budaya k3 dan fungsi paru
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA
TAMBANG BATUBARA (Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi
PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan 2014)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan guna memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Oleh
Dwi Prasada
I1A011103
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
Desember, 2014
iv
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA TAMBANG BATUBARA
(Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi
PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan)
Dwi Prasada
Penambangan batubara merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang
dapat menimbulkan partikel debu batubara. Apabila terhirup, debu ini dapat
menyebabkan gangguan pernafasan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, tempat kerja
yang sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi
dan bebas dari kecelakaan kerja. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di
PT. Hasnur Riung Sinergi. Metode penelitian ini adalah observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik purpose
sampling kemudian mengisi kuesioner budaya K3 dan selanjutnya sampel
melakukan uji fungsi paru dengan menggunakan alat spirometri merek BLT-08
Spiro Pro Meter®, hasil kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil
penelitian didapatkan sampel berjumlah 30 orang yang masuk dalam kriteria
inklusi, 18 pekerja (60%) memiliki budaya K3 positif dan 12 pekerja (40%)
memiliki budaya K3 negatif. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square dengan
tingkat kepercayaan 95% menggunakan aplikasi komputer SPSS 16.0
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru
pekerja tambang batubara (nilai p = 0,136). Dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di
PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan, Juli 2014.
Kata-kata kunci: budaya K3, fungsi paru, pekerja tambang batubara
v
ABSTRACT
THE RELATION BETWEEN CULTURE OF OCCUPATIONAL HEALTH
SAFETY (OHS) AND PULMONARY FUNCTION COAL MINE WORKERS
(An observational study on workers coal mines department production of
Hasnur Riung Sinergi Inc, Rantau, South kalimantan)
Dwi Prasada
Coal mining is one of the air pollution that can create particles of coal dust.
When inhaled, it could cause pulmonary disorder. Occupational health and safety
(OHS) is an effort to create a safe workplace, health workplace, and free from
environment pollution, so can reduce and free from work accident. Research
purposes is to know the relationship between culture of occupational health safety
and pulmonary function workers coal mines in Hasnur Riung Sinergi Inc.
Research method using analytic methods of observational with the approach of
cross sectional. Samples chosen uses the technique purpose of sampling then fill a
questionnaire occupational health safety’s culture and next samples do test
pulmonary function by using spirometry BLT-08 spiro pro meters®, the result will
be analyzed using test chi-square. The research results obtained sample is 30
people that came in inclusion criteria, 18 workers (60 %) have positive of
occupational health safety’s culture and 12 workers (40 %) have negative
occupational health safety’s culture culture. The results of the analysis of
statistics by test chi-square with the levels of trust 95 % using computer
application SPSS 16.0 shows that there was no correlation between occupational
health safety’s culture and pulmonary function of coal mine workers (a value p =
0,136). We can conclude that there was no correlation between occupational
health safety’s culture and pulmonary function of coal mine workers in Hasnur
Riung Sinergi Inc, Rantau, south kalimanta, july 2014.
Keywords: occupational health safety’s culture, pulmonary function, coal mine
worker
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA DAN FUNGSI PARU PEKERJA TAMBANG BATUBARA”, tepat
pada waktunya.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Prof. DR. dr.
Ruslan Muhyi, Sp. A (K) yang telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam
pelaksanaan penelitian.
Kedua dosen pembimbing, Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST.,
M. Kes dan dr. Nurul Hidayah, M. Sc, Sp. A yang berkenan memberikan saran,
arahan, dan bimbingan selama penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Dosen penguji, dr. Ida Yuliana, M. Biomed dan Dr. dr. Triawanti, M. Kes
yang sudah memberi kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi
semakin baik.
Direktur PT. Hasnur Riung Sinergi, Afify Jauhari dan Project Manager site
BRE, Bambang Wahyu yang telah memberikan izin penelitian dan memfasilitasi
selama penelitian diperusahan serta membantu semua proses penelitian.
vii
Orang tua, Aiptu Isnadi dan Siti Asiyah, S. Pd, sahabat peneliti Husnul
Khotimah, rekan-rekan penelitian, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan
satu persatu atas sumbangan pikiran dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran.
Banjarmasin, 23 Desember 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR SINGKATAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 3
E. Keaslian Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5
B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6
1. Disiplin 6
ix
2. Keterbukaan 7
3. Saling menghargai 7
4. Kerja sama 7
C. Batubara 7
D. Debu Partikulat 8
1. Definisi Debu 8
2. Debu Batubara 8
E. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru 8
F. Gangguan Fungsi Paru 10
1. Gangguan Paru Obstruktif 11
2. Gangguan Paru Restriktif 11
3. Gangguan Paru Campuran 11
BAB III LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 12
B. Hipotesis 15
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 16
B. Populasi dan Sampel 16
C. Instrumen Penelitian 17
D. Variabel Penelitian 17
E. Definisi Operasional 17
F. Prosedur Penelitian 18
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan data 20
x
H. Cara Analisis Data 20
I. Tempat dan Waktu Penelitian 21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 22
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan 27
B. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1 Distribusi Frekuensi Budaya K3 22
5.2 Distribusi Frekuensi Fungsi Paru 24
5.3 Frekuensi Hubungan Antara Budaya K3 dan Fungsi Paru
Pekerja Tambang Batubara 25
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Jawaban Permohonan Penelitian.
