cairan tubuh. dz
DESCRIPTION
Jenis cairan tubuhTRANSCRIPT
0
BOOK READING
CAIRAN TUBUH
Oleh :
Dzulfrida Setiawan
Pembimbing :
dr. MH. Sudjito, Sp An, KNA
SMF / BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
RSUD dr. MOEWARDI / FAKULTAS KEDOKTERAN UNS
SURAKARTA
2008
1
CAIRAN TUBUH
Cairan tubuh terbagi dalam cairan intraseluler dan extra seluler tergantung
tempatnya terhadap membrane sel. (Fig. 40.1) (Gamble, 1954). Sekitar 28 liter
dari seluruh cairan tubuh (sekitar 42 liter) yang terdapat pada orang dewasa
terkandung dalam sekitar 100 trilyun sel tubuh. Cairan dalam sel ini meskipun
secara individual berbeda unsurnya, terbentuk secara kolektif dalam cairan
intraseluler. 14 liter cairan yang terdapat diluar sel disebut sebagai cairan extra
seluler. Cairan extra seluler terbagi menjad cairan intersisial dan plasma (cairan
intra vascular) oleh membrane kapiler (Gig. 10.1) (Gamble, 1954).
Cairan intersisial terdapat pada ruang-ruang antar sel. Sekitar 99% cairan
ini dalam struktur gel pada ruang intersisial. Plasma adalah bagian non seluler dari
darah. Volume plasma sekitar 3 liter. Plasma berhubungan dengan cairan
intersisial secara terus menerus melalui pori-pori pada kapiler. Cairan intersisial
secara terus menerus melalui pori-pori pada kapiler. Cairan intersisial juga dalam
keseimbangan yang dinamik dengan plasma, sebagai reservoir dari air dan
elektrolit yang dapat dimobilisasi dalam sirkulasi. Kehilangan plasma dari ruang
intravaskuler dapat diminimalkan dengan tekanan osmotik koloid yang didesak
oleh protein plasma.
Cairan extraseluler lain yang dianggap bagian cairan intersisial adalah
cairan cerebrospinal, cairan gastro intestinal, dan cairan pada ruang potensial
(ruang pleural, ruang pericardial, cavitas peritoneal, cavitas synovial). Kelebihan
cairan dalam ruang intersisial memberikan manifestasi edema peripheral.
Air adalah unsur utama tunggal yang paling berlebihan dalam tubuh dan
merupakan media semua reaksi metabolik yang terjadi. Jumlah total air pada
manusia dengan berat badan 70 kg berkisar 42 liter, mendekati 60% dari total
berat tubuh. (Gbr. 40.1) (Gamble, 1954). Pada neonatal, total air tubuh mewakili
70% berat badan. Total air tubuh lebih sedikit pada wanita dan seseorang dengan
obesitas, dimana hal ini menggambarkan sedikitnya air pada jaringan adiposa.
Sebagai contoh, total air tubuh mewakili sekitar 50% berat badan pada wanita.
2
Usia lanjut juga berhubungan dengan meningkatnya kadar lemak dan
berkurangnya total air tubuh (Tabel 40-1).
Kebutuhan normal air setiap hari (minum dan hasil internal metabolisme
makanan) pada dewasa berkisar 2,5 liter, dimana 1,5 liter disekresi melalui urine,
100 ml hilang melalui keringat dan 100 ml terdapat pada feces. Sisanya hilang
karena evaporasi dari saluran pernafasan dan difusi melalui kulit (kehilangan air
yang insensible terasa oleh individu). Lapisan kulit stratum corneum berfungsi
sebagai protector melawan kehilangan air insensible yang lebih besar melalui
kulit. Saat lapisan kulit stratum korneum menipis, contohnya setelah luka bakar,
difusi air keluar menjadi lebih besar.
Semua gas yang terinhalasi menjadi tersaturasi dengan uap air (47 mm Hg
pada 370C). Uap air ini kemudian diexhalasi, dimana terhitung untuk kehilangan
air setiap hari melalui paru-paru berkisar 300 – 400 ml. Air yang berisi gas yang
terinhalasi berkurang dengan berkurangnya temperatur udara, misalnya lebih
banyak air endogenous diperlukan untuk mencapai tekanan uap air yang
tersaturasi pada suhu tubuh. Dengan demikian, insensible water loss dari paru-
paru terbesar pada lingkungan dingin dan paling sedikit pada lingkungan hangat.
Hal ini konsisten dengan rasa kering yang dirasakan pada saluran nafas saat
temperatur udara dingin.
