buku pak am

25
PEMINDAHAN MAYAT DARI DALAM RUMAH SAKIT KE KAMAR JENAZAH Pengertian : Adalah prosedur pemindahan jenazah dari dalam lingkungan BLUD RSU Kab. Serang ke kamar jenazah untuk ditangani lebih lanjut termasuk dipulsarakan. Tujuan : 1. Agar pelayanan tertib, aman, dan bermanfaat. 2. Agar Keselamatan petugas dan orang-orang lainnya serta lingkungan dapat terjamin. Kebijakan : 1. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. 2. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Prosedur : 1. Semua orang yang meninggal dilingkungan dalam BLUD RSU Kab. Serang, baik sebagai pasien maupun non pasien, harus diperiksa dan dinyatakan telah meninggal terlebih dahulu. 2. Petugas yang menangani di ruangan/instalasi/tempat orang yang meninggal tersebut, harus memberitahu petugas UPKJ mengenai status dan kondisi mayat. 3. Semua petugas yang terlibat dalam penanganan mayat harus menerapkan kewaspadaan standar kewaspadaan berdasarkan transmisi sesuai dengan sumber infeksi. 4. Bila myat mengeluarkan cairan tubuh, maka petugas yang menangani di ruangan/instalasi/tempat orang yang meninggal tersebut harus melakukan usaha menghalangi keluarnya cairan tubuh dengan antara lain menutup lubang asal keluarnya cairan tubuh dengan kain kasa. 5. Petugas UPKJ setelah mendapat pemberi-tahuan dari petugas ruangan/instalasi/tempat mayat berada menjalankan prosedur Penerimaan Jenazah Dari Dalam Rumah Sakit.

Upload: wadmataw

Post on 19-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU PAK AM

PEMINDAHAN MAYAT DARI DALAM RUMAH SAKIT KE KAMAR JENAZAH

Pengertian :

Adalah prosedur pemindahan jenazah dari dalam lingkungan BLUD RSU Kab. Serang ke kamar jenazah untuk ditangani lebih lanjut termasuk dipulsarakan.

Tujuan :

1. Agar pelayanan tertib, aman, dan bermanfaat.2. Agar Keselamatan petugas dan orang-orang lainnya serta lingkungan dapat

terjamin.

Kebijakan :

1. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.2. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.3. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Prosedur :

1. Semua orang yang meninggal dilingkungan dalam BLUD RSU Kab. Serang, baik sebagai pasien maupun non pasien, harus diperiksa dan dinyatakan telah meninggal terlebih dahulu.

2. Petugas yang menangani di ruangan/instalasi/tempat orang yang meninggal tersebut, harus memberitahu petugas UPKJ mengenai status dan kondisi mayat.

3. Semua petugas yang terlibat dalam penanganan mayat harus menerapkan kewaspadaan standar kewaspadaan berdasarkan transmisi sesuai dengan sumber infeksi.

4. Bila myat mengeluarkan cairan tubuh, maka petugas yang menangani di ruangan/instalasi/tempat orang yang meninggal tersebut harus melakukan usaha menghalangi keluarnya cairan tubuh dengan antara lain menutup lubang asal keluarnya cairan tubuh dengan kain kasa.

5. Petugas UPKJ setelah mendapat pemberi-tahuan dari petugas ruangan/instalasi/tempat mayat berada menjalankan prosedur Penerimaan Jenazah Dari Dalam Rumah Sakit.

6. Petugas yang menjalankan prosedur pengambilan mayat harus melakukan cuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai saat menangani jenazah.

7. Untuk mayat berpenyakit SARS, Avian Flu, dan Flu babi, petugas harus menjalankan prosedur Penanganan Mayat Dengan Penyakit Menular Khusus, dimana mayat harus dimasukkan ke dalam kantong jenazah terlebih dahulu ke kamar jenazah.

8. Untuk mayat berpenyakit menular dan/atau mengeluarkan cairan tubuh, petugas UPKJ harus memasang lembaran kain pertama sebagai alas terlebih dahulu pada kereta dorong jenazah yang kemudian di atasnya dihamparkan

Page 2: BUKU PAK AM

lembaran plastik, baru di atasnya diletakkan mayat yang kemudian ditutupi dengan lembaran kain kedua; setelah itu lembaran kain dan plastik tersebut dilipatkan ke atas mayat tersebut.

