ca-laktat
DESCRIPTION
solidTRANSCRIPT
I. NAMA ZAT DAN JUMLAH TABLET YANG DIBUAT
I.1. Nama Zat : Kalsium Laktat
I.2. Jumlah tablet yang akan dibuat :
II. MONOGRAFI ZAT AKTIF
Calcii lactas, kalsium laktat, C6H10CaO6. xH2O
BM: 218,2
Pemerian : serbuk granul dan kristal berwarna putih atau hampir putih, tidak
berbau atau sedikit berbau yang tidak menyenangkan, dan sedikit berasa.
Kelarutan : 1 bagian dalam 20 bagian air pada suhu 250, larut dalam air mendidih;
1 bagian dalam 1500 bagian alkohol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Inkompatibilitas : dengan larutan karbonat, fosfat, dan sulfat, dan dengan agen
pengoksidasi.
Penyimpanan : dalam wadah kedap udara.
Khasiat dan penggunaan : sumber ion kalsium.
Sumber: Martindale Pharmaceutical, 28th editions, 1982, hal: 623
Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, 1979, hal: 125
III. FORMULA DAN METODE PEMBUATAN
a. Formula dari literatur/ standar
Tiap tablet mengandung
Kalsium laktat 300 mg
Formulasi untuk 100.000 tablet
R/ Ca-laktat 30 kg
Laktosa 13 kg
Mg-stearat 450 g
Talkum 450 g
Gelatin 450 g
Starch 450 g
(Sumber: Drug Formulations Manual, 1st edition, 1991, hal: 123)
b. Usulan formula
R/ Ca-laktat 300 mg
Laktosa qs
PVP 3%
Amprotab 10%
Mg-stearat 1%
Talkum 2%
Amilum kering 4%
c. Metode pembuatan : Metode granulasi basah
IV. MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN
1. Amylum
(C6H10O5)n , dengan n = 300-1000
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa
granul-granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk yang
berbeda untuk setiap varietas tanaman.
Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan
kapsul; pengikat tablet.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.
Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada 37˚C.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal: sebagai bahan
tambahan untuk sediaan oral padat dengan kegunaannya sebagai pengikat,
pengisi, dan penghancur. Pada formulasi tablet, pasta amilum segar dengan
konsentrasi 5-25% b/b digunakan pada granulasi tablet sebagai pengikat.
Amylum paling banyak digunakan sebagai penghancur (disintegran) pada
tablet, dengan konsentrasi 3-15% b/b.
pH : 5,5 – 6,5 untuk 2% b/v dalam dispersi larutan pati jagung,
pada 250C.
Densitas (bulk) : 0,462 g/cm3 untuk pati jagung
Densitas (tapped) : 0,658 g/cm3 untuk pati jagung
Densitas (true) : 1,478 g/cm3 untuk pati jagung
Suhu gelatinasi : 73º C untuk pati jagung, 720C
Aliran : 10,8-11,7 g/det untuk pati jagung; 30 % untuk pati
jagung.
Kelembaban : 11 % untuk pati jagung, 18 % untuk pati kentang, 14%
untuk pati beras, 13% untuk pati gandum.
Distribusi ukuran partikel : 2-32 μm untuk pati jagung
10-100 µm untuk pati kentang
2-10 µm untuk pati beras
5-35 µm untuk pati gandum
2-45 µm untuk pati teerigu
Suhu pengembangan: 65˚ untuk pati jagung
640 untuk pati kentang
550 untuk pati beras
Stabilitas
Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi dari kelembaban yang
tinggi. Jika digunakan sebagai penghancur pada tablet dibawah kondisi normal
pati biasanya inert. Larutan pati panas atau pasta secara fisik tidak stabil dan
mudah ditumbuhi mikroorganisme sehingga menghasilkan turunan pati dan
modifikasinya yang berbentuk unik.
(Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th, 2006, hal.725-726)
2. Lactose
C12H22O11 (anhidrat) BM = 342,30
C12H22O11.H2O (monohidrat) BM = 360,31
Pemerian : Serbuk atau hablur berwarna putih, partikel kristal putih atau
serbuk; tidak berbau, berasa agak manis : α-lactose hampir 15% semanis
sukrosa, sedangkan β-lactose lebih manis daripada bentuk α-nya.
Kegunaan : Pengisi tablet dan kapsul dan pengisi inhaler serbuk kering.
Kelarutan :
Pada suhu 20˚C praktis tidak larut dalam kloroform, etanol dan eter.
