ca esofagus

24
CA OESOFAGUS A. Definisi. Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi. B. Etiologi Timbulnya karsinoma esofagus dihubungkan dengan faktor diit. Minum alkohol, dan merokok. Diduga juga berhubungan dengan penyakit sebelumnya. Esofagitis menahun karena rangsangan ahan kimia dan akalasia merupakan faktor resiko tinggi. C. Klasifikasi Kanker esofagus dibagi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui jenis kanker esofagus yang anda miliki membantu menentukan pilihan perawatan yang harus anda jalani. Jenis kanker esofagus antara lain: Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil lendir di dalam esofagus. Adenocarcinoma terjadi paling sering pada bagian bawah esofagus. Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di permukaan esofagus. Squamous cell carcinoma sering terjadi di bagian tengah esofagus. Squamous cell carcinoma adalah kanker esofagus yang umum di seluruh dunia.

Upload: fransiska-sari

Post on 28-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

CA OESOFAGUS

A. Definisi.

Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan yang

paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya

leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi.

B. Etiologi

Timbulnya karsinoma esofagus dihubungkan dengan faktor diit. Minum alkohol, dan

merokok. Diduga juga berhubungan dengan penyakit sebelumnya. Esofagitis menahun karena

rangsangan ahan kimia dan akalasia merupakan faktor resiko tinggi.

C. Klasifikasi

Kanker esofagus dibagi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui jenis kanker

esofagus yang anda miliki membantu menentukan pilihan perawatan yang harus anda jalani.

Jenis kanker esofagus antara lain:

Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil lendir di dalam esofagus. Adenocarcinoma

terjadi paling sering pada bagian bawah esofagus.

Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di permukaan esofagus. Squamous cell

carcinoma sering terjadi di bagian tengah esofagus. Squamous cell carcinoma adalah kanker

esofagus yang umum di seluruh dunia.

Jenis langka lainnya. Kanker esofagus langka antara lain choriocarcinoma, lymphoma,

melanoma, sarcoma dan kanker sel kecil.

D. Anatomi Fisiologi

Esofagus merupakan salah satu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm

dan berdiameter 2 cm, terbentang dari hipofaring sampai cardia lambung, kira-kira 2-3 cm di

bawah diafragma. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap

vertebra dan berjalan melalui lubang diafragma tepat anterior terhadap aorta.

Pada kedua ujung esofagus, terdapat otot-otot spingter, diantaranya :

1) Krikifaringeal

Membentuk sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka.

Dalam keadaan normal berada dalam keadaan tonik, atau kontraksi kecuali waktu

menelan.

2) Sfingter Esofagus bagian bawah

Bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke

dalam esofagus. Dalam keadaan normal, sfingter ini menutup kecuali bila makanan

masuk ke dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah.

Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu :

i. Mukosa

Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian

atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung

yang sangat asam.

ii. Sub Mukosa

Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat

mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari

cedera akibat zat kimia.

iii. Muskularis

Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh

bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari

campuran antara otot rangka dan otot polos.

iv. Lapisan bagian luar (Serosa)

Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-

struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel

tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah

operasi lebih besar.

E. Faktor Risiko

Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker esofagus. Kanker esofagus terjadi ketika sel di dalam

esofagus terjadi kesalahan pada DNA nya. Kesalahan ini membuat kanker tumbuh dan

berkembang tidak terkendalikan. Akumulasi sel yang tidak normal ini membentuk tumor di

dalam esofagus yang dapat tumbuh untuk menyerang jaringan terdekat dan menyebar ke bagian

tubuh lainnya.

Iritasi kronis dianggap berkontribusi pada perubahan DNA yang menyebabkan kanker esofagus.

Faktor yang menyebabkan iritasi pada sel di dalam esofagus dan meningkatkan risiko kanker

esofagus antara lain:

Alkohol.

Cairan empedu yang naik.

Mengunyah tembakau.

