bunga mawar

15
NASKAH PUBLIKASI STUDI PEMBUATAN EFFERVESCENT DARI EKSTRAK BUNGA MAWAR MERAH ( ROSA sp) ( KAJIAN VARIETAS BUNGA DAN JENIS PELARUT) Oleh : Ir. Elfi Anis Saati, MP ABSTRAK Berkembangnya obat-obat fitoterapi dan semakin berkembangnya perusahaan obat tradisional di Indonesia menunjukkan bahwa, penduduk Indonesia makin menyadari pentingnya gerakan back to nature, diantaranya dengan membuat tablet effervescent dari ekstrak pigmen bunga mawar merah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis senyawa bioaktif yang dikandung bunga mawar, mengetahui perbedaan kualitas ekstrak pigmen tiga varietas bunga mawar, serta mengetahui kualitas produk effervescent yang dihasilkan akibat perbedaan varietas bunga mawar dan jenis pelarut yang digunakan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap I untuk menentukan jenis pelarut dan varietas yang terbaik dalam menghasilkan ekstrak pigmen bunga mawar, tahap II menentukan jenis gula yang terbaik menghasilkan tablet effervescent berkualitas. Rancangan penelitian tahap I menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun faktorial, yaitu Faktor i, varietas, Lokal Batu, Lokal Pasuruan (mahkota kecil), Hibrid Belanda, Faktor II adalah Jenis Pelarut, terdiri dari 3 level yaitu aquades : asam sitrat ; etanol : asam sitrat dan isoporpanol : asam sitrat. Penelitian tahap II menggunakan rancangan acak kelompok sederhana, dengan menggunakan 2 hasil terbaik dikombinasikan dengan jenis gula : sukrosa dan dekstrosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis pelarut aquades dengan jenis varietas bunga Belanda menghasilkan bubuk ekstrak mawar terbaik dengan kadar air 8,931 %; pH 3,64; absorbansi 0,5220 nm; intensitas kecerahan (L) 47,13; kemerahan (a+) 2,53l; kekuningan (b+) 6,57. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet effervescent dari ekstrak mawar terbaik dihasilkan dari perlakuan jenis pelarut aquades dan jenis gula sukrosa dengan hasil : kadar air 15,86 %; tekstur 20 g/detik; pH 6,55; gula reduksi 01,23; kecepatan larut 1,34 g/detik; TPT 0,99 %; viskositas 0,03 cps; kecerahan (L) 39,07; kemerahan 4,84; kekuningan 0,50; dan organoleptik rasa 1,94 ( kurang enak); warna 3,00(menarik); aroma 1,94 ( kurang disukai); dan kenampakan 2,40 ( cendenrung agak disukai) tablet effervescent mawar. Kata kunci : tablet effervescent, ektrak pigmen antosianin, bunga mawar merah un

Upload: in-mauliza

Post on 22-Nov-2015

61 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

rose

TRANSCRIPT

  • NASKAH PUBLIKASI

    STUDI PEMBUATAN EFFERVESCENT DARI EKSTRAK BUNGA MAWAR MERAH ( ROSA sp) ( KAJIAN VARIETAS BUNGA

    DAN JENIS PELARUT)

    Oleh : Ir. Elfi Anis Saati, MP

    ABSTRAK

    Berkembangnya obat-obat fitoterapi dan semakin berkembangnya perusahaan obat tradisional di Indonesia menunjukkan bahwa, penduduk Indonesia makin menyadari pentingnya gerakan back to nature, diantaranya dengan membuat tablet effervescent dari ekstrak pigmen bunga mawar merah.

    Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis senyawa bioaktif yang dikandung bunga mawar, mengetahui perbedaan kualitas ekstrak pigmen tiga varietas bunga mawar, serta mengetahui kualitas produk effervescent yang dihasilkan akibat perbedaan varietas bunga mawar dan jenis pelarut yang digunakan. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap I untuk menentukan jenis pelarut dan varietas yang terbaik dalam menghasilkan ekstrak pigmen bunga mawar, tahap II menentukan jenis gula yang terbaik menghasilkan tablet effervescent berkualitas. Rancangan penelitian tahap I menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun faktorial, yaitu Faktor i, varietas, Lokal Batu, Lokal Pasuruan (mahkota kecil), Hibrid Belanda, Faktor II adalah Jenis Pelarut, terdiri dari 3 level yaitu aquades : asam sitrat ; etanol : asam sitrat dan isoporpanol : asam sitrat. Penelitian tahap II menggunakan rancangan acak kelompok sederhana, dengan menggunakan 2 hasil terbaik dikombinasikan dengan jenis gula : sukrosa dan dekstrosa.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis pelarut aquades dengan jenis varietas bunga Belanda menghasilkan bubuk ekstrak mawar terbaik dengan kadar air 8,931 %; pH 3,64; absorbansi 0,5220 nm; intensitas kecerahan (L) 47,13; kemerahan (a+) 2,53l; kekuningan (b+) 6,57. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet effervescent dari ekstrak mawar terbaik dihasilkan dari perlakuan jenis pelarut aquades dan jenis gula sukrosa dengan hasil : kadar air 15,86 %; tekstur 20 g/detik; pH 6,55; gula reduksi 01,23; kecepatan larut 1,34 g/detik; TPT 0,99 %; viskositas 0,03 cps; kecerahan (L) 39,07; kemerahan 4,84; kekuningan 0,50; dan organoleptik rasa 1,94 ( kurang enak); warna 3,00(menarik); aroma 1,94 ( kurang disukai); dan kenampakan 2,40 ( cendenrung agak disukai) tablet effervescent mawar.

