cat rambut

20
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa kimia banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa kimia ini berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan manusia baik dalam bidang kesehatan, industri ,l ingkungan dan juga dalam bidang farmasi. Dalam bidang farmasi senyawa-senyawa kimia tersebut dikembangkan dan digunakan penerapannya dalam berbagai bentuk produk dengan berbagai manfaat untuk mempermudah penggunaan serta aplikasinya dalam kehidupan masyarakat. Berbagi bentuk produk kefarmasian tidak hanya dalam bentuk obat-obatan (non farmasetik) saja tetapi juga meliputi produk dalam bentuk makanan, kosmetik, dan lain-lain. Produk-produk kefaramasian ini juga dalam penerapan dan penggunaannya juga membutuhkan pengawasan dan kontrol baik dari segi penggunaan, bahan maupun pembuatannya. Dalam penggunaannya bahan kimia yang akan digunakan pada produk kefarmasian memiliki batas penggunaan agar produk tersebut aman digunakan dan tidak menyebabkan efek toksik bagi penggunanya. Salah satu produk kefarmasian non farmasetik yang menjadi pengawasan dari para farmasis adalah kosmetik. 1

Upload: sitti-warsia

Post on 09-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

materi kuliah

TRANSCRIPT

BABI PENDAHULUAN

I.1Latar belakang

Senyawa kimia banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa kimia ini berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan manusia baik dalam bidang kesehatan, industri ,l ingkungan dan juga dalam bidang farmasi. Dalam bidang farmasi senyawa-senyawa kimia tersebut dikembangkan dan digunakan penerapannya dalam berbagai bentuk produk dengan berbagai manfaat untuk mempermudah penggunaan serta aplikasinya dalam kehidupan masyarakat. Berbagi bentuk produk kefarmasian tidak hanya dalam bentuk obat-obatan (non farmasetik) saja tetapi juga meliputi produk dalam bentuk makanan, kosmetik, dan lain-lain.Produk-produk kefaramasian ini juga dalam penerapan dan penggunaannya juga membutuhkan pengawasan dan kontrol baik dari segi penggunaan, bahan maupun pembuatannya. Dalam penggunaannya bahan kimia yang akan digunakan pada produk kefarmasian memiliki batas penggunaan agar produk tersebut aman digunakan dan tidak menyebabkan efek toksik bagi penggunanya. Salah satu produk kefarmasian non farmasetik yang menjadi pengawasan dari para farmasis adalah kosmetik.Kosmetika adalah setiap zat yang digosokkan, dipercikkan, disiramkan, dilekatkan dipakaikan dan sebagainya pada badan atau pada bagian badan manusia yang diedarkan dan dipakaikan atau ditujukan untuk dipakai sebagai pemeliharan atau penambah keindahan wujud, daya tarik atau pembersih, pewarna atau pelindung kulit mulut, gigi, rambut, kuku dan bagian badan lainnya serta yang tidak mempunyai pengaruh terapetik dan tidak termasuk golongan obat.Salah satu contoh sediaan kosmetik yang gemar digunakan dalam masyarakat luas adalah pewarna rambut atau yg dikenal sebagai cat rambut baik dalam bentuk krim dan powder. Cat rambut yang beredar dimasyarakat umumnya mengandung timbal (Pb) Senyawa Pb dapat masuk ke dalam tubuh baik melalui makanan minuman atau penetrasi pada selaput kulit. Awal dari keracunan Pb adalah tejadinya penurunan sel darah merah yang dikenal dengan anemia dan apabila kadar Pb dalam darah melebihi 120ug/100g akan mengakibatkan kerusakan otak dan kematian, penggunaan cat rambut dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan akumulasi dari senyawa Pb yang dapat membahayakan tubuh.

I.2 Rumusan Masalah

1. Analisis apa yang digunakan dalam mengukur kadar senyawa Pb dalam sediaan cat rambut?

2. Berapa kadar Pb dalam sediaan cat rambut yang ada dalam pasaran?

3. Apakah kadar senyawa Pb dalam cat rambut yang terdapat dipasar memenuhi standar kadar yang telah ditetapkan?

I.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahaui analisis dan metode yang digunakan dalam pengukuran kadar senyawa Pb

2. Untuk mengetahui kadar Pb yang terdapat pada cat rambut yang terdapat dalam pasaran

3. Mengetahui serta mendapatkan informasi apakah senyawa Pb yang terdapat pada cat rambut memenuhi standar kadar yang telah ditetapkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kosmetika

II.1.1 Pengertian Kosmetika

Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono, 2007). Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahanbahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 yang menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).II.2 Kosmetika Rias Rambut

Sediaan rias rambut adalah sediaaan kosmetika yang digunakan dalam tatarias dengan maksud untuk pewarnaan rambut, pemucatan atau pemutihan rambut, pelurusan rambut, pengritingan atau pengikalan rambut dan atau penghilang ketombe, pelembut rambut, penataan rambut, pembantu perawatan rambut, pelebatan dan atau penyuburan rambut (Ditjen POM, 1985). Sediaan rias rambut disajikan dalam berbagai bentuk sediaan, seperti bubuk, emulsi, gel atau jeli, krim, larutan, losio, dan pomit (Ditjen POM, 1985).

II.3 Pewarna Rambut

Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tatarias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985).

II.3.1 Zat Pewarna Rambut

Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berupa zat warna alam, sintetik, maupun logam (Ditjen POM, 1985).

Zat warna alam yang lazim digunakan adalah zat warna yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia, sediaan galenika seperti ekstrak dan rebusan, sari komponen warna, maupun zat semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang terkandung dalam simplisianya (Ditjen POM, 1985).

Zat warna sintetik (buatan) yaitu DC orange no. 4, DC hitam, dan DC coklat (Wasitaatmadja, 1997). Dalam zat warna senyawa logam, peranan pewarnaan rambut ditentukan oleh jenis senywa logam, jenis pembangkit warna, dan suasana lingkungan pembawanya. Oleh karena itu zat warna senyawa logam meliputi, senyawa logam, zat pembangkit warna, asam, alkalis, dan pembawa. Senyawa logam meliputi bismut sitrat, kadmium sulfat, kobalt sulfat, nikel sulfat, perak nitrat, tembaga sulfat, dan timbal asetat (Ditjen POM, 1985).

II.3.2 Daya Lekat Zat Warna

Berdasarkan daya lekat zat warna, pewarnaan rambut dibagi dalam 3 golongan:

1. Pewarnaan Rambut Temporer

Pewarnaan rambut temporer adalah pewarnaan rambut yang akan menambah cerah dan warna pada rambut serta tidak menunjukkan efek yang kekal atas warna rambut. Sifat pewarnaannya pada rambut sebentar dan mudah dihilangkan dengan keramas menggunakan sampo (Ditjen POM, 1985). Bahan pewarna jenis ini adalah pewarna asam yang mempunyai molekul besar sehingga tidak mampu masuk ke dalam batang rambut dan mudah terlepas (Wasitaatmadja, 1997).2. Pewarnaan Rambut SemipermanenPewarnaan rambut semipermanen adalah pewarnaan rambut yang memilki daya lekat tidak terlalu lama; daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga yang 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas sampo, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985). 3. Pewarnaan Rambut PermanenPewarnaan rambut permanen adalah pewarnaan rambut yang memilki daya lekat jauh lebih lama dan akan tetap melekat pada rambut hingga :

a. Pertumbuhan rambut selanjutnya dan rambut yang diwarnai dipotong.b. Dilunturkan dengan proses pemucatan rambutc. Dilunturkan dengan penghilang cat (Ditjen POM, 1985). Sifat lekat zat warna pada rambut dalam pewarnaan rambut permanen dapat dibedakan dalam pelekatan penetrasi dan pelekatan tersalut. Zat warna sangat lekat pada rambut sehingga tidak luntur karena keramas sampo, dan memerlukan pewarnaan lagi setelah jangka waktu lebih kurang 3-4 bulan. Pewarnaan rambut permanen ini lebih disukai karena penggunaannya lebih praktis dan tidak memerlukan pengecatan kembali dalam jangka waktu yang relatif lama (Ditjen POM, 1985).

II.3.3 Proses Sistem Pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi dalam 2 golongan: 1. Pewarnaan Rambut LangsungSediaan pewarnaan rambut lansung telah mengandung zat warna, sehingga dapat lansung digunakan dalam pewarna rambut, tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna (Ditjen POM, 1985). 2. Pewarnaan Rambut Tidak LangsungSediaan pewarnaan rambut tidak lansung disajikan dalam 2 kemasan, masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Jika hendak digunakan terlebih dahulu harus dicampur komponen satu dengan yang lainnya (Ditjen POM, 1985).II.4 Logam

Logam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu logam esensial dan logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu dalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk hidup yang bersangkutan. Sebaliknya logam nonesensial adalah logam yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam jaringan hewan sangat kecil, dan apabila kandungannya tinggi akan dapat merusak organ-organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Logam yang dapat menyebabkan keracunan adalah jenis logam berat. Logam ini termasuk logam yang esensial seperti Cu, Zn, Se dan yang nonesensial seperti Hg, Pb, Cd, dan As (Darmono, 1995).II.5 TimbalTimbal adalah sejenis logam yang lunak bewarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Logam ini mempunyai nomor atom 82 dengan bobot atau berat atom 207,2. Timbal meleleh pada suhu 328oC (662oF), dan titik didih 1740oC (3164oF) (Widowati, 2008). Timbal adalah logam yang mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar timbal. Timbal masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral (Widowati, 2008).II.5.1 Penggunaan Timbal

Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai, timbal digunakan sebagai grid yang merupakan alloy (suatu persenyawaan) dengan logam bismut (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7 (Palar, 2004).

Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam industri baterai digunakan sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Alloy Pb yang mengandung 1% stibium (Sb) banyak digunakan sebagai kabel telepon. Alloy Pb dengan 0,15% As, 0,1% Sn, dan 0,1% Bi banyak digunakan untuk kabel listrik (Palar, 2004).

Persenyawaan Pb dengan Cr (chromium), Mo (molibdenum) dan Cl (chlor), digunakan secara luas sebagai pigmen chrom. Senyawa PbCrO4 digunakan dalam industri cat untuk mendapatkan warna kuning-chrom, Pb(OH)2.2PbCO3 untuk mendapatkan warna timah putih, sedangkan senyawa yang dibentuk dari PbO4 digunakan untuk mendapatkan warna timah merah (Palar, 2004).

Dalam perkembangan industri kimia, dikenal pula zat aditif yang dapat ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Persenyawaan yang dibentuk dari logam Pb sebagai zat aditif ini ada dua jenis, yaitu (CH3)4-Pb (tetrametil-Pb) dan (C2H5) 4-Pb (tetraetil-Pb) (Palar, 2004).

Timbal asetat khususnya digunakan pada proses pencelupan dan pencetakan tekstil, bahan pernis kayu, pabrik pestisida, pabrik cat, reagensia kimia, dan pewarna rambut (Johonson, 1998).

II.5.2 Toksisitas Timbal

Timbal adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal dari tindakan yang mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar timbal, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat parenteral (Widowati, 2008). Di dalam tubuh, timbal bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin dan sebagian kecil timbal dieksresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut (Widowati, 2008).Pada jaringan atau organ tubuh, timbal juga akan terakumulasi pada tulang, karena logam ini dalam bentuk ion Pb2+mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang. Di samping itu, pada wanita hamil, timbal dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama air susu (Palar, 2004).Timbal bersifat kumulatif. Mekanisme toksisitas timbal berdasarkan organ yang dipengaruhinya (Widowati, 2008) adalah:1. Sistem haemopoietik; menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.

