budaya organsasi

26
Budaya Organsasi Puskesmas Kebonsari Pada dasarnya setiap individu yang tergabung didalam sebuah organisasi memiliki budaya yang berbeda, disebabkan mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda, namun semua perbedaan itu akan dilebur menjadi satu di dalam sebuah budaya yaitu budaya organisasi, untuk menjadi sebuah kelompok yang bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi sebagaimana yang telah disepakati bersama sebelumnya. Tetapi dalam proses tersebut tidak tertutup kemungkinan ada individu yang bisa menerima dan juga yang tidak bisa menerimanya, yang mungkin bertentangan dengan budaya yang dimilikinya. Dalam hal tersebut akan menimbulkan konflik atau persaingan budaya dalam sebuah organisasi untuk menjadi sebuah budaya yang dianggap lebih sesuai pada organisasi tersebut. Hal ini tentu akan mengakibatkan ketidaknyamanan pegawai dalam sebuah organisasi yang pada akhirnya akan bepengaruh terhadap kedisiplinan dan kinerja pegawai. Organisasi merupakan suatu sistem yang mana satu sama lainnya saling mempengaruhi, apabila salah satu dari sub sistem tersebut rusak, maka akan mempengaruhi kepada sub-sub sistem yang lain. Untuk menjadikan sistem tersebut berjalan dengan semestinya maka individu-individu yang ada didalamnyalah yang berkewajiban untuk mengaturnya, yang berarti selama anggota atau individunya masih suka dan melaksanakan tanggung jawab sebagaimana mestinya maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik. Namun, sayangnya peran strategis budaya organisasi kurang disadari dan dipahami oleh kebanyakan pelaku organisasi. Banyaknya masalah yang berhubungan dengan kebirokrasian yang menunjukan bahwa, kesadaran manajemen terhadap peran strategis dan implementasi budaya organisasi dalam instansi pemerintahan masih lemah dan mengkhawatirkan. Dengan adanya sifat saling memiliki dan peduli oleh pegawai dalam suatu organisasi maka kita dapat melihat dan menilai

Upload: ina-skm

Post on 04-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Budaya Organsasi

TRANSCRIPT

Page 1: Budaya Organsasi

Budaya Organsasi Puskesmas Kebonsari

Pada dasarnya setiap individu yang tergabung didalam sebuah organisasi memiliki budaya yang berbeda, disebabkan mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda, namun semua perbedaan itu akan dilebur menjadi satu di dalam sebuah budaya yaitu budaya organisasi, untuk menjadi sebuah kelompok yang bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi sebagaimana yang telah disepakati bersama sebelumnya. Tetapi dalam proses tersebut tidak tertutup kemungkinan ada individu yang bisa menerima dan juga yang tidak bisa menerimanya, yang mungkin bertentangan dengan budaya yang dimilikinya.

Dalam hal tersebut akan menimbulkan konflik atau persaingan budaya dalam sebuah organisasi untuk menjadi sebuah budaya yang dianggap lebih sesuai pada organisasi tersebut. Hal ini tentu akan mengakibatkan ketidaknyamanan pegawai dalam sebuah organisasi yang pada akhirnya akan bepengaruh terhadap kedisiplinan dan kinerja pegawai.

Organisasi merupakan suatu sistem yang mana satu sama lainnya saling mempengaruhi, apabila salah satu dari sub sistem tersebut rusak, maka akan mempengaruhi kepada sub-sub sistem yang lain. Untuk menjadikan sistem tersebut berjalan dengan semestinya maka individu-individu yang ada didalamnyalah yang berkewajiban untuk mengaturnya, yang berarti selama anggota atau individunya masih suka dan melaksanakan tanggung jawab sebagaimana mestinya maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik.

Namun, sayangnya peran strategis budaya organisasi kurang disadari dan dipahami oleh kebanyakan pelaku organisasi. Banyaknya masalah yang berhubungan dengan kebirokrasian yang menunjukan bahwa, kesadaran manajemen terhadap peran strategis dan implementasi budaya organisasi dalam instansi pemerintahan masih lemah dan mengkhawatirkan.

Dengan adanya sifat saling memiliki dan peduli oleh pegawai dalam suatu organisasi maka kita dapat melihat dan menilai kinerja pegawai pada sebuah organisasi, karena kinerja adalah pencapain yang baik dalam hal prestasi. Semakin besar kinerja pegawai kepada organisasinya maka semakin banyak hal yang akan mampu dilakukan oleh organisasi itu. Demikian pula sebaliknya.

