peranan guru Agama Islam dalam pembelajaran

praktek ibadah sangat dominan.

3. Kesiapan siswa menghadapi mata pelajaran praktek ibadah.

Sikap siswa kelas VI dalam pembelajaran praktek ibadah ini,

mengungkapkan bahwa kesiapan siswa dalam menghadapi mata pelajaran berperan

penting bagi tercapainya tujuan pengajaran. Begitu pula, keadaan siswa yang sudah

mengetahui dan menyikapi dengan benar akan adanya pembelajaran praktek ibadah

ini, tentunya hasil pembelajaran akan lebih optimal. Penuturan Nasir, selaku guru

kelas mengatakan bahwa ketika siswa baru memasuki jenjang kelas VI , maka kami

selaku guru kelas VI, mengatakan bahwa ada mata pelajaran praktek ibadah untuk

mengisi jam pelajaran muatan lokal yang harus diikuti oleh siswa-siswa kelas VI.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.3

Tabel 7 Kesiapan siswa menghadapi pembelajaran praktek Ibadah

Pertanyaan fn %

3. Pada saat anda baru naik kelas VI, apakah sudah mengetahui bahwa di kelas VI ada pelajaran praktek ibadah ?a. ya 13 81,25b. belum 2 12,50c. ragu- ragu 1 6,25Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 13 orang

atau 81, 25 %, dan responden yang menjawab belum mengetahui ada 2 orang atau

12, 50 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 1 orang atau 6, 25 %. Hal ini

Page 63: CD Skripsi Mahtaridi

menunjukkan bahwa tidak semua siswa kelas VI pada awal masuk kelas VI

mengetahui bahwa di kelas VI ada mata pelajaran praktek ibadah.

4. Absensi kehadiran siswa

Dalam pelaksanaan praktek ibadah yang dilaksanakan diluar kelas dan

menggunakan ruang mushola. Sehingga sangat rentan bagi siswa untuk tidak

mengikuti atau membolos dari keiukutsertaan dalam pembelajaran ini, dikarenakan

adanya jeda dan jarak serta perubahan situasi dari pembelajaran klasikal pada

pelajaran sebelumnya berubah menjadi pelajaran praktek, sehingga terbuka ruang

“bebas” bagi siswa. Dalam hal ini jika tidak disikapi dengan bijaksana akan

dimanfaatkan siswa untuk membolos pelajaran praktek ibadah. Kenyataan ini

didukung oleh hasil pengamatan penulis yang memperhatikan guru pembimbing

praktek Ibadah dari lima kali pengamatan, terlihat dengan jelas bahwa guru

pembimbing selalu membuat daftar hadir siswa dan mengadakan absen. Dengan

demikian guru pembimbing telah mengadakan kontrol pada siswa, namun ada juga

beberapa siswa yang tidak mengikuti dengan alasan tertentu. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.4

Tabel 8 Guru dalam mengontrol kehadiran siswa

Pertanyaan fn %

4. Dalam kegiatan praktek ibadah, apakah guru pembimbing selalu membuat daftar hadir ?a. ya 7 43,75b. tidak - -c. kadang-kadang 9 56,25Jumlah 16 100

Page 64: CD Skripsi Mahtaridi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab guru

melaksanakan absensi siswa ada 7 orang atau 43,75 % dan responeden yang

menjawab guru hanya kadang-kadang melakukan absensi kehadiran siswa ada 9

orang atau 56,25 %. Hal ini menunjukan bahwa keseriusan guru pembimbing dalam

melaksanakan pembelajaran praktek ibadah untuk melakukan absensi kehadiran

murid perlu ditingkatkan, agar ada kontrol terhadap siswa-siswanya sehingga

kehadiran siswa dapat terpantau.

B. Bimbingan yang digunakan.

1. Bimbingan pelafalan doa- doa sholat

Bimbingan pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah tergantung dari keahlian

guru dalam menyikapi situasi dan kondisi yang terjadi saat itu dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Kebiasaan guru yang mengajar yang bersifat

monoton, dan terpaku pada langkah-langkah pembelajaran yang sering dilakukan,

tentunya akan membuat siswa jenuh dan bosan. Pembelajaran praktek ibadah yang

menekankan pada segi psikomotor dan kognitif yaitu menghafal dan mengingat

serta menerapkan, menuntut guru untuk lebih variatif dalam cara penyampaian

pembelajaran ini. Kenyataan ini didukung oleh hasil pengamatan penulis yang

memperhatikan guru pembimbing praktek ibadah dari lima kali pengamatan,

melakukan bimbingan dengan menggunakan metode dan pendekatan yang variatif.

Page 65: CD Skripsi Mahtaridi

Sehingga siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar. Namun yang selalu menjadi

langkah utama adalah menuntun hafalan-hafalan doa ketika berwudu, doa-doa

sholat dan lafal-lafal dzikir setelah sholat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.5

Tabel 9 Bimbingan guru dalam menuntun doa-doa praktek ibadah

Pertanyaan fn %

5. Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah guru pembimbing terlebih dahulu menuntun hafalan bacaan-bacaan sholat ?a. ya 13 81,25b. tidak 3 18,75c. kadang-kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 13

orang atau 81, 25 % dan yang menjawab tidak ada 3 orang atau 18,75 %. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua murid dibimbing hafalanb lafal-lafal

doa sholat oleh guru pembimbing pada waktu pelaksanaan praktek ibadah.

