bumi maret 2014

13
No.14 I Maret 2014 BULETIN SKK MIGAS AKSELERASI EOR TINGKATKAN PRODUKSI MINYAK / KOORDINASI MENGATASI PERMASALAHAN HUKUM / EOR, ANTARA KEBUTUHAN DAN TANTANGAN

Upload: ariezuhuy

Post on 29-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

migas

TRANSCRIPT

Page 1: Bumi Maret 2014

No.14 I Maret 2014BULETIN SKK MIGAS

AKSELERASI EOR TINGKATKAN PRODUKSI MINYAK / KOORDINASI MENGATASI PERMASALAHAN HUKUM / EOR, ANTARA KEBUTUHAN DAN TANTANGAN

Page 2: Bumi Maret 2014

2 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 3

DAFTAR ISI SALAM REDAKSI3 Mengupayakan Peningkatan Produksi Minyak

FOKUS4 Akselerasi EOR Tingkatkan Produksi Minyak

6 Sinergi Bersama untuk Penerapan EOR

PERSPEKTIF8 Koordinasi Mengatasi Permasalahan Hukum

10 SEREMONIAL

BIANGLALA14 Bantuan untuk Korban Bencana

14 Rakor Kehumasan Kalsul Targetkan Program Lebih Baik

15 Peringati Hari Pers Nasional, Industri Hulu Migas Gelar Lomba

15 SKK Migas-Mubadala Petroleum Bantu Sekolah Dasar

FIGUR16 Mohammad Rivai Lasahido Kepala Dinas Penerapan EOR SKK Migas EOR, Antara Kebutuhan dan Tantangan SPEKTRUM18 Trust Untuk Industri Hulu Migas 19 AMORe 2014 Untuk Pencapaian Filling The

Gap Produksi Nasional

TANGGUNG JAWAB SOSIAL20 Membangun Usaha Bersama LKMS Artha Loka

OPINI22 Trilogi Eksplorasi Migas Indonesia (2) Wilayah Kerja Eksplorasi: Strategi Mempersiapkan “Generasi Penerus”

Produksi Migas

SALAM REDAKSI

4

HANDOYO BUDI SANTOSOKepala Bagian Hubungan Masyarakat

Redaksi : Pelindung J. Widjonarko, Gde Pradnyana / Penanggungjawab Handoyo Budi Santoso / Pemimpin Redaksi Zuldadi Rafdi / Editor Heru Setyadi, Ryan B. Wurjantoro / Tim Redaksi Adhitya C, Utama, Alfian, Galuh Andini, Heri Slamet, Ruby Savira, Suhendra Atmaja

Redaksi memerima masukan artikel melalui : [email protected] [email protected] : Bagian Komunikasi dan Protokol SKK MigasAlamat : Gedung Wisma Mulia Lt.30, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710Facebook : Humas SKK Migas | Twitter @HumasSKKMigas www.skkmigas.go.id

Memang, belum banyak kontraktor KKS yang menerapkan EOR karena kendala biaya, waktu, dan sumber daya manusia. Belum adanya kepastian mengenai perpanjangan kontrak wilayah kerja juga menjadi salah satu penyebab mengapa kontraktor KKS memilih untuk tidak melakukan EOR.

Pemecahan masalah ini membutuhkan kerja sama semua pihak, baik yang terjun langsung di kegiatan usaha hulu migas maupun industri-industri yang bisa mendukung EOR. Sektor industri maupun institusi pendidikan bisa berkontribusi melalui inovasi-inovasi maupun teknologi baru yang bisa mempermudah pelaksanaan EOR. Berkembangnya EOR juga akan membawa dampak positif bagi sektor industri sebagai pemasok bahan kimia untuk kegiatan EOR.

Apabila semua pihak bersinergi bersama, pencapaian target produksi migas seperti yang tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 bisa terwujud. Peningkatan produksi migas setidaknya bisa menekan impor minyak sehingga neraca perdagangan tidak lagi negatif. Negara juga diuntungkan dari sisi pendapatan karena penerimaan dari sektor migas terus bertambah.

Peningkatan produksi migas menjadi sesuatu yang acap didengungkan dalam beberapa tahun terakhir. Lifting minyak yang makin turun tiap tahun di saat konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) terus meningkat menjadi salah satu faktor yang mendorong kian gencarnya upaya pemerintah untuk mendongkrak produksi minyak. Upaya mengurangi konsumsi BBM juga dilakukan dengan melakukan konversi bahan bakar dari minyak ke gas atau nabati.

Di sisi hulu, upaya serupa juga terus dilakukan, mulai dari eksplorasi di laut dalam hingga memaksimalkan produksi di lapangan-lapangan yang sudah tua, termasuk melalui penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Sejauh ini, baru Lapangan Duri yang telah sukses menerapkan EOR. Dengan melakukan kegiatan EOR, Lapangan Duri mampu mengangkat 80 persen cadangan minyak yang tersimpan di sana. Meski belum banyak, beberapa lapangan lainnya, seperti Lapangan Minas, Lapangan Kaji, dan Lapangan Widuri, sudah mulai mengikuti jejak Lapangan Duri meski belum mulai menghasilkan.

Upaya penerapan EOR yang sudah dilakukan di beberapa lapangan di Indonesia patut diacungi jempol mengingat biaya yang dibutuhkan tidak sedikit dan waktu yang diperlukan untuk melakukan studi cukup panjang. Tantangan ini diharapkan tidak menyurutkan niat kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) untuk melirik EOR karena masih banyak lapangan di Indonesia yang bisa di-EOR-kan. SKK Migas terus mendorong kontraktor KKS untuk menerapkan teknologi serupa di lapangan-lapangan lain. Pasalnya, cadangan minyak di lapangan-lapangan yang sudah masuk fase sekunder maupun tersier masih sangat banyak.

MENGUPAYAKAN PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK

6

16

19

8

Page 3: Bumi Maret 2014

4 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 5

FOKUS FOKUS

cadangan minyak Indonesia, ada 53 lapangan dengan sisa cadangan antara 100-200 juta barel atau sebanyak 21 persen. Sisa cadangan antara 200-500 juta barel atau sebanyak 39 persen ada di 42 lapangan. Sementara cadangan dengan sisa lebih dari 500 juta barel atau sekitar 40 persen ada di 13 lapangan. “Ada potensi minyak yang besar untuk diangkat dengan menggunakan EOR. Ini menjadi tantangan bagi kita semua,” kata Aussie.

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengakselerasi kegiatan EOR, salah satunya dengan memberikan insentif kepada kontraktor KKS yang melakukan kegiatan EOR sesuai kontrak yang ditandatangani. Pemerintah juga turut mendorong kegiatan EOR melalui Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edy Hermantoro, mengatakan studi tentang karakteristik reservoir seharusnya menjadi persyaratan saat SKK Migas mengajukan rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD). Dengan bekal studi yang dilakukan sejak awal, EOR bisa diterapkan begitu produksi minyak di salah satu lapangan sudah menurun. Apabila studi EOR baru dilakukan saat produksi suatu lapangan sudah turun, waktu yang terbuang cukup banyak. Pasalnya, sejak uji coba dilakukan hingga minyak dihasilkan melalui EOR memakan waktu lama. “Sebelum memulai kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, studi EOR harusnya sudah ada. Namun yang ada sekarang, orang baru berbondong-bondong melakukan studi EOR saat produksi minyak suatu lapangan sudah declining,” kata Edy.

Edy menambahkan, EOR bukan sesuatu yang tidak bisa diterapkan di Indonesia karena teknologi maupun dana yang dibutuhkan sudah ada. Namun butuh kerja sama semua pihak agar EOR bisa berjalan maksimal dan mampu memberi sumbangan yang signifikan terhadap produksi minyak nasional.

ribu barel per hari. Selain itu, uji coba EOR juga dilakukan di Lapangan Minas, Kaji, Tanjung, Widuri, dan Limau. Dari kelima lapangan tersebut, Lapangan Minas dan Kaji berpotensi menghasilkan minyak melalui kegiatan EOR.

“Apabila dijalankan dengan benar, EOR terbukti bisa membuahkan hasil dengan tambahan produksi minyak yang signifikan,” kata Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas, Aussie B. Gautama, dalam Diskusi Panel EOR III di Jakarta, pada pertengahan Februari 2014.

Aussie mengatakan, Indonesia seharusnya bisa berkaca pada Cina yang menjadi acuan penerapan EOR di seluruh dunia. Dengan menerapkan EOR, Cina bisa mempertahankan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari selama 28 tahun. “Kalau di Cina bisa, seharusnya di negara mana pun bisa,” katanya.

Lapangan Duri memang tercatat sebagai kisah sukses penerapan EOR di Indonesia. Namun perlu akselerasi penerapan EOR agar hasilnya bisa lebih maksimal. Akselerasi dibutuhkan karena sebanyak 497 lapangan di Indonesia atau sekitar 94 persen sudah depleted, di mana cadangan minyak pada lapisan primer sudah mulai menipis. Hanya 137 lapangan atau sekitar enam persen yang relatif masih baru. Inilah mengapa produksi minyak nasional terus turun. Lapangan-lapangan yang sudah berproduksi terus dibor, namun penemuan lapangan baru tidak terlalu signifikan.