Setiap SKPD Kabupaten Bone dalam hal melakukan aktualisasi program kerja tentunya harus didukung dengan kemampuan SDM yang berkualitas. Untuk itu perlu adanya pengembangan SDM sehingga dapat memberikan kinerja yang maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Banyak faktor yang mempengaruhinya dan salah satunya adalah budaya organisasi. Seperti yang telah disebutkan bahwa budaya organisasi dapat mendukung tingkat kinerja pegawai dari suatu organisasi.

Page 2: Budaya Organsasi

Dari pengamatan penulis, budaya organisasi pada instansi pemerintah tidak begitu diperhatikan oleh aparatur yang ada, sehingga kinerja organisasi sangat tergantung pada model dan gaya kepemimpinan. Lain Pemimpin, Lain Juga Tingkat Kinerja Pegawainya. Biasanya, organisasi seperti ini tidak memiliki karakteristik posoitif yang harusnya terus dijaga dan dipertahankan siapapun juga pemimpinnya.

B.Konsep Budaya Organisasi

1.Pengertian Budaya

Berbagai pendapat tentang pengertian budaya antara lain :

a.Budaya merupakan nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama.

b.Budaya adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni alam dan zaman kodrat dan masyarakat yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang lahirnya bersifat tertib dan damai.

c.Budaya merupakan manifestasi dari cara berpikir, sehingga pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua tingkah laku dan perbuatan, termasuk perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.

d.Budaya merupakan sebuah sistem yang mempunyai bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata-kata, benda, tingkah-laku, nyanyian, musik, kepercayaan, mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epistimologi dari sistem pengetahuan masyarakatnya. Sistem simbol dan epistimologi juga tidak terpisahkan dari sistem sosial yang berupa stratifikasi, gaya hidup, sosialisasi, agama, mobilitas, organisasi kenegaraan, dan seluruh prilaku sosial. Selain itu didalam budaya termasuk juga

Page 3: Budaya Organsasi

semua cara yang telah terorganisasi, kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya mendasar dan mengandung suatu perintah.

2.Pengertian Organisasi

Pendapat tentang organisasi antara lain :

a.Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama sekelompok manusia atau orang di bidang tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

b.Organisasi adalah kerjasama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang dikordinasikan secara sadar.

c.Organisasi adalah bentuk kerjasama manusia untuk pencapaian tujuan bersama.

Dapat dikatakan bahwa Organisasi merupakan suatu koneksitas manusia yang kompleks dan dibentuk untuk tujuan tertentu, dimana hubungan antar anggotanya bersifat resmi, ditandai oleh aktivitas kerjasama, integrasi dalam lingkungan yang lebih luas, memberikan pelayanan dan produk tertentu dan tanggung jawab kepada hubungan dengan lingkungannya.

Organisasi memiliki ciri-ciri pembagian kerja, kekuasaan dan tanggung jawab berkomunikasi, pembagian yang direncanakan untuk mempertinggi realisasi tujuan khusus, adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang mengawasi penyelenggaraan usaha-usaha bersama dalam organisasi dan pengawasan, serta memiliki pengaturan personil dalam mengatur anggotanya dalam melaksanakan tugas organisasi.

3.Pengertian Budaya Organisasi

a.Budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktikkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi.

Page 4: Budaya Organsasi

b.Budaya organisasi adalah norma-norma dan kebiasaan yang diterima sebagai suatu kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya c.Budaya organisasi menjadi dasar bersama dalam organisasi.

d.Budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.

e.Budaya organisasi sebagai suatu sistem atau perangkat nilai yang memiliki simbol, orientasi nilai, keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman kehidupan yang terinteralisasi kedalam pikiran, seperangkat nilai yang diaktualisasikan ke dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan oleh setiap anggota dari sebuah organisasi.

Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilaidan norma-norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

B.KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI

Dalam budaya organisasi terdapat karakteristik yang dihargai oleh organisasi tersebut. Karakteristik-karakteristik budaya organisasi itu antara lain :

1.Inisiatif Individual

Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan yang dipunyai setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat.Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi.

2.Toleransi terhadap tindakan berisiko

Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota atau para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk

Page 5: Budaya Organsasi

memajukan organisasi atau perusahaan serta berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.

3.Pengarahan

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap kinerja organisasi.

4.Integrasi

Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5.Dukungan manajemen

Dukungan manjemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

6.Kontrol

Alat kontrol yang dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi. Diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawasan yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai dalam organisasi.