    Kata kunci : tablet effervescent, ektrak pigmen antosianin, bunga mawar merah un

  • 2

    I. PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG.

    Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap makanan-

    minuman tidaklah hanya terhadap penyediaan secara kuantitas saja, tetapi juga

    penyediaan secara kualitas. Tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang

    akan dikonsumsi masyarakat, dirasakan semakin lama semakin besar terlebih untuk

    menjaga kesehatan tubuhnya.

    Kesehatan menjadi sebuah kebutuhan, kesehatan adalah harta yang tak

    ternilai, demikian kata pepatah bijak. Kesadaran ini demikian mudah dimengerti

    mengingat begitu banyak hal bisa dilakukan dalam keadaan sehat dan sebaliknya

    begitu banyak hal akan tertinggal pada saat kita sakit. Hal inilah yang membuat

    kehadiran obat saja sering dirasakan tidak lagi cukup sehingga berbagai vitamin pun

    dikonsumsi. Ketika vitamin dirasakan masih kurang, maka meningkat lagi ke

    penggunaan multivitamin hingga ke penggunaan suplemen.

    Berkembangnya obat-obat fitoterapi dan semakin berkembangnya perusahaan

    obat tradisional di Indonesia menunjukkan bahwa, penduduk Indonesia makin

    menyadari pentingnya gerakan back to nature dan mengetahui efek samping dari

    penggunaan bahan kimia baik dalam makanan maupun obat-obatan. Apalagi

    mengetahui bahwa kekayaan hayati negeri kita banyak yang memiliki khasiat dan

    fungsi sebagai sumber pangan dan menunjang vitalitas tubuh, serta dapat mencegah

    dan mengobati suatu penyakit, diantaranya adalah tanaman mawar.

    Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.

    Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau

    lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran

    Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di

    daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis) (Hidayah, 2006).

    Di Indonesia akhir-akhir ini mulai berkembang aneka jenis mawar hibrida,

    terutama jenis atau varietas mawar yang berasal dari Holland (Belanda), yaitu tipe

    Hybrid Tea dan medium. Kelebihan kedua tipe ini adalah memiliki variasi warna

  • 3

    yang cukup banyak, mulai dari putih sampai merah-padam. Disamping itu tingkat

    pruduktivitasnya termasuk tinggi, berkisar antara 120280 kuntum bunga/m2/tahun

    (Rukmana, 1995).

    Pada beberapa spesies seperti Rosa canina dan Rosa rugosa menghasilkan

    buah rose hips yang sangat kaya dengan vitamin C bahkan termasuk di antara sumber

    vitamin C alami yang paling kaya (Anonim, 2006). Bunga mawar (Rosa damascene

    Mill.) wanginya harum karena adanya minyak atsiri di dalamnya. Mahkota bunga

    mawar juga diketahui mengandung pigmen antosianin yang tergolong flavonoid.

    Menurut Hembing dkk. ( 1993), mahkota bunga mawar dapat menyembuhkan

    berbagai penyakit seperti batuk darah, TBC, disentri, campak, nyeri haid dan lain-

    lain.

    Hasil penelitian tersebut menujukkan bahwa bunga mawar yang telah

    dipajang selama 4-6 hari berpotensi digunakan sebagai zat pewarna sekaligus dapat

    erfungsi debagai antioksidan, seperti hasil penelitian Saati dkk.(2006) menunjukkan

    bahwa pigmen antosianin bunga kana merah yang telah memperoleh Paten No.

    00200700089, efektif menyumbangkan warna alami pada produk minuman

    berkabonat, dan juga dapat ditepung/dibubukkan dengan bantuan bahan dekstrin. Dari

    karakter pigmen tersebut, maka ekstrak pigmen bunga mawar dapat dimanfaatkan

    untuk diolah menjadi tablet effervescent, yang akhir-akhir ini direspon baik oleh

    kalangan konsumen di Indonesia.

