ca colon

Upload: isti-yanuari

Post on 21-Mar-2016

114 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ca colon

TRANSCRIPT

1

BAB I

KONSEP TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap diabosrbi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, meliputi proses-proses sebagai berikut :1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan)3. Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalau saluran pencernaan4. Digesti adalah hidrolis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorbsi dapat berlangsung5. Absorbsi adalah pergerakan produk akhir perncernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuha. Rongga Oral, Faring dan Esogafus

1) Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi, dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orafaring di bagian belakang.

a) Gigi

Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila

1) Anatomi gigi

Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan menutup (overlap) gigi bawah. Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer (desiduous, gigi susu) dan gigi sekunder (permanen).

(a) Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang di antara gigi depan) terdiri dari, dua gigi seri, satu taring, dua geraham molar (moral), untuk total keseluruhan 20 gigi

(b) Gigi sekunder mulai keluar pada saat usia lima sampai enam tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bikuspid), dan tiga graham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah, geraham ketiga disebut gigi bungsu.2) Fungsi gigi

Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk ke dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelanb) Esofagus

1) Anatomi esofagus adalah tuba muskular, panjangnya sekitar 9 sampai 10 inchi (25 cm) dan berdiameter 1 inchi (2,54 cm). Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati diagfragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan membuka ke arah lambung2) Fungsi esofagus menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristaltis. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus untuk melumasi dan melindungi esofagus. Esofagus tidak memproduksi enzim pencernaanb. Lambung

1) Anatomi

Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di bawah diafragma. Semua bagian, kecuali sebagian kecil, terletak pada bagian kiri garis tengah. Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, badan organ, dan bagian pilorus. Bagian jantung lambung adalah area disekitar pertemuan esofagus dan lambung (pertemuan gastroesofagus). Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esofagus. Badan lambung adalah bagian yang terdiltasi di bawah fundus, yang membentuk dua pertiga bagian lambung. Tepi medial badan lambung yang konkaf disebut kurvatur kecil tepi lateral badan lambung yang konveks disebut kurvatur besar.2) Fungsi lambung

a) Penyimpanan makananb) Produksi kimusc) Digesti proteind) Produksi mukuse) Produksi faktor intrinsikf) Absorbsic. Usus Halus

Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari sfinger pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih dari 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi.

Usus halus terdiri dari :

1) Duodenum adalah bagian yang terpendek (25 sampai 30 cm). Duktus empedu dan duktus prankeas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus2) Yeyunum adalah bagian yang yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 sampai 1,5 m3) Ileum (2 m sampai 2,5 m) merentang sampai menyatu dengan usus besar

a) Motilitas atau gerakan usus halus adalah mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan, memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak dengan sel aborptif dan mendorong zat sisa memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu oleh peregangan dan secara refleks dikendalikan oleh SSOb) Peristalsis adalah kontraksi ritmik otot polos longtudinal dan sirkular. Kontraksi ini adalah daya dorong utama yang menggerakkan kimus ke arah bawah di sepanjang salurand. Prankeas, Hati dan Kandung Empedu

1) PankreasPankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur besar lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau langerhans) pankreas mensekresi hormon insulin dan glukagon. Sel-sel ensokrin (asinar) mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion karbonat dalam kosentrasi tinggi.2) Hati dan sekresi empedu

a) Hati

Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga. Beratnya 1,500 gr (3 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenisasi tetapi kaya akan nutrein dari vena portal hepatika. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan kiri.

Fungsi utama hati :

1) Sekresi2) Metabolisme : hati memetabolisme protein, lemak dan karbohidrat tercerna3) Penyimpanan : hati penyimpanan mineral, vitamin larut lemak4) Detoksivikasi 5) Produksi panas6) Penyimpanan darah

b) Empedu

Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri. Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Komposisi empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dari 97% air, pigmen empedu, dan garam-garam empedu yang terdiri dari garam pigmen empedu dan garam-garam empeduKandung empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati. Fungsi kandung empedu untuk menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Di antara waktu makan, sfingter oddi menutup dan cairan empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK. Kandung empedu juga berfungsi untuk mengkosentrasi cairannya dengan cara mereabsorbsi air dan elektrolit. Dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati.e. Usus Besar

Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke susu besar, sebagian besar nutrein telah dicerna dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna dan diabsorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercena. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5 hari untuk menempuh ujung saluran pencernaan yang satu ke ujung lainnya : 2 sampai 6 jam di lambung, 6 sampai 8 jam di usus halus, dan sisa waktunya berada di usus besar.

