buletin pemikiran dan peradaban islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian...

14
Spesial Idul Fitri Berkah Kemenangan Vol. I/02 (Juni 2019) WORLDVIEW BERKAH KEMENANGAN Hakikat Sebuah Kemenangan Ramadhan Bersama Ustadz Abdul Somad Pesan Moral Ramadhan Imsak Khabar: Ramadhan Charity Prime Foundation Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam

Upload: others

Post on 20-Jul-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

Spesial Idul Fitri Berkah KemenanganVol. I/02 (Juni 2019)

WORLDVIEW

BERKAH KEMENANGAN

Hakikat Sebuah Kemenangan

Ramadhan Bersama Ustadz Abdul Somad

Pesan Moral Ramadhan

ImsakKhabar:

Ramadhan Charity Prime Foundation

Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam

Page 2: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

Pemimpin Umum: Azka Annisa Pimpinan Redaksi: Abdullah Muslich Rizal Maulana Wakil Pimpinan Redaksi: Hasbi Arijal Redaktur Pelaksana: Sulthan Asyam Karimov Al-Masyhida Sekretaris Redaksi: Nurul Azizah Bendahara/ Marketing: Rezki Kaulan Maisurah Arabic Advisory: Umi Mahmudah English Advisory: Sekar Arum Tamma Rahmadani Public Relation: Yuangga Kurnia Yahya, Leo Haika To’o. Email: [email protected] Rekening: 00700-100052-5560BRI a.n Prime Foundation

WORLDVIEW Buletin Pemikiran dan Peradaban Islam diterbitkan berkala secara online oleh Prime Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (PISITAC), Divisi Pendidikan dan Dakwah Prime Foundation.

Informasi donasi dan sponsorship: +62 812-2561-2988 (Rezki Kaulan Maisurah).

Assalamu’alaykum warahmatullahi wa-

barakatuh.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan Se-

mesta Alam, Yang Maha Ada, dan Akan Senantiasa

Ada hingga Kata Ada itu Tiada. Di penghujung Ramad-

han ini, izinkan PISITAC untuk kembali menghadirkan

Buletin Worldview Vol.I/02 yang bertajuk “Berkah

Kemenangan”. Adapun untuk edisi kali ini, adalah edisi

khusus Hari Raya Idul Fitri yang mana akan menyam-

paikan sejumlah tulisan terkait dengan refleksi Ramad-

han 1440 dan bagaimana kita semestinya menyikapi

hari-hari setelah Ramadhan selanjutnya hingga datan-

gnya Ramadhan tahun depan. Semoga kita semuanya

masih dikaruniai rezeki umur yang panjang guna men-

yambut Bulan Suci ini di kemudian hari. Aamiin ya Rab-

bal ‘Alamin.

Untuk Khazanah kali ini akan disajikan oleh Pra-

basworo Jihwakir dan Sekar Arum Tamma Ramadani.

Prabasworo Jihwakir, selaku Dewan Pembina Prime

Foundation mengutip sejumlah ayat di dalam al-Qur’an

dan sabda suci Rasulullah Muhammad shallallahu

‘alayhi wa sallam terkait dengan bagaimana sejatinya

pribadi seorang Muslim mampu meningkatkan derajat

kesalihan usai menjalankan puasa Ramadhan. Di lain

sisi, Sekar Arum Tamma Rahmadani berupaya men-

gungkap hakikat kemenangan sejati yang bukan hanya

kemenangan usai melaksanakan ritual berpuasa, na-

mun justru dalam bentuk pengakuan kehambaan prib-

adi di depan Allah Azza wa Jalla. Edisi kali ini juga tak

lupa mencantumkan Talkhish yang kali ini ditulis oleh

Umi Mahmudah, Dosen Universitas Darussalam Gontor

yang mencoba merangkum sejumlah hikmah berpua-

sa dalam “Ramadhan Bersama Ustadz Abdul Somad”.

Di edisi khusus Hari Raya Idul Fitri ini, Worldview juga

akan melaporkan sejumlah kegiatan Ramadhan Charity

yang diorganisir oleh Prime Foundation di sejumlah

regional di Indonesia yaitu: Ponorogo, Jabodetabek,

dan Riau.

The last but not least, sebagaimana tradisinya,

Pimpinan Redaksi Worldview, Abdullah Muslich Rizal

Maulana akan mengakhiri silaturahim edisi ini dengan

Ibrah berjudul ‘Imsak’. Tulisan ringan ini akan mengulas

sejumlah fakta-fakta kehadiran Puasa di setiap agama

beserta esensinya sebagai kontrol hasrat duniawi,

sekaligus menyajikan mental apa yang semestinya di-

miliki seorang muslim yang sukses melaksanakan pua-

sa dalam pandangan hidup (worldview) Islam.

Akhirnya, jajaran Pengurus Prime Foundation,

Tim Peneliti PISITAC, dan Tim Redaksi WORLDVIEW

mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkum,

taqabbal ya karim. Minal ‘aaidiin wal faaizin. Selamat

Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Semoga semua jariyah in-

telektual kita bisa menjadi wakaf ilmu pengetahuan

bagi seluruh ummat yang membutuhkan. Aamiin. Alla-

humma Aamiin.

Wassalamu’alaykum warahmatullahi wa-

barakatuh.