Sulit menelan yang disebabkan achlasia.

Minum cairan yang terlau panas.

Kurang makanan buah dan sayuran.

Makan makanan awetan.

Gastroesophageal reflux disease (GERD).

Obesitas.

Perubahan sel pra kanker pada esofagus (Barret’s esophagus).

Pengobatan radiasi pada dada atau perut bagian atas.

Merokok.

 

F. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala kanker esofagus antara lain:

Sulit menelan.

Hilang berat badan secara tiba-tiba.

Nyeri pada dada.

Lelah.

Ulsertiva esofagus tahap lanjut.

Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan.

Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.

Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas

dan akhirnya cegukan.

Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif

akibat kelaparan.Pada tahap awal, kanker ini sering tanpa tanda atau gejala.

G. Patofisiologi dan Manifestasi Klinik

Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul.

Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau

dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap

lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi pembuluh

darah besar.

Bila gejala terjadi yang berhubungan dengan kanker esofagus penyakit ini secara umum

meluas. Gejala termasuik disfagia, pada awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan

cairan; perasaan ada massa di tenggorokan; nyeri saat menelan; nyeri substernal atau rasa penuh;

dan kemudian regurgutasi makanan yang tidak dicerna disertai bau nafas busuk dan cegukan

Pasien pada awalnya hanya makanan padat yng menyebabkan distres, tetapi dengan

berkembangnya penyakit dan obsrtuksi cairan tidak adapat masuk ke lambung. Regurgitasi

makanan dan saliva terjadi hemoragi dapt terjadi dan penurunan progresif berat badan dan

kekuatan terjdi sebagai akibat kelaparan. Gejala selanjutnya mencakup nyeri substernal,

cegukan, kesulitan bernfas dn bau nafas busuk

H. Pemeriksaan Penunjang.

Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenosopi (EGD) dengan biopsi dan

sikatan. Bronkoskopi biasanya dilakukan pada tumor dengan sepertiga tengah dan atas esofagus,

untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membentu dalam menentukan apakah

lesi dapat diangkat. Mediastenosskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker tellah

menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain. Kanker esofagus ujung bawah mungkin

berhubungan dengan adenokarsinoma lambung yng meluas ke atas esofagus.

I. Penanganan

Bila kanker tersebut ditemukan pada tahap awal, sasaran pengobaan dapat diarahkan

pada pengobatan; namun, kanker sering ditemukan pada tahap akhir, yang membuat paliasi

merupakan satu-satunya tujuan yang harus diterima. Pengobatan dapat mencakup pembedahan

Standar penetalaksanaan bedah mencakup reseksi total esofagus dengan pengangkata

tumor dan margin luas bebas-tumor dan esofagus dan nodus limfa area. Tumor esofagus torakal

bawah lebih mungkin dilakukan pembedahan daripada dilkalisasikan lebih tinggi pada esofagus,

dan integritas saluran GI dipertahankandengan menanam esofagus bawah ke dalam lambung.

Reseksi bedah esofagus mempinyai angka mortalitas relatif tingiakibat infeksi,

komplikasi paru, dan kebocoran melalui anastomisis. Pada pasca operasi pasien akan dipasang

selanbg nasogastrik yang tidak boleh dimanipulasi. Pasien dipertahankan puasa sampai

pemeriksan sinar X memastikan bahwa anastomisis aman dan tidak bocor.

Penggunaan terapi radiasi baik sendiri maupun ada hubunganya dengan bedah praoperasi

dan pasca operasi, mungkin merupkan pilihan pengobatan. Pengunaan kemoterapi dikombinasi

edngan radiasi atau pembedahan juga sedang diteliti. Pengobatan paliatif mungkin perlu

mempertahankan sofagus tetap terbuka dan untuk membantu memberi nutrisi dan mengontrol

saliva. Paliasi dapat diselesaikan dengandilatasi esofagus , terapi laser, penempatan endoprotesis,

radiasi dan kemoterapi. Kaerna metode ideal pengobatan kanker esofagus belum ditemukan,

setiap pasien diobati dengan mengunakan rencan operawatan individual.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA ESOFAGUS

 

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester dan diagnosa medis.