7.Identitas

Dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu organisasi dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam organisasi dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

8.Sistem Imbalan

Page 6: Budaya Organsasi

Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas dasar prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih dan lainnya.

9.Toleransi terhadap konflik

Sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Namun perbedaan pendapat dan kritik tersebut bisa digunakan untuk melakukan perbaikan atau perubahan untuk mencapai tujuan organisasi.

10. Pola Komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antarpegawai itu sendiri.

Gambaran ini menjadi dasar untuk persamaan pemahaman yang bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana menyelesaikan.

C.Fungsi Budaya Organisasi

Terdapat sepuluh fungsi utama budaya organisasi. anatara lain :

1.Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi, maupun kelompok lain. Batas pembeda ini ada karena adanya identitas tertentu yang dimiliki organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki oleh organisasi lain atau kelompok lain.

2.Sebagai perekat bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Karyawan ataupun pegawai mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan tanggung jawab atas kemajuan organisasi/perusahaannya.

3.Mempromosikan stabilitas sosial. Hal ini tergambarkan dimana lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung, dan konflik serta perubahan diatur secara efektif.

4.Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku anggota-anggota organisasi.

5.Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya perusahaan-perusahaan besar dimana setiap unit terdapat sub budaya baru.

Page 7: Budaya Organsasi

6.Membentuk budaya organisasi baru.

7.Sebagai sarana untuk menyelesaikan maslah-masalah pokok organisasi. Budaya organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan integrasi internal.

8.Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan organisasi/perusahaan.

9.Sebagai alat komunikasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat materia dan perilaku.

10.Sebagai penghambat berinovasi. Budaya organisasi bisa menjadi penghambat dalam berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal.

Dengan demikian dapat diambil fungsi budaya organisasi sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi. Dan budaya organisasi juga dapat berfungsi sebagai kontrol atas perilaku anggota-anggota organisasi.

D.Pembentukan Budaya Organisasi

Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi. Unsur-unsur tersebut antara lain :

1.Lingkungan usaha

Kelangsungan hidup organisasi ditentukan oleh kemampuan organisasi memberi tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan organisasi agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang terpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.

2.Nilai-nilai

Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap organisasi mempunyai nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai tujuan atau misi organisasi. Nilai-nilai inti yang dianut

Page 8: Budaya Organsasi

bersama oleh anggota organisasi antara lain berupa slogan atau moto yang berfungsi sebagai jati diri bagi orang yang berada dalam organisasi karena adanya rasa istimewa yang berbeda dengan organisasi lainnya dan dapat dijadikan harapan konsumen untuk memperoleh kualitas pelayanan yang baik.

3.Panutan atau keteladanan

Panutan bisa berasal dari pendiri organisasi/perusahaan, manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptkan nilai-nilai organisasi. Panutan ini bisa menumbuhkan idealisme, semangat dan tempat mencari petunjuk bila terjadi kesulitan atau masalah dalam organisasi.

4.Ritual

Ritual adalah deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting. Acara-acara rutin ini diselenggarakan oleh organisasi-organisasi dalam rangka memberikan penghargaan kepada anggotanya.

5.Jaringan budaya

Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan memberi interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan organisasi/perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu.

Budaya organisasi yang asli diturunkan dari filsafat pendirinya. Selanjutnya budaya ini sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam proses penyeleksian anggota organisasi. Tindakan dari seorang manajemen puncak/pimpinan menentukan perilaku yang dapat diterima dan yang tidak.

Budaya organisasi membuat pekerjaaan menajdi lebih mudah. Komitmen seluruh anggota organisasi mulai dari pimpinan puncak sampai anggota lapisan bawah merupakan persyaratan mutlak untuk tetap terpeliharanya budaya organisasi.

E.Perubahan Budaya Organisasi

Page 9: Budaya Organsasi

Kadang-kadang organisasi harus menguabah budaya organisasinya. Misalnya karena perubahan lingkungan luar yang drastis organisasi yang bersangkutan harus menyesuaikan dengan kondisi-kondisi ini atau tidak dapat bertahan. Tetapi mengubah budaya lama dapat mengalami kesulitan.

Meskipun ada halangan dan hambatan, budaya-budaya itu dapat dikelola dan diubah. Organisasi-organisasi yang berusaha mengubah budaya mereka juga harus hati-hati agar tidak meninggalkan akar budayanya. Jika organisasi melewati jalan yang salah dalam melakukan perubahan budaya organisasi dapat menyebabkan inisiatif untuk melakukan perubahan budaya organisasi gagal atau tidak dapat dilanjutkan.