SALAM

Page 3: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Hakikat Sebuah Kemenangan1

Sebagai seorang muslim, bulan Ramadhan merupakan momen istimewa yang begitu dinanti. Mengapa? Karena di bulan ini umat muslim sedang diberi sebuah kesempatan yang

sebesar-besarnya oleh Allah SWT untuk memperbanyak pahala dengan memperbaiki amal perbuatan sebagai sebuah usaha mendekatkan diri keada Allah SWT. Jika masih ada yang memertanyakan tentang hal-hal yang membuat bulan ini istimewa, maka mari kita telaah bersama-sama ulasan-ulasan dibawah ini.

Keistimewaan pertama adalah perintah untuk berpuasa selama satu bulan lamanya. Dalam agama Islam, kita memang mengenal adanya ibadah puasa, namun untuk kali ini kita harus melakukannya selama satu bulan penuh. Perintah Allah untuk melaksanakan ibadah ini telah jelas tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 183. Kewajiban puasa di bulan Ramadhan dimaksudkan untuk melatih manusia dalam menahan rasa lapar, haus, serta segala macam tingkah laku yang dilakukannya sehari-hari. Hal-hal yang dapat membatalkan atau menggugurkan pahala puasa diantaranya; membicarakan orang atau ghibah, menangis, melihat konten-konten yang mempertontonan aurat, dan marah. Sesungguhnya kesulitan terbesar dari ibadah ini bukanlah menahan diri dari lapar dan haus, akan tetai menahan diri dari tidak membicarakan keburukan orang lain, menjaga pandangan mata kita agar tidak melihat hal-hal yang tidak berguna, menahan diri kita dari kemalasan untuk melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat berjama’ah, menahan diri untuk tidak tergoda dengan ajakan-ajakan ngabuburit yang lebih

Khazanah

Hakikat Sebuah

Kemenangan Oleh: Sekar Arum Tamma Rahmadani

Peneliti PISITAC

sering digunakan untuk nongkrong dan membahas hal-hal duniawi daripada mendengarkan ceramah atau membaca ayat suci Al-Qur’an, dsb. Maka, barangsiapa yang senantiasa menjaga pahala puasanya hingga hari Ied tiba, maka mereka adalah termasuk orang-orang yang beruntung.

Keistimewaan kedua adalah, diturunkannya Al-Qur’an. Seperti yang telah kita ketahui bersama, Al-Qur’an merupakan mukjizat yang Allah turunkan kepada Rasulullah Muhammad, SAW untuk menjadi petunjuk bagi umatnya. Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang abadi hingga akhir zaman. Tidak ada lagi kitab yang akan lebih semurna darinya, seerti tidak mungkin lagi ada nabi setelah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Peristiwa turunnya kitab ini adalah ketika Rasulullah sedang menyendiri di Gua Hira, kemudian turunlah malaikat Jibril memerintahkan beliau untuk membaca, sewaktu itu Rasulullah menjawab dengan pernyataan bahwa beliau tidak bisa membaca. Kemudian Jibril mengulang lagi perintahnya sebanyak 3 kali hingga akhirnya Rasulullah mampu memahami apa yang Jibril perintahkan.

Keistimewaan ketiga adalah pelipatgandaan pahala. Jika di hari-hari biasa diluar bulan Ramadhan kita melakukan satu kebaikan, maka ia akan mendapatkan satu ahala. Namun, ketika di bulan Ramadhan ini, Allah melipatgandakan pahala bagi siapapun yang melakukan kebaikan. Satu perbuatan baik akan dikali sepuluh, masih akan dikalikan lagi dengan seratus, tujuh ratus, dan seribu. Yang lebih dahsyat lagi adalah ketika kita membaca Al-Qur’an, yang dihitung pahalanya bukanlah

Page 4: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Hakikat Sebuah Kemenangan2

per-kata, akan tetapi setiap huruf dari kata yang kita baca akan diupahi pahala, itu belum termasuk pahala menelaah isi Al-Qur’an, dan mengamalkannya. Sungguh tidak ada yang mampu menandingi limpahan kasih sayang Allah di bulan ini.

Keistimewaan keempat adalah, adanya Malam Lailatul Qadar. Apa itu malam lailatul qadar? Malam lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dariada seribu bulan. Yang mana jika kita beribadah ada malam itu, maka ahalanya sama seerti kita beribadah selama 1000 bulan. Malam dimana Allah akan mengabulkan segala permohonan ampun hamba-Nya. Di malam ini akan turun ribuan malaikat ke bumi untuk mengabulkan segala permintaan hamba-Nya. Pun jika ada yang bersedekah di malam ini, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya seerti ia telah bersedekah selama 1000 bulan, Subhanallah.

Keistimewaan selanjutnya adalah zakat fitrah. Apa itu zakat fitrah? Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan peremuan muslim yang mamu dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata ‘fitrah’ yang ada, merujuk pada

Khazanah keadaan manusia saat baru dicitakan, sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan seizin Allah SWT akan kembali suci dan kembali kepada fitrahnya.

Keistimewaan yang terakhir adalah dipertemukan dengan hari ‘Eidul Fitri. Sungguh tidak ada rangkaian ibadah yang begitu epik dan sistematis melebihi ibadah di bulan Ramadhan. Dari mulai puasa, nuzulul qur’an, lailatul qadar, zakat fitrah, kemudian ditutup dengan meraih kemenangan yang hakiki di hari ‘Eidul Fitri. ‘Eid/’Id dalam bahasa arab artinya kembali, sedangkan fitri atau fitrah artinya suci. Jadi secara harfiah eidul fitri berarti kembali kepada kesucian.

Hari Idul Fitri meruakan ujung tombak kegiatan ibadah pada bulan Ramadhan. Setelah kita melaksakan berbagai ritual mendekatkan diri kepada Allah dengan begitu khusyu’, maka inilah saatnya kita menggapai sebuah kemenangan yang hakiki. Dimana kita terlahir kembali sebagai ribadi yang polos dan belum ternoda, sama seperti saat kita dilahirkan ke dunia ini pertama kali.

Maka dari itu, di malam idul fitri disunnahkan bertakbir, mengagungkan ke-Maha Besaran Allah. Karena sejatinya semua yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah SWT. Di hari ini pula dianjurkan untuk saling meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain. Mengakui keadaan diri sendiri dan orang lain bahwasanya kita sebagai manusia tidak luput dari kesalahan. Meminta maaf juga berarti menyambung kembali silaturrahim ruhani yang ternoda oleh gesekan-gesekan ego, nafsu dan dosa kepada manusia dan kepada Allah. Permintaan maaf tersebut, tidaklah lain sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT. sMaka, dengan ini pula kemenangan yang hakiki telah didapatkan, yaitu saat manusia telah mengakui ke-hambaan-Nya dihadapan dirinya dan dihadapan Allah SWT, Wallahu a’lam bisshawab.

Sekar Arum Tamma Rahmadani, lahir di Surabaya, Surabaya 13 Maret 1992. Lulus dari Program Sarjana (S1) Program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor pada tahun 2014 dengan skripsi berjudul ‘John Hick on God’. Arum saat ini menyibukkan dirinya tidak hanya sebagai Language Advisory Worldview dan Tim Social Media @Pisitac684 namun juga diamanahi oleh masyarakat sebagai Kepala Sekolah PAUD dan TPA Rumah Ceria, Yogyakarta.

Page 5: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Talkhish3

Tarhib Ramadhan, tarhib diambil dari kata

rahaba yang artinya lapang. Disebut lapang

karena tarhib Ramadhan maksudnya adalah

kita ingin menunjukkan bahwa hati kita

lapang menerima dan menyambut Ramadhan. Sebab

faktanya, tidak semua orang berhati lapang ketika

menyambutnya. Ada orang yang hatinya sempit ketika

Ramadhan datang karena berpikir bahwa dengan

datangnya Ramadhan berarti tidak lagi dapat bertemu

dengan lontong sayur dan nasi uduk, dan yang paling

tragis adalah tembakau.

Maka ungkapannya sering disebut dengan

marhaban ya Ramadhan. Artinya, lapang dada kami

menerima kedatangan Ramadhan. Kelapangan dada

menyambut Ramadhan ini kita tunjukkan dengan

sejumlah kesiapan, di antaranya adalah kesiapan ilmu,

karena ilmu lebih didahulukan daripada amal. Sebelum

beramal, kita harus tahu terlebih dahulu ilmunya

agar sesuai dengan tuntutan Rasul dan mendapatkan

pahala. Bisa jadi seorang muslim begitu semangat

ketika menyambut Ramadhan, namun jika belum

mengetahui cara berpuasa, apa saja amal-amal yang

disunahkan didalamnya dan hal-hal yang membatalkan

puasa maka nilai amalnya belum sempurna.

Mengenal bulan suci ini merupakan tahap

awal paling efektif yang bisa kita lakukan. Kalau ada

orang mulia yang ikut shalat dan ibadah bersama kita,

namun kita baru mengetahuinya setelah dia pergi,

maka pengetahuan kita yang terlambat seperti itu

tidak banyak berguna. Begitu juga Ramadhan, jika kita

mengenalnya beberapa saat sebelum habisnya ia, hal itu

sangat disayangkan. Kemudian sebagai hamba sudah

sepatutnya manusia memperbaiki hubungan dengan

Allah SWT Sang Pencipta alam semesta. Ada orang yang

merasa selama ini sudah berhubungan baik dengan

Allah karena merasa sudah shalat, tidak mencuri, tidak

berzina, dan tidak melakukan hal-hal yang batil. Namun

TalkhishJudul : Ramadhan Bersama

Ustadz Abdul SomadPenyunting : Tim Redaksi Nada

Publising Penerbit : Nada PublishingISBN : 978-602-70606-6-1Tahun Terbit : 2019

Oleh: Umi Mahmudah

Peneliti PISITAC

Page 6: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Talkhish4

apakah kita sudah bisa dikatakan orang yang tanpa

dosa? Rasulullah SAW adalah orang yang sangat bersih

dari dosa, namun beliau selalu beristigfar dan bertobat

dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali untuk meminta

ampunan kepada-Nya. Lantas, kita yang manusia biasa

apakah tidak perlu memohon ampun kepada-Nya?

Dan sebagai makhluk yang madaniun lithab’i

memperbaiki hubungan dengan sesama manusia

menjadi hal yang perlu dilakukan. Selain menjalankan

ibadah sesuai syari’at, manusia juga perlu memperbaiki

setiap permasalahan sosial yang hadir di tengah

masyarakat majemuk. Dalam salah satu hadist Rasul

dijelaskan bahwa tidak masuk surga orang yang

memutus silaturahmi. Ini menjadi perintah bagi seluruh

manusia untuk menjaga hubungan sesamanya.

Kemudian, Ramadhan adalah bulan diturunkannya

Al- Qur’an. Jika kita mempunyai anak maka pada saat

bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian

yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di

bulan turunnya ini kita siapkan dan kita beri perhatian

yang lebih kepadanya. Dalam salah satu hadist Nabi

SAW disebutkan, “bacalah Al-Qur’an. Sesungguhnya

Al- Qur’an pada hari kiamat akan datang memberi

syafaat kepada orang-orang yang membacanya” (HR.