2 . Riwayat penyakit sekarang

Pada klien kanker esophagus biasanya mengeluh Leher terasa nyeri, semakin lama

semakin membesar, susah menelan, badan merasa lemas, serta BB turun drastis dalam

waktu singkat.

3 . Riwayat penyakit dahulu .

Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan, atau adanya kanker pada

organ tubuh lain.

4 Riwayat penyakit keluarga .

Untuk menentukan hubungan genetik perlu diidentifikasi adanya anggota keluarga yang

menderita kanker esofagus

5. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau, penggunaan obat-

obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa dilakukan dalam

mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan kesehatan berkala, gizi makanan yang

adekuat )

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah minum

tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan yang mengganggu nutrisi

seperti nause, stomatitis, anoreksia dan vomiting. Pada pola ini biasanya klien

mengeluh susah menelan, nyeri pada saat menelan, berat badan turun.

c. Pola eliminasi

Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu ragu, jumlah kecil

dan tidak lancar menetes - netes, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya

apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Klien ditanya

tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari p[enyempitan

urethra kedalam rectum.

d. Pola tidur dan istirahat .

Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang karena frekuensi

miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ). Kebiasaan tidur memekai bantal atau

situasi lingkungan waktu tidur juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan

tidur.

e. Pola aktifitas .

Identifikasi pekerjaan klien dan aktivitasnya sehari-hari, kebiasaan membawa benda-

benda berat yang dapat menimbulkan strain otot dan jenis utama lainnya. Orang yang

kurang aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun.

f. Pola hubungan dan peran

Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga, pasien lain,

perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam keluarga. Apakah klien dapat

berperan sebagai mana seharusnya.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Meliputi informasi tentang dampak yang timbul pada klien kanker esofagus yaitu

timbul ketakutan, rasa cemas karena penyakitnya

h. Pola sensori dan kognitif

Pada klien kanker esofagus biasanya tidak mengalami masalah dalam pola sensori

dan kognitif.

i. Pola reproduksi seksual

Mengidentifikasi apakah setelah klien menderita kanker esophagus pola reproduksi

klien mengalami gangguan

j. Pola penanggulangan stress

Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress, mekanisme

penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan masalah biasanya

dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme penanggulangan stressor positif

atau negatif.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas keagamaannya. Kebiasaan

klien dalam menjalankan ibadah.

6. Pemeriksaan Persistem

1) B1 (breathing)                 :

RR meningkat, sesak nafas, produksi sekret meningkat. Bagaimana pernafasan

klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu dipasang O2.

Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak.

Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada dan

perut. Tanda – tanda cyanosis ada atau tidak.

2) B2 (blood)                         :

Yang dikaji adalah nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu

tubuh, monitor jantung ( EKG ).

3) B3 (brain)                         :

Hal yang dikaji adalah keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri kepala.

4) B4 (bladder)                      :

Hal yang dikaji Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi, konstipasi / obstipasi,

bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada mual dan

muntah.

5) B5 (bowel)                        :

Disfgia, Nafsu makan turun, BB turun, apakah ada ketidaknyamanan pada

supra pubik, kandung kemih penuh . Masih ada gangguan miksi seperti retensi.

Kaji apakah ada tanda – tanda perdarahan, infeksi. Memakai kateter jenis apa.

Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah produksi urine tiap hari.

Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.

6) B6 (bone)                          :

Bagaimana aktifitas klien sehari – hari setelah operasi. Bagaimana memenuhi

kebutuhannya. Apakah terpasang infus dan dibagian mana dipasang serta

keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas.

