cbs
DESCRIPTION
cbs bahan panganTRANSCRIPT
MAKALAH
PENGOLAHAN COCOA BUTTER SUBTITUTE (CBS)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Produk Konsumer
Oleh:
Ahmad M.A. Ibrohim
151720101006
MAGISTER TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar
kedua di dunia setelah Malaysia. Berdasarkan total produksi minyak kelapa
sawit yang dihasilkan, kebanyakan digunakan untuk ekspor dalam bentuk
Crude Palm Oil (CPO) dan sebagian lagi diolah menjadi minyak makan untuk
keperluan dalam negeri. Minyak kelapa sawit sebagai bahan utama penghasil
CPO memiliki manfaat yang sangat luas, baik dalam produk pangan maupun
pada produk non pangan. Manfaat minyak kelapa sawit pada produk pangan
yaitu sebagai bahan baku minyak goreng, margarin, shorthening, dan lain-lain.
Selain itu, minyak kelapa sawit juga merupakan bahan baku yang penting
dalam pengembangan hard-butter seperti produk pengganti cocoa butter
(cocoa butter substitute/CBS, cocoa butter replacer/CBR) dan produk sejenis
cocoa butter (cocoa butter equivalent/CBE).
CBS sebagai salah satu pengembangan produk pengganti cocoa butter
dalam produksinya membutuhkan CPO (Crude Palm Oil) atau PKO (Palm
Kernel Oil) yang dihasilkan dari kelapa sawit sebagai bahan bakunya. Dahulu
secara umum Cocoa butter substitute (CBS) dibuat dari minyak kelapa atau
Coconut oil (CNO). Kemudian, dengan melihat kondisi perminyak kelapaan
yang tidak berkembang saat ini, bahkan cenderung turun produktifitasnya,
mengakibatkan produsen CBS harus mencari alternatif pengganti produk-
produk turunan yang selama ini menggunakan CNO sebagai bahan utamanya.
Selain itu, saat ini juga diperlukan alternatif pengganti CNO agar produsen-
produsen CBS di Indonesia mampu bersaing di pasar dunia yang semakin
kompetitif, baik dari sisi harga maupun rasa.
Perlunya aternatif pengganti CNO sebagai bahan baku CBS dan
pengembangan produk kelapa sawit menjadi CBS juga didasari oleh kegunaan
dari CBS itu sendiri. Hal ini dikarenakan CBS merupakan salah satu produk
turunan dari kelapa sawit yang dapat digunakan menjadi bahan alternatif
pengganti coklat.
2. PEMBAHASAN
2.1 Proses Pengolahan CPO menjadi Stearin
Crude palm oil (CPO) adalah minyak dan lemak kasar yang dihasilkan
dari proses pengepresan tandan segar buah sawit. Untuk menghasilakan
produk stearin dari CPO perlu melakukan proses pemurnian CPO dan
fraksinasi. Dalam proses pemurnian CPO dilakukan secara proses fisik
(physical refinery) dengan menggunakan proses pemurnian berlanjut. Proses
ini berlangsung dengan melalui aktivitas pemanasan pada suhu tinggi dan
dalam sistem vakum sehingga disebut physical refinery. berikut adalah
tahapan dalam proses pemurnian CPO untuk menghasilkan RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil).
1. Degumming
Degumming adalah proses pemisahan getah atau lendir (gum) yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin serta
partikel-pertikel non trigliserida lainnya. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan H3PO5. Penggunaan H3PO5 harus dalam jumlah yang
optimum dan berlebih, dan kelebihan dari H3PO5 akan dinetralkan dengan
penambahan CaCO3. Dengan penambahan H3PO5 menyebabkan fosfotida
nonhydratable menjadi hydratable. Fosfotida hydratable merupakan
partkel kolid zat terlarut yang akan mengalami koagulasi sehingga mudah
dipisahkan karena memiliki berat jenis yang lebih besar dari minyak dan
lemak.
2. Bleaching
Bleaching adalah proses pemucatan minyak dengan cara
penambahan activated bleaching earth, pada tahan proses ini bertujuan
untuk menghilangkan zat-zat warna yang terkandung didalam CPO. BE
adalah absorben yang mengandung silica dan strukturnya terdapat muatan
Al3+ yang mampu menyerap zat warna dari CPO serta suspensi dari gum,
resin dan hasil degradasi minyak dan lemak seperti peroksida (Anderson,
1996).
3. Packed Column dan Deodorisasi
Packed column adalah proses untuk menghilangkan asam lemak
bebas (FFA), monogliserida, digliserida, peroksida, aldehida, keton, zat yang
mudah menguap, air dan mengurangi kendungan sterol. Fungsi utama dari
proses ini adalah untu menurunkan kadar FFA dari 2-4% menjadi maksimum
0,1% dan menurunkan warna sesuai dengan spesifikasi yang telah
dikehendaki. Proses packed column ini berlangsung secara kontinue.
Deodorisasi berfungsi untuk menghilangkan peroksida, keton, zat yang
mudah menguap dan bau/odor. Hasil dari proses ini dinamakan RBDPO
(Refined Bleached Deodorized Palm Oil).
Selanjutnya untuk menghasilkan stearin dari RBDPO diperlukan proses
fraksinasi. Proses fraksinasi adalah proses pemisahan fraksi padan dan fraksi
cair berdasarkan perbedaan titik lelehnya. Proses ini dilakukan untuk
memisahkan fraksi cair RBDPE (Refined Bleached Deodorized Palm Olein)
dengan fraksi padat RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin).
Proses fraksinasi ini dilakukan dengan pemisahan melalui filter press menjadi
RBDPE dan RBDPS (Krisnamurthy, 1996).
Stearin yang merupakan salah satu asam palmiat yang terjadi akibat
fraksi dari minyak kelapa sawit yang banyak mengandung asam lemak dan
TAG jenuh sehingga cenderung berbentuk padat atau keras pada suhu kamar.
Rentang nilai komposisi asam lemak stearin lebih lebar dan variatih daripada
olein. Kandungan asam palmitat pada stearin mencapai 47-74% dan asam
oleat 15-37%. Komposisi asam lemak yang sangat variatif tersebut
berdampak pada rentang nilai IV (Iodine value atau nilai iodin) yang lebar
pula yaitu 21-49 dan melting point atau titik leleh 44-56oC.
Stearin dengan kandungan tripalmitoilgliserol kurang lebih 60% dapat
digunakan sebagai hard stock untuk soft margarine. Stearin juga dapat
diperoleh dari fraksinasi kedua olein. Hasil fraksinasi tersebut dinamakan Pal
Cocoa butter substitute
Crude Palm Oil
Refined Bleached Deodorized Palm
Oil
Free Fatty Acid
Olein
Stearin
Minyak Goreng
Mid Fraction (PMF) yang memiliki kandungan C50 atau POP yang tinggi.
Karaketristik PMF antara lain TAG dengan C25 maksimal 43%, IV 32-55 dan
titik leleh 23-40oC. PMF dengan mutu tinggi (IV 33-35) semula hanya bisa
diperoleh dari fraksinasi dengan pelarut. Namun perkembangan dalam teknik
filtrasi dan pendinginan akhir-akhir ini memungkinkan untuk memperoleh
PMF dengan mutu tinggi tersebut dengan teknik fraksinasi kering. Umumnya
PMF dari stearin digunakan sebagai bahan untuk pembuatan cocoa butter
subsitute. Salah satu pemanfaatan stearin ini yaitu dapat dibuat Cocoa Butter
Substitute.
2.2 Proses Pengolahan CBS (Cocoa Butter Substitute)
Cocoa Butter Substitute (CBS) merupakan nama umum dari
trigliserida1-palmitoyl-2-oleoyl-3-stearin mempunyai sifat dan wujud sama
seperti lemak kakao murni, namun sangat berbeda dalam hal komposisi
kimianya. CBS merupakan lemak laurat dari tanaman yang komponen
utamanya terdiri atas asam laurat (± 50%) dan asam miristat (± 20%).
Sedangkan untuk susunan trigliseridanya, secara umum biasanya tersusun
atas Laurat-Laurat-Laurat (LLL), Laurat-Laurat-Miristat (LLM), dan Laurat-
Miristat - Miristat (LMM). Penyusun trigliseridanya secara umum didominasi
oleh beberapa atom karbon seperti C34, C36 And C38 (Lipp, M., dan Anklam, E.
1998).
Gambar 2. Flow Chart untuk mendapatkan Cocoa Butter Substitute
Minyak sawit dan minyak inti sawit merupakan bahan baku yang
penting dalam pengembangan hard-butter seperti produk pengganti cocoa
butter (cocoa butter substitute) dan produk sejenis cocoa butter/ CBE (cocoa
butter equipment). Minyak inti sawit melalui proses modifikasi, yaitu
interesterifikasi dan hidrogenisasi dapat digunakan untuk membuat CBS.
Minyak sawit merupakan sumber trigliserida simetris yang sangat diperlukan
dalam formulasi CBS melalui penerapan proses hidrogenasi, fraksinasi
(menjadi fraksi tengah minyak sawit) dan interesterifikasi.
1. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi merupakan proses pengolahan minyak atau
lemak dengan jalan menambahkan hydrogen pada ikatan rangkap dari
asam lemak,sehingga akan mengurangi ketidak jenuhanan minyak atau
lemak. Caranya gas hydrogen direaksikan secara langsung pada ikatan
rangkap yang dituju dengan bantuan katalis Ni dan panas. Proses ini
digunakan untuk mengkonversi minyak yang berbentuk cair menjadi
bentuk semipadat atau padat. Kondisi proses hidrogenasi bervariasi
tergantung pada produk yang akan di hasilkan.
2. Fraksinasi
Pada proses pertama PKO di-fraksinasi dengan temperatur rendah
(17oC) dan segera terjadi kristal yang tidak stabil yang kemudian dapat
menjadi kristal yang lebih stabil sesudah melalui proses filter press yang
menghasilkan kristal yang lebih homogen serta lebih tahan tekanan pada
temperatur lebih tinggi (18 deg). Dari PKO dengan IV 18 (nilai iodin),
sesudah melalui static fractionation dihasilkan, PK Olein – IV 27 sekitar
58%. PK stearin IV 5, sekitar 29 % dan PK Stearin IV 7 – 13 %, dari
ketiga out put ini, PKS IV 5 unhardened dapat digunakan langsung sebagai
CBS, sedangkan PKS IV 7 harus melalui hydrogenation total sebelum
digunakan sebagai CBS (Setyamidjaja, 2006).
3. Interesterifikasi
Reaksi Interesterifikasi pada lemak dan minyak akan menyebabkan
pertukaran antara satu asam lemak dengan asam lemak yang lain didalam
molekul trigliserida atau antara trigliserida yang dapat mengubah sifat
kimia dan fisika pada lemak. Melalui proses interesterifikasi antara
minyak kelapa dengan stearin kelapa sawit dengan menggunakan katalis
natrium etoksida dengan perbandingan hasil interesterifikasi minyak
kelapa dengan stearin kelapa sawit (70gr: 30gr) diperoleh kandungan
lemak padat yang rendah (4,29%) pada suhu tubuh dan padat pada suhu
kamar dan memnuhi syarat sebagai pengganti mentega coklat. memiliki
struktur padat pada suhu kamar.
Berdasarkan persyaratan bahan pangan , mentega coklat yang baik
yaitu mentega yang padat pada suhu kamar dan meleleh pada suhu tubuh
serta memiliki kandungan lemak padat yang rendah, maka interesterifikasi
antara minyak kelapa dengan stearin kelapa sawit menggunakan katalis
natrium etoksida untuk memenuhi persyaratan sebagai pengganti mentega
cokelat.
2.3 Pemanfaatan Cocoa Butter Subtitute (CBS)
CBS adalah lemak yang mempunyai karakter fisik yang mirip atau
bahkan “lebih baik” jika dibandingkan dengan karakter fisik CB. Namun
demikian, secara kimia CBS adalah lemak laurat yang tidak mengandung
TAG simetri dan sebagai akibatnya CBS mempunyai kompatibilitas yang
terbatas jika dicampurkan dengan CB. Dengan demikian, CBS merupakan
pengganti (substitute) untuk CB, khususnya untuk produksi coklat yang lebih
murah (Hariyadi, 2009). Pada dasarnya, kelebihan dan kekurangan CBS dapat
dilihat pada Tabel 2.
Cocoa Butter Substitute merupakan senyawa lemak yang terhidrogenasi
sebagian. Hal ini menyebabkan CBS bersifat lebih sehat dibandingkan lemak
kakao dan pensubstitusian yang tepat dapat memberikan rasa dan tekstur yang
sama dengan coklat pada umumnya. CBS bersifat lebih mudah diolah ketika
digunakan dalam campuran coklat dan memiliki titik lebur yang tinggi. CBS
tidak mengalami kristalisasi ketika dimasak overcooked jika dibanding
dengan lemak kakao. CBS tidak tercampur secara baik dengan lemak jenis
lain ketika digunakan dalam pembuatan coklat. Berdasarkan pendapat Rick
Schwartz of Cargil Cocoa and Chocolate, CBS hanya dapat tercampur
dengan baik dalam adonan yang mengandung lemak 5% atau kurang dari 5%
(Anonim a, 2012).
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan CBS
Kelebihan Kekurangan
Mempunyai stabilitas
oksidatif yang baik, sehingga
memberikan masa simpan
yang lebih lama.
Mempunyai mutu makan yang
baik
Mempunyai kualitas
pelepasan flavor (flavor
release) yang baik.
Tidak memberikan sensasi
lilin.
Mempunyai tekstur yang
sangat mirip dengan coklat
(CB) khususnya dalam hal
kekerasan dan “snap quality”,
tidak “berlemak” atau greasy
jika diraba.
Memadat dengan cepat
Memberikan mutu kilap dan
ketahanan kilap yang baik.
Tersedia dalam harga yang
jauh lebih murah
dibandingkan harga CB
Secara kimia dan fisika berbeda
dengan CB.
Kurang kompatibel pada proses
pencamuran.
Mempunyai toleransi rendah pada
CB (tidak bisa mentoleransi lebih
dari 6% CB).
Jika dipaparkan pada udara basah
(atau enzim hidrolitik) akan
memberikan flavor sabun karena
mudah terhidrolisis (flavor
berhubungan dengan asam lemak
rantai pendek)
Mempunyai toleransi rendah
terhadap lemak susu
Sumber : Hariyadi, 2009
CBS dapat diaplikasikan dalam beberapa produk, antara lain :
1. Bahan-bahan coklat
Cocoa butter substitutes memiliki sifat fisik yang mirip dengan
lemak kakao. Hal ini meliputi memiliki titik lebur pada suhu tubuh dan
kemiripan rasa dengan lemak kakao. CBS umumnya digunakan dalam
produk coklat yang dibuat oleh pabrik. CBS memiliki karakteristik khas
yang memberikan kualitas pelapis yang baik, membentuk batangan yang
rata dan membantu dalam pencetakan coklat (Burhoe, 2013).
2. Makanan lainnya
CBS memberikan flavor tertentu yang sebanding dengan flavor
coklat. CBS seringkali pula digunakan untuk membuat wafer, crackers,
biskuit, toffee filling, non-dairy creamer dan skimmed milk powder
(Burhoe, 2013).
3. Kosmetik dan keperluan farmasi
CBS memiliki titik lebur pada suhu tubuh, maka dari itu CBS
digunakan untuk keperluar farmasi sebagai suppository (obat perangsang
buang air) dan pelapis obat pencahar. Dalam dunia kosmetik, CBS
berfungsi sebagai bahan dalam pembuatan krim muka dan lotion,
pelembab alami, lipstick, parfum padat dan kosmetik dalam bentuk padat
(Burhoe 2013).
3. PENUTUP
Berdasarkan penulisan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengolahan CPO mnjadi starin terdiri atas empat tahapan yaitu degumming,
bleaching, Deodorisasi, dan fraksinasi.
2. Proses pemngolahan CBS dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
hidrogenasi, fraksinasi, dan interesterifikasi.
3. CBS dapat dimanfaatkan menjadi penganti lemak coklat, flavor pada
makanan ringan, dan pada produk kecantikan atau farmasi.
Pengoptimalan serta pengembangan CBS perlu dilakukan lebih giat
mengingat bahwa pemanfaatan CBS ini dapat diaplikasikan pada berbagai bidang.
Selain itu, penelitian mengenai kandungan asam lemak CBS dari berbagai sumber
juga perlu ditingkatkan agar dapat diketahui kandungan asam lemak CBS secara
detail dan dapat diaplikasikan sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya juga.
Dukungan dari pihak pemerintah dan berbagai pihak terkait juga diperlukan demi
keberlangsungan produksi CBS mengingat bahan baku dari CBS sendiri yang
tergolong dalam salah satu komoditi utama dari hasil perkebunan yang ada di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson D. 1996. A Primer on Oil Processing Technology. Di dalam : Y.H. Hui
(editor). Bailey’s Industrial Oil & Fat Products Edible Oil & Fat
Products : General applications,Vol 4, 5 th ed. John Wiley & Sons, Inc.
New York.
Anonim. 2013. Cocoa Butter Substitutes.
http://www.ehow.com/list_7418431_cocoa-butter-substitutes.html.
[Diakses 19 Maret 2013].
Burhoe, B. 2013. The Applications of Cocoa Butter Substitutes.
http://www.ehow.com/list_7566998_applications-cocoa-butter-
substitutes.html. [Diakses 19 Maret 2013].
Hariyadi, P. 2009. High Grade Specialty Fats dari Sawit. Jurnal Info sawit Edisi
Khusus Desember 2009.
Krishnamurthy R & Kellens M. 1996. Fractionation and Winterization. Di dalam :
Y.H. Hui (editor). Bailey’s Industrial Oil & Fat Products Edible Oil &
Fat Products : General applications,Vol 4,5 th ed. John Wiley & Sons,
Inc. New York.
Lipp, M., dan Anklam, E. 1998. Review of cocoa butter and alternative fats for
use in chocolate-Part A. Compositional data. Food Chemistry. Vol. 62,
No. 1, pp. 73-97.
Setyamidjaja, Djoehana. 2006. Kelapa Sawit Tehnik Budi Daya,Panen dan
Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.