Volume Darah
Darah terdiri dari cairan extraseluler, yaitu plasma dan cairan intra seluler,
yaitu cairan dalam eritrosit. Prioritas utama tubuh adalah memelihara volume
cairan intravaskuler. Berkurangnya volume darah yang membahayakan jika
terjadi ; a) Kehilangan cairan selama masa perioperatif (b) kehilangan darah (c)
trauma bedah yang menyebabkan edema jaringan, yang menyebabkan pelepasan
renin dan arginin vasopressin (yang dikenal sebagai hormone anti duretik).
Hormone ini menyebabkan perubahan dalam tubulus renal yang memperbaiki
volume cairan intravaskuler.
Volume darah rata-rata pada dewasa adalah 5 liter, dimana terdiri 3 liter
plasma dan 2 liter cairan eritrosit. Volume darah bervariasi tergantung usia, berat
3
dan jenis kelamin. Sebagai contoh, pada individu yang non obese, volume darah
bervariasi tergantung berat badan, sekitar 70 ml/kg untuk pria dan wanita yang
kurus, semakin besar rasio lemak terhadap berat badan, semakin sedikit volume
darah dalam ml/kg karena jaringan adipose mempunyai suplai vaskular yang
sedikit.
Hematokrit
Hematokrit yang sebenarnya (True hematokrit) adalah sekitar 96% dari
nilai yang terukur karena 3% sampai 8% plasma yang terjebak diantara eritrosit
bahkan setelah centrifugation. Hematokrit yang terukur, sekitar 40% untuk pria
dan 36% untuk wanita. Hematokrit darah dalam arteriol dan kapiler lebih rendah
dari pada yang ada pada arteri besar dan vena. Hal ini menggambarkan aliran
axial dari etritrosit pada vena-vena kecil. Pada khususnya, eritrosit cenderung
untuk pindah ke pusat pembuluh darah, dimana sebagian besar sisa plasma
terletak dekat dinding pembuluh darah. Pada pembuluh darah besar, rasio
permukaan dinding terhadap volume total mendekati 1, sehingga akumulasi
plasma dekat dinding tidak mempengaruhi hematokrit secara signifikan. Pada
pembuluh darah kecil, rasio permukaan dinding terhadap volume lebih besar,
menyebabkan rasio plasma terhadap sel menjadi lebih besar daripada pembuluh
darah besar.
Pengukuran Kompartemen Volume Cairan
Volume kompartemen cairan dapat diukur dengan prinsip dilusi indicator,
yang mana diketahui banyak substansi yang terdapat pada kompartemen dan hasil
konsentrasi dari material ini kemudian ditentukan setelah terjadi mixing komplet.
Menggunakan prinsip ini, volume darah, volume cairan extra seluler dan total
cairan tubuh dapat diukur, dimana volume cairan intersisial dihitung dari cairan
extra seluler dikurangi volume plasma.
4
Volume Darah
Substansi yang digunakan untuk mengukur volume darah harus dapat
disperse melalui darah dengan mudah dan dapat tersisa dalam sirkulasi untuk
waktu yang cukup sampai pengukuran selesai. Paling sering sejumlah kecil darah
pasien dipindah dan dicampur dengan radioaktif chromium. Setelah menentukan
isi total chromium dengan scintillation counter, sampel darah dimasukkan pada
tubuh pasien. Setelah pencampuran dalam sirkulasi sistemik selama kurang lebih
10 menit, konsentrasi kromium dalam darah ditentukan. Menggunakan prinsip
dilusi, maka total volume darah dapat dihitung.
Unsur-unsur Kompartemen Cairan Tubuh
Unsur-unsur dari plasma, cairan intersisial dan cairan intra seluler adalah
serupa tetap jumlah tiap substansi berbeda diantara kompartemen (Gb. 40-2) (Leaf
and Newburg, 1955). Perbedaan yang utama adalah konten protein yang rendah
dalam cairan intersisial dibanding dengan cairan intraseluler dan plasma,
dinyatakan bahwa ion natrium dan klorida terbanyak pada extraseluler, dan
kebanyakan ion potasium (sekitar 90%) berada pada intra seluler. Distribusi yang
tidak seimbang dari ion-ion menghasilkan perbedaan potensial melalui membran
sel.
Unsur cairan extra seluler diatur oleh ginjal sehingga sel-sel yang tersisa
secara terus menerus dalam cairan yang berisi elektrolit dengan konsentrasi yang
tepat dan nutrient untuk fungsi optimal dari sel yang berkesinambungan. Jumlah
normal sodium dan potasium dalam tubuh sekitar 58 mEq/kg dan 45 mEg/kg.
Trauma dihubungkan dengan kehilangan potasium secara progresif melalui ginjal.
