documentc

3
Amore Dynamic Ukridian’s Live in desa Cuntel , Salatiga Lia Angelina Simbolon 102011146 FK 2011 Live in merupakan kegiatan yang pertama bagi saya. Ini merupakan kegiatan wajib untuk mahasiswa UKRIDA. Dan tahun ini kegiatan live in diadakan di desa Kopeng, Salatiga. Rombongan berangkat tanggal 3 februari dan kegiatan ini dilaksanakn selama 4 hari. Sombongan tiba di desa Kopeng pagi 4 februari. Pagi itu udara Kopeng sangat dingin, karena memang desa tersebut terletak di kaki gunung Merbabu.setelah sampai disana rombongan dibagi menjadi 3 kelompok yang nantinya akan di tempatkan di 3 desa. Kebetulan saya di ditempatkan di desa Cuntel. Desa Cuntel adalah desa yang letak nya tepat di kaki gunung Merbabu. Untuk menuju desa Cuntel rombongan harus menggunakan mobil bak terbuka. Saya begitu menikmati perjalanan, udara dingin disertai kabut-kabut putih dan hijau nya pepohonan membuat saya tidak ingin mengalihkan padangan saya. Sampai disana rombongan disambut oleh masyarakat setempat. Kemudian kami di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang nanti nya akan tinggal di salah satu rumah keluarga masyarakat. Bapak Samuel Kasman dan Ibu Pitrah adalah orang tua angkat saya dan ketiaga teman perempuan saya selama disana. Bapak dan Ibu mempunya 3 orang anak, 2 sudah menikah dan bekerja, sedangkan satu lagi sedang menyelesaikan skripsi nya. Bapak adalah petani sayuran organik dan aktif mensosialisaikan tanaman sayuran organik ke desa-desa,

Upload: liaangelinasimbolon

Post on 15-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kkcxlx,

TRANSCRIPT

Amore Dynamic Ukridians Live in desa Cuntel , SalatigaLia Angelina Simbolon102011146FK 2011

Live in merupakan kegiatan yang pertama bagi saya. Ini merupakan kegiatan wajib untuk mahasiswa UKRIDA. Dan tahun ini kegiatan live in diadakan di desa Kopeng, Salatiga. Rombongan berangkat tanggal 3 februari dan kegiatan ini dilaksanakn selama 4 hari. Sombongan tiba di desa Kopeng pagi 4 februari. Pagi itu udara Kopeng sangat dingin, karena memang desa tersebut terletak di kaki gunung Merbabu.setelah sampai disana rombongan dibagi menjadi 3 kelompok yang nantinya akan di tempatkan di 3 desa. Kebetulan saya di ditempatkan di desa Cuntel. Desa Cuntel adalah desa yang letak nya tepat di kaki gunung Merbabu. Untuk menuju desa Cuntel rombongan harus menggunakan mobil bak terbuka. Saya begitu menikmati perjalanan, udara dingin disertai kabut-kabut putih dan hijau nya pepohonan membuat saya tidak ingin mengalihkan padangan saya. Sampai disana rombongan disambut oleh masyarakat setempat. Kemudian kami di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang nanti nya akan tinggal di salah satu rumah keluarga masyarakat. Bapak Samuel Kasman dan Ibu Pitrah adalah orang tua angkat saya dan ketiaga teman perempuan saya selama disana. Bapak dan Ibu mempunya 3 orang anak, 2 sudah menikah dan bekerja, sedangkan satu lagi sedang menyelesaikan skripsi nya. Bapak adalah petani sayuran organik dan aktif mensosialisaikan tanaman sayuran organik ke desa-desa, denagkan ibu adalah Ibu rumah tangga. Rumah Bapak cukup nyaman. Ibu sangan baik dan perhatian kepada kami. Setiap pagi kami membantu ibu menyiapkan makan, setelah itu membantu bapak memetik sayuran yang nantinya akan di bawa kepasar. Kumidian sarapan bersama-sama. Setelah semua tugas rumah selesai, saya dan teman-teman berkeliling kampung, menikmati udara segar dan pemandangan yang asri. Masyarakat disana kebanyakan adalah petani sayuran, banyak jenis sayuran yang ditanam seperti wortel, buncis, brokolo, kol, kentang dan masih banyak lagi. Masyarakat disana sangat ramah dan baik-baik. Saya banyak ngobrol dengan ibu-ibu dan bapak-bapak disana. Dari obrolan yang saya bersama mereka, saya tahu bahwa walaupun mereka hanya petani sayuran tapi ada beberapa anak dari mereka bisa sampai kuliah. Apapun mereka lakukan demi untuk sekolah anak-anak nya. Suatu hari saya ikut bapak Sumitro yaitu tetangga bapak Kasman mencari rumput. Jarak mencari rumput hampir sekitar 2 km dr rumah, dan ada diatas gunung, tepatnya sampai di posko 1 pendakian gunung merbabu. Saya hampir menyerah, tapi ketika saya sudah tidak sanggup untuk mendaki lebih tinggi lagi, saya melihat seorang nenek yang sudah tua, menggendong rumput saya menjadi semangat lagi untuk naik. Setelah pulang dari mencari rumput, saya diajak mampir ke rumah bapak Sumitro, bapak sangat baik, murah senyum, dan humoris. 4 hari 3 malam sudah berlalu saat nya kami pulang ke jakarta, rasanya berat berpisah dengan Bapak dan Ibu. Walaupun hanya 4 hari mengenal mereka tapi banyak pelajaran yang saya dapat. pertama saya belajar tentang semangat dan kerja keras. Semangat mereka untuk tetap bekerja,walaupun mungkin raga rasanya sudah tidak mampu, tapi semua mereka lakukan demi untuk keluarga dan membiayai anak-anaknya kuliah, saya juga diajarkan bagaimana cara bersyukur. Mereka hidup pas-pasan namun tidak pernah mengeluh, mereka selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan. Saya juga diajarkan sebuah nilai kesederhanaan dan ketulusan. Bapak dan Ibu dengan tulus menerima kami sebagai anak, dan tulus mengasihi kami, saya juga belajar tentang kesopanan, warga disana sangat menghargai kami semua, begitu juag kami dan masyarakat disana sangat ramah dan welcome dengan kami. Semoga pelajaran yang telah saya dapat dari desa Cuntel, dapat membuat diri saya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebulamnya.