case 4 miom

81
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus Nama Mahasiswa : Wenny Fonda Tanda Tangan Nim : 11-2011-181 ……………... Dr. Pembimbing : dr. Wahyu Jatmika Sp.OG Masuk Rumah Sakit : Tanggal 1 April Jam : 10.30 WIB IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 40 tahun Suku Bangsa : Jawa Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pekerjaan : - Pendidikan : SMP Alamat : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus P I A 0 Nama Suami: Tn. D (48thn) Pekerjaan: Swasta Alamat: : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus

Upload: wenny-fonda-l

Post on 02-Jan-2016

75 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: CASE  4 MIOM

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT : Rumah Sakit Mardi Rahayu, Kudus

Nama Mahasiswa : Wenny Fonda Tanda Tangan

Nim : 11-2011-181 ……………...

Dr. Pembimbing : dr. Wahyu Jatmika Sp.OG

Masuk Rumah Sakit : Tanggal 1 April Jam : 10.30 WIB

IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 40 tahun Suku Bangsa : Jawa

Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : - Pendidikan : SMP

Alamat : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus P I A 0

Nama Suami: Tn. D (48thn) Pekerjaan: Swasta

Alamat: : Undaan Lor RT 01 RW 01, Kudus

A. ANAMNESIS

Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 2 April 2012 Jam : 10. 00 WIB

Keluhan Utama : menstruasi sejak 3 bulan yang lalu

Page 2: CASE  4 MIOM

Riwayat Penyakit Sekarang :

3 hari yang lalu Pasien datang ke Poliklinik RS Mardi Rahayu karena menstruasi yang

sudah belangsung kurang lebih 3 bulan berupa flek-flek darah bewarna merah hitam. Awalnya

mentrurasi normal sekitar 1 minggu, namun flek terus keluar sampai hari ini. Perut terasa nyeri

tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Pasien tidak merasa ada benjolan kecil di perutnya.

Tidak ada mual, muntah maupun demam. Buang air besar dan kecil tidak ada gangguan. Tidak

ada keluhan badan lemas, pusing dll. Setelah pasien di USG maka hasilnya ada mioma di

kandungan. Dokter menyarankan untuk operasi.

Tanggal 31 Maret pasien datang untuk di opname dan siap menjalankan operasi seperti

yang disarankan dokter.

Riwayat menstruasi pasien teratur dan nyeri ringan pada hari pertama dan kedua saat

menstruasi. Pasien memiliki 1 anak, Pasien tidak pernah memijat perut sebelumnya. Tidak ada

riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, asma maupun alergi terhadap

obat.

Penyakit Dahulu

DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)

Riwayat Keluarga

DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)

Riwayat Haid

Haid terakhir : 30 Desember 2012

Jumlah dan lamanya : 3 bulan

Menarche : 13 tahun

Haid banyak dan encer

Page 3: CASE  4 MIOM

Riwayat Perkawinan

Sudah menikah 1 kali pada umur 21 tahun

Riwayat Obstretrik

Ana

k ke

Tahun

Persalina

n

Jenis

Kelamin

Umur

Kehamila

n

Jenis

Persalina

n

Penolon

g

Hidup

/

mati

Riwaya

t nifas

ASI

sampa

i umur

1 1995 perempua

n

9 bulan Spontan Dukun hidup baik 2

tahun

Riwayat Kontrasepsi

Tidak menggunakan KB

B. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 50 Kg

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,50C

Pernapasan : 22x/menit

Keadaan Gizi : Baik

Kepala : normocephali, rambut hitam, distribusi merata

Wajah : simetris, pucat (-), sianosis (-)

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Telinga : normotia, serumen (+)

Page 4: CASE  4 MIOM

Hidung : normosepta, sekret (-)

Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang, uvula di tengah

Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-)

Leher : trakea lurus di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Kelenjar Limfe : tidak teraba pembesaran

Dada : simetris, puting payudara menonjol

Paru

Depan Belakang

Inspeksi Kiri Bentuk toraks normal

Pernapasan

abdominotorakal

Gerakan statis simetri

Bernapas tidak ada

bagian yang tertinggal

Tidak terdengar

mengi

Bentuk toraks normal

Pernapasan

abdominotorakal

Gerakan statis simetri

Bernapas tidak ada bagian

yang tertinggal

Tidak terdengar mengi

Kanan Bentuk toraks normal

Pernapasan

abdominotorakal

Gerakan statis simetri

Bernapas tidak ada

bagian yang tertinggal

Tidak terdengar

mengi

Bentuk toraks normal

Pernapasan

abdominotorakal

Gerakan statis simetri

Bernapas tidak ada bagian

yang tertinggal

Tidak terdengar mengi

Palpasi Kiri

Dan

Kanan

Sela iga normal

Tidak ada bagian yang

tertinggal

Sela iga normal

Tidak ada bagian yang

tertinggal

Page 5: CASE  4 MIOM

Fremitus kiri dan

kanan sama

Fremitus kiri dan kanan

sama

Perkusi Terdengan sonor diseluruh

lapangan paru

Terdengan sonor diseluruh

lapangan paru

Auskultasi Terdengan suara

napas vesikuler

Ronki (-)

Mengi (-)

Terdengan suara napas

vesikuler

Ronki (-)

Mengi (-)

Jantung

Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis

Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V 1 jari medial linea midclavicula kiri,tidak kuat

angkat, diameter tidak melebar.

Perkusi : Batas kanan : sela iga V linea sternalis kanan.

Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.

Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.

Auskultasi : Katup Trikuspid: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –

Katup Mitral: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –

Katup Pulmonal: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –

Katup Aorta: BJ I > BJ II , reguler, gallop - ,murmur –

Abdomen

Inspeksi : tampak membesar

Palpasi : supel, nyeri tekan minimal diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2

cm, konsistensi keras, permukaan rata, mobile.

Perkusi : nyeri ketuk (+)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Page 6: CASE  4 MIOM

Ekstremitas : pucat -/-, edema -/-, deformitas -/-

C. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Inspeksi

Perut bawah tampak sedikit membesar

Vulva, perineum, anus:

tidak tampak peradangan, darah keluar dari vagina (+), flour albus (-)

Palpasi

Teraba massa sebesar telur angsa, dapat digerakkan, konsistensi keras, permukaan licin, nyeri

tekan.