Sebagai contoh, pasien yang sedang operasi mengeluarkan potasium sekitar 100
mEq pada 48 jam pertama post operasi dan setelah periode ini mengeluarkan
potasium 25 mEq setiap hari. Konsentrasi potasium plasma bukan indikator yang
baik dari jumlah total potasium tubuh karena kebanyakan potasium berada dalam
intraseluler. Terdapat korelasi antara potasium tubuh karena kebanyakan potasium
dan ion hidrogen dalam plasma, keduanya meningkat dan menurun bersama-sama.
5
Osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melalui membran semi permeabel
dari kompartemen dengan konsentrasi ion nondifusibel lebih rendah terhadap
kompartemen dengan konsentrasi ion yang lebih tinggi (Gb. 40-3) (Ganong,
2003). Membran merupakan semi permeabel saat air dapat berdifusi bebas tetapi
sodium dan potasium tidak dapat berdifusi dengan bebas.
Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik merupakan tekanan pada satu sisi membran semi
permeabel yang cukup untuk mempertahankan air dari perpindahan ke bagian
dengan konsentrasi ion yang lebih tinggi. (gb. 40-3) (Ganong, 203). Tekanan
osmotik digunakan oleh partikel non diffusible dalam solusi ditentukan oleh
sejumlah partikel dalam solusion (derajat ionisasi) dan bukan oleh tipe partikel
(berat molekuler). Dengan demikian 1 mol solusi glukosa atau albumin dan 0,5
mol solusi sodium chloride (disosiasi dalam dua ion) menggunakan tekanan
osmotic yang sama. Osmole adalah unit yang digunakan untuk menandakan
tekanan osmotic dalam larutan. Milliosmole (1/1000 Osm) pada umumnya
diguakan untuk menandakan aktivitas osmotic larutan dalam tubuh.
Konsentrasi osmole larutan disebut osmolaritas dimana saat konsentrasi
ditandai dalam osmole perkilogram air. Osmolaritas adalah terminology yang
tepat saat konsentrasi osmole ditadai dalam liter. Dalam solusi dilute tubuh,
periode ini sering digunakan bergantian. Dengan demikian karena lebih mudah
untuk menandai cairan tubuh dalam liter daripada kilogram air maka sebagian
besar perhitungan fisiologi berdasarkan osmolarity daripada osmolality.
Moles dan Equvalen
Satu mole adalah berat molekular dari substan dalam gram dan tiap mole
terdiri sekitar 6023 molekul. 1 mol larutan sodium chloride adalah 58,5 gram dan 1
mmol adalah 58,5 mg. Persamaan adalah 1mol substan yang terionisasi dibagi
oleh valennya. Mole adalah unit standar untuk memperlihatkan konsentrasi dalam
sistem internasional of units. (S1).
6
Osmolaritas cairan tubuh
Titik beku plasma mencapai 0,540C, dimana korespon osmolaritas sekitar
290 m Osm/L, sekitar 20 mOsm dari 290 mOsm dalam tiap liter plasma
disumbang oleh ion sodium dan pasangan anionnya, pada prinsipnya ion chlorid
dan bicarbonate. Protein secara normal menyumbang < 1 m Osm/L. Plasma non
elektrolit yang utama adalah glukosa dan urea dan substan ini dapat menyumbang
secara signifikan terhadap osmolaritas plasma saat hyperglycemia atau uremi
(table 40-2). Osmolaritas plasma penting untuk mengevaluasi dehidrasi, over
hidrasi dan abnormalitas elektrolit. Transfer air melalui sel membran oleh osmosis
terjadi sangat cepat dimana adanya ketidakseimbangan osmotik antar 2
kompartemen cairan pada jaringan terkoreksi, biasanya dalam detik.
Tonisitas Cairan
Tonisitas merupakan masa yang digunakan untuk menggambarkan
osmolaritas relatif suatu larutan terhadap plasma. Larutan yang mempunyai
osmolaritas yang sama dengan plasma disebut isotonik (tidak ada transfer cairan
ke dalam atau keluar sel. Keadaan dengan osmolaritas yang lebih tinggi disebut
hipertonik (sel menyusut) dan keadaan dengan osmolaritas yang lebih rendah
disebut hipotonik (sel mengembang) (gb. 40-4) (Guyten and Hall, 2000). Ini
menggambarkan fakta bahwa kebanyakan membrane sel relatif tidak permeable
terhadap larutan tetapi lebih permeabel terhadap air. Sebagai contoh, eritrosit yang
terkumpul harus bertahan dalam larutan yang isotonik untuk menghindari
kerusakan sel sebelum infuse larutan sodium chloride 0,9% menjadi isotonic dan
tersisa karena tidak ada perpindahan partikel aktif secara osmotic dalam larutan ke
dalam sel dan partikel tidak termetabolisme. Larutan glukosa 5% dalam air pada
awalnya isotonik saat dimasukkan, tetapi glukosa termetabolisme sehingga
efeknya terhadap pemasukan adalah larutan hipotonik (sekitar 560 mOsml), tetapi
glukosa termetabolisme sehingga larutan menjadi kurang hipertonik.
