buletin bpmigas

16
Alamat: Patra Office Tower, Jl. Gatot Subroto Kav. 32-34, Jakarta 12950 - http://www.bpmigas.com NO. 46, JUNI 2008 EDITORIAL >>2 W A W A N C A R A >>10 C O M D E V >>14 Gas Energi Masa Depan BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI Buletin SEKITAR 30 tahun silam, energi gas bumi belum dilirik sebagai salah satu energi yang mendorong industrialisasi dalam negeri, baik untuk kebutuhan bisnis mau- pun rumah tangga. DOI HIDAYAT, Deputi Operasi BPMIGAS Gas Dalam Negeri Terus Dimaksimalkan Berikan Pelayanan Kesehatan Gratis CNOOC SES Ltd. BOB CPP Produksi Gas Terus Menggeliat

Upload: fauziah-mrd

Post on 24-Jul-2015

103 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: buletin bpmigas

Alamat: Patra Office Tower, Jl. Gatot Subroto Kav. 32-34, Jakarta 12950 - http://www.bpmigas.com

NO. 46, JUNI 2008

EDITORIAL >>2 W A W A N C A R A >>10 C O M D E V >>14

Gas Energi Masa Depan

B A D A N P E L A K S A N A K E G I A T A N U S A H A H U L U M I N Y A K D A N G A S B U M I

Buletin

SEKITAR 30 tahun silam, energi gas bumi belum dilirik sebagai salah satu energi yang mendorong industrialisasi dalam negeri, baik untuk kebutuhan bisnis mau-pun rumah tangga.

doi hidayat, Deputi Operasi BPMIGAS

Gas Dalam Negeri Terus Dimaksimalkan

Berikan PelayananKesehatan Gratis

CNOOC SES Ltd.

BOB CPP

Produksi GasTerus Menggeliat

Page 2: buletin bpmigas

EdITORIAL

2

Redaksi menerimamasukan artikel yang dikirim melalui e-mail : [email protected] atau fax. 021 - 5290 1315

No. 46, JUNI 2008

SEKITAR 30 tahun silam, energi gas bumi belum diper-hitungkan sebagai

salah satu sumber energi yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Sektor industri, apalagi sek-tor transportasi terlihat enggan berpaling menggunakan gas.

Faktor itulah yang antara lain menyebabkan produksi gas dari beberapa lapangan-lapangan utama di Indonesia seperti di Kalimantan Timur dan lepas pantai Nanggroe Aceh Darussalam justru dipa-kai untuk memenuhi Komitmen ekspor dalam bentuk liquefied natural gas (LNG). Kendati, ada sebagian volume yang juga dia-lirkan untuk memenuhi industri pupuk dalam negeri, tetapi jumlahnya tidaklah seberapa. Tipisnya pasar akhirnya men-dorong kontraktor lebih suka membakar gas (flare) bila pe-nemuan lapangan minyak yang juga mengandung gas ikutan.

Tak dinyana, seiring dengan menipisnya bahan bakar min-yak dan semakin lengkapnya infrastruktur pipa gas, konsumsi

gas juga semakin diminati masyarakat. Bahkan kini, di saat kenaikan harga minyak terus meroket dan bertengger di kisaran US$140 per barel, mau tidak mau pemerintah mendo-rong pemakaian gas lebih banyak untuk industri dalam ne-geri. Pasalnya, dengan bahan baku atau bahan bakar gas, maka ongkos produksi industri jauh lebih hemat dibandingkan memakai bahan bakar minyak (BBM).

Prospek pengembangan gas nasional menjadi sangat mena-rik mengingat cadangan terbukti yang kita miliki masih cukup besar, sekitar 135 TCF dari total cadangan baru sebesar 190 TCF. Dari jumlah tersebut, sekitar 90 TCF sudah memiliki komitmen pasar.

Sejalan dengan itu, BPMIGAS juga terus mengutamakan kebutuhan gas untuk kon-sumen domestik. Ini terlihat dari kontrak-kontrak baru jual beli

gas yang hampir seluruhnya ditujukan kepada konsumen domestik. Baru-baru ini misal-nya, enam kontrak gas senilai US$ 578,67 juta ditandatangani untuk keperluan domestik. Gas tersebut diperuntukkan bagi ke-butuhan industri dan pembang-kit listrik serta petrokimia.

Jadi tunggu apa lagi, mari ramai-ramai memanfaatkan gas sebagai energi

masa depan. Sejumlah tawaran proyek infrastruktur telah disiapkan pemerintah dan investor untuk mendukung hal itu. Mulai dari pipa transmisi gas antardaerah maupun lintas negara hingga terminal gas terapung, semuanya disiapkan. Semoga pembangunan fasili-tas-fasilitas ini mendatangkan manfaat maksimal bagi pere-konomian bangsa. ***

Gas, EnErGi Masa DEpan

Page 3: buletin bpmigas

3

LApORAN UTAmA

No. 46, JUNI 2008

Kenyataan ini tidak mengherankan, se-bab selain sumber energi ini bersih,

harga yang ditawarkannya pun lebih murah dibanding bila indus-tri menggunakan bahan bakar mi-nyak.

Menghadapi antusias kon-

sumen dalam negeri, pemerintah juga memperlihatkan keberpi-hakannya. Bila sebelumnya se-bagian besar gas dijual ke luar negeri, maka saat ini pemerintah mengutamakan pemenuhan ke-butuhan konsumen di dalam ne-geri. Bila lima tahun lalu volume gas yang terkontrak lebih banyak

diperuntukkan bagi konsumen dalam negeri, maka pada akhir tahun 2007 besaran volume gas terkontrak di dalam negeri sudah menyamai besaran volume gas yang diekspor.

Memang tidak salah apabila gas menjadi salah satu tumpuan sumber energi utama nasional, dan tentu saja juga sebagai sum-ber pendapatan negara. Total ca-dangan gas bumi Indonesia cukup besar, mencapai 164,99 triliun kaki kubik (TCF). Total cadangan itu terdiri dari cadangan terbukti sebesar 106,01 TCF dan cadang-an potensial sebesar 58,98 TCF.

Produksi GasTerus NaikHarga minyak mentah yang melambung pada ta-hun-tahun terakhir ini membuat gas semakin me-narik bagi konsumen dalam negeri. Jumlah daftar konsumen baru semakin panjang. Volume yang dibutuhkannya pun semakin besar.

Page 4: buletin bpmigas

LApORAN UTAmA

No. 46, JUNI 2008

gas sepanjang Januari-Mei 2008 sebesar 7.592,4 MMSCFD. Rin-ciannya, produksi pada Januari 7.780 MMSCFD, Februari 7.673 MMSCFD, Maret 7.592 MMSCFD, April 7.288 MMSCFD, dan Mei 7.629 MMSCFD. Realisasi produk-si ini memang masih di bawah yang ditargetkan BPMIGAS pada tahun 2008, yakni sebesar 7.757 MMSCFD.

Menurut Kepala BPMIGAS R. Priyono hal ini antara lain disebab-kan oleh, sebagian besar produksi gas masih berasal dari sejumlah lapangan yang sudah berproduksi sejak tahun 1970-1980. Lapang-an-lapangan tersebut didukung

Potensi gas Indonesia semakin membesar bila perhitungannya memasukkan cadangan CBM yang diperkirakan mencapai 453 TCF.

Namun demikian, keberpihakan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Pasalnya kebutuhan dalam negeri lebih cepat dari pembangunan infrastruktur yang menyertainya. Akibatnya di lapangan terjadi ke-senjangan pemenuhan kebutuhan energy gas.

Data BPMIGAS dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI pada tanggal 9 Juni 2008, menye-butkan rata-rata produksi harian

“Lapangan gas yang

berusia tua menjadi

kendala tersendiri

bagi usaha pening-

katan produksi. salah

satunya karena fa-

silitas produksi juga

sudah berumur tua

sekitar 15-20 tahun”

Page 5: buletin bpmigas

5

LApORAN UTAmA

No. 46, JUNI 2008

Komisi VII DPR RI telah setuju memasukkan gas dalam asumsi

dasar RAPBN 2009. Jadi mulai tahun depan, asumsi dasar penerimaan negara terdiri dari minyak, gas dan batu bara.

Persetujuan diberikan Komisi VII DPR dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Menteri ESDM dan jajarannya pada tanggal 4 Juni 2008 lalu. Rapat dipimpin oleh Ketua Komisi VII Airlangga Hartarto.

Usulan agar produk energi seperti minyak, gas dan batu bara dapat dijadikan asumsi

dasar APBN telah diwacanakan pemerintah sejak setahun silam. Asumsi APBN dengan didasarkan produksi minyak merupakan pegangan waktu lalu ketika dominasi minyak masih besar. Namun seiring dengan penurunan produksi minyak Indonesia akibat banyaknya lapangan yang tua, namun di sisi lain terjadi Peningkatan produksi gas dan batu bara yang cukup besar, diusulkan asumsi dasar APBN diubah.

Dalam rapat kerja selanjutnya yang digelar tanggal 18 Juni 2008, pemerintah mengusulkan

lifting gas untuk RAPBN 2009 sebesar 7,5 juta MMBTU (mile-mile british thermal unit) per hari atau setara 1,384 juta barel per hari (bph). Jika digabungkan dengan lifting minyak sebesar 927.000-950.000 barel per hari, maka lifting migas diperkirakan 2,311 - 2,334 juta bph.

Angka tersebut naik dibandingkan APBN-P 2008, di mana lifting gas diperkirakan 6,4 juta MMBTU per hari atau 1,177 juta barel ekuivalen per hari dan lifting minyak 927.000 bph. Lifting migas APBN-P 2008 diperkirakan 2,154 juta bph.***

Gas masuk Asumsi RApBN 2009

realisasi produksi/Lifting Gas 2001-2008(dalam bbtu/day)

Tahun produksi/Lifting

2001 5.097

2002 5.718

2003 5.859

2004 5.868

2005 5.697

2006 6.334

2007 6.333

2008

(s/d April) 6.839

oleh 2.383 sumur produksi.Lapangan-lapangan gas terse-

but adalah lapangan Arun (Exx-onMobil) yang berproduksi sejak tahun 1977, lapangan Badak, Ni-lam dan Semberah (Vico) yang berproduksi sejak tahun 1974, lapangan Ataka (Chevron) ber-produksi sejak tahun 1972, la-pangan-lapangan BP West Java berproduksi sejak tahun 1971, la-pangan-lapangan Corridor Block (Conoco) yang beproduksi sejak tahun 1983, dan lapangan-lapang-an Blok Mahakam (Total) yang berproduksi sejak tahun 1974.

Lapangan gas yang berusia tua menjadi kendala tersendiri bagi usaha peningkatan produk-si. Salah satunya karena fasilitas produksi juga sudah berumur tua sekitar 15-20 tahun. Fasilitas terse-but antara lain berada di lapangan gas yang dioperasikan Pertamina EP, Total, ExxonMobil, BP, Vico dan Chevron. Meskipun begitu, BPMIGAS terus mengupayakan rehabilitasi dan renovasi di fasili-

tas produksi gas tersebut.Selain itu, BPMIGAS bersama

Kontraktor KKS juga berupaya mempercepat operasional lapang-an gas baru di tanah air. Salah satu lapangan yang diharapkan bisa meningkatkan produksi gas secara cukup signifikan adalah Lapangan Tangguh yang diusa-

hakan oleh bp di Irian Jaya Barat. Proses produksi dari lapangan itu diharapkan bisa direalisasi pada akhir tahun 2008.