Budaya organisai dapat dibuat dan diubah. Banyak aspek dan pelajaran dapat diperoleh dari usaha perubahan budaya organisasi. Perubahan budaya organisasi yang efektif harus dimulai dengan perubahan pola pikir. Organisasi yang sukses mempunyai budaya organisasi yang sejalan dengan visi, misi, strategi, tujuan, dan lingkungan. Untuk mendapatkan budaya organisasi yang baik diperlukan rasionalitas yang kuat untuk memastikan terjadinya asimilasi budaya diseluruh organisasi. Program perubahan budaya harus memanfaatkan berbagai mekanisme trasnsmisi budaya dan juga pendekatan partisipatif serta komitmen dari pimpinan puncak untuk mencapai perubahan budaya yang mendalam dan berkelanjutan.

1.Budaya Kuat dan Budaya Lemah

Budaya organisasi yang kuat adalah budaya organisasi yang ideal di mana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas perilaku. Di samping faktor kepemimpinan ada dua faktor besar yang ikut menentukan kekuatan budaya organisasi yaitu kebersamaan dan intensitas. Kebersamaan dapat ditunjukan dengan besarnya derajat kesamaan yang dimiliki oleh para anggota organisasi tentang nilai-nilai inti. Sedangkan intensitas adalah derajat komitmen para anggota organisasi terhadap nilai-nilai inti.

Pada organisasi yang memiliki budaya organisasi yang kuat, anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi, tahu dan jelas apa tujuan organisasi serta mengerti perilaku mana yang dipandang baik dan tidak. Pedoman bertingakh laku bagi orang-orang di dalam organisasi/perusahaan digariskan dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya sekadar slogan saja,

Page 10: Budaya Organsasi

tetapi dihayati dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang yang bekerja dalam organisasi/perusahaan.

Jadi budaya organisasi yang kuat membantu perusahaan memberi kepastian kepada seluruh individu yang ada dalam organisasi untuk berkembang bersama perusahaan dan bersama-sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan.

Budaya organisasi yang lemah adalah budaya organisasi yang kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan serta memberi pengaruh negatif pada organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawainya. Selain itu dalam organisasi yang lemah mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain, kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi dan anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk kepentingan kelompok atau kepentingan sendiri.

Apabila hal ini terjadi maka tugas-tugas tidak akan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat dari kurangnya motivasi atau semangat kerja,timbul kecurigaan-kecurigaan, komunikasi kurang lancar dan lunturnya loyalitas serta kesetiaan kepada organisasi.

E.PERKUATAN ORGANISASI

Untuk memperkuat budaya organisasi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pimpinan organisasi, yaitu:

1.Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi.

Pimpinan organisasi perlu untuk memantapkan nilai-nilai dasar tersebut agar dapat dipakai sebagai pedoman berperilaku bagi karyawan. Dalam nilai-nilai budaya perlu dijelaskan apa yang merupakan perintah atau anjuran, mana yang merupakan larangan, kegiatan apa yang bisa mendaptkan penghargaan dan kegiatan yang bisa mendapatkan hukuman dan lainnya.

Page 11: Budaya Organsasi

2.Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi.

Arah pembinaaan adalah agar nilai-nilai dasar yang menjadi budaya organisasi dapat dipahami, dihayati dan dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi khususnya anggota baru. Pembinaan terhadap anggota baru dapat dilakukan melalui bimbingan dan pelatihan.

3.Memberikan contoh teladan

Dalam menanamkan dan memperkuat nilai-nilai budaya kepada anggota organisasi, pimpinan organisasi perlu memberikan keteladanan dan kejujuran dalam berperilaku dengan berpedoman pada nilai-nilai budaya yang telah ditetapkan. Hal ini sangat berpengaruh dan dapat mempercepat penanaman dan perkuatan budaya organisasi kepada seluruh anggota organisasi.

4.Membuat acara-acara rutinitas

Acara-acara rutinitas seperti rekreasi bersama dapat memberikan motivasi kepada anggota-anggota organisasi dengan keyakinan bahwa dia adalah bagian dari keluarga besar organisasi. Selain itu secara tidak langsung merupakan perekat bagi anggota-anggota organisasi dalam menanamkan dan memperkuat budaya organisasi.

5.Memberikan penilaian dan penghargaan.

Pemberian penghargaan kepada anggota organisasi dapat merangsang anggota untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya yang ditanamkan.

6.Respon terhadap masalah eksternal dan internal.