Muslim dari Abu Umamah Al Bahili). Untuk itu mari kita

perbanyak bermuamalah dengan Al – Qur’an untuk

mendapatkan syafa’at darinya.

Menurut Ibnul Qayyim, ibadah dibagi menjadi

tiga, yaitu ibadah badani, mali dan badani wa mali. Puasa

termasuk dalam ibadah badani wa mali, yaitu ibadah

yang menuntut ketahanan fisik, apabila seseorang

sakit maka tidak diwajibkan untuk berpuasa. Untuk

itu sudah semestinya kita menjaga kesehatan jasmani

dan rohani termasuk menjaga kesehatan selama puasa

berlangsung.

Sebentar lagi, bulan Ramadhan akan berakhir,

tergantikan dengan hari kemenangan ‘Idul Fitri.

Semoga setelahnya kita tetap mampu menjalankan

semangat Ramadhan dengan membaca al-Qur’an dan

melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Jangan lah lupa,

sudah sepatutnya kita berdo’a mengikuti baginda

Rasulullah agar dipertemukan dengan bulan baik ini di

tahun selanjutnya dengan persiapan yang lebih matang

lagi.

Dalam buku ‘Ramadhan Bersama Ust. Abdul

Somad’ ini kita akan mempelajari banyak hal mengenai

bulan Ramadhan. Mulai dari persiapan pra Ramadhan,

amalan-amalan di bulan Ramadhan, sampai hal-hal

yang harus kita perhatikan pasca Ramadhan. Dan

terdapat pula beberapa pembahasan tentanag tarhib

Ramadhan, fiqih Ramadhan, cara memaksimalkan

Ramadhan, menjaga spirit Ramadhan dan juga terdapat

khutbah Idul Fitri. Semua materi di dalamnya berasal

dari kumpulan ceramah Ustadz Abdul Somad, Lc, M.A

atau yang lebih dikenal dengan panggilan UAS yang

tersebar di Youtube, setelah sebelumnya meminta

keridhaan beliau untuk menerbitkannya dalam bentuk

buku.

Semoga kita semua bisa mengambil manfaat

di dalamnya dan mengamalkannya dengan sebaik-

baiknya. Dan apa yang kita lakukan mendapat ridha

dari Allah SWT. Wama taufiq illa billah. ‘Alaihi tawakkaltu

wa-ilaihi unibu.

Umi Mahmudah, Dosen Program Studi Pendidikan

Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah Universitas Darussalam

(UNIDA) Gontor dan Koordinator TOAFL ini lahir di

Ponorogo, 20 Juni 1991. Lulus dari Program Pascasarjana

UNIDA Gontor tahun 2017 dengan judul Thesis:

.تطوير املواد التعليمية يف مادة التعبري التحريري Mulai Juli nanti, Umi akan menjadi Peserta International

Exchange dalam bidang Studi Bahasa Arab yang disponsori

oleh Qatar University di Doha, Qatar selama satu tahun

(2019-2020).

Talkhish

Page 7: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Peran Moral Ramadhan5

Khazanah

Pesan Moral Ramadhan

Oleh: Muhammad Prabasworo Jihwakir

Dewan Pembina Prime FoundationSebentar lagi, pada hari pertama bulan

Syawwal, kita akan datangi sehamparan

bumi Allah dengan dada bergetar. Ada

kecamuk haru, gembira, sedih, sekaligus

syukur. Karena pada malam sebelumnya, Ramadhan

yang penuh barakah, rahmat, dan ampunan kita

akan lepas kepergiannya dengan perasaan pilu.

Walau hati berat berpisah dengan bulan yang telah

menghadirkan kelezatan hidangan ta’at dan ibadah

itu, takbir berulang-ulang akan kita sanjungkan ke

hadirat Tuhan Semesta Alam, sebagai tanda syukur

atas petunjuk dan bimbingan-Nya selama ini.

وا الل على ما هداكم ولعلكم تشكرون ة ولتكب ولتكملوا العد“… dan sempurnakan hitungan puasamu,

takbirkan Allah atas petunjuk-Nya, dan bersyukurlah

kalian” (QS Al-Baqarah:185).

Di tempat yang terbuka nanti, kita akan

hempaskan tubuh kita. Kita rapatkan dahi kita dengan

tanah. menyungkur kita di hadapan Allah Yang

Agung. Dengan bening hati kita, kita berbisik kepada

Allah, “Tuhan, inilah hamba-Mu yang hina, rebah di

kaki-Mu. Hidup matinya dalam kuasa-Mu. Punggung

melengkung karena berat memikul beban dosa. Bibir

kelu tak sanggup memuji-Mu dan mengucap syukur

atas anugerah-Mu.” Pada saat yang sama, kita semua

mengakui dosa kita; berharap kesucian menggantikan

kuasa kegelapan dan keangkuhan atas jiwa kita selama

ini.

Banyak yang bertanya-tanya kenapa kita

merayakan Idul Fitri di penghujung Ramadhan. Apakah

kita gembira lantaran Ramadhan berakhir? Bagaimana

mungkin kita senang dengan berlalunya bulan Allah

yang sedemikian agung, dengan segala barakah,

rahmat, dan ampunan yang meruah bersamanya?

Alasan sebenarnya kita merayakan Idul Fitri ini

bukanlah karena kita suka bulan ini berakhir, melainkan

lantaran kita berterima kasih kepada Allah atas karunia-

Nya kepada kita berupa bimbingan, kesempatan dan

kekuatan untuk menjalankan perintah-perintah-Nya

di bulan rahmat itu. Kita bahagia karena kita berhasil

berpuasa dan beribadah selama Ramadhan, dan boleh

berharap bahwa taqwa kita meningkat, yang adalah

tujuan sebenarnya dari puasa.

