case report aub ( harun akbar )

21
CASE REPORT SESSION ABNORMAL UTERUS BLEEDING DENGAN ANEMIA Oleh : Harun Akbar, S.ked (1018011022) Preceptor : 1. dr. Wahdi S, Sp. OG 2. DR. dr. Anto , Sp.OG(K) 3. dr.Tresentyawaty, Sp.OG

Upload: harunakbar

Post on 26-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Aub ( Harun Akbar )

CASE REPORT SESSION

ABNORMAL UTERUS BLEEDING

DENGAN ANEMIA

Oleh :

Harun Akbar, S.ked (1018011022)

Preceptor :

1. dr. Wahdi S, Sp. OG

2. DR. dr. Anto , Sp.OG(K)

3. dr.Tresentyawaty, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

RUMAH SAKIT UMUM AHMAD YANI METRO

2014

Page 2: Case Report Aub ( Harun Akbar )

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 STATUS OBSTETRI

Tanggal masuk : 20 Agustus 2014 Pukul 12.32 WIB

Tanggal pemeriksaan : 24 Agustus 2014 Pukul 13.00 WIB

A. ANAMNESIS

I. Identifikasi

Nama : DP

Umur : 17 tahun

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Status perkawinan : Belum menikah

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Notoharjo

MRS : 20 Agustus 2014 pukul 12.32 WIB

II. Keluhan

Utama : Pasien mengeluh haid sudah 20 hari dan lemas

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan menstruasi terus menerus sejak November 2013. Berhenti ± 7 hari lalu

kemudian haid kembali. Darah yang keluar merah segar dan banyaknya normal, lemas (+)

Page 3: Case Report Aub ( Harun Akbar )

IV. Riwayat haid

Menarche : 11 Thn

Siklus haid : 7 Hari

Lamanya : + 20 Hari

Banyaknya : Normal

Warnanya : Merah Segar

Baunya : normal

V. Riwayat penyakit/kebiasaan terdahulu

Pasien menderita penyakit darah tinggi (-), penyakit jantung(-), penyakit ginjal(-), asma(-), dan

kencing manis(-).

VIII. Riwayat penyakit keluarga

Disangkal

IX. Riwayat operasi

Disangkal

X. Riwayat kontrasepsi

Disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIK

I. Status Present

KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 75 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36,80C

Kepala : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Page 4: Case Report Aub ( Harun Akbar )

Jantung/paru : Dalam batas normal

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

Hati/limpa : Dalam batas normal

Ekstremitas : edema : -

II. Status Ginekologi

----

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Tanggal 20 Agustus 2014

Hematologi

Hb : 6,1 gr/dl

Hematokrit : 24,2 %

Leukosit : 6400 ul

Trombosit : 3,58jt ul

D. Diagnosis

Nona usia 17 tahun dengan AUB + anemia

E. Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Page 5: Case Report Aub ( Harun Akbar )

F. Follow Up

1 21.8.14 DP. P/17 th

07.00 WIB S: Haid hari ke 21, lemas (+)

O: St. Present : compos mentis, KU baik

KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 32,80C

Kepala : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)

Jantung/paru : Dalam batas normal

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

Abdomen : Bising usus +, benjolan -, massa -

Hati/limpa : Dalam batas normal

Ekstremitas : edema : -

HB : 6,1 gr/dl

A/ AUB + anemia

Th/

1. IVFD RL XX/mnt

2. Kalnex 2x1 ampul

3. Cefotaxim 2x1 gr

4. Neurobion 3x1 amp(drip)

5. Pro tranfusi untuk Hb >10 gr/dl

Page 6: Case Report Aub ( Harun Akbar )

2 22.08.14 DP. P/17 th

7.00 S: haid hari ke 22 namun darah yang keluar sudah sedikit

O: St. Present : compos mentis, KU baik

KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36,40C

Kepala : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-)

Jantung/paru : Dalam batas normal

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

Abdomen : Bising usus +

Hati/limpa : Dalam batas normal

Ekstremitas : edema : -

HB : 6,1 gr/dl

A/ AUB + Anemia

P/ pro USG

Th/

1. IVFD RL XX/mnt

2. Asam mefenamat 3x1g

3. Asam traneksamat 3x100 mg

4. Cylo-prognova 1x1

Pro tranfusi untuk Hb >10

Page 7: Case Report Aub ( Harun Akbar )

3 23.08.14 DP .P/ 17th

7.00 S: menstruasi hari ke 23. Darah yang keluar tinggal flak”. Keluhan lain

tidak ada

O: St. Present : Compos mentis

TD : 100/70 mmHg

T : 36,4 c

HR : 72 x/menit

RR : 20 x/menit

Konjungtiva Anemis : -/-

Sklera Ikterik : -/-

Abdomen : BU +

Ekstremitas atas dan bawah oedem (-)

HB : 11gr/dl

A/ AUB + Anemia

Th/ 1. IVFD RL XX/mnt

2. Cylo-prognova 1x1

1.2 KASUS

Page 8: Case Report Aub ( Harun Akbar )

A. Permasalahan

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik, dan penunjang sudah sesuai ?

2. Apakah diagnosa sudah tepat?

3. Apakah penatalaksanaan sudah tepat ?

B. Analisis Kasus

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik, dan penunjang sudah sesuai dan

lengkap ?

anamnesis :

Pasien mengeluhkan menstruasi terus menerus sejak November 2013. Berhenti ± 7 hari lalu

kemudian haid kembali. Darah yang keluar merah segar dan banyaknya normal, lemas (+)

pemeriksaan fisik:

KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 75 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36,80C

Kepala : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Jantung/paru : Dalam batas normal

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

Hati/limpa : Dalam batas normal

Ekstremitas : edema : -

Laboratorium

Hematologi

Page 9: Case Report Aub ( Harun Akbar )

Hb : 6,1 gr/dl

Hematokrit : 24,2 %

Leukosit : 6400 ul

Trombosit : 3,58jt ul

2. Apakah diagnosa sudah tepat?

Diagnosis AUB (O) dengan anemia dapat ditegakkan dari anamnesis yaitu pasien merasa

lemas, mual dan pusing dan perdarahan jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu yang lebih dari 8

hari. Dari pemeriksaan USG tampak v/u terisi minimal, tampak uterus dbn, tampak adnexa

dalam batas normal dan tidak ada kelainan ginekologis.

3. Apakah penatalaksanaan sudah tepat ?

Dalam kasus ini, penanganan yang diberi keutamaan adalah asam mefenamat, asam

traneksamat dan transfusi darah karena Hb yang rendah.

Page 10: Case Report Aub ( Harun Akbar )

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abnormal Uterus Bleeding

Definisi

Abnormal Uterine Bleeding atau Perdarahan Uterus Abnormal merupakan perdarahan

yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal

dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik,

kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks atau uterus (leiomioma) atau kanker

Batasan Perdarahan Uterus Abnormal

Batasan Pola Abnormalitas Perdarahan

Oligomenorea Pendarahan terus yang terjadi dengan interval >35 hari dan

disebabkan ole fase folikuler yang memanjang.

polimenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari dan

disebabkan oleh defek fase luteal.

Menoragia Pendarahan uterus yang terjadi dengan interval normal ( 21-35

hari) namun jumlah darah haid >80 ml atau  > 7 hari.

Menometroragia Pendarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan

dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi

yang panjang (> 7 hari).

Metroragia atau

pendarahan antara haid

Pendarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir

dengan penyebab a.1 penyakit servik, AKDR, endometritis, polip,

mioma submukosa, hiperplasia indometrium, dan keganasan.

Bercak

intermenstrual

Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang

umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.

Perdarahan pasca Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita monopaude yang

sekurang-kurangannya sudah tidak mendapatkan haid selama 12

Page 11: Case Report Aub ( Harun Akbar )

menopausbulan.

Perdarahan uterus

abnormal akut

Prrdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang

sangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis

(hipotensi,takikardia atau renjatan).

Perdarahan uterus

disfungsi (PUD)

Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang

tidak berkaitan dengan kehamilan,pengobatan, penyebab

iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau

gangguan kondisi sistemik.

Perdarahan uterus abnormal organic (aub organik):

AUB organikm adalah perdarahan diluar siklus menstruasi yang diakibatkan oleh factor-faktor

organic,seperti kelainan fisik, kehamilan, penyakit sistemik, trauma maupun peradangan.AUB

organik merupakan jenis perdarahan uterus yang tidak disebabkan oleh gangguan pada poros

hipotalamus-hipofise-ovarium yang mengakibatkan terjadinya perdarahan uterus.

Etiologi

Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan

menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada mssa

akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars, penyebab paling mungkin adalah faktor

pembekuan darah dan gangguan psikis.

Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh

gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa

pembuatanreleasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam

masa premenopasuse proses terhentinya proses ovarium tidak selalu berjalan lancar

Patofisiologi

Pasien dengan perdarahan uterus disfungsional telah kehilangan siklus endometrialnya

yang disebabkan oleh gangguan pada siklus ovulasinya. Sebagai hasilnya pasien mendapatkan

Page 12: Case Report Aub ( Harun Akbar )

siklus estrogen yang tidak teratur yang dapat menstimulasi pertumbuhan endometrium,

berproliferasi terus menerus sehingga perdarahan yang periodik tidak terjadi.

Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium

pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan

metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak

terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi endometrium

karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.

Penelitian lain menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan

bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yaitu endometrium atrofik, hiperplastik,

proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar.

Pembagian endometrium menjadi endomettrium sekresi dan non sekresi penting artinya,

karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan ovulatoar dari yang anovulatoar.

Klasifikasi ini memiliki nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini memiliki

dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan

disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular,

hematologi dan vasomotorik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang

perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin

Pembagian

Page 13: Case Report Aub ( Harun Akbar )

Sistem Klasifikasi

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan homeostasis

seperti ptekie, selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan

penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain-lain.

Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik,

yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu)

Pemeriksaan Penunjang

Page 14: Case Report Aub ( Harun Akbar )

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi endometrium (pada wanita

yang sudah menikah), laboratorium darah dan hemostasis, USG, serta radio immuno assay.

Diagnosis

Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana

mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh

oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama

perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang

menunjuk kearah penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun, dan lai-lain. Kecurigaan

terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan

pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang

menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).

Pada wanita dalam masa pubertas tidak perlu dilakukan kuretase untuk penegakkan

diagnosis. Pada wanita usia antara 20 dan 40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan

terganggu, polip, mikoma submukosum, dan sebagainya. Kerokan dilakukan setelah dapat

diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yan masih memeberi

harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam masa premenopause, kerokan perlu

dilakukan untuk menastikan ada tidaknya tumor ganas.

Penatalaksanaan

Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional adalah untuk mengontrol

perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien,

memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak.

Terkadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak. Sehingga

penderita harus bed rest dan diberi transfusi darah. Pada usia premenars, pengobatan

hormonal perlu bila tidak dijumpai kelainan organik maupun kelainan darah, gangguan terjadi

selama 6 bulan atau 2 tahun setelah menarche belum dijumpai siklus haid yang berovulasi,

perdarahan yang terjadi sampai mebuat keadaan umum memburuk.

Page 15: Case Report Aub ( Harun Akbar )

Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan

tidak ada abortus inkomplitus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan

hormon steroid. Dapat diberikan :

a.        Estrogen dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti.

Dapat diberikan estradiol dipropionat 2,5mg atau estradiol benzoat 1,5mg secara

intramuskular. Kekurangan terapi ini adalah setelah suntikan dihentikan, perdarah timbul lagi.

b.       Progesteron, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat

anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap

endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125mg, secara intamuskular atau

dapat diberikan peroral sehari norethindrone 15mg atau medroksi-progesteron asetat (provera)

10mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita masa pubertas.

Androgen berefek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia endomentirum.

Terapi ini tidak boleh diberikan terlalu lama, karena bahaya virilisasi. Dapat diberikan

testosteron propionat 50 mg intramuskular yang dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian

metiltestosteron peroral kurang dapat efeknya. Androgen berguna pada perdarahan

disfungsional berulang, dapat diberikan metil testosteron 5 mg sehari. Erapi oral lebih baik

dari pada suntikan, dengan pedoman pemberian dosis sekecil-kecilnya dan sependek

mungkin.

Page 16: Case Report Aub ( Harun Akbar )

DAFTAR PUSTAKA

1. Benson C, Ralph. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. EGC : Jakarta.

2. May K, Octavia-lacob A, Sweeney C, Kennedy S, Kirtley S. NHS evidence-women's

health. Heavy menstrual bleeding annual evidence update.Edisi. Oxford: Nuffield

Department of Obstetrics & Gynaecology, University of Oxford; 2009.

3. Munro MG, Critchley HO, Fraser IS. The FIGO classification of causes of abnormal

uterine bleeding: Malcolm G. Munro, Hilary O.D. Crithcley, Ian S. Fraser, for the FIGO

Working Group on Menstrual Disorders. Int J Gynaecol Obstet. 2011;113(1):1-2.