Masalah-masalah eksternal seperti persaingan, pelanggan, penguasaan pasar, peraturan pemerintah dan masalah-masalah internal seperti tuntutan pegawai atau karyawan, konflik dalam organisasi perlu diantisipasi dan ditanggapi melalui budaya organisasi.

7.Koordinasi dan Kontrol.

Koordinasi dapat dilakukan melalui rapat-rapat resmi atau koordinasi antar pejabat secara berjenjang. Dan untuk mengetahui perilaku anggota-anggota organisasi perlu

Page 12: Budaya Organsasi

dilakukan pengontrolan atau pengawasan secara berkala. Hasil pengawasan dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk memperkuat budaya organisasi.

Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Selain itu, budaya organisasi akan meningkatkan kekompakan tim antar departemen, divisi, atau unit dalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi yang sama.

Budaya organisasi membentuk perilaku yang diinginkan sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efektif dan efisien, meingkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi koordinasi dan kontrol. Budaya organisasi akan meningkatkan motivasi pegawai dengan memberi mereka perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan dan nilai-nilai serta mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan organisasi. Dengan demikian organisasi itu akan memaksimalkan potensi karyawan dan memenangkan kompetisi.

Dengan budaya organisasi dapat diperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya manusia sehingga meningkatkan kinerja dan pada gilirannya meningkatakan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Penerapan “Budaya Kerja” pada Kantor Promosi dan Penanaman Modal Kabupaten Bone Guna Mewujudkan Kinerja Yang Optimal.

Keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sangat tergantung kepada Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini personil yang mengawakinya. Pemerintah Kabupaten Bone menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bone. Dan didalam pasal 20, paragraph 16 diatur lebih lanjut mengenai kewenangan pemerintah daerah di Bidang Penanaman Modal terdiri atas 7 (tujuh) sub bidang. Ketujuh sub bidang tersebut meliputi : 1) Kebijakan Penanaman Modal; 2) Kerjasama Penanaman Modal;3) Formasi Penanaman Modal;4) Pelayanan Penanaman Modal;5)Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal;6) Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Penanaman Modal; dan 7) Penyebarluasan Pendidikan dan Pelatihan Penanaman Modal.

Sebagai institusi ilmiah, KPPM Bone memiliki tanggung jawab dalam memanfaatkan, menguasai dan mengembangkan iptek kepromosian. Dalam

Page 13: Budaya Organsasi

mendukung pengembangan investasi, tugas dan tanggung jawab KPPM Bone semakin strategis dengan telah perda tersebut di atas.

Sejalan dengan uraian tersebut maka guna mewujudkan keberhasilan tugas pokok dan fungsi KPPM Bone diperlukan dukungan SDM (Pesonel) yang profesional di bidang masing-masing guna mewujudkan kinerja yang optimal.

F.BUDAYA KERJA ORAGNISASI PEMERINTAHAN

Budaya kerja Pemkab Bone telah disosialisasikan kepada seluruh organisasi dan instansi pemerintahan di kabupaten Bone. Satu hal yang menjadi pertanyaan di sini adalah: Sudahkah Budaya Kerja tersebut diterapkan dalam pelaksanan tugas sehari-hari oleh seluruh pegawai/karyawan di Pemkab Bone, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu memahami makna dan hakikat dari Budaya Kerja “Kebersamaan, Keterbukaan, dan Profesionalisme” tersebut.

Apakah Pilar Budaya kerja?

Pilar budaya kerja merupakan landasan yang menjadi tolok ukur atau acuan nilai untuk mengukur suatu program. Pilar budaya kerja seperti yang dicanangkan Bupati Bone adalah :

1. Kerja Cerdas

2. Kerja Keras

3. Kerja Ikhlas

4. Kerja Tuntas

KERJA CERDAS ;

Mampu memperhitungkan risiko, mampu melihat peluang & dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan Hal ini tentu didasari tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang (profesional pada bidangnya)

Page 14: Budaya Organsasi

KERJA KERAS :

Usaha maksimal untuk memenuhi keperluan hidup di dunia dan di akhirat disertai sikap optimis. Setiap orang wajib berikhtiar maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat. Kebutuhan hidup manusia baik jasmani maupun rohani harus terpenuhi. Kebutuhan jasmani antara lain makan, pakaian dan tempa tinggal sedangkan kebutuhan rohani diantaranya ilmu pengetahuan dan nasehat. Kebutuhan itu akan diperoleh dengan syarat apabila manusia mau bekerja keras dan berdo’a maka Allah pasti akan memberikan nikmat dan rizki-Nya. Bekerja atau berikhtiar merupakan kewajiban semua manusia. Karena itu untuk mencapai tujuan hidup manusia harus bekerja keras terlebih dahulu. Dalam lingkup belajar, kerja keras sangat diperlukan sebab belajar merupakan proses ang membutuhkan waktu. Orang akan sukses apabila ia giat belajar, tidak bermalas-malasan.