9. Untuk mayat yang tidak berpenyakit menular atau tidak mengeluarkan cairan tubuh, dapat dibawa oleh petugas UPKJ sesuai ketentuan.

10.Evakuasi mayat dari tempat meninggalnya ke kamar jenazah harus menggunakan kereta dorong yang tertutup.

Unit terkait :

1. Unit Pelayanan Kamar Jenazah Dept. Forensik dan Medikolegal RSCM.2. Instalasi Gawat Darurat RSCM.3. IGD Kencana.4. Seluruh Unit Rawat Inap.5. Seleruh Unit Rawat Jalan.

Page 3: BUKU PAK AM

PENATALAKSANAAN JENAZAH DEATH ON ARIVAL (D.O.A)

Pengertian :

D.O.A adalah setiap pasien atau korban yang telah meninggal saat tiba di pelayanan kesehatan / IGD / Poliklinik.

Tujuan :

1. Agar korban/pasien memperoleh kejelasan dan kepastian hukum.2. Agar penatalaksanaan mayat D.O.A tertib dan aman.3. Agar kepentingan pihak pasien/korban dan keluarganya terpenuhi sesuai

kebutuhan.

Kebijakan :

1. Pasal 28 dan pasal 117 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.2. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran3. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Prosedur:

A. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1. Setiap pasien/korban ynag datang ke IGD harus dibawa ke bagian Triase IGD terlebih dahulu, sementara pihak keluarga atau pengantar pasien/korban melakukan registrasi di bagian pendaftaran.

2. Petugas admisi bagian pendaftaran harus memakukan pencatatan secara lengkap tentang identitas pasien/korban dan identitas pengantar/keluarga.

3. Apabila identitas pasien/korban belum diketahui, maka dianggap sebagai pasien/korban yang belum dikenal.

4. Apabila identitas pasien/korban yang datang ke IGD harus dilakukan penapisan (screening) awal oleh perawat triase, jika menunjukkan tanda-tanda telah meninggal maka dilakukan pemeriksaan triase sekunder oleh dokter jaga triase.

5. Dokter jaga triase harus melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien/korban serta tanya-jawab (allo-anamnesa) terhadap keluarga pasien/korban untuk dapat menentukan riwayat penyakit dan perkiraan sebab kematian pasien/korban sesuai dengan ketentuan.

6. Apabila hasil pemeriksaan fisik dan penunjang oleh dokter jaga triase tidak didapatkan tanda kehidupan dari pasien/korban maka pasien/korban dinyatakan D.O.A (Death on Arrival).

7. Apabila berdasarkan hasil tanya jawab (allo-anamnesa) dan pemeriksaan ternyata pasien/korban tidak terdapat tanda-tanda ruda-paksa dan diperkirakan mati wajar, maka DPJP mengisi perkiraan penyebab kematian dan diagnosa pada lembaran surat keterangan kematian serta menandatanganinya sesuai dengan ketentuan.

Page 4: BUKU PAK AM

8. Apabila berdasarkan hasil tanya-jawab (allo-anamnesa) dan pemeriksaan ternyata pasien/korban terdapat tanda-tanda ruda-paksa dan diperkirakan mati tidak wajar, maka DPJP menigisi perkiraan penyebab kematian dan diagnosa pada lembaran surat keterangan kematian namun TIDAK menanda-tanganinya sesuai dengan ketentuan.

9. Mayat pasien/korban beserta rekam medis, formulir triase, dan surat keterangan kematian yang sudah diisi kemudian diserah-terimakan kepada Unit Pelayanan Kamar Jenazah Dept. Forensik.

B. Unit Pelayanan Kamar Jenazah Dept. Forensik

10.Mayat pasien/korban yang diterima di Unit Pelayanan Kamar Jenazah Dept. Forensik dan bersal dariIGD harus dilakukan pemeriksaan ulang oleh dokter yang memiliki kompetensi dan berwenang untuk itu (DPJP dan/atau PPDS).

