budidaya rumput laut; suatu investasi yang prosfektif filekembali laporan studi pra fs proyek...
TRANSCRIPT
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
ii
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
KATA PENGANTAR
Salah satu prioritas pembangunan yang ditetapkan Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Timur dalam mencapai Visi Daerah Mewujudkan Kaltim
sebagai Pusat Agro Industri dan Energi Terkemuka Menuju Masya rakat Adil dan
Sejahtera adalah pembangunan pertanian dalam arti luas. Dimana potensi yang
cukup besar dari kekayaan sumberdaya dan agroekologi Kalimantan Timur
diantaranya pengembangan komoditi pertanian seperti rumput laut.
Dalam upaya untuk mendorong d unia usaha menanamkan investasinya di
Kalimantan Timur, perlu diberikan informasi yang jelas tentang prospektif
pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut . Untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang bagaimana profil investasi budidaya rumput laut Ba dan
Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kalimantan Timur menerbitkan
kembali laporan studi Pra FS Proyek Investasi Daerah dari hasil kerjasama dengan
Center For Community Empowerment and Economic (FORCE) yang dilakukan pada
tahun 2007 dengan judu l: Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prospektif.
Kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia
usaha dan pemerintah sebagai dasar dalam mengambil kebijakan pengembangan
usaha budidaya rumput laut tersebut di Kalimantan Timur.
Akhirnya, kepada Direktur Center Of Community Empowerment and
Economic (FORCE) dan Tim Studinya kami sampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih atas usaha dan sumbangan pemikiran yang diberikan. Ucapan yang
sama juga ditujukan kepada walikota/bupati b eserta jajarannya di daerah studi
dan semua pihak yang telah memberikan kontribusinya sejak awal hingga
tersusunnya laporan.
Terima Kasih.
Samarinda, Juni 2009
Badan Perijinan dan Penanaman Modal
Daerah Provinsi Kalimantan Timur
Kepala
H. Nusyirwan Ismail
iii
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN ééééééééééééééééééé.... 1
BAB II SITUASI PEMASARAN
2.1. Pasar Dunia dan Pasar Domestik ééééééééééé...é 4
2.2. Struktur Industri ééééééééééééééééééé. 9
BAB III POTENSI DAERAH DAN TEKNIS PRODUKSI
3.1. Lokasi ééééééééééééééééééééééé. 9
3.2. Teknis Industri ééééééééééééééééééé... 22
BAB IV KEBIJAKAN DAN FASILITAS PENDUKUNG
4.1. Sarana dan Prasarana ééééééééééééééééé.. 34
4.2. Aspek Sosial dan Lingkungan éééééééééééééé 39
4.3. Legalitas éééééééééééééééééééééé. 40
BAB V ANALISIS FINANSIAL ééééééééééééééééé.. 42
PENUTUP
LAMPIRAN
iv
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1 Kinerja ekspor rumput laut Indonesia periode 2000-2004 4
Tabel 2 Import rumput laut Indonesia 6
Tabel 3 Prediksi peluang pasar rumput laut (ton) tahun 2007-2010 7
Tabel 4 Perkembangan usaha budidaya rumput laut di Kota Bontang tahun 2003-
2005
8
Tabel 5 Nama dan lokasi industri pengolahan rumput laut 11
Tabel 6 Beberapa faktor penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut 13
Tabel 7 Luas potensial lahan ukuran minimal untuk pengembangan budidaya laut
Kota Bontang
17
Tabel 8 Perkembangan usaha budidaya rumput laut di Kota Bontang 18
Tabel 9 Asumsi analisis investasi budidaya rumput laut 42
Tabel 10 Proyeksi biaya investasi budidaya rumput laut untuk kantor dan
peralatannya kapasitas 20 ha
43
Tabel 11 Proyeksi biaya investasi peralatan budidaya rumput laut 43
Tabel 12 Proyeksi biaya operasional budidaya rumput laut 44
Tabel 13 Hasil analisis finansial proyek 45
Tabel 14 Hasil analisis sensitivitas kelayakan proyek 46
v
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1 Rumput laut Eucheuma cottonii banyak dibudidayakan di Kaltim ééé.. 2
Gambar 2 Perkembangan eksport rumput laut Indonesia 4
Gambar 3 Volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia, berdasarkan negara tujuan 5
Gambar 4 Produsen rumput laut dunia 6
Gambar 5 Melahing dengan hamparan budidaya rumput laut 15
Gambar 6 Lokasi peruntukan usaha budidaya rumput laut di Bontang 17
Gambar 7 Metode rawai/jalur 27
Gambar 8 Perahu sebagai alat untuk mengangkut hasil rumput laut 28
Gambar 9 Panen rumput laut dapat dilakukan kaum wanita 28
Gambar 10 Panen dapat menggunakan sarana sederhana 29
Gambar 11 Perahu dan pelampung untuk budidaya rumput laut 30
Gambar 12 Rumput laut hasil panen 30
Gambar 13 Rumput laut siap dijemur 31
Gambar 14 Penjemuran dilakukan di waring 31
Gambar 15 Mesin pengering rumput laut tenaga surya 32
Gambar 16 Rumput laut serangan óIce iceô 33
Gambar 17 Rumput laut serangan Bulu Babi 33
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Pendahuluan
Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting.