Melalui akselerasi EOR, cadangan minyak yang ada bisa dimaksimalkan. Cadangan minyak di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan mencapai 27 miliar barel. Dari angka ini, cadangan minyak yang sudah diproduksikan mencapai 23,5 miliar barel dan ada 3,3 miliar barel yang masih tersisa. Dari sisa tersebut, sebanyak 46 juta barel diharapkan bisa diangkat dengan menggunakan teknologi EOR.

Meski demikian, sisa kandungan minyak di tiap lapangan tidak sama. Berdasarkan data status

Jumlah itu naik menjadi 45 juta kiloliter pada tahun 2012. Meski pemerintah menaikkan harga BBM tahun lalu, konsumsi BBM tetap naik menjadi 46,7 juta kiloliter. Sementara tahun ini, konsumsi BBM diprediksi mencapai 48-49 juta kiloliter.

Imbas kenaikan konsumsi BBM adalah Indonesia harus mengimpor minyak karena jumlah produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Melihat kondisi ini, peningkatan produksi minyak menjadi solusi utama untuk mengurangi impor minyak dan mencegah terjadinya krisis energi di Indonesia. Selain penemuan cadangan baru, upaya peningkatan produksi minyak bisa dilakukan dengan menerapkan teknik lanjutan untuk mengangkat minyak atau biasa disebut Enhanced Oil Recovery (EOR). Dengan teknologi ini, “sisa” minyak yang sebelumnya belum bisa terproduksi melalui fase produksi primer dan sekunder dapat terangkat ke permukaan.

Di Indonesia, EOR bukanlah “barang baru”. Saat ini, EOR sudah diterapkan di Lapangan Duri dengan operator PT Chevron Pacific Indonesia. Dengan teknologi EOR, lapangan ini mampu memproduksi minyak hingga mencapai 296

Peningkatan produksi minyak menjadi hal yang mutlak harus dilakukan sekarang karena Indonesia berada di ambang krisis energi. Upaya untuk meningkatkan produksi minyak perlu digalakkan karena produksi makin lama makin turun disebabkan cadangan minyak semakin berkurang. Pada tahun 1970 dan 1990-an, produksi minyak bisa mencapai lebih dari 1.5 juta barel per hari. Namun kondisinya sudah berbeda sekarang.

Tahun 2013, lifting minyak mencapai 826 ribu barel per hari. Tahun ini, rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) yang disusun SKK Migas bersama kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) menetapkan target lifiting sebesar 804 ribu barel per hari. Angka tersebut di bawah target lifting minyak yang ditetapkan APBN 2014, yakni sebesar 870 ribu barel per hari.

Apabila upaya peningkatan produksi minyak tidak dilakukan, lifting minyak mungkin hanya mencapai 700 ribu barel per hari, bahkan bisa turun hingga 500 ribu barel per hari. Di sisi lain, konsumsi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) terus mengalami kenaikan tiap tahun. Pada tahun 2011, konsumsi BBM nasional mencapai 40 juta kiloliter.

AKSELERASI EOR TINGKATKAN

PRODUKSI MINYAKOleh: Adhiya Cahya Utama/[email protected]

Page 4: Bumi Maret 2014

6 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 7

FOKUS FOKUS FOKUS FOKUS

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani, mengatakan peningkatan lifting migas harus dilakukan karena sektor ini masih menjadi kontributor utama untuk penerimaan negara. Tahun lalu, penerimaan negara dari sektor migas mencapai US$31,3 miliar. Ini berarti, penerimaan negara dari sektor migas masih sangat tinggi dan signifikan.

“Apabila lifting migas turun, penerimaan negara juga bisa mengalami penurunan,” kata Askolani.

Upaya meningkatkan lifting migas juga diperlukan untuk menjaga neraca perdagangan agar tetap positif. Sebagai informasi, minyak yang dihasilkan Indonesia ada yang diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan ada pula yang diekspor. Namun sejak enam tahun lalu, Indonesia sudah tidak lagi mengekspor minyak. Meski demikian, hingga tahun 2010, ekspor migas Indonesia masih positif apabila digabung dengan ekspor gas.

Setelah tahun 2010, kondisi berbalik. Ekspor migas Indonesia tidak lagi positif. Indonesia bahkan lebih banyak melakukan impor migas. Apabila tidak segera dicari pemecahannya, kondisi ini bisa menjadi masalah di masa depan karena konsumsi BBM nasional terus naik. Neraca perdagangan bisa berubah menjadi negatif apabila impor minyak terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional.

Neraca perdagangan yang negatif, khususnya dari sektor migas, akan berdampak pada melemahnya kurs rupiah. Kondisi ini juga bisa mengancam cadangan devisa negara yang saat ini mencapai US$100 miliar. “Kita tidak bisa hanya melihat kondisi sekarang, tapi juga harus memikirkan kondisi 10-30 tahun ke depan,” kata Askolani.

berkutat di industri hulu migas, tetapi juga sektor lain seperti perindustrian dan institusi pendidikan,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edy Hermantoro.

Menurut Edy, penerapan teknologi EOR membutuhkan sinergi untuk menyiapkan bahan kimia yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 sudah menjelaskan peran masing-masing kementerian dalam mendukung peningkatan produksi migas dan pengurangan impor BBM. Kementerian ESDM bertugas mengatur regulasi tentang kegiatan usaha hulu migas. Kementerian Keuangan berupaya meringankan beban pajak melalui tax allowance. Sementara Kementerian Perindustrian mendorong industri nasional agar bisa mendukung pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha hulu migas. “Jadi sebenarnya tinggal menjahit dari sisi aturan. Sinergi yang terjalin harus dilakukan secara transparan demi kebaikan bangsa dan negara,” kata Edy.

Kepala Subdirektorat Industri Kimia Organik Dasar Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam, mengatakan industri kimia berkaitan erat dengan industri hulu migas. Di satu sisi, kegiatan usaha di industri kimia membutuhkan pasokan migas. Di sisi lain, industri kimia memproduksi surfaktan yang dibutuhkan dalam kegiatan EOR. Timbal balik ini yang harus dipikirkan bersama. “Industri kimia juga harus ikut memikirkan bagaimana cara meningkatkan lifting migas. Kementerian Perindustrian sendiri mulai aware dengan EOR sejak tahun 2004 dan sudah melakukan penelitian untuk surfaktan bersama Jurusan Teknik Kimia dan Teknik Perminyakan ITB,” kata Muhammad Khayam.

kegiatan Chemical EOR (CEOR). Bahan kimia yang dibutuhkan dalam kegiatan ini rata-rata sebanyak 10 kilogram per barel minyak. Apabila kegiatan EOR berhasil mengambil seluruh sisa cadangan minyak, bahan kimia yang dibutuhkan mencapai 8 juta ton.

Seluruh bahan kimia tersebut tidak mungkin diinjeksikan dalam satu hari. Artinya, kegiatan EOR membutuhkan pasokan bahan kimia yang sangat besar dalam jangka waktu lama. Kondisi ini jelas berdampak pada perkembangan perindustrian di Indonesia karena EOR perlu dukungan sektor industri untuk memenuhi kebutuhan bahan kimia yang tepat untuk diinjeksikan.

“Untuk bisa berjalan lancar, kegiatan EOR memerlukan kemudahan dalam pengadaan bahan kimia,” kata Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas, Aussie B. Gautama.

Selain sektor perindustrian, upaya akselerasi kegiatan EOR membutuhkan dukungan pemerintah terkait regulasi guna memudahkan perizinan dan pengurangan beban pajak. Institusi pendidikan turut memegang peranan penting dalam memformulasikan surfaktan yang digunakan untuk menginjeksi sumur.

Sejauh ini, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) dilibatkan untuk pembuatan formula kimia. Sementara UPN Veteran Yogyakarta terlibat dalam pembuatan fasilitas injeksi. Kerja sama dengan institusi luar negeri juga dilakukan karena EOR memerlukan teknologi tinggi.

“Kegiatan EOR tidak hanya membutuhkan komitmen pihak-pihak yang selama ini sudah

Penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) menjadi salah satu upaya yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak nasional. Meski demikian, ada hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dan dicari solusinya agar kegiatan EOR bisa berjalan benar dan membuahkan hasil maksimal.

Teknologi EOR memang sudah lama berkembang, bahkan sudah diterapkan di Indonesia. Namun masih ada beberapa hal yang bisa mengganjal akselerasi EOR, salah satunya kebutuhan teknologi yang tidak murah. Untuk bisa memproduksikan minyak, teknologi EOR membutuhkan dana puluhan dolar per barel. Dengan harga minyak dunia US$ 100 per barel seperti sekarang, masalah biaya mungkin bukan menjadi kendala. Namun apabila harga minyak dunia mengalami fluktuasi seperti yang terjadi pada tahun 2008, biaya EOR bisa terus melambung.

