buletin 2
DESCRIPTION
jbbnTRANSCRIPT
-
EditorialAssalamu'alaikum.
Bulen edisi 2 tahun 2014 ini dibuka dengan informasi
tentang virus ebola dan bahayanya terhadap manusia.
Sementara itu, tahukah pembaca sekalian bahwa
penggunaan hewan percobaan untuk penelian diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang
sarana biologis dalam hal penggunaan hewan percobaan
laboratorium.Peneli yang akan memanfaatkan hewan
percobaan pada penelian harus mengkaji kelayakan dan
alasan pemanfaatan hewan dengan mempermbangkan
penderitaan yang akan dialami oleh hewan percobaan dan
manfaat yang akan diperoleh untuk manusia. Bahasan
menarik ini akan dikupas dalam Peran (Instuonal Animal
Care and Use Commiee)IACUC dalam Penggunaan Hewan
Laboratorium guna Penelian dan Pengembangan
Diagnosk.
Dilanjutkandenganlangkah-langkah teknis Tahapan
Idenkasi Molekuler Bakteri atau Fungi berdasarkan
Sequencing16S rRNAatau daerah ITS rDNA, yang pas akan
memperkaya khasanah pengetahuan para pembaca.
Topik selanjutnya masih membahas tentang bakteri dan
jamur, yaitu mengenai Pemeliharaan jangka panjang
mikroorganisme (bakteri dan jamur) dengan metodeLiquid
Drying.Liquid Drying adalah awalnya metode yang
dikembangkan oleh Instute for Fermentaon Osaka (IFO).
Yaitu metode pengeringan suspensi sel tanpa pembekuan,
untuk menghindari kerusakan yang diakibatkan dari
pembekuan tersebut.
Sedangkan info tentang West Nile Virus menjadi penutup
bulen kita kali ini. Berisi wawasan lengkap mengenai
penyebaran dan gejala klinisnya. Sehingga kita mampu
mewaspadai dan bisa melakukan ndakan prevenf
terhadap penularan dan penyebarannya.
Selamat menikma suguhan bulen edisi ini.
Wassalam.(a)
Jl. Pemuda No. 29A
-
Ebola adalah virus Ebolavirus (EBOV), genus
virus dan penyakit demam hemorrhagic Ebola
(EHF), virus demam hemorrhagic (VHF).
Terdapat empat spesies yang diakui dalam
genus ebolavirus genus, yang memiliki nomor
strain tertentu. '' Zaire virus'' adalah salah
satunya spesies tipenya, yang juga yang
pertama ditemukan dan paling mematikan.
Micrographs elektron menunjukkan
panjang filamen, karakteristik keluarga
virus Filoviridae. Virus mengganggu pada
sel-sel endotel pada lapisan permukaan
interior pembuluh darah dan kaskade.
Akibatnya dinding pembuluh darah menjadi
rusak dan platelet darah mengental, dan
pasien mengalami hypovolemic shock.
Ebola ditularkan melalui cairan-cairan
tubuh. Eksposur kulit dan conjunctiva juga
dapat menyebabkan transmisi, penyakit
tetapi untuk tingkat yang lebih rendah.
Ebola pertama muncul pada tahun 1976 di
Zaire. .Masa inkubasinya dari 2 sampai 21
hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari.
Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk
Ebola yang 90% efektif dalam monyet,
namun vaksin untuk manusia belum
ditemukan.
EbolaOleh: Elis Damayanti, A.Ma.
Virus Ebola dilihat menggunakn mikroskop elektron
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
Sejauh ini, Ebola adalah penyakit yang paling
mematikan diseluruh dunia. Kesempatan
untuk hidup jika terinfeksi penyakit ini masih
0% alias tidak mungkin, dan sampai sekarang
masih dicari vaksinnya. Penderita biasanya
bisa langsung meninggal dalam siklus 6 hari
sampai 20 hari, dengan sangat cepat.