VT

Fluksus (+), Fluor (-)

Vulva uretra vagina dalam batas normal

Porsio 1 jempol tangan, kenyal, licin

Ostium uteri eksternum tertutup

Corpus uteri sebesarkepalan tangan orangdewasa , mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri

Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+). Sebesar

telur ayam

Cavum douglasi tidak menonjol

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan lab Tanggal 1 April 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 11.78g/dl 11.7-15.5 g/dl

Leukosit 6.78 ribu 3.6-11.0 ribu

Eosinofil 6.0 % 1-3 %

Basofil 0.10 % 0-1%

Page 7: CASE  4 MIOM

Neutrofil 55.90 % 50-70 %

Limfosit 29.7 % 25-40 %

Monosit 6.0 % 2-8 %

MCV 80.70 fl 80-100 fl

MCH 29.4 pg 26-34 pg

MCHC 36.40 % 32-36 %

Hematokrit 35.8 % 35-47 %

Trombosit 213 ribu 150-440 ribu

Eritrosit 3.98 juta 3.8-5.2 juta

Waktu Perdarahan/BT 1.30 menit 1-3 menit

Waktu Pembekuan/ CT 5.00 menit 2-6 menit

Golongan darah/Rh A/+

Imunoserologi

HbsAG Stik : (-)

Hasil USG

Tanggal 1 April 2013

Kesan

Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm )

Suspek kistoma ovarii kiri 3 x 2.6)

E. RINGKASAN (RESUME)

Wanita 40th, menstruasi yang sudah belangsung kurang lebih 3 bulan berupa flek-flek

darah bewarna merah hitam. Awalnya mentrurasi normal sekitar 1 minggu, namun flek terus

keluar sampai hari ini. Perut terasa nyeri tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas. Tidak ada

keluhan badan lemas, pusing dll. Setelah pasien di USG maka hasilnya ada mioma di

kandungan. Dokter menyarankan untuk operasi.

Page 8: CASE  4 MIOM

Tanggal 31 Maret pasien datang untuk di opname dan siap menjalankan operasi seperti

yang disarankan dokter.

Riwayat menstruasi pasien teratur dan nyeri ringan pada hari pertama dan kedua saat

menstruasi.

Tanda-tanda Vital dalam batas normal

Inspeksi abdomen perut bawah tampak sedikit membesar.

Palpasi Abdomen supel, nyeri tekan minimal diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2

cm, konsistensi keras, permukaan rata, mobile..

VT: Corpus uteri sebesar kepalan tangan orang dewasa , mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri

Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+). Sebesar

telur bebek.

Hasil USG

Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm )

Suspek kistoma ovarii kiri 3 x 2.6cm)

F. DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja

Menoragia ec Mioma Uteri

Kistoma ovarii

Dasar Diagnosis

- Menoragia

- perut bawah tampak sedikit membesar

- diregio suprapubik teraba massa dengan ukuran 2 cm, konsistensi keras, permukaan

rata, mobile.

- Corpus uteri sebesar kepalan tangan orang dewasa, mobile, tidak berbenjol, tidak nyeri

- Adneksa parametrium Teraba massa kistik di adneksa kanan dan kiri,nyeri tekan (+).

Sebesar telur bebek

Hasil USG

Page 9: CASE  4 MIOM

o Mioma Uteri di Corpus (2 buah batas tegas, ukuran 2.1 x 1.9 cm dan 2. X 1.97cm)

o Suspek kistoma ovarii kiri (3 x 2.6cm)

G. PENATALAKSANAAN

Non Medika Mentosa

Observasi keadaan umum dan tanda- tanda vital

Bed rest

Cek Hb

Puasa pre operasi

Medika Mentosa

Infus Ringer laktat 20 tetes per menit

Hemafort 1x1 tablet peroral

Renapar 3x1 peroral

Amoxan 2 gr IV (setelah skin test -)

Tindakan

Operasi laparotomi

Edukasi:

- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai keadaan pasien yaitu memiliki

mioma uteri yang sebaiknya dioperasi yaitu diangkat kandungannya.

- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai tindakan operasi laparotomi

yang akan dilakukan serta komplikasi yang ada seperi resiko pendarahan.

- Istirahat yang cukup serta puasa minumal 6 jam sebelum operasi

Page 10: CASE  4 MIOM

H. PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad sanasionam : dubia ad bonam

Pada tanggal 2 April 2013 pukul 08.00 dilakukan operasi histerektomi dan

salphingoooforektomi bilateral

Diagnosa post operasi: mioma uteri

Laporan operasi:

- Insisi linea mediana 10 cm diatas simpisis

- Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka

- Tampak eksplorasi, tampak uterus sebesar kepalan tangan orang dewasa

- Tampak kista sebesar telur bebek pada kedua adneksa.

- Dilakukan dengan salphingoooforektomi bilateral

- Saat dipecahkan kista berisi cairan coklat kehitaman

- Klem ligamentum rotundum kiri, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1

- Klem ligamentum infundibulum pelvicum kiri, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1

- Klem ligamentum latum kiri sedekat mungkin dengan uterus, klem, potong , jahit

dengan chromic cat gut no 1

- Klem ligamentum rotundum kanan, potong, jahit dengan chromic cat gut no 1

- Klem ligamentum ovarii propium kanan , potong, jahit dengan chromic cat gut no 1

- Klem ligamentum latum kanan sedekat mungkin dengan uterus, klem, potong, jahit

dengan chromic cat gut no 1

- Dibuka plika vesiko uterina

- Dilakukan histerektomi supravaginal

- Pangkal vagina dikaitkan dengan dinding depan dan belakang

- Ligamentum latum kanan dan kiri dijahit dengan pangkal vagina

- Dilakukan reperitonialisasi

- Bersihkan cavum abdomen dari jendolan darah

Page 11: CASE  4 MIOM

- Kontrol pendarahan, pendarahan (-)

- Jahit lapis demi lapis

- Operasi selesai

Terapi post operasi diberikan:

- RL-D5-NACL 0,9% 30tpm

- Injeksi Bioceft 1x1 g IV

- Injeksi Alinamin 2x1 ampul IV

- Injeksi Tramadol 2x1 ampul IV

- Injeksi Vit C 1x1 gr IV

- Cek Hb

Follow up

Tanggal 3 April 2012 pukul 08.00

S: nyeri pada tempat operasi, kentut +

O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan Darah: 120/80 mmHg

Nadi: 80x/menit

Suhu 37,10C

Napas: 20x/menit

Mata : konjungtiva anemis –

Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-

Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –

Abdomen : bising usus +, perban bersih, tidak ada rembesan darah

PPV : -

Laboratorium

2 April 2013 pukul 12.00

Hb : 11,0 g/dl

Page 12: CASE  4 MIOM

A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi Bilateral hari ke 1

P: Terapi lanjutkan

Tanggal 4 Februari 2012 pukul 07.00

S: Nyeri pada tempat operasi sudah berkurang, sudah bisa duduk

O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan Darah: 120/80

Nadi: 84x/menit

Suhu 370C

Napas: 20x/menit

Mata : konjungtiva anemis –

Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-

Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –

Abdomen : bising usus +, perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan +

PPV : -

A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi bilateral hari ke 2

P: Terapi lanjutkan

Tanggal 5 Februari 2012 pukul 07.00

S: nyeri pada tempat operasi sudah berkurang, sudah bisa berjalan

O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan Darah: 100/70 mmHg

Nadi: 80x/menit

Suhu 370C

Napas: 20x/menit

Mata : konjungtiva anemis –

Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-

Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –

Abdomen : perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan +

PPV : -

A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi sinistra hari ke 3

P: Ganti perban

Page 13: CASE  4 MIOM

DC aff

Terapi lanjutkan

Tanggal 6 Februari 2012 pukul 07.00

S: keluhan -

O: Keadaan umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan Darah: 100/60 mmHg

Nadi: 84x/menit

Suhu 370C

Napas: 20x/menit

Mata : konjungtiva anemis –

Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/- wheezing -/-

Jantung : BJ I & II reguler, murmur -, gallop –

Abdomen : perban bersih, tidak ada rembesan darah, nyeri tekan +

PPV : -

A: Post histerektomi + salpingo ooforektomi sinistra hari ke 4

P: Boleh pulang

Infus aff

Kontrol 1 minggu

Ganti dengan obat oral

Zegavit 1x1 kaplet

Amoxicilin 3x500 mg

Ketoprofen 2x1

Page 14: CASE  4 MIOM

MIOMA UTERI

PENDAHULUAN

Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma

dan merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang

menumpangnya.1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %), kejadiannya

lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian

mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan

estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause

angka kejadian sekitar 10 %.

Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua

penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita

mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita kulit hitam

sedikit sekali menderita mioma uteri.

Sejak tahun 1946 Goodman, melaporkan terapi medikamentosa dengan pemberian

hormon progesteron pada 7 wanita dengan mioma uteri, menyebabkan pengecilan ukuran

mioma uteri. Peneliti Segaloff tahun 1949 melaporkan gagal mengkonfirmasi fenomena ini.

Pada tahun 1966 Goldzieher mendemonstrasikan bahwa pertumbuhan mioma uteri dapat

dihambat dengan pemberian dosis besar progesteron. Coutinho mengobservasi pengecilan

ukuran mioma dengan menggunakan anti progestin gestrinon. Pada tahun 1983 De Cherney

dan rekan-rekan mempresentasikan data awal yang melaporkan bahwa terapi danazol

dapat mengecilkan ukuran mioma uteri. Filicori dan rekan-rekan tahun 1983 melaporkan

bahwa pemakaian analog GnRH, untuk mengecilkan mioma uteri.

Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau adanya

pembesaran massa mioma adalah histerektomi. Di Amerika Serikat diperkirakan 600.000

histerektomi dilakukan tiap tahunnya. Dengan semakin berkembangnya tehnologi

kedokteran tindakan operatif pada mioma uteri dapat dilakukan dengan bantuan alat

laparoskopi maupun histeroskopi.

Page 15: CASE  4 MIOM

ISI

Definisi

Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.

Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous,

sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan

berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut

leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel.

Epidemiologi

Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %), kejadiannya lebih tinggi

pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri

antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.

Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause angka

kejadian sekitar 10 %. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 %

dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi

menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita kulit

hitam sedikit sekali menderita mioma uteri.

Etiologi

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Diduga penyebab

timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.

Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak

didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer dan De Snoo mengemukakan

patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Percobaan Lipschutz

memberikan esterogen kepada kelinci ternyata menimbulkan tumor fibromatosa. Menurut

Meyer asal mioma adalah sel imatur bukan dari selaput otot yang matur.

Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai

mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali

Page 16: CASE  4 MIOM

mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor – 1

( IGF – 1 ), connexsin – 43 – Gap junction protein dan marker proliferasi.

Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel

miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial

maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri

yang diperiksa, dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 ( del ( 7 ) ( q 21 )/

q 21 q 32 ). Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma uteri sangat tergantung

apakah telah terjadi perubahan pada kromosom atau tidak.

Pengaruh-pengaruh hormon :

• Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor

yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan

mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan

dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),

perubahan fibrositik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia

endometrium (9,3%). Myoma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan

anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.

Selama fase sekretorik ,siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor

estrogen di miometrium normal berkurang.Pada mioma reseptor estrogen dapat

ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut

tertekan selama kehamilan.

17Beta hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen

kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada

jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih

banyak daripada miometrium normal.

• Progesteron

Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus

menstruasi dan kehamilan.Progesteron merupakan antagonis natural dari

estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:

mengaktifkan 17Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor

estrogen pada tumor.

• Hormon pertumbuhan

Page 17: CASE  4 MIOM

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang

mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada

periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma

selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan

Estrogen.

Pengamatan-pengamatan ini mendukung konsep bahwa hormon atau faktor

pertumbuhan yang sama atau serupa yang biasanya merangsang pertumbuhan uterus

selama kehamilan, juga merangsang pertumbuhan leiomioma pada awal kehamilan. Hal ini

dapat menjelaskan pengamatan paradoks bahwa mioma besar tidak berubah atau mengecil

pada akhir kehamilan.Mungkin selama kehamilan reseptor estrogen mioma mangalami

penurunan (down regulated) akibat adanya estrogen dalam jumlah besar. Tanpa reseptor

estrogen yang efektif (dan karenanya tanpa efek estrogen pada mioma), pengikatan faktor

pertumbuhan epidermis juga berkurang.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat

sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

1. Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan

sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering

memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2. Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,

tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma

uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah

kedua keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit

hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian

tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita

mioma.

4. Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche,

berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

Patologi Anatomi

Page 18: CASE  4 MIOM

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya adalah dari

korpus uteri. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma

pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum

berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan

jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan psoudo kapsul

yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.

Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 – 20

sarang saja. Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat

mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi pada beberapa kasus ternyata tumbuh dengan

cepat.

Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma

uteri dibagi 4 jenis antara lain :

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48,2%),

submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

1. Mioma submukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis

ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan

keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar

mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,

walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma

submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya

benjolan waktu kuret, di kenal sebagai “Currete bump” dan dengan

pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis

ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.

Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang

mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke

vagina,dikenal dengan nama “mioma geburt” atau mioma yang di lahirkan,

yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus,

penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Page 19: CASE  4 MIOM

Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena

pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan

terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding

rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang

berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada

dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan

mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan

miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan

uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua

lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke

ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus

sehingga disebut “wondering / parasisic fibroid”.

Mikroskopik

Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada

pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai se-sel otot polos panjang, yang membentuk

bangunan yang khas sebagai kumparan (whorle like pattern). Inti sel juga panjang dan

Page 20: CASE  4 MIOM

bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral

dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel

memanjang, dan ditemukan adanya “mast cells” diantara serabut miometrium sering

diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa (giant cells).

Perubahan Sekunder

• Atrofi

Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi

kecil.

• Degenerasi hialin

Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.Dapat meliputi sebagian besar

atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok

serabut otot dari kelompok lainnya.

• Degenerasi kistik

Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair,

sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,

dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga

menyerupai limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar

dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

• Degenerasi membatu (calcireous degeneration)

Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam

sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka

mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

• Degenerasi merah (carneous degeneration)

Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis

diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat gangguan vaskularisasi. Pada

pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna

merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah

tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda yang disertai emesis dan haus,

sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus membesar dan nyeri pada

Page 21: CASE  4 MIOM

perabaan.Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau

mioma bertangkai.

• Degenerasi lemak

Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang

lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.

Gejala Klinis

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan

tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Keluhan-keluhan

yang biasa dikeluhkan sangat bermacam-macam. Keluhan-keluhan tersebut tergantung dari

faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :

1. Besarnya mioma uteri.

2. Lokalisasi mioma uteri / tempat mioma berada (serviks, intramural, submukus,

subserus).

3. Perubahan-perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun

gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri

Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk

perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea.

Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini

dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :

o Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium.

o Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.

o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma

di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh

darah yang melaluinya dengan baik

Penekanan rahim yang membesar :

Page 22: CASE  4 MIOM

o Gangguan ini tergantung dari tempat dan besar mioma uteri.

o Terasa berat di abdomen bagian bawah.

o Gejala traktus urinarius: penekanan pada kandung kemih dapat

menyebabkan urine frequency meningkat dan menimbulkan poliuri.

o Gejala dan tanda penekanan pada rektum dapat meyebabkan obstipasi dan

obstruksi intestinal.

o Penekanan pada uretra dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis.

o Gejala penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul

dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

o Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

Nyeri :

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena :

o Gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis

setempat pada peradangan.

o Pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan.

o Karena pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat

menyebabkan juga dismenore.

o Penekanan saraf.

o Torsi bertangkai (putaran tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat

mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami

nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Infertilitas dan abortus.

Akibat penekanan atau penutupan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu.

Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi

implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien

dengan mioma intramural dan submukosa oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin

(1958) menyatakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi

untuk dilakukan miomektomi.

Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema

ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.

Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.

Page 23: CASE  4 MIOM

Pengaruh kehamilan dan persalian pada mioma uteri

Sebaliknya , kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri.

Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema,

terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormona

(estrogen) yang meningkat dalam kehamilan. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak

bertambah besar lagi.

Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah

terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis,

terutama di tengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi merah) atau

tampak seperti daging (degenerasio karnosa) akibat infark hemoragik. Perubahan ini

menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritoneum

dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci

hama (steril). Sering kali terjadi lekositosis sedang. Kadang-kadang peritoneum

parietalis yang menutupi mioma (yang mengalami infark) meradang dan terjadi

friction rub (bising gesek) peritoneum. Tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk

dan berwarna merah. Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena

sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan sirkulasi yang

dialami oleh wanita setelah bayi lahir.

Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat

desakan uterus yang makin lama makin membesar atau setelah bayi lahir. Torsi

menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis pada tumor dan menimbulkan

gambaran klinik perut mendadak merasakan nyeri hebat (acute abdomen).

Mioma yang lokasi di belakang, dapat terdesak ke dalam kavum dauglasi dan terjadi

inkaserasi.

Mioma dapat terinfeksi apabila terjadi abortus septik atau metritis masa nifas.Hal ini

paling sering terjadi apabila miomanya terletak dekat dengan tempat implantasi

plasenta atau terjadi perforasi mioma oleh instrumen, misalnya sonde atau kuret.

Apabila mioma mengalami infark, resiko infeksi meningkatdan kemungkinan

penyembuhan infeksi berkurang, kecuali apabila dilakukan histerektomi.

Page 24: CASE  4 MIOM

Diagnosis

Berikut diagnosis yang dapat dilakukan terhadap pasien :

Anamnesis

1. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama dan

pasien merasa berat pada perut bagian bawah.

2. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.

3. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.

Pemeriksaan fisik (Pemeriksaan luar)

• Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

• Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor

tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.

• Konsistensi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata. Mioma yang

teraba lunak dan tidak menyebabkan kelainan bentuk uterus sangat sulit

untuk dibedakan dari uterus gravidus. Bahkan pada laparatomi, waktu perut

terbuka kadang-kadang tidak mungkin dibuat diagnosa yang tepat.

• Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang

umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, sering kali

teraba berbenjol-benjol. Juga teraba massa tumor pada abdomen bagian

bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas. Jangan lupa untuk

memperhatikan tanda-tanda peradangan yang muncul serta perdarahan dan

fluor albus.

Pemeriksaan dalam

Page 25: CASE  4 MIOM

Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas

atau bebas, hal ini biasanya ditemukan secara kebetulan. Mioma intramural akan

menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan yang

menggunakan uterus sonde. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan

jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan

kavum uteri.

Pemeriksaan laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan

uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma

menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.

Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat

penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik

ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam

menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama

bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar

paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri

secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan

irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai

oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik

ditandai adanya daerah yang hipoekoik.

b. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.

c. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma,

tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap

terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat

mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk

Page 26: CASE  4 MIOM

mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-

kasus yang tidak dapat disimpulkan.

d. Foto BNO/IVP

Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai

fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

f. Tes kehamilan

Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah :

Tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan

kehamilan.

Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri.

Mioma intramural harus dibedakan dengan khoriokarsinoma, karsinoma korporis

uteri atau suatu sarkoma uteri.

Tumor solid ovarium.

Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan

pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat

kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Beberapa gejala yang timbul dapat

membuat keraguan dalam mendiagnosa mioma karena memberikan beberapa

keluhan yang hampir sama. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di daerah

perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.

Uterus gravid.

Kelainan bawaan rahim.

Adenomiosis uteri

Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaannya dengan mioma uteri.

Adenomiosis lebih sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,

sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang umumnya

infertil. Menurut kepustakaan frekuensi adenomiosis berkisar antara 10 – 47 %.

Diagnosis untuk adenomiosis yang akurat sekarang dapat dilakukan dengan tehnik

MRI.

Page 27: CASE  4 MIOM

Endometriosis.

Adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi

terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar atau

stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan

endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar

uterus disebut endometriosis.

Perdarahan uterus disfungsional

Yaitu perdarahan bukan haid.Yang dimaksudkan di sini ialah perdarahan yang terjadi

dalam masa antara 2 haid.Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari

haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu ; yang pertama dinamakan

metroragia , yang kedua menometroragia .Metroragia atau menometroragia dapat

disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan

fungsional.Perdarahan-perdarahan dari uterus selain mioma uteri dapat disebabkan

oleh kelainan pada :

1. Serviks uteri, sepeti polipus servisitis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada

porsio uteri, karsinoma servisitis uteri.

2. Korpus uteri, seperti polip endometrium , abortus imminens, abortus sedang

berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma ,

subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri.

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik

dinamakan perdarahan disfungsional.Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada

setiap umur antara menarche dan menopause.Tetapi, kelainan ini lebih sering

dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.Dua pertiga dari

wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur

di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun.Sebetulnya dalam praktek banyak

dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas , akan tetapi karena

keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah

sakit kecuali perdarahan tersebut disebabkan karena sebab-sebab tertentu seperi

mioma.

Tumor solid rongga pelvis non ginekologis.

Miosarkoma.

Page 28: CASE  4 MIOM

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan mioma uteri tergantung dari segi umur, paritas, lokasi, dan ukuran

tumor. Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma

uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila

mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian

mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti

pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang

berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.

1. Konservatif

Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,

tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari

kehamilan 10 – 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai,

perlu diambil tindakan operasi.

2. Terapi medikamentosa

Terapi medikammentosa yang dapat memperkecil volume atau menghentikan

pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi

medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara

dari terapi operatif.

Adapun preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog

GnRH, progesteron,danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti

prostaglandin,agen-agen lain (gossipol,amantadine)

Analog GnRH

Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uteri yang

diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6 bulan, ditemukan pengurangan

volume uterus rata-rata 67 %, pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus

sebesar 20 %, dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak

80 %.

Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya

menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah

Page 29: CASE  4 MIOM

menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri memberikan

hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH.

Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling

responsif terhadap pemberian analog GnRH. Sedangkan mioma subserosa tidak

responsif dengan pemberian analog GnRH ini.

Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan analog GnRH adalah

1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri

2. Mengurangi anemia akibat pendarahan

3. Mengurangi pendarahan pada saat operasi

4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma

5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal

6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi

Progesteron

Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma uteri dapat

dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron. Dimana progesteron

yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara sinergis dengan estrogen,

tetapi mempunyai aksi antagonis.

Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi injeksi progesteron 10 mg dalam 3 kali

seminggu atau 10 mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri,

setelah pemberian terapi. Segaloff tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan

perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3 pasian diberi 20 mg progesteron

intramuskuler tiap hari, dan 3 pasian lagi diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak

mempengaruhi ukuran mioma uteri.

Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada pemberian

progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg pr hari selama 21

hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari selama 30 hari tidak

mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma uteri. Perkiraan ukuran mioma

uteri sebelum dan sesudah terapi tidak dilakukan dan efektifitasnya dimulai

berdasarkan temuan histologis. Terapi progesteron mungkin ada berhasil dalam

pengobatan mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini.

Page 30: CASE  4 MIOM

Danazol

Danazol merupakan progestogen sintetik yang berasal dari testoteron, dan pertama

kali digunakan untuk pengobatan endometrosis. Prof. Maheux tahun 1983 pada

pertemuan tahunan perkumpulan fertilitas Amerika, mempresentasikan hasil

studinya di Universitas Yale, 8 pasien mioma uteri diterapi 800 mg danazol setiap

hari, selama 6 bulan. Dosis substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan

volume uterus sebesar 20 – 25 %, dimana diperoleh fakta bahwa damazol memiliki

substansi androgenik.

Tamaya, dan rekan-rekan tahun 1979, melaporkan reseptor androgen pada mioma

terjadi peningkatan aktivitas 5 ∝ - reduktase dibandingkan dengan miometrium dan

endometrium normal. Yamamoto tahun 1984, dimana mioma uteri, memiliki suatu

aktifitas aromatase yang tinggi dan dapat membentuk estrogen dari androgen.

Gestrinon

Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal sebagai R 2323

yang terbukti efektif dalam pengobatan endometrosis. Coutinho tahun 1986

melaporkan, 97 wanita, kelompok A (n = 34) menerima 5 mg gestrinon peroral 2 kali

seminggu, kelompok B (n = 36) 2,5 mg gestrinon peroral 2 kali seminggu, dan

kelompok C (n = 27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginan 3 kali seminggu.3,14

Data masing-masing pasien di evakuasi setelah 4 bulan pengobatan dengan

gesterinon, didapatkan volume uterus berkurang 18 % pada kelompok A, 27% pada

kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat 5 %.

Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95 % pasien mengalami

amenorce. Coutinho, menyarankan penggunaan gesterinon sebagai terapi

preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan

dengan mioma uteri.

Tamoksifen

Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik maupun

antiestrogenik. Dan dikenal sebagai “selective estrogen receptor modulator” (SERM)

dan banyak digunakan untuk pengobatan kanker payudara stadium lanjut. Karena

khasiat sebagai estrogenik maupun antiestrogenik. Beberapa peneliti melaporkan,

Page 31: CASE  4 MIOM

pemberian tamoksifen 20 mg tablet perhari untuk 6 wanita premenopause dengan

mioma uteri selama 3 bulan dimana, volumae mioma tidak berubah.

Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol total

secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar progesteron

bila diberikan secara berkelanjutan.

Goserelin

Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan

sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan pada

pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat

menghilangkan gejala menorargia dan nyeri pelvis. Pada wanita premenopause

dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan

histerektomi terutama pada saat menjelang menopause. Pemberian goserelin 400

mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500

mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi subkutan.

Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang signifikan disupresi

selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh efek samping berupa

keringat dingin. Pembereian dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen

tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima.

Peneliti mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin

dikombinasi dengan HRT (estrogen konjugasi 0.3 mg) dan medroksiprogesteron

asetat 5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah volume mioma

uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral tulang dan fraksi

kolesterol.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dimana pemberian goserelin dikombinasi

dengan HRT dilaporkan mioma uteri berkurang, dengan keluhan berupa keringat

dingin dan pola perdarahan spotting, bila pengobatan dihentikan. Dimana

kandungan mineral tulang berkurang bila pemberian pengobatan selama 6 bulan

pertama. Tiga bulan setelah pengobatan perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi

HDL kolesterol meningkat selama pengobatan, sedangkan plasma trigliserida

konsentrasi menetap selama pemberian terapi.

Page 32: CASE  4 MIOM

Antiprostaglandin

Penghambat pembentukan prostaglandin dapat mengurangi perdarahan yang

berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau

mungkin efektif untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri.

Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian naproxen 500 – 1000 mg setiap

hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi

mioma, meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7 % wanita dengan

menoragia idiopatik. Studi ini didasarkan hanya penilaian secara simptomatik,

sedangkan ukuran mioma tidak diukur.

Agen-agen lain ( Gossypol dan Amantadin )

Gossypol

Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada 30 wanita dengan

perdarahan menopause fungsional, mioma uteri dan endometrosis. Kadar ekstrogen

menurun pada 70 kasus endometrium, menunjukkan tingginya kejadian atrofi

endometrium.

Pada 65.5 % didapatkan pengurangan volume mioma yang terbatas. Perhatian

utama dengan agen ini ada kemungkinan efek-efek samping. Pada uji klinik,

dilaporkan kelelahan dan hipokalemu irreversibel dan efek permanen secara

langsung pada gonad atau kontrasepsi pria.

Amantadin

Amantadin telah dibuktikan oleh FDA untuk pengobatan parkinson, dan reaksi ekstra

piramidal yang diinduksi obat. Dan menyebabkan pelepasan dopamin endogen dan

mengaktivasi neuron dopaminergik dan noradrenergik.

Luisi dan luisi, melaporkan selama 10 tahun pengalamannya mengobati mioma

simptomatik dengan amantadin. Keseluruhan dengan 160 pasien menerima

amantadin (200 mg perhari) untuk 20 hari dalam sebulan selama 6 bulan. Setelah 6

bulan pengobatan, pertumbuhan mioma dihambat, dimana konsistensinya

berkurang secara bertahap dan gejalanya berkurang. Mekanisme kerjanya tidak

jelas, diduga bahwa pengurangan ukuran tumor berhubungan dengan penurunan

aliran darah. Amantadin mungkin berguna untuk pengobatan mioma uteri,

Page 33: CASE  4 MIOM

kemanjuran tidak ditunjukkan secara tepat dengan efek samping gagal jantung

kongestif, gagal ginjal dan hipotensi ortostatik.

3. Penangganan operatif : dengan melakukan tindakan operasi terhadap pasien.

Berikut beberapa cara penangganan operatif :

Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan

uterus. Tindakan ini dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada miom

geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma

subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai karena jelas

dan mudah dijepit serta diikat. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena

keinginan memperoleh anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan

fertilitas, kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 – 50 %. Sejauh ini

tindakan ini tampaknya aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik.