Kegiatan EOR juga membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan formula kimia yang sesuai dengan kondisi reservoir. Waktu yang diperlukan untuk persiapan kegiatan EOR juga panjang karena ada beberapa fase yang harus dilewati. Monitoring EOR juga lebih kompleks karena kegiatan ini memiliki risiko kegagalan mengangkat minyak dari lapisan sekunder maupun tersier apabila injeksi yang dilakukan tidak tepat. Selain itu, EOR membutuhkan bahan kimia dalam volume yang sangat besar apabila kegiatan sudah mencapai tahap fullscale.

Meski ada berbagai hambatan yang menghadang, kegiatan EOR memiliki peluang besar yang layak dimaksimalkan. Artinya, ada peluang bisnis yang sangat besar dalam kegiatan EOR. Sekitar 50 persen dari total kegiatan EOR merupakan

Oleh: Adhiya Cahya Utama/[email protected]

SINERGI BERSAMA UNTUK PENERAPAN EOR

Page 5: Bumi Maret 2014

8 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 9

PERSPEKTIFPERSPEKTIF

Menurut Alan, persamaan fokus dan persepsi diperlukan dalam membangun komunikasi antara kontraktor KKS dan SKK Migas karena sektor migas adalah sektor yang unik dan memiliki karakteristik sendiri. Inilah alasan mengapa program pengembangan perlu dilakukan agar mereka yang baru terjun di industri hulu migas, terutama di bagian hukum, benar-benar memahami karakteristik industri ini. “Dengan tumbuh dan berkembang bersama, dialog antara kontraktor KKS dan SKK Migas akan berjalan lebih mudah,” kata Alan.

Alan juga menyarankan agar SKK Migas lebih menyederhanakan pedoman tata kerja (PTK) yang ditetapkan agar kendala yang terjadi di lapangan bisa segera tertangani. PTK yang lebih sederhana juga bisa mengurangi beban SKK Migas karena tidak perlu menangani hal-hal yang terlalu mikro.

Komunikasi yang terbangun dengan sangat baik antara SKK Migas dan kontraktor KKS akan mendukung upaya mewujudkan percepatan realisasi target produksi setiap tahun. Target produksi minyak nasional secara keseluruhan seperti tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 tentang peningkatan produksi migas nasional juga bisa tercapai.

Kendala yang dihadapi di lapangan, khususnya terkait proses pengadaan tanah dan perizinan, diharapkan bisa diselesaikan melalui forum yang sudah dibentuk sehingga program-program eksplorasi maupun produksi yang telah direncanakan SKK Migas bersama kontraktor KKS bisa berjalan sukses.

menjadi tantangan bagi industri hulu migas di tengah upaya meningkatkan produksi migas. Tantangan yang ada hendaknya dihadapi kontraktor KKS dengan tetap berkoordinasi dengan SKK Migas selaku lembaga yang mengawasi dan mengendalikan kegiatan usaha hulu migas melalui sebuah forum.

Dengan kolaborasi antar fungsi-fungsi terkait di SKK Migas, forum tersebut bisa menjadi sarana untuk meningkatkan koordinasi dalam rangka mempercepat proses penyelesaian pengadaan tanah dan perizinan terkait kegiatan usaha hulu migas. Adanya sebuah forum juga mempermudah komunikasi antara SKK Migas dengan kontraktor KKS apabila terjadi masalah yang berkaitan dengan KKS, perpanjangan wilayah kerja, penyusunan kontrak-kontrak komersial maupun penyelesaian sengketa hukum antara kontraktor KKS dengan pihak ketiga dan institusi penegak hukum.

Komunikasi yang bagus dan berjalan lancar memang menjadi kunci untuk menyamakan fokus antara kontraktor KKS dan SKK Migas bisa menjadi sarana menyelesaikan masalah, terutama yang berkaitan dengan hukum dan pertanahan. Melalui komunikasi yang terbuka, kontraktor KKS bisa menyampaikan apa yang menjadi permasalahan di lapangan kepada SKK Migas.

“Banyak hal yang bisa dijadikan landasan untuk membangun dialog yang positif antara kontraktor KKS dan SKK Migas, khususnya Divisi Pertimbangan Hukum dan Formalitas. Melalui dialog ini, persamaan fokus akan terbangun dalam mengatasi kendala di lapangan,” kata Vice President and Chief Legal Counsel PT Pertamina (Persero), Alan Frederick.

Selain pengadaan lahan, masalah lain yang kerap dihadapi kontraktor KKS adalah kendala perizinan. Sebagai informasi, ada 69 jenis perizinan yang harus dimiliki kontraktor KKS sebelum memulai kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Puluhan perizinan itu tersebar di 283 cabang. Imbasnya, kontraktor KKS butuh waktu lama untuk bisa mengantongi izin yang disyaratkan. Kondisi ini jelas menjadi penghambat upaya meningkatkan produksi migas nasional. Investor pun enggan menanamkan modal di sektor hulu migas di Indonesia karena harus menghadapi prosedur perizinan yang panjang.

“Masalah ini sudah mulai dicari pemecahannya dengan cara menyederhanakan perizinan untuk sektor migas yang sudah pernah dibahas di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian,” kata Lambok.

Namun apa pun permasalahan yang dihadapi industri hulu migas, produksi tetap harus berjalan karena penerimaan negara tidak bisa berhenti. Kondisi ini

Industri hulu migas menghadapi kondisi yang kurang kondusif dalam beberapa tahun terakhir. Permasalahan cost recovery dan produksi menjadi sorotan publik. Sementara masalah yang menyangkut hukum dan pertanahan, seperti perizinan dan pengadaan lahan, menjadi kendala yang dihadapi kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) di lapangan.

Permasalahan yang dihadapi kontraktor KKS saat ini cukup pelik. Sebagai contoh, untuk pengadaan tanah di Bojonegoro, Exxon Mobil harus membayar cukup mahal karena pemilik tanah menaikkan harga NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) hingga 13 kali lipat. Kendala semacam ini bisa menghambat produksi minyak Exxon Mobil karena apabila tidak dibayar fasilitas produksi mereka akan ditutup. Padahal, lapangan yang dioperasikan Exxon Mobil di wilayah tersebut mampu memproduksi minyak hingga 27 ribu barel per hari.

Menghadapi kondisi semacam ini, kontraktor KKS disarankan agar tidak langsung mengambil keputusan dan lebih dulu mengkonsultasikannya ke SKK Migas. Bersama SKK Migas, kontraktor KKS bisa meminta pertimbangan ke lembaga-lembaga lain, seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pertanahan Nasional (BPN). Melalui konsultasi dengan lembaga-lembaga terkait, SKK Migas dan kontraktor KKS memperoleh masukan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.

“Konsultasi ke lembaga negara lain juga perlu untuk menghindari terjadinya masalah di kemudian hari setelah keputusan sudah dibuat,” kata Kepala Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas, Lambok H. Hutauruk, dalam acara Forum Komunikasi Fungsi Hukum dan Pertanahan SKK Migas-Kontraktor KKS 2014 di Jakarta pada akhir Januari 2014.

KOORDINASI MENGATASI PERMASALAHAN HUKUM

Oleh Adhitya Cahya Utama/[email protected]

Page 6: Bumi Maret 2014

10 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 11

SEREMONIALSEREMONIAL

1

5

4

2

4

66

2

3

Kunjungan Kerja Aceh Utara –– SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara dan kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) di wilayah Aceh Utara melakukan kunjungan kerja ke Kapolresta Aceh Utara, Ajun Komisaris Besar Polisi Gatot Sujono, pada 18 Februari 2014 untuk berterima kasih atas dukungan jajaran kepolisian dalam kegiatan usaha hulu migas.

Silaturahmi Lhokseumawe – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara dan kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) di wilayah Lhokseumawe bersilaturahmi ke Kapolresta Lhokseumawe, Ajun Komisaris Besar Polisi Joko Surachmanto, pada 18 Februari 2014 untuk berkoordinasi meminta dukungan pengamanan di wilayah kerja kontraktor KKS.

Seminar Mahasiswa – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara memperkenalkan kegiatan usaha hulu migas dalam kegiatan mahasiswa Politeknik Negeri Lhokseumawe bertema “Pemahaman Kegiatan Sektor Hulu Migas dalam Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Manusia Aceh” pada 19 Februari 2014.

1

2

3

Lawatan Pemerintah Daerah –– SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara bersama kontraktor kontrak kerja sama di wilayah Aceh Utara melakukan kunjungan ke Walikota Lhokseumawe dan Bupati Aceh Utara dalam rangka peningkatan koordinasi dan penyampaian rencana kerja tahun 2014 pada 19 Februari 2014.

Kunjungan Lapangan - Kepala SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara melakukan kunjungan lapangan wilayah operasi ExxonMobil Oil Indonesia di Point A Lhoksukon pada 19 Februari 2014.