    Minuman dalam bentuk effervescent banyak digemari oleh masyarakat karena

    praktis, cepat larut dalam air, memberikan larutan yang jernih, dan memberikan efek

    sparkle atau seperti pada rasa minum air soda. Obat atau minuman suplemen dibuat

    dalam bentuk effervescent agar konsumen lebih menyukainya karena serasa seperti

    minum air soda atau soft drink yang sangat digemari oleh masyarakat. Dengan begitu

    diharapkan penyajian ekstrak bunga mawar dalam bentuk tablet effervescent tersebut

    dapat memenuhi permintaan konsumen yang cenderung mulai mengkonsumsi bahan-

    bahan yang alami dan menghindari bahan-bahan sintetik (back to nature) serta cara

    penyajian yang praktis, tanpa mengurangi khasiatnya karena mengandung pigmen

    antosianin dan vitamin C yang keduanya termasuk senyawa antioksidan.

  • 4

    Dalam membuat produk effervescent, yang perlu mendapat perhatian

    diantaranya adalah karakter / sifat bahan baku, bahan pengisi / filler yang digunakan,

    bagaimana metode pengeringan atau penepungan bahan baku, hingga tahapan

    pemadatan tepung yang dihasilkan berkualitas maksimal.

    Oleh karena itu penelitian ini ingin menggali potensi ekstrak bunga mawar

    tersebut untuk diketahui prospek pengembangannya jika diproses menjadi tablet

    effervescent yang dapat dikonsumsi masyarakat.

    Dengan demikian diharapkan nantinya dapat meningkatkan kesadaran

    masyarakat untuk lebih serius melakukan budidaya tanaman bunga mawar, karena

    disamping dapat meningkatkan penghasilan juga turut bermanfaat menyediakan

    produk yang membantu menyehatkan masyarakat.

    II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini, antara lain :

    1. Mengetahui jenis senyawa bioaktif yang dikandung tiga varietas bunga mawar

    2. Mengetahui karakter dan kualitas senyawa bioaktif tiga varietas bunga mawar.

    3. Mengetahui kualitas produk effervescent yang dihasilkan akibat perbedaan

    varietas bunga mawar dan jenis filler yang digunakan.

    MANFAAT / KONTRIBUSI PENELITIAN

    Penelitian ini akan memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan

    keamanan pangan, melalui penggunaan bahan alami.

    2. Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan peningkatan budidaya

    bunga mawar sebagai sumber bahan baku obat yang alami, dengan

    menyerap lapangan kerja baru, dengan berbasis kekayaan hayati lokal.

  • 5

    III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian,

    Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Lab. Kimia Universitas

    Muhammadiyah Malang.

    3.2 Bahan dan Alat Bahan utama yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah bunga mawar

    dengan 3 varietas yaitu lokal Batu, Bangil Pasuruan dan Hibrida/ Belanda. Bahan-

    bahan tambahan lain yaitu asam sitrat, sodium bikarbonat, sukrosa, maltodekstrin/

    dekstrin, dektrosa monohidrat.

    Peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah

    gelas kimia, kain saring, gelas ukur, timbangan, pengering cabinet dan blender

    kering.

    3.3 Metode Penelitian

    Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak

    Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial, dengan faktor yang masing-masing

    perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

    Faktor I adalah varietas bunga mawar merah, terdiri dari 3 level: yaitu V1 =

    Lokal Batu ( mahkota besar), V2 = Lokal Pasuruan (mahkota kecil), V3 = Hibrid

    Belanda, sedangkan Faktor II adalah Jenis Pelarut, terdiri dari 3 level, yaitu F1 =

    aquades : asam sitrat, F2 = etanol : asam sitrat,F3 = isoporpanol : asam sitrat,

    sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    Tahap pelaksanaan penelitian meliputi identifikasi masalah, penelusuran

    pustaka, percobaan pendahuluan, penentuan faktor penelitian, proses pembuatan dan

    analisa kimia serta uji organoleptik yang dilanjutkan dengan analisa data, penentuan

    perlakuan terbaik.

    Proses pembuatan tablet effervescent ekstrak bunga mawar merah, meliputi

    pembuatan bubuk bunga mawar merah dan kemudian menjadikannya tablet

    effervescent.

  • 6

    Tahap 1. Proses Pembuatan Bubuk Bunga Mawar Merah

    Proses pembuatan ekstrak kering mengkudu adalah sebagai berikut:

    1. Bahan utama yakni mahkota bunga mawar merahdisiapkan terlebih dahulu,

    dipilih tiga varietas bunga mawar yang banyak tersedia di masyarakat yaitu lokal

    Batu, lokal Pasuruan dan hibrid Belanda.

    2. Selanjutnya mahkota bunga ditimbang, dan dimasukkan ke dalam belender dan

    ditambahkan pelarut yaitu aquades dan asam sitrat, setelah itu dihancurkan.

    3. Dipisahkan filtrat dan ampas mengkudu dengan penyaringan dan pemerasan.

    4. Ditambahkan bahan filler yaitu dekstrin atau gum arab.

    5. Dikeringkan dalam vakum pada suhu 60oC, kurang lebih selama 6-8 jam.

    Tahap 2.Pembuatan Tablet Effervescent

    Bubuk bunga mawar merah telah diperoleh kemudian dibuat menjadi tablet

    effervescent dengan cara sebagai berikut:

    1. Dicampurkan bubuk kering bunga mawar merah dengan sakarin. Dihomogenisasi

    dan penggerusan dengan mortal.

    2. Dikeringkan pada suhu 60oC selama 1 jam

    3. Dicampurkan sodium bikarbonat dan sukrosa dengan cara digerus menggunakan

    mortal sampai bahan tercampur merata. .

    4. Dilakukan penggranulasian kering dengan cara campuran diatas dicetak sebesar

    tiga kali lipat dari tablet kemudian didiamkan selama 30 menit dan selanjutnya

    dihancurkan menjadi bentuk granula diatas ayakan 40 mesh dengan alu sehingga

    didapatkan granula inti 40 mesh

    5. Pengepresan menjadi bentuk tablet dengan tebal 0,5 cm, diameter 2,5cm, dan

    bobot 5 gram.

    6. Dikemas tablet effervescent mangkudu dengan aluminium foil.

  • 7

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisa Kimia

    4.1.1 Kadar Air Bubuk Ekstrak Mawar

    Berdasarkan analisa ragam diketahui bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata

    antara perlakuan jenis pelarut dengan jenis varietas bunga mawar terhadap kadar air

    ekstrak mawar (Gambar 5).

    Gambar 1. Rerata Nilai Kadar Air ekstrak bunga Mawar Akibat Perlakuan Jenis Pelarut dan varietas Bunga Mawar

    Keterangan V1 = Varietas lokal Batu P1 = Pelarut aquades V2 = Varietas lokal Bangil P2 = Pelarut alkohol V3 = Varietas Belanda P3 = Pelarut isopropanol

    Dari Gambar 5 diketahui bahwa jenis varietas mawar Holand/Belanda (V3)

    memiliki nilai rerata kadar air yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan bunga mawar

    varietas Belanda mempunyai struktur bunga yang lebih tebal dari pada bunga mawar

    varietas yang lain, sehingga penguapan kadar air relatif lebih terhambat. Pelarut

    aquades terbukti lebih menyisakan kadar air terbanyak pada bubuk pigmen yang

    dihasilkan, kondisi ini disebabkan pelarut tersebut sesuai dengan polaritas pigmen

    antosianian yang dikandung bunga mawar.

    4.1.2 Nilai pH Bubuk Ekstrak Mawar

    Berdasarkan Uji DMRT 1% diketahui bahwa perlakuan V1P1 (lokal Bangil

    dengan aquades) memiliki nilai pH yang rendah / terbaik, sedangkan nilai pH yang

    tertinggi terdapat perlakuan V3P3 (Holand dengan isopropanol). Hal ini disebabkan

    adanya penambahan asam sitrat pada saat ekstraksi yang mampu mempengaruhi

    kondisi pelarut air menjadi asam, disamping itu dipengaruhi oleh faktor- faktor

    8.0008.1008.2008.3008.4008.5008.6008.7008.8008.9009.000

    V1 V2 V3 P1 P2 P3

    Perlakuan

    Kad

    ar A

    ir (%

    )

  • 8

    genetik masing-masing varietas bunga. Hal ini didukung oleh Lewis (1993), bahwa

    asam sitrat merupakan asam organik kuat, sedangkan isopropanol dan alkohol

    merupakan asam yang sangat lemah (Wilbraham, 1992).

    Tabel 1. Rerata pH Bubuk Ekstrak Mawar Akibat Interaksi Perlakuan Jenis Pelarut dengan Varietas Bunga Mawar

    Perlakuan pH V1P1 (Bangil dengan aquades) V1P2 (Bangil dengan alkohol) V1P3 ( Bangil dengan isopropanol) V2P1 ( Lokal dengan aquades) V2P2 ( Lokal dengan alkohol) V2P3 ( Lokal dengan isopropanol) V3P1 ( Holand dengan aquades) V3P2 ( Holand dengan alkohol) V3P3 ( Holand dengan isopropanol)

    3,32 a 3,34 a 3,34 a 3,40 b 3,60 c 3,62 cd 3,64 cd 3,66 d 3,80 e

    Keterangan: Angka rerata dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan (DMRT) 1%.

    4.1.3 Absorbansi dan Tk. Kecarahan (L) Bubuk Ekstrak Mawar

    Tabel 2. Rerata Absorbansi dan Tk. Kecarahan (L) Bubuk Ekstrak Mawar

    Akibat Jenis Pelarut dan Varietas Bunga Bberbeda (Pada =516 nm)

    Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa perlakuan varietas Belanda

    dengan jenis pelarut aquades mempunyai nilai absorbansi tertinggi, berkebalikan

    dengan tingkat kecerahan (nilai L)-nya nilainya terendah; sedangkan varietas lokal

    Perlakuan Absorbansi (nm) Kecerahan (L) V1P1 (Bangil dengan aquades) V1P2 (Bangil dengan alkohol) V1P3 ( Bangil dengan isopropanol) V2P1 ( Lokal dengan aquades) V2P2 ( Lokal dengan alkohol) V2P3 ( Lokal dengan isopropanol) V3P1 ( Holand dengan aquades) V3P2 ( Holand dengan alkohol) V3P3 ( Holand dengan isopropanol)

    0,1620 cd 0,0485 a 0,1010 b 0,1453 c 0,1030 b 0,2003 c 0,5220 c 0,2430 c 0,3413 e

    48,57 b 47,57 ab 48,23 b 49,97 c 48,67 b 48,23 b 47,13 a 47,50 ab 47,43 ab

    Keterangan: Angka rerata dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan (DMRT) 1%.

  • 9

    dan bangil dengan pelarut alkohol dan isopropanol mempunyai nilai absorbansi yang

    rendah. Hal ini diduga karena adanya perbedaan varietas mengakibatkan adanya

    perbedaan nilai absorbansi. Perlakuan varietas yang berbeda mengakibatkan nilai

    absorbansi yang berbeda karena adanya perbedaan tempat tumbuh dan varietas dari

    bunga mawar. Menurut Tranggono (1990), macam dan jumlah pigmen antosianin

    dalam jaringan tanaman tergantung pada spesies, varietas, derajat kematangan,

    tempat tumbuh dan lain-lain. Aquades juga merupakan pelarut yang sesuai untuk

    mengekstrak kandungan pigmen antosianin dalam bunga mawar, sesuai dengan

    pendapat Saati, dkk. (2007).

    4.1.4 Warna Bubuk Ekstrak Mawar

    1. Tingkat Kemerahan (a+) dan Tingkat Kekuningan (b+)

    Tabel 4. Rerata Tingkat Kemerahan (a+) dan Kekuningan ( b+)Bubuk Ekstrak Mawar Akibat Interaksi Perlakuan Jenis Pelarut dengan Varietas Bunga Mawar

    Perlakuan Kemerahan (a+) Kekuningan (b+) V1P1 (Bangil dengan aquades) V1P2 (Bangil dengan Alkohol) V1P3 ( Bangil dengan Isopropanol) V2P1 ( Lokal dengan aquades) V2P2 ( Lokal dengan Alkohol) V2P3 ( Lokal dengan Isopropanol) V3P1 ( Holand dengan Aquades) V3P2 ( Holand dengan Alkohol) V3P3 ( Holand dengan Isopropanol)

    1,03 a 1,03 a 0,97 a 1,10 a 2,00 b 1,77 b 2,53 c 1,73 b 1,70 b

    3,93 a 4,37 ab 4,13 a 4,30 ab 4,80 b 4,93 b 6,57 d 6,47 c 5,97 c

    Keterangan: Angka rerata dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan (DMRT) 5%.

    Dari Tabel 4 diketahui bahwa perlakuan varietas Holand dengan pelarut

    aquades mempunyai tingkat kemerahan (a+) dan kekuningan (b+) tertinggi dan

    varietas lokal/ Batu dan Bangil dengan pelarut alkohol dan isopropanol mempunyai

    tingkat kemerahan (a+) yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa ekstraksi dengan

    menggunakan pelarut air dan asam sitrat lebih efektif digunakan karena lebih sesuai

    kepolarannya dengan pigmen antosianin, dan juga sesuai pendapat Bridle dan

  • 10

    Timberlake (1997), bahwa antosianin merupakan pewarna alami yang berasal dari

    family flavonoid yang larut dalam air (water soluble).

    Selain itu juga disebabkan mahkota bunga mawar varietas Belanda lebih tipis

    sehingga lebih mudah diekstrak dan menghasilkan rendemen lebih banyak. . Menurut

    Nollet (1996) dan Fennema (1976), peningkatan nilai a+ (tingkat kemerahan) dan b+

    (tingkat kekuningan/ yellowness) yang cukup tinggi, menunjukkan adanya

    sumbangan warna pigmen dominan merah dan sebagian cenderung kearah merah

    orange, yang merupakan ciri warna dari pigmen antosianin.

    4.2 Tablet Effervescent Mawar

    4.2.1 Kadar Air dan Tekstur

    Berdasarkan Uji DMRT 5% diketahui bahwa perlakuan P2G1 (isopropanol

    dengan dekstrosa) diperoleh nilai kadar air tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

    Hal ini disebabkan jenis gula dekstrosa memiliki sifat lebih hidroskopis dari pada

    sukrosa, seperti pendapat Fennema (1976) bahwa dekstrosa lebih higroskopis karena

    memiliki ikatan rantai karbon terbuka sehingga lebih mudah mengikat O2.

    Tekstur terbaik diperoleh pada P1G1 ( Aquades dengan Sukrosa) dengan nilai

    tekstur terendah 20,00 g/detik. Hal ini disebabkan gula sukrosa memiliki kerapatan

    yang cukup tinggi sehingga tekstur tablet effervescent mawar semakin keras. Hal ini

    didukung oleh De Man (1997), menyatakan bahwa proses kristalisasi sukrosa terjadi

    akibat penggabungan molekul sukrosa sehingga kerapatan antara molekul sukrosa

    semakin tinggi dan menyebabkan tekstur lebih keras.

    Tabel 5. Rerata Kadar Air dan tekstur Tablet Effervescent Mawar Akibat Interaksi Perlakuan Jenis Pelarut dengan Jenis Gula.

    Perlakuan Kadar Air (%) Tekstur (g/detik) P1G1 ( Aquades dengan Sukrosa) P1G2 ( Aquades dengan Dekstrosa) P2G1(Isopropanol dengan Dekstrosa) P2G2 (Isopropanol dengan Sukrosa)

    15,86 c 13,96 a 15,92 c 15,12 b

    20,00 a 26,66 b 27,33 b 27,00 b

    Keterangan: Angka rerata dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan (DMRT) 5%.

  • 11

    4.2.2 Uji Larutan Tablet Effervescent Mawar

    a Nilai pH dan Kelarutan

    Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa sukrosa memiliki pH yang relatif

    lebih tinggi yaitu 6,43 dibandingkan pH dekstrosa yaitu sebesar 6,36 (Yustita, 2001).

    Peningkatan niali pH karena konsentrasi gula yang ditambahkan mengakibatkan air

    yang ada pada pigmen terserap gula. Menurut Maitz (1965), menyatakan bahwa

    penambahan gula akan mempercepat terjadinya dehidrasi pada bahan yang akan

    menurunkan nilai kadar air suatu bahan, akan menambah gugus OH yang akan

    berikatan dengan H+ dari asam menjadi air yang mempunyai pH netral, sehingga

    menyebabkan peningkatkan nilai pH pada suatu bahan.

    Pelarut isopropanol mempuyai kelaruran lebih cepat dibandingkan aquades.

    Hal ini diduga bahwa kombinasi pelarut air dan isopropanol memiliki kesesuaian

    daya larut (soluble solvent) dengan senyawa-senyawa yang terkandung dalam tablet

    effervescent, baik dari segi polaritas maupun tingkat kelarutannya (Adnan,1997).

    Gambar 3. Rerata Nilai Kecepatan Larut Tablet Effervescent Mawar Akibat Perlakuan Jenis Pelarut Dengan Jenis Gula

    Dari Gambar 3 diketahui bahwa jenis gula sukrosa memiliki nilai kecepatan

    larut yang lebih cepat dibandingkan dengan dekstrosa. Hal ini disebabkan karena

    sukrosa mempunyai sifat yang lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan

    dekstrosa, karena pelarut aquades yang digunakan sama dengan suhu ruang.

    6.529

    6.502

    6.480

    6.490

    6.500

    6.510

    6.520

    6.530

    6.540

    Aquades Isopropanol

    Perlakuan

    pH

    Gambar 2. Rerata Nilai pH Larutan Tablet Effervescent Mawar akibat perlakuan jenis pelarut.

    1.2660

    1.3342

    1.2200

    1.2400

    1.2600

    1.2800

    1.3000

    1.3200

    1.3400

    Sukrosa Dekstosa

    Perlakuan

    Kec

    epatan

    Larut (g

    /detik)

  • 12

    Tjokroadikoesoemo (1993), menyatakan bahwa kelarutan dekstrosa pada suhu diatas

    600 C lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa, tetapi pada suhu dibawah 600 C

    kelarutan sukrosa lebih tinggi dari pada glukosa atau dekstrosa.

    b. Uji Warna Larutan Tablet Effervescent Mawar

    Tabel 6. Rerata Nilai Kemerahan (a+) Larutan Tablet Effervescent Mawar Akibat Interaksi Perlakuan Jenis Pelarut dengan Jenis Gula.

    Perlakuan Nilai Kemerahan (a+)

    Nilai kekuningan (b+)

    P1G1 ( Aquades dg Sukrosa) P1G2 ( Aquades dg Dekstrosa) P2G1 (Isopropanol dg Dekstrosa) P2G2 (Isopropanol dg Sukrosa)

    4,83 b 4,16 ab 3,30 ab 1,40 a

    0,50 a 1,46 b

    1,70 bc 3,13 c

    Keterangan: Angka rerata dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan (DMRT) 5%.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis pelarut aquades dengan

    kombinasi asam sitrat menunjukan konsentrasi antosianin yang lebih tinggi

    dibandingkan ekstraksi dengan menggunakan pelarut isopropanol. Kondisi tersebut

    sesuai dengan hasil pengamatan terhadap warna tablet effervescent mawar yang

    dihasilkan. Menurut Bridle dan Timberlake (1997), antosianin merupakan pewarna

    alami yang berasal dari famili flavonoid yang larut dalam air (water soluble). Selain

    itu juga ditunjukkan oleh warna sukrosa yang lebih gelap daripada destrosa, sehingga

    mempengaruhi tingkat kemerahan yang cukup tinggi pada tablet effervescent mawar.

    c. Uji Organoleptik Tablet Effervescent Mawar

    (i) Uji Warna dan Rasa

    Tabel 7. Rerata Skor Warna dan Rasa Tablet Effervescent Mawar Akibat Interaksi Perlakuan Jenis Pelarut dengan Jenis Gula.

    Perlakuan Skor Warna Skor Rasa P1G1 ( Aquades dengan Sukrosa) P1G2 ( Aquades dengan Dekstrosa) P2G1 (Isopropanol dengan Dekstrosa) P2G2 (Isopropanol dengan Sukrosa)

    3,00 c 2,53 b 1,60 a 2,86 b

    1,33 a 1,33 a 2,00 a 2,67 b

    Keterangan: Angka rerata dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan (DMRT) 5%.

  • 13

    Keterangan: 1 = Sangat tidak menarik/enak 3 = Menarik/ enak 2 = Tidak menarik/enak 4 = Sangat menarik/ enak

    Dari Tabel 7 diketahui bahwa bahan penstabil sukrosa lebih disukai oleh

    panelis daripada bahan penstabil dekstrosa, karena warna yang diberikan sukrosa

    pada larutan tablet effervescent mawar hampir mendekati warna effervescent

    bluecurent yang sudah ada. Selain itu juga disebabkan oleh jenis pelarut aquades

    dengan kombinasi asam sitrat yang menhasilkan antosianin yang lebih banyak

    dibandingkan ekstraksi dengan isopropanol. Menurut Bridle dan Timberlake (1997),

    antosianin merupakan pewarna alami yang berasal dari family flavonoid yang larut

    dalam air (water soluble). Selain itu juga dipengaruhi oleh warna sukrosa yang lebih

    gelap daripada destrosa, sehingga mempengaruhi tingkat kemerahan yang cukup

    tinggi pada tablet effervescent mawar. Panelis lebih cenderung menyukai larutan

    tablet effervescent mawar dengan penambahan jenis gula sukrosa dengan pelarut

    isopropanol, karena sukrosa mempunyai tingkat kemanisan yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan dekstrosa.

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Terjadi interaksi antara perlakuan varietas bunga mawar dan jenis pelarut

    terhadap pH, kecerahan (L), kemerahan (a+), kekuningan (b+) dan absorbansi

    pada bubuk ekstrak mawar.

    2. Perlakuan jenis pelarut aquades dengan jenis varietas bunga Belanda

    menghasilkan bubuk ekstrak mawar terbaik dengan kadar air 8,931 %; pH 3,64;

    absorbansi 0,5220 nm; intensitas kecerahan (L) 47,13; kemerahan (a+) 2,53l;

    kekuningan (b+) 6,57;

    3. Perlakuan pada penggunaan jenis pelarut dengan jenis gula berpengaruh sangat

    nyata terhadap kadar air, tekstur, kemerahan (a+), kekuningan (b+), gula total,

  • 14

    organoleptik rasa, warna dan kenampakan, kecuali analisa viskositas dan

    organoleptik pada aroma tablet effervescent mawar.

    4. Hasil penelitian tablet effervescent ekstrak mawar menunjukan bahwa perlakuan

    terbaik terdapat pada perlakuan jenis pelarut aquades dan jenis gula sukrosa

    dengan hasil : kadar air 15,86 %; tekstur 20 g/detik; pH 6,55; gula reduksi 01,23;

    kecepatan larut 1,34 g/detik; TPT 0,99 %; viskositas 0,03 cps; kecerahan (L)

    39,07; kemerahan 4,84; kekuningan 0,50; dan organoleptik rasa 1,94; warna 3,00;

    aroma 1,94; dan kenampakan 2,40; tablet effervescent mawar.

    5.2 Saran Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk perbaikan rasa dan aroma minuman

    tablet effervescent mawar, dan perlu segera dilakukan pengemasan terhadap tablet

    effervescent menggunakan kemasan aluminium foil serta berbentuk tube dan vakum.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abas,Asmi & Elfi Anis Saati. (2003). Identifikasi dan Karakterisasi Pigmen Antosianin Bunga Kana serta Aplikasinya pada Produk Makanan. Skripsi. Jurusan THP, Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Borzelleca, J.F. and Hallagan,J.B. (1992) Safety and Regulatory Status of

    Food,Drug, and Cosmetic Color Additives. American Chemical Society. Washington,DC.

    Bridle dan Timberlake (1997) De Man,J.M. (1989) Principles of Food Chemistry (terjemahan Kosasih). Van

    Norstand Reinhold. A Division of Wadswort. Inc., New York. Eskin.N.A.M. (1990) Biochemistry of Foods. Second Edition. Academic Press, Inc.

    San Diego, California. Francis, F.J. (1982) Analysis of Anthocyanins. Di dalam Markakis, P., (ed).

    Anthocyanin as Food Colors. Academic Press. New York. Harborne, J.B.. (1987) Metode Fetokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

    Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. Hanum, T. (2000) Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna Alami dari Katul Beras

    Ketan Hitam (Oryza sativa glutinosa). Buletin Teknologi & Industri Pangan 11 (1) : 10 -14.

  • 15

    Hembing W., H.M., Setiawan D., Agustinus S.W., Thomas Y. dan W. Bambang. (1996) Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid II. Pustaka Kartini. Jakarta.

    Morhle, R., 1989. Effervescent Tablet. dalam Nugroho, S. 1999. Penambahan Komponen Berprotein pada Minuman Serbuk Effervescent. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.

    Jenie, B.S.L., K.D. Mitrajanty dan S. Fardiaz. (1997) Produksi Konsentrat dan Bubuk Pigmen Angkak dari Monascus purpureus. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 7 : 39 - 46.

    Lewis, D.H., Bloor, S.J. and Mitchell, K.A. (1997) Flower Colour in Cymbidium, What Makes up The Colour You See ?. http : // www.crop.cri/nz/meida kit/Release/971308835.htm.

    Maga and Anthony. (1994). Food Additive Toxicologi. Universitas Fort Collen Colorado.

    Markham, K.R. (1988) Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Penerbit ITB. Bandung. Nollet, L.M.L. (1996) Hand Book of Food Analysis. Two Edition. Marcel Dekker,

    Inc. New York. Rukmana, R. (1995). Mawar.Seri Bunga Potong. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Saati, E.A.(2005). Studi Efektivitas Penggunaan Esktrak PigmenBunga Mawar (Rosa

    sp) Sortiran sebagai Zat Pewarna Alami Produk Minuman. Penelitian Dosen Muda, DP3M-DIKTI.

    Saati, E.A. Susetyorini, E., Mujianto.(2006-2007). Optimalisasi Fungsi Ekstrak Pigmen Bunga Kana (Canna sp) sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan Alami melalui Isolasi dan Karakterisasi. Penelitian Fundamental DP2M-DIKTI.

    Sari, Diah Permata & Elfi Anis Saati. (2003). Pengujian Efektivitas Penggunaan Jenis Pelarut dan Asam dalam Ekstraksi Pigmen Antosianin Bunga Kanan. Skripsi. Jurusan THP, Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang.

    Tjokroadikoesoemo (1993) Tranggono (1990 un Khoc cho nho thuong voi trong long, khoc cho noi sau nhe nhu khong. Bao nhieu

    yeu thuong nhung ngay qua da tan theo khoi may bay that xa... http://thucaithoi.xlphp.net

    Winarn Khoc cho nho thuong voi trong long, khoc cho noi sau nhe nhu khong. Bao nhieu yeu

    thuong nhung ngay qua da tan theo khoi may bay that xa... http://thucaithoi.xlphp.net

    o, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.