buku mekanika fluida
DESCRIPTION
TUGASTRANSCRIPT
-
MEKANIKA FLUIDA TUGAS REVISI MATA KULIAH MEKANIKA FLUIDA
DISUSUN OLEH:
ARYA BIMASAKTI
21080111130041
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012/2013
-
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan buku ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Buku ini disusun untuk diajukan sebagai revisitugas mata kuliah Mekanika Fluida
di Universitas Diponegoro Semarang jurusan Teknik Lingkungan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ir. Endro Sutrisno, MS. selaku dosen
mata kuliah Mekanika Fluida yang telah membimbing dan memberikan kuliah
demi lancarnya penyusunan buku ini.
Demikianlah buku ini disusun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
revisi mata kuliah Mekanika Fluida.
Semarang, 14 Juni 2012
Penyusun
-
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENGENALAN FLUIDA DAN PARAMETER FISIK ................................................................... 4
1.1 Definisi Fluida ............................................................................................................ 4
1.2 Jenis Fluida ................................................................................................................ 6
1.3 Parameter Fluida ....................................................................................................... 8
1.4 Jenis Aliran Fluida .................................................................................................... 13
BAB II ................................................................................................................................. 14
PENGENALAN STATIKA FLUIDA (HIDROSTATIS) ................................................................ 14
2.1 Konsep Tekanan ...................................................................................................... 14
2.2 Konsep Kesetimbangan dan Kesetimbangan Fluida Diam ...................................... 14
2.3 Pengenalan Tekanan Hidrostatis ............................................................................ 17
BAB III ................................................................................................................................ 19
STATIKA FLUIDA (TEKANAN HIDROSTATIS) ....................................................................... 19
3.1 Penurunan Tekanan Hidrostatis.............................................................................. 19
3.2 Aplikasi Tekanan Hidrostatis ................................................................................... 22
BAB IV ................................................................................................................................ 25
STATIKA FLUIDA (KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG) ................................................. 25
4.1 Prinsip dan Komponen Kesetimbangan Benda Terapung....................................... 25
4.2 Kesetimbangan/Stabilitas Benda Terapung ............................................................ 26
4.3 Penurunan Formula Kesetimbangan Benda Terapung ........................................... 29
4.4 Penerapan Kesetimbangan Benda Terapung .......................................................... 30
BAB V ................................................................................................................................. 34
KINEMATIKA FLUIDA ......................................................................................................... 34
5.1 Garis dan Fungsi Alir................................................................................................ 34
5.2 Kecepatan dan Percepatan Alir ............................................................................... 36
BAB VI ................................................................................................................................ 39
-
3
DINAMIKA FLUIDA I ........................................................................................................... 39
BAB VII ............................................................................................................................... 41
DINAMIKA FLUIDA II .......................................................................................................... 41
7.1 Persamaan Kontinuitas ........................................................................................... 41
7.2 Persamaan Energi (Bernoulli) ................................................................................. 42
BAB VIII .............................................................................................................................. 44
DINAMIKA FLUIDA III ......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 48
-
4
BAB I
PENGENALAN FLUIDA DAN PARAMETER FISIK
1.1 Definisi Fluida
Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit
hambatan terhadap bentuk ketika ditekan, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat
digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan fluida dinamis. Fluida atau
zat alir adalah bahan yang dapat mengalir dan bentuknya dapat berubah dengan
perubahan volume. Fluida mempunyai kerapatan yang harganya tertentu pada
suhu dan tekanan tertentu.Jika kerapatan fluida dipengaruhi oleh perubahan
tekanan maka fluida itu dapat mampat atau kompresibel. Sebaliknya fluida yang
kerapatannya hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan tekanan disebut tidak
dapat mampat atau inkompresibel. Contoh fluida kompresibel adalah udara (gas)
sedangkan yang inkompresibel adalah air (zat cair).
Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak atau dalam keadaan diam, misalnya
air dalam gelas. Dalam fluida statis kita mempelajari hukum-hukum dasar yang
dapat menjelaskan antara lain: mengapa makin dalam kita menyelam makin besar
tekanan yang kit alami; mengapa kapal laut yang terbuat dari besi dapat
mengapung di permukaan air laut; managpa kapal selam dapat melayang,
mengapung dan tenggelam dalam air laut; mengapa nyamuk dapat hinggap
dipermukaan air; berapa ketinggian zat akan naik dalam pipa kapiler.
Karena sifatnya yang tidak dapat dengan mudah dimampatkan, fluida dapat
menghasilkan tekanan normal pada semua permukaan yang berkontak dengannya.
Pada keadaan diam (statik), tekanan tersebut bersifat isotropik, yaitu bekerja
dengan besar yang sama ke segala arah. Karakteristik ini membuat fluida dapat
mentransmisikan gaya sepanjang sebuah pipa atau tabung, yaitu, jika sebuah gaya
diberlakukan pada fluida dalam sebuah pipa, maka gaya tersebut akan
ditransmisikan hingga ujung pipa. Jika terdapat gaya lawan di ujung pipa yang
-
5
besarnya tidak sama dengan gaya yang ditransmisikan, maka fluida akan bergerak
dalam arah yang sesuai dengan arah gaya resultan.
Konsepnya pertama kali diformulasikan, dalam bentuk yang agak luas, oleh
matematikawan dan filsuf Perancis, Blaise Pascal pada 1647 yang kemudian
dikenal sebagai Hukum Pascal. Hukum ini mempunyai banyak aplikasi penting
dalam hidrolika. Galileo Galilei, juga adalah bapak besar dalam hidrostatika.
Satuan untuk gaya yang bekerja, di dalam system ini diturunkan dari hukum
Newton II yaitu:
F = m.a
Dimana:
F= gaya dalam Newton (N)
m = massa dalam kilogram (kg)
a = percepatan dalam m/det2
atau: suatu gaya sebesar 1 N (Newton) mempercepat suatu massa sebesar 1 kg
(kilogram) pada harga percepatan sebesar 1 m/det2. Dalamhalini:
Selain system Satuan Internasional (SI) di Indonesia masih banyak yang
menggunakan system satuan MKS, dimana di dalam system ini kilogram (kg)
digunakan sebagai satuan berat atau gaya. Dalam hal ini satuan massa adalah
kilogram massa (kg m), terbentuk:
G = m x g
dimana:
G = gaya berat dalam kilogram gaya (kgf)
M = massa dalam kilogram massa (kgm)
G = gaya gravitasi dalam m/det2
-
6
Dalam hal ini:
Karena nilai massa untuk satuan SI (kg) dan satuanMKS (kgm) adalah sama
maka, Pers awal dapat subtitusikan kedalam Pers. Akhir yang menghasilkan:
Atau:
K g f = g N
dimana :
g = 9,81 m/det2
1.2 Jenis Fluida Fluida pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar berdasarkan sifatnya, yaitu
fluida cairan dan fluida gas. Fluida diklasifikasikan atas 2, yaitu:
1. Fluida Newton: Dalam fluida Newton terdapat hubungan linier antara besarnya
tegangan geser diharapkan dan laju perubahan bentuk yang diakibatkan.