Miomektomi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi carcinoma

endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.

Miomektomi dilakukan bila :

o Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 – 14 minggu.

o Pertumbuhan tumor cepat.

o Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

o Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.

o Hipermenorea pada mioma submukosa.

o Penekanan pada organ sekitarnya.

Laparoskopik

Satu atau beberapa myoma diangkat menggunakan tehnik laparaskopi atau

endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan membuat insisi kecil pada dinding

abdomen dan memasukkan laparaskop ke dalamnya. Keuntungannya adalah

pasien tidak perlu rawat inap dan penyembuhannya lebih cepat daripada

laparatomi. Kerugiaannya adalah dibutuhkan waktu yang lama untuk

mengangkat myoma yang besar dari abdomen.

Page 34: CASE  4 MIOM

Penghancuran mioma

Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma: miolisis yaitu dengan

laparaskop, laser fiber/alat elektrik diletakkan pada fibroma, kemudian

pembuluh darah yang memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan,

sehingga jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur digantikan

dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan daripada myomektomi dan

penyembuhannya lebih cepat.

Uterine Artery Embolization (UAE)

Arteri uterina diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang

nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis.

Penting untuk diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak diperkenankan

karena terjadi distorsi signifikan dari lapisan uterus yang dapat menyebabkan

implantasi abnormal dan keguguran serta infertilitas dalam waktu yang lama.

Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan myoma.

Keuntungannya adalah tidak ada insisi dan waktu penyembuhannya yang cepat.

Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau

mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.Sejauh ini tampaknya

aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.Enukleasi sebaiknya tidak

dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma

uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi

pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan

diikat.Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat

berdekatan dengan endometrium , kehamilan berikutnya harus dilahirkan

dengan sectio caesarea.

Page 35: CASE  4 MIOM

Kriteria preopersi menurut American College of Obstericians Gynecologist

(ACOG) adalah sebagai berikut :

Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.

Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan

dan keguguran yang berulang.

Histerektomi

Perlu disadari bahwa 25 – 35% dari penderita mioma masih memerlukan

histerektomi.Histerektomi adalah pengangkatan uterus , yang umunya

merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam

atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil

dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.Adanya prolapsus

uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umunya

dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma sevisis

uteri.Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran

teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.

Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada

penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah

bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut :

a) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang

dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.

b) Perdarahan uterus berlebihan :

Perdarahan yang banyak bergumpal – gumpal atau terjadi

berulang – ulang selama lebih dari 8 hari.

Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :

Nyeri hebat dan akut.

Rasa tertekan pada punggung bawah atau perut bagian bawah

yang kronis.

Penekanan buli – buli dan frekuensi urine yang berulang – ulang

dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih.

Penangganan Radioterapi

Page 36: CASE  4 MIOM

Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk

patient).

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga

penderita mengalami menopause.Karena itu tindakan ini tidak

dilakukan pada wanita muda.

Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra

indikasi untuk tindakan operatif.

Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.

Bukan jenis submukosa.

Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada

keganasan pada uterus.

Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.

Komplikasi

1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemuken hanya 0.32 – 0.6 % dari

seluruh mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan

umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.

Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila

terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. Novak dan Woodruff

melaporkan insiden leiomiosarkoma adalah dibawah 0.5 %.

2. Torsi ( putaran tangkai )

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi

akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk

mioma tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.

3. Komplikasi yang ditimbulkan mioma terhadap kehamilan:

a. Sering terjadi abortus.

b. Persalinan prematuritas.

c. Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.

d. Subferil sampai fertil dan kadang-kadang hanya mempunyai 1 anak saja.

e. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim.

f. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir.

Page 37: CASE  4 MIOM

g. Inersia uteri pada kala I dan kala II.

h. Atonia uteri setelah pasca persalinan, perdarahan banyak.

i. Kelainan letak plasenta.

j. Plasenta sukar lepas (retensio plasenta) sehingga dapat terjadi perdarahan

KISTA OVARIUM

Page 38: CASE  4 MIOM

I. PENDAHULUAN

Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita. Berlokasi di

pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk seperti buah peer pada

bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran dan bentuknya seperti buah

kenari. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita. Hormon merupakan bahan

kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel dan organ tertentu.1

Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari satu ovarium

dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel telur dari ovarium melalui tuba falopii

menuju ke uterus. Ovarium juga merupakan sumber utama dari hormon wanita yaitu

estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari

payudara wanita, bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-hormon ini juga mengatur

siklus menstruasi dan kehamilan.

Di antara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat

non neoplastik. Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat

diterima oleh semua pihak. Hal ini terjadi oleh karena klasifikasi berdasarkan

histopatologi atau embriologi belum dapat diberikan secara tuntas berhubung masih

kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul beberapa tumor, dan pula berhubung

dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang sama rupanya mempunyai asal

yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi atas

tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan

solid.

ANATOMI

Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopii.

Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium ligamen lebar

uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina

illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus.

Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan.

Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria. Ukuran dan

bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium

dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini

memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium

Page 39: CASE  4 MIOM

licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang

membuat permukaan nodular menjadi kasar.

Ovarium terdiri dari dua bagian:

1. Korteks Ovarii

Mengandung folikel primordial

Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff

Terdapat korpus luteum dan albicantes

2. Medula Ovarii

Terdapat pembuluh darah dan limfe

Terdapat serat saraf

Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat

lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitive). Di

antara interval selama masa suburnya (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur

dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks

steroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.

KLASIFIKASI TUMOR OVARIUM

A. Tumor Non Neoplastik

1. Tumor akibat radang

a. Abses ovarial

b. Abses tubo – ovarial

c. Kista tubo – ovarial

2. Tumor lain

a. Kista folikel

b. Kista korpus luteum

c. Kista lutein

d. Kista inklusi germinal

e. Kista endometrium

f. Kista steven –leventhal

B. Tumor Neoplastik Jinak

Page 40: CASE  4 MIOM

1. Kistik

a. Kistoma ovarii simpleks

b. Kistadenoma ovarii musinosum

c. Kistadenoma ovarii serosum

d. Kista endometroid

e. Kista dermoid

2. Solid

a. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma

b. Tumor Brenner

c. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma)

Definisi

Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh

abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-

bahan lain. Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi

semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Kista ovarium biasanya berukuran kecil

(<5 cm), berkapsul dengan isi cairan. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala,

dan dapat mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan

tidak menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya karsinoma

terutama pada wanita yang mulai menopause.

TUMOR OVARIAN NON NEOPLASTIK

1. Tumor Akibat Radang

Abses Ovarium

Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses ditemukan primer pada

penderita yang telah menjalani histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari

suhu badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan nyeri pelvis yang tidak

spesifik dan drainase purulen yang lama dari vagina.

Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor radang tubo-ovarium, benda asing dan

Page 41: CASE  4 MIOM

Kista Folikel

komplikasi intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang terinfeksi diangkat

oleh karena tidak dapat diobati dengan antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat

supaya terjadi resolusi.

2. Tumor lain

a. Kista Folikel

Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler. Kista ini sering

diketemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvis, walaupun bisa pecah dan

menimbulkan rasa nyeri dan tanda-tanda peritonitis. Kista folikel ovarium ini biasanya

asimptomatik. Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi, namun

tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah

tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresianya, melainkan

membesar menjadi kista.

Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya bilateral serta tumbuh di

permukaan ovarii sebagai gelembung yang berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan

yang jernih dan sering kali mengandung estrogen. Diameter jarang lebih dari 6-8 cm.

Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi

suatu hematoma folikuler. Sebagian besar kista folikel lambat laun mengecil dan regresi

pada siklus haid berikutnya dan dapat menghilang spontan.

b. Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal, korpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun mengecil

dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri

Page 42: CASE  4 MIOM

(korpus luteum persistens); pendarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan

terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding

kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel

teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel, cenderung lebih keras dan padat

dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri atau tanda-tanda iritasi

peritoneum.

Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea

diikuti oleh pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat perut

bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Kista

korpus luteum dapat mengakibatkan ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang

hebat. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorhea sering

menimbulkan kesulitan dalam diferential diagnosis dengan kehamilan ektopik yang

terganggu.

Penanganan kista korpus luteum adalah menunggu sampai kista hilang sendiri,

biasanya dalam waktu 2 bulan pada wanita tidak hamil dan mengecil perlahan-lahan

pada trimester terakhir pada wanita hamil.

c. Kista Teka L vutein

Ukuran dari kista ini sangat bervariasi. Umumnya kista ini terjadi bilateral, dan

berisi cairan jernih dan didapati berhubungan dengan mola hidatidosa, atau

koriokarsinoma. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi, akan tetapi seringkali

sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon

HCG yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma kista ovarium

mengecil dengan spontan. Tetapi apabila kista ini besar sekali, sudah tentu harus

dilakukan ekstirpasi.

d. Kista Inklusi Germinal

Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita

lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara

kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu

operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium dan berisi cairan jernih dan serous.

Kista ini tidak pernah memberikan gejala-gejala yang berarti.

e. Kista Endometriosis

Page 43: CASE  4 MIOM

Kista ini terdapat pada endometriosis yang berlokasi di ovarium yang disebut

sebagai kista endometrial atau kista coklat. Dalam ovarium berukuran kecil sampai

sebesar tinju yang berisi darah sampai coklat. Darah tersebut dapat keluar sedikit-sedikit

karena luka pada dinding kista yang dapat menyebabkan perlengketan antara

permukaan ovarium dengan uterus. Kadang dapat mengalir dalam jumlah yang banyak

ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan akut abdomen.

f. Kista Stein Leventhal

Kista ini ditandai oleh pembesaran bilateral dari polikistik ovarium, amenorea

atau oligomenorea sekunder. 50% dari penderita gemuk dan mengalami hirsutisme

tanpa maskulinisasi. Sindroma ini terjadi pada wanita antara usia 15-30 tahun. Ovarium

pucat, membesar, polikistik, permukaan licin, dan kapsulnya menebal.

Kelainan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada

wanita tersebut terdapat gangguan ovulasi oleh karena endometrium hanya dipengaruhi

oleh estrogen, hiperplasia endometrii juga sering ditemukan.

Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif

a. Kistoma ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral,

dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan

berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya

tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa

kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung

dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi

ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik

untuk mengetahui apakah ada keganasan.

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari suatu

teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain.

Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang

penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor Brenner.

Angka Kejadian

Page 44: CASE  4 MIOM

Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii

serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma

ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium.

Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan

(1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor

paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa

prapubertas.

Gambaran Klinik

Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala (lobulated).

Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada penderita yang

datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium

yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi

yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan

dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista

dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini

khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada

pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna

kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi

dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi

lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi

untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang

menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-

sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya

menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya

penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.

Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada kista kadang-kadang

dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut perlu

diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan

ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

Page 45: CASE  4 MIOM

Penanganan

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup

besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan

pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat kista

sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya tanpa mengadakan pungsi dahulu, untuk

mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista. Jika berhubung

dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan tumor, lubang pungsi

harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga perut. Setelah kista

diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat yang mencurigakan

terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain perlu diperiksa pula.

c. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kita ini berasal dari epitel permukaan

ovarium (germinal epithelium).

Angka Kejadian

Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma

musinosum dan dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan

kista bilateral (10-20 %); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan frekuensi 19,7%, Sapardan

(1970) 15%, Djaswadi (1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, disurabaya

hariadi dan Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan

28,5%; di Jakarta Sapardan mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat

angka 36,1%.

Gambaran Klinik

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan

dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula

berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya

berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi

pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista

sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak

jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler

(solid papilloma).

Page 46: CASE  4 MIOM

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran

makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan

pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan

mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang

rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena

tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk epitel

pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu

getar, seperti epitel tuba.

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang

dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah

kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.

Perubahan Ganas

Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta

anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik digolongkan

kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara kistadenoma ovarii

papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah

mengherankan bahwa potensi keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun

demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum mengalami

perubahan keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai

dengan asites, maka prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun diagnosis histopatologis

pertumbuhan itu mungkin jinak (histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut

pengalaman harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically malignant).

Terapi

Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya,

berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu dilakukan pemeriksaan

yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan

yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya

pada waktu operasi.

d. Kista Endometrioid

Page 47: CASE  4 MIOM

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu

lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh

Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.

e. Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur

ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk

glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol

daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid,

teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses

partenogenesis.

Angka Kejadian

Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan paling sering

ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua kista dermoid bilateral,

lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista dermoid dapat ditemukan pula

pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya

mencapai beberapa kilogram.

Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai berikut :

Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-masing

11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum perang dunia II,

Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor

ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, diantaranya satu

kasus pada anak umur 13 tahun.

Gambaran Klinik2

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-

abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.

Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya

nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya

terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal.

Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan,

serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran

Page 48: CASE  4 MIOM

pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah

produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan

rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan

gelondongan seperti konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut

bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan akibat

pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira

dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan biasanya pada wanita lewat menopause. Yang

tersering adalah karsinoma epidermoid yang tumbuh dari salah satu elemen ektodermal.

Ada kemungkina pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya

tumor yang khas.

Kista coklat (Kista Endometriosis)

kista endometriosis adalah kista yang tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang

bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah. Kista ini disebut sebagai kista

coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini

bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur.

Penyebab kista coklat

Penyebab kista coklat hingga kini tidak diketahui secara pasti, di duga akibat dari proses

peradangan atau inflamasi. Selain itu di duga disebabkan karena ketidak seimbangan

hormon. Kista coklat dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan

perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya.

Gejala kista coklat :

1. Perut terasa penuh, berat, kembung

2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)

3. Haid tidak teratur

4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung

bawah dan paha.

Page 49: CASE  4 MIOM

5. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

6. keluhan nyeri haid,

7. Pembesaran ovarium dan

8. Infertilitas.

Komplikasi kista coklat

Jika kista coklat pecah maka akan menimbulkan rasa nyeri yang sangat tinggi pada daerah

panggul, sehingga butuh pertolongan dokter dengan segera.

Pengobatan kista coklat

Pengobatan kista coklat adalah dengan terapi hormon jika kista masih kecil atau dilakukakan

operasi jika kista sudah sangat besar dan beresiko untuk pecah.

Klinik

Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium

yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat pertumbuhan, aktivitas endokrin,

atau komplikasi tumor-tumor tersebut.

1. Akibat pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan

perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor

atau posisinya di dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak

seberapa besar, tetapi terletak di depan uterus dapat menekan kandung kencing

dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar

tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa

berat dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan

obstipasi, edema pada tungkai.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu

makan, rasa sesak, dan lain-lain.

2. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi

Page 50: CASE  4 MIOM

Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-

angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala

klinik yang minimal. Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi sekonyong-konyong

dalam jumlah yang banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang

menimbulkan nyeri perut mendadak.

Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau

lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi

yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kondisi yang

mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus

yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan

dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut

Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang

bersifat total.Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum

infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa

sakit.Perlu hal ini diperhatikan pada pemeriksaan.Karena vena lebih mudah

tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat

pembesaran tumor dan terjadilah pembesaran di dalamnya. Jika putaran tangkai

berjalan terus, akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor, dan jika tidak

diambil tindakan, dapat terjadi robekan dinding kista dengan perdarahan

intraabdominal atau peradangan sekunder. Bila putaran tangkai terjadi perlahan-

lahan, tumor dapat melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru pada

tumor tersebut.Tumor mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor

parasite atau tumor pengembara.

Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman pathogen,

seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta.Kista dermoid cenderung

mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.

Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai

akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada

waktu persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri

akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang.Tetapi, kalau terjadi

robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan

Page 51: CASE  4 MIOM

bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan

rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan implantasi

sel-sel kista pada peritoneum.Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan musin yang

mengisi rongga perut. Keadaan ini dikenal dengan nama pseudomiksoma

peritonei.

Perubahan keganasan dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti

kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista

dermoid.Oleh sebab itu, setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi,

perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan

perubahan keganasan.Adanya asites dalam hal ini mencurigakan; adanya anak

sebar (metastasis) memperkuat diagnosis keganasan.

4. Sindrom Meigs

Dalam 40% dari kasus-kasus fibroma ovarii ditemukan asites dan hidrotoraks.

Keadaan ini dikenal dengan nama Sindrom Meigs dan dapat ditemukan pula pada

beberapa tumor neoplastik jinak lain. Dengan pengangkatan tumor, sindrom juga

menghilang.Cairan dari rongga toraks berasal dari cairan dalam rongga perut.Hal

ini dapat dibuktikan dengan penyuntikan tinta India dalam rongga perut, yang

kemudian dapat ditemukan dalam rongga toraks.

Sindrom Meigs perlu dibedakan dari asites dengan atau tanpa hidrotoraks, yang

ditemukan pada tumor ganas.Dalam hal terakhir ditemukan sel-sel tumor ganas

dalam sedimen cairan.

FAKTOR RISIKO

Usia

Ras

Nulipara

Riwayat keluarga

Obesitas

Page 52: CASE  4 MIOM

PATOGENESIS

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan

pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium

tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofise

dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan

folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal

mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di

dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal

akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan

siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature.

Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur

1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus

luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi

fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan

mengecil selama kehamilan.

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu

jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.

Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional

multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap

gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini

berasal dari folikel graff yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup

kembali.

Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan

serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi cairan

serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai

diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis. Pada

neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-

kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut

hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan

gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom

hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat

Page 53: CASE  4 MIOM

tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat

bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan

jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan

(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan

keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat

terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan

germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi

elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.

Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari

pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,

seperti terlihat dalam sonogram.

Etiologi1. Faktor genetik

2. Gangguan hormonal

3. Diet tinggi lemak

4. Merokok

5. Minum alkohol

6. Sosial ekonomi yang rendah

Gejala

Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarii tidak memiliki gejala. Namun kadang-kadang

dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :

Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen

Agak sakit pada bagian belakang bawah dan paha

Bermasalah dalam pengeluaran urine secara komplit

Nyeri selama hubungan seksual

Peningkatan berat badan

Nyeri pada saat menstruasi dan perdarahan abnormal

Nausea dan vomiting

Breast tenderness

Page 54: CASE  4 MIOM

Diagnosa

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan atau di

rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan,

konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut.

Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika

tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu

konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung kemih penuh,

sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Di

negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi

besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk

menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau ascites, akan tetapi

dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu

diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik

akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan gejala-gejala ke arah

peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak dapat

digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan

diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperoleh

kepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis

yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan

differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan

diagnosis adalah

1.Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah

sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu

2.Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari

uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula

Page 55: CASE  4 MIOM

dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3. MRI dan CT-scan

4.Histologi

Penanganan

Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik

tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada

penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor

tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut

mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk

menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam

pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan

tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan

tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan

tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium,

biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat

keganasan operasi yang lebih tepat ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.

Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat

keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko

dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya : Torsi, ruptur, perdarahan,

menjadi keganansan : potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas sudah

dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas, akan tetapi

dalam persentase yang relative sedikit.

Prognosis

Dubia ad Bonam

Page 56: CASE  4 MIOM

Daftar Pustaka

1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds. Advences

in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey : The

Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1 – 8

2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :

Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003:; 151 -

156

3. Sivecney G.Mc, Shaw RW. Attempts at medical treatment of uterine fibroids. In :

R.W. Shaw, eds. Advences in reproductive endocrinology uterine fibroids. England –

New Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 95 – 101

2. Wattiez A, Cohen SB, Selvaggi L. Laparoscopy hysterectomy. Curr Opin Obstet

Gynecol 2002;14:417-22

3. Joedosepoetra MS, Tumor jinak pada alat genital. Dalam : Wiknjosastro H.,

Syaifuddin A.B., Rachimhadhi, editors. Ilmu Kandungan. Edisi ke – 2 Jakarta ; Yayasan

Bina Pustaka; 2005: 338 – 45.

4. Cunningham F.Gary, F Gant Norman, J Leveno Kenneth, C Gilstrap III Larry,C Hauth

John,D Wenstrom Katharine: Obstetri Williams. Edisi ke-21 Vol 2: Tentang Kelainan

Saluran Reproduksi. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006: 1031-1035

5. Karim A, Murah Manoe IMS. Miooma Uteri. Dalam: Djuanna AA, et al, editors.

Pedoman diagnosis dan terapi. Edisi Pertama. Ujung Pandang; Bagian SMF Obstetri

dan Ginekologi FKUH RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo; 1999: 282 – 297.

6. Manuaba IBG. Tumor jinak rahim. Dalam: Setiawan, Manuaba IBG, editors. Ilmu

Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 1998: 409 – 412.

7. Manuaba IBG. Mioma Uteri. Dalam : Manuaba IBG, editor. Kapita selekta

penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran

EGC, 1998: 600 – 603.

8. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Mioma uterus.

Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta; POGIU; 1991: 21 –

22.

Page 57: CASE  4 MIOM