budidaya tambak ramah mangrove sebagai sarana … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik...

12
369 Budidaya tambak ramah mangrove ... (Brata Pantjara) BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA TEACHING FARM Brata Pantjara, Indra Jaya Asaad, dan Rachmansyah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Pengembangan tambak di Indonesia terus meningkat, kondisi ini menyebabkan berkurangnya luasan lahan mangrove di kawasan pesisir. Mengingat peranan mangrove cukup penting terutama dalam menjaga ekosistem seperti keanekaragaman satwa, menciptakan iklim mikro, membantu laju sedimentasi dan abrasi serta banyak manfaat lainnya, maka dimasa yang akan datang budidaya tambak yang ramah mangrove perlu mendapat perhatian yang serius, karena manfaatnya cukup besar baik bagi pelajar, mahasiswa dan peneliti serta sebagai sarana eko wisata baru. Pengelolaan mangrove untuk budidaya perikanan bertujuan untuk menghasilkan komoditas yang dibudidaya dan melestarikan keanekaragaman hayati serta menciptakan tambak ramah mangrove yang berkelanjutan. Studi ini dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Hasil survei dilaporkan bahwa mangrove yang ditanam sejak 11 tahun silam pada luasan 20 ha telah teridentifikasi sebanyak 517 pohon dari 4 spesies yaitu R. mucronata, R. apiculata , A.alba, Ceriops sp. Vegetasi mangrove R. mucronata mendominasi sebanyak 73,33 % pada setiap pengamatan. Dua spesies lain yaitu Avicienna alba dan Ceriops sp. teridentifikasi kurang 10%. Total nilai penting maksimum (300) didominasi oleh R. mucronata yaitu 254.33 dan jenis lainnya berada dibawah 25. Pada belta telah didominasi R. mucronata (312). Pada Tingkat kategori semai, total tegakan sebesar 41 tegakan terdiri dari R.mucronata 31 pohon, A. alba 4 pohon dan R. apiculata 6 pohon. Nilai kerapatan, frekuensi dan penutupan relative jenis R. Mucronata >70%. Vegetasi lainnya yang dijumpai adalah drujon/ Jeruju (Acanthus ilicifolius ) dan pohon waru ( Hibiscus tiliaceus ). Jenis ikan yang teridentifikasi cukup beragam (>10 jenis ikan). Beberapa jenis krustase seperti udang dan kepiting dari famili Portunidae dan Scylla sp. sering ditemukan di ekosistem mangrove. Jenis kekerangan yang dijumpai adalah tiram bakau C. iredalei dan S. cucullata. Daerah mangrove yang menjadi kajian dalam penelitian ini juga merupakan lokasi pengungsian bagi spesies reptilia seperti biawak, ular, burung dan binatang lainnya. Diprediksi lebih dari 15 burung yang menghuni mangrove atau sebagai tempat persinggahan dan paling dominan adalah burung kuntul (Eggretta sp.). Pada bulan-bulan akhir musim kemarau menjelang musim hujan, lokasi studi banyak dikunjungi beberapa jenis burung migran terutama dari Australia. Komoditas perikanan air payau yang dapat dikembangkan di tambak kawasan mangrove pada lokasi studi adalah udang windu P. monodon; udang vanamei L. vanammei , kepiting bakau S. serrata, S. transquebarica dan S. Paramamosain, bandeng Chanos chanos; nila merah, Oreochromis niloticus dan rumput laut Gracilaria verrucosa. Kata kunci: tambak, ramah mangrove PENDAHULUAN Kawasan mangrove yang sebagian arealnya digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan keberadaannya sekarang ini sangat memprihatinkan (Alikodra, 2002; Tookwinas et al., 2000). Dengan tergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak. Pembukaan tambak yang sembarangan dengan menghilangkan mangrove yang cukup besar menyebabkan rusaknya lingkungan. Untuk itu, pemanfaatan kasawan mangrove bagi keperluan perikanan dan kegiatan subsektor lain harus didasari pelestarian fungsinya (Bengen, 2002; Balmford, et al., 2002; FAO, 1997). Menurut Machintosh (1996), keanekaragaman hayati yang disebabkan konversi lahan mangrove untuk pertambakan semakin merosot sehingga perlu diidentifikasi dan ditetapkan untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan kawasan yang bernilai penting bagi konservasi hayati. Dilaporkan Ahmed (1998) dan FAO (2000), bahwa hutan mangrove merupakan potensi sumberdaya alam di daerah tropiks yang manfaatnya cukup besar dan pengaruhnya sangat luas baik dari aspek sosial, ekonomi dan ekologi.