Sekarang bisa dikatakan bahwa Ebola adalah
penyakit yang paling dihindari untuk terjangkit
diseluruh dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Database entry on genus Ebolavirus
- ICTVdB
Ebola Virus Haemorrhagic Fever
- Proceedings of an International
Colloquium on Ebola Virus Infection
and Other Haemorrhagic Fevers held in
Antwerp, Belgium, 6-8 December, 1977
Questions and Answers about Ebola
Hemorrhagic Fever
- Center for Disease Control (CDC),
retrieved 10 July 2006
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
berdasarkan kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan
keterangan dar i sub jek terka i t , dengan
pemahaman teori dan pembuktian asumsi
dan/atau hipotesis. Hasil yang diperoleh
merupakan simpulan yang dapat diaplikasikan
atau menjadi tambahan pengetahuan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan. Walaupun demikian,
kegiatan penelitian harus tetap menghormati hak
dan martabat subjek penelitian.Penelitian meliputi
penelitian biomedik, epidemiologi, sosial, serta
perilaku. Sebagian penelitian dapat dilakukan
secara invitro, memakai model matematik, atau
simulasi komputer. Jika hasil penelitian akan
dimanfaatkan untuk manusia, diperlukan
penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan
hidup (invivo) seperti galur sel dan biakan jaringan.
Walaupun demik ian , un tuk mengamat i ,
mempelajari, dan menyimpulkan seluruh kejadian
pada mahluk hidup secara utuh diperlukan hewan
percobaan karena hewan percobaan mempunyai
nilai pada setiap bagian tubuh dan terdapat
interaksi antara bagian tubuh tersebut. Sampai
saat ini beberapa peneliti masih melakukan
penel i t ian dengan memanfaatkan hewan
percobaan, namun masih ada kekurangan dalam
penanganan dan perawatan hewan percobaan
tersebut sebagaimana layaknya diatur dalam etika
pemanfaatan hewan percobaan atau yang disebut
dengan IACUC.
Inst i tut ional Animal Care and Use
Committee (IACUC) atau dalam bahasa Indonesia
KPKPHP (Komisi Pengawasan Kesejahteraan
dan Penggunaan Hewan Penelitian) merupakan
suatu komite independen yang bertugas
mengawasi protokol, program, fasilitas dan
kegiatan penel i t ian d i inst i tus i - inst i tus i .
Kesejahteraan hewan dan etik penelitian hewan di
laboratorium mempunyai 3 prinsip yaitu replace,
reduce dan refine. Prinsip percobaan bisa dimulai
dengan hal yang tidak memakai hewan sama
sekali yaitu melalui simulasi komputer, setelah itu
kultur jaringan dan yang terakhir dilakukan
menggunakan hewan percobaan. Jika akan
di lakukan pi l ihan terakhir ini diharapkan
menggunakan hewan percobaan dari ordo yang
paling rendah merasakan sakit.Peneliti harus
membuat dan menyesuaikan protokol dengan
standar yang berlaku secara ilmiah.
Etik penelitian secara umum tercantum
Peran IACUC dalam Penggunaan Hewan Laboratorium
guna Penelitian dan Pengembangan Diagnostikoleh : Dr. drh. Rismayani Saridewi
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
dalam World Medical Association (WMA 2008),
yaitu: a) respect (menghormati hak dan martabat
makhluk hidup, kebebasan memil ih dan
berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap
dirinya, termasuk di dalamnya hewan coba); b)
beneficiary (bermanfaat bagi manusia dan
makhluk lain, manfaat yang didapatkan harus lebih
besar d ibandingkan dengan r is iko yang
diter ima);c) just ice (bersikap adi l dalam
memanfaatkan hewan percobaan). Contoh sikap
tidak adil, antara lain: hewan disuntik/dibedah
berulang untuk menghemat jumlah hewan,
memakai obat euthanasia yang menimbulkan rasa
nyeri karena harga yang lebih murah.
Hewan percobaan yang digunakan pada
penelitian akan mengalami penderitaan yaitu:
ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan,
rasa nyeri, dan terkadang berakhir dengan
kematian. Berdasarkan hal tersebut, hewan yang
dikobankan dalam penelitian yang hasilnya dapat
dimanfaatkan oleh manusia patut dihormati,
mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara
dengan baik, dan diusahakan agar dapat
disesuaikan pola kehidupannya seperti di alam.
Peneliti yang akan memanfaatkan hewan
percobaan pada penelitian harus mengkaji
kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan
dengan mempertimbangkan penderitaan yang
akan dialami oleh hewan percobaan dan manfaat
yang akan diperoleh untuk manusia. Penggunaan
hewan percobaan untuk penelitian diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai berbagai
aspek tentang sarana biologis dalam hal
penggunaan hewan percobaan laboratorium.