Penyerahan Bantuan – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Utara bersama Bukit Energy Bohorok Ltd memberikan bantuan kepada pengungsi korban bencana erupsi Gunung Sinabung di Posko Desa Telaga, Kecamatan Bingai, Kabupaten Langkat pada 21 Februari 2014. Bantuan berupa makanan kemasan dan peralatan sekolah sebesar Rp 90 juta dibagikan kepada 225 kepala keluarga.

4

5

6

Silahturahmi Musi Banyuasin – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Selatan bersilaturahmi dengan Wakil Bupati Musi Banyuasin, Beni Hernedi, pada 5 Februari 2014 untuk meminta dukungan pemerintah setempat terkait kegiatan industri hulu migas pada tahun 2014.

Koordinasi Eurorich – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Selatan bersama Eurorich Group melakukan silahturahmi dan rapat koordinasi rencana kegiatan ke Pemerintah Kabupaten Banyuasin pada 11 Februari 2014

Pisah Sambut Kepala Urusan Operasi – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Selatan melaksanakan pisah sambut Kepala Urusan Operasi SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Selatan pada 27 Februari 2014.

1

2

3

Perjanjian Kerja Sama Kampanye Media – SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Selatan dan kontraktor kontrak kerja sama di wilayah Sumatera Selatan melaksanakan penandatanganan kerja sama kampanye media bersama Sumatera Ekspres, Sriwijaya Post, dan Tribun Sumsel pada 28 Desember 2014

Pertemuan Lahat – Kepala SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Selatan, Tirat Sambu (kiri), menyerahkan memento ke Wakil Bupati Lahat, Marwan Mansyur, saat melakukan sosialisasi mengenai kegiatan hulu migas ke Pemerintah Kabupaten Lahat bersama PT Bunga Mas Int pada 26 Februari 2014.

Pengenalan Kegiatan Hulu Migas – Pada 18 Februari 2014, SKK Migas Perwakilan Sumatera Bagian Selatan dan PHE Metra 7 melakukan sosialisasi rencana penetapan lokasi atau persetujuan prinsip pengeboran kepada Pemerintah Kabupaten Muara Enim.

4

5

6

KEGIATAN SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN UTARA KEGIATAN SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN SELATAN

1

3

5

Page 7: Bumi Maret 2014

12 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 13

6

4

10

7

11 12

3

5

1

8

2

9Pelantikan Pejabat Baru – Sebanyak 61 pejabat setingkat kepala divisi, kepala dinas, dan kepala sub dinas menempati posisi baru. Prosesi pelantikan dipimpin Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SKK Migas, J. Widjonarko, di Jakarta pada 24 Februari 2014. Widjonarko mengatakan pelantikan kali ini merupakan kelanjutan proses penataan organisasi di lingkungan SKK Migas.

Kunjungan Kerja Boven Digul – Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Boven Digul, Yesayas Merasi (kedua dari kiri), bersama Sekretaris Kabupaten Boven Digul, Evert Safuf (kanan), menerima kunjungan SKK Migas Perwakilan Papua dan Maluku dan ConocoPhillips Warin.

Maulid Nabi – SKK Migas menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1436 Hijriah di kantor SKK Migas Jakarta, 27 Februari 2014. Dalam siraman rohani yang dibawakan KH Dimyati Badruzzaman, disampaikan bagaimana menjadi Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan panutan dalam hidup sehari-hari.

Diskusi Investor Daily – Sekretaris SKK Migas, Gde Pradnyana (kedua dari kanan), berfoto bersama usai Forum Energi yang digelar Harian Investor Daily di Jakarta pada 18 Februari 2014.

Bantuan Kalsul – SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi bersama Total E&P Indonesie memberikan bantuan bagi korban kebakaran di Balikpapan. Bantuan diserahkan langsung oleh Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan SKK Migas, Agus Mulyana, dan Kepala Departemen Community Empowerment Relation (CER) Total E&P Indonesie, Rochmat Djatmiko, pada 18 Februari 2014.

Kunjungan Kerja Plaju – Sekretaris SKK Migas, Gde Pradnyana, melakukan kunjungan kerja ke PT Pertamina RU III Plaju pada 11-12 Februari 2014. Selain ke Plaju, Gde juga mengunjungi PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih dan PT Medco E&P Indonesia.

1 & 2 8

9

10

3

Pengajian HWS – Himpunan Wanita SKK Migas (HWS) menggelar pengajian dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di sekretariat HWS di Jakarta pada 18 Februari 2014. Pada kesempatan tersebut, Ketua HWS, Yani Widjonarko, juga memberikan bantuan pendidikan kepada beberapa pekerja penunjang SKK Migas.

Rapat Kerja DPRD Kaltim – SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi bersama Dinas Penyiapan Komersialisasi Gas Bumi SKK Migas dan kontraktor kontrak kerja sama mengikuti rapat kerja DPRD Kalimantan Timur di Samarinda pada 13 Februari 2014.

Peringatan Hari Pers Nasional Bengkulu – Sekretaris Jenderal Serikat Perusahaan Pers (SPS), Ahmad Jauhar (kanan) menyerahkan momento kepada Sekretaris SKK Migas, Gde Pradnyana, usai diskusi yang digelar SPS dalam rangka Hari Pers Nasional di Bengkulu pada 7 Februari 2014.

Peninjauan ConoccoPhillips Grisik – Dalam rangkaian kunjungan kerja ke kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) di wilayah Sumatera Selatan pada 11-12 Februari 2014, Sekretaris SKK Migas, Gde Pradnyana, meninjau kantor ConoccoPhillips Grisik.

Bantuan Bibit Unggul Karet – SKK Migas Perwakian Kalimantan dan Sulawesi bersama Chevron Indonesia Co, eni Muara Bakau, dan Total E&P Indonesie memberikan bantuan bibit karet dan pupuk kepada Kelompok Tani Karya Hidup Baru di Kelurahan Handil Baru, Kecamatan Samboga, Kabupaten Kutai Kartanegara pada 14 Februari 2014.

5 11

12

4 7

6

Page 8: Bumi Maret 2014

14 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 15

BIANGLALA BIANGLALA

SKK MIGAS-MUBADALA PETROLEUM BANTU SEKOLAH DASAR

Oleh: Danang Agung/ [email protected]

Oleh: Danang Agung/ [email protected]

Oleh: Ami Hermawati/[email protected]

bantuan dilakukan pada 18 Februari 2014 di SDN 031 Samboja, Kabupten Kutai Kartanegara.

Kepala SKK Migas Perwakilan Kalsul, Ag Djoko Widhihananto, mengatakan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) yang dilakukan Mubadala Petroleum tidak hanya dinikmati kontraktor KKS ini saja, tetapi juga negara, termasuk masyarakat di Kecamatan Samboja. “Kami mengharapkan dukungan stakeholder di daerah operasi hulu migas agar kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas yang dilakukan kontraktor KKS semakin mudah dan hasilnya dapat dirasakan masyarakat Indonesia,” ujar Djoko.

Kepala SDN 031 Samboja, Suharti, mengakui fasilitas air bersih di sekolah dasar yang dipimpinnya masih kurang memadai. Para siswa dan tenaga pengajar di sekolah ini juga tidak memiliki tempat yang layak untuk menunaikan ibadah salat lima waktu. “Semoga bantuan ini bermanfaat bagi sekolah kami,” ujar Suharti.

kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) serta bisa menyampaikan pesannya dengan benar kepada masyarakat.

“Industri hulu migas memberikan kontribusi untuk APBN sebesar kurang lebih 40 persen. Karena itu, kita harus saling bekerja sama untuk mendukung kegiatan usaha hulu migas,” kata Handoyo. Rencananya, pemenang lomba akan diumumkan pada 19 Maret 2014.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitar fasilitas operasi, SKK Migas Perwakilan Kalimantan Sulawesi (Kalsul) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) Mubadala Petroleum Indonesia memberikan bantuan pendidikan di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Bantuan yang diberikan kepada SDN 031 dan SDN 027 Samboja ini berupa pembangunan mushala, penyediaan sarana air bersih, rehabilitasi perpustakaan dan toilet, serta bantuan buku pelajaran untuk siswa. Penyerahan

Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional, SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur menggelar lomba karya tulis dan foto tentang industri hulu migas. Untuk persiapan lomba tersebut, digelar diskusi bertema “Industri Migas untuk Indonesia Lebih Baik” di Surabaya pada 27 Februari 2014.

Kegiatan pembekalan untuk lomba karya tulis dan foto ini diikuti 27 wartawan dan dihadiri Kepala Humas SKK Migas, Handoyo Budi Santoso, Kepala SKK Migas Perwakilan Jawa, Bali, Madura dan Nusa Tenggara (Jabamanusa) Arief Sukma Widjaja, Senior Executive VP & GM PHE WMO Boyke Pardede, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir, serta Ketua PWI Jatim, Achmad Munir. Melalui pembekalan ini, para wartawan diharapkan benar-benar memahami

RAKOR KEHUMASAN KALSUL TARGETKAN PROGRAM LEBIH BAIK

PERINGATI HARI PERS NASIONAL, INDUSTRI HULU MIGAS GELAR LOMBA

hulu migas semakin besar, baik teknis maupun non teknis. Produksi minyak yang menurun tidak dibarengi dengan penemuan cadangan baru yang juga tidak mudah dilakukan. Munculnya sikap atau ego kedaerahan menambah tantangan bagi SKK Migas dan kontraktor KKS di daerah.