2. Fluida non Newton: Disini terdapat hubungan yang tak linier antara besarnya
tegangan geser yang diterapkan dengan laju perubahan bentuk sudut.
Namun, dapat pula kita klasifikasikan berdasarkan hal berikut;
a. Berdasarkan kemampuan menahan tekanan:
Fluida incompressible (tidak termampatkan), yaitu fluida yang tidak dapat
dikompressi atau volumenya tidak dapat ditekan menjadi lebih kecil
sehingga r-nya (massa jenisnya) konstan.
-
7
Fluida compressible (termampatkan), yaitu fluida yang dapat dikompressi
atau volumenya dapat ditekan menjadi lebih kecil sehingga r-nya (massa
jenisnya) tidak konstan.
b. Berdasarkan struktur molekulnya:
Cairan: Fluida yang cenderung mempertahankan volumenya karena terdiri
atas molekul-molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat
dan fluida cairan praktis tak compressible.
Gas: Fluida yang volumenya tidak tertentu karena jarak antar molekul-
molekul besar dan gaya kohesifnya kecil sehingga gas akan memuai bebas
sampai tertahan oleh dinding yang mengukungnya. Pada fluida gas,
gerakan momentum antara molekulnya sangat tinggi, sehingga sering
terjadi tumbukan antar molekul.
c. Berdasarkan tegangan geser yang dikenakan:
Fluida Newton adalah fluida yang memiliki hubungan linear antara
besarnya tegangan geser yang diberikan dengan laju perubahan bentuk
yang diakibatkan.
Fluida non Newton adalah fluida yang memiliki hubungan tidak linear
antara besarnya tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sudut.
d. Berdasarkan sifat alirannya:
Fluida bersifat Turbulen, dimana alirannya mengalami pergolakan
(berputar-putar).
Fluida bersifat Laminar (stream line), dimana alirannya memiliki lintasan
lapisan batas yang panjang, sehingga dikatakan juga aliran berlapis-lapis.
-
8
1.3 Parameter Fluida a. Densitas
Kerapatan cairan adalah suatu ukuran dari konsentrasi massa dan dinyatakan
dalam bentuk massa tiap satuan volume. Oleh karena temperatur dan tekanan
mempunyai pengaruh (walaupun sedikit) maka kerapatan cairan dapat
didefinisikan sebagai: massa tiap satuan volume pada suatu temperatur dan
tekanan tertentu.
Kerapatan dari air pada tekanan standard/tekanan atmosfer (760 mm Hg) dan
temperatur 4oC adalah 1000 kg/m3.
Kerapatan relative (S) adalah suatu cairan (specific density) didefinisikan sebagai
perbandingan antara kerapatan dari cairan tersebut dengan kerapatan air.
Dengan demikian harga ( S ) tersebut tidak berdimensi. Walaupun temperatur dan
tekanan mempunyai pengaruh terhadap kerapatan namun sangat kecil sehingga
untuk keperluan praktis pengaruh tersebut diabaikan.
b. Viskositas
Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satusifatcairanyang
menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama
karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan.
-
9
Gambar 1.1 Perubahan bentuk akibat dari penerapan gaya-gaya geser tetap
Suatu cairan dimana viskositas dinamiknya tidak tergantung pada temperatur, dan
tegangan gesernya proposional (mempunyai hubungan liniear) dengan gradient
kecepatan dinamakan suatu cairan Newton.Perilaku viskositas dari cairan ini
adalah menuruti Hukum Newton untuk kekentalan.
Gambar 1.2. Perilaku viskositas cairan
Cairan Non Newton mempunyai tiga sub grup yaitu
i. Cairan dimana tegangan geser hanya tergantung pada gradient kecepatan
saja, dan walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradient
kecepatan tidak linier, namun tidak tergantung pada waktu setelah cairan
menggeser.
ii. Cairan dimana tegangan geser tidak hanya tergantung pada gradient
kecepatan tetapi tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada
kondisi sebelumnya.
-
10
iii. Cairan visco-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat pada elastis
dan cairan viskus.
c. Kompresibilitas
Kemampumampatan fluida adalah salah satu sifat fluida, yaitu seberapa mudah
volume dari suatu massa fluida dapat diubah apabila terjadi perubahan tekanan,
artinya seberapa mampu-mampatkah fluida tersebut. Sebuah sifat yang biasa
dipakai untuk mengetahui kemampu-mampatan fluida adalah modulus borongan
atau Bulk modulus, dengan simbol Ev. Rumusan Modulus Bulk yaitu :
Ev=(dp/(d/)) (T konstan)
Persamaan ini juga setara dengan rumus :
Ev=-(dp/((d)/)) (T konstan)
Perbedaan kedua persamaan diatas adalah terletak pada tanda koefisien. Koefisien
persamaan Modulus Bulk yang menggunakan data perubahan densitas bernilai
positif karena semakin besar gaya tekan yang didapat maka fluida akan semakin
padat atau densitasnya naik. Sedangkan Koefisien persamaan Modulus Bulk yang
menggunakan data perubahan volume bernilai negatif karena semakin besar gaya
tekan yang di dapat fluida akan mengalami pengurangan volume.
Dari hasil nilai modulus yang kita dapat, maka dapat kita analisis bahwa semakin
besar nilai Modulus Bulk, maka hal ini menunjukan bahwa fluida tersebut relatif
tidak mampu mampat atau cenderung inkompresibel. Tidak mampu mampat
artinya dibutuhkan perubahan tekanan yang besar untuk menghasilkan perubahan
volume yang kecil.Contoh fluida yang memiliki Modulus Bulk yang besar adalah
air. Dibutuhkan tekanan sebesar 210 atm hanya untuk memampatkan volume air
sebesar 1%. Semakin kecil Modulus maka fluida tersebut semakin mudah untuk
dimampatkan.
Lalu bagaimanakah tingkat kompresibilitas pada gas ideal?. Secara fisis dapat
diartikan bahwa kompresibilitas gas ideal hanya tergantung pada perubahan
tekanan dan tidak tergantung pada perubahan volumenya. Tekanan besar
-
11
kompresibilitas gas ideal besar dan sebaliknya tekanan kecil kompresibilitasnya
juga kecil. Pada tekanan yang besar yang menyebabkan kompresibilitas besar
tidak berarti gas ideal menjadi gas yang inkompresibel. Besar disini relatif
terhadap kompresibilitas yang kecil pada tekanan yang kecil, karena
kompresibilitas gas ideal yang besar masih sangat jauh lebih kecil dari
kompresibilitas air yang nilainya sebagai berikut :
2,15 x 10 +9 (N/m2) = 2,15 x 10+9 Pa 2,15 x 10+4 atm
Catatan 1 N/m2 = 1 Pa dan 1 atm 1,01 x 105 Pa.
Dari perbandingan data tersebut kita dapat ambil kesimpulan bahwa air adalah
pembanding yang digunakan sebagai standar kompresibilitas dari fluida lain.
Contoh fluida yang dianggap gas ideal adalah udara.Hal ini berdasarkan pada
sifat-sifatnya yang mendekati sifat gas ideal yaitu untuk 1 tekanan atm terjadi
pengurangan 1 % pada volume udara tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perubahan volume yang kecil pada gas dalam kondisi ditekan dengan tekanan
yang sangat besar dapat menyebabkan perubahan tekanan yang besar.
Kebalikan dari koefisien kompresibilitas (Ev) disebut isothermal kompresibilitas
() yang dirumuskan sebagai berikut :
=1/
=((d/)/dp)_(T konstan)
Nilai Kompresibilitas isothermal () suatu fluida menyatakan perubahan volume
atau densitas fraksional berhubungan dengan perubahan tekanan.Satuan
kompresibilitas isothermal adalah Pa-1.
Salah satu contoh pengaruh temperatur terhadap Bulk Modulus Elasticity atau
Koefisien Kompresibilitas air adalah pada temperatur kurang dari 600 C
kompresibilitas air mengecil dengan berkurangnya temperatur. Hal ini bisa
dijelaskan bahwa temperatur sangat mempengaruhi perubahan volume atau
densitas, dengan kata lain perubahan volume/densitas lebih besar dari pada
perubahan tekanan. Kondisi serupa terjadi pada temperatur yang lebih besar dari
-
12
600 C, dan nilai koefisien kompresibilitas maksimum terjadi pada suhu sekitar
600 C, ini berarti perubahan tekanannya lebih besar dari pada perubahan volume.
Seperti yang kita tahu bahwa secara umum perubahan densitas suatu fluida sangat
ditentukan oleh perubahan temperatur daripada oleh tekanan, sebagai contoh:
fenomena kenaikan massa udara (gerakan konveksi), arus laut (upwelling),
kenaikan asap pada cerobong dan fenomena lain. Ukuran variasi densitas fluida
trehadap temperatur pada tekanan konstan disebut koefisien pengembangan
volume (the coefficient of volume expansion), yg didefinisikan sebagai berikut :
=1/ ((d)/dT)_(P konstan)
Persamaan tersebut setara dengan rumus berikut :
=-1/ (d/dT)_(P konstan)
Perbedaan kedua persamaan diatas adalah terletak pada tanda koefisien. Koefisien
persamaan pengembangan volume yang menggunakan data perubahan volume
bernilai positif karena semakin besar gaya pengembang yang didapat maka fluida
akan semakin meregang atau volumenya bertambah. Sedangkan Koefisien
persamaan pengembangan volume yang menggunakan data perubahan densitas
bernilai negatif karena semakin besar gaya pengembang yang di dapat maka fluida
akan mengalami pengurangan densitas.
Nilai yang besar menunjukkan bahwa fluida tersebut cenderung merupakan
fluida yang mampu dimampatkan dan yang kecil biasanya terdapat pada fluid
yang tak mampu dimampatkan. Walau demikian nilai bukan merupakan
indikator untuk menentukan fluida kompresibel atau tidak kompresibel, karena
besar atau kecilnya nilai merupakan ukuran relatif. Dari dua jenis atau lebih
fluida yang kompresibel dapat mempunyai nilai yang berbeda, dimana satu
fluida dapat lebih besar drpd fluida lainnya. Demikian pula pada berbagai fluida
inkompresibel.
-
13
1.4 Jenis Aliran Fluida
Pada bagian ini kita akan meninjau kasus fluida bergerak/mengalir. Normalnya,
ketika kita meninjau keadaan gerak dari suatu sistem partikel, kita akan berusaha
memberikan informasi mengenai posisi dari setiap partikel sebagai fungsi waktu.
Tetapi untuk kasus fluida ada metode yang lebih mudah yang dikembangkan
mula-mula oleh Euler. Dalam metode ini kita tidak mengikuti pergerakan masing-
masing partikel, tetapi kita memberi informasi mengenai keadaan fluida pada
setiap titik ruang dan waktu. Keadaan fluida pada setiap titik ruang dan untuk
seluruh waktu diberikan oleh informasi mengenai massa jenis (~r, t) dan
kecepatan fluida ~v(~r, t). Aliran fluida dapat dikategorikan menurut beberapa
kondisi
a. Bila vektor kecepatan fluida di semua titik ~v =~(~r) bukan merupakan
fungsi waktu maka alirannya disebut aliran tetap (steady), sebaliknyabila
tidak maka disebut aliran tak tetap (non steady).
b. Bila di dalam fluida tidak ada elemen fluida yang berotasi relative
terhadap suatu titik maka aliran fluidanya disebut alira irrotasional,
sedangkan sebaliknya disebut aliran rotasional.
c. Bila massa jenis adalah konstan, bukan merupakan fungsi ruang dan
waktu, maka alirannya disebut aliran tak termampatkan, sebaliknya akan
disebut termampatkan.
d. Bila terdapat gaya gesek dalam fluida maka alirannya disebut aliran kental,
sedangkan sebaliknya akan disebut aliran tak kental. Gaya gesek ini
merupakan gaya-gaya tangensial terhadap lapisan-lapisan fluida, dan
menimbulkan disipasi energi mekanik.
-
14
BAB II
PENGENALAN STATIKA FLUIDA (HIDROSTATIS)
2.1 Konsep Tekanan
Sebuah gaya yang bekerja pada sebuah permukaan fluida akan selalu tegak lurus
pada permukaan tersebut. Karena fluida yang diam tidak dapat menahan
komponen gaya yang sejajar dengan permukaannya. Komponen gaya yang sejajar
dengan permukaan fluida akan menyebabkan fluida tadi bergerak mengalir.
Karena itu kita dapat mendefinisikan suatu besaran yang terkait dengan gaya
normal permukaan dan elemen luasan permukaan suatu fluida.
Kita tinjau suatu fluida, dan kita ambil suatu bagian volume dari fluida itu dengan
bentuk sembarang, dan kita beri nama S. Secara umum akan terdapat gaya dari
luar S pada permukaannya oleh materi di luar S. Sesuai prinsip hukum Newton
ketiga, mestinya akan ada gaya dari S yang, sesuai pembahasan di atas, mengarah
tegak lurus pada permukaan S. Gaya tadi diasumsikan sebanding dengan elemen
luas permukaan d~S , dan konstanta kesebandingannya didefinisikan sebagai
tekanan.
