buku saku edisi 2

37
Buku Saku WARISAN GEOLOGI UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Upload: ivan-sofyan

Post on 24-Jul-2015

741 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

WARISAN GEOLOGI UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Page 2: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Merubah Pola Pikir Dalam Pemanfaatan Sum-ber Daya Geologi.Kegiatan pertambangan di Indonesia memang su­dah ada sejak tahun 1850 an pada masa penjajahan Belanda dengan membentuk lembaga yang ber­nama “Dienst van het Mijnwezen”. Lembaga terse­but mengemban tugas untuk melakukan penelitian dan penyelidikan akan potensi sumberdaya geologi Indonesia, mengingat pada saat itu perekonomian di dunia barat mulai beralih ke dunia industri yang memerlukan bahan baku berasal dari sumber daya geologi. Sejak itulah usaha pertambangan di Indo­nesia ini berkembang dengan pesat sehingga dengan adanya dinamika politik di Indonesia sejak zaman Belanda, Jepang, masa kemerdekaan dan saat ini, usaha eksploitasi sumber daya geologi masih menjadi primadona dalam mendorong pertumbuhan ekono­mi di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa kon­tribusi terbesar pendapatan negara Indonesia adalah dari sektor ESDM, yang berasal dari migas, mineral, dan batubara yang mencapai + 40 % dari seluruh total penerimaan negara. Padahal jika kita melihat kemba­li akan dongeng akan kayanya sumber daya geologi yang kita miliki, maka masih banyak potensi sumber daya geologi lain yang dapat dikembangkan, sehingga nilai 40 % tersebut menjadi kecil jika kita bandingkan dengan kekayaan yang dimiliki Indonesia. Terlebih jika kita kaji kembali dampak lingkungan yang diaki­

Page 3: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

batkan dari kegiatan eksploitasi tersebut yang signifi­kan terhadap kerusakan ekosistem yang ada. Tidak hanya itu, konflik dengan masyarakat pun sering ter­jadi karena kegiatan pertambangan walaupun di sisi lain kegiatan tersebut menjadi kebutuhan utama ne­gara terutama migas.

Pada tulisan kali ini, mungkin kita tunda dahulu per­masalahan pertambangan dan kebutuhannya namun ada sisi lain yang menjadi fokus utamanya, yaitu pe­manfaatan sumber daya geologi dalam mensejahtera­kan masyarakat lokal serta meningkatkan pertum­buhan ekonomi regional dalam mendukung konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable develop­ment) di negeri tercinta ini melalui konservasi ge­ologi.

Perlindungan Terhadap Sumber Daya Geologi (Konservasi).Konservasi geologi berawal dari sebuah kebutuhan serta keinginan dalam melindungi sumberdaya alam yang telah dikenal baik oleh umum. Pentingnya usa­ha konservasi terhadap warisan geologi sudah men­jadi pemikiran beberapa orang sejak akhir Abad 19. Taman Nasional Yellowstone di Wyoming yang ber­ada di Amerika Serikat merupakan taman nasional pertama (1872), serta menjadi sejarah tertua dari

Page 4: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

pemahaman terhadap warisan geologi dan makna perlindungannya. Taman yang melindungi nilai geo­logi panasbumi tersebut terletak di kawasan batuan berumur 2,7 milyar tahun yang lalu. Hingga saat ini, kejadian dan proses geologi masih terus berlangsung di daerah itu serta ditinjau dari aspek umur, kawasan itu setidaknya me ngawetkan hampir dua per tiga umur bumi.

Taman Nasional Yellowstone di Wyoming, Amerika Serikat merupakan taman nasional pertama (1872), serta menjadi sejarah tertua dari pemahaman ter­hadap warisan geologi dan makna perlindungannya

Di Indonesia konsep konservasi geologi sudah berkembang sejak tahun 1980 an dengan menerap­kan konsep geowisata, namun pada saat itu belum dipayungi oleh suatu peraturan, yang secara khusus mengatur perlindungan terhadap alam (geologi) se­hingga dalam perjalanannya menjadi kurang opti­mal. Salah satu Kawasan yang telah menjadi objek ke­unikan geo logi di Indonesia terdapat di Cagar Alam

Page 5: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

Geologi Nasional Karangsambung yang dikelola oleh Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karang­sambung ­ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sama halnya dengan negara­negara di Asia, hingga saat ini pun Indonesia belum memiliki suatu peraturan yang mendukung sepenuhnya terhadap usaha konservasi geologi.

Situs Geologi KarangsambungKawasan Cagar Alam Geologi Nasional per­tama di Indonesia yang merupakan laboratori­um alam untuk mempelajari keunikan geologi bumi pertiwi. Batuan atau kelompok batuan yang tersingkap, bentukan bentangalam hasil kegiatan tektonik, dan sekumpulan fosil, dapat dianggap sebagai situs geologi jika keberadaan­nya menunjukkan sejarah pembentukan dan perkembangan geologi, serta menunjukkan kedinamikaan bumi.

Singkapan basal berstruktur bantal di Situs ge­ologi pra­Tersier di daerah Kebumen

Kumpulan fosil pada runtunan batugamping bagian bawah di Situs Geologi Karangsambung, Kebumen

Bentang alam Situs geologi daerah Karangsam­bung dan kawasan kars Gombong Selatan.

Konservasi geologi (geoconservation) terhadap suatu fenomena geologi yang luar biasa merupakan langkah awal untuk memanfaatkan keragaman geologi (geodi­versity) secara berkesinambungan melalui suatu pro­gram terencana dalam melindungi keberadaaannya sebagai warisan yang sangat berharga bagi anak cucu kita.

