cairan tubuh
TRANSCRIPT
ANATOMI FISIOLOGI
CAIRAN TUBUH
Disusun oleh :
Rafida Mardhatila
Ramadhika Wibiatuti
D4 Gizi (A)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
TAHUN AJARAN 2013/2014
CAIRAN TUBUH
CAIRAN TUBUH merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia,
terdiri dari air dan zat yang terlarut seperti elektrolit. Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh
adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh. Cairan tubuh merupakan bagian utama
tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body
mass). Angka ini lebih besar untuk anak-anak. Pada proses menua manusia kehilangan air.
Kandungan air bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua menjadi 50%.
Kehilangan ini sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular. Kandungan air tubuh relatif
berbeda antar manusia, bergantung pada proposi jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang
mengandung relatif lebih banyak otot mengandung lebih banyak air, sehingga kandungan air atlet lebih
banyak daripada nonatlet, kandungan air pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan
kandungan air pada anak muda lebih banyak daripada orang tua. Sedangkan orang yang lebih gemuk
mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel
lemak mengandung sedikit air.
Berikut adalah distribusi cairan tubuh.
dewasa 60%
anak-anak 60 – 77%
infant 77%
embrio 97%
manula 40 – 50 %
Air penting untuk berbagai fungsi tubuh dan kadarnya harus tetap dijaga. Berikut kadar air yang
diperlukan pada masing-masing organ tubuh.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: cairan intra seluler dan cairan ekstra seluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel. Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam
kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal.
60 % berat badan tubuh adalah :
a) Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan
b) Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan
Kompartemen cairan ekstrasel lebih jelas dibagi menjadi ruang:
Intra vascular (cairan dalam pembuluh darah), mengandung plasma. Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein dan berbagai jenis garam.
Ruang interstitial, mengandung cairan yang mengelilingi sel dan jenisnya 8 pada orang
dewasa. Contohnya limfe.
Ruang muskuler, merupakan bagian terkecil dari cairan ekstra seluler dan mengandung kurang
lebih 1 liter cairan setiap waktu.
Fungsi
Pelarut dan alat angkut. Cairan tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam
amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan tubuh seperti oksigen, dan
hormon-hormon. Zat-zat gizi dan hormon ini dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Disamping air
sebagai pelarut, air juga berfungsi sebagai pengangkut sisa-sisa metabolisme, termasuk karbondioksida
dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.
Katalisator. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk di
dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi
bentuk-bentuk lebih sederhana.
Pelumas. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
Fasilitator pertumbuhan. Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam hal
ini air berperan sebagi zat pembangun.
Pengatur suhu. Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam
mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi
diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37o C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya
enzim-enzim di dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera
disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari
permukaan tubuh (keringat).
Semakin besar tubuh, semakin besar kehilangan panas melalui kulit. Lemak dibawah kulit
berperan sebagai bahan isolasi yang mengurangi kecepatan panas hilang dari tubuh. Ini menguntungkan
tubuh pada suhu dingin dan merugikan tubuh pada suhu panas.
Peredam benturan. Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam kantung ketuban
melindungi organ-organ tubuh dari benturan-benturan pada ibu hamil.
Keseimbangan Air
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh.
Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di dalam tubuh setiap waktu berada di
dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi (kehilangan air secara
berlebihan) dan intoksikasi air ( kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang
diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh
dikeluarkan sebagai urin, air di dalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama dalam upaya untuk
mempertahankan keseimbangan nilai cairan. Hilangnya cairan intra seluler (CES) ke dalam ruang yang
tidak mempengaruhi keseimbangan antara cairan intra seluler dengan ekstra seluler, (CIS) dan (CES)
disebut sebagai perpindahan cairan ruang ketiga.
Efek dari perpindahan cairan ruang ketiga yaitu ditandai dengan pening, peningkatan frekuensi jantung,
penurunan tekanan darah, penurunan tekanan intra sentral (TIS), edema, peningkatan berat badan, dan
ketidakseimbangan dalam masukan dan haluaran cairan. Pergerakan cairan yang normal melalui dinding
kapiler ke dalam jaringan tergantung pada kenaikan tekanan hidrostatik (tekanan yang dihasilkan oleh
cairan pada dinding pembuluh darah) pada kedua ujung pembuluh arteri dan vena.
Tabel Keseimbangan Air
Masukan Air Jumlah (ml) Ekskresi/Keluaran Air Jumlah (ml)
Cairan 550-1500 Ginjal 500-1400
Makanan 700-1000 Kulit 450-900
Air metabolik 200-300 Paru-paru 350
Feses 150
1450-2800 1450-2800
Dari tabel keseimbangan air dapat dilihat bahwa volume yang diperoleh melalui minuman hampir sama
dengan volume urine, dan bahwa jumlahnya hanya merupakan separuh dari jumlah masukan dan
keluaran air secara keseluruhan.
Proses Perpindahan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1. Difusi
Difusi merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit
didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran
molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2. Osmosis
Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi
yang sifatnya menarik.
3. Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif penting untuk
mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan
intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam
sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Pengaturan Keseimbangan Cairan
Organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi:
Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:
Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif cairan tubuh. Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan. Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen. Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal tidak dapat berfungsi.
Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal dan karena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air: ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air.
Kelenjar pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga hormon penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus). Peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga ditahan, kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang. Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH). Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.
Pengaturan Pengeluaran Air
Konsumsi air diatur oleh rasa haus dan kenyang. Hal ini terjadi melalui perubahan yang
dirasakan oleh mulut, hipotalamus (pusat otak yang mengontrol pemeliharaan keseimbangan air dan
suhu tubuh) dan perut. Bila konsentrasi bahan-bahan di dalam darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan
ini akan menarik air dari kelenjar ludah. Mulut menjadi kering dan timbul keinginan untuk minum.
Namun bila hipotalamus sadar bahwa konsentrasi darah terlalu tinggi, maka akan timbul rangsangan
untuk minum. Pengaturan minum dilakukan pula oleh saraf lambung.
Ginjal Otak
Pengeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi garam
di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari dan mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH). ADH
dikeluarkan jika konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi atau bila volume darah atau tekanan darah
terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap kembali air dan mengedarkannya
kembali ke dalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit ADH yang di
keluarkan.
Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel
ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan
angiotensinogen ke dalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter
pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Di samping itu angiotensin mengatur pengeluaran
hormon aldosterone dari kelenjar adrenalin. Aldosterone akan mempengaruhi ginjal untuk menahan
natrium dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan dari
tubuh. Mekanisme ini tidak berjalan bila seseorang tidak minum air dalam jumlah cukup. Tubuh paling
kurang harus mengeluarkan 500 ml air sehari melalui urin, yaitu jumlah minimal yang diperlukan untuk
mengeluarkan bahan sisa sehari sebagai akibat aktivitas metabolisme di dalam tubuh. Di luar jumlah ini,
pengeluaran air disesuaikan dengan pemasukan air. Bila seseorang minum air dalam jumlah lebih
banyak, urin akan lebih encer. Di samping melalui urin, tubuh kehilangan air melalui paru-paru sebagai
uap, melalui kulit sebagai keringat dan sedikit melalui feses.
Elektrolit Tubuh
Bila garam larut dalam air, misalnya garam NaCl, akan terjadi disosiasi sehingga terbentuk ion-ion
bermuatan positif dan negatif. Ion positif dinamakan kation, sedangkan ion negatif dinamakan anion.