Lapangan-lapangan gas hara-pan lainnya, antara lain di Kaliman-tan oleh Total Indonesie, CBM yang disiapkan oleh Vico serta sejumlah lapangan di daerah Jawa Timur.***

Page 6: buletin bpmigas

LApORAN UTAmA

6 No. 46, JUNI 2008

Kebutuhan gas bagi para konsumen di dalam negeri terus meningkat. Kenaikan

itu menyusul tingginya permintaan gas untuk bahan bakar akibat meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM). Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang akan terus mengurangi penggu-naan BBM sebagai sumber energi dan mengalihkannya pada energi alternatif seperti gas.

Prospek pengembangan gas menjadi sangat menarik mengin-gat cadangan yang terbukti sekitar 106,01 TCF dari total cadangan sebesar 164,99 TCF. Sementa-ra sisanya sebesar 58,98 TCF merupakan cadangan potensial.

Sejalan dengan itu, BPMIGAS juga terus mengutamakan kebutu-han gas untuk konsumen domes-tik. Ini terlihat dari kontrak-kontrak baru jual beli gas yang hampir seluruhnya ditujukan kepada kon-sumen domestik. Enam kontrak gas senilai US$ 578,67 juta baru-baru ini ditandatangani untuk ke-

perluan domestik. Gas tersebut diperuntukkan bagi kebutuhan in-dustri dan pembangkit listrik serta petrokimia.

“Kami tetap memprioritaskan pembeli gas di dalam negeri.

Saat ini harga gas dalam negeri mulai naik. Kini sudah menca-pai rata-rata US$ 5/mmbtu,” kata Kepala BPMIGAS R. Priyono usai menyaksikan penandatanganan kontrak jual beli beberapa waktu lalu.

Produksi gas diperkirakan akan terus meningkat. Demikian pula pemakaian gas buat kebutuhan domestik, juga terus mengalami kenaikan.

Dilihat dari realisasi peman-faatan gas untuk domestik dan ekspor, dari tahun 2006 ke 2007 terjadi peningkatan persentase pemakaian domestik. Jika tahun 2006, ekspor masih sebesar 55,41% dan domestik 44,59%, maka pada tahun 2007 pro-porsi ekspor berkurang menjadi 51,72% dan domestik naik men-jadi 48,28%. Untuk tahun 2008,

komposisi ekspor dan domestik

Kebutuhan Domestik Kian Diutamakan

Page 7: buletin bpmigas

LApORAN UTAmA

7No. 46, JUNI 2008

produksi Gas 18 KKKS Naik

Target produksi gas bumi 18 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)

hingga 2009 naik sebesar 146% dibandingkan 2000. Jika pada tahun 2006 total produksi 18 KKKS sebesar 2451,3 MMSCFD, maka tahun 2009 akan naik mencapai 6050,2 MMSCFD. Sementara produksi tahun 2007 naik menjadi 3705,3 MMSCFD dan tahun 2008 diperkirakan mencapai 4967,9 MMSCFD.

Ke-18 KKKS yang mengalami peningkatan produksi tersebut adalah PT Pertamina dengan mitra (6 JOB dan 24 TAC), BP Indonesia (Tangguh), ConocoPhillips (Corridor Block) dan ConocoPhillips Blok B (Natuna). Selain itu kenaikan juga dialami Energy Mega Persada (Jatim), Premier Oil dan Medco (SS-CS), Kodeco (Jatim), Amerada Hess (Ujung Pangkah), CNOOC, JOB-Amerada Jambi Merang, Santos (Maleo), Star Energy (Kakap), Energy Equity, Medco Lematang, Santos

(Oyong), Medco Sumatra (Rimau) dan Kalila Bentu+Kalila Korinci Baru.

Namun pada periode yang sama, sebanyak 23 KKKS mengalami penurunan produksi sebesar 15,6%. Jika pada tahun 2006 produksi ke-23 KKKS sebesar 5829,4 MMSCFD, maka tahun 2009 produksi turun menjadi 4918,9 MMSCFD. Produksi tahun 2007 sebesar 5196,4 MMSCFD, sedang tahun 2008 produksi ditargetkan mencapai 4977,6 MMSCFD.

Tahun 2008, kebutuhan total gas nasional mencapai 10.220,5 MMSCFD. Dengan rincian NAD 607,8 MMSCFD, Sumbagut 486.7 MMSCFD, Sumatera Bagian Tengah, Selatan dan Jawa Bagian Barat 4020,6 MMSCFD, Jawa Bagian Tengah 203,5 MMSCFD, Jawa Bagian Timur 840 MMSCFD, Kalimantan Bagian Timur 3700,2 MMSCFD, Sulawesi Bagian Tengah 116 MMSCFD, Sulawesi Bagian Selatan 81,3 MMSCFD dan Papua 164,4 MMSCFD.***

Kebutuhan Domestik Kian Diutamakan

akan berimbang.Kontrak gas buat pasar do-

mestik selama tahun 2003-2007 mencapai 13,33 triliun kaki kubik (TCF) atau 71 persen dan ekspor 5,42 TCF atau 29 persen. Ka-lau dihitung sejak awal kontrak jual beli gas pada tahun 1970-an hingga 2007, maka alokasi do-mestik mencapai 20,12 TCF atau 48 persen dan ekspor 21,55 TCF atau 52 persen.

Untuk tahun 2007, kontrak jual beli gas yang mencapai 2,78 TCF seluruhnya diperuntukkan buat pasar domestik. Adapun alokasi gas 13,33 TCF (selama 2003 -2007) tersebut diperuntukkan bagi pembangkit listrik 5,33 TCF (40 persen), industri 5,19 TCF (39 persen), dan pupuk-petrokimia 2,81 TCF (21 persen). Kontrak tersebut akan mengurangi pe-makaian BBM sebesar 1,86 miliar barel atau memberikan penghe-matan berupa substitusi BBM ke gas sebesar US$ 129,55 miliar atau US$ 8,63 miliar per tahun.

Beberapa kontraktor yang ber-komitmen untuk mengalokasikan gas yang diproduksikannya ke pa-sar domestik antara lain JOB Per-tamina-Costa International dan PT Pertamina EP Sumbagut untuk in-dustri Sumbagut (target onstream 2009), Kalila untuk PLN Teluk Lem-bu dan industri setempat, Husky untuk industri dan pembangkit lis-trik di Jatim, Medco untuk industri, pembangkit listrik dan PT Pupuk Sriwijaya.

Selain itu juga ada PT Pertamina EP Regional Jawa (dari lapangan Parigi, Subang, Pondok Tengah dan Tambun) digunakan untuk in-dustri, pembangkit listrik dan PT Pupuk Kujang, PT Pertamina EP Regional Sumbagsel untuk industri, pembangkit listrik dan PT Pupuk Sri-wijaya, BP ONWJ untuk pembang-kit listrik dan PT Pupuk Kujang serta Premier Oil (Natuna Blok B) untuk pembangkit listrik di Batam dan eks-por gas melalui pipa. ***

Page 8: buletin bpmigas

SEREmONIAL

8 No. 46, JUNI 2008

Page 9: buletin bpmigas

9

SEREmONIAL

No. 46, JUNI 2008

Pelatihan Wartawan BPMIGAS-Chevron di Novotel Bogor, 13-14 Juni 2008 dengan tema “Satu Visi untuk Kemajuan Industri Nasional”

Page 10: buletin bpmigas

WAWANCARA

10 No. 46, JUNI 2008

Bagaimana perkembangan in­dustri hulu gas bumi indone­sia?

Sesuai program konver­si energi yang dicanangkan oleh Pemerintah, BPMiGaS sangat men­dukung pengembangan lapangan­la­pangan gas existing maupun temuan baru. hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan program utilisasi gas flare, memperbanyak kontrak­kon­trak gas dengan konsumen lokal, dan pengembangan kapasitas LPG pres-surized untuk kebutuhan domestik. Contohnya LPG Plant Kaji Semoga (Medco), LPG Plant Jambi Merang (hess), dan LPG Pangkah (hess). Selain itu, kami juga melakukan studi­studi untuk mengetes teknologi baru yang berfungsi untuk konversi energi se­perti GtL, CNG, Coal Bed Methane dan regasifikasi.

Berapa besar produksi / lifting gas saat ini?

Produksi rata­rata tahun 2008 sebesar 7,613 MMSCFd (status per april 2008). Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 (red.).

Wilayah kerja dan lapangan mana saja yang menjadi andalan produksi gas saat ini?

ada lima besar kontraktor KKS yang kita andalkan, yakni total E&P dari La­pangan tunu, Peciko, Sisi­Nubi, de­ngan produksi sekitar 2.491 MMSCFd, Pertamina 957 MMSCFd, Conoco Phil­lips dari Lapangan Grissik dan Belanak dengan total produksi 820 MMSCFd, ExxonMobil sebesar 757 MMSCFd ser­ta ViCo dari tiga lapangan yakni Nilam, Badak, dan Mutiara dengan total 479 MMSCFd.

dalam dua tahun terakhir ini Komisi Vii dPR Ri mengklaim produksi gas meng­alami stagnasi dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Bagai­mana menurut bapak?

Pengembangan lapangan gas sa­ngat berbeda dengan pengembang­an lapangan minyak. Pengembangan lapangan minyak bisa dilakukan ka­pan saja, karena minyak dapat dijual dengan sangat mudah di pasar bebas. Bila tidak laku, bisa disimpan. tetapi pengembangan lapangan gas baru dapat dilakukan bila sudah adanya

kontrak dengan buyer gas. dalam dua tahun terakhir ini,

pengembangan lapangan gas di in­donesia sebenarnya cukup banyak. Buktinya, selama periode waktu itu frekwensi penandatanganan kon­trak jual beli gas dengan konsumen domestik (sesuai dengan kebijakan pemerintah), meski dengan volume yang tidak terlalu besar.

Selain itu, diakui, memang ada kondisi di lapangan yang memuncul­kan kesan itu. Pertama, fasilitas yang dibangun buyer terlambat direalisasi sesuai jadwal. Contohnya pembangun­an jalur pipa SSWJ PGN yang hingga kini belum siap menerima gas dalam jumlah optimum sesuai komitmen semula, karena masih ada bottleneck di bagian distribusi dengan konsumen PGN tersebut.

Kedua, beberapa lapangan gas kita sudah berada pada fase natural decline/pressure depletion. Padahal sebenarnya dari sektor gas ada perkembangan yang sangat bagus, karena di awal tahun 2009 akan ada proyek tang­guh yang onstream, yang tentunya ini akan menambah produksi gas dalam jumlah yang sangat signifikan.

Kendala apa saja yang sering dihadapi dalam usaha peningkatan produksi gas?

Pertama, munculnya gangguan terhadap fasilitas produksi seperti gangguan kompresor sehingga ter­jadi unplanned shutdown. Kendala lainnya adalah terbatasnya rig&barge

dodi hidayat, Deputi Operasi BPMIGAS

Gas Dalam Negeri Terus Dimaksimalkan

pERKEmBANGAN harga minyak mentah yang melambung tak terkendali akhir-akhir ini membuat gas semakin diminati masyarakat Indonesia. Industri, rumah tangga dan transportasi mulai melirik ke sumber energi baru tersebut sebab harganya jauh lebih murah dibanding harga minyak. perkembangan baru ini tentu membuat pengembangan lapangan-lapangan gas semakin ekonomis untuk dikembangkan.

Apa saja lapangan yang berpotensi untuk dikembangkan, serta kendala-kendala yang ditemui di lapangan? Berikut wawancara Tim Buletin BPMIGAS dengan Deputi Operasi BPMIGAS Dodi Hidayat.

Page 11: buletin bpmigas

11

WAWANCARA

untuk well service. Ketiga, ketidaksiap­an fasilitas buyer untuk menerima gas dan terakhir adalah keputusan terha­dap pengembangan lapangan baru, akibat banyak faktor yang perlu diper­timbangkan.

apa yang sudah dilakukan BPMiGaS untuk menyelesaikan kendala­kendala tersebut?

Untuk menyelesaikan masalah, setidaknya ada lima hal yang telah dilakukan BPMiGaS. Pertama adalah mempercepat proses aFE (authoriza-tion for expenditure), Pod (plan of de-velopment), dan PoP (put on produc-tion). Kedua, melaksanakan strategi penyewaan rig secara konsorsium bagi beberapa KKKS. Ketiga memberikan insentif yang menarik terutama untuk kontraktor yang mengelola lapangan­lapangan marginal dan deep water.

Selain itu, BPMiGaS juga mengu­payakan sinkronisasi peraturan­per­aturan daerah dan pusat. tujuannya untuk mempermudah proses perizinan. Usaha lainnya adalah, menjembat­ani negosiasi yang diperlukan den­gan buyer agar kendala pada pengembangan lapangan dapat diselesaikan.

Sejumlah lapangan gas baru, seperti Bekapai dan tunu 13a (total E&P) akan onstream tahun ini. Blok a

dan Lapangan Sebuku Pod nya juga sudah disetujui. Kira­kira berapa tam­bahan produksi yang diperoleh dari pengembangan lapangan­lapangan ini? Kapan lapangan–lapangan terse­but akan mulai produksi?

Bekapai Oil & Gas Redevelopment direncanakan onstream 2008 dengan perkiraan produksi minyak 1.400 BoPd dan gas 29 MMSCFd. Untuk tunu 13 a juga direncanakan onstream ta­hun 2008 dengan perkiraan produksi minyak sekitar 1.002,7 BoPd dan gas 36,1 MMSCFd. Blok a (Medco) semula direncanakan onstream tahun 2009 dengan perkiraan sebesar 277 BoPd dan gas 14,7 MMSCFd. ini untuk kon­trak dengan PLN, kemudian nanti Blok a sebagai pemasok pupuk iskandar Muda. Sementara lapangan Sebuku (Pearl Energy) direncanakan onstream tahun 2010 dengan perkiraan produksi gas sebesar 100 MMSCFd.

Bagaimana dengan potensi cadangan maupun produksi dari proyek­

proyek besar seperti tang­guh Masela, dan Natuna

d­alpha? Sudah se­jauh mana perkem­

bangannya? Status proyek­

proyek tersebut saat ini adalah sebagai berikut

: tangguh mempunyai kapasitas produksi sebesar 7,6 metrik tonnes per annum/MtPa (2 train). Saat ini progres pembangunan train 1 sudah menca­pai 92,3% (status akhir april), first drop LNG dijadwalkan 16 oktober 2008. Se­dangkan first drop train 2 dijadwalkan pada 18 Maret 2009.

Untuk Masela, saat ini inpex se­dang melakukan studi Pre­FEEd un­tuk pengembangan dengan opsi pengembangan LNG di darat maupun floating. Sedangkan untuk Natuna d­alpha, Pemerintah telah menetapkan Pertamina sebagai pengelola blok tersebut. Penetapan ini tertuang dalam surat Menteri ESdM No.3588/11/MEM/2008 tanggal 2 Juni 2008.

Jadi bisa dikatakan ke depannya gas bumi memiliki potensi besar untuk menggantikan peran minyak?

ya. apa sebabnya? Pertama karena komoditas ini lebih murah dibanding­kan minyak, dan sekarang ini kebutu­han gas sangat besar, maka gas akan lebih cepat diserap oleh pasar, buyern­ya pun akan semakin banyak.

Bagaimana dengan potensi sumber daya energi lainnya, seperti CBM?

Pengembangan CBM di indone­sia merupakan usaha yang kelihatan­nya akan menghasilkan sesuatu yang sangat bagus. Jangan lupa, potensi batubara di bumi kita cukup besar. oleh karena itu tidak heran bila me­ski pengembangan CBM ini masih relatif baru di indonesia, tetapi minat

investor cukup banyak. Sebagian di antara mereka berpengalaman

mengembangkan CBM di luar negeri. tak heran bila mereka terlihat tidak ragu­ragu mengambil tindakan di lapangan.

Salah satu wilayah kerja yang memiliki

prospek cukup ba­gus adalah Vico. Ke­beradaannya mem­buat kita semakin bersemangat untuk mengembangk an potensi CBM ini. ***

Page 12: buletin bpmigas

12 No. 46, JUNI 2008

SEpUTAR BpmIGAS

Seperti tidak ada lelah-nya, di antara kesibuk-annya yang sangat ting-gi, Kepala BPMIGAS

yang didampingi Deputi Perenca-naan dan staff lainnya menyem-patkan waktu melakukan kunjungan lapangan secara maraton di empat wilayah kerja, yakni Chevron Com-pany Indonesia, Vico, Total Indone-sie, dan BP Tangguh baru-baru ini. Kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung berbagai kegiatan operasional beserta perma-salahannya di lapangan, disamping tentunya berdialog dengan seluruh pekerja lapangan untuk menam-pung berbagai masukan, pendapat ataupun saran didalam membangun industri hulu migas khususnya untuk upaya peningkatan produksi migas

nasional yang hemat biaya. Tanpa disangka kunjungan Kepala BPMI-GAS ke lapangan ini mendapatkan sambutan yang sangat antusias dari para pekerja lapangan, yang memang selama ini mendambakan momen seperti ini.

Kunjungan Kepala BPMIGAS diawali saat mendampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menerima Presiden Repub-lik Indonesia yang berkunjung ke fasilitas LNG Bontang (15/6/2008), di tengah-tengah kegiatan beliau menghadiri Latihan Gabungan TNI di daerah Sangatta. Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yud-hoyono ini dimaksudkan untuk mendengarkan langsung kegiatan operasional fasilitas LNG Bontang dan tingkat kebutuhan gas domestik

yang diperlukan oleh PT Pupuk Kal-tim, disamping memberikan penga-rahan kepada pelaku industri migas di wilayah Kalimantan Timur untuk segera meningkatkan peranannya didalam mengisi kebutuhan energi nasional dan sekaligus menambah devisa bagi negara, serta meman-faatkan sumber daya energi batu bara dengan menerapkan teknologi tepat guna.

Sehari setelah kunjungan Presi-den tersebut, Kepala BPMIGAS melakukan kunjungan ke terminal Santan, yang dioperasikan oleh Chevron Company Indonesia. Ter-minal Santan merupakan fasilitas strategis hulu migas di wilayah Ka-limantan Timur. Fasilitas ini melaku-kan pengiriman gas sebesar 56 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) ke LNG Bontang dan 74 MMSCFD ke SKG serta menampung sekitar 54.000 BOPD crude oil dari lapan-gan Chevron, Total dan VICO un-tuk dikapalkan. Pengapalan min-yak mentah dari terminal Santan ini dilakukan 5 kali setiap bulannya. Kunjungan Kepala BpmIGAS ke Lapangan

“Pekerja Lapangan sebagai Ujung Tombak Hulu Migas”

Selain itu, fasilitas ini juga menga-palkan produk LPG satu kali setiap bulan. Produksi LPG dari terminal ini rata-rata 1300 bpd (pentane plus), 120 bpd (dutane) dan 1,150 bpd (propane).

“ Kemajuan industri hulu mi-gas saat ini dan ke depan sangat tergantung dari kehandalan para pekerja di lapangan baik didalam melaksanakan tugas-tugas opera-sional maupun didalam ikut menan-gani permasalahan lapangan yang dihadapi. Dalam kerangka pening-katan produksi migas nasional yang hemat biaya tentunya peran pekerja lapangan sangat penting dan men-jadi ujung tombak atau front liner dari industri primadona pendapa-tan negara ini”. Demikian arahan Kepala BPMIGAS kepada seluruh

Page 13: buletin bpmigas

13

SEpUTAR BpmIGAS

No. 46, JUNI 2008

pekerja di lapangan. Spirit yang sama juga disam-

paikan oleh Kepala BPMIGAS saat melakukan kunjungan lanjutan ke lapangan-lapangan yang dioper-asikan oleh VICO di Muara Badak maupun Total E&P Indonesie di Senipah. Berbagai masukan, saran maupun pendapat telah disam-paikan kepada Kepala BPMIGAS oleh para pekerja lapangan. Hal-hal terkait dengan program pengelolaan SDM secara korporasi, kecepatan operasi, pemangkasan birokrasi, career development plan termasuk reward bagi penemu dan pengem-bang lapangan migas, semangat kemitraan dan transparansi serta lain-lain mendapatkan tanggapan maupun dukungan yang positif dari para pekerja lapangan.

Di sela-sela kunjungan lapangan ini, berbagai pertemuan dan kunjun-gan ke kantor-kantor KKKS serta Perwakilan BPMIGAS juga dilak-sanakan untuk memberikan arahan yang sama kepada seluruh pekerja. Meski melelahkan namun Kepala BPMIGAS tetap bersemangat un-tuk melakukan pertemuan dengan seluruh Kontraktor KKS produksi maupun eksplorasi yang beroperasi di seluruh wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Acara yang diadakan di Balikpapan ini dihadiri oleh hampir 75 orang dari seluruh KKKS yang ada. Pada kesempatan ini, Kepala

BPMIGAS menyampaikan arahan 3 (tiga) hal penting yaitu : mendor-ong peningkatan produksi migas nasional, mengendalikan biaya operasi secara wajar untuk meng-hemat pengeluaran, serta menyed-erhanakan rantai birokrasi untuk mempercepat kegiatan operasional di lapangan.

Belum hilang rasa letih, rombon-gan Kepala BPMIGAS melanjutkan perjalanan jauh antar pulau dari Balikpapan menuju Papua. Per-jalanan yang membutuhkan waktu satu malam ini dimanfaatkan untuk istirahat walaupun rasa penat be-lum hilang. Apalagi pesawat Garuda yang ditumpangi rombongan dijad-walkan akan mendarat pukul 05.00 pagi di Biak, dialihkan ke Jayapura karena alasan teknis pendaratan. Sehingga baru sekitar pukul 09.00 rombongan mendarat ke Biak dan dilanjutkan dengan menggunakan beachcraft menuju lokasi LNG Tang-guh di wilayah Bintuni. Pada saat ini fasilitas LNG tangguh yang terdiri dari 2 (dua) train dengan kapasitas 7,6 metrik ton per tahun ini hampir rampung dan sudah memasuki ta-hap commissioning. Menurut ren-cana, pada akhir kuartal tahun 2008 ini first production stream LNG dari lapangan ini dapat dilakukan yang kemudian dilanjutkan dengan pen-gapalan pertama LNG dari lapan-gan Tangguh.

Secara umum, arahan-arahan yang disampaikan oleh Kepala BP-MIGAS kepada para pekerja tidak jauh berbeda kecuali tambahan didalam menyikapi berbagai masa-lah sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut. “BP Tangguh perlu menyusun program jangka panjang seiring dengan program pengem-bangan wilayah. Hal ini diperlukan untuk menghindari berbagai ben-turan sosial yang tidak diinginkan, terutama dalam menyikapi penuru-nan jumlah pekerja pada saat kegia-tan konstruksi selesai dilakukan,” tegas Kepala BPMIGAS.

Kepala BPMIGAS juga menyem-patkan diri berdialog dengan para pekerja. Beberapa diantaranya merupakan pekerja eks LNG Arun maupun Bontang yang sempat bek-erja di negara lain terutama Qatar. “Saya ingin turut memajukan indus-tri migas nasional saat ini. Untuk itu, saya bersama sebagian teman-te-man mau kembali ke tanah air un-tuk mengabdi kepada merah putih, walaupun secara relatif gaji yang di-terima tidak sebesar di luar negeri,” ujar seorang staff di ruang pengen-dali operasi (control room) berapi-api. Kebanggaan semacam inilah yang ingin ditularkan oleh Kepala BPMIGAS kepada para pekerja in-dustri migas di tanah air saat ini. Se-moga cita-cita ini bisa tercapai.

Kunjungan dinas 4 hari penuh ini menyisakan berbagai ragam peker-jaan rumah yang harus diselesaikan sebagai oleh-oleh dari lapangan. Hal-hal terkait dengan kontrak, pengaturan lifting, pertanahan, lind-ungan lingkungan, proses persetu-juan, gas shortage, UMR industri minyak dan lain-lainnya merupakan contoh-contoh pekerjaan rumah. Kepala BPMIGAS mengisyaratkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut sesegera mung-kin. Kalau tidak, semangat para pekerja akan kembali luntur seh-ingga upaya-upaya yang selama ini dicanangkan oleh BPMIGAS sulit mendapatkan dukungan dari para pekerja lapangan. Memang tidak mudah namun tetap keinginan un-tuk menyelesaikan segala masalah masih membara. ***

Page 14: buletin bpmigas

COmdEv

14 No. 46, JUNI 2008

Badan Operasi Bersama (BOB) CPP PT. BSP - Pertamina Hulu,

salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) BPMIGAS yang beroperasi di wilayah Sumbagut, terus berperan aktif dalam pengembangan masyarakat di sekitar aktivitas perusahaan. Salah satu program yang dilaksanakannya adalah memberikan pelayanan kesehatan gratis.

Pada tanggal 28 Mei 2008 lalu, Tim Pengobatan Massal Keliling Community Development Program BOB CPP memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada 100 masyarakat di Desa

Kasikan. Team Manager Government

& Public Relations Ir. Azizon Nurza, MM didampingi Chief Medical Officer dr.H.Khairul Saleh menjelaskan, program ini merupakan wujud kepedulian perusahaan untuk ikut serta mendukung program pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat dan Riau Sehat.

Program pengobatan massal gratis seperti itu secara rutin dilaksanakan 6 kali dalam seminggu dan 27 kali dalam sebulan. Program kesehatan tersebut menyentuh desa-desa sekitar wilayah operasional BOB CPP. Sejak diluncurkan tahun 2002 hingga awal tahun 2008,

BERIKAN pELAyANAN KESEhATAN GRATIS

BOB CPP

Sunatan massal gratis dalam rangka bakti sosial BOB Cpp

“alhamdulillah, program ini mendapat sambutan positif dari masyarakat sehingga dampaknya langsung dapat dirasakan”

dR.h.KhAIRULChief Medical Officer

Page 15: buletin bpmigas

15

COmdEv

No. 46, JUNI 2008

program ini telah mengadakan pengobatan di 1.620 tempat dan melayani 406.639 pasien.

Menurut dr. Khairul, pelayanan kesehatan yang diberikan tidak terbatas hanya pengobatan saja. Pelayanan itu juga meliputi beberapa program unggulan lainnya seperti, pemberian paket gizi dan pemeriksaan ibu hamil, pemberian paket gizi dan pelayanan kesehatan bagi balita, anak-anak, dewasa dan manula, operasi bibir sumbing, operasi tumor jinak, sunatan massal, imunisasi dan penyuluhan kesehatan.

“Dalam melaksanakan program, kita bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat melalui Puskesmas terdekat. Alhamdulillah, program ini mendapat sambutan positif dari masyarakat sehingga dampaknya langsung dapat dirasakan,” ujar dr. Khairul.

perlengkapan Kantor KUaTidak hanya program

kesehatan, BOB CPP juga peduli dengan kegiatan sosial dan keagamaan. Ini diwujudkan dengan upaya perusahaan membantu Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Bungaraya Perwakilan, Kecamatan Pusako, Siak.

Bertempat di kantor camat Pusako Kabupaten Siak Riau, BOB CPP menyerahkan bantuan perlengkapan kantor untuk KUA Kecamatan Bungaraya Perwakilan, Kecamatan Pusako berupa 2 set meja kerja, 6 set kursi kerja, 1 lemari arsip dan 1 sofa tamu. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Azizon Nurza, yang didampingi Masnur Bhari, SE (Media Relations Officer), kepada Abu Hasan Asy’ari, SAg, Kepala Perwakilan KUA Pusako. Penyerahan bantuan tersebut disaksikan Camat Pusako dan para staf.