Page 6: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Setelah kita mengetahui perkembangan dan manfaat dari konservasi geo logi, mungkin akan muncul per­tanyaan “komponen atau barang geologi yang seper-ti apa yang harus dilindungi? Bagaimana caranya?

Gambar dibawah ini akan menyederhanakan sebuah tahapan serta serangkaian kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapannya dalam melakukan penentuan dan penetapan komponen atau barang geologi yang harus dilindungi dalam konteks kawasan konservasi geologi. Hal tersebut menjadi penting mengingat ke­beradaan akan komponen atau barang geologi terse­but menempati sebuah ruang yang tidak menutup kemungkinan akan terjadinya konflik kepentingan dengan kegiat an lainnya (terutama kegiatan dengan karakteristik budidaya).

Page 7: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

Fenomena GeologiFenomena geologi adalah wujud fisik alami yang terbentuk akibat proses geologi yang saling mempe­ngaruhi atau saling berhubungan satu dengan lainnya yang menghasilkan suatu fakta/kejadian/bentukan alam, seperti gunungapi, gunung lumpur, pegunung­an, gumuk pasir, kars, air terjun, delta, geyser, dll. Fenomena geologi tidaklah selalu berkaitan dengan bencana alam, akan tetapi lebih mengarah kepada keanehan atau ketidak umuman peristiwa alamiah yang terjadi di sekitar kita yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Umumnya bertumpu pada keunikan atau kelangkaan peristiwa alamiah yang terjadi di sekitar kita.

Keragaman Geologi (Geodiversity)Geodiversity adalah gambaran dari keragaman kom­ponen geologi berukuran besar sampai kecil (terdiri dari bentang alam, struktur geologi, singkapan batu­an, mineral, fosil dll) yang terdapat di suatu daerah, termasuk keberadaan, penyebaran, dan keadaannya sehingga dapat mewakili proses evolusi geologi da­e ra h tersebut. Geodiversity menggabungkan semua ragam batuan, mineral, bentangalam, dan proses yang membentuknya sepanjang waktu geologi. Penelitian terhadap geodiversity merupakan sesuatu hal yang penting dilakukan karena informasi yang diberikan oleh geodiversity dapat membantu kita untuk mema­hami bagaimana planet kita telah berubah dari waktu ke waktu dan bagaimana kehidupan berevolusi.

Page 8: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Warisan Geologi (Geoheritage)Geoheritage adalah sebuah site/kawasan geologi yang penting secara ilmu pengetahuan karena memiliki nilai keilmuan yang sangat tinggi, langka, unik, in­dah, dan rentan terhadap kerusakan (secara alami atau tangan jahil), memiliki potensi menjadi labo­ratorium alam (untuk penelitian, pendidikan, dan pelatihan) serta keberadaannya memiliki kaitan erat dengan sejarah­budaya sehingga berpotensi sebagai daerah tujuan wisata. Pada prinsipnya, Geoheritage adalah geodiversity yang memiliki nilai lebih dari sisi ilmu pengetahuan, pendidikan, hubungan dengan kebudayaan setempat, dan memiliki nilai keindahan yang tinggi sebagai suatu warisan alam, serta otoma­tis merupakan sebuah bukti fisik dari suatu peristiwa di bumi yang pernah atau sedang terjadi pada suatu daerah tersebut.

Keragaman Geologi untuk Kesejahteraan Masyarakat.Indonesia, dengan karakteristik alam dan lingku­ngannya yang sangat beragam, setidaknya terdapat tiga konsep pemanfaatan sumber daya alam yang berlandaskan perlindungan alam, yaitu ekowisata (ecotourism), geo wisata (geoturism), dan taman bumi (geopark). Ketiga konsep tersebut sebenarnya menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, namun objek utamanya (fokus) saja yang berbeda. Perbedaan objek utama serta keterkaitan/pola hubu ngan antar tiga konsep dalam pemanfaatan sumber daya alam yang

Page 9: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

berkesinambungan tersebut dapat digambarkan dalam sebuah gambar di bawah ini.

GREENTOURISM

Bio- & Cultural Diversity(TIES Standard)

Geodiversity(Special Interest)

Geo-, Bio-, & Cultural Diversity(Mixed & Integrative)

ECOTOURISM

GEOTOURISM GEOPARK

Dari ketiga konsep tersebut, geopark merupakan kon­sep yang terbaru sejak diluncurkannya oleh Unesco pada tahun 2001. Geopark pun merupakan konsep yang terbaik hingga saat ini karena konsep geopark mampu mengintegrasikan seluruh sumber daya alam yang berada di sekitar lokasi yang memiliki keuni­kan geologi dengan tujuan yaitu perlindungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.Mungkin dapat dikatakan bahwa geopark merupa­kan penggabungan dari ketiga konsep dalam peman­faatan sumber daya alam yang berlandaskan perlin­dungan alam yang dilengkapi dengan pemberdayaan masyarakat lokal sebagai motor penggerak konsep tersebut. Seperti apakah sebenarnya geopark itu? atau Benda apakah Geopark itu?

Page 10: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Page 11: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

GEOPARK (TAMAN BUMI)

....Memuliakan Warisan Bumi, Mensejahterakan Masyarakat

Page 12: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Pengertian dan PemahamanGeopark (Taman Bumi) merupakan suatu konsep menejemen pengembangan kawasan secara berkelan­jutan yang memadu­serasikan tiga keragaman alam yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity) yang bertujuan untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman tersebut. Keragaman geologi (geodiver­sity) yang dapat dimanfaatkan dalam geopark meru­pakan warisan geologi yang mempunyai nilai ilmiah (pengetahuan), jarang memiliki pembanding di tem­pat lain, serta mempunyai nilai estetika dalam ber­bagai skala. Nilai­nilai tersebut menyatu membentuk kawasan yang unik sebagai tempat kunjungan dan objek rekreasi alam­budaya, serta berfungsi sebagai kawasan warisan geologi yang mempunyai arti lin­dung dan sebagai situs pengembangan ilmu pengeta­huan kebumian.

Pada prinsipnya geopark merupakan konsep pengem­bangan kawasan yang dapat disinergikan dengan prinsip­prinsip perlindungan, pendidikan, penum­buhan ekonomi lokal melalui geowisata, serta harus terintegrasi dengan rencana tata ruang wilayah ek­sisting di kawasan telah terbangun sebagai legalisasi penjamin nilai­nilai tersebut diatas. Saat ini, konsep geopark merupakan sebuah konsep konservasi geolo­

Page 13: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

gi yang sangat baik karena dapat mencakup seluruh komponen ruang yang ada. Komponen pembentuk geopark serta interaksi/hubungan antara komponen tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini;

GEODIVERSITY

BIODIVERSITYCULTURALDIVERSITY

INFRASTRUKTURREGULASIKEBIJAKAN

CAPACITY BUILDINGCOMDEV

GEOPARK

Diagram diatas menunjukan dengan jelas mengenai komponen apa saja yang menjadi pembentuk dalam geopark dan manajemen pengelolaan kawasan yang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam geopark. 1. Geodiversity, merupakan gambaran dari keraga­

man geologi yang terdapat di suatu daerah; ter­masuk keberadaan, penyebaran dan keadaannya sehingga dapat mewakili evolusi geologi daerah tersebut. Kajian geodiversity terbatas pada unsur geologi saja (termasuk geomorfologi), dan tidak untuk unsur lainnya seperti iklim dan tata guna lahan.

2. Biodiversity, adalah istilah untuk menyatakan ting­kat keanekaragaman sumber daya alam hayati yang

Page 14: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

meliputi kelimpahan maupun penyebaran dari Keanekaragarnan Ekosistem, Keanekaragarnan Spe sies (Jenis), Keanekaragaman Genetik.

3. Cultural­diversity, adalah hasil karya seni dan budaya dari masyarakat sekitar yang merupakan hasil interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Jadi pengertian Cultural Diversity disini adalah bagaimana pemahaman masyarakat lokal (seki­tar situs geologi) dalam menyikapi kondisi alam yang ada. Hal ini menjadi menarik untuk diangkat dalam upaya konservasi geologi.

4. Manajemen Pengelolaan Kawasan. Dalam pengelo­laan kawasan geopark terdapat tiga unsur utama, yaitu :• regulasi, yaitu mengendalikan perilaku manusia

atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan. Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai ben­tuk, misalnya: pembatasan hukum oleh peme­rintah (Misalnya Perda, Tata Ruang, dll), regulasi pengaturan diri oleh kelembagaan, regulasi sosial (misalnya norma), co­regulasi dan pasar. Pada prinsipnya regulasi dalam suatu konsep geopark harus berdasarkan pada prinsip pro­growth, pro­poor, dan pro­environment.

• infrastruktur (sarana dan prasarana). Dalam pengembangan suatu kawasan terlebih dalam se­buah konsep kepariwisataan, maka kemudahan aksesibilitas (infrastruktur) dan kelengkapan sa­rana yang dimiliki oleh kawasan tersebut menjadi

Page 15: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

sebuah syarat utama dalam pengembangannya. Seperti yang kita ketahui bahwa infrastruktur ka­wasan dapat terbagi manjadi empat bagian yaitu infrastruktur transportasi, infrastruktur pereko­nomian, infrastruktur sosial, dan infrastruktur lingkungan. Infrastruktur ini merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengembangan geopark, terutama dalam meningkatkan sektor ekonomi regional.

• pemberdayaan masyarakat (Community De­velopment), merupakan suatu prasyarat utama dalam geopark sebagai gerbong yang akan mem­bawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial, dan ekologi yang dina­mis. Pemberdayaan masyarakat memiliki ke­terkaitan erat dengan sustainable development. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk me­manfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam me­kanisme pengelolaan geopark, ekonomi, sosial dan ekologi­nya.

Setelah kita dapat memahami dengan seksama me­ngenai diagram tersebut diatas, maka kita dapat menjawab sebuah petrtanyaan yang sering muncul, yaitu “Apakah geopark hanya berbicara masalah ge-ologi?” Tidak! Geo park harus menunjukkan warisan geo loginya yang bermakna internasional, geopark

Page 16: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

mempunyai tujuan mengeksplorasi, mengembang­kan dan meng identifikasi hubungan antara warisan geologi dengan semua aspek alam, budaya, dan wa­risan yang tidak berwujud. Meskipun suatu daerah/kawasan memiliki nilai warisan geologi yang terkenal dan bersifat universal, daerah itu belum tentu dapat menjadi Geopark Global manakala ia tidak memi­liki rencana pariwisata berkelanjutan, misal master plan kawasan sebagai pedoman pembangunan dan pengembangan kawasan seperti membangun sarana jalan kaki atau bersepeda, melatih penduduk setem­pat menjadi pengelola wisata, menarik investor un­tuk bersama­sama membangun fasilitas pendukung, serta menarik para penyedia jasa akomodasi yang menerapkan praktek lingkungan berkelanjutan

Dalam geopark, diberlakukan penjenjangan status geo park itu sendiri, mulai dari geopark lokal (ting­kat kabupaten/propinsi), geopark nasional hingga geopark internasional (Global Geopark Network UNESCO ). Geopark yang terdapat di suatu negara dinamakan geopark nasional yang ditetapkan oleh se­buah komisi nasional geopark di suatu negara. Pada tingkat internasional, UNESCO menghimbau agar geopark­geopark nasional yang ada di dunia menjadi anggota Jaringan Global Geopark. Organisasi itu di­namakan Jaringan Global Geopark UNESCO, dengan tugas utamanya mempromosikan kawasan warisan bumi dan komunitas lokal di dalamnya yang terdapat

Page 17: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

di sebuah negara yang memiliki nilai konservasi, pe­nelitian dan pengembangan (ilmiah, ekonomi) secara berkelanjutan, sehingga dapat dikenal di dunia in­ternasional. Penetapannya sendiri melalui penilaian dari komisi geopark Unesco dengan melengkapi do­kumen (dosier) yang telah dibuat pedomannya oleh UNESCO. Intinya persyaratan tersebut adalah untuk menjamin sekaligus menjaga kualitas dari keberlang­sungan geopark tersebut. Timbul sebuah pertanyaan ketika suatu negara sudah dapat mengimplementasi­kan konsep geopark di negaranya, yaitu “Apa man-faat bergabung kedalam Jaringan Geopark Global Unesco?”

Berdasarkan pemahaman ­ pemahaman diatas mulai dari upaya konservasi dan pemanfaatannya hingga sebuah konsep manajemen yang ditawarkan oleh U nesco melalui konsep yang disebut geopark, jelas kita dapat mengetahui manfaat yang ditimbulkan ke­tika suatu kawasan bergabung kedalam jari ngan geo­park global Unesco. Manfaat terpenting yang dapat kita garis bawahi adalah sebagai berikut : 1. Sebagai media promosi ke seluruh dunia yang da­

pat me ningkatkan secara signifikan jumlah kun­jungan wisatawan mancanegara.

2. Dalam dunia pendidikan sangat memungkinkan dilakukannya pertukaran ahli penelitian yang da­pat memperkaya nilai ilmiah, teknologi dalam ilmu pengetahuan, dan rujukan bagi pengembangan

Page 18: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

ilmu pe ngetahuan (laboratorium alam) bagi para ahli dan pelajar di berbagai belahan dunia.

3. Pengembangan perencanaan regional serta penga­wasan terhadap pemba ngunan keberlanjutan ter­utama pada peningkatan ekonomi kerakyatan serta kerjasamanya antar anggota GGN.

4. Pengakuan dunia Internasional akan kekayaan warisan geologi, keragaman sosial budaya serta keragaman hayati yang dimiliki suatu negara.

Geopark untuk Perkembangan Perekonomian PerdesaanSemangat (spirit, roh) geopark adalah menyatu­kan perlindungan warisan geologi ke dalam strategi pengembangan sosio­budaya dan ekonomi yang harmonis dengan konservasi lingkungan alam. Tu­juannya selain untuk melindungi warisan geologi, juga memicu kebangkitan kembali budaya dan mem­perkuat hubungan manusia dengan lingkungannya.

Praktek pengembangan sosial­budaya­ekonomi masyarakat (community development) dalam geo­park terwujud melalui kegiatan pariwisata perdesaan yang berkelanjutan. Pariwisata berhasil mengangkat ekonomi perdesaan di beberapa negara Asia, Afrika maupun Eropa. Sebagai usaha ekonomi, pariwisata meningkat secara dramatis, berkembang sekitar 25% dalam 10 tahun terakhir; sekitar 10% dari kegiatan

Page 19: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

ekonomi dunia; dan salah satu “mesin” pembangkit lapangan kerja yang potensial (UNEP & WTO, 2005). Hal ini terjadi karena kegiatan pariwisata perdesaan memicu aktifitas ekonomi kreatif misalnya; pengem­bangan penginapan eksotis (rumah tradisional), inovasi penciptaan cindera mata, obat­obatan herbal tradisional, hingga kuliner khas setempat menjadi pe­nyelenggaraan pariwisata berkelanjutan yang sesuai dan menghargai karakter budaya daerah setempat. Untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat perdesaan tersebut, maka geopark harus berproses dan dikelola secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka. Proses ini dipan­dang mutlak dilakukan karena masyarakat yang paling tahu kebutuhan mereka sendiri. Pada giliran­nya proses ini mengubah : Pola Pembangunan ha­nya dari Fikiran Pemerintah menjadi Pembangunan Atas Dasar Kesepakatan antara Pemerintah dengan Masyarakat.

Dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kelestarian lingkungan maka masyarakat adalah pelaku utama dalam pembangu­nan yang memperhatikan lingkungan. Masyarakat setempat yang akan mendapatkan dampak negatif atas kerusakan lingkungan sekitarnya, sebaliknya mereka pula yang akan merasakan manfaat dari les­tarinya lingkungan alam.