2. Surat Keterangan Kelaikan Etik/ethical clearance.
3. Data Sampel Penelitian.
4. Contoh Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian Fungsi Paru.
5. Contoh Data Identitas Responden.
6. Contoh Kuesioner Penelitian.
7. Contoh Kertas Hasil Rekaman Spirometry.
8. Hasil Uji Statistik Chi-Square.
9. Dokumentasi Penelitian.
xiii
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
APD Alat Pelindung Diri
FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 second
FVC Force Vital Capacity
ILO International Labour Organization / Organisasi Buruh Internasional
IMT Index Masa Tubuh
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KVP Kapasitas Vital Paksa
NAB Nilai Ambang Batas
PT Perseroan Terbuka
PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik
SDM Sumber Daya manusia
SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SPM Suspended Particulate Matter / Partikel yang Melayang di Udara
SOP Standar Operasional Prosedur
VEP1 Volume Expirasi Paksa (dalam satu detik pertama)
WHO World Health Organization / Badan Kesehatan Dunia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah
menciptakan produktivitas setinggi-tingginya (1). K3 mutlak untuk dilaksanakan
pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Pelaksanaan K3 adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (2).
Penambangan batubara merupakan salah satu sumber pencemaran udara dengan
hasil yang ditimbulkan berupa partikel debu batubara yang dapat mengganggu
kesehatan pernafasan bila terhirup manusia (3). Risiko kerja yang sering terjadi dan
banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit paru kerja yang timbul akibat pajanan
debu batubara dalam jangka waktu lama yaitu pnemokoniosis, bronkitis kronis dan
asma kerja (4).
Menurut International Labour Organisation (ILO) tahun 2002, setiap tahun di
seluruh dunia 2 juta orang mengalami penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut,
40.000 kasus baru pneumokoniosis terjadi di dunia tiap tahunnya (5). Data WHO
tahun 1999 menunjukkan bahwa terdapat 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja
di seluruh dunia, 5% dari angka tersebut adalah pneumokoniosis (4). Kejadian
2
penyakit akibat kerja tersebut diperkirakan akibat dari faktor interinstik seperti
perilaku, sikap dan kedisiplinan, serta faktor ekstrinsik seperti faktor lingkungan dan
faktor perusahaan (6). Menurut Kaligis, penerapan implementasi program K3 akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas kerja (7).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PT. Hasnur Riung
Sinergi yang bergerak dibidang penambangan batubara, didapatkan keluhan pekerja
adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sesak nafas, common cold, dan flu.
Penelitian tentang kesehatan pekerja di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi
perlu dilakukan agar dapat diketahui penyebab keluhan pekerja dan diharapkan dapat
meminimalkan penyakit akibat kerja dan tujuan akhirnya dapat meningkatkan
produksi kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan yang akan diteliti,
yaitu apakah ada hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang
batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara budaya
K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.
3
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi budaya K3 pada pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung
Sinergi.
2. Menilai fungsi paru pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.
3. Menganalisis hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang
batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi tenaga kerja adalah menambah pengetahuan pekerja dalam upaya
melindungi diri dari faktor risiko penyebab penyakit akibat kerja dan cedera
akibat kerja.
2. Manfaat bagi perusahaan adalah sebagai masukan untuk bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
pekerja, meningkatkan efisiensi dalam pengeluaran pembiayaan kesehatan dan
menciptakan produktivitas setinggi-tingginya.
3. Manfaat bagi akademik adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana
pengembangan teori yang telah didapat dalam perkuliahan sehingga diperoleh
pengalaman langsung, khususnya mengenai K3 dan paparan debu batubara
terhadap fungsi paru.
4
D. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah tahun 2013, didapatkan hasil bahwa
pekerja akan minimal mengalami gangguan fungsi paru apabila diberi alat pelindung
diri dibandingkan dengan yang tidak diberi alat pelindung diri (8).
Kaligis dkk tahun 2013, menyatakan bahwa implementasi program keselamatan
dan kesehatan kerja akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan produktivitas (7).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur
operasi standar yang menjadikan acuan dalam bekerja (1). Keselamatan kerja
adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses
pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Sedangkan kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja (9). Dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan disebutkan
bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja
secara optimal. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting
bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya
merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung (10). Kerugian langsung terdiri dari biaya medis, premi untuk asuransi,
kerugian hak milik. Kerugian tidak langsung adalah biaya tambahan lain,
pengurangan produktivitas, keterlambatan jadwal, bertambahnya waktu
administratif, kerusakan fasilitas, dan hal yang makin sulit diukur tetapi riil yaitu
penderitaan manusia dan menurunkan moril, juga nama perusahaan akan terkena
dampak buruk yang dapat berakibat berkurangnya pelanggan yang jelas
berpengaruh terhadap masuknya dana perusahaan (11).
6
B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perilaku tidak aman merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya kematian
maupun kerugian yang ditimbulkan (12).
Budaya kerja adalah suatu keberhasilan kerja yang berakar pada nilai-nilai
yang dimiliki dan perilaku yang menjadikan kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut
bermula dari adat, kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadi
keyakinannya dan menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-
nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya (13).
Budaya kesehatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan kerja
(occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial
yang memengaruhi kesehatan pekerja (14).