Pengelolaan hewan percobaan diawali dengan
pengadaan hewan, meliputi pemilihan dan seleksi
jenis hewan yang cocok terhadap materi
penelitian. Pengelolaan dilanjutkan dengan
perawatan dan pemeliharaan hewan selama
penelitian berlangsung, pengumpulan data,
sampai akhirnya dilakukan terminasi hewan
percobaan dalam penel i t ian (Smith dan
Mangkoewidjojo 1988; CIOMS 1985).
Hewan kecil memiliki berbagai karakteristik
tertentu yang relatif serupa dengan manusia,
sementara hewan lainnya mempunyai kesamaan
dengan aspek fisiologis metabolis manusia. Saat
ini, beberapa strain tikus digunakan dalam
penelitian di laboratorium hewan coba di
Indonesia, antara la in : Wistar (asalnya
dikembangkan di Institut Wistar), yang turunannya
dapat diperoleh di Pusat Teknologi Dasar
Kesehatan dan Pusat Teknologi Terapan
Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan
Litbangkes dan Sprague-Dawley (tikus albino
yang dihasilkan di tanah pertanian Sprague-
Dawley), yang dapat diperoleh di laboratorium
Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan Pusat
Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes
(Marice dan Raflizar 2010). Tikus putih juga sering
digunakan dalam menilai mutu protein, toksisitas,
karsinogenik, dan kandungan pestisida dari suatu
produk bahan pangan hasil pertanian (Herlinda
1986).
Ilmuwan penelitian kesehatan yang
menggunakan model hewan menyepakati bahwa
hewan coba yang menderita dan mati untuk
k e p e n t i n g a n m a n u s i a p e r l u d i j a m i n
kesejahteraannya dan diperlakukan secara
manusiawi (KNEPK 2006). Dalam penelitian
kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga
harus diterapkan prinsip 3 R dalam protokol
penelitian, yaitu: replacement, reduction, dan
refinement (Ball et al. 1995; Russell dan Burch
1959) . Rep lacemen t ada lah keper luan
memanfaatkan hewan percobaan sudah
diperhitungkan secara seksama, baik dari
pengalaman terdahulu maupun literatur untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat
digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau
biakan jaringan. Replacement terbagi menjadi dua
bagian, yaitu: relatif (mengganti hewan percobaan
dengan memakai organ/jaringan hewan dari
rumah potong, hewan dari ordo lebih rendah) dan
absolut (mengganti hewan percobaan dengan
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
kultur sel, jaringan, atau program komputer).
Reduction diartikan sebagai pemanfaatan hewan
dalam penelitian seminimal mungkin, tetapi tetap
mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah minimal
biasa dihitung menggunakan rumus Frederer yaitu
(n-1) (t-1) >15, dengan n adalah jumlah hewan
yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok
perlakuan. Kelemahan dari rumus ini adalah
semakin sedikit kelompok penelitian, semakin
banyak jumlah hewan yang diperlukan, serta
sebaliknya. Untuk mengatasinya, diperlukan
penggunaan desain statistik yang tepat agar
didapatkan hasil penelitian yang sahih (Shaw et al.
2002). Refinement adalah memperlakukan hewan
percobaan secara manusiawi (humane) ,
memelihara hewan dengan baik, tidak menyakiti
hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang
menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan
hewan coba sampai akhir penelitian.
Pada dasarnya prinsip refinement berarti
membebaskan hewan coba dari beberapa kondisi
(Bousfield dan Brown 2010). Yang pertama adalah
bebas dari rasa lapar dan haus, dengan
memberikan akses makanan dan air minum yang
sesuai dengan jumlah yang memadai baik jumlah
dan komposisi nutrisi untuk kesehatannya.