Upload: buidieu

Post on 08-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

369 Budidaya tambak ramah mangrove ... (Brata Pantjara)

BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA TEACHING FARM

Brata Pantjara, Indra Jaya Asaad, dan RachmansyahBalai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pengembangan tambak di Indonesia terus meningkat, kondisi ini menyebabkan berkurangnya luasan lahanmangrove di kawasan pesisir. Mengingat peranan mangrove cukup penting terutama dalam menjagaekosistem seperti keanekaragaman satwa, menciptakan iklim mikro, membantu laju sedimentasi dan abrasiserta banyak manfaat lainnya, maka dimasa yang akan datang budidaya tambak yang ramah mangroveperlu mendapat perhatian yang serius, karena manfaatnya cukup besar baik bagi pelajar, mahasiswa danpeneliti serta sebagai sarana eko wisata baru. Pengelolaan mangrove untuk budidaya perikanan bertujuanuntuk menghasilkan komoditas yang dibudidaya dan melestarikan keanekaragaman hayati serta menciptakantambak ramah mangrove yang berkelanjutan. Studi ini dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan, Balai RisetPerikanan Budidaya Air Payau, Maros. Hasil survei dilaporkan bahwa mangrove yang ditanam sejak 11tahun silam pada luasan 20 ha telah teridentifikasi sebanyak 517 pohon dari 4 spesies yaitu R. mucronata,R. apiculata , A.alba, Ceriops sp. Vegetasi mangrove R. mucronata mendominasi sebanyak 73,33 % pada setiappengamatan. Dua spesies lain yaitu Avicienna alba dan Ceriops sp. teridentifikasi kurang 10%. Total nilaipenting maksimum (300) didominasi oleh R. mucronata yaitu 254.33 dan jenis lainnya berada dibawah 25.Pada belta telah didominasi R. mucronata (312). Pada Tingkat kategori semai, total tegakan sebesar 41tegakan terdiri dari R.mucronata 31 pohon, A. alba 4 pohon dan R. apiculata 6 pohon. Nilai kerapatan,frekuensi dan penutupan relative jenis R. Mucronata >70%. Vegetasi lainnya yang dijumpai adalah drujon/Jeruju (Acanthus ilicifolius) dan pohon waru (Hibiscus tiliaceus). Jenis ikan yang teridentifikasi cukup beragam(>10 jenis ikan). Beberapa jenis krustase seperti udang dan kepiting dari famili Portunidae dan Scylla sp.sering ditemukan di ekosistem mangrove. Jenis kekerangan yang dijumpai adalah tiram bakau C. iredaleidan S. cucullata. Daerah mangrove yang menjadi kajian dalam penelitian ini juga merupakan lokasipengungsian bagi spesies reptilia seperti biawak, ular, burung dan binatang lainnya. Diprediksi lebih dari15 burung yang menghuni mangrove atau sebagai tempat persinggahan dan paling dominan adalahburung kuntul (Eggretta sp.). Pada bulan-bulan akhir musim kemarau menjelang musim hujan, lokasi studibanyak dikunjungi beberapa jenis burung migran terutama dari Australia. Komoditas perikanan air payauyang dapat dikembangkan di tambak kawasan mangrove pada lokasi studi adalah udang windu P. monodon;udang vanamei L. vanammei, kepiting bakau S. serrata, S. transquebarica dan S. Paramamosain, bandeng Chanoschanos; nila merah, Oreochromis niloticus dan rumput laut Gracilaria verrucosa.

Kata kunci: tambak, ramah mangrove

PENDAHULUAN

Kawasan mangrove yang sebagian arealnya digunakan untuk kegiatan budidaya perikanankeberadaannya sekarang ini sangat memprihatinkan (Alikodra, 2002; Tookwinas et al., 2000). Dengantergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisiryang dibuka menjadi areal tambak. Pembukaan tambak yang sembarangan dengan menghilangkanmangrove yang cukup besar menyebabkan rusaknya lingkungan. Untuk itu, pemanfaatan kasawanmangrove bagi keperluan perikanan dan kegiatan subsektor lain harus didasari pelestarian fungsinya(Bengen, 2002; Balmford, et al., 2002; FAO, 1997).

Menurut Machintosh (1996), keanekaragaman hayati yang disebabkan konversi lahan mangroveuntuk pertambakan semakin merosot sehingga perlu diidentifikasi dan ditetapkan untuk selanjutnyadilakukan pengelolaan kawasan yang bernilai penting bagi konservasi hayati. Dilaporkan Ahmed(1998) dan FAO (2000), bahwa hutan mangrove merupakan potensi sumberdaya alam di daerahtropiks yang manfaatnya cukup besar dan pengaruhnya sangat luas baik dari aspek sosial, ekonomidan ekologi.

Page 2: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 370

Peranan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis fauna dan flora. Man-grove merupakan suatu kelompok ekologi dari spesies halophytik yang terdiri dari 8 famili dan 12genera. Di Indonesia genera golongan halophytik terdiri dari Avicenia, Lumnitcera, Xylocarpus,Rhizophora, dan Bruguiera (FAO, 1994; Dahuri et al. 2004). Kelompok tumbuhan tersebut termasukmenentukan ciri dari hutan mangrove berdasarkan sebaran dan termasuk tumbuhan eksklusif yangsangat terikat lingkungan yang unik (Inoue et al., 1999). Ikan yang ada disekitarnya berasosiasidengan mangrove, baik yang hidup diatas pohon mangrove dan sebagian dari daur hidupnyamembutuhkan lingkungan mangrove (Amarasinghe et al., 2002; Kathiresan & Faisal, 2006).

Hewan primata dan vertebrata yang hidup berasosiasi dengan mangrove adalah biawak, ular,dan burung. Hampir separuh burung yang teridentifikasi adalah jenis burung air. Menurut Kathiresan(2006) dan Primavera (2000), flora, fauna dan jasad renik beserta lingkungan fisik dikawasan man-grove mengadakan hubungan timbal balik dalam proses pertukaran materi dan asimilasi. Lebihlanjut menurut Primavera et al. (2004), bahwa proses tersebut ditentukan oleh adanya air, yaitufrekuensi dan volume pasang surut, volume dan frekuensi suplai air tawar serta penguapan udara.Adanya perubahan kualitas dan kuantitas air yang keluar masuk sangat penting dalam prosespertukaran nutrien, karena air merupakan transportasi yang utama dalam hutan mangrove. Keanekaragaman kawasan bernilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati (KBPKKH) ditetapkanmelalui kebijakan dan kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi (Noor et al., 1999). PenetapanKBPKKH di dalam kawasan budidaya merupakan upaya untuk mendukung dan memperkuat pelestariankeanekaragaman hayati kawasan lindung. Selain itu merupakan perangkat untuk menambah kawasanyang penting bagi konservasi keanekaragaman hayati.

Peranan mangrove sebagai fungsi ekologis dan sistem penyangga kehidupan dapat mencegahintrusi air asin ke daratan yang dapat merusak areal pertanian dan penyediaan air minum; manfaatlainnya adalah menahan angin dan ombak dan tempat berpijah berbagai ikan, kepiting, udang, dansebagainya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan tidak kalah pentingnya berfungsi sebagaipenyaring dan pengurai bahan-bahan organik yang datangnya dari daratan yang dibawa oleh aliranpermukaan air sungai atau hujan (Chaudhuri et al., 1994; Siddiqi, 1997). Kelestarian mangrove diareal pertambakan perlu dipertahankan karena merupakan penopang terjaganya kelestarian danfungsi lingkungan hidup serta pendukung keberhasilan berbagai usaha pemanfaatan sumberdayaalam yang terbarukan setempat secara berkelanjutan (FAO, 2000; Hussain & Acharya, 1994; Primaveraet al., 2000)

Konservasi mangrove di kawasan tambak telah dirintis oleh Balai Riset Perikanan Budidaya AirPayau dan dimasa datang diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana riset dan sekaligus teachingfarm dan ekowisata. Pengelolaan mangrove di tambak bertujuan untuk kelestarian keanekaragamanhayati agar tetap mampu menopang sistem penunjang kehidupan dan membuka pilihan pilihanpemanfaatan berkelanjutan. Teknik mengimplementasikannya harus mengacu pada kinerja bakupengelolaan hayati yang ditetapkan dengan mempertimbangkan standar kinerja pengelolaankeanekaragaman hayati.