Nilai budaya kerja mencerminkan keinginan sungguh-sungguh dan komitmen
yang kuat dari karyawan untuk memberikan yang terbaik kepada seluruh pihak
yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal. Cakupan makna setiap nilai
budaya kerja antara lain (14):
1. Disiplin
Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di
dalam maupun di luar perusahaan, disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan
mitra, dan sebagainya.
7
2. Keterbukaan
Kesiapan untuk memberikan dan menerima informasi yang benar dari dan
kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.
3. Saling menghargai
Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan
tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4. Kerja sama
Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan/atau kepada
mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.
C. Batubara
Batubara adalah barang tambang yang berasal dari sedimen bahan organik
dari berbagai macam tumbuhan yang telah membusuk dalam waktu yang sangat
lama dan di area dengan karakteristik kandungan air cukup tinggi. Pembentukan
batubara dimulai dengan proses pembusukan timbunan tanaman dalam tanah dan
membentuk lapisan gambut kadar karbon tinggi. Pembentukan batubara dari
gambut (coalification) dipengaruhi oleh faktor material pembentukan, temperatur,
tekanan, waktu proses, dan berbagai kondisi lokal seperti kandungan O2, tingkat
keasaman dan kehadiran mikroba. Proses coalification pada gambut terbagi
menjadi 3 tahapan yaitu: aerobik, pembusukan anaerobik, dan bituminusasi (15).
Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat
pemanfaatan yang sangat panjang (15). Pembentukan debu batubara selama
proses penambangan merupakan sumber signifikan paparan debu batubara (17).
8
D. Debu Partikulat
1. Definisi debu
Debu adalah partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran,
penanganan, grinding, impaksi cepat, peledakan dan pemecahan dari material
organik atau anorganik seperti batu, bijih metal, batubara, kayu dan biji-bijian.
Istilah debu yang digunakan di industri adalah menunjuk pada partikel yang
berukuran antara 0,1 sampai 25 mikron (16).
2. Debu batubara
Mineral dan elemen-elemen kontaminan yang umum ditemukan pada debu
batubara adalah kaolin, mika, pirit, titanium, kalsit, sulfur, sodium, magnesium,
dan silika. Metal transisi yang terkandung dalam debu batubara meliputi boron,
cadmium, tembaga, nikel, besi, antimon, timah, dan seng. Beberapa jenis metal
transisi tersebut dapat bersifat sitotoksik dan karsinogenik (17).
Debu batubara mengandung radikal hidroksil. Radikal bebas tersebut
bertanggung jawab terhadap terjadinya proses inflamasi pada saluran pernafasan
dan kerentanan terhadap penyakit. Radikal hidroksil ini mengarah pada
pembentukan edema (18).
E. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru
Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-
paru, selanjutnya apa yang terjadi dengan debu tersebut sangat tergantung kepada
ukuran debu tersebut (16). Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai
kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap
9
akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran
antara 3-5 mikron tertahan atau tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel
debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling
berbahaya karena tertahan atau tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai
alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di
alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown
keluar masuk alveoli dan apabila membentur alveoli, debu akan tertimbun disana
(19).
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan terkumpul dibagian awal
saluran limfe paru, debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat
toksik terhadap makrofag seperti silika bebas merangsang terbentuknya makrofag
baru. Makrofag baru menfagositosis silika yang bebas sehingga terjadi autolisis,
keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang
terus menerus penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan
hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu
dinding alveoli dan jaringan intertestinal. Akibat fibrosis paru akan menjadi kaku
dan menimbulkan gangguan pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru
restriktif (20).
Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan
tertimbunnya debu dalam paru. Salah satu mekanismenya adalah kelambanan dari
partikel-partikel debu yang bergerak, yaitu waktu udara membelok ketika melalui
jalan pernapasan yang tidak lurus, maka partikel-partikel debu yang bermasa
cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara, melainkan terus lurus
10
dan akhirnya menumpuk diselaput lendir dan mengendap. Mekanisme lain adalah
sedimentasi, terutama pada bronki yang sangat kecil dan bronkioli, sebab ditempat
tersebut kecepatan udara pernapasan sangat kurang kira-kira 1 cm/detik, sehingga
gaya tarik dapat bekerja terhadap partikel-partikel debu mengendapkannya.
Mekanisme lain adalah gerakan brown, untuk partikel-partikel yang berukuran
kurang dari 0,1 mikron sehingga ada kemungkinan membentur permukaan alveoli
dan mengendap (19).
F. Gangguan Fungsi Paru
Gangguan fungsi paru adalah penyakit yang dialami oleh paru-paru yang
disebabkan oleh berbagai sebab, misalnya virus, bakteri, debu, maupun partikel
lainnya. Penyakit pernafasan yang diklasifikasikan karena uji spirometri ada tiga
macam yaitu penyakit yang menyebabkan gangguan ventilasi obstruksi, restriktif,
dan gabungan obstruktif dan restriktif (21).
Pada individu normal terjadi perubahan nilai fungsi paru secara fisiologis
sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth).
Mulai pada fase anak umur 22–24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada
waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur.
Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara
gradual (pelan-pelan), biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan.
Berikutnya nilai fungsi paru KVP (Kapasitas Vital Paksa) dan FEV1 (Volume
Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama) mengalami penurunan rerata sekitar 20 ml
tiap pertambahan satu tahun umur individu (22).