Makanan dan air minum memadai dari kualitas,
dibuktikan melalui analisa proximate makanan,
analisis mutu air minum, dan uji kontaminasi
secara berkala. Analisis pakan hewan untuk
mendapatkan komposisi pakan, menggunakan
metode standar (Horwitz 2000). Kedua, hewan
percobaan bebas dari ketidaknyamanan,
disediakan lingkunganbersih dan paling sesuai
dengan biologi hewan percobaan yang dipilih,
dengan perhatian terhadap siklus cahaya, suhu,
kelembaban lingkungan, dan fasilitas fisik seperti
ukuran kandang untuk kebebasan bergerak,
kebiasaan hewan untuk mengelompok atau
menyendiri. Berikutnya, hewan coba harus bebas
dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan
p rog ram keseha tan , pencegahan , dan
pemantauan, serta pengobatan tehadap hewan
percobaan jika diperlukan. Penyakit dapat diobati
dengan catatan tidak mengganggu penelitian yang
sedang dijalankan. Bebas dari nyeri diusahakan
dengan memilih prosedur yang meminimalisasi
nyeri saat melakukan tindakan invasif, yaitu
d e n g a n m e n g g u n a k a n a n a l g e s i k d a n
anesthesiketika diperlukan. Euthanasi dilakukan
dengan metode yang manusiawi oleh orang yang
terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan
meniadakan penderitaan hewan coba (Fitzpatrick
2003). Hewan juga harus bebas dari ketakutan
dan stress jangka panjang, dengan menciptakan
lingkungan yang dapat mencegah stress, misalnya
memberikan masa adaptasi/aklimatisasi dan
memberikan latihan prosedur penelitian untuk
hewan.
Semua prosedur dilakukan oleh tenaga
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman
da lam merawat /memper lakukan hewan
percobaan untuk meminimalisasi stres. Hewan
diperbolehkan mengekspresikan tingkah laku
alami dengan memberikan ruang dan fasilitas
yang sesuai dengan kehidupan biologi dan tingkah
laku spesies hewan percobaan (ILARCLS 2010).
Hal tersebut dilakukan dengan memberikan
sarana untuk kontak sosial (bagi spesies yang
bersifat sosial), termasuk kontak sosial dengan
peneliti; menempatkan hewan dalam kandang
secara individual, berpasangan atau berkelompok;
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
memberikan kesempatan dan kbebasan untuk
berlari dan bermain.
Referensi
Ball M, Goldberg AM, Fentem JH, Broadhead CL,
Burch RL, Festing MF. 1995. The three rs: the way
forward, the report and recommendation of
ECVAM (The European Center for the Validation of
Alternative Methods). Altern Lab Anim. 23(6):836-
66.
Bousfield B, Brown R. 2010. Animal Welfare.
Veterinary Bulletin, Agriculture, Fisheries
and Conservation Department Newsletter.
1(4):1-12.
[CIOMS] Council for International Organization of
Medical Sciences.1985. International
guiding principles for biomedical research
involving animals council for international
organization of medical sciences.
Fitzpatrick A. 2003. Ethics and animal research. J
Lab Clin Med.41:89-90.
Herlinda Y. 1986. Hewan percobaan tikus albino
stra in wistar d i uni t penel i t ian giz i
Diponegoro. Majalah Kedokteran Indonesia.
36(11):491-495.
Horwitz W. 2000. Official Methods of Analysis
AOAC International. 17th edition. Maryland:
Association of Official Analytical Chemists.
[ ILARCLS] Insitute of Laboratory Animal
Resources Commission on Life Sciences.
2010. Guide for the care and use of
laboratory animals.National academy of
science USA, National Research Council.
[KNEPK] Komisi Nasional Etik Penelit ian
Kesehatan. 2006.Pedoman Nasional Etik
Penelitian Kesehatan Suplemen II. Jakarta
(ID): Depkes Pr.
Marice S, Raflizar. 2010. Status gizi dan fungsi hati
mencit galur CBS (swiss) dan tikus putih
galur wistar di laborator ium hewan
percobaan puslitbang biomedis dan farmasi.
Media Litbang Kesehatan. 20(1): 33-40.
Russell WMS, Burch RL. 1959. The Principles of
Humane Experimental Technique. London
(UK): Methuen Pr.
Shaw R, Festing MFW, Peers I, Furlong L. 2002.
The use of factorial designs to optimize
animal experiments and reduce animal use.
ILAR J. 43:223-32.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan,
Pembiakan, dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI
Pr.
[WMA] World Medical Association. 2008.
Declaration of helsinki: recommendation
guiding physicians in biomedical research
involving human subject; 1964 Jun; Helsinki,
Finland. Amended by 59th WMA, General
Assembly, Seoul.
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
1. Isolasi DNA
Dapat menggunakan metode ekstraksi phenol-chloroform ( kelemahan : tahapan lebih panjang, lebih
lama, toxic) atau menggunakan berbagai kit komersial yang tersedia(Misalnya: QiaAmp DNA Mini Kit
(50)(Qiagen, Cat#51304).