Tumbuhan ini bernilai ekonomis tinggi karena penggunaannya yang sangat luas
dalam industri kembang gula, kosmetik, es krim, media cit a rasa, roti, saus,
sutera, pengalengan ikan/daging, obat - obatan, dan batang besi untuk
solder/las. Di samping banyak kegunaa nnya, rumput laut juga sebagai
penghasil devisa negara dengan nilai ekspor yang terus mening kat setiap tahun.
Pada tahun 200 0, nila i ekspor rumput lau t Indonesia mencapai US $ 15,670 juta
meningkat menjadi US $ 25,296 juta pada tahun 2004. Negara tujuan utama
ekspor rumput laut Indonesia adalah Hongkong, Cina, Denmark, Spanyol, USA
dan Filipina . Untuk waktu mendatang, kebutuhan rump ut laut dunia semakin
meningkat. Hal ini merupakan peluang pasar yang menjanjikan bagi para
pengusaha untuk menanamkan modalnya di sektor rumput laut. Mengingat
besarnya potensi wilayah perairan di Indonesia untuk pengembangan budidaya
rumput laut, maka peme rintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan
ketrampilan petani nelayan dalam hal teknik budidaya, pengolahan, dan
pemasaran rumput laut. Upaya ini dilakukan pemerintah melalui Dirjen
Perikanan dan beberapa instansi terkait yang bekerja sama dengan pihak - pihak
swasta. Caranya dengan memberikan informasi dan pembinaan langsung pada
petani atau nelayan dalam bentuk bantuan teknis budidaya rumput laut ,
penanganan pascapanen, dan bantuan per modal an, sehingga nelayan semakin
giat meng embangkannya. Menurut Kalti m Post (Jumõat, 15 September 2006)
pada tahun 2007, Kalimantan Timur diperkirakan mendapat dana APBN 6,5 - 12
milliar untuk pengembangan budidaya perikanan, diantaranya Rp 500 juta
hingga 1 milliar digunakan untuk pengembangan budidaya rumput laut.
2
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Keanekara gaman jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup tinggi ,
tetapi pada saat ini baru dikenal lima jenis yang bernilai eksport tinggi, yakni
Gelidium, Gelidiella, Hypnea, Eucheuma, dan Gracilaria . Dua jenis di antaranya
sudah dibudidayakan dan berkembang d i masyarakat, yaitu Eucheuma dan
Gracilaria (Gambar 1). Jenis- jenis rumput laut secara ekonomi menjadi penting
karena mengandung senyawa polisakarida. Rumput laut penghasil karaginan
(karaginofit) dan penghasil agar (agarofit) termasuk kelas alga merah
(Rhodophyceae) dan penghasil alginat (alginofit) dan kelas algae coklat
(Phaeophyceae) . Secara umum rumput laut yang tersebar luas di perairan
Indonesia sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk makanan
dan obat tradisional.
Rumput laut termas uk 10 komoditi unggulan di Kalimantan Timur selain
Udang, Ikan Nila, Kerapu, Bandeng, Patin, Betutu, Lele, Gurami dan Ikan Hias.
Kelompok pembudidaya rumput laut di Kalimantan Timur sampai tahun 2005
sebanyak 66 unit, masing - masing kelompok beranggota 10 ð 35 orang tersebar
di hampir wilayah Kalimantan Timur terutama kabupaten atau kota yang
memiliki garis pantai potensia l bagi pengembangan rumput laut .
Gambar 1 Rumpu t l aut Eucheuma cottonii banyak d ibudidaya kan di Kaltim
3
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Budidaya rumput l aut tergolong usaha yang relatif mudah untuk
dikembang kan teru tama di wilayah garis pantai. D itinjau dari aspek teknis,
Kalimantan Timur khususnya daerah perairan Bontang, Kabupaten Kutai Timur
dan Kabupaten Berau mempunyai potensi besar untuk pengembanga n budidaya
rumput laut . Di Wilayah ini sudah banyak nelayan yang mengusahakan rumput
laut dan k ecenderungan nya semakin bertambah, apalagi masing - masing
pemerintah daerah sangat mendukung dan mendorong usaha ini untuk semakin
berkembang . Menariknya usaha budidaya rumput laut ini didukung oleh
semakin meningkatnya permintaan dan harga jual yang relatif stabil . Potensi
bibit cukup tersedia karena dapat diproduksi sendiri oleh nelayan dari budidaya
sebelumnya atau dibeli dari pembudidaya di daerah lain denga n harga yang
cukup murah .
4
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Tabel 1.
Kinerja ekspor rumput laut
Indonesia periode 2000 - 2004
Tahun Volume
(ton)
Nilai (US $
000)
2000 23.074 15.670
20 01 27.874 17.230
2002 28.560 15.785
2003 39.162 20.511
2004 51.011 25.296
Rata- rata 33.936 18.898
Average
Growth(%) 23,00 10,21
Sumber : BPS,2005
SITUASI PEMASARAN
2.1. Pasar Dunia dan Pasar Domestik
Rumput laut merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai
komersial tinggi. Hasil produksinya sebagian besar diekspor ke luar ne geri.
Perkembangan jumlah rumput laut yang diekspor dari tahun 2000 - 200 4
cenderung semakin meningkat. Pada tahun 2000 , banyaknya rumput laut yang
diekspor sebesar 23.073 ton meningkat menjadi 51.011 ton kg pada tahun
2004 atau rata - rata pertumbuhan per tah un sebesar 23% (Gambar 2 dan Tabel
1).
23.074
27.874 28.560
39.162
51.011
15.670 15.785
20.511
25.296
17.230
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
2000 2001 2002 2003 2004
Tahun
volume (ton) US$(000)
Gambar 2. Perkembangan eksport rumput laut Indonesia
Peranan rumput laut dalam menghasilkan devisa bagi negara Indonesia nilainya
juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 nilai ekspornya
menc apai US dollar 15,67 0 juta meningkat menjadi US Dollar 25,296 juta pada
tahun 2004 dengan rata - rata pertahunnya sebesar US Dollar 18,898 juta Tabel
1). Rata- rata pertumbuhan nilai ekspor rumput laut Indonesia adalah 10,21 %.
Selama kurun waktu lima tahun tersebut, nilai ekspor rumput laut ke
mancanegara sudah mencapai US Dollar 94,492 juta . Negara yang paling besar
5
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
mengimpor rumput laut dari Indonesia adalah Negara Cina, Hongkong,
Denmark, Spanyol, USA dan Filipina.
Importer rumput laut dari Indonesia Th 2003
7867030
9337005
4573855
255604
2127773
400000
1355000
338651
4499002
3363585
116760
4536031
3051593
3138937
2447270
195412
1082704
478584
397619
309179
2643394
1768277
522696
2216936
0 1.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.0009.000.00010.000.000
Hongkong
Cina
Filippina
Australia
USA
UK
Perancis
Jerman
Denmark
Spanyol
Chili
Lainnya
volume(kg) US $
Gambar 3. Volume dan nila i ekspor r umput laut Indonesia, berdasarkan
negara tujuan
Perdagangan internasional rumput laut mengalami peningkatan rata - rata
6% dari sisi demand dan 5% dari sisi supply. Hal ini menunjukkan adanya
kecenderungan harga rum put laut yang me ningkat. Pada tahun 2003, Negara
Cina adalah negara yang paling besar menerima rumput laut Indonesia yaitu
sebesar 9. 337 ton atau senilai US $ 3,139 juta. Besarnya permintaan cina
terhadap komoditi rumput laut didorong oleh permintaan masyarakat Cina akan
pemenuhan kebutuhan makanan dan produk farmasi yang bahan bakunya
berasal dari rumput laut.
Disamping kemampuan Indonesia mengekspor rumput laut, ternyata
untuk kebutuhan industri pengolahan dalam negeri masih kekurangan bahan
6
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Tabel 2 Import rumput laut Indonesia
Tahun Berat Netto
(Kg) Nilai CIF (US $)
2000 125,309 100,860
2001 169,403 107,896
2002 333,602 233,322
2003 270,301 185,281
2004 496,929 462,837
Total 1.395.544 1.090.196
Rata-rata 279.109 218.039
Sumber: BPS,2005
Gambar 4. Produsen rumput laut
dunia
Gambar 4. Produsen rumput laut dunia
baku, sehingga harus mengimp or rumput laut terutama dari negara seperti
Filipina, Cili, dan India untuk jenis Eucheuma dan Gracilaria. Disamping, itu,
impor dilakukan karena ada beberapa jenis rumput laut yang tidak dapat
tumbuh di perairan Indonesia seperti jenis Nori dari Jepang, K orea, Eropa dan
Amerika Latin.
Rumput laut ini diimpor dan
dimanfaatkan sebagai edible seaweeds
(tidak diekstrak) yaitu sebagai
pembungkus makanan atau langsung
dapat dimakan sebagai penyedap rasa.
Pada tahun 2004, jumlah impor rumput
laut dari luar neg eri mencapai 496.929
kg dengan nilai 462.837 US Dollar
(Tabel 2). Pada tahun yang sama, v olume dan nilai impor tersebut masih lebih
kecil dibandi ngkan dengan jumlah dan nilai ekspornya . Selisih Ekspor - Impor
mencapai sekitar 49,62 juta kg dengan nilai 23,8 6 juta US Dollar.
Khusus jenis Eucheuma dan Kappaphycus , produsen utama dunia adalah
Filipina yang mampu memproduksi 115.000 ton kering atau 77,2 %
dibandingkan dengan hasil produksi negara lain. Indonesia menduduki
peringkat 2 (dua) dunia dengan mengha silkan produksi rumput laut sebesar
25.000 ton kering atau 16,70 %
dibandingkan dengan negara dunia
lainnya. Sedangka n Tanzania
merupakan produsen rumput laut
dunia ketiga dengan total produksi
Pr o d u s e n r u m p u t lau t d u n ia
17%
77%
5% 1%
Indones ia Filippina Tanz ania (Z anz ibar) Lainny a
7
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
sebanyak 8.000 ton berat kering atau 5,4% dan negara lainnya menambah stok
rumput laut dunia jenis Eucheuma dan Kappaphycus sebanyak 1.000 ton berat
kering atau 0,7%.
Semakin berkembangnya peng gunaan rumput laut sebagai bahan baku
industri telah membuka peluang pasar yang cukup luas bagi para investor yang
bergerak menanamkan modalnya mengusahakan rumput laut. Diperkirakan
kebutuhan rumput laut terutama jenis Eucheuma dan Gracilaria yang banyak
dibudidayakan di Indonesia semakin tinggi. Prediksi peluang pasar rumput laut
tahun 2 007 - 2010 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Prediksi peluang pasar rumput laut (ton) tahun 2007 - 2010
Jenis Bahan Baku 2007 2008 2009 2010
Jenis Eucheuma sp. 218.100 235.300 253.300 2714.100
Produksi luar negeri 140.000 145.000 155.000 165.000
Peluang pasar 78.100 90.300 98.900 109.100
Jenis Gracilaria sp. 87.040 95.840 105.440 116.000
Produksi luar negeri 44.000 48.500 54.000 61.000
Peluang pasar 43.040 47.340 51.440 55.000
Sumber: Jana TA,Tim RL BPPT ( 2005 )
Hasil produksi rumput laut di Propinsi Kalimantan Timur disumbang
terutama dari 3 daerah kabupate n/kota yaitu Kota Bontang, Kabupaten Kutai
Timur, dan Kabupaten Berau. Sedangkan daerah lain belum banyak
mengembangkan rumput laut secara intensif dibandingkan dengan 3 (tiga)
daerah tersebut. Bahkan rumput laut yang berasal dari kabupat en Berau
sebagian besar bukan hasil dari budidaya, tetapi diperoleh dari laut bebas.
Kota Bontang sebagai sentra penghasil rumput di Propinsi Kalimantan
Timur telah mengalami perkembangan hasil produksi yang semakin meningkat.