Menurut Azizon, bantuan ini sebagai wujud kepedulian

perusahaan untuk mendukung kelengkapan KUA yang masih minim berdasarkan hasil pengamatan saat kunjungan dan silaturrahmi Tim External BOB ke Kecamatan Pusako. Hal ini dipandang penting sebab KUA merupakan ujung tombak dalam pembinaan kegiatan keagamaan di Kecamatan yang baru saja dimekarkan tersebut. “Harapan kita bantuan ini bisa mendukung dan bermanfaat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala KUA Pusako Abu Hasan menyampaikan ucapan terimakasih atas kepedulian dan perhatian BOB CPP. “Cukup banyak perusahaan yang beroperasi di sekitar kami, namun hanya BOB CPP yang langsung memberikan respon cepat setelah melihat keterbatasan yang kami miliki dalam rangka melaksanakan tugas pelayanan kepada masyarakat. Harapan kami hal-hal seperti ini bisa dicontoh oleh perusahaan lain,” ujarnya. ***

penyerahan bantuan ke KUA pusako

Page 16: buletin bpmigas

EKSpANSI

16 No. 46, JUNI 2008

Jumlah kontrak kerjasama gas metana batubara (coal bed methane – CBM) bertambah. Tanggal 26 Juni 2008, saat penutupan acara penutupan IndoCBM 2008 di Jakarta, BPMIGAS kembali

menandatangani dua kontrak kerja sama CBM. Dua kon-traktor baru tersebut berkomitmen untuk menanamkan investasi sebesar US$ 13 juta, dan memberikan bonus tanda tangan kepada pemerintah sebesar US$ 2 juta.

Wilayah kerja CBM yang terkontrak masing-masing Blok Indragiri Hulu, Riau yang akan dikelola oleh Konsor-sium PT. Samantaka Mineral Prima, dan Blok Bentian Be-sar, Kalimantan Timur yang akan dikelola oleh kontraktor Konsorsium PT. Ridlatama Mining Utama.

Investasi sebesar itu akan digunakan untuk mem-biayai study G&G untuk tiga tahun pertama senilai US$ 400 ribu, 20 pemboran sumur eksplorasi ditambah coring sebesar US$ 12,4 juta dan pilot project phase I yaitu de-watering dan production test sebanyak 20 kali dengan in-vestasi US$ 200 ribu.

Pada kedua kontrak terse-but, pemerintah menerapkan besaran bagi hasil yang ber-beda. Pada blok Indragiri Hulu, bagian Pemerintah sebesar 60% dan 40% un-tuk kontraktor. Sementara di blok Bentian Besar split-nya 55 : 45. Adapun ketentuan pokok lainnya untuk kedua wilayah kerja itu sama, yakni FTP 10% (non share) dan cost recovery maksimum 90% setelah produksi komersial selama kontrak.

Wilayah kerja konsorsium PT. Samantaka Mineral Pri-ma terdiri dari 11 Kuasa Pertambangan (KP), sedangkan Konsorsium PT. Ridlatama Mining Utama terdiri dari 4 KP. Kedua kontraktor tersebut ditetapkan sebagai pemenang melalui penawaran langsung (direct offer).

Dengan bertambahnya dua kontraktor CBM baru terse-but, berarti BPMIGAS telah menandatangani tiga kontrak kerja sama CBM. Kontraktor CBM pertama yang berkontrak dengan BPMIGAS adalah Konsorsium Medco-Ephindo de-ngan wilayah kerja di South Sumatera Extension (SSE).

Dalam waktu yang tidak lama lagi diperkirakan jumlah kontraktor CBM akan bertambah cukup signifikan. Saat ini sudah terdapat 54 perusahaan yang telah mengaju-kan permohonan Wilayah Kerja CBM melalui Penawaran Langsung di daerah Sumatera dan Kalimantan. Status mereka adalah tiga telah tanda tangan kontrak, lima

dalam proses joint evaluation, satu sedang joint study dan 45 dalam proses.

revisi permenUntuk memaksimalkan pendapatan Negara dari

pengembangan CBM, Pemerintah berkeinginan menyem-purnakan Peraturan Menteri ESDM No.33 Tahun 2006 tentang Pengusahaan Gas Metana Batu Bara.

Perubahan yang diusulkan menyangkut tata cara untuk mendapatkan daerah operasi CBM. Dalam renca-na, ada empat cara untuk mendapatkan daerah operasi tersebut. Pertama, pada wilayah terbuka, mengikuti Per-men No.40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penetapan dan Penawaran Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi.

Kedua, pada wilayah kerja migas, KKKS yang ber-sangkutan dan memenuhi syarat telah memenuhi ko-mitmen pasti 3 tahun per-tama masa eksploitasi, da-pat mengajukan evaluasi bersama dan hasilnya di-tenderkan. Terhadap KKKS tersebut diberikan right to match secara teknis dan finansial minimal sama de-ngan pemenang tender.

Ketiga, pada wilayah KP/PKP2B, pemegang KP/PKP2B yang bersangkutan dan memenuhi syarat telah melakukan kegiatan eksploita-si batubara paling sedikit tiga tahun, dapat mengajukan

evaluasi bersama dan hasilnya ditenderkan. Terhadap KP/PKP2B tersebut diberikan right to match secara teknis dan finansial minimal sama dengan pemenang tender.

Keempat, pada wilayah tumpang tindih antara WK Migas dan KP/PKP2B, kontraktor yang memenuhi syarat dan mengajukan lebih dulu diberikan right to match se-cara teknis dan finansial.

Dalam ketentuan peralihan diusulkan, terhadap badan usaha (BU) atau bentuk usaha tetap (BUT) yang telah mendapatkan persetujuan evaluasi bersama atau studi bersama atau sedang melakukan evaluasi bersama atau studi bersama, sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri yang baru ini, tetap diproses sesuai ketentuan Permen ESDM No 33 Tahun 2006.

Selain itu, terhadap BU/BUT yang telah diajukan untuk melaksanakan evaluasi bersama atau studi bersama, tetap dilaksanakan proses persetujuannya dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang baru. ***

Kontrak CBM Ditandatangani, Total Investasi US$ 13 Juta