2. Amplifikasi PCR gen 16S rRNA (16S rDNA) atau daerah ITS rDNA
Dapat menggunakan berbagai jenis thermostable DNA polymerase yang tersedia. (Seperti : Hotstar Taq
Plus Master Mix Kit (250) Catalog No. 203643)
3. Purifikasi hasil amplifikasi 16S rDNA atau daerah ITS rDNA bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa
primer dan nukleotida bebas (free nucleotides)
Dapat menggunakan berbagai kit komersial yang tersedia (Misalnya : Qiaquick PCR Purification Kit (50)
(Qiagen, Cat#28104)
4. Reaksi Cycle sequencing
Dapat menggunakan berbagai kit komersial yang tersedia akan tetapi harus diseleksi tergantung tipe
sequencer yang digunakan (Misalnya : BigDye Terminator v3.1 Cycle SequencingKit (Applied Biosystems))
5. Purifikasi produk reaksi cycle sequencing bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa fluorescent dye-
terminators
Dapat menggunakan metode Ethanol Precipitation atau menggunakan berbagai Kit komersial yang tersedia.
6. Sequencing menggunakan automated DNA sequencer
Menggunakan ABI PRISM 3100 Genetic Analyzer (Amersham Biosciences)
7. Analisis Sequence 16S rDNA atau daerah ITS rDNA yang diperoleh
Mencari homologi menggunakan program BLAST.
Disarikan dari :
Wellyzar Sjamsuridzal, Workshop on Molecular identification of Microorganisms, CoE IBR-GS FMIPA UI, Depok,
15-16 April 2014
TAHAPAN IDENTIFIKASI MOLEKULER BAKTERI ATAU FUNGI
BERDASARKAN SEQUENCING 16S rDNA ATAU DAERAH ITS rDNA
Oleh : drh.Kanti Puji Rahayu
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
Liquid Drying adalah awalnya metode yang
dikembangkan oleh Institute for Fermentation Osaka
(IFO). Suspensi sel yang dikeringkan tanpa
pembekuan, hal ini untuk menghindari kerusakan yang
diakibatkan dari pembekuan tersebut. Berlaku secara
luas, terutama berlaku untuk beberapa bakteri Gram-
negatif dan ragi yang sensitif untuk freeze-drying.
Media khusus telah dikembangkan untuk masing-
masing membran-yang rusak dan organisme DNA-
yang terluka.
Kelebihan metode ini antara lain :
Peralatan yang dibutuhkan sederhana, tanpa
freezer.Antara lain: mesin konstriksi ampul
(Gambar 1), freeze- dryer (Gambar 2), kumparan
Tesla (Gambar 3).
Lebih sedikit stres/tekanan pada sel karena tidak
terjadi pembekuan.
Dapat digunakan untuk organisme yang lebih
sensitif, misalnya bakteri laut
Pemeliharaanjangka panjangmikroorganisme
(bakteri dan jamur)
Dengan metode Liquid Drying
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
Oleh : drh.Oli Susanti
-
Prinsip kerja :
1. Pre-culturing, kultur berusia akhir lockfase
dimanamikroorganisme sudah tahan kondisi
ekstrim.
2. Pembuatan suspensisel di dalam medium
protektif
3. Penuangan suspensi sel ke dalam tabung
ampul
4. Konstriksi tabung ampul
5. Pengeringan diterapkan selama 2 jam,
6. Penyegelan ampul,
7. Estimasi kelangsungan hidup dengan uji
penyimpanan yang dipercepat, accelerated
storage test
8. Penyimpanan
9. Penghidupan kembali (reviving)
Media.
Protokol untuk mempersiapkan tabung ampul L-
Drying :
1. Persiapan tabung ampul
- Tabung ampul diberi sumbat kapas,
o
kemudian disterilkan pada 150 C selama
3 jam.
2. Persiapan suspensi spora
- Tuangkan 5 ml medium protektif (SM1
untuk bakteri, SM12 untuk fungi) ke
dalam tabung agar miring
Media ProtektifSM1 untuk bakteriSM12
untuk fungiSodium L(+)-glutamate
Monohydrate3 grSodium L(+)-g lutamate
monohydrate 3 grRibitol1,5 gr0,1 M potassium
phosphate buffer (pH 7,0) 100 mlL-cystein
h y d r o c l o r i d e M o n o h y d r a t e 0 , 0 5 g r
0,1 M potassium phosphate
buffer (pH 7,0)100 ml
- Kerik koloni menggunakan jarum ose
steril sehingga terbentuk suspensi
spora/sel.