11
1. Gangguan Paru Obstruktif
Penurunan kapasitas paru diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah
debu. Penimbunan debu menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan dan
penurunan aliran udara mulai dari saluran napas bagian atas sampai bronkiolus
berdiameter kurang dari 2 mm ditandai dengan penurunan FEV1, FEVl/FVC dan
kecepatan aliran udara pada ekspirasi. Pemeriksaan FEV1 dan rasio FEV1/FVC
merupakan pemeriksaan yang standar, sederhana dan akurat untuk menilai
obstruksi saluran napas (23).
2. Gangguan Paru Restriktif
Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergi
seperti debu, spora, jamur yang mengganggu saluran pernafasan dan kerusakan
jaringan paru-paru (23).
3. Gangguan Paru Campuran
Kombinasi dari penyakit pernafasan obstruktif dan restriktif. Hal ini terjadi
karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran,
yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu
indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu
restriktif (24).
12
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Program yang dilakukan untuk menghindari atau mencegah kejadian penyakit
akibat kerja adalah dengan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Program K3 mengatur sistem manajemen secara keseluruhan agar terciptanya
tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif. Sistem yang mengatur
hal tersebut dikenal dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) (11).
Penerapan budaya K3 tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
kerja perusahaan. Indikator produktivitas yang diukur adalah perbandingan antara
capaian dan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya dalam
perencanaan K3 (11). Peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat penting bagi
perusahaan karena dengan adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja maka
akan tercapai efisiensi dan efektivitas sehingga produksi yang dihasilkan lebih
baik dan perusahaan pun memperoleh keuntungan yang lebih besar (19).
Debu adalah partikel yang terbentuk akibat proses penghancuran benda padat
dan salah satunya adalah debu batubara. Debu batubara mengandung radikal
bebas hidroksil, dimana debu yang berukuran 3 mikron saja yang dapat masuk dan
mengendap dialveoli. Pengendapan debu batubara akan menyebabkan proses
inflamasi pada saluran pernafasan. Terjadi proses fagositosis dan autolisis secara
berulang, pembentukan jaringan ikat kolagen atau pengendapan hialin, dan
13
akhirnya paru-paru kaku dan sulit mengembang sehingga terjadi penurunan fungsi
paru (17).
Risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena faktor
perusahaan tidak menerapkan program K3 dengan baik dan faktor dari individu
yang tidak menjalankan program K3 dengan baik (7). Sholihah menyatakan
bahwa penyakit paru yang disebabkan oleh debu batubara dapat diminimalkan
dengan penerapan budaya K3 yang baik (8). Menurut Kaligis, penerapan
implementasi program K3 akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan produktivitas kerja, sehingga akan dicapai produktivitas yang tinggi
(7).
14
Keterangan:
: diteliti langsung : tidak diteliti
: menghambat
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara budaya K3 dan fungsi
paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi
Faktor eksterinsik Faktor interinsik
Debu batubara
Budaya kerja K3
- Perilaku
- Keterbukaan
- Menghargai
- Kerja sama
Debu 1-3 mikron
Masuk ke alveoli dan mengendap
Fagositosis
Pembentukan jaringan ikat kolagen & pengendapan hialin
Fibrosis
Paru kaku & sulit mengembang
Penurunan fungsi paru
FVC & FEV1
Autolisis makrofag
15
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara budaya K3
dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, dimana
pekerja yang berbudaya K3 negatif lebih berisiko terhadap penurunan fungsi
paru.
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja tambang batubara PT. Hasnur
Riung Sinergi bagian produksi yang berjumlah 189 orang.
Sampel dalam penelitian ini selanjutnya disebut responden diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Umur antara 20-45 tahun.
2. Masa kerja kurang dari 5 tahun.
3. Bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Pekerja shift siang.
5. IMT normal (18,00 – 25,00).
6. Jenis kelamin laki-laki.
7. Tidak memiliki riwayat penyakit paru.
17
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
bertujuan untuk menilai budaya K3 responden. Kuesioner sudah divalidasi dalam
penelitin yang dilakukan oleh Dahlawy (25).
2. Alat uji fungsi paru (Spirometri) merek BLT-08 Spiro Pro Meter® dan
mouthpiece, digunakan untuk menilai fungsi paru apakah fungsi paru responden
normal atau tidak normal (restriktif, obstruktif atau gabungan restriktif dan
obstruktif).
3. Timbangan badan dan mikrotoa digunakan mengukur tinggi badan dan berat badan
untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT).
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas : budaya K3
2. Variabel Terikat : fungsi paru
3. Variabel Pengganggu : Kebiasaan merokok dan debu batubara
E. Definisi Operasional
1. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja
Budaya K3 adalah perilaku, sikap dan nilai secara bersama untuk mencapai
derajat performa sehat, selamat yang dipahami dan dijadikan prioritas utama dalam
suatu organisasi (14). Alat ukur budaya K3 berupa kuesioner, dimana kuesioner
untuk menilai budaya K3 pekerja yang positif atau negatif. Nilai kuesioner budaya
K3 adalah sangat setuju (SS) poin 4, setuju (S) poin 3, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak
18
setuju (TS) poin 1 dan sangat tidak setuju (STS) poin 0 untuk pernyataan nomor 1, 2,
3, 4, 5, 7, 10, dan 12. Sementara itu untuk pernyataan nomor 8 dan 9 memiliki nilai
sangat setuju (SS) poin 0, setuju (S) poin 1, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak setuju (TS)
poin 3 dan sangat tidak setuju (STS) poin 4. Budaya K3 positif apabila poin
keseluruhan kuesioner > 24 dan untuk budaya K3 negatif apabila poin keseluruhan
kuesioner ≤ 24.