Ion mengandung muatan listrik yang dinamakan elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air dan
garam dalam keadaan disosiasi dinamakan larutan elektrolit. Dalam semua larutan elektrolit, ada
keseimbangan antara konsentrasi anion dan kation
Tabel Keberadaan Elektrolit tubuh
Elektrolit Konsentrasi di luar sel (meq/l) Konsentrasi di dalam sel (meq/l)
Kation
Natrium (Na+) 142 10
Kalium (K+) 5 150
Kalsium (Ca++) 5 2
Magnesium (Mg++) 3 40
= 155 = 202
Anion
Klorida (Cl)- 103 2
Bikarbonas (HCO3-) 27 10
Fosfat (HPO4-) 2 103
Sulfat (SO4-) 1 20
Asam Organik (laktat,
piruvat)
6 10
Protein 16 57
= 153 = 202
a. Natrium / Sodium
Fungsi dasar dari natrium adalah mengatur volume CES, meningkatkan permeabilitas membran,
mengatur tekanan osmotik vaskuler, mengontrol distribusi cairan intraseluler dan ekstraseluler,
berperan dalam hantaran inpuls sarap, memelihara iritabilitas neuromuskuler.
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh.
Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur
oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh kosteks suprarenal dan berfungsi
mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH.
Eksresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat, urine, dan
air mata.
b. Kalium / Potasium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion
natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan
kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel). Sistem pengaturan keseimbangan kalium melalui tiga
langkah, yaitu:
1. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
2. Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui gijal.
3. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium berfungsi
menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru. Dan jaringan usus pencernaan.
Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, sebagian melalui feses dan keringat.
c. Kalsium
Fungsi dasar dari kalsium adalah mendukung kekuatan dan penyusun tulang dan gigi,
membentuk ketebalan dan kekuatan membran sel, membantu transmisi impuls sarap, menurunkan
eksitabilitas neuromuskuler, bahan pentung pembekuan darah, membantu absorbsi dan penggunaan vit
B12, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormon. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat.
Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid dalam reabsobsi tulang. Jika
kadar kalsium darah menurun, kelenjar paratirod akan merangsang pembentukkan hormon paratiroid
yang langsung menigkatkan jumlah kalsium dalam darah.
d. Magnesium
Fungsi dasar magnesium adalah mengaktifkan sistem enzim, sebagian besar bersama dengan
metabolisme vitamin B dan penggunaan K, Ca dan protein. Membantu regulasi kadar serum kalsium,
pospor dan kalsium. Membantu aktivitas neuromuskuler.
Sumber Air
Di samping sumber air yang nyata berupa air dan minuman lain, hampir semua makanan mengandung
air. Sebagian besar buah dan sayuran mengandung sampai 95% air, sedangkan daging, ayam dan ikan
sampai 70-80%. Air juga dihasilkan di dalam tubuh sebagai hasil metabolisme energi.
Daya Tarik Elektrolit terhadap Air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-sel tubuh memilih
elektrolit untuk ditempatkan di luar (terutama natrium dan klorida) dan di dalam sel (terutama kalium,
magnesium, fosfat dan sulfat). Molekul air karena bersifat polar maka dapat menarik elektrolit.
Walaupun molekul air bermuatan nol, sisi oksigennya sedikit bermuatan negative sedangkan sisi
hidrogennya sedikit bermuatan positif. Oleh sebab itu, dalam suatu larutan elektrolit, baik ion positif
maupun ion negatif menarik molekul air di sekitarnya.
Air mengikuti Elektrolit
Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi. Hal ini dilakukan melalui
membran semi permeabel yaitu yang bersifat permeabel untuk air tetapi tidak permeabel untuk
elektrolit. Kekuatan yang mendorong air untuk bergerak ini dinamakan tekanan osmosis.
Pengaturan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit oleh Protein
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur penyebrangan ion positif dan
bahan lain melalui membrane sel tersebut. Ion negatif akan mengikuti ion positif dan air akan mengalir
kea rah cairan yang lebih tinggi konsentrasinya. Salah satu contoh alat transpor ini adalah pompa
natrium-kalium, suatu enzim yang memompa natrium ke luar lebih cepat daripada proses difusi biasa.
Pada waktu yang sama, kalium akan dipompa ke dalam sel. Pompa ini secara aktif mempertukarkan
natrium dengan kalium melalui membrane sel, dengan demikian mempertahankan tingkat konsentrasi
masing-masing elektrolit. Pompa ini menggunakan ATP sebagai sumber energi dan enzim natrium-
kalium ATP-ase guna melepas energi dari ATP.
Pemeliharaan Keseimbangan Cairan Tubuh dan Elektrolit
Jumlah berbagai jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila terjadi
kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber di luar tubuh, yaitu dari makanan dan
minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada
dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.
Bagian atas saluran cerna, yaitu lambung dan usus halus, secara terus menerus memperoleh mineral
melalui getah pencernaan dan cairan empedu. Mineral ini kemudian diserap kembali di bagian bawah
saluran cerna, yaitu di bagian kolon/usus besar. Melalui mekanisme ini sebanyak 8 liter cairan
mengalami daur ulang yang cukup berarti untuk pemeliharaan keseimbangan elektrolit.
Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dipengaruhi oleh hormon ADH. Hormon ADH menentukan
jumlah air yang dikeluarkan ginjal dan jumlah yang diserap kembali. Untuk mengatur keseimbangan
elektrolit, ginjal memanfaatkan kelenjar adrenal melalui hormon aldosteron. Bila kadar natrium tubuh
menjadi rendah, aldosterone meningkatkan reabsorpsi natrium dari tubula ginjal. Bila terjadi reabsorpsi
natrium, kalium akan dikeluarkan dari tubuh sesuai dengan aturan bahwa jumlah ion positif di dalam
tubuh harus tetap sama. Kemampuan ginjal mengatur kandungan natrium tubuh luar biasa. Makanan
biasanya mengandung lebih banyak natrium daripada yang dibutuhkan tubuh. Natrium mudah
diabsorpsi oleh saluran cerna ke dalam darah. Ginjal akan mengeluarkan kelebihan natrium ini dan
menjaga konsentrasinya dalam darah pada tingkat normal.
Rasa haus juga membantu kadar natrium di dalam darah. Bila kadar natrium tinggi, reseptor di dalam
otak merangsang seseorang untuk minum hingga tercapai rasio normal natrium terhadap air. Kemudian
ginjal akan mengeluarkan kelebihan air dan kelebihan natrium secara bersamaan.
Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa
pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan
yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui
keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700
ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan
panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan maknan
tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot.
Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan
peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat
mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal.
Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akanmelakukan
penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam
dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya
peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami
kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi
gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/
24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
DAMPAK KEKURANGAN DAN KELEBIHAN AIR
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang air akan berdampak pada kesehatan yaitu gangguan
mood (sekitar 1%), menurunkan kemapuan fisik (2%), psikomotor dan pada wanita mengalami
kelelahan. Oleh karena itu, dibutuhkan jumlah air yang optimal untuk berfungsi dalam tubuh, karena
kekurangan dan kelebihan air tidak memberikan dampak yang baik bagi tubuh.
Apabila tubuh kekurangan air akan berakibat hipovalemia dan dehidrasi. Hipovalemia adalah kondisi
terjadi pengurangan volume cairan ekstrasel, keadaan ini terjadi bila keluaran airnya adalah cairan yang
isotonik (air dan natrium keluar dalam jumlah yang sebanding sehingga osmolalitas plasma tidak
berubah atau kadar natrium plasma tetap normal) biasanya terjadi pada perdarahan dan diare.
Sedangkan dehidrasai adalah keadaan yang terjadi bila keluaran airnya yaitu cairan yang hipotonik
(volume air yang keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang keluar), biasanya terjadi pada pasien
diabetes insipidus(keluaran air tanpa natrium melalui ginjal)dan pada usia lanjut yang kurang minum
atau lupa minum (keluaran air tanpa natrium melalui penguapan kulit dan saluran nafas)
Selain kekurangan air kelebihan air dalam tubuh tidak baik pada kesehatan karena ada penyakit tertentu
yang harus ada pembatasan cairan dalam tubuhnya seperti penyakit ginjal kronik (PGK), gagal jantung,
dan kadar albumin dalam serum rendah. Pada usia lanjut tidak di anjurkan meminum banyak air dalam
tubuhnya karena akan menimbulkan hiponatremia yang dapat menurunkan kesadaran, kejang-kejang,
dan bahkan kematian.