buletin expedisi edisi v desember 2014 - cap + ttd = rp2.000

12
EXPEDISI MEMBANGUN BUDAYA KRITIS EDISI V DESEMBER 2014 CAP + TTD = Rp2.000 Legalisir Dokumen Kelulusan Berbayar

Upload: lpm-ekspresi-uny

Post on 22-Jul-2016

240 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Legalisir Dokumen Kelulusan Berbayar - Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memutuskan lewat Surat Keputusan (SK) Rektor No. 31 Tahun 2013 tentang Perubahan Pejabat yang Berwenang Melegalisasi Sertifikat Pendidik Pada Sertifikasi Guru Rayon 11 UNY dan Biaya Administrasi Legalisasi Sertifikat Pendidik Pada Sertifikasi Guru Rayon 11 Ijazah, Akta Mengajar, dan Transkrip Nilai UNY sebesar Rp2.000 per lembar. Tidak ada nya aliran dana yang trans paran dan sosialisasi yang kurang melalui website UNY, membuat beberapa alumni berpendapat bahwa tarikan dana ter sebut adalah pungutan liar.

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

EXPEDISIM E M B A N G U N B U D A Y A K R I T I S

EDIS I V DESEMBER 2014

CAP + TTD = Rp2.000Legalisir Dokumen Kelulusan Berbayar

Page 2: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

Pimpinan Proyek Arfrian Rahmanta | Sekretaris Mariyatul Kibtiyah | Bendahara Eny Yuly D. | Redaktur Pelaksana Triana Yuniasari | Redaktur Anggun Mita T.K., Arfrian Rahmanta, Mariyatul Kibtiyah, Milda Ulya R., Muhammad Aziz D., Prima Abadi S, Rohmana Sulik Reporter Aziz, Imam, Kibti, Triana | Redaktur Foto Imam Ghazali | Artistik Prima Abadi S, Rohmana Sulik, Ubaidillah Fatawi | Produksi Muhammad Fahrur S. | Iklan Muhammad Aziz D., Winna Wijayanti | Tim Polling Anggun Mita T.K., Hafid Mutaki, Mayta Cahyani | Sirkulasi Abdy Bani Y. | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email [email protected] | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini, dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

editorial

sempil

2 edisi v | desemBer 2014

surat pemBaca

UNIVERSITAS Negeri Yogyakarta (UNY) me mu tus kan lewat Surat Keputusan (SK) Rektor No. 31 Tahun 2013 tentang Pe ru ba han Pe ja bat yang Ber we nang Me le gal isasi Ser ti fi kat Pendidik Pada Ser ti fi kasi Guru Rayon 11 UNY dan Biaya Ad mi nistrasi Le­ga li sa si Ser ti fi kat Pen di dik Pada Ser­ti fi ka si Guru Rayon 11 Ijazah, Akta Mengajar, dan Transkrip Nilai UNY sebesar Rp2.000 per lembar. Tidak ada nya aliran dana yang trans paran dan so sial isa si yang kurang melalui web site UNY, membuat be be rapa alumni ber pen da pat bahwa ta ri kan da na ter sebut adalah pu ngut an liar.

UNY yang me wa ca na kan on the move to The World Class University di ber ba gai ke sem pat an, te ru ta ma di muka web site­nya, se per ti nya masih harus ber benah dalam segi ke ter bu­ka an informasi. Karena dalam web­site­nya sendiri jarang di laku kan up­date in for masi terkait ad minis tra si untuk sivitas aka demik UNY maupun alumni. Le gal isir ijazah misalnya, banyak yang meng eluh kan tentang tidak jelas nya pro se dur, pem bayar an yang mahal, pe layan an yang kurang me muas kan, dan trans pa ran si da­na.

Fresh graduate akan banyak mem­butuh kan le gal isir ijazah dan trans­

Legalisir Berbayar dan Kurangnya Informasi

krip nilai, per soal an Rp2.000 yang mahal ini lebih di ra sa kan oleh alumni yang jauh tempat asalnya, apalagi mereka me nya yang kan tidak adanya trans paran si dana. Coba di logi ka saja, jika satu halaman Rp2.000, untuk tahun ini ijazah sendiri ada dua versi, bahasa Indonesia dan Inggris. Artinya satu ijazah bolak­balik milik seorang alumni harus mem bayar sebesar Rp4.000 per lembar. Rata­rata fresh graduate tidak hanya mem butuh kan satu hingga lima lembar saja. Itu pun belum legalisir trans krip nilai dan akta meng ajar yang di legal isir lebih dari dua lembar pastinya, semua nya untuk melamar pekerjaan atau melanjutkan ke jenjang S2. Dalam setahun UNY me wi su da kan ribuan alumni dalam empat kali wisuda, mesti banyak dana yang mengalir ke rekening rektorat untuk legalisir tersebut.

Trans pa ran si aliran dana yang melimpah itulah yang di per tanya­kan oleh alumni dan calon alumni tentunya. Alangkah bijak sana jika ke je la san dana tersebut di unggah ke web site resmi UNY. Ke ter buka an in­for masi me la lui web site resmi harus segera di la ku kan se ca ra in ten sif oleh UNY.

Redaksi

Pantaskah Harga BBM Naik Sekarang?SELASA (18/11), Pre si den Jo ko wi telah meng etuk pa lu akan ke naik an Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp6.500 menjadi Rp8500. Ke siap an pe me rin tah untuk me naik kan harga BBM se ka rang, me nu rut saya masih sangat kurang. Pe­me rin tah belum mem per timbang kan langkah anti si pa si terhadap dampak dari ke naik an BBM. Harus ada pen jelas an detail dari Jo ko Wi do do kepada ma­sya ra kat tentang alasan nya me naik kan harga BBM meski pun harga BBM dunia se ka ra ng sedang anjlok.

Se be nar nya yang paling terkena dampak ke naik an harga BBM ini a da lah ke las me nengah. Karena kelas menengah tidak men dapat kan ber bagai ma cam Kartu Sakti. Selain itu, harga­harga ke­butuh an pokok pasti juga akan naik karena efek do mi no ke naik an harga BBM. Semoga saja UKT tidak ikut naik.

Beni Suwasono Edi Mahasiswa D3-Otomotif FT

Remote Proyektor = Tongkat Lembing SARANA dan pra sa ra na pen di dik an me­ru pa kan salah satu pe nun jang ke nya ma­nan da lam proses pem be la ja ran. Namun ke nya ma nan pem be la ja ran tidak se pe­nuh nya kami dapatkan di fa kul tas kami, yakni F I K. Hal itu karena pro yek tor yang biasa di gu na kan untuk me nam pil kan ma te ri dalam per ku liah an tidak di leng­kapi dengan re mo te. Se hingga setiap kali per ku liah an akan di mulai, kami harus me nya la kan pro yek tor dengan tongkat lembing.

Cara me nya la kan pro yek tor dengan tongkat lembing ini me nyu sah kan ma ha­sis wa. Itu pun mending kalau di setiap kelas terdapat tongkat lembing, ma sa­lah nya adalah ter ka dang kami harus

ber ke li ling ke kelas­kelas untuk mencari pin ja man tongkat lembing agar pro yek­tor nya bisa di nya la kan. Saya sebagai ma ha sis wa F I K ber ha rap di se dia kan re mo te di setiap kelas untuk me nya­la kan dan me ma ti kan pro yek tor agar kami tidak ke su sa han ketika hendak meng gu na kan pro yek tor.

Wandi PrasetyoMahasiswa PKO FIK 2013

Perpustakaan FBS Tidak LengkapPERPUSTAKAAN yang se ha rus nya menjadi tempat per tama untuk ma ha­sis wa mencari re feren si buku se pe rti­nya tidak di ra sa kan oleh ma ha sis wa di Fa kul tas Ba ha sa dan Se ni (FBS) UNY. Hal ini karena di per pus ta ka an FBS tidak ter dapat buku­buku tentang ma te ri per ku liah an. Per pus ta ka an FBS se per­ti gu dang pe nyim pan an skripsi­skripsi yang hanya berisi ma ha siswa­ma ha siswa angkat an atas yang memang me mer lu­kan skripsi­skripsi itu untuk di ja di kan re fe ren si.

Lantas ba gai ma na dengan ma ha sis wa yang masih men ja lan kan per ku liah an teori? Hanya se di kit buku di per pus ta­ka an FBS yang dapat di gu na kan untuk me nun jang per ku li ah an. Con toh nya, per pus ta ka an FBS tidak me nye dia kan banyak novel­novel lama yang di bu­tuh kan para ma ha sis wa baru ju ru san PBSI. Pa da hal tempat per tama yang mereka datang i ketika mencari buku yang di bu tuh kan pasti per pus ta ka an karena memang belum banyak tempat yang mereka ketahui.

Nuraini Azizah Mahasiswa PBSI FBS 2013

+ Layanan Itu Tugas Tambahan

- Iya, 1 'tambah' 1 jadi Rp 2.000.

Page 3: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

3desemBer 2014 | edisi v

sentra

Le gali sir Ber bayar Mem be rat kan Alumni UNY

Ke bi jak an le ga li sir ber ba yar yang ter tulis di dalam Surat Keputusan Rektor Nomor 31

Tahun 2013 tentang Perubahan Pejabat Yang Berwenang Me le gal isasi Sertifikat Pendidik Pada Sertifikasi Guru Rayon 11 Universitas Negeri Yogyakarta dan Biaya Ad mi nis tra si Le gal isasi Ser ti­fi kat Pendidik Pada Ser ti fi ka si Guru Rayon 11, Ijazah, Akta Mengajar, dan Transkip Nilai Universitas Negeri Yogyakarta, menurut alumni UNY dirasa mem berat kan. Di tam bah pula dengan tidak adanya so sial isasi terkait aliran dana ini. “Duh, kurang tahu, tetapi mungkin komersialisasi pendidikan,” ungkap Sitoresmi Dyah Santika, alumni Pendidikan Sejarah 2010.

Ketika ditanya terkit per timbang­an adanya le gal isir berbayar ini, Dr. Moh. Alip, M.A. selaku WR II UNY mengatakan bahwa per timbang an me­ne tap kan tarif Rp2.000 per halaman ini adalah karena layanan legalisir me ru pa kan tugas tambah an bagi staf kemahasiswaan. “Legalisir ijazah ditarik biaya Rp2.000 per timbang an nya secara sederhana adalah layanan itu merupakan tugas tambahan, bukan tugas utama bagian staf ke mahasiswa an karena ma ha­siswa sudah lulus kuliah.” Menurut Alip, tugas tambahan berarti bahwa untuk mem per oleh layanan pasti perlu biaya, karena sudah lulus jadi harus membayar. “Tugas utama kita cuma meng antar kan ma ha siswa sampai lulus,” lanjut Alip.

Alip juga menuturkan bahwa ke­putus an ini sebenarnya bisa menjadi per debat an karena ma ha siswa baru saja lulus kuliah. “Namun ke putus an ini bisa saja di per debat kan karena itu masih di per batas an, artinya ma ha siswa baru saja lulus kuliah.” Sementara itu, Sitoresmi mengatakan bahwa karena ma ha siswa baru saja lulus kuliah itulah per atur an le gal isir ber bayar ini jadi mem berat kan bagi alumni. “Iya ke mahal an, apalagi untuk fresh graduate, kami legal isir banyak untuk men daftar kerja, dulu saya legal isir habis Rp60.000. Tapi ya mau ba gai mana lagi? Per atur an ini sudah menjadi ke bi ja kan kampus.”

Pe ne ta pan tarif Rp2.000 per ha la man untuk le gali sir ijazah, akta mengajar, dan trans krip ni lai di ni­lai mem be rat kan a lumni.

“Per atur an itu sejak dulu sudah ada, kalau ditanya sejak kapan saya tidak bisa men jawab pasti nya, setahu saya sudah ada sejak dulu. Ke­putus an in i adalah ke putus­an bersama, tidak diambil oleh orang per orang,” ujar Alip ketika di­tanya mengenai w a k t u d a n pembuat ke bijak­an ini. Se men ta­ra itu, Rohmad Harjanto, S.T. selaku Kasubag Ke maha siswa an yang juga alumni FIP UNY, meng ata kan bahwa SK Rektor dan ber bagai per atur­an yang ada di UNY bisa dilihat melalui website kumtala.ac.id. “Kalau ingin melihat SK dan berbagai per atur an di UNY, sudah ter tata rapi pada website kumtala.uny.ac.id, ada semua kok. Lagi pula tidak memakai pass word se hingga langsung bisa melihat nya.”

Legalisir Terlalu MahalSementara itu, sama halnya dengan

Sitoresmi, Muflichah Estiana, alumni Bimbing an Kon se ling 2010, meng ata­kan bahwa tarif le gal isir tersebut terasa mahal, “Agak ke ma hal an kalau hanya untuk jasa cap dan tanda tangan.” Mucflichah juga me nutur kan bahwa ada pe nambah an tarif legal isir untuk dua muka halaman yaitu menjadi dua kali lipat, “Sekarang bolak­balik harga nya ber tambah menjadi Rp4.000.”

Hal itu diamini oleh Rohmad Harjanto, S.T., Kepala Sub Bagian Ke­ma ha siswa an dan Alumni. Tarif legal isir dua muka halaman ini mulai di ber la­ku kan pada Agustus 2014 meng ingat adanya ijazah dan akta mengajar versi

baru. “Ada ijazah baru yang bolak­balik, ijazah ini berlaku mulai Agustus 2014. Yaitu edisi ba ha sa Inggris dan edisi ba­ha sa In do ne sia. Ijazah itu di ter bit kan oleh rek tor at. Tidak hanya ijazah asli tetapi juga akta meng ajar.” Rohmad mengaku tidak menge tahui tentang tarif legalisir sebelum nya, “Tarif cap legalisir sebelum nya saya tidak tahu, karena saya baru menjabat Kasubag itu per Ok to ber 2013.”

Terkait so sial isa si dari SK Rektor tentang legalisir ber bayar ini memang sudah di so sial isa si kan ke publik UNY itu sendiri. Rohmad Harjanto, S.T. mengatakan bahwa so sial isa si di la ku­kan dengan me nempel in for masi terkait per atur an ter sebut di loket pem bayar an. “Kalau sosial isa si, sudah saya tempel di depan loket pem bayar an. Saya juga men cantum kan per atur an nya, SK nomor berapa dan tentang apa agar jelas. Kalau ada yang masih ber pendapat ini pungli, ya silakan, ini era de mo krasi, yang ter­penting legalisir ber bayar ini benar­benar ada per atur an nya, yaitu SK Rektor.”

Doc.

Expe

disi

Wakil Rektor II UNY Dr. Moh. Alip, M.A.

Page 4: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

sentra

4 edisi v | desemBer 2014

Kurangnya Transparansi DanaSe men tara itu, Drs. Joko Insan

Kamil selaku Kabag Ke maha siswa an FBS me mi li ki pen dapat lain tentang hal ini, menurut nya tarif Rp2.000 tersebut murah. “Lagi pula hanya sedikit, yaitu Rp2.000. Itu pun cuma setahun sekali di perlu kan ijazah yang legalisir. Aturan dari pihak instansi memang seperti itu,” tutur Joko.