2. Pemberian contoh keserasian lafal doa dengan gerakan- gerakan sholat.

Dalam menjalankan ibadah ada tuntutan yang harus dipenuhi yaitu keserasian

anatara bacaan/ doa dan gerakan. Hal ini menuntut pembiasaan. Dalam

pembelajaran praktek ibadah yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Badau ini, peranan

guru pembimbing dalam memberikan contoh keserasian gerak dan bacaan sangat

dituntut. Agar hasil yang diharapkan tidak hanya memenuhi tujuan kurikuler tetapi

juga sesuai dengan tujuan syar’i yaitu beribadah sesuai dengan nash Alquran dan

Page 66: CD Skripsi Mahtaridi

Al Hadist. Saat penulis mengadakan pengamatan selama lima kali pelaksanaan

pembelajaran praktek, penulis menemukan bahwa guru pembimbing tidak selalu

memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini dari pertanyaan angket no.6.

Tabel 10 Guru dalam memberikan contoh keserasian gerakan dan bacaan

Pertanyaan fn %

6.Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah pembimbing mempraktekan keserasian antara gerakan dan bacaan sholat ?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c.kadang-kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 14

orang atau 87, 5 % dan yang menjawab tidak ada 2 orang atau 12,5 %. Hal ini

menunjukan bahwa tidak semua siswa menyaksikan bahwa guru pembimbing

memberikan contoh kesrasian bcaan lafal-lafal sholat dengan gerakan – gerakan

sholat.

3. Kesangggupan siswa mendemontrasikan ketrampilan praktek ibadah

Kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran sebagai hasil pembelajaran

harus dapat diukur dan diamati dengan cara mengadakan evaluasi. Untuk

mengadakan evaluasi tidak perlu harus menunggu pada akhir program, tetapi pada

saat selesai melaksanakan pembelajaran dapat diadakan evaluasi yang disebut

dengan post test. Terlebih lagi jika digabungkan dengan metode demontrasi, yang

Page 67: CD Skripsi Mahtaridi

tehnis pelaksanaannya, salah satu siswa atau sebagian siswa dapat dijadikan model

pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan penulis, mendapati bahwa guru

pembimbing, dalam pembelajaran sering diiringi dengan menyuruh siswa untuk

mempraktekan dan menghafal doa tertentu. Guru pembimbing akan menuntun dan

membimbing siswa dalam menghafal, sehingga bacaannya akan benar dan

fasih.Selain itu, bagi siswa guru juga menyuruh siswa dengan perseorangan untuk

mempraktekan kaifiyat sholat beserta bacaannya. Hal ini dilakukan sebagai umpan

balik terhadap kemampuan daya serap siswa, serta sebagai evaluasi pembelajaran

praktek ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini, dari

pertanyaan angket no. 7.

Tabel 11 Guru menyuruh siswa memberi contoh keserasian gerakan dan bacaan

Pertanyaan fn %

7.Dalam pembelajaran praktek ibadah, Apakah guru pembimbing menyuruh siswa mempraktekan contoh gerakan dan bacaan sholat yang telah diberikan guru?a. ya 9 56,25b. tidak 7 43,75c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 9

orang atau 56,25 % dan yang menjawab tidak ada 7 orang atau 43,75 %. Hal ini

menunjukan bahwa tidak semua siswa pernah di suruh untuk mendomantrasikan

Page 68: CD Skripsi Mahtaridi

ketrampilan praktek ibadah di depan guru pembimbing dan didepan rekan-

rekannya.

4.Prosedur pelaksanaan pembelajaran.

Dengan memperhatikan waktu pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah

yang tertera pada jadwal pelajaran, kegiatan pembelajaran ini mendekati waktu

sholat wajib Dzuhur sampai selesai jam pelajartan sekolah. Pelaksanaan

kemungkinan dapat terjadi guru pembimbing langsung mengajak siswanya untuk

melakukan praktek sholat dzuhur berjamaah. Pernyataan guru pembimbing

pembelajaran ini mengatakan bahwa: Kami biasanya belajar wudhu terlebih dahulu

dengan sempurna, kemudian belajar doa-doa sholat serta gerakan gerakan sholat ,

kemudian kami sholat dzuhur berjamaah, dan ditutup dengan melafalkan doa- doa

dzikir, pada kegiatan pembelajaran praktek ibadah ini peran kami sebagai guru PAI

sekaligus guru pembimbing praktek ibadah lebih aktif dan tekun dalam

membimbing siswa melafalkan wirid, dzikir dan doa-doa. Tujuannnya agar siswa

menguasai hafalan dzikir dan doa dengan baik dan benar serta dapat

mempraktekannya dalam kehidupan dilingkuangan keluargaannya”.35 Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini, dari angket pertanyaan angket no. 8.

Tabel 12 Guru Langsung Mengajak sholat

Pertanyaan fn %

8. Dalam pembelajaran praktek ibadah , apakah guru pembimbing langsung mengajak sholat berjamaah dzuhur ?

35 ? Wawancara dengan Bapak Derihan guru pendidikan Agama Islam SDN 1 Badau tanggal 12 Januari 2010 jam 11.30 WIB.

Page 69: CD Skripsi Mahtaridi

a. ya 7 43,75b. tidak 9 56,25c. kadang – kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang siswa yang menjawab

langsung sholat dhuhur berjamaah ada 7 orang atau 43,75 % dan siswa yang

menjawab tidak langsung sholat dhuhur ada 9 orang atau 56,25 %. Hal ini

menunjukan bahwa tidak selamanya guru pembimbing melaksanakan

pembelajaran prtaktek ibadah menggunakan tata urutan yang seharusnya, namun

juga saat jam pembelajaran praktek ibadah, guru pembimbing langsung

melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. Dari pengamatan penulis, mendapati

bahwa guru pembimbing selalu memberikan pembelajaran praktek ibadah dengan

metode demontrasi dan drill sambil menunggu waktu sholat dzuhur tiba.