Gde menambahkan, kunci untuk menambah cadangan minyak ada di eksplorasi. Namun upaya ini belum dilakukan secara maksimal karena adanya kepentingan daerah yang menjadi salah satu tantangan di lapangan. “Kita harus proaktif berkomunikasi dengan pemimpin daerah untuk mendukung kegiatan eksplorasi migas,” kata Gde.

Kegiatan hulu migas saat ini banyak mengalami hambatan eksternal, seperti perizinan, tumpang tindih lahan, tenaga kerja, tuduhan pro asing dan isu-isu sosial lainnya. Beberapa kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) di wilayah Kalimantan dan Sulawesi juga menghadapi permasalahan serupa.

Berbagai hambatan eksternal dan strategi pemecahannya dibahas bersama dalam Rapat Koordinasi Kehumasan SKK Migas-Kontraktor KKS Perwakilan Kalimantan Sulawesi di Makassar pada 26-27 Februari 2014. Menurut Sekretaris SKK Migas, Gde Pradnyana, tantangan kegiatan industri

BANTUAN UNTUK KORBAN BENCANA

Oleh: Priandono Hernanto/[email protected] Martua/[email protected]

Joko Susilo sangat berterima kasih kepada SKK Migas dan kontraktor KKS yang telah membantu masyarakat Kediri. “Semoga bermanfaat dan membawa berkah dunia akhirat bagi semua,” katanya. Pada kesempatan tersebut, rombongan juga mengunjungi lokasi pengungsian terbesar di Masjid An-Nur Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Jumlah pengungsi di tempat ini mencapai 3.100 jiwa.

Di Manado, SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul) bersama Kontraktor KKS memberi bantuan kepada korban banjir bandang. Bantuan berupa portable water clean treatment buatan ITB, peralatan rumah tangga dan sekolah. Secara simbolis pemberian bantuan diserahkan oleh Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalsul, Ag. Djoko Widihananto kepada Gubernur Sulawesi Utara (Sulut), Sinyo Harry Sarundajang di kantor Gubernur Sulut, Manado pada 25 Februari 2014. “Apresiasi kami berikan kepada industri hulu migas yang telah peduli kepada sesama,” kata Sinyo.

Industri hulu migas terus menunjukkan kepedulian dengan menyalurkan bantuan kepada korban-korban bencana yang terjadi di beberpaa wilayah di Indonesia.

Dari Kediri, SKK Migas Perwakilan Jawa, Bali, Madura dan Nusa Tenggara (Jabamanusa) memberikan bantuan kepada korban letusan Gunung Kelud, Jawa Timur pada 18 Februari 2014. Bantuan yang diberikan berupa selimut, perlengkapan bayi, pembalut wanita, pakaian dalam, air mineral, dan lain-lain.

Turut berpartisipasi tujuh kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) di wilayah Jabamanusa, yakni HCML, PHE WMO, Lapindo Brantas, Saka Ind Pangkah, Kangean Energy Indonesia, Santos, dan Pertamina EP Cepu. Bantuan diserahkan Kepala Urusan Humas SKK Migas Perwakilan Jabamanusa, M. Fatah Yasin, kepada Asisten II Pemerintah Kabupaten Kediri, Joko Susilo, di posko pusat logistik korban Gunung Kelud yang berada di auditorium Simpang Lima Gumul, Kabupaten Kediri. “Semoga bantuan ini mampu mengurangi beban hidup para korban bencana letusan Gunung Kelud dan bisa bermanfaat,” kata Fatah.

Page 9: Bumi Maret 2014

16 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 17

FIGUR FIGUR

menerapkan Chemical EOR dengan menggunakan surfaktan polimer pada batuan karbonat dan secara teknis berhasil. Indonesia juga memiliki pilot project di offshore, yaitu Lapangan Widuri, yang menggunakan metode polymer flooding. Ada juga beberapa lapangan yang masih dalam tahap studi di antaranya dengan metode CO2.

Apa yang menjadi kendala sehingga belum banyak lapangan menerapkan EOR?Kendala yang utama adalah biaya. Kita juga kekurangan SDM yang berpengalaman, khususnya reservoir engineer. Ada juga masalah non-teknis yang dilihat kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) sebagai hambatan untuk menginisiasi kegiatan EOR. Kontraktor KKS butuh kepastian terkait perpanjangan wilayah kerja karena umumnya EOR diterapkan mendekati akhir masa kontrak. Apabila tidak ada kepastian perpanjangan wilayah kerja, operator enggan melakukan pilot EOR karena biaya yang dibutuhkan sangat besar. Belum lagi isu lain seperti lahan.

Langkah apa yang perlu diambil agar EOR bisa diterapkan secara maksimal di Indonesia?Intinya adalah reservoir management. Artinya, bagaimana kita mengelola lapangan dengan benar. Dengan reservoir management yang baik kita dapat memaksimalkan value suatu lapangan minyak. Artinya cadangan dapat dikuras maksimum. Pengurasan cadangan yang maksimum dapat dicapai dengan memproduksikan lapangan tersebut dengan laju produksi yang optimum. Apabila lapangan dikelola, dirawat, dan dimonitor dengan baik, memiliki data-data yang lengkap dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi maka persiapan untuk melakukan EOR menjadi lebih mudah. SKK Migas sendiri terus mendorong kontraktor KKS untuk menerapkan EOR Dalam waktu dekat kita akan mengeluarkan PTK tentang EOR sehingga proses di internal SKK Migas menjadi lebih baik.

Bagaimana perkembangan lapangan idle di Indonesia?Lapangan idle di Indonesia memiliki potensi volume minyak sekitar 370 juta barel yang berada di 69 lapangan dan volume gas sekitar 4,940 miliar juta kaki kubik tersebar di 49 lapangan. Pada tahun 2013, SKK Migas telah mendorong kontraktor KKS untuk melakukan pengembangan dua lapangan idle, yaitu Lapangan OO-OC-OX (PHE ONWJ) dan Lapangan Kuang Selatan (Pertamina EP). Dari kedua lapangan tersebut cadangan minyak yang bisa diproduksikan sebesar 2,67 juta barrel, sedangkan gas sebesar 113 BCF. SKK Migas terus berupaya mereaktivasi lapangan idle dengan mendorong Pertamina EP untuk melakukan studi pengembangan bersama pihak universitas.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses EOR?Persiapan EOR memerlukan waktu yang cukup lama karena kegiatan ini melibatkan capital yang sangat besar sehingga perlu upaya-upaya untuk memitigasi risiko. Persiapan dimulai dengan studi karakteristik fluida, batuan dan kinerja reservoir serta menentukan metode EOR apa yang cocok untuk digunakan. Apabila metode yang dipilih menggunakan bahan kimia yang belum terbukti akan bekerja seperti diharapkan, perlu dilakukan field trial untuk melihat bagaimana kinerja bahan kimia yang digunakan. Luasan yang digunakan dalam field trial tergolong kecil dengan jarak antara sumur injeksi dan produksi sekitar 100 meter. Apabila hasil field trial menunjukkan bahan kimia yang digunakan bisa bekerja, proses EOR berlanjut pada pilot project. Hasil pilot project digunakan untuk menentukan apakah pengembangan lapangan dengan metode EOR komersial atau tidak. Mengacu pada kegiatan Chemical EOR yang saat ini sedang dilakukan di Lapangan Kaji dan Minas, total waktu yang diperlukan untuk sampai tahap pilot saja lebih dari 10 tahun. Contoh lain, Lapangan Duri dengan steamflood, total waktu dari persiapan hingga pengembangan selama 19 tahun.

Mengapa kegiatan EOR perlu diterapkan di Indonesia?EOR diperlukan untuk memaksimalkan nilai suatu lapangan minyak. Volume minyak di reservoir tidak semua menjadi cadangan minyak yang dapat diproduksikan, maksimal 40 persen. Volume minyak yang tidak bisa diproduksi Indonesia sekitar 45 miliar barel. Seandainya 5 persen saja dari minyak tersebut bisa diambil, cadangan kita bisa bertambah lebih dari 2 miliar barel. Untuk bisa mengangkatnya, perlu EOR. Tetapi perlu diingat, kenaikan produksi dari kegiatan EOR baru dapat dirasakan dalam jangka panjang. Namun tingkat kepastian EOR lebih tinggi dibanding eksplorasi karena volume cadangan minyak yang ada di suatu lapangan sudah bisa dipastikan. Sebagai ilustrasi, apabila Minas dan Kaji bisa komersial, penambahan cadangan diperkirakan sebesar 850 juta barel.