KERJA IKHLAS :

Bekerja dengan bersungguh-sungguh yang dilandasi oleh hati yang tulus dan dilakukan tanpa keluh kesah. Hal ini harus dimulai dari niat yang baik atau dalam bahasa Bugis disebut "ININNAWA". Kerja ikhlas adalah bentuk pengorbanan baik tenaga, pikiran, dan perasaan.

KERJA TUNTAS : Bekerja tidak setengah-setengah & mampu mengorganisasikan bagian-bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk mencapai hasil maksimal. Kerja tuntas dikalangan Bugis Bone dikenal dengan prinsip "TELLABU ESSOE RI TENGNGA BITARAE" yaitu jika ingin melakukaan sesuatu pekerjaan maka renungkanlah kemudian satukan hati dan pikiran selanjutnya lakukan dan jangan berhenti di tengah jalan .

Implementasi Budaya Kerja dengan Semboyan " SUMANGE' TEALARA' "

Moto atau semboyan merupakan pedoman yang menggambarkan motivasi, semangat, dan tujuan dari suatu organisasi. Kabupaten Bone mempunyai semboyan " Sumange' Tealara' " . Semboyan ini merangkum berbagai petuah bugis Bone seperti : Siattinglima, Sitonraola Tessibelleang, Sipakatau, Sipakainge, Siparappe, dan Tellabu Essoe Ritengnga Bitarae.

Dengan demikian SUMANGE' TEALARA' mengandung makna integritas individu maupun kelompok menjadi sebuah integritas secara global. Jika semangat ini

Page 15: Budaya Organsasi

dijadikan sebagai driver budaya kerja, niscaya setiap langkah program yang dilakukan dapat terukur.

Hakekat Budaya Kerja Organisasi.

Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong yang tercermin dari sikap, perilaku, kepercayaan dan cita-cita kemudian diwujudkan dalam kerja.

Budaya Organisasi adalah suatu himpunan asumsi penting dari suatu kebiasaan yang dinyatakan baik tertulis maupun tidak tertulis, yang dianut oleh para anggotanya dan dijadikan acuan dalam mencapai tujuan organisasi. Dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi mirip dengan kepribadian individu yang ditampakkan dengan cara seseorang bertindak, bagaimana cara-cara organisasi berkomunikasi, baik di dalam maupun di luar organissasi.

Dalam mengimplemen-tasikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi suatu organisasi budaya organisasi ikut berperan. Memahami makna tersebut maka Pemkab Bone yang telah memiliki budaya kerja organisasi, hendaknya dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi setiap anggota dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, sasaran kebijakan dan strategi yang telah dirumuskan dalam perencanaan strategik Pemkab Bone agar dapat terwujud secara efektif dan efisien.

Hakikat Kebersamaan.

Secara Harfiah kebersamaan berasal dari kata dasar “sama” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti “tidak berbeda, tidak berlainan” atau “keadaan sepadan, sebanding, seimbangan dan setara”. Selanjutnya kebersamaan berarti menjadikan dirinya sama, sepadan, sebanding dan tidak berlainan dengan orang lain sehingga mencapai keserasian dan keselarasan (keharmoni-san).

Konsep kebersamaan dapat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan, meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Dalam bidang organisasi istilah kebersamaan lebih tepat dan diidentikkan dengan kata “bekerja

Page 16: Budaya Organsasi

sama”. Penjabaran kata bekerja sama dapat diwujudkan dengan berbagai macam makna sesuai dengan konteks kalimat dan kepentingannya.

Dalam “Pengantar Manajemen Umum”, organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama, sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dijelaskan lebih lanjut unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu adanya tujuan dua orang atau lebih adanya pembagian tugas dan adanya kehendak untuk bekerja sama. Menyimak penjelasan pada “Penerapan Manajemen Modern di lingkungan Pemerintah”, bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh SDM yang memiliki etos kerja baik, berfikir analitis, tidak bersikap sektoral, partisipatif, dapat memadukan sistem yang ada dan dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja. Dari dua pendapat tersebut, mengandung makna pentingnya kebersamaan/kerja sama antar anggota dalam suatu organisasi.

