candidiasis
DESCRIPTION
laporan kasus candidiasisskkajskjkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkksjdkajlsdTRANSCRIPT
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida,
terutama Candida albicans (C.albicans). Manifestasi klinisnya sangat bervariasi
dari akut, subakut dan kronis ke episodik. Kelainan dapat lokal di mulut,
tenggorokan, kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru, atau
saluran pencernaan makanan, atau menjadi sistemik misalnya septikemia,
endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang timbul juga bervariasi dari
iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut, kronis atau reaksi granulomatosis.
Karena C.albicans merupakan spesies endogen, maka penyakitnya merupakan
infeksi oportunistik (Suyoso, 2013).
Kandidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang menyerang
kulit, kuku, selaput lendir dan alat dalam yang disebabkan oleh berbagai spesies
Candida (Sutanto et al, 2008).
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur,
baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat
sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui
data penyebarannya secara tepat (Kuswadji, 2008).
Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi insiden diduga lebih
tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada daerah tropis
dengan kelembapan udara yang tinggi. Infeksi superfisialis pada umumnya
disebabkan oleh Candida albicans, sedangkan infeksi sistemik lebih bervariasi,
kurang lebih 50% disebabkan oleh Candida non Candida albicans (Sutanto, 2008).
2.3 Etiologi
Penyebab terseringnya adalah Candida albicans yang dapat diisolasi dari
kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Penyebab
endokarditis kandidosis adalah C. parapsilosis dan penyebab kandidiosis
septikemia adalah C. tropicalis (Kuswadji, 2008).
Kandidiasis oral biasanya disebabkan oleh C.albicans, dapat juga oleh C.
dubliniensis. Penelitian pada tahun 2007 di Surabaya, pada pasien HIV/AIDS
yang menderita KO disebabkan oleh C.albicans 35,29% dan Candida non albicans
64,71%. Kandidiasis vulvovagina umumnya disebabkan oleh C.albicans (80-
90%), C.glabarata (6-10%), dan C. tropicalis (5-10%). Penelitian pada tahun 2002
di Jakarta menyimpulkan bahwa penyebab KVV adalah C.albicans 62,3% dan
C.non albicans 30,4% (Suyoso, 2013).
Spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia di antaranya:
Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida krusei,
Candida guilliermondii, dan Candida tropicalis. Candida albicans merupakan
penyebab tersering (60-75%) berbagai manifestasi klinik (Syarifuddin, 2002).
Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada
saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada
mamalia. Tetapi populasi yang meningkat dapat menimbulkan masalah. Beberapa
spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada manusia
maupun hewan adalah Candida. albicans. C. albicans merupakan fungi
opportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginistis, candida pada
urin (candiduria), gastrointestinal candidiasis yang dapat menyebabkan gastric
ulcer, atau bahkan dapat menjadi komplikasi kanker (Kusumaningtiyas, 2008).
C. albicans dapat tumbuh pada suhu 37˚C dalam kondisi aerob atau
anaerob. Pada kondisi anaerob, C. albicans mempunyai waktu generasi yang lebih
panjang yaitu 248 menit diandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang
hanya 98 menit. Walaupun C. albicans tumbuh baik pada media padat tetapi
kecepatan pertumbuhan lebih tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu
37oC. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH
normal atau alkali (Kusumaningtiyas, 2008).
2.4 Patogenesis
Kelainan yang disebabkan oleh spesies Candida ditentukan oleh interaksi
yang kompleks antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan host. Faktor
penentu patogenitas Candida adalah jenis spesies penyebab, daya lekat,
dimorfisme, toksin dan enzim. Mekanisme pertahanan host meliputi sawar
mekanik yaitu lapisan kulit yang utuh tanpa ada luka, substansi antimikrobal non-
spesifik, fagositosis dan intracellular killing, serta respon imun spesifik host.
Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat
mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum, diketahui bahwa interaksi
antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari
dinding sel mikroorganisme, adhesin, dan reseptor. Manoprotein merupakan
molekul C. albicans yang mempunyai aktivitas adesif. Kitin, komponen kecil
yang terdapat pada dinding sel C. albicans juga berperan dalam proses adesif.
Setelah terjadi proses penempelan, C.albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel
mukosa. Dalam hal ini enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam
fosfatase. Proses penetrasi selanjutnya tergantung dari keadaan imun dari pejamu.
Pada individu yang immuno-competent dengan sistem imun yang normal,
Candida spp. terdapat dalam jumlah tertentu di dalam tubuh sebagai flora normal
pada kulit dan permukaan mukosa, saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran
genital. Sebagai flora normal, Candida spp. bersama dengan flora normal lainnya
berperan dalam mengatur keseimbangan kondisi di tempat organisme ini
berkoloni, sehingga pertumbuhan mikroorganisme patogen dapat dicegah dan
keseimbangan pH dapat dipertahankan. Organisme ini berada di dalam tubuh
dalam jumlah tertentu yang tidak menimbulkan keadaan patologik dalam tubuh
karena adanya kontrol dari sistem imun dan juga dari flora normal yang lain.
Candida spp. dan flora normal yang lain saling berkompetisi dalam
memperebutkan tempat menempel dan nutrisi, sehingga organisme-organisme ini
tetap berada dalam jum-lah dan perbandingan yang seimbang.
Peningkatan jumlah Candida spp. di dalam tubuh dapat terjadi bila terjadi
kelemahan sistem imun, keseimbangan jumlah dan perbandingan flora normal
terganggu, ataupun terdapat faktor-faktor lain yang merangsang pertumbuhan
organisme ini. Keadaan-keadaan tersebut merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya kandidiasis. Kandidiasis merupakan infeksi oportunistik sehingga
infeksi ini biasanya terjadi pada individu yang immunocompromised.
Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya
insidens kolonisasi dan infeksi kandida adalah :
1. Faktor mekanis : trauma (luka bakar, abrasi), oklusi lokal, lembab dan
atau maserasi, gigi palsu, bebat tertutup atau pakaian, kegemukan.
2. Faktor nutrisi : avitaminosis, defisiensi besi (Kandidiasis mukokutaneus
kronis), defisiensi folat, Vit B12, malnutrisi generalis
3. Perubahan fisiologis : umur ekstrim (sangat muda/sangat tua),
kehamilan, KVV terjadi pada 50% wanita hamil terutama pada
trimester terakhir, menstruasi.
4. Penyakit sistemik : Down’s Syndrome, Akrodermatitis enteropatika,
penyakit endokrin (Diabetes mellitus, penyakit Cushing,
hipoadrenalisme, hipotiroidisme, hipoparatiroidisme), uremia,
keganasan terutama hematologi (leukemia akut, agranulositosis),
timoma, Imunodefisiensi (Sindroma AID, Sindroma imunodefisiensi
kombinasi berat, defisiensi Myelo peroksidase, Sindroma Chediak –
Higashi, Sindroma Hiper immunoglobinemia E, penyakit
granulomatosus kronis, Sindroma Di George, Sindroma Nezelof).
5. Penyebab iatrogenik : pemasangan kateter, dan pemberian IV, radiasi
sinar-X (Xerostomia), obat-obatan (oral – parenteral – topikal -
aerosol), antara lain : kortikosteroid dan imunosupresi lain, antibiotik
spektrum luas, metronidazol, trankuilaiser, kontrasepsi oral (estrogen),
kolkhisin, fenilbutason, histamine 2-blocker.
Faktor penting lainnya adalah perbedaan virulensi di antara spesies
Candida. Juga dalam mulainya infeksi kandida termasuk perlekatan Candida
dengan sel epitel dan invasi berikutnya. Mekanisme invasi masih tidak jelas tetapi
mungkin menyangkut kerja enzim keratinolitik, fosfolipase atau enzim proteolitik
galur spesifik. Pseudohifa dapat menembus intraselular kedalam korneosit. Ruang
terang terlihat di sekitar Candida, menandakan suatu proses lisis jaringan kulit
epitel yang sedang berlangsung. Bentuk hifa maupun ragi (yeast) keduanya dapat
menembus jaringan pejamu dan ke 2 bentuk menunjukkan virulensi yang
potensial dan berperanan infeksi pada manusia. Bentuk hifa mempercepat
kemampuan Candida invasi jaringan.
Kandidiasis dapat terjadi secara eksogen dan endogen. Kandidiasis yang
bersifat eksogen disebabkan oleh infeksi Candida spp. yang berasal dari luar
tubuh. Candida spp. yang berasal dari lingkungan dapat masuk ke dalam tubuh
melalui mulut, dan selanjutnya masuk ke organ saluran cerna yang lain. Sebelum
melakukan adhesi di permukaan mukosa saluran pencernaan, organisme ini
mensekresi enzim Sap. Enzim ini berfungsi menghidrolisis mukus pada
permukaan mukosa saluran pencernaan sehingga memberikan akses langsung
Candida spp. pada permukaan sel epitel mukosa. Selanjutnya organisme ini
melakukan adhesi pada permukaan sel epitel mukosa. Proses ini diperantarai oleh
glikoprotein dan adhesin yang terdapat pada permukaan dinding sel Candida spp.,
termasuk fimbria. Fimbria dapat menjadi perantara dalam proses adhesi Candida
spp. pada reseptor glikosfingolipid di permukaan sel epitel mukosa. Sel ragi
Candida spp. kemudian membentuk koloni di permukaan sel epitel mukosa dan
terus bereplikasi, serta menghasilkan metabolit-metabolit.
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan kondisinya kandidiasis dibagi menjadi kandidiasis
superfisialis dan kandidiasis sistemik atau invasif. Kandidiasis superfisialis
merupakan bentuk infeksi yang paling sering terjadi, ditandai dengan infeksi yang
terjadi terbatas di permukaan kulit atau mukosa, permukaan lesi memberikan
gambaran seperti beludru (velvety appearance) karena dilapisi plak bewarna
putih. Umumnya kandidiasis superfisialis mengenai daerah kulit yang sering
basah dan lembab, seperti daerah kulit genital, daerah kulit bayi yang tertutup
popok, aksila, daerah kuku ataupun mukosa mulut yang biasanya terdapat di
permukaan lidah, palatum, dan mukosa bukal.
Kandidiasis sistemik adalah infeksi Candida spp. yang mengenai parenkim
dalam organ, seperti jantung, ginjal, hepar, limpa, paru, mata, dan otak. Selain itu
juga sering bermanifestasi sebagai kandidemia. Bentuk kandidiasis ini ditandai
dengan terbentuknya abses di parenkim organ.
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971), membaginya
sebagai berikut:
1. Kandidiasis selaput lendir:
a. Kandidiasis oral (thrush)
b. Perleche
c. Vulvovaginitis
d. Balanitis atau balanopostitis
e. Kandidosis mukokutan kronik
f. Kandidosis bronkopulmoner dan paru
2. Kandidiosis kutis:
a. Lokalisata:
Daerah intertriginosa
Daerah perianal
b. Generalisata
c. Paronika dan onikomikosis
d. Kandidiasis kutis granulomatosa
3. Kandidiasis Sistemik
a. Endokarditis
b. Meningitis
c. Pielonefritis
d. Septikemia
4. Reaksi id. (kandidid)
2.6 Gejala Klinis
Kandidiasis kutis intertriginosa adalah salah satu klasifikasi oleh
CONANT (1971) berdasarkan tempat yang terkena dari kandidiasis dimana
terdapat adanya lesi pada lipatan kulit ketiakm lipatan paham intergluteal, lipat
payudara, anatara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus, berupa bercak
yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh
satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah yang rusak dan pinggir yang kasar dan berkembang seperti
lesi primer.
Penyakit jamur ini dapat dikenali yaitu biasanya terdapat lesi kulit yang
memerah, sering disertai pengelupasan lapisan kulit, bersisik dengan tengah yang
bewarna agak putih dan dipinggir lesi dikelilingi kulit yang berbentuk satelit.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.7.1 Preparat KOH
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk
mendiagnosis, tapi tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain.
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau
dengan pewarnaan Gram. KOH dapat digunakan untuk memeriksa rambut, kuku,
kerokan kulit, cairan, eksudat, dan hasil biopsi. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
membedakan struktur jamur seperti hifa, ragi, sperula, dan sporangia.
Pemeriksaan slide harus dilakukan di tempat dengan cahaya yang agak redup, dan
pemeriksaan terhadap hasil smear yang negative harus dilakukan beberapa hari
berturut-turut.
Tampak budding yeast cells dengan atau tanpa pseudohifa (gambaran
seperti untaian sosis3) atau hifa. Bila ada hifa berarti infeksinya kronis. Hanya C.
albicans dan C. tropicalis yang dapat membentuk hifa sebenarnya selain budding
yeast dan pseudohifa. Pada Candida non-albicans terutama, C (Torulopsis)
glabrata, C.parapsilosis, C. krusei dan S. cerevisiae tampak hanya budding yeast
dan biasanya lebih sulit dilihat dengan mikroskop, perlu pembesaran yang lebih
besar. Spesimen harus baru dan segera diperiksa.
Jamur (budding yeast cell, blastospora, pseudohifa, hifa) tampak positif
Gram dan sporanya lebih besar dari bakteri.1 Pemeriksaan langsung KOH atau
Gram harus dilakukan pada kandidiasis mukosa dan apabila hasilnya positif,
sudah dapat menyokong diagnosis.
2.7.2 Pemeriksaan Biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa
Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Pembenihan disimpan dalam suhu kamar atau
lemari suhu 37˚C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast koloni.
Identifikasi C.albicans dilakukan dengan membiakan pada corn meal agar.
Kultur dari pustul yang utuh, biopsi jaringan kulit, atau deskuamasi kulit
dapat membantu untuk mendukung diagnosis. Ciri khas dari koloni adalah putih
krim halus, permukaan tak berambut seperti lilin.
Spesimen harus baru dan kultur dapat dilakukan dengan media :
a. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dengan antibiotik.
Candida spp. umumnya tidak terpengaruh oleh sikloheksimid yang
ditambahkan pada media selektif jamur patogen, kecuali beberapa galur C.
tropicalis, C. krusei dan C. parapsilosis yang tidak tumbuh karena sensitif
terhadap sikloheksimid. Kultur tumbuh dalam 24-72 jam.
b. CHROMagar Candida
Dasarnya warna Koloni kontras kuat yang dihasilkan karena reaksi enzim
spesifik spesies dengan substrat Chromogenic mix. Identifikasi dipercepat dengan
CHROMagar Candida yang menghambat pertumbuhan bakteri dan identifikasi
dengan warna koloni dari C.albicans, C.tropicalis, C.dubliniensis, dan C.krusei9.
Pada CHROMagar Candida masing-masing koloni spesies Candida mempunyai
warna khas: C.albicans berwarna hijau apel, C.dubliniensis berwarna hijau tua,
C.glabrata berwarna merah muda (pink) sampai ungu,dan besar, C.tropicalis
berwarna biru tua kadangkadang merah muda dan semuanya membentuk halo
ungu, C.krusei berwarna merah muda pucat, besar, datar, dan permukaan kasar,
C.parapsilosis berwarna putih kotor (off white) sampai merah muda pucat, C.
guilliermondii berwarna merah muda sampai ungu, dan kecil. C.dubliniensis
hanya dapat diidentifikasi dengan CHROMagar Candida, tidak dapat hanya
dengan media SDA atau Potato Dextrose agar oleh karena akan terdiagnosis
sebagai C. albicans.
c. Fenomena Reynolds Braude
Identifikasi C. albicans dapat dengan melihat fenomena Reynolds Braude,
yakni memasukkan jamur yang tumbuh pada kultur ke dalam serum atau koloid
(albumin telur) dan diinkubasi selama 2 jam pada suhu 37°C. Di bawah
mikroskop akan tampak germ tubes (bentukan seperti kecambah) yang khas pada
C.albicans.1 Germ tube : > 90% C.albicans, dapat tampak pada C.dubliniensis
dan C.stellatoidea.
d. Cornmeal agar dengan Tween 80 atau Nickerson polysaccharide
trypan blue (Nickerson-Mankowski agar).
Pada suhu 25°C, digunakan untuk menumbuhkan klamidokonidia, yang
umumnya hanya ada pada C. albicans dan tumbuh dalam 3 hari.1
e. Tes karbohidrat (fermentasi dan asimilasi)
Untuk identifikasi spesies Candida secara lebih tepat. Terbaik kombinasi
CHROMagar Candida dan Cornmeal agar dengan Tween 80 disertai tes
karbohidrat. Untuk membedakan C.albicans dan C.dubliniensis perlu pemeriksaan
morfologi (bentuk) blastokonidianya dan kemampuannya memproduksi
pseudohifa dan klamidokonidia pada Semi-Starvation media yang cocok seperti
Cornmeal atau Rice-Tween agar9. C.dubliniensis pada Cornmeal Tween 80 agar
tampak lebih kaya klamidospor, klamidokonidianya lebih besar-besar, berpasang-
pasangan dan triplet dari pada C.albicans. Pada C.albicans klamidokonidianya
tunggal diujung pseudohifa atau hifa. Juga keduanya tampak pseudohifa
berlebihan, beberapa hifa dan gerombolan blastospora sepanjang pseudohifa. Pada
media CHROMagar Candida tampak koloni C.dubliniensis lebih besar, lebih
bulat dan lebih hijau dibandingkan dengan koloni C.albicans. Strategi paling
aman untuk identifikasi ragi (yeast) dimulai denga tes yang cepat, simpel dan
spesifik untuk identifikasi C.albicans karena spesies tunggal ini yang tersering
tumbuh dari sampel klinis.
2.7.3 Serologi
Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk
mendeteksi adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes imunodifusi yang
lebih sensitive seperti counter immitnoeleetrophoresis (CIE), ELISA dan radio
immunoassay (RIA). Produksi empat atau lebih gails precipitin dengan tes CIE
telah menunjukan diagnosis kandidiasis pada pasien yang terpredisposisi.
2.7.4 Histologi
Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarnaan periodic acid-
schiff (PAS) menampakan hifa tidak bersepta. Hifa tidak bersepta yang
menunjukan kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea.
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis dan gejala klinis yang khas
2. Pemeriksaan penunjang KOH dan atau pengecaran gram harus
dilakukan, dan apabila hasilnya positif sudah dapat memastikan
diagnosis apabila anamnesis dan diagnosis klinisnya menyokong.
3. Kultur untuk memastikan spesies penyebab
4. Histo PA dilakukan apabila diagnosis meragukan.
2.9 Diagnosa Banding
Kandidiasis kutis lokalisata dengan:
1. Eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering, tidak
ada satelit, pemeriksaan dengan sinar Wood postif.
2. Dermatitis intertriginosa
3. Dermatofitosis (tinea)
4. Dermatitis sebhoroika
5. Psoriasis
6. Pioderma