11.Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, setidaknya dapat memberikan petunjuk cara kematian (kematian wajar atau kematian tidak wajar) dan mengkonfirmasi ulang temuan dokter jaga triase IGD.

12.Dokter pemeriksa dapat melakukan tanya jawab (allo-anamnesa) dengan melibatkan pihak keluarga dan atau pengantar untuk memperoleh data-data/riwayat lebih lanjut pasien/korban sebelum meninggal.

13.Dokter pemeriksa harus menjelakan terlebih dahulu kepada pihak keluarga tentang maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan mayat.

14.Apabila hasil pemeriksaan dokter ditemukan petunjuk bahwa kematian adalah kematian wajar, maka selanjutnya surat keterangan kematian yang diterbitkan oleh dokter jaga triase berlaku sesuai dengan ketentuan.

15.Apabila hasil pemeriksaan dokter ditemukan petunjuk bahwa kematiannya adalah kematian tidak wajar, maka dokter menyarankan pihak keluarga untuk melapor ke institusi kepolisian sesuai tempat kejadian.

16.Apabila hasil pemeriksaan dokter ditemukan petunjuk bahwa kematiannya adalah kematian tidak wajar, maka selanjutnya surat keterangan kematian yang diterbitkan oleh dokter jaga triase dibatalkan dan dinyatakan tidak berlaku sesuai dengan ketentuan.

17.Penatalaksanaan kasus kematian tidak wajar dilakukan sesuai ketentuan (penatalaksanaan korban mati kasus forensik).

18.Apabila kematian pasien/korban tidak wajar, surat keterangan kematian akan diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan sesuai dengan surat permintaan keterangan ahli dari penyidik.

19.Surat keterangan kematian diserahkan kepada ahli waris atau pihak lain yang ditunjuk secara resmi oleh ahli waris tersebut.

20.Apabila pihak keluarga menolak pemeriksaan setelah memperoleh penjelasan dokter, maka pihak keluarga menandatangani surat pernyataan penolakan pemeriksaan dan dilakukan prosedur pulang sebelum selesai pemeriksaan.

Page 5: BUKU PAK AM

21.Pihak keluarga menolak pemeriksaan setelah memperoleh penjelasan dokter, maka tidak diberikan surat keterangan kematian.

Unit terkait :

1. Instalasi Gawat Darurat RSCM2. IGD Kencana RSCM3. Unit Pelayanan Kamar Jenazah Dept. Forensik dan Medikolegal FK-UI/RSCM4. Unit Pelayanan Forensik Dept. Forensik dan Medikolegal FK-UI/RSCM5. Unit Pelayanan Laboratorium Forensik dan Medikolegal FK-UI/RSCM6. P3RN

Page 6: BUKU PAK AM

PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KASUS FORENSIK

PENJELASAN PEMBEDAHAN MAYAT

1. Pembedahan mayat (autopsy) harus dilakukan apabila diperlukan keterangan tentang sebab kematian korban secara pasti untuk kepentingan pembuktian, baik untuk kepentingan peradilan maupun untuk kepentingan hokum sipil-administratif

2. Pembedahan mayat (autpsy) adalah pemeriksaan tubuh mayat secara menyeluruh dengan membuka rongga kepala, leher, dada, perut dan panggul, serta melakukan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Setelah pemeriksaan selesai, alat-alat dalam tubuh dikembalikn ke tempat semula.

3. Pasal 133 KUHAP memberikan wewenang kepada penyidik polisi untuk meminta pemeriksaan (luar) mayat atau pemeriksaan pembedahan mayat (autopsy) terhadap mayat yang diduga korban tindak pidana.

4. Mayat yang belum selesai diperiksa sesuai dengan surat permintaan visum et repertum dari penyidik polisi tidak diperkenankan dibawa pulang/meninggalkan BLUD RSU Kabupaten Serang.