Saat di wawan cara i mengenai trans paran si dana, Drs. Joko Insan Kamil mengatakan bahwa dana dari legalisir ini langsung di setor kan ke rektorat dan tidak di kelola oleh fa kul tas. “Dana langsung ke UNY, tidak di kelola oleh fa kul tas. Pegawai lain, arti nya kalau pegawai yang membayar Negara, ada SK­nya. Dalam hal ini, dana legalisir langsung disetor ke sana (rektorat), karena ada hubungannya dengan alumni. Kalau pegawai dari jabatan sudah diatur pemerintah, jadi tidak ada hubungannya disini.”

Hal tersebut diamini oleh Sudimin, S.Pd., Kepala Sub Bagian Keuangan dan Akuntansi FBS, bahwa dana legalisir berbayar langsung di setor kan ke Re ke­ning Ben da ha ra UNY, “Mak simal setiap satu bulan sekali pihak fa kul tas harus me nyetor kan uang seperti ini (legalisir ber bayar, red.) ke Rekening Bendahara

UNY. Itu kan Re ke ning Rek tor at, jadi resmi juga. Kalau tentang peng elo laan, memang di sana sudah ada yang meng­atur.”

Ketika di sing gung mengenai aliran dana ke fa kul tas untuk dana o pe ra sio nal, Sudimin mengaku tidak mengetahui­

nya secara pasti. “Kalau dana itu akan mengalir ke fakultas lagi untuk dana operasional

fakultas, saya belum tahu pasti. Legalisir bukan hanya untuk itu, karena belum tahu persis rincian dana legalisir itu untuk apa.”

Tetapi menurut nya, ada ke mungkin­an dana tersebut di per guna kan untuk mem biaya i kegiatan maha siswa. “Tapi dana legalisir ke mungkin an memang bisa untuk me nambah i dana kegiatan maha­siswa yang di laksana kan oleh ormawa, ya mengambil dari dana­dana seperti itu, dan banyak ke giat an ma ha siswa lain nya yang juga mengambil dari dana tersebut,” lanjut Sudimin.

Sudimin mengatakan bahwa dana tersebut akan di alir kan sebesar 85% untuk masing­masing fakultas, sedangkan sebesar 15% di ke lo la oleh universitas. “Jadi dari rekening rektorat nanti di­lapor kan saat akhir tahun,

"Namun ke putus an ini bisa saja di per debat kan karena itu masih

di per batas an, artinya ma ha­siswa baru saja lulus kuliah.”

misalnya dana legalisir di FBS adalah sekian, setelah itu ada ada pem bagian jatah. 85% untuk fakultas dan 15% untuk universitas, karena alumni adalah mahasiswa universitas juga, bukan hanya alumni fakultas.”

Seorang Staf Ikatan Alumni (IKA) saat di wa wan ca rai di kantor sekre ta riat IKA UNY mengatakan bahwa IKA tidak terkait dengan peraturan legalisir ber­bayar. “Kalau legalisir ber bayar seperti itu tidak ada hubungan nya dengan IKA,” kata seorang staf IKA yang tidak mau disebut kan namanya. Ia menambah kan bahwa IKA sendiri belum ber hubung an dengan fakultas mengenai legalisir ijazah, akta mengajar, dan transkrip nilai. “IKA juga tidak meng infor masi kan legalisir berbayar, karena itu adalah urusan bagian Ke ma ha sis wa an dan Alumni. Sedang kan IKA sendiri hanya memberi pe layan an kartu, kegiatan seminar, dan dies natalis UNY,” ungkapnya. Menurut nya, legalisir ber bayar adalah ke wenang an fakultas. “IKA kegiatan nya hanya itu saja. Kalau meng infor masi kan legalisir ber bayar adalah we we nang fakultas yang di ke­tahu i Rektor.”

Sama halnya dengan Sitoresmi sebagai alumni, Muflichah pun tidak menge tahu i aliran dana dari legalisir berbayar ini.“Saya tidak tahu ke mana uang nya, mungkin untuk admin dan orang­orang yang membantu. Atau untuk membeli keperluan yang ada hubungan nya dengan legalisir ijazah, akta mengajar, dan transkrip nilai ini.”

Se lanjut nya, Sitoresmi berharap ada pe nurun an tarif legalisir. “Kalau misal gratis tidak me mungkin kan, ya mem bayar tidak apa­apa tetapi jangan Rp2.000, lebih murah lah. Kalau hanya legalisir satu lembar atau dua lembar sih tidak memberat kan, tetapi kalau ber lembar­lembar kan kasihan. Apalagi alumni yang asalnya dari jauh, sudah menge luar kan uang trans por tasi, uang makan, harus menginap pula, karena biasa nya harus menunggu selama satu atau dua hari. Lagipula hanya cap dan tanda tangan.”

Prima Abadi SulistyoArfrian, Kibti, Triana

Doc. Istimewa

Page 5: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

polling

5desemBer 2014 | edisi v

Legalisir Berbayar Memberatkan Alumni

Legalisir ber kas­ber kas alumni se perti ijazah, akta meng ajar, dan trans krip nilai me ru pa kan

ke butuh an bagi setiap alumni, salah satu fungsi nya ialah untuk ke perlu an dalam dunia kerja. Untuk men dapat kan legalisir tersebut, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), para alumni harus mem bayar sebesar Rp2.000 per halaman, artinya, alumni harus mem bayar Rp4.000 jika me legalisir satu lembar berkas yang terdiri dari dua halaman. Per atur an ini ber dasar kan Surat Keputusan (SK) Rektor Nomor 31 Tahun 2013 tentang Per ubah an Pe jabat Yang Ber wenang Me legal isasi Sertifikat Pendidik Pada Ser ti fi kasi Guru Rayon 11 Universitas Negeri Yogyakarta dan Biaya Ad minis­tra si Legalisasi Ser ti fi kat Pendidik pada Ser ti fi kasi Guru Rayon 11, Ijazah, Akta Mengajar, dan Trans krip Nilai Universitas Negeri Yogyakarta.

Dr. Moh. Alip, M.A. selaku WR II UNY mengata kan bahwa tugas utama pihak universitas adalah meng antar kan mahasiswa nya hingga lulus. Sehingga layanan legalisir berkas alumni tersebut dianggap sebagai tugas tambahan. Akan tetapi, pe ratur an ter sebut juga di terap kan kepada alumni yang fresh graduate, se­hingga me nimbul kan per debat an. Karena bagi mereka yang baru saja lulus, layanan ter sebut dianggap masih me rupa kan tugas dari pihak universitas.

Harga Rp2.000 per halaman dinilai ter lalu ma hal. A pa lagi bagi alumni yang datang dari daerah yang jauh, mereka harus mengeluar kan uang untuk trans­por tasi, untuk ke perlu an ma kan, dll. Salah satu nya ialah Sitoresmi Dyah Santika, alumni Pen didik an Sejarah 2010. Ia berpendapat jika memang layanan legalisir tersebut tidak mungkin digratiskan, setidaknya diturunkan harga legalisir per halamannya.

Ditambah dengan per soal an mengenai aliran dana. Drs. Joko Insan Kamil selaku Kabag Ke ma ha sis wa an FBS mengata kan bahwa uang hasil pem bayar­an legalisir tersebut langsung di setor ke rek to rat, tidak di ke lola oleh fakultas, karena ada hubungan nya dengan ke giat­an alumni. Akan tetapi salah seorang staf Ikatan Alumni UNY (IKA UNY)

mengaku bahwa IKA tidak terkait dengan per atur an legalisir ber bayar dan tidak mempunyai ke giat an yang ber hubung an dengan per atur an tersebut.

Untuk menge tahu i tanggap an dan respon dari maha siswa mengenai legalisir ber bayar ini, maka tim EXPEDISI melakukan polling ter­hadap respon den dari maha siswa seluruh fakultas di UNY. Me to de peng ambil an sampel yang di guna­kan adalah me to de accidental, yaitu membagi kan angket secara lang sung kepada res pon den. Tek nik peng umpul­an data yang di guna kan adalah dengan meng guna kan angket dengan masing­masing tiga per tanya an dan enam per­nyata an. Untuk menentukan jumlah sampel menggunakan rumus slovin, dengan meng guna kan sampling error 5%. Dari rumus tersebut di per oleh sebesar 394 sampel yang me wa ki li 26.864 jumlah total ma ha siswa UNY per 4 Desember 2014.

Ber dasar kan angket yang di sebar ter sebut me nunjuk kan hanya 29,7% res pon den yang menge tahu i adanya legalisir ber bayar dan 68,2% lainnya tidak menge tahui, 2,1% respon den tidak men jawab. Mengenai setuju atau tidak dengan adanya peraturan legalisir ber­bayar, 17,7% respon den saja yang setuju, sedang kan 80,0% responden mengaku tidak setuju dan 2,3% responden tidak menjawab. Dengan adanya peraturan legalisir ber bayar tersebut, 69,7% respon­den merasa ke berat an, dan hanya 28,2% yang tidak merasa ke berat an, sedang kan 2,1% respon den tidak men jawab.

Mengenai minim nya so sial isasi pihak biro krat tentang ada nya legalisir ber bayar ini, 5,4% respon­den saja yang sangat tidak setuju dengan hal itu dan 7,9% respon­den tidak setuju. Sedang kan 45,9% respon den setuju dengan minim­nya so sial isasi legalisir ber bayar, bahkan 37,4% respon den sangat setuju dengan hal tersebut, 3,4% respon den tidak menjawab.

Di tinjau dari segi pe ningkat an pe layan an dengan ada nya legalisir berbayar tersebut, 13,3% responden

menyatakan sangat tidak setuju dan 55,4% responden lainnya menyatakan tidak setuju. Adapun 21,0% responden menyatakan setuju dengan meningkatnya pelayanan dengan adanya legalisir berbayar, dan 4,6% responden sangat setuju.

Terkait dengan kurangnya trans­paransi pihak biro krasi mengenai aliran dana dari peraturan legalisir berbayar ini, hanya 5,9% responden yang sangat tidak setuju dengan hal itu dan 10,0% responden tidak setuju. Sedangkan 50,0% reponden menyatakan setuju bahwa pihak birokrasi kurang transparan dengan aliran dana legalisir berbayar, bahkan 29,2% responden sangat setuju.

Tim Polling

Aliran Dana Legalisir tidak transparan

Adanya Aturan Legalisir Berbayar Sulik| Expedisi

Sulik| Expedisi

Page 6: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

persepsi

6 edisi v | desemBer 2014

Pa da mu sim panas tiga tahun silam di Bandara Vilnius, Lithuania, telepon genggam penulis tertinggal

di bus dari kota menuju bandara. Pe­ris ti wa itu terjadi pada Sabtu pagi. Di se panjang per jalan an pulang, penulis sudah me ne ri ma bahwa te le pon genggam itu memang sudah tidak bisa bersama empunya. Senin siang, se buah kabar tak ter duga ter kirim melalui sebuah surat elek tronik yang mem be ri tahu kan bahwa te le pon genggam pe nulis sudah di temu kan. Tidak hanya di temu kan, namun si pengirim surat elek­tronik tersebut ber niat akan se ge ra mengirim me lalui pos. Te le pon genggam ter sebut akhir nya sampai lagi ke tangan penulis dan masih di guna kan dan di rawat dengan baik.

Se ke lumit ce ri ta yang menurut hemat penulis ber makna tidak hanya se ca ra teore­tis tentang hubung an inter net dengan re la si sosial, namun juga se ca­ra etis ten tang bagai ma­na seharus nya inter net di gu na kan. Dari per­spektif teore tis, ada dua pandang an yang ber seberang an dalam me lihat hubung an ter­sebut. Per tama, inter­net ber po tensi mem­buat re la si so si al dan ke percaya an antar ma nu sia mem buruk karenanya, orang cenderung meng­ganti kan ke hidup an sosial nya cukup dengan inter net. Kedua, inter net dapat membantu tercipta nya re la si so si al dan ke per caya an yang baik, te ru ta ma dengan se ma kin ber kembang nya media so si al yang di se dia kan oleh inter net.

Anek dot di atas me ru pa kan sa lah sa­tu ben tuk nyata per spektif kedua, bah wa inter net dapat mem bantu meningkat­nya ke percaya an dan re la si antar ma­nu sia. Secara etis, hal ini sesuai dengan semangat bagai mana seharus nya internet

Krisis Etika Dunia Maya: Sebuah Krisis Kepercayaan

di guna kan. Namun, kondisi yang sangat ber beda dapat kita jumpai saat melihat angka dan data yang menunjuk kan betapa inter net ber dampak buruk bagi ke hidup an ma nu sia, mu lai dari penipu­an, tindak an a mo ral, hingga tindak an pi da na. Sampai titik ini, pe nulis perlu meng ungkap kan sebuah per tanya an: apa­kah inter net yang ber dampak pada krisis so si al atau krisis so si al yang mem bentuk aktivitas dalam du nia ma ya se makin mem buruk?

Pe nulis cen deru ng meng ajukan tesis yang kedua bahwa krisis so si al yang ber peran pada ke hi du pan dunia ma ya. Menurut he mat pe nulis, du nia ma ya me ru pa kan cer min nya ta dan sem pur na bahwa ma sya ra kat ki ta sedang meng­alami kri sis so si al. Ke ti ka ada murid yang di keluar kan dari se ko lah karena meng kri tik gu ru nya me la lui Face book atau ke ti ka se orang karya wan di tun tut se ca ra hu kum oleh pi hak per usaha an yang di kritik me la lui Face book. Inter­net menangkap ke jadi an ini dengan sempurna, bahwa ke percaya an sudah

ter gerus da lam ma sya ra kat. Sis wa tidak percaya kepada guru nya, karya wan tidak percaya pada atasan nya, seorang sudah tidak percaya pada teman nya.

Maka ketika menilik etika dunia ma ya, sesungguh nya ada satu hal yang men dasar, yang harus di li hat dengan saksama: etika yang ter bangun di du­nia ma ya a dalah cer min dari realitas so si al yang ada. Untuk mem bangun dan mengembang kan etika du nia ma ya, di­perlu kan se buah ke sungguh an untuk

mengembang kan etika di du nia nyata. Karena se ca ra alami, manusia memang harus be re la­si secara lang sung dan ber tatap mu ka, ma ka re­la si di du nia ma ya yang ka rut­ma rut perlu di­atasi dengan pro ses per­baik an alami. Seperti hal nya kasus Flo rence di Yogya kar ta, yang ber­akhir pada penyelesaian tatap mu ka tra di si onal dengan Sri Sultan yang se demi kian rupa se hingga ma sya ra kat Yogya kar ta memaaf­kan Flo rence. Dengan demi kian, akan ter­bangun komuni tas yang mampu ber hubung an dengan tingkat ke­percaya an yang tinggi, dapat meng hargai apa yang men jadi hak orang lain.

Ter bangun nya ke­percaya an ini lah yang akan mem buat ter cipta nya re la si da lam du nia ma ya se makin se hat dan ber etika. Su dah saat­nya du nia ma ya, ter utama di In do ne sia, di bentuk atas da sar peng harga an yang tinggi dan ke percaya an ke pada orang lain.

Adi Cilik Pierewan, M.Si. Dosen Pendidikan Sosiologi UNY

Doc. Istimewa

Page 7: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

persepsi

inFo Kampus

7desemBer 2014 | edisi v

JADWAL tahapan Pemilwa KM UNY 2014 mengalami perubahan, hal ini disampaikan oleh KPU KM UNY 2014 pada sosialisasi Pemilwa KM UNY 2014 di Aula SC Lantai 3 pada Selasa (25/11). “Sebenarnya dari WR III menginginkan tanggal 10 Desember 2014 sudah ada pemungutan suara, namun karena belum meratanya informasi tentang Pemilwa 2014, kami mengundurkan jadwalnya menjadi tanggal 17 Desember 2014,” jelas Kukuh Prasetyo, Ketua KPU KM 2014.

Alasan KPU KM mengundurkan jadwal Pemilwa 2014 yaitu sosialisasi Pemilwa KM 2014 masih kurang masif, belum meratanya informasi terkait Pemilwa KM 2014 di beberapa fakultas, dan belum adanya perwakilan dari beberapa fakultas yang mendaftar sebagai calon anggota DPM KM secara independen.

Arfrian Rahmanta

Jadwal Pemilwa UNY 2014 Berubah

HIMPUN AN Maha siswa Bo ga dan Bu sa na ( Hima Gana ) FT UNY meng helat acara Colour Fun, Minggu (30/11) lalu, se bagai pun cak acara dari se rangkai an acara Gana Festi val 2014. Colour Fun yang ber langsung di ha la man Gedung KPLT ini men dapat an tu sias me yang baik dari ma sya ra kat UNY dan umum. Ter buk ti dari jum lah pem beli ti ket yang me lampau i ba tas kuo ta. “Pen jual an ti ket su dah kami tutup karena, sudah me lampau i jumlah yang di ten tu kan,” ujar Hendra, Ketua Pa­ni tia Gana Festival 2014.

Colour Fun kali ini me nawar kan nuansa yang ber beda dari yang biasa nya ber lari sem ba ri me lem par ser buk warna, kali ini men jadi nuansa pes ta. Walau pun demi kian, konsep ini tidak mengurangi esen si pe lem pa ran ser buk warna.

Milda Ulya R.

Colour Fun di Gana Festival

Mam pu kah Susi Pudjiastuti se ba gai Menteri Kelautan dan Perikanan mem per ba iki

birokrasi dan polemik di bidang maritim se la ma lima tahun men da tang? Lima tahun me ru pa kan waktu yang cukup panjang untuk me ning kat kan sektor kelautan Indonesia. Masih banyak pe­ker ja an rumah yang harus di be na hi oleh Susi jika ingin men cip ta kan wilayah laut sebagai pusat pem bangu nan nasional atau marine base oriented.

Visi poros maritim langsung dicanangkan oleh Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang baru. Jokowi ingin merealisasikan agenda kampanyenya mewujudkan tol laut dan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, serta mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

Menurut Sekretaris Jendral Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan, Abdul Halim, ada empat kriteria untuk menteri kelautan jika ingin mewujudkan visi poros maritim. Empat kriteria itu antara lain memahami dan sanggup menjalankan mandat UUD 1945, menteri tersebut memiliki rekam jejak yang baik, serta memahami persoalan perempuan nelayan, dan petambak (dilansir dari rimanews.com). Sudahkah Susi

memenuhi empat kriteria tersebut?Problem di kemaritiman Indonesia

sudah sangat kompleks, terabaikannya laut jelas terasa oleh Jokowi yang menyatakan bahwa kegiatan ilegal yang terjadi di wilayah perairan Indonesia mencapai tiga ratus triliun rupiah. Kesejahteraan para nelayan pun belum sepenuhnya diperhatikan. Nelayan dan masyarakat pesisir semakin terpinggirkan dan semakin diperparah dengan bertambahnya populasi penduduk di pesisir, sementara daya dukung sumber daya semakin menciut. Sangat minim tindakan yang dilakukan oleh ketiga Menteri Kelautan dan Perikanan sebelumnya untuk melepaskan masyarakat pesisir dari kemiskinan.

Masalah lain adalah impor ikan yang semakin menggila dalam tiga tahun terakhir. Jika sebelumnya hanya mengimpor tepung ikan, salmon, dan beberapa produk perikanan yang tidak dapat diproduksi di Indonesia, sekarang komoditas yang diimpor termasuk produk yang bisa dikelola sendiri seperti kembung, layang, teri, dan tongkol dengan nilai lebih dari dua ratus juta dolar AS per tahun. Padahal potensi produksi perikanan Indonesia terbesar di dunia, 65 juta ton per tahun, dan baru dimanfaatkan 10,5 juta ton.

Tantangan untuk Susi dalam merealisasikan Indonesia menjadi poros

maritim adalah mengubah Indonesia yang masih berparadigma sentralisasi pembangunan darat menuju sentralisasi pembangunan laut. Tantangan ini didukung dengan kenyataan bahwa laut Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang sampai saat ini belum diolah dengan maksimal. Tak heran bila banyak pemerhati maritim yang menyebut sektor kelautan kita ibarat “Raksasa ekonomi yang masih tertidur lelap”.

Susi sebagai tamatan SMP sebenarnya bukanlah orang baru di kemaritiman Indonesia. Ia dapat mengembangkan sektor kelautan dan perikanan dari Pangandaran hingga ke nasional, namun hanya dalam konteks perekonomian dan bukan dalam kepentingan politik. Tak baik meragukan sosok perempuan yang dianggap berkomitmen dalam pengembangan laut dan perikanan di Indonesia ini.

Arfrian Rahmanta

Mencemaskan “Maritim“nya Susi

Repr

o. A

rci

Page 8: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

tepi

8 edisi v | desemBer 2014

Malam hari yang dingin dengan mendung me nye li mu ti langit. Bulan ber sem bu nyi di balik

awan hitam dan ke mu di an bu ti ran air hujan mulai jatuh dari langit lalu menjadi deras. Tiga puluh menit kemudian tiba­tiba ada bunyi nada pesan dari ponsel. Satu pesan singkat dari ponsel yang ber tu lis kan “Mbak maaf banget, tadi pe sa wat nya delay ka re na cuaca buruk”. Se ha ri se be lum nya kami telah ber jan ji untuk ber te mu. Akan tetapi, per te mu an itu tidak jadi ter lak sa na hingga ter ja di ke se pa ka tan untuk ber te mu esok hari.

Pagi yang cerah, pukul 09.00 WIB di Garden Cafe tiba­tiba ada pesan masuk dengan gaya bahasa dan penulisan pesan singkat anak muda masa kini, “Mbak, ban motor saya terkena paku, se ka rang saya sudah sampai Sanata Dharma, se­ben tar ya, saya tambal ban dulu. Maaf telat.” Setelah sekitar 30 menit me nung­gu dengan di te ma ni teh hangat, mun cul­lah sosok laki­laki be ram but lurus, wajah kuning langsat, dan postur tubuh tinggi dari arah pintu masuk. Ia berkemeja kotak­kotak dan me nge na kan celana jeans dengan tas punggung, meng ham­pi ri tem pat ku duduk dan mu lai lah per­ca ka pan.