Page 20: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

MERANGIN JAMBI MENUJU GEOPARK

Page 21: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

MERANGIN JAMBI MENUJU GEOPARK

Page 22: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Indonesia Menuju Global Geopark NetworkDengan kekayaan akan sumber daya geologi, keraga­man flora – fauna, dan beranekaragamnya budaya yang dimiliki oleh Indonesia, maka hingga saat ini Ibu Pertiwi tengah mempersiapkan beberapa ka­wasan untuk diusulkan kedalam Jaringan Geopark UNESCO. Kawasan yang tengah dipersiapkan terdiri dari enam lokasi dan dua diantaranya telah diajukan ke UNESCO namun penetapannya ditangguhkan ka­rena terdapat beberapa hal yang menjadi persyaratan UNESCO belum terpenuhi, dan hingga saat ini ke dua lokasi tersebut tengah melakukan beberapa kegiatan untuk melengkapi persyaratan tersebut. Keenam lokasi tersebut adalah kompleks Kaldera Batur ­ Bali, Kompleks Pegunungan Sewu, Kawasan Merangin Jambi, Danau Toba ­ Sumatera Utara, Kompleks Kars Raja Ampat ­ Papua Barat, dan Kompleks Gunungapi Rinjani – Lombok.

Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° LU ­ 2,45° LS dan 101,10° ­ 104,55° BT. Di sebelah Ut­ara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur dengan Selat Berhala, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Beng­kulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara kota­kota lain di provinsi sekitarnya membuat pe­ran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Salah

Page 23: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

satu sumber daya alam yang sangat bernilai terdapat di Kabupaten Merangin dengan ditemukan beberapa potensi keanekaragaman geologi di sepanjang aliran Sungai Merangin dan Sungai Mengkarang.

Potensi­potensi tersebut, mencakup fosil flora dan fauna Jambi berumur sekitar 250­290 juta tahun (Zaman Perem Atas­ Jura Awal). Fosil flora Jambi tersebut terekam pada batuan gunung api bersisipan sedimen laut (batu gamping, serpih gampingan), dan yang berfosil yaitu fusulina, krinoid, ammonit, bra­khiopoda yang berumur pada Zaman Perem Awal, yakni sekitar 290 juta tahun yang lalu. Selain itu ter­dapat fosil tumbuhan, seperti batang kayu berukuran raksasa, daun­daunan, dan binatang laut, yaitu mo­luska, ammonit, fusulinid, dan oncolite.

Sungai Merangin adalah salah satu dari beber-apa sungai di Kabupaten Merangin jambi yang merupakan tempat keterdapatan Formasi meng-karang sebagai pembawa fosil “Flora Jambi”.

Page 24: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Di tengah laju pembangunan yang sangat pesat dan percepatan pemanfaatan kekayaan alam yang sa­ngat tinggi, maka kerusakan lingkungan termasuk keanekaragam geologi yang bernilai warisan geologi menjadi salah satu masalah yang sangat menonjol. Belum diketahui dengan pasti berapa laju kehilangan keanekaragaman geologi yang diakibatkan kegiatan penambangan? Salah satu yang menjadi kata kunci untuk menyelamatkan itu semua adalah konservasi.

Untuk mengantispasi keresahan akan kerusakan pada keragaman geologi khususnya di Kawasan Me rangin, maka Badan Geologi dan Pemerintah Provinsi Jam­bi telah bersepakat dan bekerjasama yang ter tuang dalam dokumen MoU dan Perjanjian Kerjasama pada bulan April 2011. Sebagai pilot projek dari ben­tuk kerjasama tersebut serta dalam mengantispasi keresahan akan kerusakan terhadap keragaman geo­logi yang sangat bernilai internasional (“Jambi Flo­ra”) maka disepakati program “Percepatan Geopark Merangin Menuju Global Geopark Network”. Konsep Geopark menjadi pilihan dalam upaya konservasi geologi dikarenakan hingga saat ini, konsep geopark merupakan sebuah konsep konservasi berkelanjutan yang sangat baik sebab mencakup seluruh komponen ruang (geodiversity, biodiversity, dan cultural diversi­ty) yang ada pada suatu kawasan serta pemanfaatan­nya yang berbasis pada perlindungan dan pengem­bangan ekonomi kerakyatan.

Page 25: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

Eksotisme Kawasan Geopark MeranginFormasi Mengkarang adalah satuan batuan pem­bawa fosil flora (“Jambi Flora”) dan fauna (Molusca; seperti siput, kerang, dll) yang terletak di Kabupaten Merangin, adalah salah satu situs geologi yang me­ngandung fosil flora sangat tua di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Formasi ini tersingkap sepanjang S. Mengkarang, Merangin, sebagian Sungai Mesumai, dan Sungai Tabir yang terletak sekitar 20 km sebelah barat dari Kota Bangko. Berdasarkan hasil penelitian pada koleksi fosil flora yang dilakukan oleh Badan Geologi yang bekerjasama dengan para ahli dari Be­landa (Geological Research Institute­Naturalis Lei­den, The Netherlands) menyatakan bahwa “Jambi Flora” ini berumur Assilian (Perem Awal) atau seki­tar 290 juta tahun serta penelitian tersebut menun­jukan bahwa Mintakat Sumatra Barat (West Sumatra Block) dihuni oleh fauna air hangat dan flora Jambi tropis pada zaman Paleozoikum yang berhubungan dengan flora Cathaysian. Kawasan Sungai Mengka­rang – Merangin ‘Taman Botani Purba’, waktu itu merupakan daratan berhutan tropis. Fosil tumbuhan berupa batang pohon yang sudah membatu dan fosil daun Macralethopteris sp., Cordaites sp., Calamites sp, Pecopteris sp., Lepidodendron dll, dan fosil po­hon Araucaryoxillon yang terawetkan masih berada pada posisi tumbuh (in­situ). Situs geologi ini me­rupakan yang terbaik di Asia. “Jambi Flora” adalah salah satu keragaman geologi Pulau Sumatra dan In­

Page 26: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

donesia yang sangat penting. Hal ini disebabkan ka­rena fosil flora yang dikandungnya merupakan flora yang tertua di Asia Tenggara dan merupakan fauna penghubung antara provinsi flora Cathaysian dan Euramerican. Seperti diketahui, fosil flora di Cina Utara sedikit lebih muda dari “Jambi Flora”, sehingga dapat disimpulkan, bahwa “Jambi Flora” merupakan inti titik penyebaran flora (botanical nucleus) ke ber­bagai arah.