5. Mayat yang dibawa pulang sebelum selesai dilakukan pemeriksaan forensic oleh dokter Departemen Kedokteran Forensik FKUI dapat menimbulkan kesulitan bagi keluarga, oleh karena:a. Tidak akan diberikan SURAT KETERANGAN DOKTER/ SURAT

KETERANGAN KEMATIAN, yang diperlukan untuk mengurus perizinan permakaman, pengurusan pension dan asuransi, pengurusan jasa raharja bagi korban kecelakaan lalu lintas dan untuk kepentingan sipi administratif lainnya.

b. Keluarga korban dapat dituntut telah melanggar pasal 222 KUHP dengan ancaman hukuman penjara selama-lamanya Sembilan bulan.

c. Setiap saat polisi penyidik dapat menggali kuburan korban dan melakukan pemeriksaan mayat.

Demikian penjelasan ini diberikan untuk menghindari kesalah-pahaman dan menghindari kerugian dikemudian hari.

Dijelaskan oleh DPJP/PPDS:………………

Paraf DPJP/PPDS

Page 7: BUKU PAK AM

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami penjelasan di atas. Saya atas nama ahli waris, menyatakan TIDAK KEBERATAN atas pembedahan mayat (autopsy) terhadap jenazah almarhum/almarhumah:

Nama :…………………..…………………..……………….Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan. Umur : …………...…..Alamat : …………………………………………....…………Hubungan dengan saya :

Sesuai dengan permintaan visum et repertum dari kepolisian…………………..Dalam suratnya nomor…………………….. tanggal……………………………….Selanjutnya saya akan mematuhi segala ketentuan dan tertib administratif yang berlaku.

Jakarta,….. ………20….

MengetahuiPetugas Jaga

( Nama, Paraf )

Yang MenyatakanNama………………………..Hubungan dengan Alm……No. KTP/SIM……………….

Tanda Tangan

Page 8: BUKU PAK AM

SURAT PERNYATAAN PENUNDAAN BEDAH MAYAT

Jakarta, ……….20….Jam : …………...WIB

Kepada Yth.Departemen Ilmu Kedokteran Forensikdan Medikolegal FKUI/BLUD RSU Kabupaten Serangdi Serang

Yang bertanda tangan dibawah ini mohon agar bedah mayat almarhum/ almarhumah:

Nama :Umur :Alamat :

DITUNDA, karena :1. Sedang diusahakan pencabutan permintaan visum2. Menunggu ahli warisnya

Saya telah memahami atas penjelasan dokter tentang akibat dari penundaan tersebut:

a. Pengambilan jenazah oleh keluarga akan tertundab. Apabila dalam waktu 2 (dua) hari belom ada keterangan sebagaimana

tersebut diatas, maka dokter dapat melakukan bedah mayat sesuai dengan surat permintaan kepolisian dan pasal 134 ayat (3) KUHAP.

DPJP/PPDS Nama Pemohon :yang menjelaskan, Hubungan keluarga :

KTP/ SIM :

PENJELASAN PEMBEDAHAN MAYAT

Page 9: BUKU PAK AM

1. Pembedahan mayat (autopsy) harus dilakukan apabila diperlukan keterangan tentang sebab kematian korban secara pasti untuk kepentingan pembuktian, baik untuk kepentingan peradilan maupun untuk kepentingan hokum sipil-administratif

2. Pembedahan mayat (autopsy) adalah pemeriksaan tubuh mayat secara menyeluruh dengan membuka rongga kepala, leher, dada, perut dan panggul, serta melakukan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Setelah pemeriksaan selesai, alat-alat dalam tubuh dikembalikn ke tempat semula.

3. Pasal 133 KUHAP memberikan wewenang kepada penyidik polisi untuk meminta pemeriksaan (luar) mayat atau pemeriksaan pembedahan mayat (autopsy) terhadap mayat yang diduga korban tindak pidana.

4. Mayat yang belum selesai diperiksa sesuai dengan surat permintaan visum et repertum dari penyidik polisi tidak diperkenankan dibawa pulang/meninggalkan BLUD RSU Kabupaten Serang.

