bulu babi pulau panjang
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fauna Echinodermata di dunia terdapat sebanyak kurang lebih 6000 jenis
dan diperkirakan 950 jenis diantaranya adalah bulu babi, yang terbagi atas 15
ordo, 46 famili dan 121 genera (Suwignyo et al. 2005). Di Indonesia, terdapat
kurang lebih 84 jenis bulu babi yang berasal dari 31 famili dan 48 genera (Clark
dan Rowe, 1971).
Pada umumnya setiap jenis bulu babi memiliki sebaran habitat yang
spesifik. Bulu babi tersebar mulai dari daerah intertidal yang dangkal hingga ke
laut dalam (Jeng, 1998). Bulu babi pada umumnya menghuni ekosistem terumbu
karang dan padang lamun serta menyukai substrat yang agak keras terutama
substrat di padang lamun yang merupakan campuran dari pasir dan pecahan
karang (Aziz, 1994).
Menurut Nystrom et al.,(2000), bulu babi merupakan salah satu spesies
kunci (keystone species) bagi komunitas terumbu karang. Hal ini karena bulu babi
adalah salah satu pengendali populasi mikroalga. Mikroalga adalah pesaing bagi
hewan karang dalam memperebutkan sumberdaya ruang (sinar matahari). Salah
satu jenis bulu babi yang biasanya terdapat di ekosistem terumbu karang adalah
dari genus Diadema, Namun menurut Sugiarto dan Supardi (1995), menyebutkan
bahwa genus Diadema dianggap sebagai omnivora yang pada lingkungan
berbeda. Jenis ini dapat beradaptasi dengan memakan polip dari karang.
1
2
Padang lamun sebagai salah satu habitat bagi bulu babi memiliki peran
ekologis yang penting tidak hanya bagi bulu babi semata tetapi juga bagi berbagai
organisme lain yang ada di dalamnya serta bagi lingkungan di sekitarnya.
Echinodermata merupakan salah satu biota yang berasosiasi kuat dengan
ekosistem padang lamun dan berperan dalam siklus rantai makanan di ekosistem
tersebut. Tingginya tutupan vegetasi lamun di perairan memungkinkan kehadiran
berbagai biota yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun termasuk bulu
babi untuk mencari makan, tempat hidup, memijah dan tempat berlindung untuk
menghindari predator (Supono dan Arbi, 2010).
Bulu babi di padang lamun bisa hidup soliter atau hidup mengelompok,
tergantung kepada jenis dan habitatnya. Misalnya, jenis Diadema setosum, D.
antillarum, Tripneustes gratilla, T. ventricosus, Lytechinus variegatus,
Temnopleurus toreumaticus, dan Strongylocentrotus spp. cenderung hidup
mengelompok, sedangkan jenis Mespilia globulus, Toxopneustes pileolus,
Pseudoboletia maculata, dan Echinothric diadema cenderung hidup menyendiri 2
(Aziz, 1994).
Pulau Panjang memiliki luas 14 hektar dan secara administrstif pulau ini
termasuk wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Perairan pulau Panjang
memiliki beberapa biota echinodermata salah satunya bulu babi. Bulu babi
tersebar di ekosistem padang lamun dan terumbu karang, hal ini berkaitan dengan
aktivitas merumput bulu babi. Karakteristik yang berbeda pada kedua ekosistem
akan mempengaruhi populasi pada ekosistem tersebut. Perbedaan tersebut yang
mendorong dilakukanya penelitian ini. Walaupun di Indonesia telah banyak
dilakukan studi tentang ekologi bulu babi, namun studi yang secara khusus
3
membahas keterkaitan yang menggambarkan perbedaan karakteristik habitat
terhadap populasi bulu babi relative sedikit. Oleh karena itu penelitian ini
diharapkan dapat menambah informasi tentang keterkaitan bulu babi dengan
habitatnya di pulau Panjang, Jepara.
1.2. Pendekatan Masalah
Ekosistem terumbu karang dan lamun merupakan habitat bagi berbagai
jenis biota, salah satunya bulu babi. Bulu babi berasosiasi dengan hewan karang
yang menjadi penyusun terumbu karang dan padang lamun dengan menjadikan
tempat sebagai rumah dan sebagai tempat mencari makan
Bubu babi berperan besar dalam ekosistem laut, terutama ekosistem litoral
pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal, dan palung laut. Pulau panjang
memiliki beberapa tipe ekosistem. Pulau panjang merupakan daerah wisata,
sehingga banyak terdapat aktivitas yang dapat mengganggu kondisi perairan di
beberapa ekosistem dan ekologis bulu babi yang ada di habitat tersebut.
4
Keterangan := Hubungan tidak langsung= Hubungan langsung
Gambar 1. Skema pendekatan masalah penelitian
Kesimpulan
Analisis Data
Hasil
OUTPUT
KelimpahanBulu Babi
Faktor Abiotik: Suhu, Salinitas, Cahaya, Kedalaman dan
kecerahan
PROSES
Ekosistem Padang Lamun dan Terumbu Karang
Substrat : Bahan Organik, Tipe
subrat
I
N
P
U
T
Perairan Pantai Pulau Panjang,
Kabupaten Jeparan
5
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kelimpahan bulu babi (sea urchin) di terumbu karang
dan padang lamun, Pulau Panjang, Jepara.
2. Untuk mengetahui hubungan kelimpahan bulu babi dengan karakterisitik
habitatnya pada terumbu karang dan padang lamun.
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai bulu
babi pada setiap ekosistem yang ada di Pulau Panjang. Manfaat yang dapat
diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai acuan dalam mengambil kebijakan
dalam rangka pengelolaan lingkungan khususnya pada paparan Pulau Panjang.
1.5. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November dan Desember 2013
dilakukan di Pulau Panjang, Jepara, Jawa Tengah.