- Pindahkan suspensi/sel ke dalam tabung
2,5 ml ( atau tabung sentrifus 15 ml)
3. Pengisian tabung ampul
- Setiap tabung ampul diisi dengan 0,2 ml
suspensi spora/sel.
4. Pemotongan sumbat kapas
- Sumbat kapas dipotong dan didorong ke
bagian bawah tabung ampul.
5. Konstriksi tabung ampul
-Tabung ampu l d i kon t r i k s i un tuk
membentuk bagian kapi ler pendek
(berdiameter 4 mm) di bagian tengah
dengan mesin kontriksi gelas ampul (Iwata
glass, Osaka, japan)
6. Pengeringan (Drying)
-Tabung ampul yang telah dikontriksi
dimasukkan kedalam manifold alat
vaccum freeze dryer. Suspensi spora/sel
akan langsung dikeringkan dari fase cair.
Pengeringan akan selesai dalam waktu
sekitar 2 jam. Vakum di dalam tabung
ampul yang telah kering harus lebih
rendah dari 0,1 Torr (tekanan udara=760
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
Torr= 760 mm Hg)
7. Penyegelan tabung ampul (sealing)
- Tabung ampul disegel dalam kondisi
v a k u m d i b a g i a n t a b u n g y a n g
dikonstriksi dengan burner.
8. Uji kevakuman (test for vaccum)
- Kevakuman di dalam gelas ampul
diperiksa dengan alat Tesla coil (Tozai
Tsusho, Tokyo, Japan). Kevakuman
yang memuaskan dikonfirmasi dengan
kemunculan pendar cahaya berwarna
biru pucat hingga violet di dalam tabung
ampul.
9. Penghidupan kembali (reviving)
- Potongtabung ampul di bagian tengah
yang terdapat sumbat kapas dengan
menggunakan alat pemotong ampul.
Tambahkan larutan re-hidrasi (0,2 ml)
dengan pipet pasteur steril, lalu dipipet
dengan baik setelah beberapa menit
didiamkan. Transfer suspensi spora ke
dalam medium pertumbuhan (cair, agar
miring, dan/atau cawan petri berisi agar).
Uji Penyimpanan yang dipercepat (Accelerated
storage test)
Viabilitas setelah preservasi jangka
o
panjang (selama 20 tahun pada 5 C) dapat
diprediksi dengan melakukan uji penyimpanan
o
yang dipercepat : 4 minggu pada 37 C untuk
o
kapang dan khamir, 2 minggu pada 37 C untuk
bak te r i . Tabung ampu l L -d r y i ng , yang
3
m e n g a n d u n g 1 0 C F U / a m p u l p a d a u j i
penyimpanan yang dipercepat, dapat dipreservasi
hingga 20 tahun.
Cara membuka ampul dan menghidupkan kembali
spesimen L-Dried
1. Siapkan larutan rehidrasi dan medium
pertumbuhan yang direkomendasikan
2. Gores ampul pada bagian tengah sumbat
kapas dengan ampul cutter
3. Disinfeksi ampul dengan kassa/tissu
tebal yang dibasahi alkohol
4. Bungkus ampul dengan kain kassa/tissu
tebal dan pecahkan dengan hati-hati
(jangan gunakan kain yang dibasahi
alkohol)
5. Segera tambahkan 0,2 ml larutan
rehidrasi ke dalam sel-sel L-dried dengan
transfer pipet steril
6. Campur dengan baik dan transfer
s u s p e n s i s e l k e d a l a m m e d i u m
pertumbuhan (cair, agar pada tabung
miring, agar pada cawan petri)
7. Inkubasi pada kondisi spesifik untuk sel-
sel tersebut. Beberapa sel membutuhkan
waktu periode yang lebih lama sebelum
tumbuh . Pada kond is i demik ian ,
perpanjang inkubasi sampai 2 minggu
pada suhu yang sesuai
8. Seluruh sisa yang terdapat di dalam
ampul segera diautoklaf sebelum dibuang
9. Jika spesimen dalam ampul tidak ingin
segera dibuka setelah diterima, ampul
dapat disimpan di refrigerator.