Ilustrasi kondisi permukaan bumi pada Perem (250­290 juta th lalu) di kawasan Merangin.

Page 27: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

Selain keragaman geologi yang unik, langka, dan fenomenal di kawasan Sungai Merangin ­ Mengka­rang, tak kalah fenomenalnya juga akan keragaman hayati yang dimilikinya. Lokasi “Jambi Flora” Me­rangin berada pada kaki Gunung Kerinci yang meru­pakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat. Luas Taman nasional Kerinci Seblat yang merupa­kan wilayah administratif Jambi seluas 422.190 Ha (30,86%) dan berada pada dua Kabupaten, yaitu Ka­bupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian keragaman hayati di kawasan tersebut merupakan bagian dari ekosis­tem Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosis­tem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas (rawa gambut, rawa air tawar dan danau). Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4000 jenis tumbu­han yaitu famili Dipterocarpaceae, dengan flora yang langka dan endemik yaitu pinus kerinci, kayu pacat, bunga Rafflesia dan bunga bangkai. Fauna yang ter­dapat dalam taman ini tercatat 42 jenis mammalia, diantaranya : Badak Sumatra, Gajah Sumatra, Macan dahan, Harimau Loreng Sumatra, Kucing emas, Ta­pir, Kambing Hutan; 10 jenis reptilia; 6 jenis amphi­bia, antara lain: Katak Bertanduk; 6 jenis primata yaitu : Siamang, Ungko. Di samping itu sudah tercatat 306 jenis burung (49 famili).

Page 28: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Batang Merangin yang merupakan tempat ke­beradaan “Jambi Flora” memiliki keterkaitan dan interaksi yang erat dengan masyarakat setempat. Hal tersebut tercermin dari karakteristik masyarakat setempat baik untuk memenuhi kebutuhan hidup (mandi, mencuci baju, mencari nafkah, dll) yang tidak dapat terlepaskan dari Batang Merangin. Be­gitu pula budaya yang tercipta secara turun menurun melalui mitos atau cerita rakyat, tidak dapat dipisah­kan dari keberadaan Batang Merangin dengan segala komponennya. Aliran Sungai Merangin juga menjadi batas alami bagian Selatan perkampungan sekaligus memisahkan perkampungan dengan perkebunan karet masyarakat. Saat ini, keduanya dihubungkan oleh sebuah jembatan gantung yang menjadi akses penting penduduk Desa Air Batu. Landasan utama sitem keyakinan Desa Air Batu dan Desa Biuku Tan­jung adalah Agama Islam. Akar etnisitas di kedua desa diakui sama oleh para informan yaitu suku batin (asli) dan suku penghulu (pendatang). Dalam klaim informan di Desa Air Batu disampaikan bahwa seba­gian besar penduduk Desa Air Batu berasal dari suku Batin. Secara aturan, adat suku Batin lebih condong ke Hukum Sara / Sar’i/ Agama. Sebagaimana per­nyataan “Adat bersendi sara, bersara sendi kitabul­lah”. Seperti juga Desa Air Batu dan sesuai dengan hikayat Teluk Wang Sakti dan Pembebasan 100 gadis dan 100 Bujang Tawanan.

Page 29: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

Keragaman geologi yang dimiliki oleh Indonesia di Kawasan “Jambi Flora” Merangin Jambi, Provinsi Jambi.

Keragaman budaya yang dimiliki di Kawasan “Jambi Flora” Merangin Jambi, Provinsi Jambi sebagai hasil interaksi antara manusia dengan alam sekitarnya.

Keragaman hayati yang dimiliki di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi sebagai potensi sumber daya alam yang dimiliki di Provinsi Jambi.

Page 30: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Pengusulan Merangin Menuju GeoparkBadan Geologi sebagai institusi yang sangat berkepentingan dalam melakukan upaya konservasi geologi dalam konteks pembangunan berkelanjut­an, tengah melakukan perencanaan dan persiapan untuk mengusung salah satu warisan geologi yang fenomenal di Ibu pertiwi, yaitu kawasan Merangin – Jambi yang memiliki warisan geologi internasional yang dikenal dengan “Jambi Flora”. Kegiatan terse­but merupakan “pilot project“ dari Badan Geologi dalam membuat prototype di Indonesia mengenai pemanfaatan sumber daya geologi dengan pendeka­tan pro­konservatif, pro­edukatif, pro­regulasi, dan pro­rakyat (Pro­poor). Hal tersebut terkait dengan telah ditunjuknya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai Koordinator Komisi Nasional Geo park Indonesia untuk tahun 2012 ­ 2014 dan pe­netapannya sedang menunggu Kepres. Dalam pelak­sanaan pengusulan kawasan “Jambi Flora”, Badan Geologi bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jambi yang tercermin dalam MoU antara Badan Geo logi dengan Pemerintah Provinsi Jambi pada tanggal 13 April 2011. Berdasarkan MoU tersebut, Badan Geologi bersama Pemerintah Provinsi Jambi segera melakukan langkah­langkah perencanaan langkah kerja (RoadMap) dalam mencapai pengusu­lan “Jambi Flora” menuju Global Geopark Network (GGN) UNESC O. Alur kerja tersebut telah disepakati akan berlangsung selama 4 tahun, dengan melakukan