5. Mayat yang dibawa pulang sebelum selesai dilakukan pemeriksaan forensic oleh dokter Departemen Kedokteran Forensik FKUI dapat menimbulkan kesulitan bagi keluarga, oleh karena:a. Tidak akan diberikan SURAT KETERANGAN DOKTER/ SURAT

KETERANGAN KEMATIAN, yang diperlukan untuk mengurus perizinan permakaman, pengurusan pension dan asuransi, pengurusan jasa raharja bagi korban kecelakaan lalu lintas dan untuk kepentingan sipi administratif lainnya.

b. Keluarga korban dapat dituntut telah melanggar pasal 222 KUHP dengan ancaman hukuman penjara selama-lamanya Sembilan bulan.

c. Setiap saat polisi penyidik dapat menggali kuburan korban dan melakukan pemeriksaan mayat.

Demikian penjelasan ini diberikan untuk menghindari kesalah-pahaman dan menghindari kerugian dikemudian hari.

Dijelaskan oleh DPJP/PPDS:………………

Paraf DPJP/PPDS

PERNYATAAN PENOLAKAN

Page 10: BUKU PAK AM

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami penjelasan di atas. Saya atas nama ahli waris, menyatakan KEBERATAN atas pembedahan mayat (autopsy) terhadap jenazah almarhum/almarhumah:

Nama :…………………..…………………..……………….Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan. Umur : …………...…..Alamat : …………………………………………....…………Hubungan dengan saya :

Saya membawa pulang mayat almarhum/almarhumah sebelum selesai pemeriksaan forensic dan saya bersedia menanggung semua akibat hokum yang timbul, seperti yang telah diuraikan diatas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dalam keadaan sehat dan tanpa paksaan.

Serang, ………………… Pukul……….

Yang Menyatakan,

Nama………………………………Alamat…………………………….……………………………………..No. KTP/SIM……………………..

Tanda Tangan

SURAT PERMOHONANPENITIPAN JENAZAH DARI LUAR BLUD RSU KABUPATEN SERANG

Page 11: BUKU PAK AM

Kepada Yth.Departemen Ilmu Kedokteran Forensikdan Medikolegal FKUI/BLUD RSU Kabupaten Serangdi SERANG

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama :Pangkat/ Jabatan :Alamat Kantor :Alamat Rumah :

Telepon :

Dengan ini menitipkan Jenazah :

Nama :Jenis Kelamin : Laki-laki/ perempuan Umur…. tahun/bulan/hari/jamPekerjaan :Alamat Kantor :Alamat rumah :

Alasan Penitipan : a) Sedang dusahakan pencabutan permintaan visum b) Menunggu ahli warisnya

Meninggal Karena ; a) Sakit b) Lecelakaan Lalu Lintas di Jalan:…………………….. c) Lainnya :………………………………………………...

Hubungan saya dengan jenazah yang saya titipkan:…………………………..

Selanjutnya saya akan mematuhi mekanisme dan tertib administrasi yang berlaku di Unit Pelayanan Jenazah BLUD RSU Kabupaten Serang.

Serang,………………..20….Petugas yang menjelaskan Yang menitipkan,

Page 12: BUKU PAK AM

(……………………………) (…………………………….)

PEMULASARAN JENAZAH NON MUSLIM

Page 13: BUKU PAK AM

Pengertian :

Adalah panduan tata cara memandikan jenazah yang bukan beragama Islam.

Tujuan :

1. Untuk kepastian hokum sesuai dengan keyakinan agama.

Kebijakan :

1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Prosedur :

1. Jenazah yang akan dimandikan harus diperlakukan dengan baik, dengan penuh penghormatan.

2. Sebelum jenazah dimandikan harus diberitahukan terlebih dahulu kepada ahli waris dan atau keluarga terdekat.

3. Yang memandikan jenazah adalah petugas yang kompeten dan berwenang untuk itu.

4. Ahli waris dan/atau keluarga atau pendeta dapat berpartisipasi dalam proses pemandian jenazah.

5. Sebelum jenazah dimandikan ahli waris dan/atau keluarga atau pendeta dapat melakukan upacara atau doa sesuai dengan keyakinan agama.

6. Jenazah yang akan dimandikan diletakkan di atas diapan, ditutup dengan kain mulai dari kepala sampai kaki.

7. Petugas yang memandikan harus menggunakan penutup kepala, masker, sarung tangan dan berpakaian sesuai ketentuan.

8. Jenazah laki-laki dimandikan oleh petugas laki-laki, jenazah perempuan dimandikan oleh petugas perempuan.

9. Jenazah yang dimandikan, diistinjakan terlebih dahulu dengana cara mengangkat sedikit bagian kepala, mengeluarkan kotoran dalam perut dengan menekan dan memijit perutnya secara perlahan.

10. Dibilas dan dibasuh dengan air sabun.11. Menggosok giginya, lubang hidung, telinga, celah ketiak, celah jari tangan dan

kaki serta rambut. Kemudian dibilas dan dibasuh dengan air sabun.12. Kemudian seluruh tubuh dibilas dengan air bersih.13. Keringkan dengan lap atau handuk, kemudian diberi pakaian sesuai dengan

yang diserahkan oleh keluarga.

Unit terkait :

1. Unit Pelayanan Kamar Jenazah Dept. Forensik dan Medikolegal FK-UI/BLUD RSU Kab. Serang.

PEMERIKSAAN MAYAT KASUS FORENSIK PATOLOGI

Page 14: BUKU PAK AM

Pengertian :

Kematian akibat peristiwa tindak pidana atau diduga akibat suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana.

Tujuan :

1. Agar pemeriksaan mayat tertib dan bermanfaat2. Agar kepentingan penyidikan terpenuhi sesuai kebutuhan

Kebijakan :

1. Pasal 133 (3) KUHAP2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Prosedur :

1. Mayat yang akan diperiksa oleh dokter harus diperlakukan dengan baik dan penuh penghormatan.

2. Pemeriksaan mayat kasus forensik meliputi pemeriksaan luar dan/atau bedah mayat sesuai dengan surat permintaan keterangan ahli dari penyidik atau disebut juga sebagai Surat Permintaan Visum (SPV).

3. Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus dicek terlebih dahulu identitas mayat sesuai dengan surat permintaan keterangan ahli.

4. Setiap pemeriksaan mayat harus dilakukan di atas meja otopsi kecuali terdapat kondisi- kondisi yang tidak memungkinkan sehingga dilakukan pemeriksaan di atas meja otopsi.

5. Mayat yang diperiksan diposisikan sesuai dengan kebutuhan.6. Setelah pemeriksaan selesai, mayat dibersihkan terlebih dahulu, kemudian

diserahkan kepada pihak keluarga atau disimpan di dalam kamar pendingin apabila belum ada pihak keluarga.

7. Setelah pemeriksaan selesai sesuai dengan yang tersebut dalam surat permintaan keteraangaan ahli, maka selanjutnya dibuatkan suraat keterangan kematian.

8. Mayat yang belum selesai dilakukan pemeriksaan seperti yang tersebut dalam surat permintaan keterangan ahli dari penyidik tidak diperkenankan untuk dilakukan pelayanan pemulsaraan jenazah; namun apabila mayat dibawa pulang oleh keluarganya sebelum selesai pemeriksaan maka berlaku prosedur Pulang Sebelum Selesai Prosedur Pemeriksaan Forensik.

Unit terkait :

1. Unit Pelayanan Forensik Patologi Dept. Forensik dan Medikolegal FK-UI/BLUD RSU Kab. Serang.

PEMERIKSAAN LUAR MAYAT KASUS FORENSIK

Page 15: BUKU PAK AM

Pengertian :

Adalah pemeriksaan luar mayat akibat peristiwa tindak pidana atau diduga akibat suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana.

Tujuan :

1. Agar pemeriksaan mayat tertib dan bermanfaat2. Agar kepentingan penyidikan terpenuhi sesuai kebutuhan

Kebijakan :

1. Pasal 133 KUHAP2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Prosedur :

1. Mayat yang akan diperiksa oleh dokter harus diperlakukan dengan baik dan penuh penghormatan.

2. Setiap pemeriksaan mayat harus dilakukan di atas meja otopsi.3. Mayat yang diperiksa diposisikan dalam posisi terlentang atau sesuai dengan

keperluan pemeriksaan.4. Pemeriksaan luar mayat dimulai dengan pemeriksaan identifikasi pada korban.5. Memeriksa ada tidaknya label mayat, tutup/bungkus mayat, perhiasan mayat,

pakaian mayat, benda disamping mayat.6. Memeriksa perubahan tanatologi yang meliputi lebam mayat, kaku mayat, serta

ada tidaknya tanda- tanda pembusukan.7. Melakukan identifikasi personal yang terdiri dari jenis kelamin, bangsa, ras, umur,

kulit, panjang tubuh, gizi, berat tubuh, zakar dan identifikasi khusus meliputi ada tidaknya cacat kelamin, cacat tubuh bawaan, tattoo, dll.