Pustaka :
Akira Yokota dan Wellyzar Sjamsuridzal,
Workshop on Preservation of Microorganisms
(L-Drying), CoE IBR-GS FMIPA UI, Kampus UI
Depok, 17 April 2014
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
West nile merupakan salah satu penyakit yang
diakibatkan oleh virus serta pertama kali
ditemukan pada manusia di daerah West Nile,
Uganda. Penyakit ini kemudian secara cepat
menyebar ke negara-negara Eropa, Amerika
dan Asia. Pada pertengahan tahun 1990an,
penyakit ini hanya terjadi secara sporadic dan
masih menimbulkan resiko yang kecil pada
manusia, sampai terjadinya wabah di Aljazair
pada tahun 1994 dengan penyakit west nile
yang menyebabkan encephalitis. Sedangkan
wabah besar yang terjadi di Rumania pada
tahun 1996, sebagian besar dalam bentuk
neuroinvasif. Virus ini pertama kali diisolasi
pada saat terjadi wabah encephalitis pada
manusia, kuda, burung liar dan burung
peliharaan di kota New York, Amerika Serikat
(Senne et al. 2000). Penyakit ini juga telah
dilaporkan telah membunuh 286 orang di
Amerika Serikat pada tahun 2012.
WEST NILE VIRUSdrh. Eko Susanto, MSi
Gambar 1 West Nile virus yang dilihat dengan
mikroskop electron
West nile disebabkan oleh virus west
nile yang termasuk keluarga Flaviridae dan
genus Flavivirus. Virus ini merupakan virus
RNA single stranded dengan ukuran 40-60
nm, beramplop dan mempunyai simetri
iksohedral (Petersen dan Martin 2002).
Burung liar dan burung yang dipelihara sangat
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
rentan jika dibandingkan dengan unggas
lainnya seperti ayam, kalkun dan itik. Ayam
buras, yang dipelihara secara ekstensif,
berpeluang terinfeksi virus West Nile.
Gambar 2 Siklus hidup Virus West Nile (CDC
2005)
Pada kuda, infeksi West Nile dapat
menimbulkan gejala klinis berupa gangguan
syaraf (Abutarbush et al. 2004). Manusia,
kuda dan mamalia lainnya merupakan induk
semang akhir (dead-end). Virus ini dapat
menyerang burung/unggas, anjing, kucing,
kuda, dan mamalia lain seperti kelelawar,
kelinci, Lamma, bajing, skunks, chipmunks.
Penemuan Turell et al. (2000) menduga
bahwa pada ayam, saat terjadi puncak
viremia, dapat menginfeksi nyamuk tersebut
dan bertindak sebagai amplifier bagi West
Nile.
Virus West Nile pada manusia akan
menyebar ke kelenjar getah bening dan ke
peredaran darah. Penetrasi virus ke dalam
sistem saraf pusat mengikuti stimulasi
reseptor toll-like dan peningkatan kadar tumor
necrosis factor-, yang meningkatkan
permeabilitas blood-brain barrier. Virus West
Nile langsung menginfeksi neuron, terutama di
bagian inti dan materi abu-abu otak, batang
otak, dan sumsum tu lang belakang.
Kerusakan sel saraf dapat menyebabkan
kelumpuhan. Kerusakan jaringan sistem imun
juga dapat menyebabkan perubahan
patologis dalam beberapa kasus.
Penularan langsung dari manusia ke
manusia disebabkan oleh akibat kontak
dengan darah yang terinfeksi, melalui
t ransfusi darah, organ transplantasi ,
intrauterin, dan akibat menyusui. Sejak tahun
2003, bank darah di Amerika Serikat secara
rutin menguji virus West Nile terhadap para
pendonor. Penularan vertikal pada nyamuk
terjadi dari betina ke anaknya (Montgomery et
al. 2005). Burung yang terinfeksi berinteraksi
d e n g a n v e k t o r n y a m u k a g a r d a p a t
menularkan ke hewan lain dan manusia.
Kontak langsung antara unggas yang diinfeksi
virus West Nile tidak terjadi. Hal ini terlihat dari
tidak ditemukannya antibodi dan virus pada
tubuh ayam tersebut (Senne et al. 2000).