II. MASALAH KEPERAWATAN DAN KOLABORASI/DIAGNOSA

1. Masalah Keperawatan

a. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.

b. Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).

c. Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatn mekanis (tumor)

d. Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker oesofagus.

2. Masalah Kolaborasi

a. PK: perdarahan

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa no 1

Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.“

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan diharapkan masalah keurangan nutrisi dapat

diatasi

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampu meningkatkan status nutrisi pasiern

o Perawat mampu mengontrol BB pasien.

Client Outcome

o Pasien mengalami peningkatan BB menuju berat yang diharapkan

o BB pasien berada dalam rentang normal

o Mengenal faktor-faktor yang mnyebabkan BB dibawah normal.

o Pasien mampu mengkonsumsi nutrisi yang adekuat

o Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.

o Pasien terebas dari tanda-tanda malnutrisi.

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi Rasionalisasi

Manajemen Nutrisi

1 tanyakan kepada klien apakah ia

memiliki riwayat elergi terhadap

untuk menentukan nutrisi yng tepat

untuk pasien

makanan

2 beri dukungan kepada pasien untuk

mendapatkan intake kaolri yang

adekuat sesua dengan tipe tubuh dan

pola aktivitasnya.

agar terjdi keseimbangan antara

kebituhan kalori edngan pemasukan

kalori

3 beri pasien makanan yang

mengandung tinggi protein, tinggi

kalori.

untuk meningkatkan BB pasien

kearah normal

4 monitor catatan intake intake

kandungan nutrisi pada makanan

mengukur apakah asien kebutuhan

nutrisinya terpenuhi atau tidak.

Manajemen Gangguan Makan

1 Tentukan kemajuan BB harian yang

diharapkan bersama klien.

dapat menilai keberhasilan dari

peningkatan BB.

2 monitor masukan kalori perharinya untuk memastikan apakah pasie

mengkonsumsi cukup kalori

3 monitor pasien berkitan dengan

makan, penurunan berat badan, dan

kenaikan BB.

untuk menentukan efektivitas dan

keberhasilan terapi yang digunakan.

4 anjurkan pasien untuk mengurangi

aktivitasnya sehinga bisa mendukung

program kenaikan BB.

kalori yang tersimpan bisa diubah

sebagai cadangan dalam bentuk

peningkatan masa otot.

2. Diagnosa no 2

Nyeri akut b.d agen injuri (faktro fisik).

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan diharapkan masalah nyeri akut dapat diatasi

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampu menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan tingkat kenyamanan,

dan mngontrol nyeri.

Client Outcome

o Pasien mampu menggunakan sekala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

saat ini dan menentukan tingkat kenyamanan yang diinginkan.

o Pasien mampu menerangkan bagaimana nyeri yang tidak terukur dapat diatasi.

o Pasien mampu menampilkan ktivitas pemulihan dengan dilaporkannya

penerimaan terhadap tingkat nyeri.

o Pasien berada dalam kecukupan mengenai istirahat dan tidurnya

o Pasien mampu mendemonsrasikan menejemen nyeri non farmakologi

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi Rasionalisasi

1 tentukan apakah pneyrinya itu saat

pengkajian atau tidak . jika ia bantu

pasien untukemnurunkkan nyerinya

tersebut.

intensitas, onset, durasi, dan

peningkatan nyeri hendaknya dikaji

untukmedpatkan data yang esensial..

2 tnyakan kepada klien mengenai

pengalaman nyeri yang pernah ia

alami dan metode yang digunakan

untuk menurunkanya.

beberapa faktor penhambat dapat

menghilangkan ekinginan klien untuk

melaporkan neyri dan mengunakan

obat analgesik.

3 mintalah kepada klien untuk

melaporkn lokasi, intensitas dengan

mengunakan skala nyeri, dan

kualitas nyeri.

intensitas, lokasi dan kalitas nyeri

hendaknya dilaporkan setelah

prosedur tindakan untuk mengetahui

keberhasilan treatmen

4. eksplor kebutuhan p[asien dengan

obat anlgesik opioid dan non-opioid.

intervensi pharmakologi merupakan

alat utama sebagai penurun nyeri.

