budaya pendidikan pesantren
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang semakin hari semakin canggih yang membuat
manusia semakin tergantung pada teknologi, baik dalam telekomunikasi maupun
dalam pendidikan. Perkembangan Informasi dan teknologi yang semakin canggih
tersebut menimbulkan perubahan terhadap nilai-nilai budaya yang ada menjadi
semakin tersingkir. Orang terdahulu jika ingin berbicara atau bersilaturrahim
harus datang kerumahnya, tetapi dengan perkembangan teknologi hanya cukup
menelpon orang yang dituju. Dalam pendidikan, pendidikan yang semakin maju,
teknologi semakin canggih dan arus budaya wasternisasi yang semakin
menjadikan budaya-budaya yang telah ada menjadi semakin terasingkan.
Perubahan-perubahan arus budaya yang semakin tergerus, serta budaya
pendidikan yang semakin menjauhkan dari nilai-nilai budaya lokal yang selama
terjaga semakin hilang. Derasnya arus budaya yang semakin tidak terbendung ini
yang semakin merusak moral generasi muda yang menjadi penerus budaya,
sehingga memerlukan suatu pendidikan yang mampu menjaga dan memperbaiki
pendidikan moral serta mampu meneruskan budaya-budaya yang yang baik dari
nenek moyang terdahulu.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah yang panjang
dari dulu hingga sekarang. Pesantren sebagai lembaga pendidikan dizaman dahulu
mempunyai peran sebagai pendidikan agama dan moral serta lembaga yang selalu
berdampingan dengan masyarakat. Selain itu, dalam pendidikan di pesantren, juga
mampu menjaga nilai-nilai budaya yang telah ada, seperti budaya unggah-ungguh,
taat pada guru serta orang yang lebih tua, menjaga pergaulan dengan lawan jenis,
dan bertemunya orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat dari berbagai
daerah. Sehingga pendidikan di pesantren merupakan pendidikan tempat
berbaurnya antar budaya dari berbagai suku dan daerah.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka masalah yang di angkat dalam makalah
ini adalah:
1. apakah pesantren itu dan bagaimana peranannya terhadap pendidikan
Islam?
2. bagaimanakah peran pesantren dalam menjaga nilai-nilai budaya dari arus
busaya asing?
BUDAYA PENDIDIKAN DI PESANTREN
A. Pengertian Pesantren
Pesantren berasal dari kata “santri” yang berarti guru mengaji (bahasa tamil)
dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal (mondok
moe) para santri. Dengan demikian, pesantren merupakan mesin copy-an yang
bertugas mem-print out manusia pintar agama (tafaquh fi al-din) serta mampu
menyampaikan keluhungan ajaran Islam (syi’aru al-islam) kepada
masyarakat.1
Pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting
dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Pesantren sebagai lembaga
pendidikan merupakan lembaga yang menjadi laboratorium sosial. Selain itu,
pesantren juga merupaan lembaga pendidikan kultural yang seringkali dihiasi
dengan pola hidup kesederhanaan dan kebersamaan. Pola kebersamaan dalam
pendidikan di pesantren dapat terlihat seperti kedekatan antara kiyai dengan
santri, maupun santri dengan santri yang berbaur dalam satu kegiatan. Pola
kebersamaan inilah yang menjadi ciri khas pendidikan pesantren yang tida
ditemui di lembaga pendidikan lain. Disamping itu, pola pendidikan
dipesantren juga terus mengalami perkembangan yang sesuai dengan
perambangan zama, tetapi tidak meninggalkan budaya lama yang selama ini
merea pelihara.
Pesantren sebagai lembaga pendidian yang berada ditengah-tengah masyarakat
yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh besar di negeri ini. Selain itu,
peran pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab yang
sangat berat ditengah-tengah arus budaya barat yang semakin kuat dan tidak
terbenduk. Jadi pesantren sebagai lembaga pendidikan, seharusnya mampu
menghasilkan lulusan santri yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.
Jadi hendanya lulusan pesantren selain baik secara personal, tetapi juga harus
baik secara sosial. Disamping itu, pesantren juga telah terbukti memberikan
1 Sukron Abdilah, Pesantren dan Arus Modernisasi,
immgunungjati.wordpress.com/2010/04/10
implikasi terhadap masyarakat sekitar, diantaranya berupa keuntungan
pragmatis dalam bagi aspek budaya, pendidikan dan sosial.
B. Pesantren dan Multikulturalisme
Agar semua budaya benar-benar menjadi dirinya sendiri dan menghasilkan
sesuatu, maka budaya tersebut dan anggotanya harus yakin akan
orisinilitasnya, bahkan sampai taraf tertentu, akan superioritasnya di atas yang
lain. (Claude Lévi-Strauss)2. Pesantren sebagai lembaga pendidikan
merupakan lembaga yang mampu menunjukan identitas yang orisinil yang
menghasilkan superior dalam budaya masyarakat sekitar, tarutama masyarakat
pedesaan yang dekat dengan pesantren.
Derasnya arus globalisasi kebudayaan asing yang semakin menggerus budaya-
budaya lokal, tantangan yang nyata bagi pesantren sebagai sarana untuk
menyelamatkan budaya lokal yang semakin tergerus dan semakin terasingkan.
Pendidikan sebagai pilar dan pondasi ebudayaan kini sudah kehilangan fungsi
fundamentalnya. Pendidikan yang seharusnya mampu mempertahankan
kebudayaan dari arus globalisasi sudah tidak mampu lagi membendung arus
tersebut, bahkan pendidikan malah ikut tenggelam dan larut dalam budaya
kapitalisme, hal ini dapat kita lihat, banyak sekali pendidikan yang semakin
mengasingan para siswanya dari budaya yang ada dalam masyarakat.
Pendidikan sekarang ini tida lagi menjadi pendidikan yang membebaskan,
tetapi pendidikan yang membelenggu para siswanya dan para siswa
terkapling-kapling dengan silabi yang menjadi konsumsi mereka sehari-hari.
Selain itu, kita juga dituntut untuk menyeragamkan budaya global dalam
budaya kita, seperti pola pikir, pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan
manusia. Inilah yang menjadi cikal-bakal kebudayaan kita yang menjadikan
kita kehilangan identitas.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berada ditengah-tengah
masyarakat yang senantiasa berupaya menjaga keseltarian budaya setidaknya
ada beberapa hal yang sangat penting. Hal-hal tersebut mempunyai nilai
2 Jamaluddin Mohammad, Pesantren dan Pendidikan Multikulturalisme, buntetpesantren.org 2010-04-10
budaya yang positif yang senantiasa mereka jaga, adapun kebudayaan yang
selalu terjaga dalam pendidikan di pesantren antara lain:
1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan Kyai serta taat dan
hormatnya para santri kepada Kyai yang merupakan figur kharismatik dan
menjadi contoh yang baik;
2) Semangat menolong diri sendiri dan mencintai diri sendiri dengan
kewiraswastaannya;
3) Jiwa dan sikap tolong-menolong, kesetiakawanan, dan suasana
kebersamaan dan persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren;
4) Disiplin waktu dalam melaksanakan pendidikan dan beribadah;
5) Hidup hemat dan sederhana;
6) Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan, seperti tirakat, shalat
tahajud diwaktu malam, i’tikaf di masjid untuk merenungkan kebesaran dan
kesucian Allah SWT) Merintis sikap jujur dalam setiap ucapan dan
perbuatan.3
Pesantren sebagai lembaga pendidikan merupakan pendidikan yang selalu
melaksanakan budaya-budaya yang tersebut diatas, sehingga budaya-budaya
yang ada selalu terjaga, dan budaya-budaya yang tersebut di atas, sangat
jarang, bahan tidak ditemukan dipendidikan umum. Sehingga nilai-nilai
budaya yang ada tetap terjaga, dan lulusan pesantren mampu berbaur dengan
masyarakat dengan budaya masing-masing ditempat tinggalnya. Selain itu,
santri atau siswa tidak selalu dikekang dengan banyaknya pelajaran dengan
standar nilai tertantu yang menjadikan mereka kurang berinteraksi dengan
teman, masyarakat dan persaingan prestasi. Di samping itu, pola kebersamaan
yang dibangun telah banyak membantu mengurangi timbulnya kelompok-
kelompok atau geng yang sering kita temui di sekolah-sekolah formal yang
menjadi ajang kekerasan untuk mencari identitas mereka. Sehingga peran
pesantren di masyarakat hendaknya senantiasa dijaga agar budaya dan nilai-
nilainya tetap tertanam pada generasi muda yang menjadi penerus perjuangan
bangsa ini.
C. Pesantren dan Masa Depan Pendidikan Islam Di Indonesia.
3 Strategi Pengembangan Pendidikan Pesantren, qistoos.multiply.com/journal/item 2010-04-10
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang sangat pesat memang tidak
lepas dari peranan pesantren sebagai lembaga yang menjadi corak pendidikan
Islam yang berwawasan keindonesiaan. Pesantren dalam perkembangannya di
akui atau tidak dalam pengembangan pendidikannya banyak menggunakan
pendekatan kultural, terutama budaya Jawa yang mendominasi latar belakang
lahirnya Pesantren. Pendidikan yang dikelola dengan model pesantren dalam
masa silam telah banyak melahirkan santri yang berkualitas dan telah terbukti
memberikan sumbangsih yang besar terhadap negeri ini.
Namun dalam perkembangannya, pendidikan yang dikelola oleh pesantren
dalam masa penjajahan belanda banyak mengalami hambatan dan tekanan,
terutama akses keluar negeri yang buntu. Sehingga perkembangan keilmuan
yang berkembang di dunia Islam lainnya tidak terserap kedalam pesantren.
Hal inilah yang menyebabkan pendidikan pesantren menjadi statis, terutama
bidang fiqh, sehingga produk keilmuan yang menjadi kurang, karena materi
yang disajikan hanya terpusat pada materi yang ada di dalam negeri saja.