Laki­laki ini ke la hi ran 12 Oktober 1991. Tahun 2010 lalu ia datang jauh­jauh dari Tegal untuk kuliah di UNY, me ngam bil kon sen tra si di ju ru san Pendidikan Luar Biasa (PLB). Kini ia tengah me nem puh se mes ter sem bi lan dan sedang ber ju ang me nye le sai kan skripsinya. Selain sibuk me nye le sai­kan skripsi, ia juga aktif pada ke giat an luar kampus. Ia be ker ja se ba gai pe ker ja sosial di be be ra pa lembaga se per ti People Like Us (PLU) dan LSM Per kum pu lan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di Yogyakarta. Ia me nga ku pe nyu ka se­sa ma jenis atau gay, tetapi tingkah la­ku nya sama dengan mahasiswa atau laki­laki pada umumnya. Sebut saja ia Pluto (redaktur me ra ha sia kan nama asli na ra sum ber). Pluto adalah anak te ra­khir dari 6 bersaudara. Awalnya Pluto tidak me nya da ri jika ia adalah pe nyu ka se sa ma jenis, pada masa kecil pun Pluto hanya me ra sa nyaman ke ti ka bermain

Setiap manusia tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan bisa menyangkut apa pun, termasuk orientasi seksual, yakni dengan adanya kaum homoseksual.

ber sa ma laki­laki. Pluto baru me nya da­ri kalau dia menyukai se sa ma jenis sejak kelas 2 SD. Terkait hal ini dari ke ra bat ke luar ga nya tidak me nge ta hui, hanya ibunya yang me ra sa cu ri ga kalau Pluto pe­nyu ka se sa ma jenis, itu pun ketika Pluto mem ba wa pa car nya ke rumah saat duduk di bangku kuliah.

Lingkungan Pengaruhi Gay dan Lesbian

Pluto me nga ku sudah sejak lahir ia sudah men ja di ho mo­sek su al. Ketika pihak Layanan Bimbingan Konseling (LBK) di hu bu ngi terkait konselor yang bisa di ta nyai tentang gay dan lesbian di li hat dari sudut pandang psikologi, tidak ada yang ber kom pe ten atau belum me ma ha mi nya.

Di li hat dari faktor ling ku ngan Nur Endah Januarti, M.A. selaku Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi FIS UNY mem be ri kan ko men tar nya. "Ke ti ka gay atau le sbi itu ada, ki ta ti dak bo leh se­ka dar men justifikasi benar atau tidak benar, se tu ju atau tidak se tu ju, te ta pi pada kon truk si yang ter ben tuk pada gay atau lesbi, gay adalah identitas. Saya me­li hat dulu faktor yang mem bu at me re ka men ja di seorang gay atau lesbi, gay dan lesbi tidak ber da sar ge ne tik, te ta pi pada faktor­faktor ling ku ngan yang ke mu di an ia alami saat so si ali sa si, ka re na se seo­rang me nga la mi so sia li sa si di ke luar ga dan teman dewasa.”

Menurut Endah, per be da an antara gay dan lesbian dengan kaum heteroseksual ter le tak pada pe ri la ku seksualnya. Hal ter se but bisa di pe nga­ru hi oleh ling ku ngan di se ki tar nya. “Tiap orang kan mem pu nyai do ro ngan seksual. Per be da an ter ja di ke ti ka gay dan lesbi ber pe ri la ku seksual. Mungkin terjadi

ka re na pola asuh orang tua, pe ri la ku­nya ter ha dap ling ku ngan nya dan ketika ia telah me ngi den ti fi ka si pe ra nan nya,” tutur Endah ke ti ka di te mui di Jurusan Pendidikan Sosiologi pada Senin tanggal 1 Desember 2014.

Pluto sen di ri se be nar nya telah be ru­sa ha untuk men ja di kaum heteroseksual te ta pi hal itu sia­sia. “Saya sudah pernah men co ba, bahkan setiap bangun pagi se la lu ber pi kir kalau itu (gay, red.) akan masuk ne ra ka, te ta pi hal ter se but tidak bisa ber pe nga ruh, malah tambah depresi,” jelas Pluto. Men de ngar ma sa lah yang di ha da pi Pluto, Endah me nga ta­kan bahwa ling ku ngan so si al sangat mem pe nga ru hi, mungkin laki­laki yang suka dengan laki­laki dia ki bat kan ka re­na ia jarang bergaul dengan pe rem pu an. Se dang kan pada pe rem pu an, mungkin ka re na ada trauma dengan laki­laki se­hing ga ia tidak me nyu kai laki­laki.

Gay Punya Kehidupan Sosial Normal

Pluto yang mem pu nyai hobi men de­ngar kan musik, mem ba ca ba ca an filsafat, men ja di pe ker ja sosial, dan men ja di

Balada Kaum Gay/Lesbian

Nur Endah Januarti, Dosen Pendidikan Sosiologi saat ditemui di ruang Dosen

Kibt

i | E

xped

isi

Page 9: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

tepi

9desemBer 2014 | edisi v

aktivis adalah satu dari sekitar lima puluh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang me nyu kai se sa ma jenis. Pluto pernah me nga da kan per te mu­an untuk Lesbian Gay Biseksual Tr a n s g e n d e r (LGBT) di UNY dan ter ben tuk lah grup di Whatsapp (WA) se hing ga yang bisa masuk adalah orang­orang yang sudah men ja di anggota grup. ”Dulu pernah me nga da­kan himpunan mahasiswa sekitar lima puluh LGBT, biar me re ka be ra ni keluar lalu punya grup di internet dan di WA, bisa masuk lewat orang yang di ke nal,” jelas Pluto.

Se men ta ra itu, tidak semua mahasiswa di UNY me nge ta­hui ke be ra da an gay dan lesbian. Hal ini ter buk­ti dari lima mahasiswa yang di ta nya tentang ke be ra da an gay dan lesbian di UNY me nga ku tidak me nge ta­hui nya. “Belum pernah,” tutur Siti Rahmawati, M a h a s i s w a Pendidikan IPA 2013, yang me­nga ku belum pernah men­de ngar tentang ke be ra da an gay dan lesbian di UNY. Dosen yang pernah me nga jar Pluto pun tidak me nge ta hui nya. “Kalau dosen tidak tahu, ka re na aku kan tidak feminim banget, jadi ya biasa,” tutur Pluto. Hanya saja, teman sekelas Pluto telah me nge ta hui kalau Pluto adalah pe nyu ka se sa ma jenis. “Kalau kelas saya sudah tahu,” terang Pluto dengan santai.

Dalam ke hi du pan sehari­hari, tingkah laku Pluto sama dengan mahasiswa lainnya. “Kalau ke hi du pan so si al saya normal se per ti orang lain, nge­kos di kos­kosan laki­laki ke mu di an makan bareng, ber can da an bareng, ber ma in bareng dan me non ton film bareng. Ke be tu lan be be­ra pa orang di kos sudah tahu dan mau me ne ri ma saya bahwa saya menyukai

se sa ma jenis,” tutur Pluto. Tak jarang gun ji ngan, um pa tan,

dan caci maki di lon tar kan oleh teman­teman sekelas ke pa da Pluto. “Kalau gun­

ji ngan, um pa tan pernah, pernah di bi lang banci, sakit, enggak normal, bahkan di bi lang masuk ne ra ka,” aku

Pluto. Untuk masuk neraka atau tidak, Pluto ber prin sip bahwa yang penting adalah ber bu at baik, ka re na yang me nen tu kan kita masuk neraka atau bukan itu ha nya lah Tuhan. Rasa sakit tentu ada, te ta pi Pluto tidak patah semangat. “Kadang mes ki pun sudah sering tetap ada rasa sakit hati, saya makan di tempat makan me nge­na kan kaos merah jambu terus banyak

orang yang ngomongin saya, saya dengar, lalu me re ka ter ta wa kencang,” tutur Pluto. Pluto pernah ber ka ta ke pa da te­man nya untuk tidak me li hat nya hanya dari orientasi seksual agar per te ma nan yang sudah lama ter ja lin tidak kandas begitu saja. “Se be nar nya ada orang yang tidak bisa me ne ri ma saya, te ta pi dia masih me no le ran si,” tambah Pluto. Ke ti­ka me li hat kasus ini, Endah me nga ta kan bahwa seorang teman bisa se ba gai fungsi kontrol, misalnya dari kontrol agama atau hukum. “Ketika me re ka ditinggal, me re ka malah akan ber ka ta ‘inilah aku’,” tam bah nya.

Du ku ngan moral ter ha dap kaum gay dan lesbian pun datang dari sesama mahasiswa. “Setiap orang punya hak

Nur Endah Januarti, Dosen Pendidikan Sosiologi saat ditemui di ruang Dosen

yang sama, saya meng har gai, ka re na tak me nu tup ke mung ki nan kalau di kampus lain juga ada, me re ka di sini untuk kuliah, be la jar, dan me ngem bang­kan ke mam pu an yang me re ka punya. Lagi pula me re ka tidak mem bu at onar,” ucap Rahma dengan tegas.

Kaum Transgender pun PeduliHari Kamis, tanggal 20 November

2014 lalu, di pe ri nga ti se ba gai Hari Transgender Internasional. Pluto ber­sa ma kawan­kawannya dari PKBI mem­pe ri nga ti hari ter se but dengan bakti sosial (baksos) di se bu ah desa di Bantul. “Kita ada be be ra pa ke giat an di an ta ra­nya baksos, di situ dia da kan potong rambut gratis, pem ba gi an sembako, cek ke se ha tan gratis, dan pem ba gi an baju

layak pakai,” terang Nikita selaku Ketua Acara.

Ke giat an baksos tersebut sangat ber ke san bagi warga sekitar. Adam selaku Ketua Rukun Tetangga (RT) se tem­pat me nga ta kan bahwa ia sangat senang dengan adanya acara ini. Acara ini pun men da pat kan antusiasme ma sya ra kat. “Tujuan cek ke se ha tan gratis ini sangat bagus, yaitu untuk me nge ta hui kesehatan warga se ka rang,” tam bah nya. Adam juga me­ngim bau masyarakat untuk tidak mem per ma sa lah kan adanya kaum transgender, ka re na se be nar nya kita semua me mi li ki hak yang sama.

Mariyatul KibtiyahImam

“Ketika gay atau lesbi itu ada, kita tidak boleh sekadar

menjustifikasi benar atau tidak benar"

Doc. Istimewa

Page 10: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

resensi

10 edisi v | desemBer 2014

Seratus tiga puluh enam hari se be­lum nya, ‘aku pergi untuk men ca ri ke mung ki nan besar’ me ru pa kan

kata­kata te ra khir yang di ka ta kan oleh Francois Rabelais se be lum me ning gal. Kata­kata itulah yang di gu na kan oleh Milles Halter saat orang tuanya me na­nya kan alasannya pergi ke Culver Creek, tempat ayahnya me nim ba ilmu se ma sa SMA di Alabama. Miles Halter adalah ti pi kal re ma ja pada umumnya, tanpa ke na ka lan, dengan pe ra ngai yang sedikit ter tu tup, ia suka sekali dengan kata­kata te ra khir dari orang­orang ter ke nal.

Ke hi du pan Milles be ru bah se te lah ia benar­benar pindah ke kamar barunya di asrama Culver Creek. Se be lum nya, Dad telah mem pe ri ngat kan nya me nge nai la­ra ngan me ro kok dan minum mi nu man keras. Ia ber te mu dengan Chip Martin, teman se ka mar nya yang biasa di pang gil Kolonel kapten dalam ke lom pok nya, juga Alaskan Young, yang seksi, me na wan, dan ten tu nya pintar.

Se be lum me mu lai pe la ja ran nya dalam tahun ajaran baru ini, Kolonel dan Alaska me nga jak Miles “Pudge” untuk me la ku kan ke na ka lan-ke na ka lan yang banyak di la ku kan oleh re ma ja. Me­re ka me nga jak Pudge untuk me ro kok, wa lau pun pada akhirnya Pudge tidak suka dengan rokok.

Awal ma sa lah yang membuat para pembaca terjun dalam teka teki yang harus di pe cah kan adalah ka li mat dalam salah satu buku bacaan milik Alaska me nge nai cara ke lu ar dari labirin. Wa lau­pun dalam buku, se be lum hari terakhir Alaska dan Pudge tidak ter la lu men ca ri ja wa ban ter se but, te ta pi pada akhirnya se te lah hari te ra khir itu Pudge sen di ri

Menjelajahi Labirin Kehidupan

Judul BuKu : looKing For

alasKa (mencari

alasKa)

penulis : John green

penerBit : pt. gramedia

pustaKa utama

tahun terBit : oKtoBer 2014

halaman : 288 halaman

men ca ri cara ke lu ar dari labirin. Lantas apakah labirin itu sebenarnya?

John Green ber­ha sil mem bu at pem­ba ca terus pe na sa ran dengan hari­hari yang ia buat. Pembaca tidak akan me ne mu kan se su atu yang spesial pada hari terakhir ke­cu ali akhirnya orang yang di cin tai Pudge, Alaska Young, men­ci um nya. Malam itu, Kolonel dan Pudge pergi ke kamar Alaska untuk minum­minum guna me ra ya kan malam ke me na ngan ke ja hi lan di gudang pada waktu itu. Saat Pudge sedang asyik mem ba ca salah satu koleksi buku milik Alaska, ia ter ke­jut ka re na tiba­tiba Alaska meng ham pi­ri nya dan langsung men cium nya. Se te lah itu, tiba­tiba Alaska ingat kalau se ha rus­nya ia me ne le pon Jake, pacarnya. Se te­lah se le sai menelepon Jake, tiba tiba Alaska ber ka ta se su atu dan se per ti orang ke bi­ngu ngan, ia me min ta teman­temannya untuk mem ban tu nya keluar dari asrama malam itu juga.

Satu hari se su dah nya, Pudge, Kolonel, dan semua siswa Culver Creek tiba­tiba dikumpulkan di aula oleh Mr. Starnes untuk me ngu mum kan kematian Alaska Young. Hal ter se but mem bu at Pudge dan Kolonel terkejut.

Cerita pada bagian “Sebelum” dan “Sesudah” me mi li ki gam ba ran su asa na yang ber be da. Pada bagian “Sebelum”, suasana cen de rung meng gam bar kan ke­ce ria an­ke ce ria an para re ma ja. Se dang­kan pada bagian “Sesudah”, suasananya lebih di gam bar kan pada pe nye sa lan­pe­nye sa lan Pudge dan Kolonel, juga duka yang me nye li mu ti Culver Creek.

Sa yang nya, novel ini me mi liki plot yang bisa di bi lang acak yang meng­

ha rus kan pem ba ca ekstra teliti ketika mem ba ca nya. Kenakalan­kenakalan remaja yang di sa ji kan dalam cerita ini juga se di kit membuat saya khawatir dengan pem ba ca yang masih remaja. Saya khawatir mereka akan mencoba be be ra pa kejahilan­kejahilan yang ada di dalam cerita ini. Se per ti ke ba nya kan cerita yang lainnya, akhir dari cerita ini dibuat meng gan tung, yaitu ketika Pudge men ca ri cara keluar dari labirin.

John Green berhasil me nuang kan ide­ide kreatifnya dalam novel ini. Oleh ka re na itu, novel ini dapat men ja di salah satu bacaan yang sangat bagus untuk peng ge mar novel.