C.Materi praktek ibadah

1. Materi berwudhu

Berwudu adalah rangkain dari pelaksanaan sholat, sehingga kesempurnaan

wudhu akan menjadi prasyarat kesempurnaan sholat. Siswa yang sedang dalam

pembelajaran praktek wudhu juga memerlukan bimbingan, agar pelaksanaan wudhu

setiap harinya akan dapat dilaksanakan dengan tertib terpenuhi syarat dan rukun

wudhu. Hal senada diungkapkan oleh Kepala Sekolah saat diwawancarai oleh

penulis, beliau mengatakan: “Sebelum praktek pembelajaran sholat kami menekankan

kepada guru pembimbing agar terlebih dahulu membimbing praktek wudhu. Kami

Page 70: CD Skripsi Mahtaridi

dari sekolah telah berusaha melengkapi sarana dan prasarana untuk berwudhu,

sehingga pelaksanaan praktek ibadah yang dimulai dengan praktek berwudhu terlebih

dahulu.” Adapun materi wudhu dapat dijabarkan dari silabus Pendidikan Agama

Islam untuk SD sebagai berikut:

Kompetensi Dasar :

- Mampu melakukan tata cara thoharoh/bersuci tertib

Indikator :

- Melafalkan niat wudhu

- Menyebutkan urutan rukun wudhu dengan tertib

- Melafalkan doa wudhu

- Mampu melaksanakan praktek wudhu dengan

Materi berwudhu

- Niat wudhu

- Urutan rukun wudhu dengan tertib

- Doa wudhu

- Praktek wudhu dengan tertib36

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan

angket no.9

Tabel 13Bimbingan Wudhu

Pertanyaan fn %

9. Sebelum praktek ibadah dimulai, apakah diajari

36 ?Depag RI, Pedoman Umum PAI Sekolah Umum dan SLB, ( Jakarta:Dirjen Bimbaga RI, 2003) hal.8

Page 71: CD Skripsi Mahtaridi

terlebih dahulu tata cara berwudu?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjwab ya ad 14

orang atau 87,5% dan yang menjawab tidak ada 2 orang atau 12,5 %. Bukti ini

memberikan gambaran bahwa ada sebagian siswa yang merasa bahwa dirinya

pernah mendapat bimbingan cara ibadah khususnya praktek berwudhu oleh guru

pembimbingnya.

2. Materi Wirid dan doa selesai sholat.

Serangkaian dalam pelaksanaan praktek ibadah sholat pada akhir pelaksanaan

sholat dilanjutkan dengan pembacaan lafal- lafal wirid dan doa. Penulis mengamati

dokumentasi dari materi doa yang diajarkan oleh guru pembimbing untuk sebagai

berikut :

Page 72: CD Skripsi Mahtaridi
Page 73: CD Skripsi Mahtaridi

Pengamatan penulis selama lima kali pengamatan mendapati bahwa siswa

dipimpin dan dibimbing dalam pembacaan lafal-lafal wirid dan doa. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan pertanyaan angket no.10

Tabel 13Bimbingan Wirid dan Doa

Pertanyaan fn %

10. Dalam pembelajaran praktek ibadah, apakah dipelajari juga tata cara wirid dan doa selesai sholat ?a. ya 16 100b. tidak - -c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, semua atau 100% responden menjawab

mengikuti pembelajaran tata cara wirid dan doa seelah selesai sholat fardhu .

Pelakasaan pembelajaran ini ialah guru agama membimbing dan menuntun bacaan

wirid dan doa dan semua siswa mengikuti dan menirukan. Dan proses yang

demikian dilangsung setiap selesai melaksanakan praktek sholat fardhu dhuhur

berjamaah.

D. Penilaian dan penghargaan

1. Pengambilan penilaian.

Salah satu alat ukur untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah

diajarkan pada pembelajaran praktek ibadah ialah mengadakan penilaian. Unjuk

ketrampilaan secara demontrasi adalah alat untuk melakukan penilaian. Hal demikian

sejalan dengan yang diungkapkan oleh guru pembimbing praktek ibadah yang

mengatakan bahwa: ” Setiap akhir semester kami mengadakan ulangan praktek untuk

Page 74: CD Skripsi Mahtaridi

mendapatkan nilai dari siswa dari pelajaran praktek ibadah”. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyyan no.11

Tabel 14Pengambilan Nilai siswa

Pertanyaan fn %

11.Apakah guru pembimbing pernah menilai paraktek ibadah masing – masing siswa ?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c. kadang- kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 14

orang atau 87,5 % dan yang menjawab tidak ada 12, 5%. Hal ini menunjukan bahwa

tidak semua siswa pernah disuruh guru untuk mempraktekan gerakan dan lafal-lafal

doa sholat untuk diambil penilaian.

2. Penilaian dalam buku raport

Pembelajaran berbasis praktek ibadah, yang mempunyai kurikulum sendiri

dari silabus sampai pada RPP tentunya mempunyai program evaluasi tersendiri yang

kemudian nilainya tercantum di dalam raport terpisah dari Pendidikan Agama Islam.

Hal yang demikian akan menjadikan pembelajaran praktek Ibadah mempunyai

kedudukan yang kuat. Keadaan yang demikian diperkuat dengan pengakuan Kepala

Sekolah SDN 1 Badau iyang menyebutkan bahwa pembelajaran praktek ibadah

mempunyai kedudukan tersebndiri dalam penilaian di dalam raport yang terpisah

dengan pendidikan agama Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

dengan pertanyaan no.12

Page 75: CD Skripsi Mahtaridi

Tabel 15Penilaian Dalam raport

Pertanyaan fn %

12.Apakah praktek ibadah ada nilai tersediri dalam raport ?a. ya 9 56,25b. ragu-ragu 3 18,75c. tidak tahu 4 25,00Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden menjawab ya ada 9 orang atau

56,25 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 3 oarang atau18,75% dan yang

menjawab tidak tahu ada 4 orang atau 25 %. Kenyataan ini memberi gambaran

bahwa tidak semua siswa mengetahui bahwa pembelajaran praktek ibadah ada

penilaian tersendiri di dalam buku raport.

3. Pemberian piagam penghargaan

Seyogyanya setiap program unggulan pada sebuah institusi yang membedakan

dengan institusi lainnya, adalah adanya penghargaan setelah seseorang selesai

mengikuti program, seperti bentuk sebuah piagam sebagai bukti pada

keikutsertaannnya dalam pembelajaran praktek ibadah. Bukti otentik ini akan

memberikan rasa bangga pada seseorang dan akan menjadi motivasi untuk

mengikuti program-program selanjutnya. Ngalim Purwanto memberikan arti

motivasi sebagai daya dorong bagi perbuatan seseorang yang menyangkut

dorongan seseorang melakukan perbuatan serta tujuan dari perbuatan yang dia

Page 76: CD Skripsi Mahtaridi

lakukan.37 Keadaan ini sesuai dengan yang dituturkan Kepala Sekolah SDN 1

Badau yang menyatakan bahwa selesai pembelajaran praktek ibadah atau anak

tamat dari SD maka bagi siswa yang dinilai aktif akan diberikan piagam

penghargaan. . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan

pertanyaan no.13

Tabel 16 Pemberian piagam penghargaan

Pertanyaan fn %

13. Apakah anda setelah lulus dari SD dijanjikan mendapat piagam tentang penghargaan telah mengikuti praktek ibadah dikelas VI ?a. ya 2 12,5b. ragu-ragu 5 31,25c. tidak tahu 9 56,25Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjwab ya ada 2 orang

atau 12,5 % dan yang menjawab ragu-ragu ada 5 orang atau 31,25 % dan yang

menjawab tidak tahu ada 9 orang atau 56 %. Gambaran yang dapat diambil dari

tabel diatas menyimpulkan bahwa pihak sekolah mapun guru pembimbing kurang

maksimal dalam memberikan janji untuk memberikan piagam penghargaan bagi

siswa yang telah mengikuti program pembelajaran praktek ibadah ini.

E. Sarana dan Prasarana pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah.

1. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran paraktek ibadah.

37 ? Ngalim Purwanto MP, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hal. 81

Page 77: CD Skripsi Mahtaridi

Kelanacaran dan kesuksesan pelaksaan suatu program juga dipengaruhi dari

ketersediaan da sarana dan prasarananya sebagai faktor pendukung kelancaran

program. Pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah di SDN 1 badau juga didukung

adanya prasarana dan sarana yang dimilikinya atau yang tersedia, walaupun bukan

hak milik. Kenyataan ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Kepala Sekolah yang

menyatakan bahwa sekolah telah mencoba mencukupi segala sarana dan prasarana

pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah agar dalam pelaksanaannya tidak

terkendala. Sekolah telah menganggarkan setiap tahunnya untuk menambah sarana

periabadatan khusunya untuk siswa yang beragama Islam. Sekolah berupaya untuk

mencukupi sarana pembelajaran dengan mengalokasikan anggaran belanja sekolah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyyan no.14

Tabel 17 Sarana dan Prasarana Praktek Ibadah

Pertanyaan fn %

14. Milik siapakah alat-alat praktek ibadah yang digunakan itu ?a.milik sekolah 16 100b.milik masjid - -c.tidak tahu - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab alat-alat

ibadah yang digunakan untuk pembelajaran praktek ibadah milik sekolah sebanyak

seratus persen. Dengan demikian, pihak sekolah telah menyediakan peralatan praktek

ibadah seperti karpet, sajadah, mukena telah disediakan oleh pihak sekolah yang

memadai sehingga hal yang demikian menjadi faktor pendukung kelancaran

pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah.

Page 78: CD Skripsi Mahtaridi

2. Alokasi waktu yang digunakan.

Dari alokasi waktu yang telah ditentukan serta terbatasnya materi

pembelajaran, memungkinkan pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah

dilaksanakan lebih dari satu kali dalam seminggu. Jika ini terjadi akan ada

pemborosan waktu, apalagi jika setiap kali pelakasanaan praktyek pembelajaran

menggunakan alokasi waktu dua jam pertemuan. Pengamatan penulis yang dilakukan

selama lima kali, menjumpai bahwa pelakasanan pembelajaran praktek ibadah di

SDN 1 Badau dilaksanakan setiap seminggu sekali pada 2 jam terakhir jadwal

pelajaran dengan jumlah waktu 35 menit perjam mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyyan no.15 dan 16

Tabel 18Alokasi waktu

Pertanyaan fn %

15. Pada pembelajaran praktek ibadah, berapa kali dalam semingggu dilaksanakan ?a. satu kali 9 56,25b. dua kali 6 37,5c. tiga kali 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 15 16 100

16. Pada waktu pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, biasanya dilaksanakan pada saat ?a. pada waktu dhuhur 11 68,75b. antara jam 09.00-10.00 WIB. - -c. antara jam 07.00 – 09.00 WIB 5 31,25 Jumlah responden item soal no. 16 16 100

Page 79: CD Skripsi Mahtaridi

Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 15 yang berkenaan

dengan alokasi waktu dalam seminggu yang dipergunakan untuk pelaksanaan

praktek ibadah terdapat responden yang menjawab satu kali ada 9 orang atau

56,25%, dan yang menjawab dua kali ada 6 orang atau 37,5% dan yang menjawab

tiga kali ada seorang ada seorang atau 6,25%.

Sedangkan pada item pertanyaan no.16 yang berkenaan dengan waktu

pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, responden yang menjawab waktu dhuhur

ada 11 orang atau 68,75 % dan tidak seorangpun responden yang menjawab antara

jam 09.00 – 10.00 WIB, dan responden yang menjawab antara waktu 07-00 – 09.00

ada 5 orang atau 31,25 %.