Selaain pesantren sebagai pendidikan yang menggunakan pendekatan budaya
yang menjadi ciri khasnya, dengan pendekatan ini pesantren terbukti mampu
menjaga dan melestarikan budaya yang ada di dalam masyarakat. Selain itu,
sifat-sifat dan akhlak pesantren juga menjadi ciri khas yang yang tak bisa
lepas dari santri, yaitu antara santri dan kiyai menjalin hubungan kedekatan
ientelektualitas dan budaya yang mampu memberikan nuansa tersendiri dalam
moralitas kehidupan bermasyarakat. Pola pendidikan inila yang tidak ditemui,
bahkan sulit ditemui dalam pendidikan konvensional. Sebab dalam pendidikan
konvensional kedudukan guru hanya sebagai fasilitator, sehingga tingkat
sopan santun antara guru dengan murid kurang terjaga, bahkan ada murid
yang berani terhadap gurunya. Seolah mengejawantahkan sebuah hadits Nabi
yang disitir Al-Ghazali “Semua orang akan rusak kecuali orang yang berfikir
(terpelajar), yang terpelajar akan rusak kecuali yang mengamalkan
pengetahuannya, yang mengamalkan pengetahuannya akan rusak kecuali
yang menggunakan ketulusan.”4
4 yuli andriansyah, Pondok Pesantren dan Masa Depan Pendidikan Islam di Indonesia,
yuliandriansyah.xanga.com 2010/04/10
Perkembangan iptek dan tantangan zaman yang semakin tidak terbendung,
sedikit banyak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan keilmuan dan
budaya yang ada dalam pesantren. Pola pendidikan dalam pesantren tidak
terlepas dari pengaruh tersebut, sehingga tipe atau corak pendidikan di
pesantren menjadi tiga tipe, yaitu tradisional, semi modern, dan modern.
Perubahan sistem atau pola pendidikan tersebut juga berpengaruh terhadap
kedudukan kiyai. Adapun ciri-ciri perbedaan sistem pendidikan pesantren
antara lain:
1. pesantren modern mempunyai ciri antara lain, manajeman dan
administrasi standar modern, tidak terikat figur kiyai, kurikulum tidak
hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum, bangunan lebih mapan dan
teratur serta berpagar.
2. pesantren tradisional mempunyai ciri antara lain tidak memiliki
manajemen dan administrasi modern, sitem pengelolaan berpusat pada
aturan yang dibuat kiyai dan diterjemahkan oleh pegurus pesantren, terikat
kuat terhadap figur kiyai, pola dan sistem pendidikan satu arah, bangunan
tidak tertata rapi dan tidak ada pembatas yang memisahkan pesantren
dengan masyarakat.
3. pesantren semi modern mempunyai ciri antara lain; perpaduan antara
tradisional dan modern, bercirikan nilai-nilai tradisional, masih kental
dipegang, kiyai masih menempati figur sentral, norma dan kode etik tetap
menjadi standar pola relasi dan norma keseharian, tetapi mengadaptasi
sistem pendidikan modern dan sarana fisik.5
Perubahan pada sistem pendidikan tersebut juga mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perkembangan budaya yang selala ini terjaga. Namun
perubahan tersebut masih ada toleransinya, sehingga nilai-nilai kepesantrenan
masih tetap terjaga.oleh sebab itu, pendidikan pesantren bisa menjadi salah
satu pilihan utama dalam menjaga pendidikan yang berwawasan budaya dan
pendidikan yang mampu melestarikan budaya.
5 Hamdan H. syarifuddin, Titik tengkar Pesantren, Yogyakarta; Pilar Media, 2005 cet.II
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pesantren
merupakan salah satu pendidikan yang mempunyai ciri khas keindonesiaan
yang telah menyumbangkan banyak sekali jasa bagi bangsa ini. Pendidikan
pesantren yang mempunyai sejarah yang yang selalu mengiringi
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren juga telah terbukti
mampu mencetak para santri berkualitas yang telah menyumbangkan jasanya
bagi kemajuan bangsa ini.
Selain itu pendidikan pesantren yang terus mengalami perkembangan perlu
mendapat dukungan dari berbagai pihak, sehingga pola pendidikan pesantren
bisa semakin eksis dan tetap mampu menjaga pendidikan yang berwawasan
budaya. Dengan tetap eksisnya pendidikan pesantren, diharapkan pendidikan
pesantren baik yang modern maupun yang tradisional tetap mampu mencetak
generasi muda yang berkualitas yang mempunyai wawasan budaya serta
mampu bersaing dengan pendidikan yang dikelola oleh negara maupun
swasta.
DAFTAR PUSTAKA.
Abdilah, Sukron, Pesantren dan Arus Modernisasi,
immgunungjati.wordpress.com/2010/04/10
Mohammad, Jamaluddin, Pesantren dan Pendidikan Multikulturalisme,
buntetpesantren.org 2010-04-10
Strategi Pengembangan Pendidikan Pesantren, qistoos. multiply.Com
/journal/item 2010-04-10
andriansyah , yuli, Pondok Pesantren dan Masa Depan Pendidikan Islam
di Indonesia, yuliandriansyah.xanga.com 2010/04/10
Syarifuddin,, Hamdan H. Titik tengkar Pesantren, Yogyakarta; Pilar Media,
2005 cet.II