Sahabat Ali bin Abi Thalib r.a. memberikan kalam

yang begitu indah tentang Hari Raya, “‘Id adalah bagi

yang puasanya diterima Allah, dan ibadahnya terpuji di

mata Allah. Setiap hari yang di dalamnya engkau tidak

durhaka kepada Allah adalah Hari Raya (‘Id).” Kalimat

ini mengundang pemikiran kita, bahwa setiap hari

yang di dalamnya kita tidak melakukan dosa apapun,

hakikatnya dalah hari besar bagi kita.

Selama Ramadhan, orang-orang beriman

merasakan betapa benar sabda Nabi Agung

Muhammad SAW,

إذا جاء رمضان، فـتحت أبـواب اجلنة، وغلقت أبـواب النار، وصفدتالشياطني - متفق عليه

“Ketika Ramadhan hadir, dibuka lebar pintu-

pintu surga, ditutup rapat pintu-pintu neraka, dan

Page 8: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Peran Moral Ramadhan6

Khazanahsetan-setan dibelenggu” (HR Muttafaq ‘alayh).

Selama bulan kesembilan ini kita lakukan puasa,

tadarus Quran, qiyam tarawih, doa dan munajat, i’tiraf

(pengakuan dosa) dan istighfar, bahkan i’tikaf selama

sepuluh hari sepuluh malam terakhir, dengan harapan

mendapatkan rahmat, maghfirah, barakah, ketinggian

derajat taqwa, dan pembebasan dari derita dan nista

dunia serta siksa akhirat.

Namun kita saksikan tiga macam tipa manusia

ditinjau dari pilihan bersikap terhadap Ramadhan.

Pertama, orang yang tidak berbeda sikap terhadap ada

atau tiadanya Ramadhan. Yang semula munkar tetap

munkar, yang semula taat kepada aturan agama tetap

tak berubah. Kedua, orang yang menjadi taat, gemar

beribadah dan menjauhi maksiat karena haibah dan

barakah Ramadhan. Golongan ini sangat rajin bahkan

jadi penggila amal selama bulan Ramadhan. Tetapi

mana kala Ramadhan berakhir, mereka kembali kepada

kebiasaan semula dalam keengganan beribadah dan

sikap meremehkan aaturan agama. Ketiga, orang yang

semula shalih dan taat kepada Allah, menjadi lebih

taat dan lebih shalih dengan ketibaan Ramadhan,

istiqawmah sepanjang bulan, serta harus melestarikan

ketaatan dan keshalihan meskipun Ramadhan telah

usai, karena semata cinta dan taat kepada Allah ‘Azza

wa Jalla.

Muara seluruh perintah dalam Islam adalah

pembentukan pribadi yang luhur. Ad-diinu husnu

l-khuluq, agama adalah budi pekerti yang baik, sabda

Nabi SAW. Puasa Ramadhan, seperti perintah ibadah

ritual lainnya, adalah proses untuk menghantar setiap

muslim memiliki akhlaq yang luhur. Seseorang yang

gemar puasa dan rajin shalat, tetapi suka menyakiti

orang-orang dengan lisannya, menurut Nabi SAW,

adalah ahli neraka! Ali bin Abi Thalib menyebut shalat

sama pentingnya dengan berderma.

Diriwayatkan, Rasulullah SAW mendengar

seorang wanita menghardik jariyah (pembantu rumah

tangga)-nya, padahal wanita itu tengah berpuasa.

Nabi kemudian mendatanginya sambil membawa

semangkuk makanan, seraya bersabda, “Ini,

makanlah!” “Ya Rasulallah, saya sedang berpuasa,”

jawab wanita itu. Lalu Nabi bersabda, “Aneh engkau

ini. Engkau berpuasa tetapi membentak pembantumu?

Sungguh, puasa itu bukan hanya menahan makan dan

minum. Tetapi Allah jadikan ia penghalang bagi selain

keduanya berupa keburukan kata dan perbuatan yang

dapat merusaknya. alangkah sedikitnya yang berpuasa,

Page 9: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

Khazanahbetapa banyak yang lapar saja!.”

Jadi, meski tidak berpuasa dan tidak shalat itu

berdosa, tapi apa guna puasa dan shalat, bahkan haji,

jika hati kita keras tak berperasaan, kita egois tak peduli

derita sesama, kita berbelanja berlebihan sementara

tetangga kita bingung dililit utang dikejar tagihan biaya

makan, kesehatan, dan pendidikan? Atau, kita sombong

merasa suci sendiri, suka mencela dan meremehkan

orang lain?

Jika dahi kita menghitam karena banyak

sujud di kesunyian malam-malam puasa, apakah dahi

yang sama kita dongakkan di tengah manusia karena

sombong, hanya karena kita merasa banyak harta,

tinggi ilmu, banyak amal, banyak pengikut, keturunan

kenamaan atau berkedudukan tinggi, atau punya anak-

anak yang sukses?

Jika mulut kita bergetar dalam dzikir memuji

kebesaran Tuhan, juga tangan-tangan kita tengadah

dalam munajat dan doa selama bulan puasa, akankah

mulut dan tangan yang sama kita gunakan untuk

menyakiti orang lain, merampas hak sesama, juga

untuk meraih dan memakan barang-barang haram?