Di lingkungan budaya Bugis , makna kebersamaan terangkum dalam pepatah “Siattinglima, Sitonraola,Tessibelleang”, dapat diterjemahkan sebagai “Saling berpegangan tangan untuk keintegrasian, berjalan searah untuk kemufakatan. Tessibelleang berarti tidak saling menghianati yakni apa yang kita miliki bersama jangan sampai terlepas dan kita pegang teguh (kegotong-royongan dan komitmen).

Hakikat Keterbukaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara harfiah kata ‘terbuka” berarti tidak tertutup, tersingkap, tidak terbatas pada orang tertentu saja, tidak dirahasiakan”. Keterbukaan diartikan sebagai toleransi dan membuka diri untuk orang lain, dalam rangka menjalin hubungan untuk berkomunikasi dan saling berinteraksi, mau menerima saran dan masukan dari orang lain. Dijelaskan dalam “Pengantar Manajemen Umum” bahwa “suatu organisasi yang berhasil guna dan berdaya guna senantiasa memandang organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka (open manajemen) menerapkan birokrasi yang transparan dan memperhatikan keterkaitan antara sistem internal organisasi dengan sistem eksternal lingkungannya”. Dengan sistem keterbukaan dalam organisasi, akan lebih meningkatkan peran serta dan aktualisasi diri bagi setiap anggotanya, menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya sehingga ikut bertanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Demikian halnya kata kebersamaan, kata keterbukaan dapat diimplemen-tasikan pada seluruh aspek kehidupan, meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Bergulirnya era reformasi saat ini, tuntutan akan keterbukaan di segala bidang kehidupan semakin meningkat. Partisipasi masyarakat

Page 17: Budaya Organsasi

semakin meningkat, harus diarahkan pada jalur yang benar (sesuai norma yang ada) dan secara proporsional menuju peningkatan manajemen yang lebih baik.

Hakikat Profesionalisme

Istilah profesionalisme sudah akrab didengar, utamanya di lingkungan kerja, namun tidak ada salahnya untuk menguraikan makna yang terkandung dalam kata profesionalisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata profesionalisme berasal dari kata “profesi yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian, (keterampilan, kejuruan dan lain-lain) tertentu. Selanjutnya profesionalisme berarti, mutu, kualitas atau tindak-tanduk / unjuk kerja yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional di bidangnya.

Dalam “101 Cara Memperkuat Kesan Profesioanalisme “ terjemahan “101 Ways to Make a Professional Impact” oleh Eleri Sompson, profesionalisme mengandung makna “efek yang diciptakan melalui performance seseorang, yang ditunjukkan dengan penguasaan pengetahuan, tingkah laku dan kebiasaan yang nantinya dapat menjadi ciri pribadi seseorang yang dapat dikomunikasikan kepada dunia luar/publik”. Selanjutnya dijelaskan bahwa unsur yang terpenting dalam profesionalisme adalah; pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengatasi bermacam situasi dengan rasa percaya diri dan kredibilitas tinggi.

Untuk mewujudkan profesionalisme yang optimal tentunya tidak hanya knowledge, skill, attitude namun faktor yang perlu dipertimbangkan dan cukup berpengaruh adalah situasi dan kondisi kerja yang kondusif, hubungan inter personal yang komunikatif dan “team work”/ kerja sama yang solid.

Penerapan Budaya Kerja dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi.

Dari uraian tentang hakekat budaya kerja “Kebersamaan, Keterbukaan dan Profesionalisme”, selanjutnya penulis mencoba menjabarkannya untuk dapat diaplikasikan sesuai tugas dan fungsi dalam bidang masing-masing.

a.Budaya kebersamaan, diimplementasikan sebagai berikut :

1.Dapat bekerja sama dengan siapapun, dimanapun berada, kapan pelaksanaanya dan dalam situasi yang bagaimanapun merupakan kelompok kerja yang kompak dan solid).

Page 18: Budaya Organsasi

2.Memegang teguh prinsip dan tujuan yang telah ditentukan bersama, loyalitas dan dedikasipenuh. Tidak mengkhianati atasan, rekan kerja maupun bawahan, tidak ingkar terhadap gagasan/kebijakan yang telah disepakati bersama (menjaga komitmen).

3.Tidak berfikir sektoral (bagian per bagian melainkan atas nama satu “Wadah” untuk kepentingan organisasidan memandang orang lain sebagai bagian yang integral atas suatu keberhasilan.

4.Kesediaan menularkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki (terutama personel yang telah mengikuti pendidikan, kursus maupun penataran) kepada yang lebih yunior/bawahan dengan tujuan kaderisasi, dengan rekan setingkat atau atasan /senior untuk sharing.

5.Menghormati dan menghargai atasan atau senior, menyayangi rekan sesama/setingkat dan kepada bawahan,(menghormati dan menghargai orang lain berarti menghormati dan menghargai dirisendiri).

6.Mengikis habis rasa “senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang”.Berusaha mengerti kesulitan rekan kerja atau bawahan dan berusaha untuk memberikan bantuan, utamanya dukungan moril atau pemikiran pemecahan masalah.

7.Memberikan kontribusi nyata dan ikut berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang ada di KPPM Bone sesuai dengan bidang keahlian/keterampilan masing-masing.

b.Budaya keterbukaan, diimplementasikan sebagai berikut :

1.Senantiasa berfikir positif terhadap orang lain. Hal ini bisa dilakukan apabila kita memiliki hati yang bersih dan tulus ikhlas (menghilangkan rasa iri,dan dengki ).

2.Membuka diri dan mau menerima saran dan kritik dari orang lain selanjutnya dijadikan bahan masukan penyempurnaan tugas pekerjaan. Tidak memandang dari mana kritik dan saran tersebut,namun lebih melihat apa dan bagaimana isi kritik yang disampaikan.

3.Setiap program dan perencana-an kegiatan yang dibuat melibatkan seluruh pihak yang terkait sesuai dengan batas wewenang masing- masing, sehingga seluruh anggota mengetahui kondisi Satker dan saling mempercayai antara pimpinan dengan yang dipimpin.

4.Tidak melakukan langkah dan tindakan di luar ketentuan yang telah disepakati, sehingga semua tindakan dapat terkontrol,terkoordinasi dan terarah. Bila ada

Page 19: Budaya Organsasi

saran dan masukan terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi serta kebijakan yang ada hendaknya melalui prosedur yang telah ditetapkan (dapat memanfaatkan kotak saran).

5.Bila terjadi kegagalan tidak bersifat “manipulatif”,yaitu mengeksploitasi kelemahan/kekurangan orang lain untuk kepentingan sendiri akan lebih bijaksana mencari upaya perbaikan dengan tetap bersabar dan kembali bersabar.

c.Budaya profesionalisme, diimplementasikan sebagai berikut :

1.Berpola pikir, pola sikap dan pola tindak yang “intelek-tualistis, rasionalistis dan realistis dengan mempertim-bangkan segi efektif dan efisiensinya (dengarkan sebelum berbicara, pikirkan sebelum bertindak).

2.Memahami dan menganalisis setiap tugas dan pekerjaan yang diberikan dengan berpikir sistematik, komprehensif, holistik dan integral terhadap penyelesai-an masalah, serta obyektif terhadap pertimbangan yang diperlukan.

3.Bersikap proaktif, kreatif inovatif dan responsif dalam menghadapi perubahan yang terjadi dan memanfaatkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan Satker.

4.Toleransi dan kompromis terhadap perbedaan pendapat dan komitmen terhadap keputusan yang telah disepakati. Senantiasa meningkatkan kemam-puan diri dengan memanfaatkan setiap peluang/kesempatan yang ada dengan tetap “bersaing sehat”/kompetetif, maju tanpa menjatuhkan/mengorbankan pihak lain (contoh: Kesempatan mengikuti kursus,pelatihan-keterampilan dan lain-lain atau dalam penempatan jabatan).

5.Menyambut gembira dan senantiasa menikmati setiap tugas dan pekerjaan yang diberikan,tetap konsen dan bertanggung jawab atas penyelesaiannya.

PENUTUP

a.Penjabaran tentang budaya kerja organisasi yang telah diuraikan di atas, bukan merupakan “harga mati’,namun setidak-tidaknya dapat memberikan sedikit gambaran dalam rangka penerapannya untuk mewujudkan kinerja yang optimal bagi seluruh personel organisasi.

b.Tantangan tugas pokok dan fungsi organisasi semakin kompleks dan strategis, dengan adanya kemitraan dan penerapan budaya kerja organisasi diharapkan terciptanya team work yang solid.

Page 20: Budaya Organsasi

c.Dengan penerapan budaya kerja semoga organisasi bisa lebih meningkatkan kualitas kerja yang dihasilkan, sehingga dapat menghasilkan kajian-kajian yang aplikatif dan dapat “ditindak lanjuti” serta dimanfaatkan oleh pihak lain yang terkait, untuk kepentingan masyarakat.