Pengembangan mangrove sebagai wisata di areal pertambakan berdampak positif, baik pada sisiekologis, sosial dan ekonomi, sehingga kawasan wisata tersebut bisa dikembangkan secaraberkelanjutan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di tambak kawasan mangrove di Instalasi Tambak Percobaan (ITP), Balai RisetPerikanan Budidaya Air Payau, Maros. Data dari kegiatan diperoleh dari data primer melaluipengukuran atau pengamatan mangrove langsung dilapangan dan data sekunder dari wawancaradari masyarakat dan pembudidaya tambak di sekitar lokasi yang mengetahui asal usul mangrovedan teknologi budidaya tambak yang pernah diterapkan.

Pengamatan terhadap vegetasi mangrove secara transek dengan menetapkan sebanyak 5-10 plot.Ukuran plot adalah 10x10 m2 digunakan untuk kategori pohon (diameter batang 10 cm), Di dalamplot pengamatan dibuat plot pengamatan berukuran 5 x 5 m2 untuk kategori belta (diameter 2-10cm), selanjutnya didalam pengamatan plot terakhir dibuat lagi plot ukuran 1x1 m2 untuk vegetasi

Page 3: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

371 Budidaya tambak ramah mangrove ... (Brata Pantjara)

kategori semai (diameter batang < 2 cm). Bidang pada tanah yang ditempati vegetasi dapat diketahuidengan menghitung bidang dasar. Kondisi mangrove dihitung dengan persamaan Indeks Nilai Penting(INP) yang diperoleh dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif mengacu padaBengen (2002).

Pengamatan kegiatan non budidaya dan budidaya sebagai tujuan dari ekowisata yang berkelanjutanmeliputi; pengenalan jenis tanah tambak dilokasi, teknologi budidaya tambak yang dikembangkan(polikultur dan monokultur) dan pengenalan arti penting dari mangrove sebagai ekosistem yangunik dan mempunyai multi fungsi terhadap perikanan. Kesesuaian kawasan ekowisata mangrove diareal pertambakan disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya pendekatan faktor-faktor yangmempengaruhi pariwisata yang mengacu pada kesesuaian wisata mangrove dan konservasi yangmeliputi; keanekaragaman jenis flora dan fauna, jumlah spesies vegetasi, jumlah spesies satwa dankeunikan fungsi ekologi, sejarah geologi, dan karakteristik kawasan yang mempengaruhi parawisataantara lain peraturan-peraturan dan kemanan, ketersedian air tawar, aksesibilitas dan konservasi.

Variabel tersebut masing-masing dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu kategori tinggi denganskor 3, kategori sedang dengan skor 2 dan kategori rendah dengan skor 1.

Analisis kesesuaian areal tambak kawasan mangrove untuk tujuan ekowisata dihitung denganmenjumlahkan nilai total dari seluruh kriteria sebagai berikut:

NKE = “ Nk+ “Na +Nkh + Nl +Nw +Nksu+Nkk+ Ng+Nhk+Nat+ Nak.

NKE = Jumlah kriteria kesesuaian ekowisata tambak kawasan mangrove; “Nk = Jumlah skor kriteria keanekaragaman;“Na = Jumlah skor keaslian; Nkh = Skor kriteria keunikan; Nl = skor kriteria kelangkaan; Nw = skor nilai keterwakilan;Nksu = skor kriteria konservasi; Nkk = skor kriteria karakteristik kawasan; Ng = skor kriteria frekuensi genangan; Nhk=skor kriteria hukum/legalitas; Nat = skor kebutuhan air tawar.

Analisis kegiatan ekowisata di lokasi pengamatan berdasarkan analisis potensi denganmenginventarisasi sumberdaya ekosistem mangrove dan kegiatan budidaya tambak kawasan man-grove yang membantu dalam menemukan alternatif kegiatan ekowisata. Distribusi karakteristiktanah tambak kawasan mangrove berdasarkan stasiun pengamatan dilakukan Analisis KomponenUtama (PCA).

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Umum Lokasi

Kondisi tambak di Instalasi Tambak Percobaan (ITP), Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau yangberbatasan langsung dengan Sungai Maranak yang mengairi dan sebagai sumber air utama untuktambak disekitarnya. Luasan tambak yang ada bervariasi dari ukuran 500 m2, 1000 m2, 2500 m2,5.000 m2 per petak. Tambak yang digunakan kondisi saat studi digunakan untuk budidaya udangsistem tradisional dan tradisional plus

Hasil analisis komponen utama diketahui bahwa parameter kualitas tanah yang dianalisismempengaruhi ekosistem mangrove. Namun untuk pertumbuhan mangrove diduga kuat potensiredoks dan nitrat sangat mempengaruhi keberadaan mangrove (Gambar 1). Hal ini cukup beralasan,karena pertumbuhan mangrove dipengaruhi pasang surut air yang dapat membawa nutrient danmempengaruhi redoks, pH dan daya hantar listrik (DHL).

Hasil analisis komponen utama diinformasikan sebesar 25,20% ditentukan oleh komponen pertamayaitu nitrat, potensi redoks, pH dan DHL, sedangkan 47,99% dipengaruhi oleh komponen 2 yangterdiri dari Al3+, Fe2+, bahan organik dan posfat.

Pasang Surut

Keberadaan mangrove sangat dipengaruhi jangkauan pasang surut. Tipe pasang surut air lautditetapkan berdasarkan frekuensinya setiap hari. Di lokasi penelitian diketahui tipe pasang surut airlaut bertipe ganda campuran (mixed tide, prevailing semidiurnal), karena mengalami dua kali pasangdan dua kali surut dalam satu hari (Gambar 2 dan 3).

Page 4: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 372

Menurut Dahuri et al. (2004), bahwa pasang surut yang berada di Biringkasi bertipe gandacampuran dengan bilangan Formzahl yaitu nisbah tinggi gelombang (amplitudo) unsur-unsur pasangsurut tunggal utama dengan unsur-unsur pasang surut ganda utama pada kisaran 0,26-1,50.