Larut dalam 4,63 bagian air pada suhu 200 C; 3,14 bagian air pada suhu
400C; 2,04 bagian air pada suhu 500C; 1,68 bagian air pada suhu 600 C; 1,07
bagian air pada 800C.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : sebagai pengisi
pada tablet dan kapsul.
Higroskopisitas : Laktosa monohidrat stabil dalam air dan tidak
terpengaruh oleh kelembaban pada suhu kamar. Tetapi bentuk amorf,
tergantung pada pengeringannya, dapat dipengaruhi oleh kelembaban dan bisa
mengalami konversi menjadi monohidrat.
Titik leleh : 201-202˚C untuk α-lactose monohidrat
223˚C untuk α-lactose anhidrat
252,2˚C untuk β-lactose anhidrat
Densitas : 1,540 untuk α-lactose monohidrat
1,589 untuk β-lactose anhidrat
Kelembaban : Laktosa anhidrat secara normal mengandung air 1% b/b
Laktosa monohidrat mengandung air hampir 5% b/b.
Stabilitas : Pada penyimpanan, laktosa dapat berubah warna
menjadi coklat.
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi antara laktosa dengan gugus amin
primer dapat menghasilkan produk berwarna coklat. Reaksi ini terjadi lebih
cepat dengan bentuk amorf dibandingkan laktosa kristal.
Penyimpanan : Disimpan pada wadah tertutup baik, ditempat kering dan
sejuk.
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 4th ed, 2003, hal.323-331).
3. Povidon (PVP)
1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer.
(C6H9NO)n BM = 2500 – 3 juta.
Pemerian : serbuk sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak atau
hampir tidak berbau, higroskopik.
Kegunaan : pensuspensi, pengikat tablet.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : biasa digunakan
pada sediaan padat. Larutan povidon dapat digunakan sebagai coating agent.
Pemakaian :
Pembawa obat : 10 – 25 %
Pendispersi : sampai 5%
Suspending agent : sampai 5%
Pengikat, pengisi, atau penyalut tablet : 0,5 – 5%
pH : 3,0 – 7,0 untuk larutan 5% b/v
Densitas : 1,17-1,18 g/cm3
Higroskopisitas : sangat higroskopis, sejumlah lembab yang nyata terabsobsi
pada kelembaban relatif yang rendah.
Titik leleh : melembut pada 150˚C.
Indeks refraksi : nD = 1,54 – 1,59
Kelarutan : larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol, dan air.
Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral.
Stabilitas : Povidone stabil dalam siklus pemanasan yang pendek sekitar
110 -130˚C.
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup, sejuk, dan kering.
Inkompatibilitas : dengan senyawa amonium kuarterner.
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.519)
4. Octadecanoic acid Mg salt (Magnesium stearat)
C36H70MgO4 BM = 591,27
Pemerian : hablur sangat halus, putih terang, dapat diendapkan
atau digiling, tidak berasa, kerapatan bulk rendah, berbau lemah dari asam
stearat dan rasa yang khas, licin saat disentuh dan cepat meresap pada kulit.
Kegunaan : lubrikan untuk tablet dan kapsul.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : digunakan
untuk kosmetik, makanan, dan formulasi obat. Biasanya digunakan sebagai
lubrikan pada pembuatan kapsul dan tablet dengan jumlah antara 0,25 – 5,0 %.
Digunakan juga sebagai basis krim.
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan air.
Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.
Densitas : 1,03 – 1,08 g/cm3.
Sifat aliran : sulit mengalir, bubuk kohesif.
Polimorfisme : trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk lamellar
Titik leleh : 117-150˚ C (sampel yang komersil).
126-1300 C (Mg-stearat yang sangat murni)
Stabilitas : Mg-stearat stabil dan disimpan dalam wadah yang tertutup
baik ditempat kering dan sejuk.
Inkompatibilitas : dengan asam kuat,alkali, dan garam besi.
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed, 2006, hal.430-433).
5. Talk
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih sampai putih abu-abu, tidak
berbau, tidak berasa. Langsung melekat pada kulit, sangat lembut bila
disentuh.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, pelarut
organik, dan air.
Keasaman-kebasaan : pH 7-10 untuk 20% w/v larutan terdispersi.
Kegunaan : Anticaking agent, glidan, pengisi tablet dan kapsul, lubrikan
tablet dan kapsul.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : digunakan pada
sediaan oral padat sebagai lubrikan dan pengisi. Pemakaian :
Glidan dan lubrikan tablet : 1-10%
Pengisi tablet dan kapsul : 5-30%
Kekerasan : 1 - 1,5
Higroskopisitas : talk tidak mengabsorpsi sejumlah air pada suhu 25˚C
dan kelembaban relatif naik hingga 90%.