Rohmana Sulik

Doc. Istimewa

Page 11: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

wacana

11

SPACE I

KLAN

SPACE I

KLAN

desemBer 2014 | edisi v

Rabu (17/9) pukul 09.00 WIB, Presiden Joko Widodo (Jokowi) di­dam pi ngi se ge nap ja ja ran menteri

yang ter ga bung dalam Kabinet Kerja me ngu mum kan ke naik an harga BBM bersubsidi se be sar Rp2.000 dan solar sebesar Rp 1.500. Argumen yang di ke­mu ka kan pemerintah untuk mem per ku at kenaikan harga BBM ber sub si di adalah bahwa pem ba ngu nan saat ini masih membutuhkan dana yang sangat besar, se hing ga banyak alokasi APBN yang ter se rap untuk subsidi BBM. Maka dari itu, di am bil lah ke pu tu san pe mang ka san dana APBN dalam pagu anggaran dari subsidi BBM untuk sektor produktif dan pem ba ngu nan (be ser ta ja mi nan sosial di da lam nya).

Ke naik an harga BBM bersubsidi ini me ru pa kan ke bi ja kan publik. Thomas Dye me nye but kan bahwa kebijakan me­ru pa kan pilihan pemerintah untuk me­la ku kan atau tidak me la ku kan se sua tu (whatever government chooses to do or not to do). Se men ta ra itu, istilah publik dalam rang kai an kata ke bi ja kan publik me ngan dung tiga ko no ta si: pemerintah, masyarakat, dan umum. Ini dapat di­li hat dalam di men si subyek, obyek, dan lingkungan dari se bu ah ke bi ja kan.Dalam dimensi subyek, ke bi ja kan publik adalah ke bi ja kan dari pemerintah. Maka salah satu ciri ke bi ja kan adalah ”what government do or not do”. Ke bi ja kan dari pemerintahlah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi. Dengan de mi ki­an mem pu nyai ke we na ngan yang dapat me mak sa masyarakat untuk me ma tu hi­nya.

Politik Tambal Sulam Kenaikan Harga BBM

Pemerintah pusat beralasan akan me nga lo ka si kan subsidi BBM yang selama ini di ang gap se ba gai sektor konsumtif untuk di alih kan pada sektor yang lebih produktif. Namun banyak pen­da pat dan data yang me nya ta kan jika selama ini subsidi BBM telah di gu na kan untuk sektor produksi. S e ­per ti ke giat an­ke giat an pen ca ri an nafkah dan pemeliharaan ke luar ga, yaitu be­ker ja, me ngan tar anak ke sekolah, be­lan ja ke bu tu han pokok, dan lain­lain. Ke giat an­ke giat an ini ber kon tri bu si dalam pem ba ngu nan ekonomi, karena kegiatan­kegiatan inilah yang me mung­kin kan te na ga kerja untuk ber pro duk­si dan me re pro duk si dirinya. Tanpa adanya konsumsi BBM oleh pe ker ja untuk pergi ke tempat kerja, ke giat an produktif di tempat kerja men ja di tidak di mung kin kan. Tanpa adanya kon sum si BBM untuk me ngan tar anak ke sekolah, proses pem ben tu kan te na ga kerja di masa depan bisa ter gang gu. Tanpa adanya konsumsi BBM untuk pergi be lan ja ke pasar, pe mu li han te na ga se te lah energi ke lu ar saat be ker ja bisa ter gang gu. Se­dang kan Presiden me nyam pai kan bahwa pemerintah butuh banyak dana untuk mem ba ngun infrastruktur Indonesia. Dari tol laut, pembangkit listrik, hingga infrastruktur pertanian.

Pe ngu mu man ke naik an harga BBM yang ter ke san men da dak sontak me­nga get kan masyarakat ka re na tidak di ba re ngi dengan pe naa tan stabilitas yang baik. Kartu­kartu “Sakti” Jokowi yang di de ngung­de ngung kan saat kam­

pa nye, sejauh ini masih belum di dis tri bu­si kan se ca ra me ra ta. Kartu­kartu ini tak ubahnya seperti Ban tu an Langsung Tunai (BLT) se ma sa rezim Presiden SBY.

Politik anggaran rezim Jokowi dengan me to de tambal­sulam juga harus segera di be na hi. Ada beragam ruang dalam ke kuat an ekonomi Indonesia yang bisa di man fa at kan lebih mak si mal untuk di gu na kan bagi pem ba ngu nan da ri pa da se ka dar me main kan subsidi dan harga BBM. Nasionalisasi aset negara yang strategis pun men de sak untuk se ge ra di la ku kan. Sumber daya alam Indonesia yang bisa diolah, harus benar­benar di­ber sih kan dari arus ke pen ti ngan se ge lin­tir orang pencari untung dan di arah kan untuk se be sar­be sar nya ke se jah te ra an rakyat. Program­program pem ba ngu nan Pemerintahan Jokowi jangan hanya jadi wa ca na se ma ta, namun perlu juga untuk se ge ra di rea li sa si kan. Kesan model pem­ba ngu nan saat ini oleh rezim Jokowi amat sporadis dan tidak rapi, me ngi ngat tidak adanya skala prioritas dalam pem ba ngu­nan. Padahal dana pembangunan yang di siap kan oleh pemerintahan Jokowi ini be ra sal dari alih po si si subsidi BBM, yang harus diakui dam pak nya te ra sa berat bagi rakyat kecil.

Anggun Mita T.K.

Doc.

Istim

ewa

Page 12: Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

eKsprespedia

12 edisi v | desemBer 2014

SPACE I

KLAN

SPACE I

KLAN

SPACE I

KLAN

SPACE I

KLAN

SPACE I

KLAN

SPACE I

KLAN

Menabung Ari-Ari Untuk Investasi KesehatanPe pa tah me na bung untuk bekal

di hari tua se per ti nya tidak akan pudar di ma kan waktu. Namun,

sekarang yang bisa di sim pan di bank bukan hanya uang tapi juga stem cell atau sel punca yang berada pada ari­ari manusia. Sel punca ber fung si se ba gai sistem per baik an untuk meng gan ti sel­sel tubuh yang telah rusak demi ke lang sung an hidup organisme. Jadi dengan me nyim pan sel punca, se seo­rang tengah me nyim pan sel cikal bakal bagi aneka jenis sel lain yang me nyu sun se lu ruh tubuh makhluk hidup.

Pada da sar nya sel punca me ru pa kan sel yang belum ber di fe ren sia si dan mem­pu nyai potensi yang sangat tinggi untuk ber kem bang men ja di banyak jenis sel yang ber be da di dalam tubuh. Saat sel punca terbelah, sel yang baru mem pu nyai po ten si untuk tetap men ja di sel punca atau men ja di sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus, mi sal nya sel otot, sel darah merah atau sel otak.

Saat ini Indonesia telah me mi li ki dua lem ba ga yang dapat men go lah sel punca dengan harga hanya sepersepuluh sel punca impor, pa da hal di bu tuh kan sampai tiga serum sel punca untuk pe nyem bu­han suatu penyakit, ter gan tung tingkat kon di si pe nya kit nya. Kedua lembaga ter­se but telah dapat men cu ku pi ke bu tu han nasional dan akan terus me ning kat kan produksinya dengan me nam bah pe ra la­tan laboratorium baru.

Dr. Robert Paul Lanza, M.D., salah seorang profesor yang ter pi lih men ja di 100 orang paling ber pe nga­ruh di dunia tahun 2014 versi ma ja­lah Time adalah peneliti sel punca. Kepala dari Advanced Cell Technology di Massachusetts, Amerika Serikat ini ber ha sil me ne mu kan ke gu na an sel punca untuk ke bu ta an pada manusia. "Tujuan utama kali awalnya adalah mencegah ke bu ta an agar tak ber tam­bah parah dan men co ba keamanan terapi, bukan untuk me ngem ba li kan

peng li ha tan. Namun, hasil yang di te­mu kan dari uji coba ini justru lebih baik, yaitu me ning kat kan peng li ha tan pada pasien buta," kata Lanza, seperti di la por­kan Time, Selasa, 14 Oktober 2014.

Muhammad Aziz D.Dikutip dari berbagai sumber.

Doc. Istimewa