cara memilih masalah
DESCRIPTION
Cara memilih masalahTRANSCRIPT
CARA MEMILIH MASALAHA. Pengertian masalah.
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak
ada seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya
ringan ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu
kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah
merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan
dengan baik.
Berikut merupakan pengertian masalah menurut beberapa ahli dan
kamus Bahasa Indonesia:
1. Munurut kamus BBI, Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2. Menurut Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan
antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara
teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara
rencana dengan pelaksana.
3. Menurut James Stoner, Masalah suatu situasi menghambat organisasi
untuk mencapai satu atau lebih tujuan.
4. Menurut Prajudi Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang
menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan
untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya
tujuan.
5. Menurut Roger Kaufman, Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu
ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang
diharapkan.
6. Menurut Dorothy Craig, Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan
datang dan tidak diinginkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah penelitian adalah sesuatu
hal atau kejadian yang dijadikan sebuah penelitian dengan
mempertimbangkan beberapa hal dalam menentukan suatu
masalah dalam penelitian sehingga memperoleh jawaban yang
diinginkan.
B. Mencari masalah penelitian yang benar.
Banyaknya masalah penelitian yang sering ditemukan, seringkali
membuat seorang peneliti harus memilih masalah penelitian yang paling
layak diantara beberapa masalah tersebut. Hal yang penting dijadikan
pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa keputusan
dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri.
Sebelum memilih masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan
topik penelitian.
Untuk menentukan topik penelitian Narbuko dan Achmadi (2002)
menyampaikan bahwa sebelum menentukan topik penelitian, seorang
peneliti harus terlebih dahulu menanyakan pada diri sendiri tentang
beberapa pertanyaan berikut:
“Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya (manageble
topic)?”
“Apakah bahan-bahan/ data-data tersedia dengan cukup (obtainable
data)?”
“Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?”
“Apakah topik tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji (interested
topic)?”
Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah
penelitian yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam
memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan
untuk diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2002), meliputi:
1. Masalah masih baru.
“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap
atau diteliti oleh orang lain dan topik masih hangat di masyarakat,
sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan
masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian
maupun media elektronik tentang penelitian terkini.
1. Aktual.
Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di
masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan
meneliti tentang masalah gangguan konsep diri pada pasien yang telah
mengalami hemodialise berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut
harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut,
meskipun tidak pada semua pasien.
1. Praktis.
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya
hasil penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu
pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis
yang bermakna.
1. Memadai.
Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas,
tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan
memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber daya,
sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil
yang kurang berbobot.
1. Sesuai dengan kemampuan peneliti.
Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai
kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika
tidak, hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
ilmiah (akademis) maupun praktis.
1. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.
Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah,
undang-undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan
banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti.
1. Ada yang mendukung.
Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah
dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak
jarang masalah-masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan
sponsor dari instansi-instansi pendukung, baik pemerintah maupun
swasta. Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, sebelum
melakukan pemilihan masalah penelitian, maka peneliti harus menjawab
beberapa pertanyaan berikut agar masalah yang diteliti layak dan relevan
(Notoatmodjo, 2002):
1. Apakah masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang sedang
hangat di dalam masyarakat saat ini?
2. Apakah masalah tersebut benar-benar aada di dalam masyarakat?
3. Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau
masyarakat merasakan masalah tersebut?
4. Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompom tertentu, misalnya
ibu hamil, bayi, atau anak balita?
5. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan
atau ekonomi yang luas?
6. Apakah masalah tersebut berhubungan dengaan kativitas program yang
sedang berjalan?
7. Siapa lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut?
Dengan beberapa pertimbangan dan pertanyaan tersebut, diharapkan
akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang layak dan relevan,
sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupun aplikatif.
1. C. Memilih Masalah Penelitian.
Masalah penelitian yang biasa dilakukan untuk thesis ataupun desertasi
pada umumnya memusat pada peristiwa di bidang pendidikan yang
diharapakan untuk menguraikan, menjelaskan, dan mengembangkan
suatu solusi. Dalam menentukan suatu masalah penelitian memerlukan
suatu pengertian yang mendalam dan imajinasi (Borg, 1983:72).
Pemilihan masalah penelitian yang tepat adalah masalah bagaimana
menanyakan pertanyaan yang baik yaitu pertanyaan yang sesuai dan
penting dalam konteks pendidikan. Meskipun tidak ada seperangkat
standar prosedur untuk memilih masalah penelitian, pertimbangan faktor-
faktor khusus perlu diperhatikan. Masalah penelitian harus menarik baik
dari segi peneliti maupun komunitas pendidikan.(Wiersma.1986:29)
Seluruh proses pencarian masalah penelitian adalah suatu langkah yang
penting untuk menjadi seorang yang profesional, sehingga hasil yang ia
capai dalam penelitian tersebut dapat mendukung profesinya berupa
pengalaman yang berharga, memperoleh informasi dan pengetahuan
(Borg,1983: 72-73).
Untuk memilih/menemukan suatu masalah yang spesifik dalam penelitian
menurut Borg (1983: 75-82).yang harus dilakukan yaitu:
1. Mengidentifikasi lingkup masalah.
Langkah yang dapat ditempuh adalah menuliskan sebanyak mungkin tipe-
tipe kajian yang akan dilakukan dan aspek-aspek khusus yang paling
menarik setelah area minat profesional telah teridentifikasi, carilah
masalah-masalah yang lebih khusus dalam area ini yang dapat
membentuk dasar-dasar untuk tesis.
1. Bekerja pada suatu team proyek penelitian.
Kerja pada kelompok biasanya berkenaan dengan studi yang lebih besar
dan canggih dibanding bila dilakukan perorangan oleh karenanya
keterlibatan kerja ini memberikan banyak hal tentang prosedur.
Keuntungan lain adalah kesempatan belajar akan kerja team penelitian
akan bermanfaat dimasa yang akan datang. Juga banyak hal yang dapat
dipelajari dari anggota tim lain. Walau mempunyai keuntungan, kerja
proyek kelompok juga mempunyai kekurangan, barangkali yang paling
terlihat adalah hilangnya kesempatan untuk menemukan dan
mengembangkan masalahnya sendiri.
1. Membaca literatur-literatur.
Membaca dalam artian membaca yang terprogram dan sistimatis. Carlah
referensi-referensi terbaru yang sesuai dengan studi kemudian seleksi 2
atau lebih buku referensi dan buatlah review bab-bab yang bersangkutan.
Kegiatan membaca ini akan membantu mempersempit perhatian pada
satu atau lebih sub topik yang khusus.
1. Meneliti teori-teori yang sudah ada.
Secara sederhana teori adalah penjelasan peristiwa fisik maupun perilaku.
Teori terdiri dari generalisasi (dalam ilmu-ilmu fisik disebut hukum) dan
konstruk. Generalisasi adalah pernyataan hubungan antara 2 atau lebih
peristiwa; generalisasi dapat digunakan untuk memprediksi peristiwa.
Misalnya, pernyataan bahwasanya tutor individu mengakibatkan prestasi
sekolah meningkat adalah generalisasi. Bila generalisasi dianggap benar,
maka kita dapat memprediksi bahwasanya seorang murid yang bila
diberikan tutorial akan menunjukkan peningkatan dalam prestasi.
Konstruk adalah sejenis konsep yang digunakan dalam penelitian ilmiah
untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang memberikan elemen-
elemen serupa. Contoh konstruk adalah motivasi, prestasi, kemampuan
belajar, intelegensi dan nilai. Konstruk biasanya didefinisikan dalam istilah
yang operasional yang membutuhkan pengukuran. Misalnya inteligensi
didefinisikan dalam istilah skor yang berasal dari hasil test intelegensi.
Pengukuran operasional konstruk biasanya disebut variabel karena
tingkat konstruk yang ditunjukkan subyek yang berbeda bervariasi.
Penelitian teoritis biasanya terdiri atas pengetahuan hipotesis (spekulasi
tentang hubungan 2 variabel atau lebih).
Ada beberapa keuntungan melakukan penelitian teoritis dalam
pendidikan. Pertama, teori cenderung memfokuskan arah penelitian.
Kedua teori dapat memberikan dasar rasional yang digunakan untuk
menjelaskan atau menginterprestasi hasil-hasil penelitian. Keuntungan
yang lain adalah studi semacam ini dapat membantu perkembangan
suatu teori dan teori yang baik akan memungkinkan peneliti melakukan
prediksi situasi dalam rentang yang luas.
1. Melakukan replikasi penelitian.
Replikasi penelitian ini digunakan untuk:
1. Mengecek penemuan-penemuan studi yang sangat penting. Replikasi
semacam ini penting dalam membantu menguatkan atau menggugurkan
validitas bukti baru.
2. Untuk mengecek validitas penemuan-penemuan penelitian pada populasi
yang berbeda. Tanpa replikasi kita tidak mampu untuk menentukan
tingkat aplikasi penemuan-penemuan pada pupulasi lain.
3. Untuk mengecek kecenderungan atau pembahasan dari waktu ke waktu.
4. Untuk mengecek penemuan-penemuan penting dengan menggunakan
metodologi yang berbeda.
Menurut Nasution (1996:16) Masalah dapat dipilih berdasarkan
pertimbangan pribadi dan praktis, misalnya:
1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbulkan rasa
ingin tahu pada peneliti?
2. Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan dan latar
belakang pendidikannya?
3. Apakah masalah memerlukan alat-alat khusus dan kondisi kerja yang
dapat dipenuhi oleh calon peneliti?
4. Apakah dengan metode tertentu dapat dikumpulkan data yang
diperlukan?
5. Apakah calon peneliti dapat menaggung segala pembiayaannya?
6. Apakah calon peneliti dapat menyelesaikannya dalam waktu yang
tersedia?
Kriteria lain yang bersifat ilmiah yang perlu diperhatikan, agar masalah
penelitian itu memberikan sumbangan kepada perkembangan
pengetahuan antara lain:
1. Masalah hendaknya bertalian dengan konsep-konsep yang pokok atau
hubungan antara konsep-konsep yang pokok.
2. Masalah itu hendaknya mengembangkan atau memperluas cara mentes
suatu teori.
3. Masalah itu memberi sumbangan kepada pengembangan metodologi
penelitian dengan menemukan alat, teknik, atau metode baru.
4. Masalah itu hendaknya memanfaatkan konsep-konsep, teori, atau data
dan teknik dari disiplin-disiplin yang bertalian.
5. Masalah itu hendaknya dituangkan dalam desain yang cermat dengan
uraian yang teliti mengenai variabel-variabelnya serta menggunakan
metode-metode yang paling sesuai. (Nasution,1996:16)
JENIS-JENIS DAN CARA MERUMUSKAN MASALAH
1. A. Jenis-Jenis Masalah Penelitian.
1. Berdasarkan tingkat eksplanasinya.
Masalah penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis bentuk
masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi, dan asosiasi (Sugiyono,
1994:36-39, Arikunto (1993: 28-31).
1. Permasalahan Deskriptif.
Permasalahn deskrptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan
dengan variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan dan
menghubungkan antar variabel.
Contoh dalam bentuk rumusan masalah penelitian:
1) Bagaimana sikap masyarakat Kecamatan Rancakalong Kabupaten
Sumedang terhadap KB Mandiri?
2) Bagaimanakah tingkat pemahaman unsur-unsur intrinsik puisi
siswa kelas VII SMP 2 Tulakan Tahun pelajaran 2012-2013?
1. Permasalahan Komparatif.
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang
bersifat membandingkan keberadaan suatu variabel pada dua sampel
atau lebih.
Contoh dalam bentuk rumusan masalah penelitian:
1) Adakah perbedaan kemampuan berpidato antara siswa yang
bersasal dari SLTP negeri dengan siswa yang berasal dari SLTP swasta?
2) Adakah kesamaan pola pengembangan karangan berita pada
majalah dengan berita pada surat kabar?
3) Mana yang lebih tinggi prestasi siswa anak guru dengan anak
wiraswata?
1. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan ini menghubungkan dua variabel atau lebih baik berupa
hubungan simetris, kausal, maupun interaktif.
1) Hubungan simetris/korelasi sejajar.
Hubungan simetris atau korelasi sejajar adalah suatu hubungan antara
dua variabel yang kedudukannya sejajar, tidak ada hubungan kausal.
Contoh dalam bentuk rumusan masalah:
a) Adakah hubungan antara kemampuan dibidang matematik dengan
kemampuan dibidang bahasa?
b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah ?
2) Hubungan kausal.
Hubungan kausal adalah hubungan yang menunjukkan sebab akibat.
Dengan demikian ada variabel independen (bebas) dan variabel dependen
(terikat).
Contoh dalam rumusan masalah:
a) Adakah pengaruh banyaknya pujian terhadap semangat belajar
siswa?
b) Seberapa besar pengaruh pengetahuan jenis karangan terhadap
kemampuan mengarang?
3) Hubungan interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling memepengaruhi.
Dalam jenis ini tidak diketahui mana varibel bebas dan mana variabel
terikat.
Contoh dalam rumusan masalah:
a) Adakah hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa
SMU?
b) Adakah hubungan antara kepandaian dengan kekayaan?
1. B. Cara Merumuskan Masalah Penelitian yang Benar.
Masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya. Tidak
semua masalah kehidupan dapat menjadi masalah penelitian. Masalah
penelitian terjadi jika ada kesenjangan antara yang seharusnya dengan
kenyataan yang ada, antara apa yang diperlukan dengan yang tersedia
antara harapan dan kenyataan. Salah satu cara untuk membuat
perumusan masalah yang baik ialah dengan melakukan proses
penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan
pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti.
1. Kriteria Masalah Penelitian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian.
1. Memiliki nilai penelitian
Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang
positif.
2. Memiliki fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab.
3. Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Batas-batas masalah yang jelas.
3. Adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya.
4. Adanya biaya yang diperlukan.
5. Tidak bertentangan dengan hukum.
6. Sesuai dengan kualitas peneliti, artinya tingkat kesulitan masalah
disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.
4. Rumusan Masalah Penelitian yang Baik
Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:
1. Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti
masalah tersebut.
2. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap
masyarakat.
3. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
4. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah
tersebut.
5. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
6. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat,
ideologi, dan kepercayaan agama.
5. Sumber Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian, antara lain:
1. Buku bacaan atau laporan hasil penelitian.
2. Pengamatan sepintas.
3. Pernyataan pemegang otoritas.
4. Perasaan intuisi.
5. Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.
Berdasarkan topik atau masalah penelitian yang telah ditemukan maka
dapat dilakukan tahapan-tahapan penelitian berikutnya. Studi
Pendahuluan dan Merumuskan Masalah.
1. Studi Pendahuluan.
Setelah calon peneliti memilih dan menemukan masalah, langkah
selanjutnya adalah melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk
mendalami permasalahan sehingga calon peneliti benar-benar dapat
mempersiapkan perencanaan selanjutnya. Studi pendahuluan ini
mempunyai tujuan sebagaj berikut:
1. Agar peneliti tidak mengulang hasil penelitian orang lain.
2. Mengetahui dengan pasti apa yang diteliti.
3. Mengetahui di mana atau kepada siapa data atau informasi dapat
diperoleh.
4. Memahami bagaimana teknik atau cara memperoleh data atau
informasinya.
5. Dapat menentukan metode yang tepat untuk menganalisis data atau
informasi tersebut.
6. Memahami bagaimana harus mengambil kesimpulan dan cara
memanfaatkan hasilnya.
7. Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Studi kepustakaan, yaitu membaca artikel, paper, buku-buku teori yang
terkait, hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya.
2. Bertanya, berkonsultasi dengan seseorang yang dianggap ahli atau
narasumber.
3. Kunjungan ke lokasi atau ke daerah di mana masalah penelitian itu
bersumber.
4. Bentuk-bentuk rumusan masalah.
1. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu
pada sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan
variabel yang lain.
2. Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda.
3. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
interaktif.
5. Merumuskan Masalah.
Setelah pengidentifikasian, pemilihan masalah, dan melakukan studi
pendahuluan serta sudah yakin terhadap masalah yang dipilih, kemudian
dilakukan perumusan masalah penelitian. Hasil perumusan masalah itu
dapat dijadikan topik atau judul penelitian. Perumusan masalah penelitian
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Rumusan masalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat
interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif,
maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang
menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan
manusia.
2. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat dipahami oleh orang lain.
3. Rumusan masalah penelitian bermanfaat atau berhubungan dengan
upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya
secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik
yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai
pengembangan teori-teori yang sudah ada.
4. Perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam
konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga
pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan
dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi
kehidupan manusia.
5. Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung
pemecahan masalah penelitian.
6. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan
sementara (hipotesis).
7. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
8. Cara untuk memformulasikan masalah.
1. Dengan menurunkan masalah dari teori yang telah ada, seperti masalah
pada penelitian eksperimental.
2. Dari observasi langsung dilapangan, seperti yang sering dilakukan oleh
ahli-ahli sosiologi. Jika masalah diperoleh dilapangan,maka sebaiknya juga
menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada,
sebelumnya masalah tersebut diformulasikan. Ini bukan berarti bahwa
dalam memilih penelitian yang tidak didukung oleh suatu teori tidak
berguna sama sekali. Karena ada kalanya penelitian tersebut dapat
menghasilkan dalil-dalil dan dapat membentuk sebuah teori.
3. Fungsi Perumusan Masalah Penelitian.
Fungsi perumusan masalah, antara lain:
1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus
disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan
data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui
perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan
bagi kegiatan penelitiannya.
4. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan
menjadi populasi dan sampel penelitian.
KESIMPULAN
1. 1. Masalah penelitian adalah sesuatu hal atau kejadian yang
dijadikan sebuah penelitian dengan mempertimbangkan
beberapa hal dalam menentukan suatu masalah dalam penelitian
sehingga memperoleh jawaban yang diinginkan.
2. Cara Mencari masalah penelitian yang benar yang diungkapkan oleh
Notoatmodjo (2002), meliputi:
1. Masalah masih baru.
2. Aktual.
3. Praktis.
4. Memadai.
5. Sesuai dengan kemampuan peneliti.
6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.
7. Ada yang mendukung.
8. Memilih Masalah Penelitian.
Untuk memilih/menemukan suatu masalah yang spesifik dalam penelitian
menurut Borg (1983: 75-82).yang harus dilakukan yaitu:
1. Mengidentifikasi lingkup masalah.
2. Bekerja pada suatu team proyek penelitian.
3. Membaca literatur-literatur.
4. Meneliti teori-teori yang sudah ada.
5. Melakukan replikasi penelitian.
6. Jenis-Jenis Masalah Penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya masalah
penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis bentuk masalah
penelitian yaitu deskriptif, komparasi, dan asosiasi (Sugiyono, 1994:36-39,
Arikunto (1993: 28-31).
7. Cara Merumuskan Masalah Penelitian yang Benar.
Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah
dengan melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum
menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik
dan siap untuk diteliti.
1. Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1) Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut.
2) Batas-batas masalah yang jelas.
3) Adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya.
4) Adanya biaya yang diperlukan.
5) Tidak bertentangan dengan hukum.
6) Sesuai dengan kualitas peneliti, artinya tingkat kesulitan masalah
disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.
1. Rumusan Masalah Penelitian yang Baik.
1) Bersifat orisinil.Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan
dan terhadap masyarakat.
2) Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
3) Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah
tersebut.
4) Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
5) Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat
istiadat, ideologi, dan kepercayaan agama.
1. Bentuk-bentuk rumusan masalah.
1) Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri
2) Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda.
3) Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan
kausal, dan interaktif.
1. Fungsi perumusan masalah, antara lain:
1) Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan
atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan.
2) Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
3) Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus
disisihkan oleh peneliti.
4) Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan
menjadi populasi dan sampel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Addriadi, Irfan. 2013. “Cara Memformulasikan masalah
penelitian”(http://addriadis.blogspot.com) Didownload tanggal 09 April
2013 pukul 16:00 WIB.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Husada, Dian. 2010. “Cara merumuskan masalah
penelitian”(http://dianadewikirana.blogspot.com) Didownload tanggal 06
April 2013 pukul 10:13 WIB.
Mulyanto, Agus. 2009. “Jenis-jenis masalah
penelitian”(http://mulyanto.blogdetik.com) Didownload tanggal 06 April
2013 pukul 09:00 WIB.
Sahut, Suyatno. 2011. “Pengertian Masalah dan Jenis
Masalah”(http://yayatsahut.blogspot.com) Didownload tanggal 06 April
2013 pukul 16:15 WIB.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D). Bandung: IKAPI.