2. Fungsi paru
Fungsi paru adalah jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau
paru-paru seseorang secara maksimal (26). Pengukuran dapat dinilai melalui volume
ekspirasi pada detik pertama (FEV1) dan kapasitas vital ekpirasi paksa (FVC) (23).
Alat ukur uji fungsi paru adalah spirometri merek BLT-08 Spiro Pro Meter®. Nilai
uji fungsi paru adalah fungsi paru normal jika nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC
≥ 70%, fungsi paru tidak normal jika nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≥ 70%
(gangguan fungsi paru restriktif), nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%
(gangguan fungsi paru obstruktif), dan nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%
(gangguan fungsi paru gabungan).
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Sebelum pemeriksaan, responden diminta mengisi persetujuan menjadi
responden dan mengisi kuesioner budaya K3.
19
2. Pemeriksaan Fungsi Paru
Uji fungsi paru yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan
spirometri. Pemeriksan fungsi paru dengan menggunakan spirometer merek BLT-08
Spiro Pro Meter® dan mouthpiece, dengan prosedur sebagai berikut :
a. Persiapan Alat
Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap responden, memastikan alat telah
terhubung ke aliran listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol on. Pilihlah
profil rekam cetak – menu – profile set up – forced dan ikuti petunjuk pada layar di
alat. Masukkan nama dan data pasien (tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, dan ras). Tekan tombol pasien kemudian periksa kejernihan sensor spirometri
dan selanjunya tekan tombol start.
b. Pelaksanaan
Membersihkan bagian untuk menghembuskan nafas (mouthpiece) pada alat
spirometri. Meminta pasien untuk menarik napas secara maksimal, segera setelah
bagian untuk hembuskan nafas (mouthpiece) dari spirometri terpasang pada bibir
pasien, kemudian meminta pasien untuk menghembuskan napas secara maksimal
dengan cepat. Hembusan napas dilakukan melalui mulut (bukan hidung).
Pengambilan data berakhir secara otomatis sesudah waktu tertentu atau dengan
menekan tombol stop. Tepat setelah prosedur pertama berhasil dilakukan, tombol
accept akan muncul pada sebelah bawah layar sentuh. Tekanlah tombol ini dan
melanjutkan pemeriksaan dengan menekan tombol start. Untuk melihat rekaman dari
20
pemeriksaan pertama dilakukan dengan menekan tombol analyse (ada pada sebelah
bawah layar sentuh) setelah menekan tombol accept dan dilakukan pemeriksaan
sebanyak 3 kali.
G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan pada saat studi pendahuluan untuk melihat secara langsung
kondisi lapangan penambangan batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.
2. Kuesioner
Pengisian lembar isian kuesioner yang disertai dengan pengisian persetujuan
menjadi responden untuk menilai budaya kerja K3 responden.
3. Pengukuran
a. Pengukuran fungsi pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi
menggunakan Spirometri.
b. Pengukuran berat badan pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi
menggunakan alat timbang berat badan.
c. Pengukuran tinggi badan pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi
menggunakan alat ukur tinggi badan mikrotoa.
H. Cara Analisis Data
Data budaya K3 dan hasil uji fungsi paru dievaluasi secara statistik dengan uji
chi square yang memiliki tingkat kepercayaan 95%. Apabila nilai P > 0,05 syarat
21
terpenuhi dan jika nilai P < 0,05 syarat tidak terpenuhi, maka akan digunakkan uji
Fisher sebagai uji alternatif.
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi,
Rantau, Kalimantan Selatan pada bulan Juli 2014.
22
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai hubungan antara budaya kesehatan keselamatan kerja (K3)
dan fungsi paru pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau,
Kalimantan Selatan dilaksanakan pada bulan Juli 2014. Jumlah sampel penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi dan menjadi subyek penelitian ini adalah 30 sampel
dari jumlah populasi sebanyak 189 orang.
Berdasarkan hasil penilaian kuesioner untuk tingkat kedisiplinan budaya K3,
maka pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan
Selatan dapat diklasifikasikan berdasarkan budaya K3 baik (positif budaya K3) dan
budaya K3 tidak baik (negatif budaya K3) seperti ditunjukkan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Budaya K3 pada Pekerja Tambang Batubara
PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan Tahun 2014.
Berdasarkan dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi budaya K3
adalah 18 sampel memiliki budaya K3 positif (60%) dari keseluruhan jumlah sampel
adalah 30 orang. Menurut Dahlawy (2008) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
budaya K3 diantaranya aspek pengetahuan, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan
lingkungan kerja (25). Penelitian terdahulu tentang budaya K3 oleh Siagian dkk
Budaya K3 Frekuensi Persentase %
Positif 18 60
Negatif 12 40
Total 30 100
23
(2004) menyebutkan ada pengaruh antara pendidikan yang dialami sesorang terhadap
perilaku K3, dimana semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, maka semakin tinggi
pula pengetahuan terhadap perilaku K3 (27). Hal yang sama dinyatakan oleh Saputra
(2005) dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan
budaya K3 (28).
Fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi diukur
dengan menggunakan alat spirometer merek BLT-08 Spiro Pro Meter® dimana telah
dilakukan penilaian budaya K3 terhadap sampel penelitian sebelumnya, seperti yang
ditunjukan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Fungsi Paru Pekerja Tambang Batubara
PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan Tahun 2014.
Berdasarkan dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi fungsi paru
adalah 15 sampel memiliki fungsi paru normal (50%) dari keseluruhan jumlah sampel
adalah 30 orang. Swanney dkk (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
dapat memengaruhi gangguan fungsi paru diantaranya usia, jenis kelamin, kelompok
etnis, tinggi badan, kebiasaan merokok, suhu lingkungan, penggunaan alat pelinding
diri, metode pengolahan dan jumlah jam kerja/shift kerja (28).
Hasil ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa faal paru tenaga
kerja dipengaruhi oleh umur. Secara fisiologi dengan bertambahnya umur maka
Fungsi Paru Frekuensi Persentase %
Normal 15 50
Tidak Normal 15 50
Total 30 100
24
kemampuan organ-organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah, termasuk
dalam hal ini adalah gangguan fungsi paru setelah usia 30 tahun (22).
Hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara
PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan, Juli 2014 dianalisis dengan
menggunakkan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% oleh aplikasi
komputer SPSS 16.0. Hasil analisa ditunjukkan pada lampiran 8, sedangkan tabel
silang ditunjukkan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Frekuensi Hubungan antara Budaya K3 dan Fungsi Paru Pekerja
Tambang Batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan
Selatan Tahun 2014.
Budaya K3
Fungsi Paru
Jumlah
Hasil
Normal Tidak Normal
p = 0,136 Jumlah (%) Jumlah (%)
Positif 11 (73,33%) 7 (46,67%) 18
Negatif 4 (26,67%) 8 (53,33%) 12
Total 15 15 30
Setelah dilakukan uji chi-square, didapatkan nilai P = 0,136. Karena nilai P >
0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara budaya K3
dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau,
Kalimantan Selatan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Duma dkk
(2011) yang mendesain modul menuju selamat sehat (MMSS) sebagai metode dan
media penyuluhan K3 yang efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku K3
(budaya K3) serta tenaga kerja inovatif dalam pengendalian gangguan kesehatan.
25
Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol, kelompok perlakuan mendapatkan MMSS, sedangkan kelompok
kontrol tidak mendapatkan MMSS. Hasil penelitian menyatakan penyuluhan K3
dalam penerapannya selama satu tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap
budaya K3, namun belum efektif meningkatkan kesehatan pekerja (30).
Berdasarkan hasil observasi di PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan
Selatan, nilai ambang batas debu (NAB) tidak diketahui. Manajemen perusahaan
tambang batubara hanya menyatakan secara lisan bahwa NAB debu dalam keadaan
normal (31).
Penelitian oleh balai pencegahan dan pemberantasan penyakit paru kab. Klaten
(2006) dengan metode penelitian cross sectional menyatakan bahwa terdapat
hubungan debu partikulat yang terhirup dalam jangka waktu lama terhadap fungsi
paru (31). Sejalan dengan penelitian case control oleh Harre (2004) yang menyatakan
terdapat hubungan antara polusi udara NO2 dan SO2 dengan kejadian PPOK (33).
Meita (2012) menyatakan kadar debu lebih dari 350 mg/m3 udara/hari (OR =
2,8; 95% CI = 1,8–9,9) merupakan salah satu faktor intrinsik yang terbukti
berhubungan dengan penurunan kapasitas paru (34).
Berdasarkan kepustakaan, debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap
akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran antara
3-5 mikron tertahan atau tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel debu dengan
ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena
tertahan atau tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu
26
batubara adalah salah satu debu yang memiliki ukuran 1-3 mikron dimana debu ini
sangat berbahaya apabila terhirup selama jangka waktu yang cukup lama (19).
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan terkumpul dibagian awal saluran
limfe paru, debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik
terhadap makrofag seperti silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru.
Makrofag baru menfagositosis silika yang bebas sehingga terjadi autolisis, keadaan
ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus
penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada
jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu dinding alveoli
dan jaringan intertestinal. Akibat fibrosis paru akan menjadi kaku dan menimbulkan
gangguan pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru restriktif (20).
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional, dimana observasi atau pengukuran dari variabel yang
digunakan dilakukan dalam satu waktu tanpa mengikuti riwayat paparan faktor risiko
pada pasien maupun mengikuti perjalanan penyakit pasien secara prospektif.
Penelitian ini bersifat subjektif terutama pada parameter-parameter dalam kuesioner,
sehingga berpengaruh kepada hasil data kuesioner. Keterbatasan lain dari penelitian
ini adalah banyak pekerja yang cuti kerja dikarenakan penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Ramadhan dan rentan waktu pengambilan data kuesioner dan fungsi paru
yang terbatas (hanya 1 jam pada waktu istirhat kerja), sehingga dapat memberikan
hasil yang berbeda.
27
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan
Selatan, Juli 2014 yang memiliki budaya K3 baik sebesar 60%.
2. Pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan
Selatan, Juli 2014 yang memiliki fungsi paru normal sebesar 50%.