Jadi arah F adalah tegak lurus permukaan, searah dengan arah dS , dan tekanan p
adalah besaran skalar. Satuan SI dari tekanan adalah pascal(Pa), dan 1 Pa = 1
N/m2.
2.2 Konsep Kesetimbangan dan Kesetimbangan Fluida Diam Dengan menggunakan hukum newton, kita dapat menurunkan persamaan yang
menghubungkan tekanan dengan kedalaman fluida:
p = po + gh
po adalah tekanan di permukaan.
-
15
Dengan memahami bahwa tekanan pada kedalaman h disebabkan oleh tekanan
udara luardan juga oleh gaya (berat) cairan yang berada di atasnya.
a. Hukum I Newton
Hukum ini menyatakan bahwa jika resultan gaya (jumlah vektor dari semua gaya
yang bekerja pada benda) bernilai nol, maka kecepatanbenda tersebut konstan.
Dirumuskan secara matematis menjadi:
Artinya :
Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada resultan gaya
yang tidak nol bekerja padanya.
Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah kecepatannya
kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Hukum pertama newton adalah penjelasan kembali dari hukum inersia yang sudah
pernah dideskripsikan oleh Galileo. Dalam bukunya Newton memberikan
penghargaan pada Galileo untuk hukum ini. Aristoteles berpendapat bahwa setiap
benda memilik tempat asal di alam semesta: benda berat seperti batu akan berada
di atas tanah dan benda ringan seperti asap berada di langit. Bintang-bintang akan
tetap berada di surga. Ia mengira bahwa sebuah benda sedang berada pada kondisi
alamiahnya jika tidak bergerak, dan untuk satu benda bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan konstan diperlukan sesuatu dari luar benda tersebut yang terus
mendorongnya, kalau tidak benda tersebut akan berhenti bergerak. Tetapi Galileo
menyadari bahwa gaya diperlukan untuk mengubah kecepatan benda tersebut
(percepatan), tapi untuk mempertahankan kecepatan tidak diperlukan gaya. Sama
dengan hukum pertama Newton: Tanpa gaya berarti tidak ada percepatan, maka
benda berada pada kecepatan konstan.
-
16
b. Hukum III Newton
Benda apapun yang menekan atau menarik benda lain mengalami tekanan atau
tarikan yang sama dari benda yang ditekan atau ditarik. Kalau anda menekan
sebuah batu dengan jari anda, jari anda juga ditekan oleh batu. Jika seekor kuda
menarik sebuah batu dengan menggunakan tali, maka kuda tersebut juga "tertarik"
ke arah batu: untuk tali yang digunakan, juga akan menarik sang kuda ke arah
batu sebesar ia menarik sang batu ke arah kuda.
Hukum ketiga ini menjelaskan bahwa semua gaya adalah interaksi antara benda-
benda yang berbeda, maka tidak ada gaya yang bekerja hanya pada satu benda.
Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, benda B secara bersamaan akan
mengerjakan gaya dengan besar yang sama pada benda A dan kedua gaya segaris.
Seperti yang ditunjukan di diagram, para peluncur es (Ice skater) memberikan
gaya satu sama lain dengan besar yang sama, tapi arah yang berlawanan.
Walaupun gaya yang diberikan sama, percepatan yang terjadi tidak sama.
Peluncur yang massanya lebih kecil akan mendapat percepatan yang lebih besar
karena hukum kedua Newton. Dua gaya yang bekerja pada hukum ketiga ini
adalah gaya yang bertipe sama. Misalnya antara roda dengan jalan sama-sama
memberikan gaya gesek.
Secara sederhananya, sebuah gaya selalu bekerja pada sepasang benda, dan tidak
pernah hanya pada sebuah benda. Jadi untuk setiap gaya selalu memiliki dua
ujung. Setiap ujung gaya ini sama kecuali arahnya yang berlawanan. Atau sebuah
ujung gaya adalah cerminan dari ujung lainnya.
Secara matematis, hukum ketiga ini berupa persamaan vektor satu dimensi, yang
bisa dituliskan sebagai berikut. Asumsikan benda A dan benda B memberikan
gaya terhadap satu sama lain.
Dengan
Fa,b adalah gaya-gaya yang bekerja pada A oleh B, dan
-
17
Fb,a adalah gaya-gaya yang bekerja pada B oleh A.
Newton menggunakan hukum ketiga untuk menurunkan hukum kekekalan
momentum, namun dengan pengamatan yang lebih dalam, kekekalan momentum
adalah ide yang lebih mendasar (diturunkan melalui teorema Noether dari
relativitas Galileo dibandingkan hukum ketiga, dan tetap berlaku pada kasus yang
membuat hukum ketiga newton seakan-akan tidak berlaku. Misalnya ketika
medan gaya memiliki momentum, dan dalam mekanika kuantum.
2.3 Pengenalan Tekanan Hidrostatis
Tekanan (p) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A).
Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau
gas.
Satuan tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan suhu. Semakin
tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan
semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suhu di
pegunungan lebih rendah dari pada di dataran rendah, karena di dataran rendah
tekanan lebih tinggi.
Akan tetapi pernyataan ini tidak selamanya benar atau terkecuali untuk uap air,
uap air jika tekanan ditingkatkan maka akan terjadi perubahan dari gas kembali
menjadi cair. (dikutip dari wikipedia : kondensasi). Rumus dari tekanan dapat juga
digunakan untuk menerangkan mengapa pisau yang diasah dan permukaannya
menipis menjadi tajam. Semakin kecil luas permukaan, dengan gaya yang sama
akan dapatkan tekanan yang lebih tinggi.
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air.Tekanan ini terjadi
karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan.
-
18
Tekanan sebuah cairan bergantung pada kedalaman cairan di dalam sebuah ruang
dan gravitasi juga menentukan tekanan air tersebut.
Hubungan ini dirumuskan sebagai berikut: "P = gh" dimana adalah masa jenis
cairan, g (10 m/s2) adalah gravitasi, dan h adalah kedalaman cairan.
-
19
BAB III
STATIKA FLUIDA (TEKANAN HIDROSTATIS)
3.1 Penurunan Tekanan Hidrostatis
Luas penampang persegi panjang, p xl, yang terletak pada kedalaman hdi bawah
permukaan zat cair. Volum zat cair di dalam balok =p xl xh, sehingga massa zat
cair di dalam balok adalah.
m = xV = xp xl xh
Berat zat cair di dalam balok
F = m g = p l h g
Tekanan zat cair di sembarang titik pada luas bidang yang diarsir adalah
Tekanan Hidrostatis zat cair (Ph) dengan massa jenis pada kedalaman h
dirumuskan dengan
Tekanan hidrostatis, Ph= g h
Dalam suatu fluida yang diam, setiap bagian dari fluida itu berada dalam keadaan
kesetimbangan mekanis. Kita tinjau sebuah elemen berbentuk cakram pada suatu
fluida yang berjarak y dari dasar fluida, dengan ketebalan cakram dy dan luasnya
A (lihat gambar).
-
20
Total gaya pada elemen cakram tadi harus sama dengan nol. Untuk arah
horizontal gaya yang bekerja hanyalah gaya tekanan dari luar elemen cakram,
yang karena simetri haruslah sama. Untuk arah vertikal, selain gaya tekanan yang
bekerja pada permukaan bagian atas dan bagian bawah, juga terdapat gaya berat,
sehingga
pA (p + dp)A dw = 0
dengan dw = gAdy adalah elemen gaya berat. Kita dapatkan
dp/dy = g
Persamaan ini memberikan informasi bagaimana tekanan dalam fluida berubah
dengan ketinggian sebagai akibat adanya gravitasi. Tinjau kasus khusus bila
fluidanya adalah cairan. Untuk cairan, pada rentang suhu dan tekanan yang cukup
besar, massa jenis cairan dapat dianggap tetap. Untuk kedalaman cairan yang
tidak terlalu besar kita dapat asumsikan bahwa percepatan gravitasi g konstan.
Maka untuk sembarang dua posisi ketinggian y1 dan y2, kita dapat
mengintegrasikan persamaan di atas
Atau
p2 p1 = g(y2 y1)
Bila kita pilih titik y2 adalah permukaan atas cairan, maka tekanan yang beraksi di
permukaan itu adalah tekanan udara atmosfer, sehingga
-
21
p = p0 + gh
dengan h = (y2 y1) adalah kedalaman cairan diukur dari permukaan atas. Untuk
kedalaman yang sama tekanannya sama.
Kasus lain adalah bila fluidanya adalah gas, atau lebih khusus lagi bila fluidanya
adalah udara atmosfer bumi. Sebagai titik referensi adalah permukaan laut
ketinggian nol), dengan tekanan p0 dan massa jenis 0. Kita asumsikan gasnya
adalah gas ideal yang mana massa jenisnya sebanding dengan tekanan, sehingga
Kamudian,
Atau
yang bila diintegralkan akan menghasilkan
-
22
3.2 Aplikasi Tekanan Hidrostatis a. Gaya Tekanan pada Bidang Datar yang Terendam Air
Dipandang suatu bidang datar berbentuk segi empat yang terletak miring dengan
sudut terhadap bidang horisontal (muka zat cair). Bidang tersebut terendam
dalam zat cair diam dengan berat jenis . Dicari gaya hidrostatis pada bidang
tersebut dan letak titik tangkap gaya tersebut pada bidang. Apabila luas pias
adalah dA, maka besarnya gaya tekanan pada pias tersebut adalah:
dF = p dA
dF = h dA
karenah = y sin ,maka:
dF = y sin dA
gaya tekanan total adalah:
F = = sin
Dengan adalah momen statis bidang A terhadap sumbu x yang besarnya
sama dengan A yo, dimana yo adalah jarak pusat berat luasan (bidang) terhadap
sumbu x. Sehingga:
-
23
F = y sin A yo
F = A yho atau F = A po
Dengan:
F : Gaya tekanan hidrostatis
A : luas bidang tekanan
po: tekanan hidrostatis pada pusat berat bidang
ho : jarak vertical antara pusat berat benda dan permukaan zat cair
b. Gaya Tekanan pada Bidang Lengkung yang Terendam Air
Gaya hidrostatik pada bidang lengkung dengan fungsi tertentu dapat ditentukan
sebagai berikut:
Besarnya gaya hidrostatik, juga dapat diuraikan dalam arah horisontal ( H F ) dan
arah vertikal ( V F ), dan dinyatakan sebagai berikut:
-
24
-
25
BAB IV
STATIKA FLUIDA (KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG)
4.1 Prinsip dan Komponen Kesetimbangan Benda Terapung
Di dalam bab terdahulu telah dipelajari bahwa benda yang terendam di dalam zat
cair mengalami tekanan pada permukaannya. Komponen horisontal gaya teknan
yang bekerja pada benda adalah sama tetapi berlawanan arah sehingga makin
menghilangkan. Gaya tekanan vertikal yang bekerja pada benda yag terendam
tidak saling meniadakan. Komponen gaya vertikal kebawah yang ditimbulkan
oleh zar cair bekerja pada permukaan atas benda, sedangkan komponen ke atas
bekerja pada permukaan bawah benda. Karena tekanan tiap satuan luas bertambah
dengan kedalaman, maka komponen arah ke atas lebih besar dari komponen arah
ke bawah; dan resultannya adalah gaya yang ke atas yang bekerja pada benda.
Gaya ke atas ini disebut juga gaya apung. Benda terapung seperti kapal,
pelampung, dsb menggunakan prinsip terapung.
Selain mengalami gaya apung dengan arah ke atas, benda juga mempunyi gaya
berat dengan arah berlawanan ke arah
bawah. Oleh karena itu, kedua gaya
tersebut bekerja pada arahyang
berlawanan, maka harus dibandingan
besar kedua gaya tersebut. Apabila
gaya berat lebih besar dari gaya
apung,bnda akan tenggelam. Jika gaya
berat lebih kecil dari gaya apung,
benda akan megapung.
-
26
Hukum Archimedes
Hukum Archimedes (285-212 SM) menyatakan bahwa benda yang terapung atau
terendam dalam zat cair akan mengalami gaya apung sebesar berat zat cair yang
dipindahkan oleh benda tersebut. Hukum Archimedes dapat diterangkan dengan
memandang suatu benda sembarang yang terendam dalam zat cair diam.
Setiap gaya hidrostatik tegak lurus bidang kerja
F0, F1, F2
Gaya F0 mempunyai padanan :
- F1 untuk arah vertikal
- F2 untuk arah horizontal
Komponen arah horizontal F0 dan F2 saling meniadakan
Komponen arah vertikal F0 dan F1 sebesar
dF = (h0-h1)dAx
= db x dAx x
Sehinggan gaya total yang bekerja pada benda terendam di air adalah F = V x
F disebut gaya archimedes dan V adalah volume cairan yang di pindahkan benda
yang terendam.
4.2 Kesetimbangan/Stabilitas Benda Terapung
Suatu benda dikatakan stabil bila benda tersebut tidak terpengaruh oleh ganguan
kecil (gaya) yang mencoba membuatnya tidak seimbang. Bila sebaliknya benda
itu dikatakan dalam keadaan tidak stabil atau labil. Suatu benda terapung dalam
keseimbangan stabil apabila pusat beratnya berada dibawah pusat apung . Benda
terapung dengan kondisi tertentu dapat pula dalam keseimbangan stabil meskipun
pusat beratnya berada di atas pusat apung. Gambar 1.1 menunjukkan tampang
lintang suatu benda berbentuk kotak yang terapung di atas permukaan air. Pusat
apung B adalah sama dengan pusat berat dari bagian benda yang berada di bawah
-
27
permukaan air seperti ditunjukkan gambar 1.1. Pusat apung tesebut berada
vertikal di bawahpusat berat G. Perpotongan antara sumbu yang melalui titik B
dan G dengan bidang permukaan zat cair dan dasar benda adalah titik P dan O
(gambar 1.1A)
Apabila benda digoyang (posisi miring) terhadap sumbu melalui P dari
kedudukan seimbang, titik B akan berpindah pada posisi baru B , seperti yang
ditunjukkan dalam gambar (1.1B).Sudut kemiringan benda terhadap bidang
permukaan zat cair adalah . Perpindahan pusat apung ke titik B terjadi karena
volume zat cair yang dipindahkan mempunyai bentuk yang berbeda pada waktu
posisi benda miring. Dalam gambar (1.1b),titik metasentrum M adalah titik
potong antara garis vertikal melalui B dan perpanjangan garis BG. Titik ini
digunakan sebagai dasar di dalam menentukan stabilitas benda terapung. Pada
gambar (1.1B), apabila titik M berada di atas G, gaya FB dan FG akan
menimbulkan momen yang berusaha untuk mengembalikan benda pada
kedudukan semula, dan benda disebut dalam kondisi stabil. Sebaliknya, apabila M
berada di bawah G, momen yang ditimbulkan oleh FB dan FG akan
menggulingkan benda sehingga benda tidak stabil. Sedang jika M berimpit dengan
G maka benda dalam keseimbangan netral. Dengan demikian jarak MG dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi stabilitas. Apabila MG positif (M di atas G)
maka benda akan stabil.Semakin besar nilai MG, semakin besar pula stabilitas
terapung. Jika MG negatif (M di bawah G) maka benda adalah tidak stabil. Jarak
MG disebut dengan tinggi metasentrum.
(a) (b) Gambar 1.1
-
28
Setelah benda digoyang, di sebelah kanan sumbu simetris terjadi tambahan gaya
apung sebesar dFB dan disebelah kiri terjadi pengurangan sebesar dFB. Apabila
ditinjau suatu elemen dengan luas tampang dA dan terletak pada jarak x dari
sumbu simetris, maka penambahan gaya apung adalah :
dFB = x tg dA
dengan x tg dalah tinggi elemen.
Momen kopel:
dM = x dF3 = x(x tg dA ) atau dM = x2 x tg dA
Momen total M = tg x2 dA
Dengan x2 dA adalah momen inersia tampang lintang benda terapung yang
terpotong muka air terhadap sumbu rotasi, I0, sehingga bentuk diatas menjadi :
M = tg I0
Selain itu momen yang ditimbulkan oleh gaya apung terhadap sumbu simetris
adalah :
M : FB x BM sin
M : V x BM sin
Dengan V adalah volume air yang dipindahkan
V x BM sin = tg I
Untuk nilai kecil
Sin = tg , maka BM = I/V
#catatan: I adalah momen inersia tampang benda yang terpotong muka air
Tinggi metasentrum
GM = BM BG
m =
- BG
-
29
m disebut tinggi metasentrum dan I adalah momen inersia benda yang terpotong
muka air, V adalah volume air yang di pindahkan benda, G adalah pusat berat
benda, B adalah pusat gaya apung. Benda dalam keseimbangan stabil jka nilai m
positif, dan dalam seimbanga labil jika nilai m negatif. Nilai BG positif jika G
diatas B, nilai BG negatif jika G di bawah B. Jadi jika G di bawah B, maka benda
selau seimbang dan stabil.
4.3 Penurunan Formula Kesetimbangan Benda Terapung
Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa.
Jadi, Fa = F2 F1 karena F2> F1
= f g A h2 f g A h1
= f g A (h2 h1)
= f g A h, sebab h2 h1 = h
= f g Vbf, sebab A h = Vbf, adalah volum silinder yang tercelup
dalam fluida
Perhatikan f Vbf = mf, adalah massa fluida yang dipindahkan oleh bendafVbf g =
mf g adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Jadi, gaya apungFa
yangdikerjakan fluida pada benda sama dengan berat fluida yang dipindahkan
oleh benda. Pernyataan ini berlaku untuk semua bentuk benda, dan telah
dinyatakan sebelumnya sebagai Hukum Archimedes.Rumus :
Fa = mf g
Fa = f Vbfg
Denganf adalah massa jenis fluida dan Vbfadalah volum benda yang tercelup
dalam fluida. Catatan : Hukum archimedes berlaku untuk semua fluida (zat cair
dan gas).
-
30
4.4 Penerapan Kesetimbangan Benda Terapung
a) Hidrometer
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis cairan. Nilai
massa jenis cairan dapat diketahui dengan membaca skala pada hidrometer yang
ditempatkan mengapung pada zat cair. Misalnya, dengan mengetahui massa jenis
susu, dapat ditentukan kadar lemak dalam susu. Dengan mengetahui massa jenis
zat cairan anggur, dapat ditentukan kadar alkohol dalam cairan anggur.
Hidrometer juga umum digunakan untuk memeriksa muatan aki
mobil.Hidrometer terbuat dari tabung kaca.Supaya tabung kaca terapung tegak di
dalam zat cair, bagian bawah tabung dibebani dengan butiran timbal.Diameter
bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volum zat cair yang
dipindahkan hidrometer lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya apung
yang lebih besar hingga hidrometer dapat mengapung di dalam zat cair. Dasar
matematis prinsip kerja hidrometer adalah sebagai berikut. Hidrometer terapung
di dalam cairan, sehingga berlaku gaya ke atas = berat hydrometer
Vbff= w, dengan berat hydrometer w tetap
(Ahbf) f g =m g, sebab Vbf = Ahbf
Persamaan hydrometer
Massa hidrometer m dan luas tangkai A adalah tetap, sehingga tinggi tangkai yang
tercelup di dalam cairan hbf berbanding terbalik dengan massa jenis cairan f . Jika
massa jenis cairan kecil (f kecil), tinggi hidrometer yangtercelup di dalam cairan
-
31
besar (hbf besar). Akan didapat bacaan skala yang menunjukan angka yang lebih
kecil.
b) Kapal laut
Massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut. Badan kapal yang
terbuat dari besi dibuat berongga.Ini menyebabkan volum air laut yang
dipindahkan oleh badan kapal menjadi sangat besar. Gaya apung sebanding
dengan volum air yang dipindahkan, sehingga gaya apung menjadi sangat besar.
Gaya apung ini mampu mengatasi berat total kapal sehingga kapal laut
mengapung di permukaan laut. Jika dijelaskan berdasarkan konsep massa jenis,
maka massa jenis rata rata besi berongga dan udara yang menempati rongga
masih lebih kecil daripada massa jenis air laut. Itulah sebabnya kapal mengapung.
-
32
c) Kapal Selam
Sebuah kapal selam memiliki tangki pemberat yang terletak di antara lambung
sebelah dalam dan lambung sebelah luar.Tentu saja udara lebih ringan daripada
air.Mengatur isi tangki pemberat berarti mengatur berat total kapal. Sesuai dengan
konsep gaya apung, maka berat total kapal selam akan menentukan apakah kapal
akan mengapung atau menyelam.
d) Balon udara
Seperti halnya zat cair, udara juga melakukan gaya apung pada benda. Gaya
apung yang dilakukan udara pada benda sama dengan berat udara yang
-
33
dipindahkan oleh benda. Prinsip gaya apung yang dikerjakan udara inilah yang
dimanfaatkan pada balon udara. Prinsip kerjanya sebagai berikut. Mula mula
balon diisi dengan gas panas sehingga balon menggelembung dan volumnya
bertambah. Bertambahnya volum balon berarti bertambah pula volum udara yang
dipindahkan oleh balon. Ini berarti, gaya apung bertambah besar. Suatu saat gaya
apung sudah lebih berat daripada berat total balon sehingga balon mulai bergerak
naik.
-
34
BAB V
KINEMATIKA FLUIDA
5.1 Garis dan Fungsi Alir
Suatu pola aliran adalah suatu karakteristik dari garis-garis di dalam batas
alirannya yang disebut garis-garis arus.
(a) Garis-garis arus
(b) garis arus
(c) pipa arus
Gambar 3.1 Suatu pola aliran, garis arus dan pipa arus
Garis arus adalah suatu garis lurus atau melengkung yang dibentuk oleh gerak
partikel cairan sedemikian sehingga garis singgung pada tiap-tiap titiknya
merupakan vector kecepatan pada titik tersebut. Karena arah kecepatan
menyinggung garis arus tersebut maka tidak akan ada aliran yang memotong garis
tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan dengan memisalkan suatu aliran dari suatu
tanki melalui suatu lubang di salah satu sisinya seperti pada gambar 3.1.a. Pada
gambar tersebut ditunjukkan sket pada lima titik pada posisi yang berbeda-beda
yaitu posisi a, b, c, d dan e.
Karena tidak ada aliran yang akan menembus dinding dandasar tanki yang kedap
air, maka semua garis arus yangberada di dekat dinding harus sejajar dengan batas
kedapair tersebut. Oleh karena itu vektor kecepatan d dan epada gambar 3.1.a.
sejajar dengan dasar dan dindingsaluran. Selama partikel cairan bergerak pada
arah garisarus tersebut maka perpindahannya sejauh ds mempunyaikomponen dx,
-
35
dy dan dz dan mempunyai arah dari vektorkecepatanVyang mempunyai
komponen kecepatan u, vdan diarah x, y, dan z.
Dari gambar 3.1.b. dapat dilihat persamaan garis arusadalah :
(3.31)
Garis arus (streamline) adalah kurva khayal yang ditarik di dalam aliran zat cair
untuk menunjukkan arah gerak di berbagai titik dalam aliran dengan mengabaikan
fluktuasi sekunder yang terjadi akibat turbulensi. Partikel-partikel zat cair pada
pergerakannya akan bergerak melalui suatu garis lintasan (path line) tertentu.
Koordinat partikel A(x,y,z) pada waktu t1, adalah tergantung pada koordinat
awalnya (a,b,c) pada waktu to. Oleh karena garis lintasan sulit di Gambarkan
untuk masing-masing partikel, maka untuk menggambarkan gerakan fluida
dikenalkan suatu karakteristik aliran yaitu kecepatan (v) dan tekanan (p).
Garis singgung yang dibuat di sembarang titik pada lintasan partikel menunjukkan
arah arus dan kecepatan partikel zat cair tersebut.
Garis arus tidak akan saling berpotongan atau bertemu. Apabila sejumlah arus
ditarik melalui setiap titik di sekeliling suatu luasan kecil maka akan terbentuk
suatu tabung arus (streamtubes). Oleh karena tidak ada aliran yang memotong
-
36
garis arus, maka zat cair tidak akan keluar melalui diding tabung. Aliran hanya
akan masuk dan keluar melalui kedua ujung tabung arus. Gambar dibawah ini
menunjukkan suatu tabung arus.
5.2 Kecepatan dan Percepatan Alir
Percepatan partikel zat cair yang bergerak didefinisikan sebagai lajuperubahan
kecepatan. Laju perubahan kecepatan ini bisa disebabkan olehperubahan geometri
medan aliran atau karena perubahan waktu. Dipandang suatualiran melalui curat
dengan tampang lintang mengecil dari sebuah tangki sepertitampak pada Gambar
ini:
Apabila tinggi muka air dari sumbu curat adalah tetap, maka aliran melalui
curatakan permanen dan kecepatan pada suatu titik adalah tetap terhadap waktu.
Tetapikarena adanya pengecilan tampang curat, maka aliran disepanjang curat
akandipercepat. Perubahan kecepatan karena adanya perubahan tampang aliran
disebut dengan percepatan konveksi. Apabila tinggi muka air berubah (bertambah
atauberkurang) maka kecepatan aliran di suatu titik dalam curat akan berubah
denganwaktu, yang berarti aliran di titik tersebut mengalami percepatan.
Percepatan inidisebut dengan percepatan lokal yang terjadi karena adanya
-
37
perubahan aliranmenurut waktu. Dengan demikian apabila permukaan zat cair
selalu berubah makaaliran di dalam curat akan mengalami percepatan konveksi
dan lokal. Gabungandari kedua percepatan tersebut dikenal dengan percepatan
total, dan aliran yangterjadi merupakan aliran tak mantap.
Perhatikan Gambar 5.5 yang menunjukan lintasan dari gerak partikel zatcair.
Partikel tersebut bergerak dar titik O sampai ke titik P. Panjang lintasan OPadalah
ds. Di titik O kecepatan partikel adalah V dan di titik P kecepatannyamenjadi
V+dV. Selama gerak tersebut kecepatan partikel tidak tetap, tetapiberubah dengan
waktu dan ruang.
Secara matematis dapat ditulis :
V = V (t, s) ... (5.1)
Percepatan partikel selam gerak tersebut adalah :
(5.2)
Diferensial dV ditulis dalam bentuk diferensial parsiil :
(5.3)
-
38
Substitusi persamaan (5.3) ke dalam persamaan (5.2) dan karena V = ds/dt maka
didapat:
(5.4)
Dimana dV/dt merupakan percepatan total yang terdiri dari percepatan lokaldan
percepatan konveksi.
-
39
BAB VI
DINAMIKA FLUIDA I
(Hukum II Newton, Persamaan Momentum Fluida, Pengenalan Volume Atur)
Banyak persoalan praktis di bidang mekanika fluida yang membutuhkan analisis
perilaku dari isi sebuah daerah terhingga (sebuah volume atur). Misalnya;
menghitung gaya penahan yang dibutuhkan untuk menahan mesin jet
padatempatnya selama suatu pengujian, memperkirakan berapa besar daya yang
diperlukan untuk memindahkan air dari satu tempat ke tempat lainnya yang lebih
tinggi dan berjarak beberapa mil jauhnya. Dasar-dasar dari metode analisis
iniadalah beberapa prinsip dasar fisika, yaitu kekekalan massa, hukum kedua
Newton tentang gerak. Jadi seperti yang bisa diperkirakan, teknik-teknik
gabungan tersebut sangat berdaya guna dan dapat diterapkan pada berbagai
macam kondisi mekanika fluida yang memerlukan penilaian keteknikan.
Hukum kedua Newton dari gerak sebuah sistem adalah:
Karena momentum adalah massa dikalikan dengan kecepatan, maka momentum
dari sebuah partikel kecil adalah . Jadi, momentum dari seluruh sistem
adalah dan hukum Newton menjadi:
Sistem koordinat atau acuan apapun di mana pernyataan ini berlaku disebut
inersial. Sebuah sistem koordinat yang tetap adalah inersial. Sebuah koordinat
sistem yang bergerak dalam sebuah garis lurus dengan kecepatan konstan, (tanpa
percepatan), juga inersial. Kita selanjutnya mengembangkan rumus untuk volume
atur bagi hukum yang penting ini. Apabila sebuah volume atur berimpit dengan
Laju perubahan
terhadap waktu dari
momentum linier
Jumlah dari gaya-
gayaluar yang
bekerja pada sistem
=
-
40
sebuah sistem pada suatu saat, gaya-gaya yang bekerja pada sistem tersebut dan
gaya-gaya yang bekerja pada kandungan dari volume atur yang berimpit (lihat
gambar 4.2) dalam sesaat menjadi identik, artinya:
Lebih lanjut lagi, untuk sebuah sistem dan kandungan volume atur yang berimpit
yang tetap dan tidak berdeformasi, teorema transport Reynolds memungkinkan
kita untuk menyimpulkan bahwa:
Atau
Suku momentum linier pada persamaan momentum memerlukan penjelasan yang
sangat cermat. Di sini akan di perjelas arti penting fisiknya dalam subbab-subbab
berikutnya.
Gambar: Gaya-gaya luar yang bekerja pada system dan volume atur
-
41
BAB VII
DINAMIKA FLUIDA II
7.1 Persamaan Kontinuitas
Salah satu penerapan konsep volume kontrol yang palingsederhana adalah
penurunan persamaan kontinuitas, yaitupersamaan yang menyatakan bahwa di
dalam aliran cairantermampatkan (compressible) jumlah aliran tiap satuanwaktu
adalah sama di semua penampang di sepanjangaliran. Penurunan
persamaankontinuitas dapat dilakukandengan menerapkan hukum ketetapan
masa pada konsepvolume kontrol.Hukum ketetapan masa menyatakan bahwa
masa di dalamsuatu sistem aliran akan tetap menurut waktu, yaitu:
dimana m adalah jumlah masa di dalam sistem.Misalkan H adalah jumlah masadi
dalam sistem dan h adalah
maka persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut:
Kemudian, untuk mencari harga , dapat digunakan suatu volume
kontrol yang berbentuksuatu pipa arus seperti pada gambar berikut ini:
-
42
7.2 Persamaan Energi (Bernoulli)
Salah satu persamaan fundamental dalam persoalan dinamika fluida adalah
persamaan Bernoulli. Persamaan ini memberi hubungan antara tekanan, kecepatan
dan ketinggianpada titik-titik sepanjang garis alir. Penurunan persamaan Bernoulli
dapat dilakukan dengan menggunakan hukum kekekalan energi, dalam hal ini
kerja total (net-work) samadengan perubahan energi mekanik total yaitu
perubahan energi kinetik ditambahperubahan energi potensial. Fluida dinamika
yang memenuhi hukum Bernoulli adalah fluida ideal yang karakteristiknya;
mengalir dengan garis-garis arus atau aliran tunak, takkompresibel dan tak kental.
Gambar Aliran Fluida dengan Ketinggian Berbeda
Hukum Pertama termodinamika untuk sebuah sistem dinyatakan dengan kata-kata
adalah:
-
43
Dalam bentuk simbolik, pernyataan ini menjadi:
Atau
-
44
BAB VIII
DINAMIKA FLUIDA III
Venturimeter
Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang berfungsi
untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukanbesaran
aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U. Venturi
Meter memiliki kerugian karena harganya mahal, memerlukan ruangan yang besar
dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah.
Untuk sebuah venturi meter tertentu dan sistem manometer tertentu, kecepatan
aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan aliran berubah maka
diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan pembacaan yang akurat
atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan aliran maksimum yang
baru.Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu :
a. Bagian Inlet
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa
atau cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet Cone
Bagian yang berbentuk seperti kerucut, yang berfungsi untuk menaikkan tekanan
fluida.
-
45
c. Throat (leher)
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir bagian ini berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran
yang keluar dari inlet cone.
Outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal.
Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang
disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil
kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat
pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida
akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone.
Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan
pada Outlet cone ini tekanan kembali normal. Jika aliran melalui venturi meter itu
benar-benar tanpa gesekan, maka tekanan fluida yang meninggalkan meter
tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki meteran dan keberadaan
meteran dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan kehilangan tekanan yang
bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet
cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen
dalam sebuah meteran yang dirancangan dengan tepat. Rumusnya:
Hubungan antara v1 dan v2 dapat diperoleh dari persamaanKontinuitas. Bila luas
penampang pada titik (1) adalah A1 dan pada titik (2) adalah A2 maka :
-
46
Bila dimasukkan dalam persamaan Bernoulli diperoleh :
Sebuah alat venturi meter digunakan seorang siswa untuk mengukur kecepatan
aliran air dalam pipa.Ternyata perbedaan tinggi air pada pipa penampang besar
dan kecil 10 cm. Jika perbandingan luas penampang besar dan kecil adalah 3:1.
Berapa kecepatan aliran air pada penampang yang besar dan kecil.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (8.20) :
-
47
-
48
DAFTAR PUSTAKA
Fishbane, Paul M, et.al. (2005). Physics for Scientists and Engineers with Modern
Physics. New Jersey: Pearson Educational Inc.
Halliday, D., Resnick, R. (1997). Physics , Terjemahan: Patur Silaban dan Erwin
Sucipto. Jakarta: Erlangga.
Serway, R.A & John W. Jewett. (2004). Physics for Scientists and Engineers.
Thomson Brooks/Cole.
Tipler, P.A. (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Triatmodjo, Bambang. 1996. Hidraulika I (Edisi II). Beta Offset: Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidraulika II. Beta Offset: Yogyakarta.