Bagian-bagian usus besar :

1) Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal. Apendik velmiform, suatu tabung buntu yang sempit berisi jaringan limfoid, menonjol dari ujung sekum2) Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga visi yaitu :a) Kolon esenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara horisontal pada fleksura hepatikab) Kolon transversa merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah pada fleksura splenikc) Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.

3) Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12 sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.

4) Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-lipatan yang masing-masing berisi arteri dan vena

5) Sfinger anal internal otot polos (involunter) dan sfinger anal eksternal otot rangka (vounter) mengitari anusFungsi usus besar :1) Mengobservasi 80% sampai 90% air dan elektrolit2) Usus besar hanya memproduksi mukus3) Mencerna sejumah kecil selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrein bagi tubuh4) Mengekskresi Zat sisa dalam bentuk fesesB. PENGERTIANKolon merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling sering. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, baik pada pria atau wanita (American Cancer Society, 2001).Kanker usus besar merupakan penyakit yang terjadi pada orang tua, dengan insidensi puncak pada usia 60 dan 70 tahun. Kanker kolon jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang yang memiliki riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Sekitar 60% dari semua kanker usus yang terjadi pada bagian rektosigmoid, sehingga dapat di raba saat pemeriksaan rektum atau terlihat pada pemeriksaan sigmoidoskopi. Sekum dan kolon dan asendens merupakan tempat berikutnya yang paling sering terserang. Kolon transversa dan flesura adalah bagian yang mungkin paling jarang terserang ( Sylvia A. Price, 2005).Kanker kolon dan rektum merupakan tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini merupakan penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis tiap tahunnya. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia ( kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55tahun) dan makin tinggi pada pasien yang dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolorektal, penyakit usus inflamasi kronis atau polip (Brunner & Suddarth, 2001).Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian ke dua terbanyak dari seluruh pasien kanker di America Serikat. Lebih dari 150.000kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya di AS dengan angka kematian pertahun mendekati 60.000. Di AS umumnya rata-rata pasien kanker kolorektal adalah usia 67 tahun dan lebha dari 50% kematian terjadi pada mereka yang berumur di atas 55 tahun ( Aru W. Sudoyo, 2006).Gambar Ca Colon

C. ETIOLOGIWalaupun penyebab kanker usus besar masih belum diketahui, hubungan dengan antara kolitis ulseratif ( yaitu tipe polip kolon tertentu ) dengan kanker usus besar. Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi :1. Usia lebih dari 40 tahun 2. Darah dalam feses3. Riwayat palip rektal atau polip kolon 4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis7. Deit tinggi lemak, protein, daging, dan rendah seratD. PATOFISIOLOGI + PATWAYKanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai dari polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam stuktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepaskan dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).

Tumor dapat berupa masa polip, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura anular ( mirip cincin). Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polip yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar melalui infiltrasi langsung ke striktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih, melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon, melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submokosa pada saat reseksi, dan jauh lebih buruk bila telah terjadi metastasis ke kelenjar.Stadium dan prognosis KKR

StadiumDeskripsi histopatologiBertahan 5 tahun (%)

DukesTNMDerajat

AT1NOMOIKanker terbatas pada mukosa atau sub mukosa>90

B1T2NO MO IKanjer mencapai muskularis

85

B2T3NOMOIIKanker cenderung melewati masuk atau melewati lapisan serosa 70-80

CTXN1MOIIITumor melibatkan kelenjar betah bening regional35-65

DTXNXM1IVMetastasis 5

Prognosis dari pasien kanker kolorektal berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor ke dinding kolon, keterlibatan kelenjar getah bening regional atau metastasis jauh. Semua variabel ini digabungkan sehingga dapat ditentukan sistem staging yang awalnya di perhatikan oleh dukes. Dan di aplikasikan dalam metode klasifikasi TNH dalam hal ini, T menunjukan kedalaman penetrasi tumor, N menandakan keterlibatan kelenjar getah bening dan M ada tidaknya metastasis jauh. PATOFLOW