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa waktu yang dipergunakan

adalah waktu dhuhur, walaupun sekali- kali menggunakan waktu pagi hari.

Pemilihan waktu dhuhur untuk melaksanakan pembelajaran praktek ibadah ini, agar

siswa terbiasa untuk melaksanakan sholat dhuhur diamanpun siswa berada. Dan

waktu ini dipandang sangat tepat karena siswa sebenarnya sudah lelah untuk belajar

didalam ruang kelas, sehingga pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah akan

dirasakan sebagai pembelajaran yang membuat siswa rileks dan santai.

F. Pemberian motivasi

Peran motivasi dalam pribadi sesorang sangat mempengaruhi sikap dan

tingkah laku orang tersebut. Seseorang yang mempunyai motivasi kuat akan

Page 80: CD Skripsi Mahtaridi

melakukan pekerjaan dengan sunguh-sungguh. Begitu pula peran motivasi untuk

melaksnakan kegiatan pembelajaran bagi siwa juga akan menjadikan siswa yang

bersangkutan lebih bersunguh-sungguh dalam belajar. Menurut pendapat Sardiman

mengemukakan tentang motivasi adalahsegala sesuatu yang mnedorong untuk

melakukan kegiatan/pekerjaan. Demikian puula dengan kegiatan belajar, sangat

diperlukan oleh motivasi, hasil belajar akan menjadi optimal,kalau ada motivasi.

Makin tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu.38Hal

demikian sesuai dengan pernyataan Nasir guru kelas VI SDN 1 Badau, yang

menyatakan bahwa anak-anak kelas VI akan bersemangat dalam belajar jika guru

senantiasa memberikan motivasi untuk belajar dan serta keterangan tentang manfaat

belajar praktek ibadah. Pemberian motivasi ini bisa berujud pada pemberian nasehat-

nasehat ataupun penjelasan-penjelasan yang berkenaan dengan pengamalan ibadah

serta fadhilah-fadhilah jika orang melaksanakan perintah Allah SWT khususnya

beribadah kepada Allah SWT. Penulis saat mengadakan observasi mendapati, guru

pembimbing dalam memberikan motivasi kepada siswa-siswanya ialah dengan cara

memberikan tausiah keagamaan sekaligus menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah.,

dan siswa siswa- siswanya mendengarkan dengan tekun dan khusuk, sehingga

pelaksanaan praktek ibadah dapat diikuti oleh para siswa dengan keadaan yang

tertib.39 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan no.17

Tabel 19

38 ? Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar-mengajar,(Jakarta:PT RajaGrafindo press,2006)hal.7539 ? Wawancara dengan Bapak Nasir, tanggal 3 Pebruari 2010, jam 09.30 WIB.

Page 81: CD Skripsi Mahtaridi

Pemberian motivasiPertanyaan fn %

17.Apakah guru pembimbing pernah memberi nasehat agar selalu mengikuti pembelajaran praktek ibadah karena banyak manfaatnya ?a. ya 15 93,75b. tidak 1 6,25c. kadang-kadang - -Jumlah 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, responden yang menjawab ya ada 15

orang atau 93,75% dan yang menjawab tidak ada 1 orang atau 6,25%, namun tidak

ada seorangpun yang menjawab kadang-kadang.. Dengan demikian guru pembimbing

telah melaksnakan salah satu fungsi sebagai pendidik yaitu memberikan motivasi atau

nasehat kepada siswa-siswanya.

G. Hukuman dan Hadiah

Murid yang selalu mengingat akan sangsi hukuman jika melanggar tata tertib

akan berhati-hati untuk menghindari dirinya terkena sangsi. Juga pemberian hadiah

bagi siswa yang berprestasi merupakan usaha untuk memberikan dorongan dan

penghargaan bagi siswa yang telah dengan sungguh-sunguh mengikuti pembelajaran

praktek ibadah dengan hasil yang memuaskan. Pemberian hadiah dan sangsi adalah

bentuk dari upaya memberikan motivasi kepada siswa agar dapart mmengikuti

pembelajaran. Menurut Sardiman, motivasi diartikan sebagai serangkaian usaha

untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin

Page 82: CD Skripsi Mahtaridi

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha meniadakan aatau

mengelakan perasaan tidak suka itu40 Begitu juga bagi siswa yang melanggar tata

tertib dan sering membolos tidak mengikuti pembelajaran akan diberi

sangsi/hukuman agar tidak mengulai perbuatannnya. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut dengan pertanyaan no.18 dan 19.

Tabel 20Hukuman dan Hadiah

Pertanyaan fn %

18. Apakah guru pembimbing praktek ibadah memberi hukuman bagi siswa yang beragama Islam yang membolos dalam pembelajaran praktek Ibadah ?a. ya 11 68,75b. tidak 4 25,00c. kadang- kadang 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 18 16 10019.Apakah guru pembimbing pernah memberi hadiah bagi siswa yang aktif dan mendapat nilai yang bagus dalam praktek ibadah ?a. ya 1 6,25b. tidak 14 87,5c. kadang-kadang 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 19 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 18 yang berkenaan

dengan pemberian sangsi hukuman bagi siswa yang membolos oleh guru/ sekolah,

responden yang menjawab ya ada 11 responden atau 68,75 %, yang menjawab tidak

ada 4 responden atau 25 % dan yang menjawab kadang-kadang ada satu orang atau

6, 25 %.

40 I? Sardiman, Op.Cit .hal.75

Page 83: CD Skripsi Mahtaridi

Dan pada item pertanyaan no.19 yang berkenaan dengan pemberian hadiah

bagi siswa yang aktif dan berprestasi, responden yang menjawab ya hanya satu orang

atau 6,25 %, dan responden yang menjawab tidak ada 14 orang atau 87,5 % dan yang

menjawab kadang-kadang ada seorang atau 6,25%.