Page 31: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

e valuasi kerja setiap tahunnya. Berikut alur kerja yang telah disepakati tersebut;

KEGIATAN 2011 2012 2013 2014

Penyelidikan secara terpadu karakterisasi dandokumentasi Kawasan Geodiversity Merangin untukpenyusunan rencana umum (MP)

Perencanaan Penataan Ruang Regional dan Perencanaan detail tata ruang kawasan

Perencanaan Infrastruktur untuk daya dukung kawasan

Penguatan Infrastruktur dan Comunity Development

Penyusunan Dokumen Usulan Geopark Merangin

Pembangunan Infrastruktur Kawasan

Evaluasi Dokumen Usulan Geopark Merangin

Pengiriman Dokumen ke UNESCO

Kunjungan Tim Verifikasi UNESCO

Evaluasi dan Revisi hasil Verifikasi Tim UNESCO

Starting GEOPARK MERANGIN

Saat ini, rencana akan pengusulan kawasan “Jambi Flora” Merangin telah diketahui oleh masyarakat setempat dan setelah dilakukan beberapa sosialisasi akan pemahaman akan konsep Geopark, masyarakat telah mendukung penuh rencana tersebut. Hal terse­but tercermin dengan telah dibentuknya suatu lem­baga lokal untuk mengelola dan mengawal percepat­an Geopark Merangin Jambi. Dalam pembentukan kelembagaan di Merangin Jambi, menggunakan konsep kombinasi antara Top Down dan Bottom Up Plann ing, mengingat masyarakat merangin belum terbiasa dengan industri pariwisata sehingga diper­

Page 32: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

lukan pendampingan yang intensif oleh para ahli maupun dari pemerintah, kondisi pemahaman akan konsep geopark yang sangat minimum.

Berdasarkan hasil kajian selama satu tahun semenjak ditandatanganinya MoU antara Badan Geologi de­ngan Pemerintah Provinsi Jambi, pegerakan ke arah percepatan Geopark Merangin terasa pesat di ketiga pilar dalam Geopark, yaitu Geodiversity, Biodiversi­ty, dan Cultural Diversity. Dan tak kalah pentingnya pun kajian akan tata ruang kawasan yang merupakan hasil integrasi dan interaksi dari potensi dan ham­batan dari ketiga pilar tersebut. Berikut adalah sketsa struktur ruang yang telah disepakati olah seluruh stakeholder;

Zona Inti

Zona Pendukung

Zona Penerima

Zona Tangkapan

Page 33: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

Selain itu, telah disusun pula jalur/tracking di dalam zona inti dan penerima “Jambi Flora” Merangin seba­gai suatu atraksi parawisata di kawasan “Jambi Flora” Merangin tersebut. Tracking tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu tracking basah dan tracking kering. Pembagia tracking tersebut didasari oleh karakteris­tik dari calon pengunjung yang senang akan wisata air dan terdapat juga calon pengunjung yang mung­kin tidak nyama dengan kondisi sungai sehingga lebih menyukai dengan perjalanan melalui daratan. Berikut adalah jalur tracking yang telah disusun dan akan selalu disempurnakan serta disesuaikan kemba­li berdasarkan temuan­temuan yang ada di lapangan pada pengkajian dan penelitian tepadu pada masa mendatang.

PETA EKSISTING SEGMEN KERING

Page 34: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

Berdasarkan Roadmap Percepatan Geopark Me­rangin, di tahun 2012 dan selanjutnya merupakan tahun yang padat akan kegiatan perencanaan dan implementasinya secara komprehensif, baik terhadap ketiga pilar maupun hasil dari interaksi ketiganya yang tercermin dalam regulasi atau peraturan yang mendukung percepatan, pembangunan infrastruktur, maupun penguatan akan kelembagaan yang merupa­kan garda terdepan dalam community development untuk meningkatkan nilai manfaat dari geopark, yaitu nilai penelitian, nilai pendidikan, nilai ekonomi kerakyatan, dan nilai konservasi. Mudah­mudahan, dengan baiknya kerjasama antar stakeholder, cita­cita akan menggapai Geopark Merangin Jambi menuju

PETA EKSISTING SEGMEN BASAH

Page 35: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

Global Geopark Merangin (GGN) UNESCO dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuan bersama.

Rapatkan Barisan Guna Memuliakan Warisan Bumi PertiwiMewujudkan kondisi pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkesinambungan bu­kanlah merupakan hal yang mudah antara lain ka­rena upaya pencegahan eksploitasi berlebihan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup ter­hambat dengan pelaksanaan penegakan hukum yang lemah. Tidak dapat dipungkiri, hingga saat ini belum ada kasus perusakan lingkungan yang telah men­dapat penanganan hukum yang sesuai dengan rasa keadilan masyarakat. Hambatan lain yang dirasakan adalah masih adanya tumpang tindih kewenangan pengelolaan sumber daya alam pada sektor­sektor yang saling berkaitan, serta masih adanya tarik ulur kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerin­tah daerah. Pemahaman untuk memperoleh keun­tungan finansial dalam jangka pendek yang masih melekat pada beberapa pemerintah daerah, tanpa memperhatikan “harga” yang harus dibayar dalam jangka panjang akibat kerusakan lingkungan juga merupakan hambatan di dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Di sisi lain terdapat beberapa faktor yang mendukung pengelolaan sum­

Page 36: Buku Saku Edisi 2

Menuju Geopark Merangin Jambi

ber daya alam dan lingkungan hidup diantaranya ada­lah meningkatnya perhatian terhadap pembangun an sumber daya alam yang berkelanjutan yang dimotori oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan adanya beberapa negara maju yang karena tertarik untuk melakukan kerjasama dalam hal pengelolaan sum­ber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelan­jutan melihat Indonesia masih berpotensi sebagai “penyangga” terhadap kerusakan lingkungan global. Untuk melindungi aset nasional yaitu manusia In­donesia dan potensi ekonominya, maka pemahaman akan potensi sumber daya geologi maupun potensi kendala alam berupa bencana alam harus dilakukan identifikasi dan pemetaan daerah­daerah berpotensi tersebut. Informasi tersebut harus dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan tata ruang baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.

Keberhasilan pemanfaatan sumber daya geologi dalam konteks pengembangan pariwisata berbasis geologi tergantung pada hasil penerapan azas pem­bangunan pariwisata berkelanjutan yang berbasis pada kerakyatan, yang dilakukan secara holistik dan terpadu. Dukungan lintas sektor dalam pengem­bangan geowisata mencakup instansi terkait dan para pemangku kepentingan (stakeholder), termasuk lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi il­

Page 37: Buku Saku Edisi 2

Buku Saku

miah, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat. Diagram dibawah ini adalah suatu skema kerjasama institusional dalam konsep pemanfaatan keragaman geologi dalam konsep pembangunan berkelanjutan;

STATUS

INFO

NON RENEWABLE NATURAL RESOURCES: GEODIVERSITY

(KERAGAMAN BUMI/GEOLOGI)

UTILIZATION and MANAGEMENT

(PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN)

NOMENKLATUR GEOSITE

(SITUS GEOLOGI)

GEOTOPE GEOHERITAGE

(Warisan Geologi)

GEOPARK GEOTOURISM ECOTOURISM

DEFINISI

Fenomena alam yang

memiliki komponen

keragaman geologi

tertentu yang unik,

langka dan benilai

keilmuan tinggi.

Fenomena alam yang

memiliki ciri geologi

dan geomorfologi

spesifik dan bersifat

luar biasa

(outstanding) sehingga

perlu dilindungi dari

kegiatan

anthropogenic) yang

dapat merusak.

Fenomena alam yang

memiliki ciri khusus

bernilai keilmuan

sangat tinggi dan

spektakuler berupa

rangkaian rekaman

proses geologi yang

saling berhubungan

dan merupakan bagian

penting dari sejarah

dinamika bumi

sehingga harus

dilindungi

Konsep pengembangan

kawasan berbasis

pemanfaatan potensi

geodiversity secara

terintegrasi dengan

biodiversity dan cultural

diversity dengan

menerapkan prinsip

konservasi yang

disinergikan dengan

rencana tata ruang.

Konsep pengembangan

wisata minat khsusus

dengan memanfaatkan

informasi geologi populer

untuk menjelaskan

keindahan, keunikan dan

kelangkaan objek-objek

geodiversity

Konsep pengembangan

wisata alam dan

budaya berbasis

komunitas lokal

(community- based

tourism) yang

diselenggarakan sesuai

standar tertentu dengan

memanfaatkan aspek

biodiversity, cultural

diversity, dan

geodiversity.

PERSYARATAN

KHUSUS

Valuasi sesuai kriteria oleh Ahli Geosains

Memberi dampak positif

tehadap peningkatan

kesejahteraan ekonomi

masyarakat secara

fleksibel melalui

community empowering/

capacity building

/comdev.

Umumnya dilakukan oleh

kelompok (group) kecil (2-

10 orang) yang telah

mempersiapkan diri dan

memiliki preferensi

tertentu

Diselenggarakan sesuai

aturan The International

Ecotourism Society

(TIES) dan ditujukan

untuk pemberdayaan

ekonomi masyarakat

lokal.

SKALA Lokal Lokal - Kawasan Kawasan Regional Lokal – Lintasan

Geowisata

Regional

DOMAIN BADAN GEOLOGI, KESDM

Inventarisasi – Valuasi – Seleksi – Penetapan

Fenomena geodiversity sebagai objek untuk

dikembangkan

DOMAIN KEMENTERIAN BUDPAR

MULTI STAKEHOLDER ( Kehutanan, LH, PU, KESDM,

Swasta)

(Pengembangan Kawasan dan Pengelolaan)

Dengan pemahaman bersama yang menyeluruh akan kekayaan sumber daya geologi yang kita miliki se­perti dongeng yang selalu menjadi bunga mimpi in­dah Bangsa Indonesia serta komitmen yang kuat dari para pemangku kepentingan (stakeholder), semoga kejayaan bangsa kita melalui pemanfaatan sumber daya geologi untuk pembangunan berkelanjutan da­pat menjadi kenyataan yang menghantarkan bangsa ini kedalam kesejahteraan yang mandiri. Mari kita rapatkan barisan dan berjalan bergandengan tangan demi suatu tujuan yaitu memuliakan warisan bumi mensejahterakan rakyat.