2. Sistem saraf; menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.3. Sistem urinaria; menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop of Henle, serta menyebabkan aminosidur ia.4. Sistem gastro-intestinal; menyebabkan kolik dan konstipasi.5. Sistem kardiovaskular; menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.6. Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas atau janin belum lahir menjadi peka terhadap timbal. Ibu hamil yang terkontaminasi timbal bisa mengalami keguguran.7. Sistem endokrin; mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.II.6 Spektrofotometri Serapan AtomSpektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yag digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel(Bender, 1987).Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh atom. Atom- atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman, 2007).Dasar analisis menggunakan teknik spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan (Susanto, 2010).Ada 4 cara pembentukan atom dalam spektrofotometri serapan atom (Susanto, 2010), yaitu:1) Dengan menggunakan nyala campuran gas (Flame-AAS).2) Melalui pembentukan senyawa hidrida diikuti pemanasan.3) Dengan tanpa nyala untuk analisis merkuri.4) Menggunakan pemanasan oleh listrik (Electrothermal-AAS atau Graphite Furnace-AAS).

II.6.1 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atoma. Sumber SinarSumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathoda lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon). Bila antara anoda dan katoda diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memacarkan beras-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi. Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi pula. Pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar dari permukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini mungkin akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pencaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman, 2007).b. Tempat SampelDalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas (Rohman, 2007).c. MonokromatorMonokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Dalam monokromator terdapat chopper (pemecah sinar), suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau kecepatan perputaran tertentu (Rohman, 2007).d. DetektorDetektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Rohman, 2007).e. ReadoutReadout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

II.6.2 Gangguan Pada Spektrofotometer Serapan AtomGangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam spektrofotometer serapan atom (Rohman, 2007) adalah sebagai berikut:1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala. 2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi dalam nyala.

II.7 Validasi Metode Analisa

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap perameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Beberapa parameter validasi diuraikan di bawah ini.

II.7.1 Perolehan KembaliPersen perolehan kembali digunakan untuk menyatakan kecermatan. Kecermatan merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya (Harmita, 2004).II.7.2 Batas DeteksiBatas atau limit deteksi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter uji batas, yaitu konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi, tetapi tidak dikuantitasi pada kondisi percobaan yang dilakukan. Limit deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, bagian per milyar) dalam sampel (Satiadarma, 2004).II.2.3 Batas KuantitasiBatas atau limit kuantitasi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter penentuan kuantitatif senyawa yang terdapat dalam konsentrasi rendah dalam matriks. Limit kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi eksperimen yang ditentukan. Limit kuantitasi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, bagian per milyar) dalam sampel (Satiadarma, 2004).II.7.4 Analisis Jurnal

Pada jurnal yang berjudul PENENTUAN KADAR Pb (Timbal) DALAM CAT RAMBUT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM dimana dengan semakin majunya dunia kosmetika dan taraf hidup manusia, kosmetika semakin banyak digunakan orang. Salah satu media masuknya logam berat ke dalam tubuh adalah melalui kosmetika yang digunakan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Pb di dalam cat rambut bentuk poder maupun krim berdasarkan perbedaan merk dan nomor batch. Sampel ditimbang dan didestruksi dengan asam nitrat pekat maupun asam perklorat pekat sampai diperoleh larutan yang jernih setelah dingin diencerkan dengan air suling sampai 10 mL, kadar Pb ditentukan dengan Spektofotometer Serapan Atom. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa di dalam cat rambut poder maupun krim terdapat Pb, kadar Pb tetinggi terdapat di dalam cat rambut merk A dan B sebesar 16,1323 ug/g sedangkan yang terendah terdapat di dalam merk C sebesar 0,9548 ug/g dan berdasarkan hasil uji t kadar Pb di dalam cat rambut poder maupun krim tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dapat disimpulkan bahwa analisis kadar timbal dalam cat rambut dapat digunakan dengan metode spektrofotometri serapan atom.III.2 Saran

Disarankan agar setelah membaca makalah ini agar lebih memahami cara untuk menganalisis pewarna rambut baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.13