bullying di tempat kerja

5
Bullying Di Tempat Kerja Dipublikasi pada Jumat, 22 Pebruari 2013 oleh mugie Bullying yang kerap terjadi di sekolah dapat terjadi dimana saja termasuk ditempat kerja. Seringkali malah kita tidak menyadari bahwa perilaku yang kita terima atau lakukan adalah perilaku bullying. Contoh perilaku bullying antara lain mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan dan menakut-nakuti (intimidasi), mengancam dan menindas, memalak atau menyerang secara fisik (mendorong, menampar atau memukul). Sebagian orang mungkin menganggap adalah hal yang normal ketika atasan memarahi bawahan sedangkan kesalahan yang terjadi mungkin tidaklah mutlak kesalahan bawahan tersebut. Atasan yang terbiasa marah-marah agar pekerjaan diselesaikan bawahan dapat daja menganggap perilaku marah-marah tersebut ditujukan untuk memotivasi bawahan. Memaki bawahan bahkan didepan orang banyak di anggap lumrah karena memang salah bawahan padahal perilaku negatif yang dianggap sepele jika dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan dampak yang serius. Rayner dan Hoel ( 1997 ) mengelompokkan perilaku bullying ditemapat kerja dalam beberapa kelompok : Ancaman pada status professoinal ( seperti mempermalukan di depan publik, menyalahkan karena kurangnya usaha); Ancaman pada pribadi (seperti memberi nama ledekan, menghina, mengintimidasi dan merendahkan seseorang karena usianya) Mengisolasi ( misalnya mencegah pegawai mengakses kesempatan, mengisolasi secara fisik dan sosial dan menahan informasi) Beban kerja yang berlebihan ( tekanan yang terus menerus, batas waktu yang tidak mungkin terpenuhi dan disrupsi yang tidak perlu ) Dampak bullying Bullying memiliki pengaruh yang signifikan pada kesehatan fisik dan kesehatan mental tenaga kerja. Dalam beberapa kasus dampak bullying bisa kurang terlihat, namun berefek jangka panjang seperti menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian sosial yang buruk. Menurunnya kesejahteraan psikologis antara lain kecemasan, depresi dan agresi termasuk pula stress tingkat tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hansen, M. Hogh, A dan Persson, R (2011) bahwa orang yang kerap mengalami bullying dilaporkan mengalami kesehatan mental yang memburuk, seperti somatis, stress dan depresi (Cowie, H, 2002) Gejala stress yang timbul seperti sulit tidur, melankolik dan apatis termasuk pula menjadi sulit berkonsentrasi, merasa tidak nyaman dan kurang inisiatif. Dampak serius lain yang dapat terjadi antara lain seperti psikosomatis (sakit secara fisik namun tidak dapat dibuktikan secara medis) pada karyawan/ pegawai yang mengalami bullying. Penelitian yang dilakuan

Upload: elby-nurdin

Post on 28-Nov-2015

210 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Ppt

TRANSCRIPT

Page 1: Bullying Di Tempat Kerja

Bullying Di Tempat KerjaDipublikasi pada Jumat, 22 Pebruari 2013 oleh mugie

Bullying yang kerap terjadi di sekolah dapat terjadi dimana saja termasuk ditempat kerja. Seringkali malah kita tidak menyadari bahwa perilaku yang kita terima atau lakukan adalah perilaku bullying. Contoh perilaku bullying antara lain mengejek, menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan dan menakut-nakuti (intimidasi), mengancam dan menindas, memalak atau menyerang secara fisik (mendorong, menampar atau memukul). Sebagian orang mungkin menganggap adalah hal yang normal ketika atasan memarahi bawahan sedangkan kesalahan yang terjadi mungkin tidaklah mutlak kesalahan bawahan tersebut. Atasan yang terbiasa marah-marah agar pekerjaan diselesaikan bawahan dapat daja menganggap perilaku marah-marah tersebut ditujukan untuk memotivasi bawahan. Memaki bawahan bahkan didepan orang banyak di anggap lumrah karena memang salah bawahan padahal perilaku negatif yang dianggap sepele jika dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan dampak yang serius. Rayner dan Hoel ( 1997 ) mengelompokkan perilaku bullying ditemapat kerja dalam beberapa kelompok :