Di Indonesia, baik kasus klinis maupun
data serologis tentang infeksi West Nile belum
pernah diteliti dan dilaporkan. Meskipun kasus
encephalitis dan meningitis pada manusia
telah banyak ditemukan di rumah sakit-rumah
sakit di Indonesia (Gautama 2005). Begitu
gencarnya pemberitaan kasus West Nile pada
manusia di negara lain, dan frekuensi
perpindahan hewan dan manusia dari satu
negara ke negara lain sangat tinggi, sehingga
tidak menutup kemungkinan masuknya
penyakit-penyakit eksotik dan zoonosis ke
Indonesia.
a. Gejala Klinis pada Hewan
Virus West Nile telah dilaporkan
menyerang lebih dari 150 spesies burung di
Amerika Utara (CDC 2011). Burung biasanya
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
sampai tahap terakhir penyakit yaitu
ensefalitis (radang otak) dan miokarditis. Virus
West Nile pada kuda sangat berbahaya jika
virus menginfeksi otak.
b. Gejala Klinis pada Manusia
Penyakit West Nile ini biasanya terjadi
pada musim hangat saat nyamuk aktif di
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan
-
l ingkungan. Infeksi di manusia jarang
menunjukkan tanda klinis, hanya sekitar 20%
menunjukkan gejala demam West Nile dan 1%
neuroinvasif , dimana neuroinvasif ini
kemungkinan lebih sering terjadi pada
penderita lanjut usia diatas 50 tahun dan
penderita imunocompresi. Case Fatality Rate
(CFR) yang dilaporkan selama wabah di
Amerika Serikat bervariasi antara 4% - 15%
(CFSPH 2009). Tiga sindrom yang sering
terlihat yaitu ensefalitis, meningitis, dan acute
flaccid paralysis. Meningitis ditandai dengan
demam, sakit kepala atau leher, kaku dan
fotofobia. Sedangkan pasien dengan West
Nile ensefalitis memiliki perubahan dalam
kesadaran, disorientasi maupun ataksia,
inkoordinasi, tremor dan tanda-tanda yang
menyerupai penyakit Parkinson. Pasien
penderita tidak mentransmisikan penularan ke
orang lain melalui kontak, namun West Nile
virus dapat ditransmisikan melalui transfusi
darah dan transplantasi organ dari orang yang
tidak menunjukkan tanda klinis (CFSPH
2009).
Pencegahan infeksi ini dengan cara
mengurang kontak dengan nyamuk yang
terinfeksi, dan melakukan vaksinasi. Karena
penyakit West Nile berbahaya bagi manusia,
maka vaksinasi pada hewan terutama pada
kuda dapat dilakukan. Pembasmian sarang
nyamuk di rumah dengan menjaga kebersihan
l i n g k u n g a n i k u t b e r p e r a n d a l a m
mengeliminasi media perkembangbiakan
nyamuk. Selain pemberian abate sebagai
la rvas ida pada a i r yang te rgenang,
penggunaan larvasida biologis dapat
digunakan seperti Bacillus thuringiensis var.
israelensis dan Bacillus sphaericus (Petersen
and Martin 2002).
DAFTAR PUSTAKA
[CDC] Centers for Disease Control and
Prevention. 2011. West Nile Infection
[internet]. [diunduh 2013 Oktober 3].
T e r s e d i a d a r i :
http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/west
nile/qa/symptoms.htm.
[CFSPH] The Center For Food Security and
Public Health, 2009. West Nile Virus
Infection [internet]. [diunduh 2013
Oktober 3]. Tersedia dari: Iowa State
U n i v e r s i t y .
http://www.cfsph.iastate.edu/Factshee
ts/pdfs/west_nile_fever.pdf.
Montgomery SP, Chow CC, Smith SW, Marfin
AA, O'Leary DR, Campbell GL 2005.
Rhabdomyolysis in patients with West
Nile encephalitis and meningitis. Vector
Borne Zoonotic Dis. 5 (3): 252257.
Petersen LR and Martin AA. 2002. West Nile
virus: A primer for the clinician. Annual
of Internal Medicine 137 (3): 173-179.
Senne DA, Pedersen JC, Hutto DL, Taylor WD,
Schmitt BJ, Panigrahy B. 2000.
Pathogenicity of West Nile virus in
Chickens. Avian Diseases. 44: 642-
649.
Turell MJ, Sardelis MR, Dohm DJ, O'Guinn,
ML. 2000. Potential for North American
Mosquitoes to transmit West Nile Virus.
Am J of Tropical Medicine and Hygiene.
62: 413-414.
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan