buku saku karyawan 2

34

Click here to load reader

Upload: zi-la

Post on 12-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


61 download

DESCRIPTION

Buku Saku Karyawan 2

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Saku Karyawan 2

RUMAH SAKIT BAPTIS BATU

Visi : Menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat Malang Raya karena Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien. Misi :

a) Memberikan pelayanan kesehatan prima secara holistik berlandaskan Kasih Kristus kepada setiap orang, tanpa membedakan status sosial, golongan, suku dan agama

b) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien

c) Mengelola aset secara efektif dan efisien bagi Kesejahteraan dan Pengembangan rumah sakit dengan memanfaatkan potensi Kota Batu sebagai Kota Wisata

d) Mengembangkan Sumber Daya Manusia secara utuh yang memiliki belas kasih, asertif, professional, bekerja dalam tim, integritas dan sejahtera

Tujuan : Berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat demi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara rohani dan jasmani. Value :

a) Belas Kasih; b) Asertif; c) Profesional; d) Tim Kerja; e) Integritas; dan f) Sejahtera.

Motto : Memberikan pelayanan dengan belas kasih”, yang diterjemahkan dalam moto: “Compassionate Hospital”.

Page 2: Buku Saku Karyawan 2

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

NO

PERTANYAAN JAWABAN

1. Apa yang anda ketahui tentang sasaran keselamatan pasien di rumah sakit?

Ada 6 sasaran keselamatan pasien di rumah sakit : (acuan : Permenkes RI No. 1691 tahun 2011) 1. Ketepatan identifikasi pasien. 2. Peningkatan komunikasi yang efektif. 3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai. 4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien

operasi. 5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;

dan 6. Pengurangan resiko pasien jatuh.

2. Bagaimana prosedur di rumah sakit dalam mengidentifikasi pasien?

1. Setiap pasien yyang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.

2. Ada 2 identitas, yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang disesuaikan dengan tanda pengenal resmi.

3. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada pasien yang tidak diketahui identitasnya (ditemukan / dikirim dalam keadaan tidak sadar).

3. Kapan dilakukan proses verifikasi identitas pasien?

1. Sebelum pemberian obat. 2. Sebelum pemberian transfusi darah. 3. Sebelum pengambilan sampel untuk pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiologi. 4. Sebelum dilakukan tindakan medis.

4. Gelang identifikasi apa saja yang digunakan di rumah sakit?

1. Gelang identitas. - Pasien laki-laki : BIRU MUDA - Pasien perempuan : MERAH MUDA

2. Gelang pasien resiko jatuh : KUNING. 3. Gelang alergi : MERAH

5. Bagaimana prosedur pemasangan gelang identifikasi?

SPO Pemasangan gelang identifikasi pasien.

6. Dapatkah anda menjelaskan tentang cara komunikasi yang efektif di rumah sakit?

1. Rumah sakit menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assesssment – Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar pemberi layanan.

2. Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien. 3. Background : informasi penting apa yang berhubungan

dengan kondisi pasien terkini. 4. Asessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini. 5. Recommendation : apa yang perlu dilakukan untuk

mengatasi masalah pasien saat ini. 6. Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi

terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan catat, baca kembali dan konfirmasi ulang (SBAR) terhadap perintah yang diberikan.

7. Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung jawab perawat ruangan yang bertugas.

7. Apa saja yang termasuk obat-obat high alert medication di rumah sakit?

Obat – obatan yang termasuk dalam high alert medication adalah : 1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl

Page 3: Buku Saku Karyawan 2

3%. 2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look

Alike Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.

Pengelolaan high alert medication : 1. Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan

diberi penandaan yang jelas berupa sticker berwarna merah bertuliskan “High Alert”.

2. NaCl 3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di Unit Perawatan Intensif (IRI).

3. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas yang diberi wewenang.

4. Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker yang dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”.

8. Bagaimana prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasi di RS ini?

1. Orang yang bertanggungjawab untuk membuat tanda pada pasien adalah operator/orang yang akan melakukan tindakan.

2. Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.

3. Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan ke ruang dimana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat pre-medikasi.

4. Tanda berupa “O” di titik yang akan dioperasi dan diberi inisial dokter.

5. Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam dan jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.

6. Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau penyisipan instrumen harus ditandai.

7. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekan hasil pencitraan pasien didiagnosis misalnya sinar-x, scan, pencitraan elektronik atau hasil test lainnya dan dipastikan dengan catatan medis pasien dan gelang identitas pasien.

8. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang).

9. Beberapa prosedur yang tidak melakukan penandaan : - Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi

caesar). - Kasus intervensi seperti kateter jantung. - Kasus yang melibatkan gigi. - Prosedur yang melibatkan bayi prematur dimana

penandaan akan menyebabkan tato permanen. 10. Dalam kasus-kasus dimana tidak melakukan penandaan,

alasan harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan.

Page 4: Buku Saku Karyawan 2

Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada kasus-kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang meliputi penandaan preoperatif per level spinal (yang akan dioperasi) dan insterspace spesifik intraoperatif menggunakan radiographic marking.

9. Tahukah anda bagaimana prosedur check list keselamatan operasi?

Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien dianestesi di holding area, time out yang dilakukan di ruang operasi sesaat sebelum incisi pasien operasi dan sign out setelah operasi selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter anestesi, perawat.

10. Ada berapa cara cuci tangan ?

Ada 2 cara cuci tangan : 1. Dengan sabun dan air mengalir : 40 s/d 60 detik. 2. Dengan handrub : 20 s/d 30 detik.

11. Kapan diharuskan cuci tangan ?

Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni : 1. Sebelum kontak dengan pasien. 2. Sesudah kontak dengan pasien. 3. Sebelum tindakan asepsis. 4. Sesudah terkena cairan tubuh pasien. 5. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

12. Caranya adalah : 1. Dengan handrub : a. Tuang handrub di telapak tangan :

1) Gosok telapak pada telapak. 2) Telapak pada punggung dan sela-sela jari

bergantian 3) Telapak dan sela-sela jari satu arah. 4) Tangan mengunci dan gosok. 5) Ibu jari dalam genggaman kemudian putar

bergantian. 6) Ujung jari digosok pada telapak tangan

bergantian. b. Dengan sabun dan air mengalir :

1) Basahi tangan. 2) Tuang sabun. 3) Mulai langkah 1 sampai dengan 6. 4) Keringkan tangan dengan handuk kering. 5) Tutup kran dengan handuk.

13. Kapan cuci tangan dengan handrub ?

Saat tangan tidak terkontaminasi / bersih (sebelum dan setelah kontak dengan pasien, sebelum memakai sarung tangan dan setelah kontak dengan peralatan pasien.

14. Kapan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ?

1. Tangan terlihat kotor atau terkontaminasi cairan tubuh. 2. Sebelum makan. 3. Setelah dari kamar mandi / toilet.

15. Apa saja hal-hal yang diperhatikan dalam cuci tangan ?

1. Tidak boleh memakai cincin. 2. Tidak boleh memakai kutek. 3. Kuku tidak boleh panjang.

12. Bagaimanakah cara mengkaji pasien resiko jatuh ?

Page 5: Buku Saku Karyawan 2

Penilaian resiko jatuh dilakukan saat pengkajian awal dengan menggunakan metode pengkajian resiko jatuh yang telah ditetapkan oleh RS. Baptis Batu. Penilaian resiko jatuh pada pasien anak menggunakan scoring HUMPTY DUMTY dan pada pasien dewasa menggunakan scoring MORSE dan pada geriatri menggunakan SYDNEY scoring.

SKALA RESIKO JATUH HUMPTY DUMPTY UNTUK PEDIATRI

Skor assesmen resiko jatuh : (skor minimum 7, skor maksimum 23)

• Skor 7-11 : resiko rendah • Skor ≥ : resiko tinggi

Page 6: Buku Saku Karyawan 2

ONTARIO MODIFIED STRATIFY – SIDNEY SCORING

Tanggal : Nama : No. Rekam Medis :

Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor Riwayat jatuh Apakah pasien datang ke rumah

sakit karena jatuh ? Ya / Tidak Salah satu jawaban

ya = 6

Jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan terakhir ini ?

Ya / Tidak

Status mental Apakah pasien delirium ? (tidak dapat membuat keputusan, pola pikir tidak teroganisir, gangguan daya ingat)

Ya / Tidak Salah satu jawaban ya = 14

Apakah pasien disorientasi ? (salah menyebutkan waktu, tempat, atau orang)

Ya / Tidak

Apakah pasien mengalami agitasi ? (ketakutan, gelisah dan cemas)

Ya / Tidak

Penglihatan Apakah pasien memakai kacamata ?

Ya / Tidak Salah satu jawaban ya = 1

Apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram ?

Ya / Tidak

Apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak atau degenerasi makula ?

Ya / Tidak

Kebiasaan berkemih

Apakah terdapat perubahan perilaku berkemih ? (frekuensi, urgensi, inkontinesia, nokturia)

Ya / Tidak Ya = 2

Transfer (dari tempat tidur ke kursi dan kembali ke tempat tidur)

Mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan)

0 Jumlahkan nilai transfer dan mobilitas. Jika nilai total 0-3, maka skor = 0. Jika nilai total 4-6, maka skor = 7.

Memerlukan sedikit bantuan (1 orang) / dalam pengawasan.

1

Memerlukan bantuan yang nyata (2 orang)

2

Tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total

3

Mobilitas Mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan)

0

Berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik)

1

Menggunakan kursi roda 2 Imobilisasi 3

Total Skor Keterangan Skor : 0-5 = Resiko Rendah 6-16 = Resiko Sedang 17-30 = Resiko Tinggi

Page 7: Buku Saku Karyawan 2

MORSE FALL SCALE (SKALA JATUH MORSE)

FAKTOR RESIKO SKALA POIN SKOR Riwayat jatuh Ya 25

Tidak 0 Diagnosis sekunder (≥ diagnosis medis)

Ya 15 Tidak 0

Alat bantu Berpegangan pada perabot 30 Tongkat / alat penopang 15

Tidak ada / kursi roda / perawat / tirah baring 0 Terpasang infus Ya 20

Tidak 0 Terganggu 20

Lemah 10 Normal / tirah baring / imobilisasi 0

Status mental Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki 15 Sadar akan kemampuannya diri sendiri 0

Total Kategori : Resiko tinggi = ≥ 45 Resiko sedang = 25 – 44 Resiko rendah = 0 – 24 Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian dapat dijadikan dasar pemberian rekomendasi kepada dokter untuk tatalaksana lebih lanjut. Perawat memasang gelang resiko berwarna kuning di pergelangan tangan pasien dan mengedukasi pasien dan atau keluarga maksud pemasangan gelang tersebut. SPO pengkajian dan pencegahan pasien jatuh Pengkajian ulang dilakukan oleh perawat secara berkala sesuai hasil penilaian resiko jatuh pasien dan jika terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan.

12. Apa yang dilakukan jika ada pasien yang jatuh ?

Dilakukan tatalaksana pasien jatuh dan membuat laporan insiden keselamatan pasien.

Page 8: Buku Saku Karyawan 2

HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Tahukah anda tentang

bagaimana hak pasien di rumah sakit ?

RS. Baptis Batu bertanggung jawab untuk melindungi dan mengkedepankan hak pasien dan keluarga sesuai UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata

tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 2. Pasien berhak informasi tentang hak dan kewajiban

pasien. 3. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi,

adil, jujur dan tanpa diskriminasi. 4. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang

bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

5. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.

6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam dan diluar Rumah Sakit.

9. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.

10. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama / kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan rumah sakit.

15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku rumah sakit terhadap dirinya.

16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

17. Pasien berhak menggugat dan / atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana.

Page 9: Buku Saku Karyawan 2

18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Bagaimana prosedur pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga ?

Pemberian informasi dan edukasi diberikan sesuai kebutuhan, dan diberikan oleh petugas dengan kompetensi yang sesuai. Dalam pemberian informasi dan edukasi ini dikoordinasi oleh Panitia PKRS. SPO Pemberian Informasi dan edukasi.

3. Bagaimana prosedur pemberian informed consent kepada pasien dan keluarga ?

Persetujuan Tindakan Kedokteran (Acuan : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / Menkes / Per / III / 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran) 1. Pernyataan persetujuan (informed consent) dari pasien

didapat melalui suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami pasien. SPO Pemberian Informed Consent

2. Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang beresiko tinggi.

3. Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau keluarga setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindakan tersebut dari Dokter Penanggung jawab Pasien (DPJP).

4. Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah : a. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21

tahun atau telah menikah. b. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan

(informed consent) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut : 1). Ayah / Ibu kandung. 2). Saudara-saudara kandung.

c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan (informed consent) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut : 1). Ayah / Ibu Adopsi. 2). Saudara-saudara kandung. 3). Induk semang.

d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (informed consent) atau penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut : 1). Ayah / Ibu kandung. 2). Wali yang sah. 3). Saudara-saudara kandung.

e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) persetujuan atau

Page 10: Buku Saku Karyawan 2

penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut : 1). Wali. 2). Curator.

f. Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan kepada mereka menurut urutan hal tersebut : 1). Suami / Istri. 2). Ayah / Ibu Kandung. 3). Anak-anak kandung. 4). Saudara-saudara Kandung.

5. Informed consent menginformasikan tentang : diagnosis (WD & DD), dasar diagnosis, tindakan kedokteran, indikasi tindakan, tata cara, tujuan, resiko, komplikasi, prognosis, laternatif dan resiko.

4. Bagaimana pasien mendapatkan informasi pelayanan kerohanian di rumah sakit ?

Pelayanan kerohanian terdiri dari pelayanan kerohanian rutin dan atas permintaan. Pasien yang membutuhkan pelayanan kerohanian akan mengisi formulir permintaan pelayanan kerohanian. Kemudian perawat akan menhubungi petugas terkait sesuai daftar yang ada. SPO Pelayanan kerohanian.

5. Bagaimana RS melindungi kebutuhan privasi pasien?

Saat dilakukan pemeriksaan, konsultasi, tatalaksana antar pasien akan dibatasi dengan tirai. SPO Perlindungan kebutuhan privasi pasien.

6. Bagaimana rumah sakit melindungi pasien terhadap kekerasan fisik ?

1. Kriteria kekerasan fisik di lingkungan rumah sakit terdiri atas : pelecehan seksual, pemukulan, penelantaran dan pemaksaan fisik terhadap pasien baik yang dilakukan oleh penunggu / pengunjung pasien maupun petugas.

2. Kecuali terdapat indikasi, petugas kesehatan dapat melakukan pemaksaan fisik (seperti pengekangan) sesuai standar medis dan etika rumah sakit yang berlaku.

3. Setiap petugas keamanan sudah terlatih untuk menangani hal tersebut.

4. Setiap pasien / pengunjung / karyawan yang berada dalam rumah sakit harus menggunakan tanda pengenal berupa gelang identitas pasien, kartu visitor / pengunjung atau name tag karyawan.

SPO Perlindungan terhadap kekerasan fisik

7. Bagaimana prosedur melindungi barang milik pasien ?

SPO Perlindungan barang milik pasien

8. Apa yang dilakukan rumah sakit jika pasien menolak / memberhentikan tindakan tindakan (resusitasi) atau pengobatan yang diberikan ?

1. Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi.

2. Keputusan untuk tidak melakukan RJP harus dicatat di rekam medis pasien dan di formulir Do Not Resuscitate (DNR). Formulir DNR harus diisi dengan lengkap dan disimpan di rekam medis pasien.

3. Alasan diputuskannya tindakan DNR dan orang yang

Page 11: Buku Saku Karyawan 2

terlibat dalam pengambilan keputusan harus dicatat di rekam medis pasien dan formulir DNR. Keputusan harus dikomunikasikan kepada semua orang yang terlibat dalam aspek perawatan pasien.

SPO Penolakan Tindakan atau Pengobatan

Page 12: Buku Saku Karyawan 2

PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Siapa yang memberikan

edukasi kepada pasien & keluarga ?

Semua pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan oleh petugas yang berkompeten dan dikoordinasi oleh Panitia PKRS.

2. Bagaimana prosedur pemberian informasi atau edukasi kepada pasien & keluarga ?

SPO Pemberian Informasi Dan Edukasi

3. Bagaimana cara anda mengetahui pencapaian keberhasilan edukasi yang diberikan ?

Melakukan verifikasi bahwa pasien dan keluarga bisa menerima dan memahami edukasi yang diberikan. SPO Pemberian Informasi atau Edukasi

4. Apa bukti edukasi telah diberikan kepada pasien ?

1. Ada bahan materi yang diberikan kepada pasien dan atau keluarga.

2. Ada dokumen pemberian edukasi berupa formulir pemberian edukasi yang ditandatangani oleh pemberi edukasi dan penerima edukasi.

Page 13: Buku Saku Karyawan 2

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Apakah definisi kejadian

sentinel ? 1. Insiden meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),

Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian Sentinel.

2. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

3. Kejadian sentinel : • Kematian tidak terduga dan tidak terkait

dengan perjalanan alamiah atau kondisi yang mendasari penyakitnya. Contoh : bunuh diri.

• Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.

• Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi.

• Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang tuanya.

4. Pelaporan insiden tidak boleh lebih dari 2x24jam. 2. Bagaimana prosedur

pelaporan insiden ?

Pelapor

Lapor Atasan Langsung (KaUnit / Manajer)

Lakukan Investigasi Sederhana

Lapor Panitia PMKP

Lakukan RCA dan Rekomendasi

Lapor Direksi

Page 14: Buku Saku Karyawan 2

MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Apa yang anda ketahui

tentang PONEK RS ? 1. Rumah Sakit melaksanakan program PONEK (Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) untuk menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu.

2. Rumah sakit membentuk Tim/Panitia PONEK untuk menjalankan program PONEK RS.

2. Apa yang anda ketahui tentang TB-DOTS RS ?

1. Rumah Sakit melaksanakan penanggulangan TB sesuai dengan pedoman strategi DOTS (Direct Observe Treatment Shortcourse).

2. Rumah sakit membentuk Tim / Panitia TB Dots untuk menjalankan program TB DOTS RS.

Page 15: Buku Saku Karyawan 2

AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN (APK)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Bagaimana prosedur skrining

di IGD ? 1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau

diluar RS untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh rumah sakit.

2. Skrining dilakukan berdasarkan kriteria oleh Rumah sakit. Kriteria yang tidak bisa dirawat di RS. Baptis Batu adalah sbb : a. Pasien dengan diagnosis :

- Gaduh gelisah ec psikiatri. - Gagal ginjal on HD. - CVA haemorrhage untuk peserta BPJS. - Kasus orthopedi untuk peserta BPJS. - HIV / AIDS yang memerlukan ARV (terapi

definitif HIV / AIDS). - Kanker yang memerlukan konsultan

hematologi dan onkologi medis. - Flu burung. - Flu babi. - SARS. - Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan

kepesertaan BPJS. b. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien

menghendaki / menyetujui dirawat dokter lain / asisten DPJP.

c. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien dan tidak bisa ditunda pengadaannya.

d. Pasien BPJS dengan indikasi IRI. SPO Skrining Pasien.

2. Bagaimana prosedur penerimaan pasien rawat inap dan rawat jalan ?

SPO Penerimaan Pasien Rawat Inap. SPO Penerimaan Pasien Rawat Jalan. SPO Penahanan Pasien Untuk Diobservasi.

3. Bagaimana prosedur triase ? Rumah Sakit melaksanakan proses triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien sesuai dengan kegawatannya menggunakan ATS (Australian Triage Scale).

4. Bagaimana RS mengidentifikasi hambatan di populasi dalam memberikan pelayanan ?

1. Rumah sakit mengidentifikasi hambatan di populasinya dengan membuat kajian data cakupan antara lain area cakupan, etnis dan agama. Selain itu juga dikaji faktor biologis dan psikososialnya.

2. Untuk mengatasi hambatan / kendala keterbatasan fisik dalam populasinya, RS. Baptis Batu memiliki prosedur penanganan bagi mereka dengan keterbatasan fisik.

5. Bagaimana prosedur transfer yang berlaku berlaku di rumah sakit ?

1. Kompetensi SDM untuk transfer INTRA RS. Baptis Batu

Pasien

Petugas pendam

ping (minimal)

Ketrampilan yang

dibutuhkan

Peralatan dasar

Derajat 0 Petugas Bantuan

Page 16: Buku Saku Karyawan 2

keamanan hidup dasar Derajat 0,5 (orang tua/delirium)

Petugas keamanan

Bantuan hidup dasar

Derajat 1 Perawat / petugas yang berpengalaman (sesuai dengan kebutuhan pasien)

• Bantuan hidup dasar

• Pelatihan tabung gas

• Pemberian obat-obatan

• Kenal akan tanda deteriorasi

• Ketrampilan suction

• Oksigen

• Suction • Tiang

infus portabel

• Syringe pumps

• oksimetri

Derajat 2 Perawat dan Petugas keamanan

• Semua ketrampilan diatas, ditambah

• Pengalaman2 tahun di dalam perawatan intensif

• semua peralatan diatas, ditambah

• monitor ekg dan tekana darah

• defibrilator

Derajat 3 Dokter, Perawat dan Petugas keamanan

Standard kompetensi dokter harus diatas standar minimal : Dokter : • minimal 6

bulan pengalaman perawatan pasien intensif dan bekerja di IRI

• ketrampil

• monitor portabel IRI yang lengkap

• Ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standard

Page 17: Buku Saku Karyawan 2

an bantuan hidup dasar dan lanjut

• ketrampilan menganangani jalan nafas dan pernafasan. Minimal ST level 3 atau sederajat

Perawat : • minimal 2

tahun kerja di IRI

• ketrampilan bantuan hidup dasar dan lanjut

minimal

2. Kompetensi SDM untuk transfer ANTAR RS. Baptis

Batu.

Pasien

Petugas pendam

ping (minimal)

Ketrampilan yang

dibutuhkan

Peralatan dasar

Derajat 0 Perawat dan petugas ambulans

Bantuan hidup dasar

Kendaraan HDS / ambulans

Derajat 0,5 (orang tua/delirium)

Perawat dan petugas ambulans

Bantuan hidup dasar

Kendaraan HDS / ambulans

Derajat 1 Perawat dan petugas ambulans

• Bantuan hidup dasar

• Pelatihan tabung gas

• Pemberi

• Kendaraan HDS / ambulans

• Oksigen

Page 18: Buku Saku Karyawan 2

an obat-obatan

• Kenal akan tanda deteriorasi

• Ketrampilan suction

• Suction • Tiang

infus portabel

• Syringe pumps

• oksimetri

Derajat 2 Dokter,Perawat dan petugas ambulans

• Semua ketrampilan diatas, ditambah

• Penggunaan alat pernafasan

• Bantuan hidup lanjut

• Penggunaan kantong pernafasan

• Penggunaan defibrilator

• Penggunaan monitor intensif

• Ambulans EMS

• semua peralatan diatas, ditambah

• monitor ekg dan tekana darah

• defibrilator

Derajat 3 Dokter,Perawat dan petugas ambulans

Standard kompetensi dokter harus diatas standar minimal : Dokter : • minimal

6 bulan pengalaman perawatan pasien intensif dan bekerja

• ambulans lengkap 118

• monitor portabel IRI yang lengkap

• Ventilator dan peralatan transfer yang

Page 19: Buku Saku Karyawan 2

di IRI • ketrampi

lan bantuan hidup dasar dan lanjut

• ketrampilan menganangani jalan nafas dan pernafasan. Minimal ST level 3 atau sederajat

Perawat : • minimal

2 tahu kerja di IRI

• ketrampilan bantuan hidup dasar dan lanjut

memenuhi standard minimal

6. Bagaimana prosedur pemulangan pasien ?

Perencanaan pemulangan bagi pasien dibuat 1x24 jam setelah pasien diterima sebagai pasien rawat inap.

Page 20: Buku Saku Karyawan 2

ASESMEN PASIEN (AP)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Bagaimana prosedur

pengkajian status gizi pasien di rumah sakit ?

Status gizi dinilai dengan menggunakan kriteria MUST (Mallnutrition Universal Screening Tool) untuk mengidentifikasi dan menatalaksana pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi atau obesitas.

Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien dengan menggunakan kurva dibawah ini dan berikanlah skor. Langkah 2 : Nilai persentase kehilangan berat badan yang tak direncanakan menggunakan tabel dibawah ini, dan berikanlah skor.

Page 21: Buku Saku Karyawan 2

Langkah 3 : Nilai adanya efek / pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit akut dan sangat sedikit / tidak terdapat asupan makanan > 5 hari diberikan skor 2. Langkah 4 : Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai adanya resiko malnutrisi.

i. Skor 0 = Resiko Rendah ii. Skor 1 = Resiko Sedang iii. Skor ≥ = Resiko Tinggi

Langkah 5 : Gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan berikut ini. Resiko Rendah : Perawatan rutin : ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75 tahun (tiap tahun). Resiko Sedang : Observasi :

- Catat asupan makanan selama 3 hari. - Jika asupan adekuat, ulangi krining : pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien

rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 2-3). - Jika tidak adekuat, rencanakan startegi untuk perbaikan dan peningkatan asupan

nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara teratur. Resiko Tinggi : Tatalaksana :

- Rujuk ke ahli gizi. - Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi. - Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi : pada pasien di rumah sakit (tiap

minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan) dan masyarakat umum (tiap bulan). Untuk semua kategori :

a) Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis makanan. b) Catat kategori risiko malnutrisi. c) Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat.

2. Bagaimana prosedur pengkajian nyeri di rumah sakit ? Pengkajian rasa nyeri menggunakan Neonatal Infants Pain Scale (NIPS) untuk < 1 tahun, FLACCS untuk usia 1-3 tahun, Wong Baker Faces Rating Scale untuk usia > 3 tahun dan Numeric Scale untuk dewasa. Comfort Scale digunakan pada pasien bayi, anak dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar / operasi / ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale Wong Baker FACES Pain Scale.

NEONATAL INFANTS PAIN SCALE (NIPS)

PARAMETER FINDING POINTS Ekspresi wajah Santai 0 Meringis 1 Menangis Tidak Menangis 0 Merengek 1 Menangis kuat 2 Pola bernafas Santai 0 Perubahan pola bernafas 1

Page 22: Buku Saku Karyawan 2

Lengan Santai 0 Fleksi / ekstensi 1 Kaki Santai 0 Fleksi / ekstensi 1 Keadaan rangsangan Tertidur / bangun 0 Rewel 1

Pada bayi prematur, ditambahkan dua parameter lagi yaitu heart rate dan saturasi oksigen.

Heart Rate 10 % dari baseline 11-20% dari baseline >20% dari baseline Tidak diperlukan oksigen tambahan Penambahan oksigen diperlukan

SKOR 0 : Tidak Nyeri 1-2 : Nyeri Ringan 3-4 : Nyeri Sedang > 4 : Nyeri Hebat

FLACCS

KATEGORI PARAMETER

0 1 2

WAJAH Tidak ada ekspresi tertentu atau senyum.

Sesekali meringis atau mengerutkan kening.

Sering untuk cemberut konstan, rahang, ditarik, tidak tertarik bergetar dagu.

KAKI Normal posisi atau santai.

Tidak nyaman, gelisah, tegang.

Menendang atau kaki disusun.

AKTIVITAS

Berbaring dengan tenang, posisi normal, bergerak dengan mudah.

Menggeliat, menggeser maju mundur, tegang.

Melengkung, kaku.

MENANGIS Tidak ada teriakan (terjaga atau tertidur).

Erangan atau rengekan, keluhan sesekali.

Menangis terus, teriakan atau isak tangis; sering keluhan.

CONSOLABILITAS Konten, santai Diyakinkan oleh menyentuh sesekali, memeluk

Sulit untuk konsol atau kenyamanan atau sedang berbicara; distractable.

SKOR 0 : Tidak Nyeri 1-2 : Nyeri Ringan 3-4 : Nyeri Sedang > 4 : Nyeri Hebat

Page 23: Buku Saku Karyawan 2

WONG BAKER FACES RATING SCALE & NUMERIC SCALE

COMFORT SCALE

KATEGORI SKOR

KEWASPADAAN

1 – tidur pulas / nyenyak 2 – tidur kurang nyenyak 3 – gelisah 4 – sadar sepenuhnya dan waspada 5 – hiper alert

KETENANGAN

1 – tenang 2 – agak cemas 3 – cemas 4 – sangat cemas 5 – panic

DISTRESS PERNAPASAN

1 – tidak ada respirasi spontan dan tidak ada batuk 2 – respirasi spontan dengan sedikit / tidak ada respon terhadap ventilasi 3 – kadang-kadang batuk atau terdapat tahanan terhadap ventilasi 4 – sering batuk, terdapat tahanan / perlawanan terhadap ventilator 5 – melawan secara aktif terhadap ventilator, batuk terus-menerus / tersedak

MENANGIS

1 – bernapas dengan tenang, tidak menangis 2 – terisak-isak 3 – meraung 4 – menangis 5 – berteriak

PERGERAKAN

1 – tidak ada pergerakan 2 – kadang-kadang bergerak perlahan 3 – sering bergerak perlahan 4 – pergerakan aktif / gelisah 5 – pergerakan aktif termasuk badan dan kepala

TONUS OTOT

1 – otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot 2 – penurunan tonus otot 3 – tonus otot normal 4 – peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan dan kaki 5 – kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari tangan dan kaki

TEGANGAN WAJAH

1 – otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot 2 – tonus otot wajah normal, tidak terlihat tegangan otot wajah yang nyata 3 – tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata 4 – tegangan hampir di seluruh otot wajah

Page 24: Buku Saku Karyawan 2

5 – seluruh otot wajah tegang, meringis

TEKANAN DARAH BASAL

1 – tekanan darah dibawah batas normal 2 – tekanan darah berada di batas normal secara konsisten 3 – peningkatan tekanan darah sesekali ≥ 15% diatas batas normal (1-3 kali dalam observasi selama 2 menit) 4 – seringnya peningkatan tekanan darah ≥ 15% diatas batas normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit) 5 – peningkatan tekanan darah terus menerus ≥ 15%.

DENYUT JANTUNG BASAL

1 – denyut jantung dibawah batas normal 2 – denyut jantung berada dibatas normal secara konsisten 3 – peningkatan denyut jantung sesekali ≥ 15% diatas batas normal (1-3 kali dalam observasi selama 2 menit) 4 – seringnya peningkatan denyut jantung ≥ 15% diatas batas normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit) 5 – peningkatan denyut jantung terus menerus ≥ 15%.

TOTAL SKOR

3. Kapan asesmen awal harus dilakukan ?

Asesmen medis dan keperawatan awal diselesaikan dalam waktu 1x24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap. Asesmen medis awal yang dilakukan sebelum pasien masuk sebagai pasien rawat inap atau sebelum prosedur rawat jalan di rumah sakit tidak berlangsung lebih dari 30 hari atau riwayat kesehatan telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik diulang. Asesmen medis awal yang dilakukan sebelum pasien masuk sebagai pasien rawat inap atau sebelum prosedur rawat jalan di rumah sakit tidak berlangsung lebih dari 30 hari atau riwayat kesehatan telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik diulang. Untuk asesmen yang berusia kurang dari 30 hari, perubahan-perubahan signifikan dalam kondisi pasien semenjak asesmen dicatat dalam rekam medis pada saat penerimaan pasien sebagai pasien rawat inap.

Page 25: Buku Saku Karyawan 2

PELAYANAN PASIEN (PP)

NO PERTANYAAN JAWABAN 1. Apa saja yang termasuk pasien

dan pelayanan beresiko tinggi di RS Baptis Batu?

- Pasien keadaan darurat. - Pasien menggunakan layanan resusitasi. - Pasien dengan pemberian darah dan produk darah. - Pasien yang menggunakan alat bantu kehidupan. - Pasien yang menderita penyakit menular dan

penurunan kekebalan tubuh (immune-suppresed). - Pasien yang menjalani dialisis. - Pasien yang menggunakan alat pengekang

(restrain). - Pasien lanjut usia, orang dengan keterbatasan,

anak-anak, dan populasi yang beresiko diperlakukan tak senonoh.

2. Bagaimana prosedur penyimpanan, penyajian dan pendistribusian makanan kepada pasien?

Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi resiko kontaminasi dan pembusukan. Makanan didistribusikan secara tepat waktu dan memenuhi permintaan. SPO Penyimpanan, Penyajian dan Pendistribusian Makanan.

3. Bagaimana prosedur penanganan pasien-pasien tahap terminal?

Rumah sakit memahami kebutuhan pasien yang unik pada akhir kehidupan dengan menyediakan ruangan khusus bagi pasien tahap terminal. SPO Pelayanan Pasien Tahap Terminal.

4. Bagaimana prosedur penanganan pasien restraint?

Restrain adalah suatu metode / cara pembatasan / restriksi yang disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang. Jenis-jenis restrain :

1. Pembatasan fisik. 2. Pembatasan mekanis. 3. Surveilans teknologi. 4. Pembatasan kimia.

SPO Penggunaan Restrain.

Page 26: Buku Saku Karyawan 2

PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

NO PERTANYAAN JAWABAN 1.

Sedasi ringan / minimal

(anxiolysis)

Sedasi sedang (pasien sadar)

Sedasi berat Atau dalam

Anestesi Umum

Respon Respon normal terhadap stimulus verbal

Merespon terhadap stimulus sentuhan

Merespon setelah diberikan stimulus berulang / stimulus nyeri

Tidak sadar, meskipun dengan stimulus nyeri

Jalan Napas Tidak terpengaruh

Tidak perlu intervensi

Mungkin perlu intervensi

Sering memerlukan intervensi

Ventilasi Spontan

Tidak terpengaruh Adekuat Dapat tidak

adekuat Sering tidak adekuat

Fungsi Kardiovaskular

Tidak terpengaruh

Biasanya dapat dipertahankan dengan baik

Biasanya dapat dipertahankan dengan baik

Dapat terganggu

2. Right Site, Right Prosedure, Right Person Surgery Tiga komponen penting dalam prosedur pre operatif :

1. Proses verifikasi. 2. Menandai lokasi yang akan dioperasi. 3. Time out.

- Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah Dokter

Bedah / Operator yang akan melakukan tindakan. - Dokter bedah / operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut. - Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan ke ruang

dimana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat premedikasi.

- Tanda berupa “→O” di titik yang akan dioperasi dengan inisial dokter. - Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam dan jika

memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti. - Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau

penyisipan instrumen harus ditandai. - Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekan hasil pencitraan

pasien didiagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan elektronik atau hasil test lainnya dan pastikan dengan catatan medis pasien dan gelang identitas pasien.

- Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang).

Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan :

- Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar). - Kasus intervensi seperti kateter jantung. - Kasus yang melibatkan gigi. - Prosedur yang melibatkan bayi prematur dimana penandaan akan menyebabkan

tato permanen.

Page 27: Buku Saku Karyawan 2

Dalam kasus-kasus dimana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada kasus-kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang meliputi penandaan preoperatif per level spinal (yang akan dioperasi) dan interspace spesifik intraoperatif menggunakan radiographic marking. Proses time out ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien dianestesi di holding area, time out yang dilakukan di ruang operasi sesaat sebelum incisi pasien operasi dan sign out setelah operasi selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter anestesi, perawat.

Page 28: Buku Saku Karyawan 2

MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT (MPO)

NO PERTANYAAN JAWABAN 1. Apa saja daftar obat-obatan

yang termasuk dalam NORUM?

Daftar obat-obatan NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound Alike) dapat ditemukan di SPO Obat-obatan NORUM / LASA dan juga pada buku quality dan safety. Contoh obat look alike adalah obat-obat dengan tampilan yang mirip namun sebenarnya berbeda dosis (misalnya Amlodipin 5 mg dan Amlodipin 10 mg). Sementara contoh obat sound alike adalah azithromycin dan erithromycin (terdengar mirip).

2. Bagaimana kebijakan penyimpanan elektrolit pekat di RS?

Obat-obatan high alert (kalium klorida 7,46% dalam ampul dan Natrium klorida 3% dalam kolf) hanya disimpan di ruang rawat intensif (IRI, NICU, HCU) dimana pada tempat tersebut ditandai dengan stiker merah. Obat high alert tersebut diberi stiker “high alert” berwarna merah dan khusus untuk larutan elektrolit pekat juga diberi penandaan stiker yang bertuliskan “elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan !”.

3. Bagaimana prosedur pengelolaan obat emergency di RS?

- Obat emergency disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi terkunci, diperiksa, dipastikan selalu tersedia dan harus diganti segera jika jenis dan jumlahnya sudah tidak sesuai lagi dengan daftar yang ditempel/digantung di troli/kit/lemari emergensi. Perbekalan farmasi dan penguncian troli tersebut dikontrol oleh farmasi.

- Troli akan dibuka 3 bulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan kesesuaian perbekalan farmasi dengan daftar, ketepatan penyimpanan dan tanggal kadaluarsa.

4. Bagaimana alur pelaporan insiden apabila terjadi medication error?

Baik dokter maupun perawat yang menemukan terjadinya medication error boleh melaporkan kejadian tersebut. SPO Pelaporan Insiden

5. Bagaimanakah kebijakan RS tentang persyaratan resep yang lengkap?

Resep harus memenuhi kelengkapan : - Nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien (jika

tidak dapat mengingat tanggal lahir), no rekam medik dan berat badan pasien (untuk pasien anak).

- Nama dokter, tanggal penulisan resep dan ruang pelayanan.

- Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep manual.

- Menuliskan tanda R/ pada setiap sediaan. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik. Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat (contoh : injeksi, tablet, kapsul, salep) serta kekuatannya (contoh : 500 mg, 1 gram).

- Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/bahan obat dan jumlah bahan obat (untuk bahan padat : mikrogram, miligram, gram) dan untuk cairan : tetes, mililiter, liter.

Page 29: Buku Saku Karyawan 2

- Pencampuran beberapa obat dalam satu sediaan tidak dianjurkan, kecuali sediaan dalam bentuk campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif.

- Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau prn atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari.

6. Bagaimana prosedur pemberian obat yang berlaku di RS ini?

Pemberian obat menggunakan prinsip 7 benar : 1. Benar pasien. 2. Benar indikasi. 3. Benar obat. 4. Benar dosis. 5. Benar cara pemberian. 6. Benar waktu pemberian. 7. Benar dokumentasi.

Page 30: Buku Saku Karyawan 2

MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Adakah standarisasi singkatan

dan simbol yang boleh dipakai di RS ini?

RS telah mensosialisasikan standarisasi singkatan dan simbol yang boleh digunakan dalam pelayanan

2. Bagaimana cara RS melindungi berkas rekam medis pasien dari kehilangan / kerusakan / penyalahgunaan?

Rumah sakit mengembangkan suatu kebijakan bahwa yang diberikan kewenangan mengakses rekam medis klinis pasien adalah para praktisi kesehatan yang memberikan layanan kepada pasien tersebut.

Page 31: Buku Saku Karyawan 2

KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS)

NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Dapatkan anda menjelaskan

uraian jabatan anda? Uraian jabatan adalah proses, metode dan teknik untuk memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan dan disajikan untuk kepentingan program pegawai serta memberikan umpan balik bagi organisasi dan tatalaksana. Uraian jabatan staf bersifat personal tergantung pada jabatan yang dimiliki. Secara umum uraian jabatan tersebut terdiri dari nama, jabatan, misi organisasi, misi jabatan, hasil kerja, bahan kerja, perangkat kerja, sifat jabatan, pelaksanaan tugas (uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang), nama jabatan bawahan langsung, korelasi jabatan, kondisi pelaksanaan kerja, persyaratan jabatan, kondisi fisik, butiran informasi lain dan surat tugas. Uraian jabatan ini disimpan oleh bagian administrasi di masing-masing departemen / divisi / unit tempat bertugas dan salinannya harus dimiliki oleh setiap staf medis yang bersangkutan.

Page 32: Buku Saku Karyawan 2

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

NO PERTANYAAN JAWABAN 1. Bagaimana pemilahan sampah

medis dan non medis / benda tajam / cair?

KPPIRS telah menetapkan pemisahan sampah medis dan non medis. Sampah medis dibuang di tempat sampah medis berkantung plastik kuning. Sampah non medis dibuang di tempat sampah non medis berkantung plastik hitam. Sampah benda tajam dan jarum dibuang di tempat sampah khusus yang tidak dapat tembus (puncture proof) dan tidak direuse yaitu safety box. Limbah cair dibuang di wastafel atau kloset dimana saluran pembuangannya menuju IPAL RS Baptis Batu.

2. Apakah RS menerapkan pemisahan pasien infeksius dan non infeksius?

KPPIRS telah menetapkan pemisahan pasien infeksius dan non infeksius. Sesuai dengan SPO perawatan pasien di ruang isolasi infeksi. Pasien ditempatkan sesuai dengan sumber infeksi, apakah lewat kontak, airborne dan droplet.

Page 33: Buku Saku Karyawan 2

MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

NO PERTANYAAN JAWABAN 1. PROSEDUR EVAKUASI

1. Tetap tenang, jangan panik, jangan berlari, ikuti petunjuk arah evakuasi atau dari petugas evakuasi.

2. Jangan mencoba mengambil barang yang tertinggal.

3. Lepaskan sepatu hak tinggi. 4. Gunakan tangga darurat terdekat menuju jalur

evakuasi. 5. Jangan gunakan lift, lift tidak bekerja sewaktu

alarm berbunyi. 6. Jalan merangkak menuju tangga darurat, bila

lorong dipenuhi asap. 7. Tutup hidung dan mulut dengan saputangan atau

tissue yang telah dibasahi air guna menghindari dari kemungkinan menghirup zat beracun.

8. Keluar menuju tempat berhimpun dihalaman rumah sakit.

2. Dimanakah letak titik kumpul jika terjadi Kebakaran / Bencana Alam?

1. Lapangan parkir depan IGD. 2. Lapangan parkir depan Rapha Spa. 3. Lapangan volley. 4. Lapangan parkir Villa.

3. Bagaimana prosedur penggunaan APAR?

1. Ambil APAR dari tempat terdekat. 2. Pastikan jarum pada indikator APAR ada di area

hijau (terisi penuh). 3. Tarik keluar segel pengaman. 4. Angkat nozel ke area bebas. 5. Tekan handle picu sedikit sampai isi APAR keluar

untuk memastikan APAR berfungsi. 6. Bawa APAR ke titik api. 7. Pastikan posisi anda tidak melawan arah angin. 8. Pastikan jarak anda dengan titik api ± 2 (dua)

meter. 9. Arahkan nozel ke titik api dan tekan handle picu.

4. Bila listrik terganggu dan padam maka dalam 10 detik (jeda waktu) terhitung sejak waktu pemadaman listrik, genset akan berfungsi dan listrik akan berfungsi kembali. Untuk beberapa lokasi seperti IRI, OK, Laboratorium (alat-alat laboratorium) bila terjadi gangguan aliran listrik maka akan dibackup dengan UPS sehingga tidak terdapat jeda waktu.

5. Bila air terganggu maka cadangan air di bak penampungan akan dapat memenuhi kebutuhan air selama 1 hari saja. Selama proses penggunaan cadangan air di bak penampung tersebut maka kebutuhan air akan dikirim oleh perusahaan air rekanan dengan estimasi waktu pengiriman 5-10 jam. Perlu diketahui bahwa sumber air RS Baptis Batu berasal sumur artesis dan cadangan air dari HIPAM Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu.

6. KODE DARURAT :

Page 34: Buku Saku Karyawan 2

KODE DARURAT DI RS BAPTIS BATU

HAL YANG PERLU DIWASPADAI CODE PANGGILAN

DARURAT

Kebakaran MERAH

111

Henti Jantung BIRU

505

Gempa HIJAU

111

Gangguan Keamanan ABU-ABU

111

Orang yang

mebahayakan dengan senjata

SILVER 111

Penculikan Bayi / Anak MERAH MUDA

111

Tumpahan

Bahan Berbahaya

ORANYE 111

Ancaman Bom BLACK

111

Bencana Didalam

RS TRIAGE DI RS 505

Bencana Diluar

RS

TRIAGE DILUAR RS 505