Ancaman pada status professoinal ( seperti mempermalukan di depan publik, menyalahkan karena kurangnya usaha);

Ancaman pada pribadi (seperti memberi nama ledekan, menghina, mengintimidasi dan merendahkan seseorang karena usianya)

Mengisolasi ( misalnya mencegah pegawai mengakses kesempatan, mengisolasi secara fisik dan sosial dan menahan informasi)

Beban kerja yang berlebihan ( tekanan yang terus menerus, batas waktu yang tidak mungkin terpenuhi dan disrupsi yang tidak perlu )

Dampak bullyingBullying memiliki pengaruh yang signifikan pada kesehatan fisik dan kesehatan mental tenaga kerja. Dalam beberapa kasus dampak bullying bisa kurang terlihat, namun berefek jangka panjang seperti menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian sosial yang buruk. Menurunnya kesejahteraan psikologis antara lain kecemasan, depresi dan agresi termasuk pula stress tingkat tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hansen, M. Hogh, A dan Persson, R (2011) bahwa orang yang kerap mengalami bullying dilaporkan mengalami kesehatan mental yang memburuk, seperti somatis, stress dan depresi (Cowie, H, 2002)Gejala stress yang timbul seperti sulit tidur, melankolik dan apatis termasuk pula menjadi sulit berkonsentrasi, merasa tidak nyaman dan kurang inisiatif. Dampak serius lain yang dapat terjadi antara lain seperti psikosomatis (sakit secara fisik namun tidak dapat dibuktikan secara medis) pada karyawan/ pegawai yang mengalami bullying. Penelitian yang dilakuan Hansen, dkk (2006) menunjukkan responden yang mengalami bullying mendapat dukungan sosial yang rendah dari rekan kerja dan supervisor dan mereka juga melaporkan gejala somatisasi, depresi, kecemasan dan afeksi negatif dibanding responden yang tidak mengalami bullying.Perasaan stress menghadapi atasan atau membayangkan beban kerja yang memang berlebihan, memicu terjadinya sakit secara fisik dan menggangu kesehatan mental karyawan/ pegawai. Karyawan atau pegawai yang terbiasa diam bila dimarahi terus menerus suatu saat pun dapat saja melakukan perlawanan misalnya dengan menentang secara verbal. Melakukan agresi secara fisik juga dapat saja terjadi misalnya hanya dengan melihat mobil atasan dan keinginan merusak mobil tersebut sebagai luapan amarah atau bahkan memungkinkan terjadinya dampak yang lebih buruk lagi.

Page 2: Bullying Di Tempat Kerja

Penyesuaian sosial yang buruk misalnya pegawai/ karyawan tidak mampu lagi bekerja dengan baik di tempat kerja akibat bullying yang dialami.

Pelaku BullyingAtasan yang tidak memiliki efikasi diri yang baik dalam menjalankan tupoksinya sebagai atasan pun memungkinkan di bullying oleh bawahannya seperti dengan mengganggap remeh atasan ataupun menentang atasan secara langsung / tidak langsung. Perilaku bullying tidak hanya terjadi pada hubungan atasan bawahan tapi juga terjadi pada sesama rekan kerja. Orang yang memilki kepercayaan rendah beresiko mengalami bullying karena orang yang memiliki kepercayaan diri rendah cenderung pasrah pada suatu keadaan yang tidak baik dan menganggapnya sebagai nasib yang harus dijalani. Dikucilkan oleh rekan kerja pada suatu kegiatan, ditinggalkan sendiri pada makan siang atau jam istirahat merupakan contoh kecil perilaku bullying.

Faktor Penyebab BullyingFaktor individual berpengaruh pada individu sehingga mengalami bullying seperti kepercayaan diri yang rendah, disabilitas, kelemahan fisik, rasa malu dan tidak asertif atau kepribadian yang cemas, kurang berteman, dan penolakan sosial (Coyne, dkk, 1999; Monks & Smith, 2000). Kepercayaan diri yang rendah, efikasi diri (keyakinan atas kemampuan diri dalam menjalankan tugas tertentu) yang tidak baik sehingga membuat seseorang minder, pasrah pada nasib, membiarkan ketidak adilan dan tidak memiliki keberanian mengkomunikasikan ketidakadilan, berpeluang menciptakan korban bullying. Karyawan / pegawai yang selalu menerima saja pekerjaan yang bahkan melebihi beban kerjanya apalagi pekerjaan tersebut sebenarnya bukan tanggungjawabnya, akan memudahkan atasan ataupun rekan sekerja melakukan bullying karena ketika beban kerja yang sebenarnya bukan tanggung jawabnya tidak lagi mau dikerjakan dapat menimbulkan ketidaksenangan bawahan atau rekan kerja sehingga dikucilkan dan lain sebagainya.

Apa yang harus dilakukan?Ketika kita yang menjadi korban bullying, perlu diketahui bahwa pelaku bullying akan merasa sangat puas dengan tekanan yang dilakukan pada orang yang ditindas sehingga yang perlu dilakukan adalah bersikap tenang, jika memungkinkan mengkomunikasikan pada pelaku atas ketidakyamanan yang dialami atau meminta bantuan rekan kerja yang dianggap mampu menengahi. Bagian kepegawaian atau HRD juga harus mampu bersikap adil dalam memberikan asistensi karena tidak jarang pelaku bullyinglah yang mendahului korban bullying menyampaikan masalah bullying ini.Perlu dipahami pula, pelaku bullying bisa saja merupakan korban masa lalu. Pernah ditindas dan tidak memiliki copying strategy yang baik untuk melewatinya sehingga situasi dan kondisi memungkinkan, ia akan membalskan dendam. Persepsi yang berkembang dengan baik dilingkungan kerja seperti : senior wajib “ di hormati “, bos tidak pernah salah, cukup memiliki andil memperpanjang bullying.Mengantisipasi bullying ditempat kerja dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan bersama dikantor. Dengan mengesampingkan jabatan, disela kegiatan kantor dilakukan rekreasi, makan bersama, melakukan ibadah bersama dan kegiatan bermanfaat lainnya. Pembinaan pegawai lebih dioptimalkan lagi misalnya dengan kegiatan konseling karena dengan menemukali bullying dan korban bullying dapat ditangani dengan lebih baik atau melakukan pelatihan pengembangan diri. Dengan demikian lingkungan kerja yang sehat akan mendukung pula kinerja pegawai menjadi lebih baik lagi.

Oleh : Marsaulina Sri Rezeki Gultom, S.Pd, MA

Sumber artikel : JURNAL Pusdiklat Kesos Tahun 2012 Hal. 38 – 40

http://budhidharma.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=139

Page 3: Bullying Di Tempat Kerja

Perilaku Bullying di Tempat Kerja3

Post on 16-May-11 Oleh NVLPernahkah Anda mendapat perilaku yang kurang menyenangkan di lingkungan pekerjaan Anda?

Dituduh melakukan kesalahan yang tidak Anda lakukan? Mendapat tekanan berupa kata – kata

kasar atau tatapan mata yang sinis dari atasan maupun rekan sekantor? Apa Anda merasa

terintimidasi secara berlebihan di lingkungan kantor Anda? Dan akhirnya, apakah Anda merasa

tertekan dan kehilangan gairah untuk bekerja? Jika iya, mungkin Anda mengalami apa yang

disebut dengan bullying di kantor Anda.