8. Melakukan pemeriksaan terhadap bagian- bagian kepala, rambut, alis mata, bulu mata, kumis, jenggot.

9. Melakukan pemeriksaan terhadap mata yaitu selaput bening mata, teleng mata, warna tirai mata, selaput bola mata, selaput kelopak mata.

10. Melakukan pemeriksaan hidung, telinga dan mulut serta gigi geligi.11. Melakukan pemeriksaan terhadap lubang mulut, lubang hidung, lubang telinga,

lubang kemaluan dan lubang pelepasan.12. Melakukan pemeriksaan tentang luka-luka dan atau patah tulang.13. Melakukan pengambilan sampel darah dan/atau air seni, swab buccal, kerokan

kulit, swab vagina, swab glands penis, dan lain sebagiannya apabila diperlukan.14. Setelah pemeriksaan luar selesai, mayat dibersihkan, dipindahkan ke belangkar,

dan ditutup dengan kain bersih.

Unit terkait :

Page 16: BUKU PAK AM

1. Unit Pelayanan Forensik Patologi Dept. Forensik dan Medikolegal BLUD RSU Kab. Serang.

PENGGUNAAN LEMARI PENDINGIN

Page 17: BUKU PAK AM

Pengertian :

Adalah tempat penyimpanan jenazah

Tujuan :

1. Pengendalian infeksi2. Agar penatalaksanaan jenazah tertib dan aman

Kebijakan :

1. SK Direktur no 622/TU.K/54/I/2011 Tentang KSO Pengelolaan Pemulaseraan Jenazah di RSCM

2. Undang-undang No. 36 tahun 20093. KUHAP Pasal 133 (3)

Prosedur :

1. Jenazah yang disimpan di lemari pendingin adalah:a. Jenazah yang ditangguhkan atas permintaan penyidikb. Jenazah yang ditangguhkan atas permintaan keluargac. Jenazah tidak dikenal

2. Jenazah yang akan disimpan di lemari pendingin harus dibersihkan terlebih dahulu dan diberikan gelang identitas

3. Memasukkan dan mengeluarkan jenazah dari lemari pendingin hanya boleh dilakukan oleh petugas jaga yang berwenang untuk itu

4. Memasukkan dan mengeluarkan jenazah dari lemari pendingin harus tercatat dalam buku register

5. Pemeliharaan lemari pendingin dilakukan secara berkala6. Pengeluaran jenazah dari kamar pendingin untuk kepentingan identifikasi,

maka pengenalan oleh keluarga/pihak lain, hanya dilakukan setelah pencocokan data antemortem dan post mortem serta telah disetujui oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan.

7. Lemari perndingin harus selalu dalam keadaan terkunci

PENGAWETAN JENAZAH (EMBALMING)

Page 18: BUKU PAK AM

Pengertian :

Tindakan pengawetan jenazah adalah tindakan medis yang mengaplikaskan zat pengawet jenazah ke dalam tubuh jenazah sehingga menghambat proses pembusukkan dan menjaga kondisi jenazah tampak seprti saat sebelum meninggal.

Tujuan:

1. Menghambat proses pembusukan2. Mencegah penularan penyakit3. Menjaga kondisi jenazah sehingga tampak seperti saat sebelum meninggal4. Memberikan pengharum (fragrance)

Kebijakan :

1. UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan2. UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran3. UU no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Prosedur :

1. Pengawetan jenazah hanya dilakukan oleh dokter2. Tindakan pengawetan jenazah dilakukan di kamar otopsi.3. pengawetan jenazah hanya dilakukan atas permintaan keluarga yang

diajukan secara tertulis.4. Jenazah yang akan diawetkan harus dibersihkan terlebih dahulu.5. Dokter harus menjelaskan terlebih dahulu kepada pihak keluarga tentang tata

cara pelaksanaan pengawetan jenazah6. Apabila kematiannya wajar/karena sakit, maka pengawetan jenazah dapat

dilakukan langsung7. Apabila kematiannya tidak wajar (pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan),

maka pengawetan jenazah hanya boleh dilakukan setelah selesai dilakukan prosedur Penatalaksanaan Mayat Kasus Forensik

8. Selama proses pengawetan jenazah berlangsung, aurat jenazah tertutup/ 9. Setelah pengawetan jenazah selesai, dibuatkan sertifikat embalming dan

ditandatangani oleh dokter yang melakukan tindakan.

Unit terkait :

1. Unit Pelayanan Kamar Jenazah Dept. Forensik dan Medikolegal BLUD RSU Kab. Serang.

PENGADAAN VISUM ET REPERTUM

Page 19: BUKU PAK AM

Pengertian :

Adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yang berwenang yang memuat tentang hasil pemeriksaan medis terhadap tubuh manusia/barang bukti berdasarkan keilmuannya di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Tujuan :

Agar kepentingan penyidikan dapat terpenuhi.

Kebijakan :

1. KUHAP Pasal 133 (1)2. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan3. Staadsblad No.350 tahun 19374. SK Menkeh No. M.01.PW.07.03 tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan

KUHAP

Prosedur :

1. Penerbitan Visum et Repertum di BLUD RSU Kab. Serang dilakukan sesuai kebutuhan penyidik yang meliputi Visum et Repertum korban hidup dan Visum et Repertum mayat.

2. Visum et Repertum dibuat berdasarkan surat permintaan dari penyidik kepolisian dan/atau aparat penegak hokum lainnya yang berwenang untuk itu.

3. Visum et Repertum dibuat setelah pemeriksaan atas korban selesai.4. Visum et Repertum diperlakukan sebaggai surat yang harus dirahasiakan5. Visum et Repertum dibuat oleh dokter yang memiliki kompetensi dan

kewenangan untuk itu.6. Visum et Repertum yang telah selesai dibuat, hanya diserahkan kepada

institusi penyidik yang meminta.7. Penyerahan Visum et Repertum kepada pihak penyidik harus dibuatkan berita

acara.

Unit terkait :

1. Unit Pelayanan Forensik Patologi Dept. Forensik dan Medikolegal BLUD RSU Kab. Serang

2. Unit Pelayanan Forensik Klinik Dept. Forensik dan Medikolegal BLUD RSU Kab. Serang

PENGADAAN VISUM ET REPERTUM SEMENTARA

Page 20: BUKU PAK AM

Pengertian :

Adalah keterangan hasil pemeriksaan sementara yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik apabila pemeriksaan atas korban belum selesai

Tujuan :

Agar kepentingan penyidikan dapat terpenuhi.

Kebijakan :

1. KUHAP Pasal 133 (1)2. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan3. Staadsblad No.350 tahun 19374. SK Menkeh No. M.01.PW.07.03 tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan

KUHAP

Prosedur :

1. Penerbitan Visum et Repertum sementara dibuat atas permintaan penyidik.2. Visum et Repertum sementara dibuat oleh dokter yang melakukan

pemeriksaan atas korban.3. Visum et Repertum memuat tentang identitas korban, jenis luka, jenis racun

atau obat, dan/atau jenis kekerasan.4. Visum et Repertum sementara hanya diserahkan kepada penyidik yang

meminta5. Petugas dari Kepolisian Republik Indonesia penerima Visum et Repertum

sementara harus menuliskan nama, pangkat, NRP serta membubuhkan tanda-tangannya.

Unit terkait :

1. Unit Pelayanan Forensik Patologi Dept. Forensik dan Medikolegal BLUD RSU Kab. Serang

2. Unit Pelayanan Forensik Klinik Dept. Forensik dan Medikolegal BLUD RSU Kab. Serang