Pada tahun 2003, hasil pro duksi rumput lautnya mencapai 1,82 ton meningkat
8
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
tajam menjadi 118,5 ton pada tahun 2005. Menurut pihak Dinas Perikanan dan
Kelautan Kota Bontang, data ini dimungkinkan masih lebih besar karena
terdapat banyak transaksi rumput laut yang dilakukan oleh nela yan dengan
pedagang belum tercatat. Peni ngkatan yang cukup signifikan tersebut karena
dalam kurun waktu 2 tahun terdapat peningkatan rumah tangga perikanan ( RTP)
budidaya rumput laut dari 15 RTP pada tahun 2003 menjadi 162 RTP pada
tahun 2005. Perkembang an usaha budidaya rumput laut di Kota Bontang tahun
2003 - 2005 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan usaha budidaya rumput l aut di Kota Bontang tahun
2003 - 2005
NO URAIAN 2003 2004 2005
1. Luas areal budidaya rumput laut (ha) 8 41,9 67,5
2. Bibi t rumput laut (ton) 4,28 12,44 236,25
3. Produksi rumput laut kering (ton) 1.82 7.52 118.5
4. Jumlah RTP budidaya rumput laut 15 30 162
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Bontang , 2006
Kabupaten Kutai Timur adalah kabupaten yang rel atif baru dal am
membudidayakan r umput laut dibandingkan dengan Kota Bontang. Budidaya
rumput laut yang diusahakan oleh nelayan sebagian besar adalah bantuan dari
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Timur dan masih bersifat
pekerjaan sampingan. Ada 3 (tiga) kec amatan yang membudidayakan rumput
laut yaitu Kecamatan Sangatta, Sangkulirang, dan Sandaran dengan total
produksi sebanyak 4,75 ton berat kering.
9
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
2.2 Struktur Industri
Industri pengolahan rumput laut di Indonesia dimulai dari produksi agar ,
yang dila kukan dengan cara tradisional sekitar seabad yang lalu. Produksi agar
ini dilakukan dengan memanfaatkan bahan baku dari alam (wild cro ps). Dari
segi usaha budi daya, baru dikembangkan pada sekitar tahun 1984 yang
didahului dengan penelitian dan uji coba se kitar tahun 1983. Pengembangan
industri agar dan karaginan di Indonesia secara modern menggunakan
teknologi mutakhir baru dimulai pada akhir dekade 1980 - an, dimulai dengan
industri karaginan semirefine , baik dalam bentuk chips maupun tepung dan
industri a gar tepung refine . Sementara, industri alginat belum berkembang
karena ketersediaan sumber bahan baku yang belum terjamin pasokannya
(masih harus memanfaatkan panen alam).
Walaupun perdagangan rumput laut Indonesia telah dimulai oleh nenek
moyang kita seja k lebih dari seabad yang lalu, tetapi industrinya baru dimulai
sejak tahun 1930 dengan berdirinya industri agar di Kudus dengan
memanfaatkan bahan baku dari alam. Selanjutnya, PT Sinar Kencana berdiri di
Surabaya pada tahun 1947 dan memproduksi agar dengan teknologi dan
peralatan cukup baik pada zamannya. Perkembangan selanjutnya ditandai
dengan berdirinya perusahaan serupa di berbagai daerah Pulau Jawa. Pada
tahun 1955, terdapat 5 industri agar, umumnya dalam bentuk agar batang dan
kertas dengan berat tota l produksi 13,7 ton per tahun. Dua puluh tahun
kemudian, tahun 1975, jumlah industri pengolah agar - agar menjadi 10 dengan
total produksi 108,7 ton per tahun. Namun, sebagian di antaranya merupakan
industri yang hanya melakukan formulasi atau blending, kemu dian dipasarkan
dalam berbagai bentuk kemasan, sedangkan produk agarnya diperoleh dari
impor.
10
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Awal dekade tahun 1980 - an, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) mulai mengamati sumber daya rumput laut ini dan menyimpulkan bahwa
untuk mendorong berk embangnya industri pengolahan rumput laut di
Indonesia - di mana impor hasil olahannya (agar, alginat, dan karaginan) yang
terus meningkat - terlebih dahulu diperlukan upaya pengembangan budi daya
untuk menjamin pasokan bahan baku. Tahun 1983, BPPT mengajak mitra kerja
P3O LIPI (Lembaga Oseanologi Nasional LIPI) dan Balai Penelitian Perikanan Laut
(Balikanlut) DEPTAN bersama CV Eucheuma dan CV Bima Sakti melaksanakan uji
coba budi daya rumput laut di Bali. Budi daya dimulai dengan jenis Eucheuma
spinosum dan Eucheuma cottonii. Hasil uji coba langsung diimplementasikan
kepada masyarakat dengan bimbingan CV Bima Sakti dan CV Eucheuma. Budi
daya dimulai dengan jenis Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottonii dan
pada tahun 1986 dimulai dengan budi daya Gracilaria s p., di mana BPPT
bermitra dengan PT Agarindo Bogatama (PT Dunia Bintang Walet). Pada tahun
1988, berdiri PT Galic Arthabahari, industri karaginan Semirefine di Cibitung,
Bekasi.
Tahun 1989, PT Agarindo Bogatama mulai mendirikan industri agar
refine di Pasar Kemis, Tanggerang yang seluruh produk agarnya diserap oleh PT
Dunia Bintang Walet di Jelambar, Jakarta Barat, yang melakukan formulating dan
blending produk agar untuk dipasarkan. Beberapa catatan industri pengolahan
rumput laut antara lain PT Dharma Nirmala Sakti di Klungkung, Bali (karaginan
semirefine ), PT Agarin Murni di Malang, Jawa Timur (karaginan refine ), PT Sriti di
Malang (agar refine ), PT Bantimurung Indah di Maros, Sulawesi Selatan (semula
produksi alkali treated Gracilaria dan sekarang pro duksi karaginan semirefine ).
Pada tahun 1993, industri agar berkembang menjadi 12 industri menengah
sampai besar dan 3 industri tradisional dengan total produksi 888,5 ton per
tahun. Pada tahun 1998, tercatat 7 industri karaginan semirefine , 1 industri
11
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
kar aginan refine , dan 1 industri alginate. Nama dan lokasi industri pengolahan
rumput laut disajikan pada Tabel 5.
Dari segi jumlah, perkembangan industri rumput laut di Indonesia cukup
menggembirakan, tetapi produknya lebih banyak masih terbatas pada produ k
dasar ( base product ), bukan merupakan end products yang langsung dapat
digunakan oleh industri pengguna. Dengan demikian, peningkatan jumlah
industri tersebut tidak dengan sendirinya mengurangi impor hasil olahan
rumput laut dalam bentuk end products. Impor hasil olahan rumput laut pun
masih terus berlanjut. Hal ini terjadi karena belum berkembang dan dikuasainya
teknologi formulasi untuk menghasilkan end products yang siap digunakan oleh
berbagai industri, seperti industri makanan dan minuman (yoghurt, s usu
cokelat, sirop, es krim, roti, saus, serta makanan dalam kaleng) dan industri
lainny, seperti industri tekstil, cat, kertas, farmasi, pasta gigi, dan pet foods .
Produk karaginan saat ini di ekspor ke antara lain Jepang, Cina, Selandia Baru,
Inggris, Pe rancis, Jerman, Austria, Singapura, dan Arab Saudi.
Tabel 5. Nama dan lokasi industri pengolahan rumput l aut
Jenis Produk Nama Perusahaan / Industri Lokasi
Karaginan Sulawesi
PT Bantimurung Indah Kab. Maros
CV Cahaya Cemerlang Makassar
PT Giwang Citra Laut Takalar
Jawa Timur
PT Centram Surabaya
PT Seamatec Surabaya
PT Suryo Indo Algas Surabaya
PT Amarta Carrageenan Surabaya
PT Algalindo Surabaya
Jawa Tengah
PT Michelindo Pekalongan
NTB/NTT
PT Phoenix Mas Lombok Barat
12
Budidaya Rumput Laut; Suatu Investasi yang Prosfektif
Jawa Barat ð Banten
PT Galic Artabahari Bekasi
PT Gumindo Perkasa Ind. Banten
Agar Sumatera
PT Indoking Aneka Agar - agar Medan
Banten
PT Agarindo Bogatama Tangerang
Jawa Timur
PT Sriti Malang
Alginat Jawa Barat
PT Merlindo Rekamatra Bandung
Sumber : Tim Rumput laut BPPT, 2000