3. Hasil analisis dengan uji Chi-Square, nilai p=0,136 (p>0,005) artinya tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja
tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan, Juli
2014.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan simpulan tersebut
di atas dapat disarankan sebagai berikut;
1. Budaya K3 yang baik perlu ditingkatkan dengan pengarahan keselamatan dan
kesehatan kerja, kegiatan safety talk dan pelatihan K3 secara rutin kepada pekerja
sesuai dengan jenis pekerjaannya.
28
2. Perusahaan harus membuat kebijakan internal sehingga dapat meningkatkan
kedisiplinan budaya K3 pekerja seperti disiplin penggunaan APD dan mentaati
SOP ditempat bekerja.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, yaitu:
a. Hubungan antara faktor kebiasaan merokok dengan fungsi paru.
b. Hubungan antara debu yang terhirup dengan fungsi paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tarwaka. Keselamatan dan kesehatan kerja: manajemen dan implementasi K3
di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press, 2008.
2. Koch C. Proliferation security initiative global container line security
workshop. Journal of Word Shipping Council 2004; 3(1): 4-9.
3. Curtis N. Batu dan mineral, menyelidiki dan memahami geologi. Jakarta:
Interaksara, 2000.
4. Riyadina W. Cedera akibat kerja pada pekerja industri di kawasan industri
Pulo Gadung Jakarta. Maj Kedokt Indon 2008; 58(5): 11-21.
5. Susanto AD. Pnemokoniosis: Artikel pengembangan pendidikan keprofesian
berkelanjutan. J Indon Med Assoc 2011; 61: 503-510.
6. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan keselamatan kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto, 2013.
7. Kaligis RSV, Sompie BF, Tjakra J, et al. Pengaruh implementasi program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja. Jurnal
Sipil Statik 2013; 1(3): 219-225.
8. Sholihah Q. Melatonin lowers level of SOD and number of inflammatory
cells BAL wistar strain mice wearing mask PPE, sub acute exposed by coal
dust day and night. J Appl Environ Biol Sei 2012; 2(12): 652-657.
9. Endroyo B. Peranan manajemen K3 dalam pencegahan kecelakaan kerja
kontruksi. Journal Teknik Sipil 2006; 3(1) 8-15.
10. Mariana A. Peranan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) bagian pemeliharaan dan operasional dalam upaya pencegahan
kecelakaan kerja. Karya tulis ilmiah. Banjarbaru: PSKM FK Unlam, 2007.
11. Tarigan. Analisis sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di
pabrik kelapa sawit (PKS) tanjung medan PTPN Provinsi riau. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2008.
12. Ramli S. Sistem managemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Dian
Rakyat, 2009.
13. Ningsih AR, Ardyanto D. Evaluasi pelaksanaan behavior safety pada program
stop dalam membentuk perilaku aman tenaga kerja di PT X tahun 2013. The
Indonesia Journal of Accupational Safety and Health 2013; 2(1): 35-44.
14. Sholihah Q & Kuncoro W. Keselamatan kesehatan kerja: Konsep,
perkembangan, dan implementasi budaya keselamatan. Jakarta: EGC, 2013.
15. Budiharjo E. Kota berkelanjutan (sustainable city). Bandung: PT. Alumni,
2009.
16. Aditya S & Denny A. Identifikasi kadar debu di lingkungan kerja dan keluhan
subyektif pernapasan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2007; 162 (2): 161-172.
17. Sholihah Q. Antioksidan dan Peranannya pada Pekerja Batubara. Malang.
UM Press, 2010.
18. Mukono HJ. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan saluran
pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press, 2008.
19. Sholihah Q, Khairiyati L, Setyaningrum R. Pajanan debu batubara dan
gangguan pernafasan pada pekerja lapangan tambang batubara. Jurnal
Kesehatan Lingkungan 2008; 4: 291-311.
20. Sri NR & Suwondo A. Hubungan antara kadar debu batubara total dan
terhirup serta karakteristik individu dengan gangguan fungsi paru pada
pekerja di lokasi Coal Yard PLTU X Jepara. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2013 ; 2: 60-67.
21. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia, 2009.
22. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edis 22. Jakarta: EGC, 2008.
23. Miller MR, Hankinson J, Brusasco V, et al. Standardisation of spirometry.
Eur Respir J 2005; 26: 319-338.
24. Swanney MP, Ruppel G, Enright PL, et al. Using the lower limit of normal
for the FEV1/FVC ratio reduces the misclassification of airway obstruction.
Thorax 2008; 63: 1046-1052.
25. Dahlawy AD. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja (K3). Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, 2008.
26. Hall JE dan Arthur CG. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC, 2007.
27. Siagian P. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia, 2005.
28. Saptra N. Tinjauan Pengetahuan, dan Perilaku. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia, 2004.
29. Swanney MP, Ruppel G, Enright PL, et al. Using the lower of normal for
FEV1/FVC ratio reduce the misclassification of airway obstruction. Thorax
BMJ 2008;63:1046-1051.
30. Duma K, Husodo AH, Soebijanto. Modul menuju selamat-sehat: inovasi
penyuluhan kesehatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian kelelahan
kerja. Jurnal manajemen pelayanan kesehatan 2011; 04(12): 213-223.
31. Profil dan Gambaran Menpower di PT. Hasnur Riung Sinergi site BRE,
Rantau, Kalimantan Selatan, 2014.
32. Balai Laboratorium kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Standar operasional
prosedur analisa udara ambien. Semarang: Lab kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2006.