Jika kita telah paksa perut dan kerongkongan

kita merasakan pahitnya lapar dan keringnya dahaga

selama siang bulan Ramadhan, tidakkah kita

bayangkan dan rasakan perut dan kerongkonan kaum

fuqara wa masakin, mereka yang tidak beruntung

dan berkekurangan, lebih sering didera lapar karena

terpaksa?

Mari, di Hari Idul fitri yang kian dekat ini, jangan

kita keliru memandang diri kita sendiri. Ini bukan hari

kita boleh merasa suci. Ini hari ketika kita masih harus

menghadapi bentangan medan juang, bukan hari kita

merasa menang. Mereka yang suka mersa suci, justeru

adalah para pendurhaka yang memandang remeh dosa-

dosa yang sesungguhnya bikin Allah murka. mereka

yang merasa menang, justeru adalah orang- orang

lemah yang tak banyak berjuang dan lengah di tengah

kepungan musuh yang tak kenal lelah menyerang.

Kita boleh berharap dan mengupayakan

kesucian dan kemenangan; karena Allah Yang Mahasuci

hanya bisa didekati oleh hamba-hamba yang suci atau

mensucikan diri dengan mengalahkan godaan syaithan

dan dorongan hasrat yang nista; tetapi tidak layak

merasa suci dan menang! Lihatlah Baginda Rasulullah

SAW, manusia paling agung dan suci yang pernah

dilahirkan ke punggung bumi. Tak kurang dari 100 kali

Ayah Fatimah ra ini memohon ampun atas “dosa”

yang tidak pernah ia lakukan. Saat Fathu Makkah, yang

menandai kemenangan tak terbantahkan atas musuh

-musuh kebenaran, ia tidak bersorak, tidak hanyut dalam

pesta-pesta perayaan; ia justru tak henti bertasbih,

memuji tuhan, bahkan beristighfar, dengan punggung

yang melengkung, hingga dahinya hampir menyentuh

punggung untanya! Dan ia umukan pengampunan

besar-besaran kepada seluruh musuhnya, padahal ia

berkuasa penuh untuk menghukum mereka. Seperti

Yusuf a.s. yang berkata kepada saudara-saudaranya

yan telah mencampakkannya ke dalam sumur tua,

لكم وهو أرحم الراحني قال ل تـثريب عليكم اليـوم يـغفر الل“Tiada permusuhan atas kalian semua pada

hari ini. Semoga Allah mengampuni kalian, karena Dia

Mahasayang.” (QS Yusuf: 92)

Mari, kita berbagi maaf kepada siapapun yang

pernah menyakiti kita, dan mari kita tak segan minta

maaf setulusnya kepada siapapun yang mungkin

pernah kita sakiti.

Muhammad Prabasworo Jihwakir, lahir di Yogyakarta,

6 April 1992. Lulus dari Departement of Mass

Communications, Faculty of Arts, King Saud University

dengan Judul Skripsi:

تغطية قناة اجلزيرة جتاه الربيع العريب pada tahun 2017. Saat ini berkhidmah sebagai Pengasuh

Ayatuna Quran Academy di Yogyakarta, Prabasworo

Jihwakir juga satu dari Dewan Pembina Yayasan Prime

Foundation.

WORLDVIEW | Peran Moral Ramadhan7

Page 10: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Imsak8

Kalimat yang dikutip dari Edward Farrell

oleh John Piper ini sepertinya penting

untuk direnungkan. Farrel meyakini bahwa

hampir di setiap tempat dan zaman

manapun, puasa selalu memililki posisi yang mulia

karena kedekatannya dengan sense keagamaan

(Hunger for God, 16). Ini artinya, meskipun sudah

kita ketemukan fungsi puasa yang berdasarkan

sudut pandang psikologi, kesehatan, maupun

antropologi sekalipun, asal muasal Puasa tetap secara

absah terlacak dari ajaran agama. Setiap Agama,

seyogyanya memang memiliki konsep puasa yang

berbeda satu sama lain dengan ciri khas yang menjadi

identitas. Misalnya, Ummat Yahudi berpuasa di hari

Yom Kippur dan hari Tisha B’av. Puasa Yom Kippur

dilaksanakan mulai pada tanggal 10 bulan Tishri

sebagai hari pertaubatan tahunan Umat Yahudi.

“When the sense of God diminishes,

fasting disappears”

Sementara Tisha B’av dilakukan pada hari kesembilan

bulan Av dan dilaksakanan sebagai hari peratapan

akan kehancuran rumah suci Yahudi di Jerusalem.

(Sara E Karesh and Mitchell M Hurvitz, Encyclopedia

of Judaism, 154). Ummat Hindu di Indonesia,

berpuasa selama proses samadi atau meditasi yang

dilaksanakan ketika kajeng kliwon, purnama, tilem,

dan Brata Penyepian yang dilaksanakan selama hari

Raya Nyepi (Jan Hendrik Peters, Tri Hita Karana, 185).

Dalam sejarah Buddhisme, Siddhartha Gautama

berpuasa selama kurun 6 tahun hingga hilang daging

badannya menyisakan kulit berbalut tulang saja

(Sandip T Gaikwad: 2017). Dan begitu seterusnya

contoh model dan teknik berpuasa lainnya dapat kita

temukan di agama-agama lain. Terlepas dari berbagai

latar belakang dan prosesi yang hadir, puasa secara

garis besar bertujuan kepada pendekatan spiritual

pada Tuhan. Pendekatan spiritual itu, dikemas

dalam bentuk ‘penahanan diri’ atau Imsak akan

segala keterikatan duniawi berupa makan, minum,

syahwat, dan lain sebagainya. Ini artinya, Imsak secara

konseptual dilaksanakan dalam ritual berpuasa yang

hadir dalam setiap agama.

Seorang Muslim, tentu saja wajib

memproyeksikan Imsak sesuai dengan konsepsi

pandangan hidup (worldview) Islam guna mencapai

tujuan dari berpuasa itu sendiri. Di sini, pandangan

ImsakOleh: Abdullah Muslich Rizal

Maulana*

Ibrah

Page 11: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Imsak9

Ibrah

hidup berfungsi sebagai basis identifikasi yang tepat

akan ajaran agama sehingga tetap hikmah yang

diderivasi dari ritual dapat bermakna sebagaimana

mestinya. Adapun tujuan berpuasa dalam Islam,

tidaklah lain untuk menjadi hamba-hamba-Nya

yang bertakwa alias Muttaqin (QS al-Baqarah 183).

Pasalnya, Muttaqin tidaklah mampu dengan mudah

didapat kecuali dengan menjalankan puasa dengan

tepat. Berulang kali kita dengarkan sabda Baginda

Nabi dari Abu Hurayrah: “Betapa banyak orang

yang berpuasa tidak mendapatkan apapun dari

puasanya kecuali lapar dan dahaga.” Lebih fatal lagi,

ada sebagian dari manusia yang bertemu dengan

Ramadhan namun tidak diampuni dosanya. Akhirnya,

dia masuk ke dalam Neraka dan dijauhkan Allah dari

Surga (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).

Oleh karena itulah, Imsak perlu dipahami

dengan benar dan dilaksanakan dengan seluruh

potensi yang kita miliki. Imam Abu Hamid al-Ghazali

rahimahullah mencatat dalam bab dalam Ihya’-nya,

bahwa berpuasa itu, sesungguhnya memiliki tiga

tingkatan; Pertama, al-‘Umuum, yaitu Shiyam yang

Imsak-nya meliputi godaan perut dan kelamin. Kedua,

al-Khusuush. Puasa ini tidak hanya menahan godaan

perut dan alat kelamin, namun juga pendengaran,

penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan seluruh bagian

tubuh dari keburukan. Ketiga, adalah Khusuush al-

Khusuush. Puasa level ini berupa Puasa hati yang

menahan diri dari pemikiran-pemikiran negatif nan

duniawi yang dimiliki manusia dari selain Allah azza wa

Jalla secara keseluruhan. Shaum Khusuush al-Khusuush

ini bisa ‘batal’ alias turun derajatnya jikalau sedetik

saja kita berpaling dari fokus kepada Allah. Begitu

beratnya puasa di level ini sehingga Imam al-Ghazali

menulis bahwa “... (Puasa ini) berada di derajat Para

Nabi, Shiddiqiin, dan Muqarrabin”. (Ihya’ Uluum al-Din,

Juz. I, 235)

Imam al-Ghazali mencatat adanya 6 prasyarat

yang semestinya dipenuhi guna mencapai derajat

Shaum Khusuush al-Khusuush: Pertama, Menahan

pandangan dari segala macam keburukan yang bisa

melalaikan hati dari mengingat Allah azza wa Jalla.

Kedua, menjaga lisan dari apa yang tidak semestinya

seperti berbohong, mengghibah, mengadu-domba,

kalimat-kalimat fahisy, kontroversial, dan lain

sebagainya. Lisan, semestinya disibukkan dengan

berdzikir kepada Allah dan bertilawah al-Qur’an.

Ketiga, menahan telinga dari mendengar hal-hal

yang dibenci; termasuk dengan tidak menanggapi

kejahatan-kejahatan lisan seperti sudah termaktub di

atas, dan seterusnya.

Keempat, menahan diri dari hal-hal selain yang

sudah tersebut di atas tidak hanya dilaksakan ketika

berpuasa namun juga ketika Iftar atau berbuka puasa.

Artinya, tidaklah berguna jika sudah seharian bahkan

menahan diri dari makanan yang semestinya halal

disantap, namun ketika berbuka malah bermaksiat,

menyantap kudapan yang diharamkan, lalai akan

shalat, dan lain sebagainya. Menurut Imam al-Ghazali,

hal yang demikian ini seperti orang yang telah

membangun istana namun kemudian tidak hanya

menghancurkannya kembali melainkan sekaligus

menghancurkan ibukotanya (famitsaalu haadzaa al-

Shaa’im mitsaalu man banaa qashran yahdimu mishra).

(Ihya, 236). Dengan kata lain, konsepsi Imsak yang

Page 12: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Imsak10

Ibrahsesungguhnya adalah Imsak yang dilaksanakan tidak

hanya ketika puasa, namun juga ketika tidak berpuasa.

Prinsip keempat ini juga terkait dengan prinsip kelima,

yaitu dengan tidak menyantap makanan yang halal

ketika berbuka dengan berlebihan. Jikalau yang halal

pun tetap tidak boleh dinikmati dengan foya-foya,

apalagi yang diharamkan? Begitulah kemudian Bulan

Ramadhan menjadi ajang pendidikan diri menjadi

muttaqin dalam sebuah proses yang berlangsung

secara kontinu; bukan berarti usai Ramadhan kita

bisa kembali bermaksiat sesuka hati ataupun berlaku

sesuka rupa. Justru, pasca Ramadhan, umat Islam

mampu ‘terlahir kembali’ menjadi pribadi yang lebih

baik iman ilmu dan amalnya.

Keenam, yang paling krusial adalah bahwa

hati seorang yang berpuasa setelah berbuka menurut

Imam al-Ghazali, berkecamuk antara ketakutan dan

harapan; khawatir apakah puasanya hari itu diterima

atau tidak? Di tahap ini, kita temukan bahwa berpuasa

jadinya tidak hanya ‘sekedar’ terlaksana begitu saja.

Puasa seyogyanya diikuti dengan refleksi dan evaluasi

akan baik-tidaknya puasa kita. Seberapa banyak

telinga mendengar ghibah daripada tilawah? Seberapa

basah lisan akan dzikir daripada berbicara yang tak

lumrah?

Imsak mendekatkan seorang beriman pada

Taqwa. Ramadhan sudah selesai. ‘Ied al-Fitr telah tiba.

Hari Raya di depan mata. Pertanyannya, Apakah kita

sudah mampu mensucikan jiwa kotor kita di Shiyam

Ramadhan kita tahun ini? Sekiranya begitu, dapatkah

kita menyatakan diri kita sebagai golongan mereka

yang Muttaqin? Golongan mereka yang ‘Aaidiin

wal Faaiziin? Lebih jauh kemudian, dapatkan kita

berImsak dari yang sudah disebut Imam al-Ghazali

dalam 11 bulan ke depannya? Ataukah hanya berhenti

di hari Puasa terakhir saja? Pun bulan Shiyam yang

mulia ini telah berakhir, Imsak harus terus menerus

dilaksanakan oleh siapapun yang benar-benar ingin

mencapai derajat Muttaqin. Sungguh amat merugi,

jika usai Ramadhan kita tak alami proses pendidikan

hati. Sungguh amat merugi, jika bertemu dengan

Ramadhan tak mampu menyucikan hati-fikir tangan

dan kaki. Sungguh amat merugi, jika sudah berpuasa

Ramadhan namun Taqwa tidak meningkat namun

malah kembali bermaksiat. Rugi!

Taqabbalallahu minna wa Minkum Taqabbal

ya Kariim. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa

Lillahilhamd.

* Direktur Eksekutif PISITAC dan Pimpinan Redaksi

Worldview

Page 13: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Khabar11

Khabar

Ramadhan Mubaarak. Bulan Ramadhan tidak

menjadi penghalang bagi para relawan

dan aktitivis Prime Foundation di sejumlah

daerah di Indonesia untuk turut meluangkan waktu

pengabdian mereka untuk masyarakat. Adapun

regional yang tercatat berkegiatan Ramadhan Charity

ini adalah Regional Jabodetabek, Riau, dan Ponorogo.

Kegiatan Ramadhan Charity pertama yang

terlaksana adalah penyerehan dana donasi wakaf

pembangunan Masjid Assiddiq di Kecamatan

Kebonsari, Kabupaten Madiun oleh Prime Foundation

Regional Ponorogo. Dana donasi murni dikumpulkan

dari sejumlah besar donatur dari berbagai daerah di

Indonesia dan mencapai total Rp. 3.400.000,- dan

diserahkan Ba’da Ashar hari Jum’at, 10 Mei 2019

kepada KH. Ilyas selaku Tokoh Masyarakat Masjid

Assidiq. KH. Ilyas menyampaikan terima kasih sebesar-

besarnya kepada para Donatur dan Prime Foundation,

sekaligus mendoakan sejumlah hajat dan niat baik

para donatur agar diberkahi, dimudahkan, dan diridhai

Allah azza wa Jalla. Acara kemudian ditutup dengan

berbuka puasa bersama di kediaman Ketua Prime

Foundation Regional Ponorogo sekaligus Direktur

Utama PISITAC, Abdullah Muslich Rizal Maulana.

Ramadhan Charity yang kedua dilaksanakan

oleh Prime Foundation Regional Jabodetabek.

Kegiatan tersebut adalah Buka Puasa Bersama dan

Santunan Anak Yatim di Yayasan Yatim As Sa’adah,

Radio Dalam, Jakarta Selatan, pada hari Sabtu, 18 Mei

2019. Kali ini, Prime Foundation Regional Jabodetabek

menyantuni kurang lebih 30 orang anak yatim dengan

dana donasi sebesar Rp.8.585.000,-. Santunan

dimulai dengan membaca doa dan surat-surat pendek

bersama anak-anak yatim, diikuti sambutan oleh

Bapak Ketua Prime Foundation Regional Jabodetabek

al-Ustadz Labib Fauzan, S.Psi sebelum kemudian

dilanjutkan dengan buka puasa bersama, shalat

maghrib berjamaah dipimpin oleh al-Ustadz Hanif

Dermawan, S.Pd.I, pemberian simbolis donasi, dan

ditutup dengan doa oleh Bapak Dewan Pembina

Prime Foundation, al-Ustadz Teddy Kusuma, S.H.I

Adapun Prime Foundation Regional Riau

dengan sukses mengeksekusi berbagai jenis kegiatan

dalam Ramadhan Charity-nya. Di antara adalah Ta’jil

on the Road dan Baksos di Panti Asuhan Al-Istiklal.

Ta’jil on the Road dilakukan selama sejumlah hari

selama Ramadhan dikoordinir oleh al-Ustadz Ridho

Sadik bersama IKPM Indragiri Hilir, Riau. Sementara

Baksos dilaksanakan selama dua hari yaitu 25 dan 26

Mei 2019 oleh al-Ustadz Ahmad Zamroni, S.H.I.

Ramadhan Charity Prime Foundation

Page 14: Buletin Pemikiran Dan Peradaban Islam2019/06/02  · bulan kelahirannya, kita akan memberi perhatian yang lebih. Demikian halnya dengan Al- Qur’an. Di bulan turunnya ini kita siapkan

WORLDVIEW | Khabar12

Khabar