5 ajari pasien metode nonfharmakologi

untuk menurunkan nyeri klien

digunakaan untuk sebagai suplemen

dari metode phmakologik.

6. anjurjkan pasien untuk menggunakan

obat analgesik sesua dengan yang

dianjurkan.

mencegah terjadinya

penyalahgunaanobat

Diagnosa no 3

Kerusakan kemampuan menelan b.d penyumbatan mekanis (tumor)

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan selama 10 hari maka masalah ketidakmampuan

menelan dapat teratasi

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampu meningkatkan kemempuan menelan pasien.

Client Outcome

o Pasien mampu mendemonstrasikan proses menelan yang efektive tanpa batuk

atau tersedak.

o Pasien terbebas dari bahya aspirasi

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi Rasionalisasi

1 pastikan kesiapan pasien untuk

makan. Pasien perlu diawasi ,

kemampuan mengikuti instruksi,

mempertahankan posisi kepala

dalam keadaan tegak, dan mampu

menggerakan lidah dalam mulutnya.

jika salah satu dari faktro-faktor

tersebut tidak ditemukan, maka bisa

dipertumangkan untuk menghentikan

pemberian makanan peroral dan

menggunakan makanan enteral

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

klien

2 kaji kemampuan klien untuk

menelan dengan memposisikan

jenmpol dan telunjuk pemeriksa pada

laringelal proturberance. Minta klien

untuk menelan rasakan kenaikan

larink, minta klien untuk batuk, test

refleks gag pada kedua sisi belakang

pharingeal.

secara normal waktu yang

dibutuhkan bagi bolus untuk untuk

berpindah dari tempat dimana

refleks dipicu ke pintu esopfhagea

adalah 1 detikl Klien dengan

kecelakaan kardiovaskular dengan

waktu transit(proses menelan) yang

lebih lama.mempunyai kemungkinan

yang lebih besar untuk berkembang

ke arah pneumonia aspiration.

Pasien bisa tersedak bahkan ketika

masih mempuinyai gag refleks.

3 observasi tanda-tanda yang

berhubunagn dengan proses menelan

(batuk, cegukan, kesulitan menahan

air liur, penurunan kemampuan

untuk mengerakan lidah, bicara yang

pelan )

semuanya merupakan tanda-tanda

kerusakan kemampuan menelan

4. jika klien mempunyai gangguan

menelan, jangan memberikan

makanan sampai diagnosa yang

sesuai ditegakan. Pastikan makanan

yang sesuai dengan berkonsultasi

dengan dokter untuk pemberian

makanan enteral, kebanyakan dengan

menggunakan PEG tube.

makanan bagi pasien yang tidak bisa

menelan dengan sempurn, dapat

menyebabkan aspirasi dan

kemungkinan kematian. Makanan

enteal lewat PEG tube pada

umumnya sering digunakan sebab

berdasarkan penelitan pasien

dengan PEG tube mandpatkan

peningkatan status gizi dan

nutrisidan memungkinkan

peningkatan kemampuan hidup.

5 hindari pemberian makana cairan

sampi paien mampu menelan secara

efektiv. Tambahkan pengental cairan

seperti madu, atau puding

penggunaan pengenatal dapat

meningkatkan hidrasi dannn nutrisi

6. berikan latihan menelan sesuai

dengan yang diresepkan oleh team

disfagia. (menyentuh langit-langit

dengan lidah, merangsang lengkung

tonsil, dan langit-langit lunak denagn

logam dingin cermin pemeriksan

(rangsangan suhu), latihan gerakanm

mulut.

latihan menelan dapat meningkatkan

kemampuan untuk menelan.