Distribusi ukuran partikel : bervariasi
Indeks bias : nD20 = 1,54 – 1,59
BJ : 2,7 - 2,8
Stabilitas : stabil, talk dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160˚C
selama tidak lebih dari 1 jam atau dengan penyinaran menjadi etilenoksida
atau dengan irradiasi gamma. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik,
ditempat kering dan sejuk.
Inkompatibilitas : Dengan senyawa amonium kuarterner.
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 4th ed, 2003, hal.641).
V. ALASAN PEMILIHAN METODE DAN ZAT TAMBAHAN
a. Alasan pemilihan metode
Tablet kalsium laktat dibuat dengan metode granulasi basah, untuk
memperoleh suatu massa granul yang memiliki ukuran partikel lebih besar
sehingga mendukung daya alir tablet Ca-laktat, dan untuk memperoleh
kompresibilitas yang baik pada formula tablet.
b. Alasan pemilihan zat tambahan
Laktosa digunakan sebagai pengisi untuk tablet Ca-laktat. Pengisi dapat
membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan.
Povidon (PVP) digunakan sebagai pengikat untuk pembuatan tablet Ca-laktat.
Pengikat digunakan untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakka
kohesi bagi tablet. PVP sebagai pengikat digunakan dengan cara dibuat dalam
bentuk larutan dalam air.
Amprotab/amilum. digunakan sebagai penghancur untuk memudahkan
hancurnya tablet saat kontak dengan cairan saluran cerna. Amilum memiliki
sifat yang inert bila ditambahkan dalam suatu formula tablet.
Mg-stearat digunakan sebagai lubrikan, yang berfungsi untuk mengurangi
gesekan atau friksi pada saat proses pembuatan tablet.
Talk digunakan sebagai glidan dalam pembuatan tablet Ca-laktat ini dan
berfungsi untuk meingkatkan aliran granul dari hopper ke dalam die. Selain itu
juga talk juga dapat berfungsi sebagai anti adheren untuk mencegah
penempelan tablet pada punch atau dinding die.
VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Kalsium laktat dan bahan pembantu ditimbang sesuai dengan yang
dibutuhkan.
2. Ca-laktat, amprotab, dan laktosa yang telah ditimbang, dicampur hingga
homogen.
3. Larutan PVP (PVP dilarutkan sempurna dalam air) ditambahkan sedikit-
sedikit kedalam campuran Ca-laktat, Amprotab, Laktosa hingga diperoleh
campuran/massa yang baik (dapat dikepal namun dapat dihancurkan kembali).
4. Campuran dibentuk menjadi granul dengan menggunakan ayakan nomor 14.
5. Granul dikeringkan dalam lemari pengering/oven pada suhu 50-600C.
6. Tentukan kadar air dengan menggunakan moisture analyzer.
7. Jika granul telah memenuhi persyaratan kadar air (≤ 2%), granul diayak
kembali dengan ayakan nomor 16.
8. Lakukan evaluasi granul.
9. Granul dicampur dengan fasa luar yang telah ditimbang.
10. Lakukan pencetakan tablet.
11. Lakukan evaluasi tablet.
VIII. EVALUASI
a. Granul atau masa siap cetak
1. Penetapan Kadar air
Sebanyak 2 g granul ditimbang, kemudian disimpan dalam piring dan
ratakan, lalu masukkan ke dalam alat moisture balance. Diamkan beberapa waktu
hingga skala menunjukkan angka yang tetap. Kadar air granul dapat dibaca pada
skala tetap.
2. Penetapan Bobot Jenis Nyata, Bobot Jenis Mampat, Kadar Pemampatan, dan
Porositas
Sebanyak 100 g (B) granul atau serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur
250 mL, catat volumenya (V0). Selanjutnya dilakukan pengetukan dengan alat.