E. MANIFESTASI KLINIS Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan defikasi. Passase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala juga dapat mencakup anemia yang tidak dapat diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti teh). Isi kolon berupa cairan dan cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali. Terdapat kecenderungan terjadi obstruksi karena lumen usus karena lumen usus lebih besar dan fesesnya masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan dapat di deteksi dengan uji guaiak ( suatu uji sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Perdahan dapat bersifat intermiten, sehingga di identifikasikan dengan endoskopi atau radiogafi usus besar jika terjadi anemia. Mukus jarang terlihat karena bercampur dengan feses. Pada orang kurus tumor kolon kanan kadang dapat di raba, tetapi tidak khas pada stadium awal. Penderita mungkin mersa tidak enak pada abdomen, dan pada epigastrium.Gejala yang dihububungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi ( nyeri abdomen dan keram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah. Karsinoma kolon dan rektum cenderung menyebabkan perubahan defekasi akibat iritasi dan respon refleks. Sering terjadi diare, nyeri mirip kejang, dan kembung. Lesi pada kolon kiri cenderung melingkar, sehingga sering terjadi gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk pita. Baik mukus dan darah segar dapat terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronis. Pertumbuhan pada sigmoid dan rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena, menimbulkan gejala pada tungkai atau peritoneum. Hemoroid, nyeri nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi, atau sering berkemih, dapat timbul akibat tekanan tesebut.F. KOMPLIKASIPertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok.G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANGBersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling penting untuk kanker kolon adalah:1. Laboratorium. Umumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon memberikan hasil normal. Perdarahan intermiten dan polip yang besar dapat dideteksi melalui pengujian darah samar, feses atau anemia defisiensi Fe.2. Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan enema barium kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50% polip kolon dengan spesifitas 85%. Bagian rektosigmoid sering sulit untuk divisualisasi meskipun bila dibaca oleh ahli radiologi senior. Oleh karena itu pemeriksaan rektosigmoidoskopi masih diperlukan. Bilamana ada lesi yang mencurigakan pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk endoskopi. Pemeriksaan lumen barium teknik kontras ganda merupakan alternatif lain untuk kolonoskopi namun pemeriksaan ini sering tidak bisa mendeteksi lesi berukuran kecil. Enema barium cukup efektif untuk memeriksa bagian kolon dibalik striktur yang tak terjangkau dengan pemeriksaan kolonoskopi.

3. Kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan. Pemeriksaan kolon lengkap dapat mencapai > 95% pasien. Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien yang diperkirakan ada polip kolon. Kolonoskopi mempunyai sensitifitas (95%) dan spesifitas (99%) paling tinggi dari modalitas yang lain untuk mendeteksi adenomatous.

4. Sigmoidoskopi dengan biopsi atau hapusan sitolgi untuk mengangkat polip. Tampak secara endoskopi sulit untuk membedakan jenis-jenis polipsecara histologi, untuk menegakkan diagnosis.5. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat dilakukan walaupun antigen karsinoma embrionik mungkin bukan indikator yang dapat di percaya untuk mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pada eksisi tumor komplet kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.

6. Skrining oleh beberapa organisasi ( Nasional Cancer Institute, American Cancer Society, American College Of Physicians) dengan tujuan untuk mendeteksi kanker kolon yang masih dapat di sembuhkan sehingga dapat dapat membantu mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini. Strategi skrining pada orang yang tidak memperlihatkan gejala dianjurkan sebagai berikut :

a. Laki-laki dan perempuan berusia lebih dari 40 tahun harus menjalani pemeriksaan rektal digital ( rectal toucher) setiap tahun.b. Orang berusia di atas 50 tahun harus menjalani pemeriksaan darah samar feses setiap tahun dan pemeriksaan sigmoidoskopi setiap 3 sampai 5 tahun setelah pemeriksaan awal yang berjeda setahun. Orang yang beresiko tinggi karena memiliki riwayat keluarga juga menjalani pemeriksaan kolon total dengan enema barium kontras udara atau kolonoskopi setiap 3 hingga 5 tahun. Analisis untuk mengetahui adanya mutasi proto-onkogen ras yang spesifik dari DNA yang didapatkan dari feses pasien yang memiliki riwayat kanker kolorektal juga tampak efektif sebagai mekanisme skrining ( Mayer,1998).H. PENATALAKSANAAN MEDISPenatalaksanaan medis, dengan gejala obstruksi usus di obati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Jika kanker telah menyebar hanya ke hati, obat kemoterapi dapat disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah yang menuju ke hati. Meskipun mahal, pengobatan ini bisa memberikan lebih banyak keuntungan daripada kemoterapi yang biasa. Tetapi pengobatan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Bila kanker telah menyebar diluar hati, pengobatan ini tidak efektif lagi. Pengobatan :

Kemoprevensi. Obat anti inflamatori non storoid (OAIN) termasuk aspirin dianggap berhubungan dengan penurunan mortalitas karsinoma kolorektal. Beberapa OAIN seperti sulindac dan celecoxib telah terbukti secara efektif menurunkan insiden berulangnya adenoma obat pasien dengan FAP (familial adenomatous poliposis). Data epidemilogi menunjukkan adanya penurunan resiko kanker dikalangan pemakaian OAIN namun bukti yang mendukung mamfaat pemberian aspirin dan OAIN lainnya untuk mencegah karsinoma kolorektal sporadik masih lemah.Endoskopi dan operasi. Umumnya polip adenomentasi dapat diangkat dengan tindakan polipektoni. Bila ukuran < 5 mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau elektrokoagulasi bipolar. Disamping polipektomi karsinoma kolorektal dapat diatasi dengan operasi. Indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor di caecum kolon asenden, kolon tranversum tetapi di fleksura lienalis dan kolon desenden diatasi dengan hemikolektomi kiri. Tumor disigmoid dan rektum proksimal dapat diangkat dengan tuindakan LAR (low Anterior resection). Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5% tetapi bila operasi dikerjakan secara emergensi maka mortalitas menjadi lebih tinggi. Reseksi terhadap metatasis dihati dapat memberikan hasil 25%-35% rata-rata bebas tumor (disease freesurvival rate). Tujuan pembedahan adalah paliatif. Dimana apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut( doughty & jakson,1993) :1. Reseksi segmental dengan anastomasis ( pengangkatan tumor dan porsiusus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)2. Reseksi abdominoperinealdengan kolostomi sigmoid permanen ( pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta springter anal)3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi ( memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)4. Kolostomi permanen atau ileostomi ( untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat di reseksi)

Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan. Kolostomi dilakukan kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi merupakan pembuatan lubang ( stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Kosistensi drainase yang dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya inversi pada jaringan sekitar.

Terapi ajuvan. Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan mengalami rekurensi. Kemoterapi ajuvan dimaksudkan untuk menurunkan tingkat rekurensi karsinoma kolorektal setelah operasi. Pasien Dukes A jarang mengalami rekurensi sehingga tidak perlu terapi ajuvan. Pasien karsinoma kolorektal Dukes C yang m,endapat levamisol dan 5 FU secara signifikan meningklatkan harapan hidup dan masa interval bebas tumor (Disease Free Interval). Kemoterapi ajuvan tidak berpengaruh pada karsinoma kolorektal Dukes B.

Irinotecan (CPT 11) inhibitor topoisomer dapat memperpanjang masa harapan hidup. Oxaliplatine analog platinum juga meperbaiki respon setelah diberikan 5 FU dan leucovorin. Manajemen karsinoma kolorektal yang non reseksibel yaitu : Nd-YAG foto koagulasi laser, self expanding metal endoluminal stent.I. PENCEGAHAN Kanker usus besar atau kolorektal merupakan jenis kanker yang dapat dicegah dengan perubahan pola makan dan gaya hidup yang sehat, seperti berikut :1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur dan buah-buahan2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari). Serat dapat melancarkan pencernaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengenadap di usus akan menajdi racun yang memicu sel kanker3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen/sel kanker 5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan6. Melaksanakan aktifitas fisik atau olahraga secara teratur7. Perbanyaklah minum susu. Karena selain menyehatkan susu juga mampu mengurangi resiko terkena kanker usus. Demikian disampaikan oleh Dr Eunyoung Cho yang meneliti keuntungan mengkonsumsi susu. Analisa dari 10 studi menunjukkan 16 ons susu sehari bisa mengurangi ancaman kanker usus sampai 12%8. Konsumsi ikan juga bisa menurunkan risiko kanker kolorektal9. Selain itu vitamin A, C, dan E diduga mempunyai kemampuan sebagai anti kanker. Sedangkan, kalsium diduga mempunyai efek proteksi terhadap kanker kolorektal karena mengikat lemak dan asam empedu dalam ususBAB IIASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

1. Biodata Klien

Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku hangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Riwayat keperawatan

a. Riwayat keperawatan sekarangb. Menceritakan kapan klien merasakan nyeri abdomen atau rektal dan karakter ( lokasi, frekwensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi) c. Riwayat kesehatan duluMengkaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat atau penyakit tertentu yang akan mempengaruhi terhadap kondisi klien sekarangd. Riwayat kesehatan keluargaDikaji apakah ada di dalam keluarga yang mempunyai penyakit keturunan atau penyakit usus inflamasi kronis, atau polip kolorektal,dan terapi obat saat inie. Riwayat psikososial dan spiritual

Mengkaji mengenai konsep dari dan hubungan atau interaksi klien baik anggota keluarga maupun lingkungan yang mengkaji tentang agama dan keyakinan, harapan tentang semangat yang terkandung di dalam diri klien3. Pola aktivitas sehari-hariMeliputi nutrisi(kebiasaan diet), eliminasi buang air kecil dan buang air besar (deskripsi tentang warna, bau, konsistensi feses dan mencangkup adanya darah atau mucus)4. Pemeriksaan fisikMelakukan pengkajian meliputi pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi sistem tubuh sehingga akan ditemukan hal-hal sebagai berikut : Keadaan umum, sistem penglihatan, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem integumen, sistem muskuloskeletal dan sistem kekebalan tubuh. Pada sistem pencernaannya auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat.5. Data penunjangStudi laboratorium yaitu dengan pemeriksaan laboratorium darah dan urine untuk mengetahui kadar alkali, phospat, kalium dan kreatinin, serta spesimen feses terhadap karakter dan adanya darah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d nausea dan anoreksia

3. Konstipasi b/d lesi obstruksi

4. Keletihan b/d anemia dan anoreksia

5. Resiko defesit volume cairan b/d muntah dan dehidrasi

6. Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker

7. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang8. Resiko infeksi b/d insisi bedah ( abdominoperineal ), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal9. Gangguan body image b/d kolostomi. Tujuan

1. Mempertahan kan cairan dan elektrolit 2. Mencapai pemasukan nitrisi yang optimal3. Menurunkan kecemasan4. Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan, diagnosa kanker5. Mempelajari perawatan kolostomi, perhatian terhadap perasaan klien

C. INTERVENSIPre Operasi1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan : reduksi / penghilangan nyeri

Rencana tindakan :

a. Berikan analgesic sesuai resepb. Buat lingkungan yang kondusif untuk relaksasi, misalnya dengan meredupkan lampu, mematikan TV atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasienc. Tawarkan tindakan kenyamanan tambahan : perubahan posisi, gosokan punggung, dan teknik relaksasi2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan anoreksia

Tujuan : mencapai pemasukan nutrisi yang optimalRencana tindakan :a. Preoperasi : diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat terapi rendah seratb. Berikan total parenteral nutrition (TPN) jika dibutuhkan

c. Monitor abdomen : distensi, menurunnya bising usus, nyeri

d. Klien dengan kolostomi :

1) Hindari makanan yang menyengat dan mengandung gas2) Bantu klien identifikasi makanan yang dapat menyebabkan diare

3) Anjurkan klien minum minimal 2 liter /hari (jika tidak ada kontra indikasi)

3. Konstipasi b/d lesi obstruksi

Tujuan : eliminasi produk sisa tubuh yang adekuat

Rencana tindakan :

a. Pantau frekuensi dan konsistensi defekasib. Berikan laksatif dan enema sesuai resepc. Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi total disiapkan untuk mejalani pembedahan4. Keletihan b/d anemia dan anoreksia

Tujuan : peningkatan toleransi aktivitas

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat toleransi aktivitas pasienb. Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihn pasienc. Berikan terapi komponen darah sesuai resep bila pasien menderita anemia beratd. Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikutie. Tingkatkan aktivitas post op dan pantau toleransi5. Resiko defisit volume cairan b.d muntahTujuan : Mempertahan kan cairan dan elektrolit Rencana tindakan : a. Catat intake dan output termasuk muntahb. Batasi pemasukan peroralc. Kolaborasi pemberian iv therapyd. Berikan makanan dalam bentuk cairan (jika memungkinkan)e. Monitor terapi cairan ivf. Monitor nilai elektrolitg. Kaji status hidrasi klienh. Observasi tanda tanda dehidrasii. Lakukan dekompresi lambung jika terjadi distensi6. Cemas b.d pembedahan diagnosa kankerTujuan : menurunkan kecemasan, meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan, diagnosa keperawatanRencana kegiatan :a. Catat petunjuk perilakub. Dorong klien untuk menyatakan perasaan c. Berikan informasi yang akurat tentang apa yang dilakukand. Berikan lingkungan yang tenang dan istrahate. Bantu klien dalam mengidentifikasi koping sekarang dan belajar koping baru yang positif7. Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulangTujuan : memahami tentang diagnosis, prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulangRencana tindakan :a. Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat fungsi yang diinginkan pasca opb. Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pasca op, teknik perawatan kolostomi, pembatasan diet, control nyeri, dan penatalaksanaan obat dimsukkan ke dalam materi penyuluhan.

Pasca Operatif 1. Resiko infeksi b/d insisi bedah ( abdominoperineal ), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal

Tujuan : mempertahankan penyembuhan jaringan optimal; perlindungan kulit periostomal yang adekuatRencana tindakan :

a. Luka abdomen diperiksa dngan sering dalam 24 jam pertama, untuk meyakinkan bahwa luka akan sembuh tanpa komplikasi ( infeksi, dehidens, emoragik, edema berlebihan )b. Ganti balutan sesuai kebutuhan untuk mencegah infeksic. Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan napas dalam untuk mengurangi tegangan pada tepi insisid. Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan adanya proses infeksie. Periksa stoma terhadap edema ( edema ringan akibat manipulasi bedah adalah normal ), warna ( stoma sehat adalah mera jambu ), rabas ( rembesan berjumlah sedikit adalah normal ), dan perdarahan ( tanda abnormal )f. Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan untuk mencegah iritasi, berikan pelindung kulit sebelum meletakkan kantung drainaseg. Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi dengan cermat untuk tanda hemoragik. Luka dapat mengandung drain atau tampon yang diangkat secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberapa minggu. Proses ini juga dipercepat dengan irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali seharih. Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya perdarahan, infeksi atau nekrosis.

2. Gangguan body image b.d kolostomi

Tujuan : mempelajari perawatan kolostomi, perhatian terhadap perasaan klien

Rencana kegiatan :

a. Dorong klien/orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang kolostomib. Catat adanya perilaku menarik diric. Berikan kesempatan klien menerima kolostomi melalui partisipasi dan perawatan dirid. Pertahankan pendekatan positif selama perawatan hindari ekspresi menghina atau reksi berubah mendadake. Berikan kesempatan klien terdekat untuk memandang stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positif tentang penyembuhan, penampilan normal dan sebagainyaf. Pastikan perlu adanya konseling / diskusi tentang kolostomig. Ingatkan keluarga bahwa penerimaan perlu waktu dan emosiD. IMPLEMENTASIDilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukanE. EVALUASIKriteria keberhasilan :1. BerhasilTuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan2. Tidak berhasilTuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakanLAPORAN KASUSDisusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Medikal BedahHERNIA SCROTALIS

PADA TUAN M 54 TAHUN (POLI BEDAH RSPAD GATOT SOEBROTO)

DISUSUN OLEH

NATALIA SEMBIRING

VIKY PUTRI

NI KOMANG BUDAYANI

NELI EVI SULASTRIARTI KARLINAPROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2014syok

Nyeri abdomen konstipasi kram abdomen

hemoragi

Abses, peritonitis, sepsis.

Obstruksi usus parsial lengkap

Ulserasi pembuluh darah sekitar kolon

perporasi

Bermestase ke bagian tubuh lain (paling sering ke hati)

Sel kanker

Kostipasi diare, feses berdarah

Polip ganas

Nyeri dangkal abdomen melena (feces hitam)

Krom, penipisan feses konstifasi, distensi, ada darah merah segar dalam feses

Infiltrasi dan merusak jaringan normal disekitarnya

Membentuk polip jinak

Lesi disebelah kanan

Lesi disebelah kiri

Lesi rektal

Berakumulasi dilapisan epitel usus

Terpajan karsinigen

Mengubah flora bakteri dan steroid menjadi senyawa bersifat karsinogen

Pasase feses lama

Kelebihan lemak

Kekurangan serat

Riwayat Ca colon dikeluarga, riwayat inflamasi usus kronis, diet tinggi lemak, protein dan rendah serat.

Factor resiko Ca colon