Bagaimana perkembangan penerapan EOR di Indonesia?Di Indonesia, EOR baru berhasil diterapkan di Lapangan Duri dengan metode steam. Dengan EOR, Lapangan Duri mampu mengangkat 80 persen dari volume minyak yang berkisar 4,5 miliar barel. Tanpa EOR, Lapangan Duri hanya mampu menguras kurang dari 10 persen. Kegiatan EOR dengan memanfaatkan bahan kimia dilakukan di Lapangan Minas dan Lapangan Kaji. Lapangan Minas masih dalam tahap field trial. Sementara Lapangan Kaji masih pada tahap pilot project. Keduanya menunjukkan hasil yang sangat bagus. Lapangan Kaji merupakan lapangan pertama di dunia yang

Saat produksi mulai turun sejalan dengan penurunan tekanan, kegiatan eksploitasi masuk fase sekunder. Pada fase ini, injeksi air atau gas dilakukan untuk memberikan tambahan energi ke dalam reservoir dan mendorong minyak mengalir ke sumur-sumur produksi. Setelah fase sekunder, kegiatan eksploitasi masuk fase tersier. Biasanya pada fase ini EOR diterapkan. Untuk kasus tertentu kegiatan EOR dapat langsung diterapkan tanpa melalui fase primer atau sekunder, misalnya Lapangan Duri yang memiliki kandungan minyak yang sangat kental.

Apa saja metode yang digunakan dalam EOR?Ada beberapa metode EOR, yakni thermal, gas miscible dan chemical flooding. Metode thermal dan gas miscible flooding dipilih untuk mengubah karakteristik fluida. Sedangkan chemical flooding dapat mengubah karakteristik fluida dan batuan. Thermal flooding membuat minyak yang kental menjadi lebih encer. Miscible gas flooding (CO2) yang bila tercampur di larutan minyak pada kondisi tertentu akan mengubah karakteristik minyak sehingga densitasnya turun dan mudah dialirkan ke sumur-sumur produksi. Selain itu, EOR juga bisa dilakukan dengan menginjeksikan bahan kimia. Ada dua jenis bahan kimia yang digunakan. Pertama, surfaktan yang bisa melepaskan minyak yang menempel pada batuan. Kedua, polimer yang berfungsi membuat air menjadi lebih kental sehingga bisa mendorong minyak ke sumur produksi.dengan lebih baik.

Cadangan minyak Indonesia terus berkurang tiap tahun. Jumlah minyak yang diproduksikan lebih besar dibanding jumlah cadangan baru yang ditemukan. Guna mengatasi ketidakseimbangan tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan lifting minyak.

Selain kegiatan eksplorasi, upaya lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan lifting minyak adalah melalui Enhanced Oil Recovery (EOR). Inilah yang melatarbelakangi SKK Migas untuk membentuk Dinas Penerapan EOR. Dalam perjalanannya, banyak tantangan dan kendala yang dihadapi dinas ini agar EOR bisa diterapkan di seluruh lapangan minyak di Indonesia. Berikut wawancara dengan Kepala Dinas Penerapan EOR SKK Migas, Mohammad Rivai Lasahido, tentang kegiatan EOR di Indonesia. Saat menyelesaikan studi S2 di Amerika Serikat, alumnus Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menyusun thesis tentang komparasi oil recovery dengan CO2, nitrogen, dan polymer flooding menggunakan simulasi reservoir.

Apa itu EOR?EOR adalah salah satu cara untuk meningkatkan cadangan minyak dengan menguras volume minyak yang sebelumnya tidak dapat diproduksikan. Secara umum, kegiatan eksploitasi terbagi menjadi tiga fase, yakni primer, sekunder dan tersier. Fase primer adalah fase di mana lapangan baru dikembangkan.

Mohammad Rivai LasahidoKepala Dinas Penerapan EOR SKK Migas

Oleh: Adhitya Cahya Utama/[email protected]

EOR, ANTARA KEBUTUHAN DAN TANTANGAN

Page 10: Bumi Maret 2014

18 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 19

SPEKTRUM SPEKTRUM

sebesar 4.589 barel per hari dan gas sebesar 2,3 juta kaki kubik per hari. Kontribusi penambahan produksi terbesar berasal dari PHE WMO dengan penambahan produksi minyak sebesar 1.272 barel per hari.

Diskusi yang dilakukan juga berhasil mengidentifikasi sejumlah tantangan. Dari sisi subsurface, muncul tantangan untuk membuktikan keberhasilan sumur-sumur step-out di Chevron Indonesia Company, Total E&P Indonesie, VICO, JOB PPEJ, dan Medco E&P Indonesia. Selain itu, penerapan teknologi terkait metode pengoptimalan artificial lift di VICO dan Total E&P Indonesie menjadi tantangan.

Tantangan lain yang harus segera diselesaikan agar bisa mencapai target produksi 2014 adalah percepatan proses persetujuan POFD di PHE WMO, PHE ONWJ dan Chevron Pacific Indonesia. Proses pengadaan rig dan barge untuk menunjang kegiatan pengeboran di Total E&P Indonesie, Chevron Indonesia Company, VICO dan Chevron Pacific Indonesia juga perlu diselesaikan. Tantangan lainnya adalah permasalahan pembebasan lahan di VICO dan Chevron Pacific Indonesia, percepatan persetujuan proses perizinan sumur PAD C dan upaya komersialisasi gas flare di JOB PPEJ, pengoptimalan fasilitas produksi di Total E&P Indonesie, Medco E&P Indonesia dan VICO, serta ketepatan jadwal on-stream sumur-sumur di tahun 2014.

“Hasil AMORe 2014 akan ditindaklanjuti dalam diskusi pra revisi WP&B 2014 sehingga dapat dianggarkan dalam revisi WP&B 2014,” kata Kepala Divisi Eksploitasi, Gunawan Sutadiwiria sembari menambahkan isu-isu yang teridentifikasi juga bisa diselesaikan demi pencapaian target dan program yang telah disepakati.

Divisi Eksploitasi SKK Migas kembali melaksanakan Asset Management and Optimization Review (AMORe). Perhelatan tahunan yang digelar untuk ketiga kalinya ini mendiskusikan dan mengidentifikasi potensi-potensi penambahan produksi, baik secara subsurface maupun surface untuk kebutuhan jangka pendek dan panjang.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, AMORe 2014 mengusung misi khusus, yaitu filling the gap pencapaian target produksi migas antara rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) 2014 dan APBN 2014. AMORe 2014 dilaksanakan dengan mengunjungi langsung “dapur-dapur” kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) untuk melihat potensi tiap lapangan secara lebih detail.

Pelaksanaan AMORe 2014 difokuskan pada 10 kontraktor KKS penyumbang produksi migas nasional terbesar, yaitu Chevron Pacific Indonesia, Medco E&P Indonesia, PHE ONWJ, CNOOC, JOB PPEJ, PHE WMO, Total E&P Indonesie, VICO, Chevron Indonesia Company, dan Pertamina EP. Diskusi dimulai sejak 10 Februari 2014 dan selesai pada 14 Maret 2014. Hingga 2 Maret 2014, diskusi dengan 9 kontraktor KKS telah terlaksana. Satu diskusi tersisa, yaitu dengan Pertamina EP, dilaksanakan pada 10-14 Maret 2014.

Diskusi membahas pemetaan aset subsurface, surface, operasional, serta penerapan teknologi terbaru untuk mencari kemungkinan mengoptimalkan aspek-aspek tersebut guna meningkatkan target produksi di luar WP&B 2014. Dari hasil diskusi dengan 9 kontraktor KKS, diperoleh potensi tambahan target produksi minyak tahun 2014 di luar WP&B 2014

PBI Nomor 14/17/PBI/2012 merupakan upaya Bank Indonesia memberikan level of comfort kepada pemilik dana atas penempatan dananya pada bank devisa di dalam negeri. Aturan tersebut memberikan fasilitas bagi bank devisa di dalam negeri yang memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan trust. Bank tersebut berfungsi sebagai agen pembayar (paying agent), agen investasi (investment agent), dan agen peminjaman (borrowing agent) untuk dan atas nama pemilik dana yang menitipkan dananya pada trust (settlor). Fungsi ini dilakukan berdasarkan instruksi tertulis dari settlor perjanjian trust yang telah ditandatangani. Kegiatan trust dilakukan unit kerja yang terpisah dari unit kegiatan bank lainnya. Semua dana trust tidak dimasukkan dalam harta pailit. Apabila bank yang melakukan kegiatan trust dilikuidasi atau bangkrut, semua dana trust akan dikembalikan kepada settlor atau dialihkan kepada trustee pengganti yang ditunjuk settlor.

Budi mengatakan, banyak manfaat yang bisa diperoleh negara dengan adanya kebijakan penerimaan DHE di bank devisa dalam negeri. Pertama, kesinambungan pasokan devisa akan meningkat sehingga bisa memperkuat nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing. Kedua, sektor perbankan nasional bisa berbuat lebih banyak bagi perekonomian nasional dan bisa disejajarkan dengan perbankan internasional.

“Kami meminta seluruh kontraktor menaati aturan-aturan bank sentral itu,” katanya. Pelanggaran terhadap aturan tersebut akan berakibat pada sanksi administratif berupa sanksi penangguhan pelayanan ekspor.

Sejak 2008, SKK Migas (dahulu BPMIGAS-red) mewajibkan transaksi pembayaran pengadaan barang dan jasa melalui perbankan nasional. Pasca kebijakan diberlakukan, nilai transaksi pengadaan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009, tercatat transaksi sebesar US$ 3,97 miliar. Tahun 2011 meningkat menjadi US$ 6,348 miliar. Tahun 2013, hampir menyentuh angka US$ 8 miliar. Pemanfaatan perbankan nasional juga dilakukan melalui kewajiban kontraktor menyimpan dana cadangan untuk pemulihan kondisi lapangan setelah operasi (Abandonment and Site Restoration/ASR). Hingga 31 Januari 2014, penempatan dana ASR yang disimpan di Bank BUMN mencapai US$ 501 juta.

Data ini membuktikan, industri hulu migas memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan peran perbankan nasional. Dana tersebut diharapkan bisa membantu menggerakkan perekonomian nasional.

SKK Migas terus mendorong kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) untuk mempercayakan pengelolaan dana mereka kepada bank-bank devisa di dalam negeri. Sebagai upaya membangun kepercayaan antara kontraktor dengan perbankan nasional, SKK Migas bersama Bank Indonesia (BI) menggelar sosialisasi layanan Trust untuk industri hulu migas di Bandung, pada 26 Februari 2014.

Kegiatan yang dibuka oleh Deputi Pengendalian Keuangan SKK Migas, Budi Agustyono tersebut dihadiri Direktur Eksekutif Kebijakan Makroprudensial, Bank Indonesia, Darsono, direksi bank Mandiri, BNI, dan BRI, serta ratusan peserta dari kontraktor KKS.

Dalam sosialisasi tersebut, Bank Indonesia memberikan penjelasan secara komprehensif mengenai PBI Nomor 14/17/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan Pengelolaan (Trust). Ketiga bank BUMN yang hadir juga menjabarkan kesiapan infrastruktur masing-masing bank. Ketiganya telah memperoleh persetujuan prinsip dan surat penugasan dari Bank Indonesia.

TRUST UNTUK INDUSTRI

HULU MIGAS AMORe 2014 UNTUK PENCAPAIAN FILLING THE GAP PRODUKSI NASIONAL

Oleh: Adhitya Cahya Utama/[email protected]

Oleh: Heri Safrizal/[email protected]

Page 11: Bumi Maret 2014

20 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 21

TANGGUNG JAWAB SOSIAL TANGGUNG JAWAB SOSIAL

penabung berkisar 1.500 nasabah dengan dana pihak ketiga mencapai Rp 600 juta. Jumlah dana pinjaman yang digelontorkan juga naik menjadi Rp 400 juta dengan jumlah peminjam aktif sebanyak 250 orang. Aset bersih berkembang menjadi Rp 800 juta. Awalnya, LKMS Arthaloka Taka hanya memiliki 60 nasabah dengan modal awal Rp 200 juta.

Strategi jitu lainnya yang kemudian banyak ditiru koperasi lain adalah menggaet penabung pemula. Anak anak di Taman Pendidikan Anak (TPA) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan sekolah dasar pun aktif menyisihkan uang jajan di LKMS Arthaloka Taka. Sedikitnya ada 5 TPA-PAUD dan 2 SD yang aktif menabung. Dana pihak ketiga yang bersumber dari tabungan anak anak ini sudah mencapai Rp 200 juta.

Metode dan kemudahan kemudahan inilah yang kemudian membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap LKMS Arthaloka Taka. Jaringan bisnis pun bertambah dengan membuka layanan pembelian tiket pesawat secara daring, pembayaran tagihan listrik, air, hingga telepon.

Chevron mengaku bangga dengan daya tahan dan kemajuan LKMS Arthaloka Taka. Agung mengakui, peran Chevron sangat berarti dalam perkembangan lembaga keuangan ini. Chevron banyak memberikan bantuan seperti pelatihan untuk pengelola, informasi teknologi, sistem perbankan, dan bantuan operasional yang diberikan pada tahap persiapan.

Chevron juga telah memberikan pendidikan dan pendampingan bisnis bagi pelaku UKM, membuka akses permodalan, mengenalkan sistem perbankan, dan juga etika berusaha. Program ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Chevron terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat pelaku usaha mikro dan menengah melalui penguatan kapasitas manusia maupun lembaga yang ada.

Manager Policy Government and Public Affair (PGPA) Chevron Kalimantan Operations, Syainur Arif, berharap masyarakat menilai tanggung jawab sosial perusahaan ini sebagai proses pembelajaran. Program tanggung jawab sosial ini juga bagian dari tujuan Chevron untuk maju dan berkembang bersama masyarakat.(*)

*artikel ini ditetapkan sebagai juara ke-2 lomba penulisan tanggung jawab sosial SKK Migas Perwakilan Kalimantan Sulawesi (Kalsul)

membuka akses permodalan bagi pelaku usaha mikro dan kecil,” tutur Community Engagement Specialist Chevron Kalimantan Operations, Etty Nuzuliyanti.

Pimpinan Unit LKMS Arthaloka Taka, Agung M Abduh, mengakui pekerjaan terberat dalam mengelola lembaga keuangan ini adalah mendapatkan kepercayaan masyarakat. “Awalnya banyak masyarakat yang tidak yakin,” kata Agung.

Agung tak menyalahkan kekhawatiran masyarakat. Sebaliknya, justru itu menjadi cambuk untuk semakin giat merealisasikan tujuan berdirinya LKMS Arthaloka Taka, yakni menumbuhkan pelaku pelaku usaha baru yang dapat ikut berperan mengurangi angka pengangguran dan membantu menambah pendapatan keluarga. LKMS Arthaloka Taka juga memberikan solusi untuk membantu pelaku usaha mikro dalam mendapatkan akses berupa kredit modal usaha yang berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 3 juta.

Dengan sistem pendekatan personal, staf LKMS Arthaloka Taka mampu membangun kepercayaan dan memberikan dampak signifikan dalam pemberian pinjaman dan menghimpun dana pihak ketiga. LKMS Arthaloka Taka juga memberikan banyak kemudahan, misalnya pencairan dana yang tidak berbelit-belit dan tanpa agunan untuk jumlah pinjaman di bawah Rp 1 juta.

Mereka juga menerapkan sistem jemput bola. Mereka mengantar uang pinjaman atau mengambil uang tabungan langsung ke tempat usaha para nasabah, sekaligus memantau usaha yang ada. Jangka waktu cicilan pun tergantung kesepakatan, bisa per hari, per minggu, atau per dua mingguan. Maksimal angsuran 90 hari atau 12 minggu. “Tujuannya agar tidak terasa berat membayar angsuran,” imbuh Agung.

Sistem semacam ini juga memperkecil risiko kredit macet. Pembiayaan yang bermasalah tercatat di bawah 3 persen. Angka ini masih di bawah standar non-performing loan (NPL) yang ditentukan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Penajam Paser Utara.

Lembaga keuangan ini memiliki tiga produk yakni pembiayaan, tabungan, dan deposito. Pembiayaan mayoritas diberikan kepada usaha produktif, yakni pedagang Usaha Kecil Menengah (UKM) yang mencapai sekitar 95 persen, sisanya untuk petani dan nelayan. Pinjaman terbanyak saat ini masih di bawah Rp 1 juta. Seiring waktu, jumlah nasabah dan dana yang terhimpun semakin besar. Saat ini jumlah

dirinya. Ia pun berinisiatif mengajukan pinjaman untuk menambah modal usaha. Tak butuh waktu lama, pinjaman Muqimah disetujui tanpa berbelit belit dan tidak pakai agunan. Ia mendapat pembiayaan sebesar Rp 1 juta pada 2007. “Kalau dulu belanja tepung tiap hari cuma 3 kilo, sejak dapat pinjaman bisa beli tepung satu karung, dan minyak goreng satu boks. Bahan bahan lain juga saya beli dalam jumlah banyak, kecuali tempe dan tahu tetap harus beli setiap hari,” tutur Muqimah.

Dengan berbelanja sekaligus dalam porsi besar, Muqimah menghemat waktu dan biaya sehingga bisa fokus ke pengembangan dagangan. Usahanya pun berkembang. Omzet yang dulunya Rp 150 ribu per hari, kini naik menjadi Rp 700 ribu hingga Rp 800 ribu. “Setelah dipotong belanja dagangan, biaya makan, ongkos sekolah anak anak, jajan, dan lain lain, saya masih bisa menabung Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu per hari,” tutur Muqimah.

Kini, sudah setahun Muqimah tak lagi meminjam uang ke LKMS Arthaloka Taka. Ia beralih menjadi penabung aktif dan kini sudah memiliki rumah sendiri. Keberhasilan Muqimah beralih dari peminjam menjadi penabung tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Ketekunan menabung serta konsistensi menjaga kualitas dagangan menjadi faktor penting yang menjadikan Muqimah seperti sekarang.

Apa yang dialami para nasabah seperti Muqimah membuktikan LKMS Arthaloka Taka memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Lembaga keuangan berbadan hukum koperasi yang berlokasi di Jalan Provinsi Km 17 Petung ini merupakan bentuk kontribusi Chevron Indonesia Company di sekitar area operasinya.“LKMS Arthaloka Taka didirikan dengan tujuan

Inspirasi dan semangat untuk terus maju bisa datang dari mana saja, termasuk pengalaman orang lain yang pernah mengalami kesulitan. Terbelit masalah keuangan keluarga, Muqimah berhasil keluar dari polemik finansial berkat bantuan pinjaman modal dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Arthaloka Taka, sebuah lembaga keuangan yang didirikan Chevron Kalimantan Operations sejak Mei 2006.

Sebagai orangtua tunggal, Muqimah harus menghidupi ketiga anaknya. Dengan keterampilan membuat panganan, Muqimah memilih berjualan gorengan pisang, ubi, singkong, tahu, tempe, dan lain-lain di Jalan Provinsi Km 18, samping kantor Pegadaian Petung, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Menggunakan meja, tenda sederhana, dan lemari kecil, dia merintis usahanya pada tahun 2006 dengan penghasilan per hari sekitar Rp 150 ribu. “Itu harus dipotong buat belanja bahan dagangan. Jadi untungnya tidak seberapa,” kata Muqimah.

Jumlah keuntungan itu tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup Muqimah dan tiga anaknya. Ia juga masih tinggal di rumah kontrakan dengan sewa Rp 600 ribu per bulan. “Belum lagi biaya sekolah dan kebutuhan sehari hari,” imbuhnya.

Kesulitan keuangan ini berlangsung selama setahun hingga Muqimah mengetahui informasi adanya LKMS Arthaloka Taka dari seorang teman. Beruntung bagi Muqimah, lembaga keuangan yang didirikan Chevron Kalimantan Operations dengan menggandeng Permodalan Nasional Madani (PNM) ini fokus pada pembiayaan (kredit), tabungan, dan deposito khusus bagi nasabah yang menekuni usaha kecil mikro (UKM) seperti

MEMBANGUN USAHA BERSAMA LKMS

ARTHALOKA TAKAOleh: Tim Humas Perwakilan Kalsul/[email protected]

20 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 21

Page 12: Bumi Maret 2014

22 BUMI Maret 2014 Maret 2014 BUMI 23

OPINI OPINI

Di dalam Bab IV PSC WK eksplorasi selalu tercantum jenis, jumlah, dan besaran investasi pekerjaan yang disepakati dan akan dilaksanakan oleh operator setiap tahun. Jumlah pekerjaan yang harus dipenuhi ini diistilahkan sebagai komitmen eksplorasi, di mana pekerjaan pada 3 tahun pertama disebut sebagai komitmen pasti, sementara pekerjaan yang dilakukan pada 3 tahun kedua disebut sebagai komitmen kerja.

Selain memiliki kemampuan teknis dan keuangan, modal utama yang diperlukan operator untuk mengelola WK eksplorasi adalah penyusunan rencana kerja dan strategi pelaksanaannya. Untuk itu, diperlukan sebuah rencana yang komprehensif dalam melihat keseluruhan rencana kerja eksplorasi pada 6 tahun awal Jangka Waktu Eksplorasi dan bukan melihatnya dalam sebuah segmentasi pekerjaan tahunan. Ada 3 faktor dasar untuk merumuskan

sebuah strategi eksplorasi pada suatu WK, yakni besaran volumetrik yang diharapkan untuk ditemukan, jumlah investasi yang akan dikeluarkan, dan waktu yang diperlukan dalam menentukan komersialitas (Gambar 1).

Hal yang perlu disiapkan operator WK eksplorasi adalah potret rencana kerja Jangka Waktu Eksplorasi selama 6 tahun atau minimal selama 3 tahun pertama. Rencana kerja tersebut meliputi area yang mempunyai potensi

WILAYAH KERJA EKSPLORASI: STRATEGI MEMPERSIAPKAN

“GENERASI PENERUS” PRODUKSI MIGAS

TRilogi EkSploRaSi MigaS indonESia (2)

Oleh: Johnson A. Paju/ [email protected] Shinta Damayanti/[email protected]

Tabel 1. Contoh Program Kerja Eksplorasi didalam Kontrak Kerja Sama PSC

Gambar 1. Ilustrasi Skema Pengelolaan Wilayah Kerja Eksplorasi

Gambar 3. Distribusi Pengeboran dan Jenis Sumur Eksplorasi Indonesia hingga tahun 2013

Gambar 4. Distribusi Volumetrik Penemuan Sumberdaya Eksplorasi Indonesia hingga tahun 2013

Gambar 2. Ilustrasi Skema Penyusunan Program Eksplorasi pada Wilayah Kerja Eksplorasi

penemuan migas, perkiraan jumlah investasi yang akan dikeluarkan, dan tata waktu pekerjaan yang akan dilaksanakan. Berangkat dari rencana kerja ini, setiap operator WK Eksplorasi akan menjabarkannya dalam usulan rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) setiap tahun. Hal ini memungkinkan adanya beberapa benefit, baik bagi SKK Migas selaku pemegang mandat monitoring industri hulu migas Indonesia maupun operator WK eksplorasi.

Contoh benefit yang bisa didapat adalah kemudahan SKK Migas melakukan monitoring beberapa WK eksplorasi secara bersamaan serta dapat menyusun strategi dan monitoring yang terintegrasi pada sebuah area yang sama dan lebih luas (per cekungan atau per pulau). Operator juga mendapatkan benefit dari proses subsurface hingga eksekusi pekerjaan agar lebih efisien dari segi investasi dan waktu (pengadaan bersama, waktu yang cukup untuk proses perizinan serta pembebasan lahan, dan lain-lain).

Mekanisme dan proses penyusunan strategi eksplorasi juga tidak boleh terlepas dari karakteristik dan tatanan geologi yang dimiliki Indonesia. Data-data kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan selama hampir 140 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan dan penemuan eksplorasi yang sangat masif berada di Indonesia bagian barat (Gambar 3 dan 4).

Hingga saat ini, Indonesia bagian barat, yang terbentang dari Natuna, Sumatera, Jawa dan Kalimantan, memang masih menjadi primadona. Dari segi besaran volume penemuan, memang belum ditemukan lagi lapangan-lapangan migas yang besar. Namun dengan risiko investasi yang lebih kecil, area ini masih dianggap sebagai lumbung produksi migas nasional.

Kondisi berbeda terjadi di Indonesia bagian timur, di mana area yang belum terjamah kegiatan eksplorasi masih luas, terutama pembuktian melalui pengeboran sumur eksplorasi. Meski menyimpan risiko yang lebih tinggi dibanding Indonesia bagian barat, ekstensifikasi kegiatan eksplorasi di area ini perlu didorong untuk

Wilayah kerja (WK) eksplorasi ibarat bayi yang perlu diberi perhatian dan dibekali persiapan yang baik agar dapat tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa yang siap untuk mandiri dan produktif. Di dalam bisnis hulu migas, harapan negara dan kontraktor WK eksplorasi adalah tercapainya komersialitas sebuah WK eksplorasi dengan berubah menjadi WK produksi yang didapatkan melalui persetujuan pengembangan lapangan (plan of development/POD) pertama. Di satu sisi, tidak sedikit usaha untuk mendapatkan status komersialitas tersebut harus berhenti di tengah jalan. Operator harus mengembalikan WK tersebut dan kehilangan investasinya karena tidak berhasil menemukan sumber daya cadangan yang ekonomis untuk dikembangkan hingga akhir Jangka Waktu Eksplorasi.

Kegiatan eksplorasi di WK eksplorasi dimulai setelah penandatanganan kontrak kerja sama (production sharing contract/PSC). Jangka Waktu Eksplorasi yang diberikan kepada operator WK eksplorasi umumnya selama 6 tahun dengan opsi perpanjangan selama 4 tahun. Jangka waktu selama 6 tahun tersebut dibagi menjadi 3 tahun pertama dan 3 tahun kedua, di mana setiap tahun operator wajib melaksanakan pekerjaan yang sudah disepakati di dalam kontrak PSC (Tabel 1).

menemukan sumber daya pengganti cadangan yang telah diproduksikan saat ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia selalu dihadapkan pada tantangan untuk mengembalikan tingkat produksi dan lifting migas nasional. Keseimbangan untuk meningkatkan penambahan cadangan migas guna mengganti laju produksi merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan kembali volume produksi dan lifting migas nasional Indonesia.

Melalui strategi eksplorasi yang terarah dan terencana dengan baik, proses peningkatan tambahan cadangan migas Indonesia diharapkan dapat terlaksana dan menjadi titik awal bangkitnya industri hulu migas Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

Page 13: Bumi Maret 2014

Semangat Bekerja untuk Bangsa