Tabel diatas menggambarkan bahwa hanya segi pemberian hukuman yang

diterapkan agak lebih intensif dibanding dengan pemberian hadiah yang rata-rata

responden menjawab gruru pembimbing tidak pernah memberi hadiah sebagai bentuk

motivasi.

H. Faktor Pendukung dan penghambat.

Dalam pelaksnaan pembelajaran praktek ibadah tentunya ada faktor faktor

pendukung dan penghambat. Kehadiran kepala sekolah merupakan upaya untuk

menambah dorongan dan motivasi yang merupakan faktor pendukung terlaksana

kegiatan tersebut walaupun sekali kali. Begitu juga bila guru- guru yang lain juga

berpartisipasi walaupun sifatnya hanya insidental, sudah merupakan wujud dukungan

terhadap kesuksesan pembelajan ini.

Sarana dan prasarana untuk kelancaran pelaksnaan seperti buku-buku sumber,

alat-alat sholat,sajadah, mukena dan lainnya yang merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari ketertiban berlangsungnya kegiatan pembelajaran ini. Begitu juga

dengan sarana air untuk praktek berwudhu kedaannnya harus mencukupi baik sarana

air maupaun jumlah air yang dipergunakannnya.

Page 84: CD Skripsi Mahtaridi

Begitu juga dengan tempat yang khusus yang dipergunakannnya juga harus

tersedia seperti mushola ataupun ruang sholat.Ketersediaan ruanggan ini menjadi

faktor yang sangat dominan yang harus ada. Sebab jika tempatnya tidak

memungkinkan atau jauh dari lokasi sekolah maka banyak kendala yang dihadapi

sehingga akan menghambat lancarnya proses pembelajaran ini.

Keadaan sarana dan prasarana yang demikian, menurut Kepala sekolah sudah

disediakan dengan menggunbakan anggran khusus, sehingga penciptaan sekolah yang

agamis yang salah satu indikatornya adanya ruang sholat yang lengkap dengan

peralatan sekolah sudah terpenuhi.

Faktor berikutnya yang menjadi pendukung dan penghambat adalah

prosentase kehadiran siswa kelas VI. Banyaknya murid yang hadir akan menjadikan

semangat bagi siswa lainnya untuk terus mengikuti pemebelajaran ini. Namun jika

setiap kali pelaksanaan pembelajaran ada siswa yang membolos tanpa alasan yang

pasti, maka hal demikian akan menjadikan penghambat dari ketercapaian kesusksesan

pembelajaran praktek ibadah. Diperlukan penegakan sangsi bagi siswa yang

membolos.

Menurut pengamatan penulis selama lima kali, keadaan murid yang hadir

senantiasa stabil artinya kehadiran murid untuk mengikuti pembelajaran ini sudah

maksimal. Prosentase kehadiran siswa adalah salah satu indikator bahwa

pembelajaran dapat berlangsung dengan tertib. Semakin mendekati prosentase

maksimal berarti guru telah dapat menguasai kelas serta dapat mengendalikan siswa

serta keadaaan menjadi situasi dan kondisi yang diinginkan. Sebaliknya jika kelas

Page 85: CD Skripsi Mahtaridi

Memang terkadang ada murid yang tidak mengikuti karena halangan yang bersifat

syar’iah. Dalam hal ini kesempatan bagi guru untuk menjelaskan duduk persoalan

secara fikiyah sehingga semua siswa memahami perbedaan secara syariah antara

kaum laki-laki dan kaum perempuan. Untuk mengetahui kejelasan keadaan tersebut

diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini yang merupakan jawaban dari pertanyaan

angket no.20,21,22, 23,24 dan 25.

Tabel 21Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanan Pembelajaran berbasis Praktek

Ibadah

Pertanyaan fn %

20.Apakah guru pembimbing pernah mengajak Kepala Sekolah atau guru lainnya untuk ikut membimbing praktek ibadah ?a. ya 1 6,25b. tidak 14 87,5c. kadang- kadang 1 6,25 Jumlah responden item soal no. 20 16 100 21. Apakah alat- alat untuk praktek ibadah mencukupi untuk setiap siswa ?a. ya 9 56,25b. tidak 7 43,75c. berlebihan - - Jumlah responden item soal no. 21 16 10022. Apakah keadaan air untuk kelancaran berwudhu mencukupi?a. ya 14 87,5b. tidak 2 12,5c. berlebihan - - Jumlah responden item soal no. 22 16 10023. Banyakkah siswa yang membolos saat praktek ibadah ?a. sedikit 2 12,5

Page 86: CD Skripsi Mahtaridi

b. sebagian 2 12,5c. semua selalu ikut 12 75,00 Jumlah responden item soal no. 23 16 10024. Diamanakah dilaksanakan pembelajaran praktek ibadah?a. dimushola sekolah 16 100b. di masjid - -c. memakai ruang kelas - - Jumlah responden item soal no. 24 16 10025.Saat praktek ibadah apakah semua siswa tertib dan tekun mengikuti ?a. ya 8 50,00b. sebagaian besar 8 50,00c. tidak tahu. - - Jumlah responden item soal no. 25 16 100

Dari tabel diatas dapat dilihat pada item pertanyaan no. 20 yang berkenaan

dengan kehadiran Kepala Sekolah, responden yang menjawab ya ada ada satu orang

atau 6,25 %, dan yang menjawab tidak ada 14 orang atau 87,50%, dan yang

menjawab kadang-kadang ada satu orang atau 6,25 %

Dan pada item pertanyaan no.21 yang berkenaan dengan kecukupan alat alat

praktek ibadah persiswa, responden yang menjawab ya ada 9 orang atau 56,25%, dan

yang menjawab tidak ada 43,75% dan tidak satu orangpun yang menjawab

berlebihan.