33. Harre ES, Price PD, Ayrey RB, et al. Respiratory effects of air pollution in
chronic obstructive pulmonary disease: a three month prospective study.
Journal Thorax 2004; Vol. 52: 1040-1044.
34. Meita AC. Hubungan paparan debu dengan kapasitas vital paru pada pekerja
penyapu pasar johar kota semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2012;
Vol.1:654-662.
Lampiran 1. Surat Jawaban Permohonan Penelitian
Lampiran 2. Surat Keterangan Kelaikan Etik/ethical clearance
Lampiran 3. Data Sampel Penelitian DATA SAMPEL PENELITIAN
NO NAMA TEMPAT, TANGGAL LAHIR USIA JK IMT BUDAYA HASIL
K3
1 HERMAN ROSADI AMUNTAI, 06 MEI 1986 28 L 24.22 Positif Normal
2 SLAMET WAHYU A. TAPIN, 25 OKTOBER 1992 22 L 19.70 Positif Normal
3 A. PAJRIE BANJARMASIN, 21 MEI 1990 24 L 24.41 Negatif Gangguan
4 DENNY MULIYA BANJARBARU, 27 DESEMBER 1989 24 L 24.82 Negatif Gangguan
5 WAHYUDI 26 JANUARI 1990 24 L 18.00 Positif Normal
6 AHMADI TAPIN, 04 JULI 1984 30 L 22.25 Negatif Gangguan
7 RUDI IRWANSYAH MARTAPURA, 10 OKTOBER 1980 34 L 23.70 Positif Normal
8 SUBIANTORO 06 JUNI 1976 38 L 22.38 Positif Normal
9 RAHMAN TANGKAWANG, 26 JULI 1987 26 L 25.00 Positif Gangguan
10 ISHAQ TUBAN, 24 FEBRUARI 1976 35 L 24.20 Negatif Gangguan
11 ANANG TRIBUDI KEDIR, 08 APRIL 1982 32 L 24.20 Positif Gangguan
12 BOBBY PERDANA BANJARBARU, 01 MARET 1992 22 L 21.29 Positif Gangguan
13 SADAM H. KANDANGAN, 19 JUNI 1990 22 L 24.20 Negatif Gangguan
14 WAWAN HIDAYAT KANDANGAN, 04 APRIL 1989 25 L 24.06 Positif Gangguan
15 KHAIRUDDIN 15 NOVEMBER 1897 27 L 18.86 Positif Gangguan
16 RAHMAT SAFWANSYAH BANJARMASIN, 29 MARET 1977 37 L 20.30 Negatif Normal
17 FATCHULLAH 20 JUNI 1981 33 L 25.00 Negatif Gangguan
18 AGUS CHANDRA W. BARABAI, 14 AGUSTUS 1984 29 L 22.50 Positif Normal
19 SURIANI GAMBAH DALAM, 04 JULI 1982 32 L 25.00 Positif Gangguan
20 M. HARIS MARTAPURA, 17 MEI 1986 28 L 21.40 Positif Gangguan
21 SAIFUL BAHRI KANDANGAN, 07 JUNI 1981 33 L 24.00 Negatif Normal
22 BUDIE KANDANGAN, 05 NOVEMBER 1989 23 L 20.37 Negatif Gangguan
23 ALFIANOR KALAELAAN, 13 MEI 1990 24 L 22.65 Positif Normal
24 M. TAHA BINUANG, 09 SEPTEMBER 1985 29 L 19.24 Positif Normal
25 MULYONO. M 25 JUNI 1987 25 L 22.51 Negatif Normal
26 FITRIANSYAH HSS, 17 MEI 1988 26 L 24.56 Negatif Normal
27 TUKIRIN BURAKAI, 02 NOVEMBER 1986 28 L 19.42 Positif Normal
28 FATHUR RAKHMAN KANDANGAN, 24 DESEMBER 1984 30 L 24.56 Negatif Gangguan
29 AHYAD FIRDAUS BANJARMASIN, 05 OKTOBER 1983 30 L 23.50 Positif Normal
30 M. JAKI YAMANIE RANTAU, 27 MARET 1993 21 L 22.05 Positif Normal
NORMAL:
15 ORANG
GANGGUAN:
15 ORANG
Lampiran 4. Contoh Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian Fungsi
Paru.
Lampiran 5. Contoh Data Identitas Responden
Lampiran 6. Contoh Kuesioner Penelitian
Lampiran 7. Contoh Kertas Hasil Rekaman Spirometry
Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Chi-Square
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
K3 * HASIL 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
K3 * HASIL Crosstabulation
HASIL
Total NORMAL TIDAK NORMAL
K3 DISIPLIN Count 11 7 18
Expected Count 9.0 9.0 18.0
TIDAK DISIPLIN Count 4 8 12
Expected Count 6.0 6.0 12.0
Total Count 15 15 30
Expected Count 15.0 15.0 30.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.222a 1 .136
Continuity Correctionb 1.250 1 .264
Likelihood Ratio 2.256 1 .133
Fisher's Exact Test .264 .132
Linear-by-Linear Association 2.148 1 .143
N of Valid Casesb 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi 1. Proses pengambilan data kuesioner dan fungsi paru
Dokumentasi 2. Kantor PT. Hasnur Riung Sinergi, Site BRE
Dokumentasi 3. Proses pengerukan batubara
Dokumntasi 4. Photo peneliti saat melakukan penelitian