Pemeliharaan volume sel normal dan tekanan tergantung pada sodium potassium
adenosine triphosphatase (pompa sodium), yang mana jika hilang, akan
mengijinkan ion sodium dan chloride masuk ke dalam sel selama konsentrasi
7
gradien dan air akan mengikuti diantara osmotik gradient, yang menyebabkan sel
mengembang.
Perubahan Volume Kompartemen Cairan Tubuh
Faktor-faktor yang dapat mengubah cairan extra seluler atau volume intra
seluler secara signifikan adalah infus cairan dan dehidrasi dari kehilangan cairan
gastrointestinal, diaphoresis dan kehilangan cairan oleh ginjal. Penyakit kronis
ditandai oleh menurunnya volume cairan intra seluler dan bersamaan dengan
peningkatan volume cairan extraseluler.
Cairan Intravena
Tujuan manajemen cairan adalah untuk memelihara normovolemia yang
ditandai oleh stabilitas hemodinamik. Kristaloid yang terdiri dari air, elektrolit dan
biasanya glukosa yang terdistribusi secara bebas sepanjang gradient konsentrasi
diantara dua ruang extraseluler. Setelah 20-30 menit, diestimasi 75% - 80% salin
isotonik atau laktat akan distribusi keluar sirkulasi, dengan demikian membatasi
efikasi larutan ini dalam perawatan hipovolemia. Kemampuan kristaloid untuk
memperbaiki perfusi dalam mikrosirkulasi meragukan (Funk and Baldinger,
1995).
Cairan intravena yang tersisa dalam sirkulasi akan terdiluasi ke cairan
extra seluler, yang menyebabkan cairan intraseluler menjadi hipotonik. Saat hal
ini terjadi osmosis mulai secara cepat pada sel membran dengan sejumlah besar
air memasuki sel. Dalam beberapa menit, air ini didistribusi hampir ke seluruh
kompartemen cairan tubuh. Peningkatan volume cairan intraseluler tidak
diinginkan pada pasien dengan masa intracranial atau peningkatan tekanan
intracranial. Melindungi dari akumulasi cairan yang berlebihan dalam intenstitium
(air extravaskuler paru) di mediasi oleh aliran limpatik yang dapat meningkatkan
sebanyak 10 x lipat.
8
Saline Hypertonic
Larutan saline Hypertonic (7,5% sodium chloride) mempunyai kegunaan
untuk pemenuhan cairan intravascular secara cepat dalam resusitasi saat
perdarahan dan shok septic. Larutan saline hypertonic dan manitol merupakan
kombinasi yang menguntungkan untuk menurunkan tekanan intracranial (Qureshi
and Suaartz, 2000). Efek utama larutan saline hipertonik (meningkatkan tekanan
darah sistemik dan menurunkan tekanan intracranial) sering menggambarkan
peningkatan volume cairan intravaskular karena perpindahan cairan dan
pergerakan air dan bagian otak yang tidak terluka. Penggunaan larutan salin
hipertonik untuk perawatan jangka pendek pada hipertonicity dan hypernatrimia.
Selanjutnya pasien dengan hypotension karena traumatic brain injury yang telah
dilakukan resusitasi prehospital dengan larutan salin hypertonic mempunyai gejala
neurologis yang sama dengan pasien yang dirawat dengan cairan konvensional
selama 6 bulan.
Dehidrasi
Kehilangan air oleh jalur gastrointestinal atau ginjal oleh diaphoresis
dihubungkan oleh defisit awal dalam volume cairan extraseluler. Pada saat yang
sama air intraseluler keluar ke kompartemen extra seluler dengan cara osmosis,
sehingga menjaga osmolaritas pada kedua kompartemen tetap sama meskipun
volume absolute berkurang (dehidrasi) pada kedua kompartemen. Rasio airan
extraseluler terhadap cairan intraselular pada bayi lebih besar daripada dewasa,
tetapi volume absolute cairan extraseluler jelas lebih sedikit, sehingga hal ini
menjelaskan mengapa dehidrasi pada bayi dan anak terjadi lebih cepat dan lebih
sering. Tanda klinis dehidrasi tampak saat sekitar 5% - 10% (dehidrasi berat) dari
cairan tubuh total telah hilang pada waktu singkat. Mekanisme fisiologi biasanya
dapat mengimbangi untuk kehilangan akut 15% -25% volume cairan
intravascular, dimana terjadi kehilangan yang lebih besar pada pasien yang
beresiko untuk dekompensasi hemodinamik.