Dan pada item pertanyaan no 22 yang berkenaan dengan ketersediaan air

untuk berwudhu responden yang menjawab 14 orang atau 87,5 dan menjawab tidak

mencukupi ada 2 atau 12, 5%, dan tidak seorangpun yang menjawab berlebihan .

Adapun pada item pertanyaan no. 23 yang berkenaan dengan banyaknya

siswa yang membolos saat pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, yang menjawab

Page 87: CD Skripsi Mahtaridi

sedikit ada 2 oarang atao 12, 50 %, dan yang menjawab sebagian ada 2 orang atau

12,5%,dan yang menjawab semua selalu ikut ada 12 orang atau 75 %.

Adapun pada item pertanyaan no. 24 yang berkenaan dengan tempat

pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah, responden yang menjawab di mushola

sekolah mencapai 100% atau semua respoden dan tidak satupun yang menjawab di

ruang sekolah atau di masjid.

Dan pada item pertanyan no 25 yang berkenaan dengan ketertiban saat

berjalannnya pembelajaran praktek ibadah, responden yang menjawab ya ada 8 orang

atau 50 % dan yang menjawab menjawab sebagaian besar ada 8 orang atau 50%, dan

yang menjawab tidak tahu ada tidak seorangpun.

Dari paparan tabel dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung kehadiran

kepala sekolah sebagai wujud dari dukungan serta memotivasi siswa masih sangat

minim.Dan untuk peralatan ibadah yang tersedia masih belum mencukupi atau baru

mencapai separoh dari kebutuhan. Sedangkan tentang ketersediaan air untuk

pelaksanaan wudhu sudah mencukupi. Dan faktor siswa yang tidak mengikuti

pembelaran ada sebagian kecil namun hampir semua siswa mengikuti pembelajaran

praktek ibadah berbagai kemungkinan siswa tidak mengikuti dengan alasan- alasan

yang dibenarkan. Dan untuk tempat pelaksanaan pembelajaran ini sudah tersedia

mushola sekolah. Dan saat berlangsungnnya pembelajaran praktek masih mengalami

kendala yaitu ketertiban berlangsungnya pembelajaran masih belum optimal.

Page 88: CD Skripsi Mahtaridi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan penelitian berkenaan dengan pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam yang berbasis praktek ibadah di SDN 1 Badau, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis praktek ibadah

di kelas VI SD Negeri 1 Badau, secara rutin setiap dua kali dalam satu minggu

yang dilaksanakan/di bimbing oleh guru mata pelajaran PAI, sehingga

pelaksanaan pembelajaran terarah.

2. Faktor-faktor yang mendorong dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

berbasis praktek ibadah di kelas VI SD Negeri 1 Badau telah di usahakan

meliptui penyediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan reperensentatif,

serta pemberian motivasi – motivasi yang dilakukan oleh guru pembimbing

dan guru lainnya yang merasa peduli terhadap pelaksanaan praktek ibadah.

Adapun yang menghalangi pelaksanaan proses pendidikan agama islam

berbasis praktek ibadah yaitu adanya siswa yang membolos,belum

Page 89: CD Skripsi Mahtaridi

tersedianya hadiah- hadiah bagi siswa yang berprestasi serta penggunaan

metode oleh guru yang terasa monoton dan terkadang kurang tepat. Di tambah

lagi waktu pembelajaran yang terkadang dilakasanakan bukan pada waktu

mendekati sholat fardhu.

3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam

mengatasi hambatan pembelajaran berbasis praktek ibadah di kelas VI SD

Negeri 1 Badau ialah dengan cara memperketat absensi kehadiran siswa,

pemberian motivasi- motivasi pada siswa akan manfaat pembelajaran ini serta

mendatangkan nara sumber yang lain seperti Kepala sekolah atau guru kelas

lainnya, tentunya akan menambah gairah pembelajaran ini.Ditambah lagi jika

di akhir tahun disediakan piagam penghargaan dan pemberian hadiah bagi

siswa yang berprestasi.

B. Saran- saran

1. Keberadaan pembelajaran pendidikan Aagamaislam berbasis praktek Ibadah

dapat dipertahankan selama masih ada kontribusinya untuk meningkatkan

mutu pendidikan.

2. Pengadaan sarana dan prasarana yang lengkap perlu untuk di upayakan..

3. Pembinaan ketaqwaan murid bukanlah tanggung jawab guru pendidikan

Agama semata, akan tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara orang

tua, pihak sekolah serta masyarkat.

Page 90: CD Skripsi Mahtaridi

Sebagai kata terakhir penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, dan tidak lupa

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, karena penulis

yakin dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna

Page 91: CD Skripsi Mahtaridi

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBERBASIS PRAKTEK IBADAH SISWA KELAS VI PADA SD NEGERI 1 BADAU

MAHTARIDIFakultas Tarbiyah

Sekolah Tinggi Agama Islam NegeriSyaikh Abdurrahman Siddik

Bangka Belitung

ABSTRAK Penelitian ini Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama islam berbasis Praktek Iabadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau dilatar belakangi dengan permasalahan yang kurang intensif dalam pengalaman peribadatan Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga penulis mengambil tema penelitian ini tentang pelaksanaan Pembelajaran praktek Ibadah Siswa Kelas VI Pada SD Negeri 1 Badau. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dalam meningkatkan pengamalan ibadah siswa di SDN 1 Badau dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran oleh Guru Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 1 Badau, serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi hambatan Pembelajaran Berbasis Praktek Ibadah Pada Kelas VI SD Negeri 1 Badau sehingga hasil yang diharapkan dapat berguna sebagai imformasi bahan masukan bagi SD Negeri 1 Badau agar lebih meninggkatkan mutu Pendidikan Agama Islam khususnya pada pembelajaran praktek ibadah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang pengumpulan data dilakukan dengan metode angket, opservasi, dekomentasi, kemudian diedit sehingga dapat diperoleh data dan ditampilkan dengan tabel sebagai gambaran dari ekstensi pembelajaran praktek ibadah di SD Negeri 1 Badau Hasil penelitian menunjukkan gambaran secara umum (1). Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Ibadah mendapat tanggapan yang positif dari seluruh elemen sekolah dan siswa dengan tingkat apresiasi mencapai 90 % (2). Serta elemen sekolah yang mendukung pelaksanaa pembelajaran praktek ibadah (3). Serta upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak yang mendukung pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah dengan tingkat dukungan mencapai 80 %.

