camar biru

13
Nama : Anis Jatnika Kls : XII.IPA 4 No : 5 (Lima) Identitas buku Judul : Camar Biru Penulis : Nilam Suri Editor : Gita Romadhona dan Enha Desain Sampul : Dwi Anissa Anindhika Penerbit : Gagas Media Tahun terbit : Cetakan pertama, 2012 Halaman : Viii+ 280 halaman Ukuran novel : 13x19 cm

Upload: maman03

Post on 25-Oct-2015

162 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

resensi novel camarbbiru

TRANSCRIPT

Page 1: Camar Biru

Nama : Anis Jatnika

Kls : XII.IPA 4

No : 5 (Lima)

Identitas buku

Judul : Camar Biru

Penulis : Nilam Suri

Editor : Gita Romadhona dan Enha

Desain Sampul : Dwi Anissa Anindhika

Penerbit : Gagas Media

Tahun terbit : Cetakan pertama, 2012

Halaman : Viii+ 280 halaman

Ukuran novel : 13x19 cm

Page 2: Camar Biru

Sinopsis cerita

Empat orang sahabat sejak kecil yang selalu bersama Naren, Nina, Adith,

dan Sinar. Naren adalah kakak Nina sedangkan Sinar adalah kakak Adith, karena

Nina satu-satunya perempuan, Nina selalu mendapat perlakuan yang istimewa

dari ketiga laki-laki itu. Mereka selalu melindungi dan menjaga Nina. Naren

merupakan anak kebanggan dari orangtuanya dan membuat mereka melupakan

bahkan mengacuhkan Nina, hal itu membuat Nina sedih dan Naren sebagai kakak

Nina selalu menyayangi Nina dan akan memberikan kasih sayang yang tidak Nina

dapatkan dari orangtua mereka. Sementara Adith pun sangat iri dengan kakaknya

karena kakanya cerdas dan berwajah lebih ganteng dibandingkan dengan dirinya.

Suatu hari Nina patah hati karena putus dengan Devon. Adith

menemaninya dan mendengarkan dengan sabar keluh kesah Nina. Nina hawatir

bahwa tidak ada lagi yang akan menyukainya, sehingga dia tidak bisa menikah.

Dibawah pengaruh alkohol Nina dan Adith berjanji akan menyimpan origami

berbentuk burung selama 10 tahun, jika sampai 10 tahun Nina belum menikah,

Adith yang akan menikahinya, dengan syarat sepasang origami burung itu masih

mereka miliki.

Belum terobati rasa sakit hati Nina karena Devon, ia suatu ketika

mengalami kecelakaan mobil bersama kakaknya, Naren. Yang mengakibatkan

Naren meninggal. Orang tua mereka selalu menyalahkan Nina atas kematian

Naren, karena Naren anak kesayangan orang tuanya, tapi semua itu bukan salah

Nina, itu murni kecelakaan. Karena tak tahan terus menerus disalahkan Nina pergi

dari rumah, menyewa tempat, tinggal di sana, bekerja, dan mulai dengan hidup

barunya.

Sepuluh tahun kemudian, mereka bertemu, Nina dan Adith. Mereka hanya

berdua sejak kematian Naren, Sinar melanjutkan kuliah di luar negri. Adith selalu

menyumpahi Sinar dan mengaggap Sinar pengecut karena tidak tahan menghadapi

kematian Naren, harusnya ia menghibur Nina di sini, begitu fikirnya. Padahal

sebenarnya ada suatu hal yang Adith belum tahu. Nina sekarang berubah, yang

Page 3: Camar Biru

dulu anggun, rapi, manja, dan lembut. Sekarang menjadi wanita yang keras,

berpenampilan kacau, berantakan, kamar kosnyapun tidak terurus, barang-barang

bisa berada di manapun. Adith sedih melihat Nina, dia rasa itu akibat beberapa

orang yang meninggalkannya, bahkan Nina jarang tertawa sekarang, Adith

bertekad untuk selalu menghibur dan selalu berada di dekat Nina, selalu ada saat

Nina membutuhkannya.

Ia baru menyadari sesuatu saat Danish, sahabat Nina bercerita padanya

bahwa ada yang tidak beres dari Nina. Nina sering bermimpi buruk, mengigau,

dan terbangun tengah malam dalam keadaan takut dan kegelisahan yang luar

biasa. Saat ditanya ia selalu mengatakan bahwa ia memimpikan Kak Naren. Dan

Danish tahu bahwa Nina berbohong.

Adith penasaran, sebenarnya apa yang disembunyikan Nina darinya, apa

yang sebenarnya tak Adith ketahui. Ia langsung menanyakannya pada Nina,

jawabannya sama dengan apa yang diceritakan Danish, bahwa ia memimpikan

Naren. Dia belum mau menceritakannya pada Adith.

Sampai suatu ketika Adith sangat marah mendengar pengakuan dari Nina

bahwa Davon dulu tlah memperkosanya. Adith sangat marah sampai saat Nina

ingin menyentuhnya ia membentak Nina dan tak ingin disentuh. Itu membuat

Nina merasa sangat kotor bahkan Adith pun sahabatnya sejak lama tak ingin

disentuh olehnya. Adith pun pergi meninggalkan Nina untuk menenangkan diri

juga membalaskan perbuatan yang dilakukan Devon terhadap Nina, namun ia tak

menemukan Devon. Nina yang merasa sakit hati juga pergi untuk menenangkan

diri. Jauh menuju Bali. Ia pun mengabarkan keadaan dirinya dan Adith pada

Sinar, mendengar itu Sinar berkehendak pulang menuju Indonesia. Adith yang

sudah tenang merasa bersalah telah meninggalkan Nina sendiri dalam keadaan

menangis, saat ia menuju Kos Nina. Nina tidak ada di sana, Adith bingung dan

semakin merasa berslah karena itu, dia harus mencari kemana, Adith tak tahu. Dia

menghubungi Danish dan ternyata Danish pun tak mengetahui kemana Nina

pergi.

Page 4: Camar Biru

Di Bali Nina bertemu Sinar, karena Nina telah menceritakan semuanya

kepada Sinar, Sinar yang mengetahui tempat Ninapun akhirnya menghubungi

Adith. Adithpun terbang menuju Bali demi Nina. Setelah bertemu Nina, Adith

meminta maaf pada Nina,ia menjelaskan mengapa ia meninggalkan Nina waktu

itu, bahwa ia mencari Devon, dan ia tidak mempermasalahkan keadaan Nina

sekarang ini. Nina memaafkan Adith dan mereka bertiga terbang menuju Jakarta.

Saat sampai disana Nina memutuskan untuk tidak terlalu bergantung lagi

pada Adith, dia ingin mencari jati dirinya dan menikmati hidup. Sinar mendukung

itu, namun tidak dengan Adith, karena Adith merasa bahwa Nina tidak

merepotkan dan dia nyaman saat selalu bersama Nina, dia suka direpotkan oleh

Nina, akunya. Nina ingin dewasa dengan caranya sendiri, ia menjelaskan pada

Adith. Setelah itu ia pergi menuju San Fransisco, orangtua Nina hanya

mengangguk singkat dan sepertinya Ibunya belum melupakan kesalahan Nina

dulu. Nina dan Adith berencana menikah setelah kepulangan Nina, mereka masih

menyimpan burung itu, dia akan kuliah dan mengambil jurusan seni. Adith

melepas dengan berat hati kepergian Nina di Bandara Soekarno-Hatta.

Dua tahun berlalu, Adith menunggu dengan gelisah di Lobi Bandara

menunggu kepulangan seseorang, seseorang yang amat dirindukan dan selama ini

dicintai Adith, ia melihatnya, ia tersenyum dan mendekati Nina, lalu segera

memeluknya, melepas rindu selama dua tahun ini.

Nina dan Adithpun kembali merencanakan sumpah yang telah mereka

ucap dan sepakati untuk menjalaninya.

Tema

Tema dari novel itu adalah persahabatan.

Tokoh dan penokohan

Page 5: Camar Biru

- Nina : Perempuan lembut, rapi, manja, dan

anggun, menjadi keras, pelupa, galak,

tertutup, berantakan dan

ceroboh. Juga sederhana.

Bukti

“..hal yang simpel kayak BlackBerry-nya sendiri aja dia sering lupa..”

(halaman 2)

“Kenapa bisa ada cewek seceroboh, seberantakan, seamburadul, dan

seteledor dia?” (halaman 2)

“Gue bakal menghabiskan sisa hidup sama manusia gua yang nggak tahu

artinya bersih-bersih apalagi beres-beres ini?”

“Gue lupa lo itu super galak kalau pagi” (halaman 18)

“Apa pendapat abang gue kalau dia ngeliat gue sekarang? Bukan lagi adik

kecilnya yang bak putri dari negri gula-gula kapas.” (halaman 34)

“Gue gak tertatik sama standar hidupnya, barang-barang bermerek yang

dipakainya..”

“Gue merasa cukup dengan pekerjaan gue—yang aslinya hanya sekedar

hobi—sebagai ilustrator buku anak-anak..” (halaman 40)

“Gue (Adith) kangen gadis cengeng, tapi tomboi yang tinggal di sebelah

rumah gue dulu. Yang rambutnya dihiasi pita, yang bajunya dipenuhi

motif bunga, yang kamarnya dipenuhi boneka-boneka dengan bulu-bulu

lembut den mulut yang tersenyum. Nina yang semasa SMA menjadi

cheerleader. Nina yang suka mandi dan berdan-dan lama-lama, suka

membaca majalah dan mengamati mode-mode baru”

(halaman 78-79)

“Saya (Sinar) tidak mengerti kenapa kamu melakukannya, Nina! Kenapa

kamu harus merahasiakannya dari kami, dari saya, dan bahkan dari

Naren?”

(halaman 138)

Page 6: Camar Biru

“Tapi, begitu kecelakaan itu terjadi, lo langsung kayak menutup diri”

(halaman 146)

“Penampilannya. Dia sama sekali tidak berdandan, seperti laki-laki..”

- Adith : Perhatian, setia, baik, cemburuan, rendah

hati penyayang

Bukti

“Kalau sampai 10 tahun lo belum nikah juga, gue bakal nikahin lo”

“Gue nggak bakal nikal sebelum lo” (halaman 13)

“Yep, Sinar. Inget kan? Tinggi, gede, sok tahu, sok pintar, sok keren, sok

—“

(halaman 28)

“Kalau memang nyebut nama bajingan sialan itu bisa bikin Nina tenang,

gue bakal sebut berkali-kali, kalau perlu sampai kayak orang Zikir”

(halaman 28)

“Saya yang beruntung. Nina seharusnya bisa mendapatkan lebih dari laki-

laki biasa seperti saya”

“Lo tahu kan Na kalau gue, bisa lo telpon kapan aja?”

(halaman 68)

“Tapi hal yang paling nyebelin, kenapa Nina lebih suka Sinar dibanding

Adith. Apa-apa selalu Sinar. Padahal yanng selalu menemani Nina kan

Adith” (halaman 87)

- Sinar : Baik, kadang menjadi pengecut, tapi

peduli.

“Bahkan setiap mendekati ulang tahun Naren, atau hari kematiannya, Sinar

bakal pergi ke Skotlandia, nyari tahu apakah ada gig band ini (band

kesukaan Naren) yang diadakan” (halaman 77)

- Naren : Baik, penyayang, dan perhatian

“Gue dan Naren hanya berjarak tiga tahun, tapi sejak gue sangat-sangat

kecilpun, yang paling repot mengurusi gue itu selalu Naren. Naren yang

membangunkan gue setiap pagi. Naren yang terbangun setiap gue

Page 7: Camar Biru

bermimpi buruk tentang monster di bawah kasur. Naren yang meletakkan

handuk basah di atas jidat gue setiap gue demam. Dan naren yang selalu

menjemput dan mengantar gue ke mana pun, sebelum Adith dan Sinar

datang dan tugas itu dilakukan bergantian oleh mereka bertiga.”

(halaman 59)

- Orangtua Nina dan Naren : Pilih kasih dan tak acuh

“Hubungan gue (Nina) dengan Ibu dan Ayah memang nggak pernah deket,

mereka nggak pernah memuji atau bahkan sekedar menyukai apa pun yang

gue lakukan, tidak seperti perlakuan mereka kepada Naren” (halaman 59)

“Bagus. Kamu sudah terlalu sering merepotkan saya”

(halaman 180)

- Danish : Peduli tapi songong dan kadang kasar.

“Dia mengambil tisu untuk mengelap sisa-sisa muncratnya, lalu kembali

berlagak sok anggun. Sambil mendongakkan dagu dengan gaya songong

ciri khasnya..”

(halaman 33)

“Gue terbahak mendengar omongan cewek mungil, tapi beraura jangkung

ini. Entah ada apa sama Danish, tapi dia selalu ngerasa perlu untuk

nyelipin celaan atau makian dalam setiap kalimatnya” (halaman 55).

Danish meminta Adith untuk melindungi Nina. Dan bercerita pada Adith,

bahwa ada suatu hal yang disembunyikan Nina yang ia ttak tahu, sesuatu

itu sering membuat Nina bermimpi buruk. (hal107-112).

Alur

Alur yang digunakan adalah alur maju dan mundur

Latar Tempat

- Halaman belakang rumah Nina

“Sini..sini, gumamnya nggak jelas sambil melewati halaman belakang rumah

Nina”

(halaman8)

Page 8: Camar Biru

- Apartemen Nina

“Sambil tersenyum lebar, dia masuk, dan seperti biasanya, menganggap

apartemen gue seperti rumahnya”

(halaman 17)

- Mal

“Setengah menggerutu, gue berputar-putar mencari parkiran di gedung mal yang

memang selalu penuh pada jam pulang kantor ini”

(halaman 44)

- Kino (toko buku Jepang)

“Eh, nevermind, kalian aja, gue mau ke Kino”

(halaman 46)

“Gue berputar-putar di Kino dan harus menerima kenyataan bahwa nggak ada

buku baru yang layak gue beli”

(halaman 48)

- Ruang ICU

“Tujuh hari setelah malam itu, setelah menghabiskan siang dan malam menunggui

Naren di ICU..”

(halaman 65)

- Kampus Adith dan kelas

“Gue mempercepat langkah berjalan di koridor kampus..”

(halaman 72)

“ Dan kelas gue dimulai”

“ketika bel tanda kelas berbunyi, dengan aneh mahasiswa gue nggak ada yang

beranjak”

(halaman 73)

- Duffan

“Kami benar-benar berada di Duffan”

(halaman 156)

- Bali

“Sekarang gantian gue yang menengadah dan menikmati matahari Bali di muka

gue”

Page 9: Camar Biru

(halaman 244)

“Gue akhirnya nyusul Nina dan Sinar ke Bali”

(halaman 254)

Sudut pandang

Orang ketiga

Amanat

- Sebagai orang tua hendaknya tidak pilih kasih dengan anak-anaknya.

- Tidak baik menyimpan rahasia yang seharusnya disampaikan kepada banyak

orang.

- Janganlah terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, karena hanya akan menyia-

nyiakan waktu dan kesempatan hidup yang singkat ini.