7 sediakan makanan dalam kondisi

tenang jauh dari rangsangan

lingkungan yang ramai dapat

menurunkan mengunyah dan

berlebihan, dekat dengan ruang

makan yang ribut.

menelan.

8 pastikn bahwa klien memiliki waktu

yang cukup untuk makan

pasien dengan gangguan menelan

membutuhkan waktu 2-4 kali lebih

lama dibanduing waktu makan orang

normal.

9 Cek rongga mulut untuk memastikan

pengosongan setelah klien

menyelesaikan makanan. Berikan

perawatan mulut . jika perlu ambil

sisa makanan yang terdapat dalam

mulut.

sisa makanan yang terselip dalam

menyebabkan stomatitis, pembusikan

gigi, kemungkinan aspirasi lebih

lanjut.

10 jaga posisi tegak lurus 30-45 derajat. posisi tegak lurus mempertahankan

makanan tetap didalam lambung

sampai kosonng mencegah

terjadinya refluks dan aspiras.

11 awasi tanda-tanda aspirasi dan

pneumonia. Auskultasi suara par

setelah makan. Catat suara krakles

atau wheezing dan peningkatan suhu.

tanda-tanda tersebut menunjukan

terjadinya pneumonia.

4. Diagnosa no 4

Defisit pengetahuan b.d sedikitnya terpapar informasi mengenai kanker

oesofagus

a. Tujuan

Setelah dilakukan keperawatan selama 1 X 8 jam maka masalah defisit

pengetahuan klien dapat diatasi.

b. Kriteria Hasil

NOC:

o Perawat mampu memahamkan kepada pasien mengenai proses penyakit

o Perawat mampu memahamkan prosedur pengobatan terhadap penyakitnya.

Client Outcome

o Pasien mampu menjelaskan kondisi penyakitnya, mengenali kbutuhan medikasi,

dan mengerti pengobatanya..

o Pasien mampu menerapkan cara-cara hidup sehat dengan gaya hidupnya.

o Mendata sumber informasi dapat digunakan untuk mendapatkan lebih banyak

informasi dan dukungan setelah perpisahan.

c. Intervensi dan rasionalisasi (N!C)

No Intervensi Rasionalisasi

Teaching Disease

1 kaji tingkat pengetahuan pasien

berhubuangan dengan penyakit

spesifknya

untuk menentukan materi apa yang

cocok buat pasien

2 jelaskan tanda dan gejala yang

diderita pasien

pasien lebih waspad jika mengalami

hal-hal tersebut

3 jelaskan etiologi penyakit pasien agar pasien bisa melakukan tindakan

dalam rangka pencegahan

penyakitnya

4 diskusikan tentang gaya hidup agar

tdak terjadi komplikasi pada saat

yang akan datang.

banyak penyakit yang kammbuh atau

bertambh buruk dengan gaya hidup

yang salah.

Teaching Individual

1 tentukan kebutuhan klien untuk

belajar

minat seseorang sangat

mempengaruhi hasil pembelajaran

seseorang

2 kaji tingkat pendidikan pasien masing-masing tingkat pendidikan

memiiki cara yang unik dalam

emmahami sesuatu.

3 kaji faktor penghambat dalam belajar setiap individu memiliki keunikan

tersensiri daalm mempelajari

sesuatu sehingga faktor

penghambatnyapun berbeda-beda.

4 libatkan klien dalam menentukan

tujuan dari pembelajaranya

pasien akan lebih patuh dalam

melakasanakanhasil

pembelajaranya.

5 gunakan media gambar dalamm

enerangkan suatu proses

visualsasi sebuah proses akan lebih

berbkas hasilnya.

Daftar Pustaka:

a. Jong at al, 1977, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.

b. Joanne et al, Nursinbg Intervention Calsification, Mosby, USA

c. Swearingen. 2001. keperawatn Medikal Bedah. EGC. Jakarta

d. Nanda. 2004. Nursing Diagnosis A Guide to Planning Care. Down load from

www.Us.Elsevierhealth.