Bullying merupakan suatu bentuk perilaku seseorang atau sekelompok orang yang secara berulang

– ulang memanfaatkan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban)

baik secara mental maupun fisik. Tindakan ini biasanya dilakukan dengan cara mengejek,

menyebarkan rumor/menghasut, mengucilkan, menakut – nakuti (intimidasi), mengancam,

menindas, atau menganiaya secara fisik seperti mendorong, menampar, dan memukul.

Bullying di tempat kerja berhubungan dengan perilaku dan praktek negatif secara berulang. Hal

ini ditujukan kepada satu atau beberapa pegawai, sehingga berakibat ketidakberdayaan dan

penderitaan psikologis terhadap korban yang secara langsung akan mempengaruhi perilaku kerja

korbannya.

Sebenarnya, perilaku bullying ini lebih sering terjadi di lingkungan pendidikan, terutama pada

tingkat Sekolah Menengah Atas. Namun, pada kenyataannya cukup banyak bullying yang terjadi di

lingkungan kerja. Perilaku ini mengakibatkan berbagai macam reaksi psikologis terhadap

korbannya, seperti rasa cemas, tertekan, gelisah, tidak percaya diri, tidak mau/takut bergaul

dengan lingkungan, menurunnya prestasi dan potensi diri, pesimis dan mudah putus asa, malu,

cenderung menyalahkan diri sendiri, pendiam, mudah murung, dan tidak bisa berkonsentrasi. Pada

umumnya korban bully tidak bisa dengan cepat melakukan perlawanan. Biasanya, korban adalah

staf (kontrak) yang dianggap kecil dan cenderung tidak memiliki kepercayaan diri dan dukungan

dari orang lain untuk melawan balik. Akhirnya sering para korban yang masih pegawai “kontrak”

ini merasa tertekan dan tidak betah sehingga memilih mengundurkan diri dari pekerjaan.

Page 4: Bullying Di Tempat Kerja

Ada beberapa bentuk bullying yang sering terjadi di tempat Anda bekerja dan beberapa terkadang

tidak terlihat seperti sebuah perilakubullying. Dengan keadaan seperti itu, korban tidak tahu atau

tidak merasa bahwa dirinya sedang mengalami suatu tekanan atau intimidasi. Biasanya

bentuk bully terselubung itu berupa penghinaan secara pribadi (mengejek, mencela, atau

mempermalukan), intimidasi (lebih kepada fisik, namun berdampak pada psikologis, seperti

mendorong atau menghalangi jalan), tidak memberikan informasi yang berhubungan dengan

pekerjaan, memberikan tugas diluar batas kemampuan, terus – menerus menyoroti kesalahan kita

dan mengkritik habis – habisan ide yang kita utarakan, serta pengucilan sosial.

Di sini perlu adanya pihak yang secara serius mengawasi dan menengahi perilaku bullying di

tempat kerja ini, karena para korbanbullying tidak berani melaporkan apa yang telah dia alami

karena takut salah melangkah. Biasanya para pelaku bullying kebanyakan adalah karyawan yang

memiliki dukungan dari eksekutif dalam suatu perusahaan.

Dalam situasi seperti ini, peran Human Resources atau HR sangat dibutuhkan. Profesional HR

perlu melakukan suatu pengamatan lebih mendalam mengenai hal ini. Perlu adanya satu

peraturan perusahaan yang mengatur tentang pelanggaran, pelecehan, danbullying. Peraturan

tersebut juga harus menggariskan tentang prosedur disiplin, hukuman terhadap pelanggaran,

siapa yang berhak menyelidiki laporan keluhan, dan mengatur tenggat waktu penyelidikan dan

pengambilan keputusan.

http://id.jobsdb.com/id/ID/Resources/JobSeekerArticle/Bullying%20di%20Tempat%20Kerja?ID=520