Volume pada ketukan ke 10, 50, dan 500 diukur, lalu dilakukan perhitungan
sebagai berikut :
BJ nyata =
BValignl¿ 0 ¿¿
¿g/mL
BJ mampat =
BValignl¿mampat ¿¿
¿g/ml
Kadar Pemampatan =
V 0−V mampat
V 0
×100 00
Porositas=
(1−BJmampat )BJsejati
×100 00
3. Kecepatan aliran
timbang beker glass kosong (Wo)
set skala pada posisi 0
masukkan granul ke corong
alat dihidupkan
catat waktu alir (t)
timbang beker glass berisi granul (Wt)
hitung aliran granul :
Wt−Wot
4. Sudut istirahat
dengan menggunakan prosedur yang sama pada prosedur 3
ukur tinggi puncak taburan serbuk (h)
ukur diameter lingkaran yang terbentuk dari taburan serbuk (d=2r)
hitung sudut yang terbentuk dari taburan serbuk tersebut antara bidang
datar denag tinggi granul : tan a = h/r
b. Tablet
1. Penampilan
Tablet diamati secara visual, apakah terjadi ketidakhomogenan zat
warna atau tidak, bentuk tablet, permukaan cacat atau tidak dan bebas dari
noda atau bintik-bintik. Bau tablet tidak boleh berubah.
2. Keseragaman Ukuran
Diambil secara acak 10 tablet, lalu diukur diameter tebalnya
menggunakan jangka sorong.
3. Keragaman Bobot
Diambil 10 tablet secara acak lalu timbang masing-masing tablet.
Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.
4. Kekerasan Tablet
Dilakukan menggunakan hardness tester terhadap 10 tablet yang
diambil secara acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet
dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Satuan kekerasan
adalah kg/cm2. Dihitung kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
5. Friabilitas
Dilakukan dengan menggunakan alat friabilator terhadap 10 tablet
yang diambil secara acak. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet
terhadap bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas dipengaruhi oleh sudut
tablet yang kasar, kurang daya ikat serbuk, terlelu banyak serbuk halus,
pemakaian bahan yang tidak tepat, massa cetak terlalu kering.
1. diambil 10 tablet secara acak
2. tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)
3. tablet dimasukkan dalam alat
4. alat dinyalakan selama 4 menit
5. tablet dibersihkan dan ditimbang (Wt)
Tablet yang baik memiliki friabilitas kurang dari 1 %.
f =Wo−WtWo
×100 %
6. Friksibilitas
Dilakukan dengan menggunakan alat friabilator terhadap 10 tablet
yang diambil secara acak. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet
terhadap gesekan antar tablet selama waktu tertentu.
1. diambil 10 tablet secara acak
2. tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)
3. tablet dimasukkan dalam alat
4. alat dinyalakan selama 4 menit
5. tablet dibersihkan dan ditimbang (Wt)
f =Wo−WtWo
×100 %
7. Uji Waktu Hancur Tablet Tidak Bersalut (FI IV)
Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu
37° + 2° sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam
masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada
monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya : tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna.
8. Prosedur pengerjaan uji disolusi :
Masukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media
disolusi hingga suhu 37 derajat dan angkat thermometer. Masukkan satu tablet
kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang di uji
dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan atai pada
tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara
permukaan. Media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar ataupun
daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Laukukan
penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi.
IX. ASPEK FARMAKOLOGI
a. Dosis : Dosis maksimal sehari 15 g (FI III, hal. 125)
b. Indikasi : Hipokalsemia, defisiensi kalsium.
c. Efek samping : Hiperkalsemia, anoreksia, mual, muntah, konstipasi, sakit
perut, poliuria, aritmia jantung, koma.
d. Kontra Indikasi : pasien yang menggunakan glikosida jantung.
e. ADME : kalsium diabsorpsi dari usus kecil; absorpsi menurun karena usia dan
lebih efisien saat tubuh mengalami defisiensi kalsium. Absorpsi kalsium
ditingkatkan oleh metabolit aktif dari vitamin D. Kalsium di ekskresi melalui
keringat, empedu, pannkreas, air liur, urin, feses, dan air susu. Hingga 400mg
dapat diekskresi melalui urin sehari.
(Sumber: Martindale Pharmaceutical, 28th edition, 1982, hal: 623)
X. ETIKET
XI. DAFTAR PUSTAKA
____________.1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke 3. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
____________. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
____________. 1978. Formularium Nasional. Edisi kedua. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
____________. 2007. The United States Pharmacopeia. Rockville : The United
States Pharmacopeia Convention.
___________. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition.
Department of Pharmaceutical Sciences. London : The Pharmaceutical
Press.
Sheskey, J.Paul, et al. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed.
London : Pharmaceutical Press.
Sheskey, J.Paul, et al. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipient. 4th editions.
London : Pharmaceutical Press.
Sheskey, J.Paul, et al. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th ed.
London : Pharmaceutical Press.
Lippincott Williams & walkins, 1947. Remington Buku 2. Ed. 21. Philadelphia.
Voight. 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. Universitas Gajah
Mada Press: Yogyakarta