Berdasarkan data Dinas Hidrolologi (2009) pasang surut air laut di sekitar lokasi mempunyaifluktuasi harian pasang surut tipe campuran dengan dua kali pasang dan dua kali surut. Kondisipasang surut tersebut memungkinkan mangrove dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. MenurutBengen (2002) dan FAO (2000), mangrove mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasangsurut atau karakteristik lokasinya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yanghanya tergenang pada saat pasang purnama. Pada Gambar 3 memperlihatkan pola harian pasangsurut air laut setiap bulan dan tampaknya mempunyai fluktuasi dengan pola yang sama.

Faktor 1 (25,20%)

F

a

k

t

o

r

1,0 ,50,0-,5-1,0

1,0

,5

0,0

-,5

-1,0

Fe2+

Al3+l

Sulfatt

Posfat

Nitrat

Bahan organik

DHL

Redoks

pH

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanah tambakdi kawasan mangrove

Gambar 2. Pasang surut air laut harian pada dilokasi yang disurvei (30 Agustus2009-2 September 2009)

Page 5: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

373 Budidaya tambak ramah mangrove ... (Brata Pantjara)

Kegiatan Budidaya

Kegiatan yang menjadi daya tarik dari teaching farm adalah penyerasian kegiatan riset termasukketerpaduan budidaya dalam ekosistem mangrove. Informasi dari kegiatan riset yang ada diharapkanmenjadi pintu utama bagi pengguna teknologi hasil penelitian di kawasan mangrove. Budidayatambak di kawasan mangrove memberikan informasi kepada masyarakat sebagai tempat belajarberbagai teknologi budidaya tambak yang ramah lingkungan dan sekaligus sebagai tempat wisatatambak mangrove.

Komoditas perikanan air payau yang dikembangkan di tambak adalah udang windu Penaeusmonodon; udang vaname L.vanammei, kepiting bakau S. serrata, S. transquebarica dan S. Paramamosain,bandeng Chanos chanos; nila merah, O. niloticus dan rumput laut Gracilaria sp.

Pada tahun 2007 hingga 2011, pemanfaatan tambak difokuskan pada teknologi budidaya terpadu(polikultur) dengan padat penebaran rendah 1-3 ekor/m2 untuk udang windu dan 8-10 ekor/m2 untukudang vaname) dan sistem biofilter.

Beberapa informasi polikultur udang windu, rumput laut dan bandeng di lokasi ini antara lainadalah adalah polikultur udang windu, P. monodon dan rumput laut, G. verrucosa di tambak kawasanmangrove (Pantjara et al., 2010; Hendradjat et al., 2010). Polikultur udang windu, bandeng dan

Gambar 3. Pasang surut air laut di lokasi survei berdasarkan data pasang surut DinasHidro-Oseanografi, 2009.

Page 6: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 374

rumput laut di tambak marjinal telah dilaporkan oleh Mangampa dan Pantjara (2008). Budidayabandeng semi intensif baik sistem modular maupun penggunaan pupuk organik merupakan alternatifpemanfaatan tambak marginal kawasan mangrove. Hal ini disebabkan bandeng lebih tahan terhadapkondisi lingkungan yang rendah dibandingkan udang.

Identifikasi Mangrove dan Vegetasi Lainnya

Kegiatan budidaya perikanan dengan membabat mangrove sering menjadi konflik kepentinganbaik secara individu, kelompok, dan kelembagaan. Dalam satu sisi kerusakan mangrove sebagaiakibat dari pembukaan tambak. Di lain pihak pemilik tambak merasa pendapatannya berasal darikegiatan tambak. Konflik kepentingan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di beberapa negaraAsia lainnya seperti di Bangladesh (Hussain & Acharya, 1994), Pakistan (Qureshi, 2000), India(Kathiresan, 2000), Philipina (Primavera et al., 2000), Thailand (Aksornkoae, 1993), Sri Lanka(Amarasinghe et al., 2002) dan China (Tam, 2006). Untuk itu, perlunya aturan-aturan yang mengarahpada budidaya tambak yang ramah mangrove (FAO, 2000).

Tambak kawasan mangrove yang menjadi kajian merupakan mangrove hasil reboisasi yang ditanamsejak 11 tahun yang lalu. Kegiatan penelitian termasuk keterpaduan budidaya dalam suatu ekosistemmangrove. Hasil pengukuran diameter tegakan tumbuhan mangrove didapatkan 517 tegakan pohondari 4 spesies yaitu R. mucronata, A.alba, R. apiculata, Ceriops sp. Selain jenis tersebut, terdapat tanamanDrujon/Jeruju (Acanthus ilicifolius) dan pohon Waru (Hibiscus tiliaceus). Tegakan yang dimasukkan dalamkategori pohon (diameter > 4 cm) didominasi oleh jenis R. mucronata. Pertumbuhan alami darispesies ini cukup tinggi dan banyak. Frekuensi relatif menunjukkan perbandingan peluangditemukannya suatu jenis dalam plot pengamatan. R. mucronata merupakan spesies utama yang73,33% ditemui disetiap plot pengamatan. Dua jenis lain (A.alba dan Ceriops sp.) merupakan spesiesdengan peluang ditemukan di plot pengamatan di bawah 10%. Penutupan relative jenis diperolehinformasi sebesar 86,41% luas penutupan didominasi R. mucronata dari luas areal total. Total nilaipenting (maksimum 300), sebesar 254,33 merupakan nilai penting R. mucronata. Sedangkan jenislain hanya berada dibawah 25. Nilai penting jenis ini menunjukkan bahwa R. mucronata mempunyaipengaruh dan peranan ekologis pada ekosistem mangrove.

Kategori anakan/belta merupakan tegakan tumbuhan mangrove yang mempunyai ukuran diam-eter batang < 4 cm tetapi tingginya > 1 m. Jumlah anakan R. mucronata adalah 312 dengan nilaipenting didapatkan sebesar 300). Pertumbuhan belta sangat bermanfaat sebagai regenerasi tumbuhanmangrove. Jumlah Tegakan mangrove kategori semai mencapai 41 tegakan. Semai ini juga berfungsisebagai bagian dari daur hidup mangrove. R. mucronata mempunyai peluang paling besardibandingkan jenis vegetasi lainnya. Pada Tabel 1 dapat dilihat hasil analisa kerapatan, frekuensi,penutupan dan nilai penting tegakan semai.

Nilai kerapatan, frekuensi dan penutupan relative jenis R. mucronata >70% yang menunjukkanbahwa spesies ini merupakan spesies utama di lokasi. Menurut Kathiresan (1996), nilai frekuensirelatif mangrove dapat menjadi penciri bahwa di masa mendatang. Dalam kegiatan ini kawasantambak yang menjadi kajian studi akan semakin dipenuhi oleh mangrove, kecuali jika terjadiperubahan salinitas yang tinggi. Menurut Dahuri et al. (2004), bahwa perubahan salinitas substratdapat mempengaruhi perubahan komposisi spesies. Nilai penting jenis menunjukkan bahwa jenis

Tabel 1. Tabulasi hasil analisa kerapatan, frekuensi, penutupan dan nilai pentingtegakan semai

JenisRelatif jenis

JenisRelatif jenis

JenisRelatif jenis

R. mucronata 0,03 75,61 0,50 75,00 0,00 70,25 220,86A. alba 0,00 9,76 0,08 12,50 0,00 11,48 33,74R. apiculata 0,01 14,63 0,08 12,50 0,00 18,27 45,40

Kerapatan Frekuensi PenutupanJenis

mangrove

Nilai penting

jenis

Page 7: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

375 Budidaya tambak ramah mangrove ... (Brata Pantjara)

Rhizopora (mucronata dan apiculata) untuk tegakan semai mempunyai peran terhadap ekologi man-grove.

Secara umum hutan mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan.Keadaan ini mengakibatkan penurunan kadar oksigen dengan cepat untuk kebutuhan respirasi dandapat menyebabkan kematian mangrove. Perubahan faktor-faktor tersebut yang mengontrol polasalinitas substrat dapat menyebabkan perubahan komposisi spesies. Perubahan salinitas dapatdiakibatkan oleh perubahan siklus hidrologi, aliran air tawar dan pencucian terus menerus sepertikegiatan pengerukan, bendungan dan penyekatan (Dahuri et al., 2004; Duke, 2006)

Nilai indeks keseragaman mangrove di lokasi yang disurvai menunjukkan nilai 0,22. Nilai iniberdasarkan kriteria indeks keragaman termasuk kategori < 1. Makna kategori ini adalah bahwakomunitas tumbuhan mangrove tidak stabil. Nilai yang rendah menunjukkan bahwa tidak terjadisimbiosis yang erat antar jenis dalam komunitas tersebut.

Nilai indeks keragaman mangrove sebesar 0.16. Nilai keragaman menunjukkan pola sebaran biota,jika nilai ini mendekati atau sama dengan 1 maka mengandung makna bahwa kemerataan antarspesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relative sama. Nilai 0.16menunjukkan bahwa kemerataan antara spesies rendah atau spesies R. mucronata mempunyaijumlah jenis yang sangat besar dibandingkan jenis lainnya sehingga dalam komunitas kemerataanantara spesies rendah.

Indeks dominansi dengan nilai 0,92, menunjukkan spesies yang mendominasi dari spesies lainnya.Kondisi ini menunjukkan bahwa struktur komunitas dalam keadaan labil. Indeks kekayaan jenisMargalef dengan nilai 0,44 yang berarti bahwa kekayaan jenis mangrove di kawasan tambak initidak terlalu tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya 4 spesies untuk kategori tegakanpohon yang terdata dalam plot pengamatan.

Identifikasi Fauna

Beberapa jenis hewan juga berasosiasi dengan mangrove, baik di dasar tanah kawasan man-grove, melekat pada tumbuhan mangrove dan ada pula beberapa jenis binatang yang hanya sebagiandari daur hidupnya membutuhkan lingkungan mangrove (Glowka et al., 1994). Jenis ini terutamakrustase, kekerangan dan ikan. Kawasan mangrove merupakan tempat pencarian pakan, pemijahan,asuhan berbagai jenis ikan, udang, dan biota air lainnya; tempat bersarang berbagai jenis burung;dan habitat berbagai jenis fauna (Aksornkoae,1993; Costanza et al., 1997).

Pembelajaran dan pengenalan arti penting mangrove sebagai ekosistem yang unik dan mempunyaimulti fungsi terhadap perikanan, baik secara fisik dan biologi. Fungsi fisik antara lain menjaga garispantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari abrasi, mencegah terjadinya intrusi air laut, dansebagai perangkap zat-zat pencemar sehingga budidaya perikanan dapat dilakukan lebih aman. Fungsibiologi adalah sebagai daerah nursery ground larva biota perairan (ikan, udang dan kepiting, kekerangandan lainnya) dan sebagai tempat tinggal hewan lain seperti biawak, ular, dan berbagai jenis burung(Constanza et al., 1997; Donovan, 1998; Senibulu, 2000).

Fungsi biologi sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosisitemmengrove, dan sebagai daerah mencari makanan (feeding ground) bagi ikan, krustase, moluska danorganisme lainnya termasuk bakteri, plankton dan benthos, karena mangrove merupakan produsenprimer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove.Menurut Primavera et al. (2000), bahwa perairan mangrove merupakan tempat mencari makan padawaktu terjadi pasang tinggi bagi ikan-ikan ekonomis maupun non ekonomis. Secara kimia lingkunganekosistem mangrove mampu menghasilkan zat-zat nutrien baik organik maupun anorganik yangdapat meningkatkan kesuburan perairan. Peranan ekologis ini terkait dengan tipe akar yangberbentuk cakar ayam atau akar tongkat yang sangat disukai oleh biota yang hidup di perairan danberasosiasi dengan mangrove sebagai tempat asuhan, mencari makan dan perlindungan. Hal initerlihat jelas dari uji coba lapangan menggunakan jaring 1,5 inci untuk menjerat ikan yang berada dikawasan hutan mangrove tersebut. Ternyata dalam waktu 3 jam sudah terjerat sekitar 30-50 ekorikan mujair (Tilapia sp.).

Page 8: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 376

Komunitas ikan di kawasan mangrove yang teridentifikasi selama bulan Agustus sampai denganDesember 2009 di ITP BRPBAP, Maros didominasi oleh beberapa spesies, meskipun spesies ikan yangtertangkap relatif banyak dan masih berukuran juvenil (Tabel 2).

Pada umumnya substrat yang ada di ekosistem mangrove merupakan tempat hunian biota yanghidupnya di dasar perairan atau bentos. Kehidupan beberapa biota tersebut erat kaitannya dengandistribusi ekosistem mangrove itu sendiri. Sebagai contoh adalah kepiting yang sangat mudah untukmembuat liang pada substrat lunak dan ditemukan di ekosistem mangrove. Jenis ikan yangteridentifikasi dikawasan mangrove di ITP-BRPBAP, Maros cukup beragam dan dibagi menjadi 4kelompok, yaitu: (A) Ikan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerahhutan mangrove seperti ikan gelodok (Periopthalmus sp.), mujair (Tilapia niloticus). (B) Ikan penetapsementara, yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi padasaat dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan man-grove, seperti ikan belanak (Mugil sp.) dan Julung-julung (Dermogenys ebrardti). (C) Ikan pengunjungpada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada saat air pasang untukmencari makan. (D) Ikan pengunjung musiman. Ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok inimenggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat perlindunganmusiman dari predator.

Beberapa jenis krustase seperti udang dan kepiting seringkali ditemukan di ekosistem mangrove.Ekosistem mangrove juga merupakan tempat memelihara anak- anak ikan. Migrasi biota ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Setelah mencapai dewasa atau lebih besar, udang akan keluar garispantai untuk bertelur. Sejumlah invertebrata tinggal di dalam lubang-lubang di daerah yang berlumpurmisalnya kepiting sehingga terlindung dari perubahan suhu dan faktor lingkungan lain akibat adanyapasang surut di daerah hutan mangrove. Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakanbiota yang umum dijumpai. Kepiting-kepiting yang dapat dikonsumsi seperti S. serrata, S. transquebaricadan S. paramosain termasuk komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi sumber matapencaharian penduduk sekitar hutan mangrove.

Jenis Telescopium telescopium ditemukan di kawasan mangrove yang disurvei dan kekerangan inimerupakan sumber daya yang penting dalam produksi perikanan dimasa datang. Keberadaan man-grove mampu menyediakan substrat sebagai tempat berkembang biak yang sesuai. Bivalva lainyang paling penting di wilayah mangrove adalah tiram yang dijumpai menempel di akar bakau C.iredalei dan S. cucullata. Untuk penduduk sekitar kawasan mangrove menjadikan tiram sebagai salahsatu komoditas yang sering diambil di wilayah mangrove baik untuk konsumsi sendiri maupundijual untuk penghasilan tambahan.

Dominansi jenis burung yang teramati selama 8 bulan pengamatan selalu berubah-ubah. Hasilpengamatan burung yang teridentifikasi dikelompokkan menjadi beberapa tipe yaitu burung-burungair, pemangsa dan migran. Kondisi daerah yang terbuka membuat beberapa burung hanya singgahsesaat untuk kemudian terbang. Pada saat terjadinya perubahan pasang surut merupakan suatu

Tabel 2. Jenis ikan yang teramati di kawasan mangrove dansaluran pemasukan

Jenis ikan Nama latin JumlahMujair Tilapia niloticus +++Gelodok Periopthalmus sp. +belanak Mugil sp. ++ikan Kuwe Caranx sp. +Baronang Siganus +Kakap Lates calcarifer +Julung-julung Dermogenys ebrardti ++Keterangan : +++ banyak; ++ sedang; + sedikit

Page 9: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

377 Budidaya tambak ramah mangrove ... (Brata Pantjara)

masa yang ideal bagi berlindungnya burung, dan merupakan waktu yang ideal untuk melakukanmigrasi. Burung yang paling banyak dijumpai adalah bangau berkaki panjang (Eggretta sp.) danelang laut (Haliaetus leucogaster), elang ular (Spilornis Intipectus), elang hitam (Ictinaetus malayensis),burung layang-layang (Haliastur indus), dan burung pekakak dan pemakan lebah adalah burung-burungberwarna yang kadang muncul atau kelihatan di hutan mangrove. Burung air juga sering dijumpaidi mangrove dan membuat sarang, mencari makan dan berkembang biak di daerah mangrove.Beberapa jenis di antaranya adalah blekok, cangak, dan kuntul.

Jenis burung yang paling dominan teramati adalah burung kuntul (Eggretta sp.) dengan nilai+++, burung tersebut termasuk kosmopolit karena dijumpai pada semua tipe daerah pesisir (tambak,rawa, garis pantai dan pematang tambak). Burung ini dijumpai hidup berkelompok hingga mencapai50-100 ekor per kelompok. Dominansi tertinggi adalah kuntul putih (+++). Juga beberapa jenisburung migran lainnya yaitu burung raja udang. Keberadaan mangrove di areal yang menjadikajian merupakan tempat tinggal (bird sanctuary) berbagai jenis burung. Ditemukan juga beberapakawasan sebagai tempat bertelur (breeding) dan bersarang. Burung elang pemangsa hidupnya soliter,terbang mendatar dengan gaya zig zag di permukaan tanah saat menukik dan hinggap di pematangtambak atau dahan mangrove. Selain itu, dijumpai burung raja udang (Alcedo atthis) dengan ciri khassuara “cekakak” yang dikeluarkan sambil terbang. Masih banyak jenis burung yang singgah danmenghuni kawasan mangrove ini, namun masih memerlukan kajian lebih lanjut dengan melibatkanpakar dan LSM yang berkecimpung di satwa burung.

Pada daerah studi di pertambakan kawasan mangrove saat ini diprediksi oleh ratusan bahkanribuan reptil jenis biawak (Varanus salvator). Biawak ini berkembang cukup pesat seiring dengantumbuh dan berkembangnya mangrove dikawasan ini. Keberadaan biawak yang populasinya cukupbesar dapat mengganggu budidaya karena sebagian membuat sarang di pematang tambak sehinggadapat membocorkan pematang tersebut. Selain itu sebagian biawak mencari makan pada areabudidaya sehingga dapat mengurangi produksi budidaya.

Fauna lainnya yang menghuni kawasan mangrove adalah ular, laba-laba, kadal. Ular yangteridentifikasi antara lain adalah ular Kadut (Homalopsis buccata), ular Daun (Ahaetula prassina) danular air (Cerberus rhynchops).

Plankton

Hasil identifikasi plankton telah ditemukan sebanyak 28-31 genera di kawasan mangrove.Kelimpahan plankton pada setiap setasiun pengamatan berbeda, namun tampak bahwa pada kawasanmangrove kelimpahan plankton lebih tinggi yaitu berkisar 316-655 ind./mL dibandingkan kelimpahanplankton yang ada disaluran pemasukan yaitu 148-220 ind./mL. Dilaporkan Pantjara (2009), indekskeragaman pada daerah mangrove mencapai kisaran 2,0303-2,9913, Sedangkan keragaman plank-ton pada saluran air pemasukan mencapai 1,1465-1,6967. Tingginya keragaman plankton padamangrove disebabkan daerah tersebut lebih banyak menyediakan nutrisi dan habitatnya sesuaiuntuk berkembangnya beberapa jenis plankton. Menurut Soeroto (2006), indeks keseragaman yangdiperoleh tergolong moderat hingga cenderung tinggi Hal ini menunjukkan keberadaan plankton didalam tambak cenderung terjadi keseimbangan jumlah individu dan menyebar seragam yang artinyatidak terjadi dominasi plankton dari salah satu spesies. Indeks keseragaman 0 menunjukkan bahwakeseragamannya rendah artinya jumlah individu pada setiap spesies relatif tidak sama dan terjadidominasi dari salah satu spesies. Semakin kecil nilai tersebut, maka semakin kecil keseragaman yangada.

Ekowisata

Kriteria yang mempengaruhi parawisata adalah peraturan yang harus dibuat, keanekaragaman,keaslian, keunikan, kelangkaan, keterwakilan, konservasi, karakteristik kawasan, frekuensi genangan,legalitas dan kebutuhan air tawar. Berdasarkan kriteria kesesuaian untuk ekowisata tambak kawasanmangrove tergolong mempunyai kelayakan tinggi artinya lokasi tambak kawasan mangrove yangdisurvei dapat dimanfaatkan untuk sarana pembelajaran untuk budidaya tambak yang ramahlingkungan dan ekowisata kawasan mangrove. Namun demikian kelayakan untuk ekowisata akan

Page 10: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 378

menjadi sangat tinggi bila mangrove yang ada dipertahankan tumbuh dan berkembang dan penerapanbudidaya tambak harus mematuhi hukum/legalitas, standar operasional yang ditetapkan (SOP) untukcara budidaya tambak yang baik dan ramah lingkungan (Tabel 3).

Kegiatan lanjutan adalah upaya promosi pentingnya teaching farm untuk pembangunan danpelestarian ekosistem pesisir dengan memanfaatan kegiatan diseminasi hasil penelitian. Pembuatankeputusan, pembudidaya tambak, institusi pendidikan dan lingkungan, serta LSM merupakan sasaranutama. Kerjasama institusi diharapkan menjadi ajang pertukaran informasi dan pengetahuan danteknologi juga menjadi alat promosi budidaya tambak ramah lingkungan dan sarana ekowisata.

KESIMPULAN

1. Terdapat kategori tegakan pohon, anakan/belta dan semai pada plot pengamatan tumbuhanmangrove. Terdapat 4 jenis yang terdata dalam plot pengamatan yaitu: R. mucronata, A. alba, R.apiculata, Ceriops sp. Jenis yang mendominasi adalah spesies R. mucronata.

2. Komunitas ikan di kawasan mangrove yang teridentifikasi cukup beragam terdiri ikan mujair,belanak, julung-julung, baronang, titang, kepiting dan tiram bakau. dan dijumpai hewan lainnyaseperti biawak, ular, kadal, laba-laba, kelelawar dan berbagai jenis burung.

3. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) diketahui bahwa 73,19% kualitas tanahdipengaruh oleh faktor I (25,20%) terdiri dari nitrat, potensi redoks, pH dan DHL) yaitu 25,20%dan Faktor II sebesar 47,99% terdiri dari Al3+, Fe2+, bahan organik dan fosfat.

4. Berdasarkan kriteria kesesuaian untuk ekowisata tambak kawasan mangrove di lokasi yang dikajitergolong kelayakan tinggi untuk sarana pembelajaran dan ekowisata dan kelayakannya untukekowisata dapat ditingkatkan bila keberadaan mangrove dipertahankan dan berkembang.

DAFTAR ACUAN

Ahmed, A.U. 1998. Ecological Security in a Wormer World: The Case of the Sundarbans. BUP Mono-graph. Bangladesh Unnayan Parishad, Dhaka,Bangladesh.

Alikodra, H. 2002. Mangrove Hancur Perikanan Terancam. Harian Kompas, Edisi Kamis, 18 April2002. Disitir dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0204/18/iptek/mang28.htm. 24 April 2006.

Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN – The World Conservation Union.Bangkok, Thailand, 176 pp.

Amarasinghe, U.S., Amarasinghe, M.D. and Nissanka, C. 2002. Investigation of the Negombo estuary(Sri Lanka) brush park fishery, with an emphasis on community – based management. Fisheries,Management and Ecology, 9: 277-283.

Tabel 3. Analisis kesesuaian lahan untuk teaching farm dan ekowisata

Page 11: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

379 Budidaya tambak ramah mangrove ... (Brata Pantjara)

Balmford, A, Bruner. A, Cooper. P, Costanza. R, Farber. S, Green, R.E, Jenkins, M, Jeferiss, P., Jessamy V,Madden J, Munro K, Myers N, Naeem S, Paavola J, Rayment M, Rosendo S, Roughgarden J, TrumperK, Turner RK. 2002. Economic reasons for conserving wild nature. Science 297: 950-953.

Bengen, D. G. 2002. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat KajianSumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.

Chaudhuri, A.B and Choudhury, A. 1994. Mangroves of the Sunderbans, India 1: pp 247.Costanza R,D’Arge R, De Groot R, Farber S, Grasso M, Hannon B, Linnberg K, Naeema S, O’Neill RV, Parvelo J,Raskin RG, Sutton P, Van den Belt M. 1997. The value of the world’s ecosystem services andnatural capital. Nature 387: 253-260.

Dahuri, R., J. Rais., S.P. Ginting., M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir danLautan Secara Terpadu. Cetakan ke 3. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 328 hlm.

Donovan, D.J. 1998. Environmental Code of Practice for Australian Prawn Farmers. Australian PrawnFarmers Association, Bribie Island, Queensland, 36 pp.

Duke, N. 2006. Conservation and management of mangroves in Australasia. Proccedings of the Inter-national Conference and Exhibition on mangroves of Indian and Western Pacific Oceans (ICEMAN2006). 21-24 Aug. 2006, Kuala Lumpur, Malaysia, pp.1-16.

FAO. 1994. Mangrove Forest Management Guidelines. FAO Forestry Paper 117, Rome.FAO. 1997. FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries No. 5. Aquaculture Development. Food

and Agriculture Organization, Rome, 40 pp.FAO. 2000. Mangrove Forest Management Guidelines. FAO Forestry Paper 117. Food and Agriculture

Organization, Rome, 359 pp.Glowka, L., Burhenne-Guilmin F., Synge, H., McNeely, J.A., Gundling, L. 1994. A Guide to the Conven-

tion on Biological Diversity. IUCN The World Conservation Union, Gland and Cambridge, 161 pp.Hendradjat, E., B. Pantjara dan M. Mangampa. 2010. Polikultur udang vaname (L. vannamei) dan

rumput laut (G. verrucosa). Prosiding Inovasi Teknologi Akuakultur. Pusat Penelitian danPengembangan Perikanan Budidaya-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan,Jakarta145-150.

Hussain, Z and Acharya, G. 1994. Mangroves of the Sundarbans. Bangladesh. IUCN The WorldConservation Union, 2 : 254 pp.

Inoue, Y., Hadiyati, O., Affendi, H., M.A., Sudarma, K.R and Budiana, I.N. 1999. Sustainable manage-ment model for mangrove Forests. Ministry of Forestry and estate Crops in Indonesia/JapanInternational cooperative Agency, pp. 214.

Kathiresan K. 1996. Mangroves of Sri Lanka: some conservation strategies. Seshaiyana, 4(2): 205-208.Kathiresan, K. 2000. Mangrove Atlas and Status of Species in India. A report submitted to Ministry of

Environment & Forests, Govt. of India, New Delhi, 235 pp.Kathiresan, K. 2006. Conservation and management of mangroves in South Asia. Proccedings of the

International Conference and Exhibition on mangroves of Indian and Western Pacific Oceans (ICE-MAN 2006). 21-24 Aug. 2006, Kuala Lumpur,

Malaysia, pp.1-26.Kathiresan, K. and Faisal, A.M. 2006. Managing Sundarbans for uncertainity and sustainability.

Proccedings of the International Conference and Exhibition on mangroves of Indian and WesternPacific Oceans (ICEMAN 2006). 21-24 Aug. 2006, Kuala Lumpur, Malaysia, pp.1-30.

Macintosh, D.J. 1996. Mangroves and coastal aquaculture: doing something positive for the environ-ment. Aquaculture Asia 1(2): 3-8.

Mangampa, M dan B. Pantjara. 2008. Polikultur udang windu (Penaeus monodon), rumput laut (Gracilariaverucosa), dan Bandeng (Chanos-chanos). Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan, BidangBudidaya Perairan FPIK-UNBRA-BBR SEKP-BRKP. Hlm: I-160-I-165.

Noor, R., Khazali, M dan Suryadiputra, I.N.N. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.PKA/WI-IP, Bogor. 220 hal.

Pantjara, B. 2009. Kajian kesuburan tanah dan perairan kawasan mangrove dalam menunjangbudidaya tambak. Laporan penelitian, BRPBAP, Maros. 18 hlm.

Page 12: BUDIDAYA TAMBAK RAMAH MANGROVE SEBAGAI SARANA … filetergiurnya harga udang di pasaran domestik maupun luar negeri banyak lahan di kawasan pesisir yang dibuka menjadi areal tambak

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 380

Pantjara, B., Rachman Syah dan M. Mangampa. 2010. Study on tiger prawn (P.monodon) culture inacid sulfate soil ponds, Tarakan, East Kalimantan. Proceeding International conference of aquacul-ture Indonesia (ICAI) and International Conference on Shrimp Culture (ICOSA). MasyarakatAkuakultur Indonesia, Universitas Diponegoro, Semarang.1251-1259.

Primavera, J.H. 2000. Development and conservation of Philippine mangroves: Institutional issues.Ecol. Econ. 35: 91-106.

Primavera, J.H, Garcia, L.M.B., Castaños, M.T., Surtida, M.B. 2000. Mangrove-Friendly Aquaculture.SEAFDEC Aquaculture Department, Iloilo, Philippines, 217 pp.

Primavera, J.H., Sadaba, R.B., Lebata, M.J.H.L., Altamirano, J.P. 2004. Handbook of Mangroves in thePhilippines - Panay. SEAFDEC Aquaculture Department, Iloilo, Philippines; UNESCO Man and theBiosphere ASPACO Project, Jakarta, 106 pp.

Qureshi, T. M. 2000. The conflicting interests of mangrove resource use in Pakistan. In : Proceedingsof Asia-Pacific Cooperation on Research for conservation of mangroves, Okinawa, Japan, pp. 31-38.

Senibulu, M. 2000. Role of the National Government in Economic Development of Mangroves in Fiji.In : Proceedings of Asia-Pacific Cooperation on Research for conservation of mangroves, Okinawa,Japan, pp. 147-154.

Siddiqi, N.A. 1997. Management of resources in the Sunderbans mangroves of Bangladesh. IntercoastNetwork, pp. 22-23.

Soeroto, B. 2006. Keanekaragaman hayati perairan umum Sulawesi: Peran dan permasalahannya.Paper Temu wicara keanekaragaman hayati sumberdaya perairan perikanan umum di Sulawesi, 24januari 2006. 15 Hlm.

Tam, N.F.Y., Zhong, Y and Wong, Y.S. (2006). Conservation and management of mangroves in China.Proccedings of the International Conference andExhibition on mangroves of Indian and WesternPacific Oceans (ICEMAN 2006). 21-24 Aug. 2006, Kuala Lumpur, Malaysia, pp.1-27.

Tookwinas, S, Dirakkait, S, Prompoj, W, Boyd, C.E, Shaw, R. 2000. Marine shrimp culture of Thailand:operating guidelines for shrimp farms. Aquaculture Asia 5 (1): 25-28.