Kata kunci: Pengamalan ibadah siswa Pelaksanaan Pembelajaran, praktek ibadah,

Page 92: CD Skripsi Mahtaridi
Page 93: CD Skripsi Mahtaridi

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam” (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2005)

Asep Herry Hermawan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006 )

Depag RI, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan ( Jakarta: Dirjen Bimbaga, 2007)

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Indonesia, 2007) hal 17

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penilaian Ranah Aktif, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004).

Depag RI, Buku Pedoman Pendidikan Agama Islam ; Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa, (Jakarta : Dirjen Bimbaga Depag, 2003) hal. 12

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Pedoman Penilaian Ranah Afektif, (Jakarta : Depdiknas, 2004), hal.5

Dokumentasi Desa Badau Tahun 2009

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Jakarta : PT Remaja Rosda Karya, 2005) hal.150

H.M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran (Yogyakarta : Mikraj, 2005) hal.122

Page 94: CD Skripsi Mahtaridi

Ida Bagus Mantra dan Kastro, Metode Penelitian Survey (Jakarta : LP3ES, 1984), hal20

Intisari dari dokumentasi Desa Badau pada Tahun 1980

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi contoh analisis statistic, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal.78

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, Pusat Bahasa, 2007) hal 892

Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Arab,1988), hal.24

M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor : Ghalia Indonesia, 2002), hal.86

Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta, 2007) hal.23

Ngalim Purwanto MP, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003) hal.81

Pemda Kep Babel, Kurikulum Muatan Lokal, 2006

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan kinerja guru dan dosen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2007), hal.117

Riduan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2005), hal. 30

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 188

Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2002) hal. 73

Safari, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah direktorat Tenaga Kependidikan, 2004), hal. 10

Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar – mengajar, Op.Cit (Jakarta : PT Raja Grafindo Press, 2006) hal. 75

UU No.22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3

Page 95: CD Skripsi Mahtaridi

Wawancara dengan Bapak Derihan Guru Pendidikan Agam Islam (SD Negeri 1 Badau Tanggal 12 januari dan 3 Februari 2010 ) Jam 09.30 WIB

Zakiah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2001) hal.

Page 96: CD Skripsi Mahtaridi

KISI-KISI SOAL ANGKET

Variable Penelitian Indikator NomorPernyataan

1. Pendidikan Praktek Ibadah di SDN 1 Badau

- Praktek Ibadah merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam

- Daftar kehadiran siswa - Hafalan bacaan dan keserasian

gerakan sholat

1,2,34

5,6,7,8

2. Berwudhu - Bagian wudhu 9

3. Wirid dan Doa - Tata cara wirid dan doa selesai sholat 10

4. Pemberian dan penghargaan

- Nilai praktek ibadah siswa - Pemberian penghargaan terhadap

siswa yang mengkuti praktek ibadah di kelas VI

11,1213

5. Sarana dan prasarana praktek ibadah

- Sarana yang dipakai untuk praktek ibadah

- Waktu yang digunakan pembelajaran praktek ibadah

14

15,16

6. Motivasi - Perlunya motivasi dalam pembelajaran praktek ibadah 17

7. Hukuman dan hadiah - Manfaat hukuman dan hadiah 18,19

8. Faktor pelaksanaan pembelajaran praktek ibadah

- Faktor pendukung - Faktor penghambat

20,21,22,24,2523

Page 97: CD Skripsi Mahtaridi

PEDOMAN WAWANCARA

PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN GURU KELAS VI DI SD NEGERI 1 BADAU

1. Bagaimanakah cara mengoptimalkan tercapainya Pendidikan Agama Islam di

SDN 1 Badau khususnya cara melaksanakan praktek ibadah sholat untuk siswa

kelas VI ?

2. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan pembelajaran ibadah sholat dzuhur

berjamaah ?

3. Bagaimanakah guru pembimbing dalam memberikan motivasi kepada siswanya

agar mempunyai ahlakqul kharima ?

Page 98: CD Skripsi Mahtaridi

DAFTAR RESPONDEN

No Nama Responden Usia / Tahun Murid Kelas

1. ISMANTO 13 VI2. IWAN SEFTIADI 13 VI3. RINGGA NATA 13 VI4. BAYU PRATAMA 13 VI5. GUNAWAN 12 VI6. SELLY 12 VI7. GRILIANTI 12 VI8. DELIA 12 VI9. M.SUBARKA 12 VI10. SITTI SAHADA 12 VI11. BADRIANSYAH 12 VI12 DESY MAYANGSARI 12 VI13 MAIDY LESTARI 12 VI14 MOHAMMAD SAMSUL HIDAYAT 12 VI15 MERYAN 12 VI16 SAPTA PRADA 12 VI

Page 99: CD Skripsi Mahtaridi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengantar Angket

2. Kisi-kisi Instrument Angket

3. Instrumen Angket Penelitian

4. Pedoman Wawancara

5. Daftar Responden

6. Piagam

7. Surat Keterangan Pembimbing Skripsi

8. Surat Izin Mengadakan Penelitian

9. Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian