budaya k3 dan fungsi paru

56
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA TAMBANG BATUBARA (Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan 2014) Karya Tulis Ilmiah Diajukan guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Oleh Dwi Prasada I1A011103 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER BANJARMASIN Desember, 2014

Upload: prasada07

Post on 18-Jan-2016

113 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: budaya k3 dan fungsi paru

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA

TAMBANG BATUBARA (Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi

PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan 2014)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan guna memenuhi sebagian syarat

untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh

Dwi Prasada

I1A011103

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

BANJARMASIN

Desember, 2014

Page 2: budaya k3 dan fungsi paru
Page 3: budaya k3 dan fungsi paru
Page 4: budaya k3 dan fungsi paru

iv

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN KESEHATAN

KERJA (K3) DAN FUNGSI PARU PEKERJA TAMBANG BATUBARA

(Studi Observasional pada Pekerja Tambang Batubara Bagian Produksi

PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan)

Dwi Prasada

Penambangan batubara merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang

dapat menimbulkan partikel debu batubara. Apabila terhirup, debu ini dapat

menyebabkan gangguan pernafasan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah

salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, tempat kerja

yang sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi

dan bebas dari kecelakaan kerja. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di

PT. Hasnur Riung Sinergi. Metode penelitian ini adalah observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik purpose

sampling kemudian mengisi kuesioner budaya K3 dan selanjutnya sampel

melakukan uji fungsi paru dengan menggunakan alat spirometri merek BLT-08

Spiro Pro Meter®, hasil kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil

penelitian didapatkan sampel berjumlah 30 orang yang masuk dalam kriteria

inklusi, 18 pekerja (60%) memiliki budaya K3 positif dan 12 pekerja (40%)

memiliki budaya K3 negatif. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% menggunakan aplikasi komputer SPSS 16.0

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru

pekerja tambang batubara (nilai p = 0,136). Dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di

PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan, Juli 2014.

Kata-kata kunci: budaya K3, fungsi paru, pekerja tambang batubara

Page 5: budaya k3 dan fungsi paru

v

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN CULTURE OF OCCUPATIONAL HEALTH

SAFETY (OHS) AND PULMONARY FUNCTION COAL MINE WORKERS

(An observational study on workers coal mines department production of

Hasnur Riung Sinergi Inc, Rantau, South kalimantan)

Dwi Prasada

Coal mining is one of the air pollution that can create particles of coal dust.

When inhaled, it could cause pulmonary disorder. Occupational health and safety

(OHS) is an effort to create a safe workplace, health workplace, and free from

environment pollution, so can reduce and free from work accident. Research

purposes is to know the relationship between culture of occupational health safety

and pulmonary function workers coal mines in Hasnur Riung Sinergi Inc.

Research method using analytic methods of observational with the approach of

cross sectional. Samples chosen uses the technique purpose of sampling then fill a

questionnaire occupational health safety’s culture and next samples do test

pulmonary function by using spirometry BLT-08 spiro pro meters®, the result will

be analyzed using test chi-square. The research results obtained sample is 30

people that came in inclusion criteria, 18 workers (60 %) have positive of

occupational health safety’s culture and 12 workers (40 %) have negative

occupational health safety’s culture culture. The results of the analysis of

statistics by test chi-square with the levels of trust 95 % using computer

application SPSS 16.0 shows that there was no correlation between occupational

health safety’s culture and pulmonary function of coal mine workers (a value p =

0,136). We can conclude that there was no correlation between occupational

health safety’s culture and pulmonary function of coal mine workers in Hasnur

Riung Sinergi Inc, Rantau, south kalimanta, july 2014.

Keywords: occupational health safety’s culture, pulmonary function, coal mine

worker

Page 6: budaya k3 dan fungsi paru

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul

“HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KESELAMATAN KESEHATAN

KERJA DAN FUNGSI PARU PEKERJA TAMBANG BATUBARA”, tepat

pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna

memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Prof. DR. dr.

Ruslan Muhyi, Sp. A (K) yang telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam

pelaksanaan penelitian.

Kedua dosen pembimbing, Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST.,

M. Kes dan dr. Nurul Hidayah, M. Sc, Sp. A yang berkenan memberikan saran,

arahan, dan bimbingan selama penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Dosen penguji, dr. Ida Yuliana, M. Biomed dan Dr. dr. Triawanti, M. Kes

yang sudah memberi kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi

semakin baik.

Direktur PT. Hasnur Riung Sinergi, Afify Jauhari dan Project Manager site

BRE, Bambang Wahyu yang telah memberikan izin penelitian dan memfasilitasi

selama penelitian diperusahan serta membantu semua proses penelitian.

Page 7: budaya k3 dan fungsi paru

vii

Orang tua, Aiptu Isnadi dan Siti Asiyah, S. Pd, sahabat peneliti Husnul

Khotimah, rekan-rekan penelitian, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan

satu persatu atas sumbangan pikiran dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat

penulis harapkan. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan bermanfaat

bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran.

Banjarmasin, 23 Desember 2014

Penulis

Page 8: budaya k3 dan fungsi paru

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

DAFTAR SINGKATAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penelitian 2

D. Manfaat Penelitian 3

E. Keaslian Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5

B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6

1. Disiplin 6

Page 9: budaya k3 dan fungsi paru

ix

2. Keterbukaan 7

3. Saling menghargai 7

4. Kerja sama 7

C. Batubara 7

D. Debu Partikulat 8

1. Definisi Debu 8

2. Debu Batubara 8

E. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru 8

F. Gangguan Fungsi Paru 10

1. Gangguan Paru Obstruktif 11

2. Gangguan Paru Restriktif 11

3. Gangguan Paru Campuran 11

BAB III LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori 12

B. Hipotesis 15

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 16

B. Populasi dan Sampel 16

C. Instrumen Penelitian 17

D. Variabel Penelitian 17

E. Definisi Operasional 17

F. Prosedur Penelitian 18

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan data 20

Page 10: budaya k3 dan fungsi paru

x

H. Cara Analisis Data 20

I. Tempat dan Waktu Penelitian 21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 22

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan 27

B. Saran 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: budaya k3 dan fungsi paru

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Distribusi Frekuensi Budaya K3 22

5.2 Distribusi Frekuensi Fungsi Paru 24

5.3 Frekuensi Hubungan Antara Budaya K3 dan Fungsi Paru

Pekerja Tambang Batubara 25

Page 12: budaya k3 dan fungsi paru

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Jawaban Permohonan Penelitian.

2. Surat Keterangan Kelaikan Etik/ethical clearance.

3. Data Sampel Penelitian.

4. Contoh Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian Fungsi Paru.

5. Contoh Data Identitas Responden.

6. Contoh Kuesioner Penelitian.

7. Contoh Kertas Hasil Rekaman Spirometry.

8. Hasil Uji Statistik Chi-Square.

9. Dokumentasi Penelitian.

Page 13: budaya k3 dan fungsi paru

xiii

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan

APD Alat Pelindung Diri

FEV1 Forced Expiratory Volume in 1 second

FVC Force Vital Capacity

ILO International Labour Organization / Organisasi Buruh Internasional

IMT Index Masa Tubuh

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KVP Kapasitas Vital Paksa

NAB Nilai Ambang Batas

PT Perseroan Terbuka

PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik

SDM Sumber Daya manusia

SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SPM Suspended Particulate Matter / Partikel yang Melayang di Udara

SOP Standar Operasional Prosedur

VEP1 Volume Expirasi Paksa (dalam satu detik pertama)

WHO World Health Organization / Badan Kesehatan Dunia

Page 14: budaya k3 dan fungsi paru

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

menciptakan produktivitas setinggi-tingginya (1). K3 mutlak untuk dilaksanakan

pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Pelaksanaan K3 adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja

yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (2).

Penambangan batubara merupakan salah satu sumber pencemaran udara dengan

hasil yang ditimbulkan berupa partikel debu batubara yang dapat mengganggu

kesehatan pernafasan bila terhirup manusia (3). Risiko kerja yang sering terjadi dan

banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit paru kerja yang timbul akibat pajanan

debu batubara dalam jangka waktu lama yaitu pnemokoniosis, bronkitis kronis dan

asma kerja (4).

Menurut International Labour Organisation (ILO) tahun 2002, setiap tahun di

seluruh dunia 2 juta orang mengalami penyakit akibat kerja. Dari jumlah tersebut,

40.000 kasus baru pneumokoniosis terjadi di dunia tiap tahunnya (5). Data WHO

tahun 1999 menunjukkan bahwa terdapat 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja

di seluruh dunia, 5% dari angka tersebut adalah pneumokoniosis (4). Kejadian

Page 15: budaya k3 dan fungsi paru

2

penyakit akibat kerja tersebut diperkirakan akibat dari faktor interinstik seperti

perilaku, sikap dan kedisiplinan, serta faktor ekstrinsik seperti faktor lingkungan dan

faktor perusahaan (6). Menurut Kaligis, penerapan implementasi program K3 akan

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas kerja (7).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PT. Hasnur Riung

Sinergi yang bergerak dibidang penambangan batubara, didapatkan keluhan pekerja

adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sesak nafas, common cold, dan flu.

Penelitian tentang kesehatan pekerja di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi

perlu dilakukan agar dapat diketahui penyebab keluhan pekerja dan diharapkan dapat

meminimalkan penyakit akibat kerja dan tujuan akhirnya dapat meningkatkan

produksi kerja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan yang akan diteliti,

yaitu apakah ada hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang

batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara budaya

K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.

Page 16: budaya k3 dan fungsi paru

3

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi budaya K3 pada pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung

Sinergi.

2. Menilai fungsi paru pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.

3. Menganalisis hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang

batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi tenaga kerja adalah menambah pengetahuan pekerja dalam upaya

melindungi diri dari faktor risiko penyebab penyakit akibat kerja dan cedera

akibat kerja.

2. Manfaat bagi perusahaan adalah sebagai masukan untuk bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

pekerja, meningkatkan efisiensi dalam pengeluaran pembiayaan kesehatan dan

menciptakan produktivitas setinggi-tingginya.

3. Manfaat bagi akademik adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana

pengembangan teori yang telah didapat dalam perkuliahan sehingga diperoleh

pengalaman langsung, khususnya mengenai K3 dan paparan debu batubara

terhadap fungsi paru.

Page 17: budaya k3 dan fungsi paru

4

D. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Sholihah tahun 2013, didapatkan hasil bahwa

pekerja akan minimal mengalami gangguan fungsi paru apabila diberi alat pelindung

diri dibandingkan dengan yang tidak diberi alat pelindung diri (8).

Kaligis dkk tahun 2013, menyatakan bahwa implementasi program keselamatan

dan kesehatan kerja akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan produktivitas (7).

Page 18: budaya k3 dan fungsi paru

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi

yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur

operasi standar yang menjadikan acuan dalam bekerja (1). Keselamatan kerja

adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses

pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan. Sedangkan kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik,

mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja (9). Dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan disebutkan

bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja

secara optimal. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting

bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya

merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak

langsung (10). Kerugian langsung terdiri dari biaya medis, premi untuk asuransi,

kerugian hak milik. Kerugian tidak langsung adalah biaya tambahan lain,

pengurangan produktivitas, keterlambatan jadwal, bertambahnya waktu

administratif, kerusakan fasilitas, dan hal yang makin sulit diukur tetapi riil yaitu

penderitaan manusia dan menurunkan moril, juga nama perusahaan akan terkena

dampak buruk yang dapat berakibat berkurangnya pelanggan yang jelas

berpengaruh terhadap masuknya dana perusahaan (11).

Page 19: budaya k3 dan fungsi paru

6

B. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Perilaku tidak aman merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

kecelakaan kerja, hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya kematian

maupun kerugian yang ditimbulkan (12).

Budaya kerja adalah suatu keberhasilan kerja yang berakar pada nilai-nilai

yang dimiliki dan perilaku yang menjadikan kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut

bermula dari adat, kebiasaan, agama, norma, dan kaidah yang menjadi

keyakinannya dan menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-

nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya (13).

Budaya kesehatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik,

mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan kerja

(occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial

yang memengaruhi kesehatan pekerja (14).

Nilai budaya kerja mencerminkan keinginan sungguh-sungguh dan komitmen

yang kuat dari karyawan untuk memberikan yang terbaik kepada seluruh pihak

yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal. Cakupan makna setiap nilai

budaya kerja antara lain (14):

1. Disiplin

Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di

dalam maupun di luar perusahaan, disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan

mitra, dan sebagainya.

Page 20: budaya k3 dan fungsi paru

7

2. Keterbukaan

Kesiapan untuk memberikan dan menerima informasi yang benar dari dan

kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.

3. Saling menghargai

Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan

tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.

4. Kerja sama

Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan/atau kepada

mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.

C. Batubara

Batubara adalah barang tambang yang berasal dari sedimen bahan organik

dari berbagai macam tumbuhan yang telah membusuk dalam waktu yang sangat

lama dan di area dengan karakteristik kandungan air cukup tinggi. Pembentukan

batubara dimulai dengan proses pembusukan timbunan tanaman dalam tanah dan

membentuk lapisan gambut kadar karbon tinggi. Pembentukan batubara dari

gambut (coalification) dipengaruhi oleh faktor material pembentukan, temperatur,

tekanan, waktu proses, dan berbagai kondisi lokal seperti kandungan O2, tingkat

keasaman dan kehadiran mikroba. Proses coalification pada gambut terbagi

menjadi 3 tahapan yaitu: aerobik, pembusukan anaerobik, dan bituminusasi (15).

Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat

pemanfaatan yang sangat panjang (15). Pembentukan debu batubara selama

proses penambangan merupakan sumber signifikan paparan debu batubara (17).

Page 21: budaya k3 dan fungsi paru

8

D. Debu Partikulat

1. Definisi debu

Debu adalah partikel padat yang terbentuk dari proses penghancuran,

penanganan, grinding, impaksi cepat, peledakan dan pemecahan dari material

organik atau anorganik seperti batu, bijih metal, batubara, kayu dan biji-bijian.

Istilah debu yang digunakan di industri adalah menunjuk pada partikel yang

berukuran antara 0,1 sampai 25 mikron (16).

2. Debu batubara

Mineral dan elemen-elemen kontaminan yang umum ditemukan pada debu

batubara adalah kaolin, mika, pirit, titanium, kalsit, sulfur, sodium, magnesium,

dan silika. Metal transisi yang terkandung dalam debu batubara meliputi boron,

cadmium, tembaga, nikel, besi, antimon, timah, dan seng. Beberapa jenis metal

transisi tersebut dapat bersifat sitotoksik dan karsinogenik (17).

Debu batubara mengandung radikal hidroksil. Radikal bebas tersebut

bertanggung jawab terhadap terjadinya proses inflamasi pada saluran pernafasan

dan kerentanan terhadap penyakit. Radikal hidroksil ini mengarah pada

pembentukan edema (18).

E. Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru

Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-

paru, selanjutnya apa yang terjadi dengan debu tersebut sangat tergantung kepada

ukuran debu tersebut (16). Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai

kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap

Page 22: budaya k3 dan fungsi paru

9

akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran

antara 3-5 mikron tertahan atau tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel

debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling

berbahaya karena tertahan atau tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai

alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di

alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown

keluar masuk alveoli dan apabila membentur alveoli, debu akan tertimbun disana

(19).

Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan terkumpul dibagian awal

saluran limfe paru, debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat

toksik terhadap makrofag seperti silika bebas merangsang terbentuknya makrofag

baru. Makrofag baru menfagositosis silika yang bebas sehingga terjadi autolisis,

keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang

terus menerus penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan

hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu

dinding alveoli dan jaringan intertestinal. Akibat fibrosis paru akan menjadi kaku

dan menimbulkan gangguan pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru

restriktif (20).

Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan

tertimbunnya debu dalam paru. Salah satu mekanismenya adalah kelambanan dari

partikel-partikel debu yang bergerak, yaitu waktu udara membelok ketika melalui

jalan pernapasan yang tidak lurus, maka partikel-partikel debu yang bermasa

cukup besar tidak dapat membelok mengikuti aliran udara, melainkan terus lurus

Page 23: budaya k3 dan fungsi paru

10

dan akhirnya menumpuk diselaput lendir dan mengendap. Mekanisme lain adalah

sedimentasi, terutama pada bronki yang sangat kecil dan bronkioli, sebab ditempat

tersebut kecepatan udara pernapasan sangat kurang kira-kira 1 cm/detik, sehingga

gaya tarik dapat bekerja terhadap partikel-partikel debu mengendapkannya.

Mekanisme lain adalah gerakan brown, untuk partikel-partikel yang berukuran

kurang dari 0,1 mikron sehingga ada kemungkinan membentur permukaan alveoli

dan mengendap (19).

F. Gangguan Fungsi Paru

Gangguan fungsi paru adalah penyakit yang dialami oleh paru-paru yang

disebabkan oleh berbagai sebab, misalnya virus, bakteri, debu, maupun partikel

lainnya. Penyakit pernafasan yang diklasifikasikan karena uji spirometri ada tiga

macam yaitu penyakit yang menyebabkan gangguan ventilasi obstruksi, restriktif,

dan gabungan obstruktif dan restriktif (21).

Pada individu normal terjadi perubahan nilai fungsi paru secara fisiologis

sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth).

Mulai pada fase anak umur 22–24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada

waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur.

Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara

gradual (pelan-pelan), biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan.

Berikutnya nilai fungsi paru KVP (Kapasitas Vital Paksa) dan FEV1 (Volume

Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama) mengalami penurunan rerata sekitar 20 ml

tiap pertambahan satu tahun umur individu (22).

Page 24: budaya k3 dan fungsi paru

11

1. Gangguan Paru Obstruktif

Penurunan kapasitas paru diakibatkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah

debu. Penimbunan debu menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan dan

penurunan aliran udara mulai dari saluran napas bagian atas sampai bronkiolus

berdiameter kurang dari 2 mm ditandai dengan penurunan FEV1, FEVl/FVC dan

kecepatan aliran udara pada ekspirasi. Pemeriksaan FEV1 dan rasio FEV1/FVC

merupakan pemeriksaan yang standar, sederhana dan akurat untuk menilai

obstruksi saluran napas (23).

2. Gangguan Paru Restriktif

Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergi

seperti debu, spora, jamur yang mengganggu saluran pernafasan dan kerusakan

jaringan paru-paru (23).

3. Gangguan Paru Campuran

Kombinasi dari penyakit pernafasan obstruktif dan restriktif. Hal ini terjadi

karena proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital dan aliran,

yang juga melibatkan saluran napas. Rendahnya FEVl/FVC (%) merupakan suatu

indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan suatu

restriktif (24).

Page 25: budaya k3 dan fungsi paru

12

BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Program yang dilakukan untuk menghindari atau mencegah kejadian penyakit

akibat kerja adalah dengan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Program K3 mengatur sistem manajemen secara keseluruhan agar terciptanya

tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif. Sistem yang mengatur

hal tersebut dikenal dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) (11).

Penerapan budaya K3 tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

kerja perusahaan. Indikator produktivitas yang diukur adalah perbandingan antara

capaian dan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya dalam

perencanaan K3 (11). Peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat penting bagi

perusahaan karena dengan adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja maka

akan tercapai efisiensi dan efektivitas sehingga produksi yang dihasilkan lebih

baik dan perusahaan pun memperoleh keuntungan yang lebih besar (19).

Debu adalah partikel yang terbentuk akibat proses penghancuran benda padat

dan salah satunya adalah debu batubara. Debu batubara mengandung radikal

bebas hidroksil, dimana debu yang berukuran 3 mikron saja yang dapat masuk dan

mengendap dialveoli. Pengendapan debu batubara akan menyebabkan proses

inflamasi pada saluran pernafasan. Terjadi proses fagositosis dan autolisis secara

berulang, pembentukan jaringan ikat kolagen atau pengendapan hialin, dan

Page 26: budaya k3 dan fungsi paru

13

akhirnya paru-paru kaku dan sulit mengembang sehingga terjadi penurunan fungsi

paru (17).

Risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena faktor

perusahaan tidak menerapkan program K3 dengan baik dan faktor dari individu

yang tidak menjalankan program K3 dengan baik (7). Sholihah menyatakan

bahwa penyakit paru yang disebabkan oleh debu batubara dapat diminimalkan

dengan penerapan budaya K3 yang baik (8). Menurut Kaligis, penerapan

implementasi program K3 akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan produktivitas kerja, sehingga akan dicapai produktivitas yang tinggi

(7).

Page 27: budaya k3 dan fungsi paru

14

Keterangan:

: diteliti langsung : tidak diteliti

: menghambat

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara budaya K3 dan fungsi

paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi

Faktor eksterinsik Faktor interinsik

Debu batubara

Budaya kerja K3

- Perilaku

- Keterbukaan

- Menghargai

- Kerja sama

Debu 1-3 mikron

Masuk ke alveoli dan mengendap

Fagositosis

Pembentukan jaringan ikat kolagen & pengendapan hialin

Fibrosis

Paru kaku & sulit mengembang

Penurunan fungsi paru

FVC & FEV1

Autolisis makrofag

Page 28: budaya k3 dan fungsi paru

15

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara budaya K3

dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, dimana

pekerja yang berbudaya K3 negatif lebih berisiko terhadap penurunan fungsi

paru.

Page 29: budaya k3 dan fungsi paru

16

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja tambang batubara PT. Hasnur

Riung Sinergi bagian produksi yang berjumlah 189 orang.

Sampel dalam penelitian ini selanjutnya disebut responden diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Umur antara 20-45 tahun.

2. Masa kerja kurang dari 5 tahun.

3. Bersedia menjadi subjek penelitian.

4. Pekerja shift siang.

5. IMT normal (18,00 – 25,00).

6. Jenis kelamin laki-laki.

7. Tidak memiliki riwayat penyakit paru.

Page 30: budaya k3 dan fungsi paru

17

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang

bertujuan untuk menilai budaya K3 responden. Kuesioner sudah divalidasi dalam

penelitin yang dilakukan oleh Dahlawy (25).

2. Alat uji fungsi paru (Spirometri) merek BLT-08 Spiro Pro Meter® dan

mouthpiece, digunakan untuk menilai fungsi paru apakah fungsi paru responden

normal atau tidak normal (restriktif, obstruktif atau gabungan restriktif dan

obstruktif).

3. Timbangan badan dan mikrotoa digunakan mengukur tinggi badan dan berat badan

untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : budaya K3

2. Variabel Terikat : fungsi paru

3. Variabel Pengganggu : Kebiasaan merokok dan debu batubara

E. Definisi Operasional

1. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja

Budaya K3 adalah perilaku, sikap dan nilai secara bersama untuk mencapai

derajat performa sehat, selamat yang dipahami dan dijadikan prioritas utama dalam

suatu organisasi (14). Alat ukur budaya K3 berupa kuesioner, dimana kuesioner

untuk menilai budaya K3 pekerja yang positif atau negatif. Nilai kuesioner budaya

K3 adalah sangat setuju (SS) poin 4, setuju (S) poin 3, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak

Page 31: budaya k3 dan fungsi paru

18

setuju (TS) poin 1 dan sangat tidak setuju (STS) poin 0 untuk pernyataan nomor 1, 2,

3, 4, 5, 7, 10, dan 12. Sementara itu untuk pernyataan nomor 8 dan 9 memiliki nilai

sangat setuju (SS) poin 0, setuju (S) poin 1, ragu-ragu (RR) poin 2, tidak setuju (TS)

poin 3 dan sangat tidak setuju (STS) poin 4. Budaya K3 positif apabila poin

keseluruhan kuesioner > 24 dan untuk budaya K3 negatif apabila poin keseluruhan

kuesioner ≤ 24.

2. Fungsi paru

Fungsi paru adalah jumlah oksigen yang dapat dimasukkan kedalam tubuh atau

paru-paru seseorang secara maksimal (26). Pengukuran dapat dinilai melalui volume

ekspirasi pada detik pertama (FEV1) dan kapasitas vital ekpirasi paksa (FVC) (23).

Alat ukur uji fungsi paru adalah spirometri merek BLT-08 Spiro Pro Meter®. Nilai

uji fungsi paru adalah fungsi paru normal jika nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC

≥ 70%, fungsi paru tidak normal jika nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≥ 70%

(gangguan fungsi paru restriktif), nilai FEV1 ≥ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%

(gangguan fungsi paru obstruktif), dan nilai FEV1 ≤ 80% dan nilai FEV1/FVC ≤ 70%

(gangguan fungsi paru gabungan).

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Sebelum pemeriksaan, responden diminta mengisi persetujuan menjadi

responden dan mengisi kuesioner budaya K3.

Page 32: budaya k3 dan fungsi paru

19

2. Pemeriksaan Fungsi Paru

Uji fungsi paru yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan

spirometri. Pemeriksan fungsi paru dengan menggunakan spirometer merek BLT-08

Spiro Pro Meter® dan mouthpiece, dengan prosedur sebagai berikut :

a. Persiapan Alat

Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap responden, memastikan alat telah

terhubung ke aliran listrik dan hidupkan alat dengan menekan tombol on. Pilihlah

profil rekam cetak – menu – profile set up – forced dan ikuti petunjuk pada layar di

alat. Masukkan nama dan data pasien (tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, dan ras). Tekan tombol pasien kemudian periksa kejernihan sensor spirometri

dan selanjunya tekan tombol start.

b. Pelaksanaan

Membersihkan bagian untuk menghembuskan nafas (mouthpiece) pada alat

spirometri. Meminta pasien untuk menarik napas secara maksimal, segera setelah

bagian untuk hembuskan nafas (mouthpiece) dari spirometri terpasang pada bibir

pasien, kemudian meminta pasien untuk menghembuskan napas secara maksimal

dengan cepat. Hembusan napas dilakukan melalui mulut (bukan hidung).

Pengambilan data berakhir secara otomatis sesudah waktu tertentu atau dengan

menekan tombol stop. Tepat setelah prosedur pertama berhasil dilakukan, tombol

accept akan muncul pada sebelah bawah layar sentuh. Tekanlah tombol ini dan

melanjutkan pemeriksaan dengan menekan tombol start. Untuk melihat rekaman dari

Page 33: budaya k3 dan fungsi paru

20

pemeriksaan pertama dilakukan dengan menekan tombol analyse (ada pada sebelah

bawah layar sentuh) setelah menekan tombol accept dan dilakukan pemeriksaan

sebanyak 3 kali.

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Observasi dilakukan pada saat studi pendahuluan untuk melihat secara langsung

kondisi lapangan penambangan batubara PT. Hasnur Riung Sinergi.

2. Kuesioner

Pengisian lembar isian kuesioner yang disertai dengan pengisian persetujuan

menjadi responden untuk menilai budaya kerja K3 responden.

3. Pengukuran

a. Pengukuran fungsi pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi

menggunakan Spirometri.

b. Pengukuran berat badan pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi

menggunakan alat timbang berat badan.

c. Pengukuran tinggi badan pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi

menggunakan alat ukur tinggi badan mikrotoa.

H. Cara Analisis Data

Data budaya K3 dan hasil uji fungsi paru dievaluasi secara statistik dengan uji

chi square yang memiliki tingkat kepercayaan 95%. Apabila nilai P > 0,05 syarat

Page 34: budaya k3 dan fungsi paru

21

terpenuhi dan jika nilai P < 0,05 syarat tidak terpenuhi, maka akan digunakkan uji

Fisher sebagai uji alternatif.

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi,

Rantau, Kalimantan Selatan pada bulan Juli 2014.

Page 35: budaya k3 dan fungsi paru

22

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai hubungan antara budaya kesehatan keselamatan kerja (K3)

dan fungsi paru pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau,

Kalimantan Selatan dilaksanakan pada bulan Juli 2014. Jumlah sampel penelitian

yang memenuhi kriteria inklusi dan menjadi subyek penelitian ini adalah 30 sampel

dari jumlah populasi sebanyak 189 orang.

Berdasarkan hasil penilaian kuesioner untuk tingkat kedisiplinan budaya K3,

maka pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan

Selatan dapat diklasifikasikan berdasarkan budaya K3 baik (positif budaya K3) dan

budaya K3 tidak baik (negatif budaya K3) seperti ditunjukkan pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Budaya K3 pada Pekerja Tambang Batubara

PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan Tahun 2014.

Berdasarkan dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi budaya K3

adalah 18 sampel memiliki budaya K3 positif (60%) dari keseluruhan jumlah sampel

adalah 30 orang. Menurut Dahlawy (2008) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi

budaya K3 diantaranya aspek pengetahuan, sikap, pendidikan, jenis pekerjaan, dan

lingkungan kerja (25). Penelitian terdahulu tentang budaya K3 oleh Siagian dkk

Budaya K3 Frekuensi Persentase %

Positif 18 60

Negatif 12 40

Total 30 100

Page 36: budaya k3 dan fungsi paru

23

(2004) menyebutkan ada pengaruh antara pendidikan yang dialami sesorang terhadap

perilaku K3, dimana semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, maka semakin tinggi

pula pengetahuan terhadap perilaku K3 (27). Hal yang sama dinyatakan oleh Saputra

(2005) dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan

budaya K3 (28).

Fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi diukur

dengan menggunakan alat spirometer merek BLT-08 Spiro Pro Meter® dimana telah

dilakukan penilaian budaya K3 terhadap sampel penelitian sebelumnya, seperti yang

ditunjukan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Fungsi Paru Pekerja Tambang Batubara

PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan Tahun 2014.

Berdasarkan dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi fungsi paru

adalah 15 sampel memiliki fungsi paru normal (50%) dari keseluruhan jumlah sampel

adalah 30 orang. Swanney dkk (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang

dapat memengaruhi gangguan fungsi paru diantaranya usia, jenis kelamin, kelompok

etnis, tinggi badan, kebiasaan merokok, suhu lingkungan, penggunaan alat pelinding

diri, metode pengolahan dan jumlah jam kerja/shift kerja (28).

Hasil ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa faal paru tenaga

kerja dipengaruhi oleh umur. Secara fisiologi dengan bertambahnya umur maka

Fungsi Paru Frekuensi Persentase %

Normal 15 50

Tidak Normal 15 50

Total 30 100

Page 37: budaya k3 dan fungsi paru

24

kemampuan organ-organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah, termasuk

dalam hal ini adalah gangguan fungsi paru setelah usia 30 tahun (22).

Hubungan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja tambang batubara

PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan, Juli 2014 dianalisis dengan

menggunakkan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% oleh aplikasi

komputer SPSS 16.0. Hasil analisa ditunjukkan pada lampiran 8, sedangkan tabel

silang ditunjukkan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Frekuensi Hubungan antara Budaya K3 dan Fungsi Paru Pekerja

Tambang Batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan

Selatan Tahun 2014.

Budaya K3

Fungsi Paru

Jumlah

Hasil

Normal Tidak Normal

p = 0,136 Jumlah (%) Jumlah (%)

Positif 11 (73,33%) 7 (46,67%) 18

Negatif 4 (26,67%) 8 (53,33%) 12

Total 15 15 30

Setelah dilakukan uji chi-square, didapatkan nilai P = 0,136. Karena nilai P >

0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara budaya K3

dan fungsi paru pekerja tambang batubara di PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau,

Kalimantan Selatan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Duma dkk

(2011) yang mendesain modul menuju selamat sehat (MMSS) sebagai metode dan

media penyuluhan K3 yang efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku K3

(budaya K3) serta tenaga kerja inovatif dalam pengendalian gangguan kesehatan.

Page 38: budaya k3 dan fungsi paru

25

Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol, kelompok perlakuan mendapatkan MMSS, sedangkan kelompok

kontrol tidak mendapatkan MMSS. Hasil penelitian menyatakan penyuluhan K3

dalam penerapannya selama satu tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap

budaya K3, namun belum efektif meningkatkan kesehatan pekerja (30).

Berdasarkan hasil observasi di PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan

Selatan, nilai ambang batas debu (NAB) tidak diketahui. Manajemen perusahaan

tambang batubara hanya menyatakan secara lisan bahwa NAB debu dalam keadaan

normal (31).

Penelitian oleh balai pencegahan dan pemberantasan penyakit paru kab. Klaten

(2006) dengan metode penelitian cross sectional menyatakan bahwa terdapat

hubungan debu partikulat yang terhirup dalam jangka waktu lama terhadap fungsi

paru (31). Sejalan dengan penelitian case control oleh Harre (2004) yang menyatakan

terdapat hubungan antara polusi udara NO2 dan SO2 dengan kejadian PPOK (33).

Meita (2012) menyatakan kadar debu lebih dari 350 mg/m3 udara/hari (OR =

2,8; 95% CI = 1,8–9,9) merupakan salah satu faktor intrinsik yang terbukti

berhubungan dengan penurunan kapasitas paru (34).

Berdasarkan kepustakaan, debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap

akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas, yang berukuran antara

3-5 mikron tertahan atau tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel debu dengan

ukuran 1-3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena

tertahan atau tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu

Page 39: budaya k3 dan fungsi paru

26

batubara adalah salah satu debu yang memiliki ukuran 1-3 mikron dimana debu ini

sangat berbahaya apabila terhirup selama jangka waktu yang cukup lama (19).

Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan terkumpul dibagian awal saluran

limfe paru, debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik

terhadap makrofag seperti silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru.

Makrofag baru menfagositosis silika yang bebas sehingga terjadi autolisis, keadaan

ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus

penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada

jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu dinding alveoli

dan jaringan intertestinal. Akibat fibrosis paru akan menjadi kaku dan menimbulkan

gangguan pengembangan paru yaitu kelainan fungsi paru restriktif (20).

Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu penelitian ini menggunakan

pendekatan cross sectional, dimana observasi atau pengukuran dari variabel yang

digunakan dilakukan dalam satu waktu tanpa mengikuti riwayat paparan faktor risiko

pada pasien maupun mengikuti perjalanan penyakit pasien secara prospektif.

Penelitian ini bersifat subjektif terutama pada parameter-parameter dalam kuesioner,

sehingga berpengaruh kepada hasil data kuesioner. Keterbatasan lain dari penelitian

ini adalah banyak pekerja yang cuti kerja dikarenakan penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Ramadhan dan rentan waktu pengambilan data kuesioner dan fungsi paru

yang terbatas (hanya 1 jam pada waktu istirhat kerja), sehingga dapat memberikan

hasil yang berbeda.

Page 40: budaya k3 dan fungsi paru

27

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan

Selatan, Juli 2014 yang memiliki budaya K3 baik sebesar 60%.

2. Pekerja tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan

Selatan, Juli 2014 yang memiliki fungsi paru normal sebesar 50%.

3. Hasil analisis dengan uji Chi-Square, nilai p=0,136 (p>0,005) artinya tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara budaya K3 dan fungsi paru pekerja

tambang batubara PT. Hasnur Riung Sinergi, Rantau, Kalimantan Selatan, Juli

2014.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan simpulan tersebut

di atas dapat disarankan sebagai berikut;

1. Budaya K3 yang baik perlu ditingkatkan dengan pengarahan keselamatan dan

kesehatan kerja, kegiatan safety talk dan pelatihan K3 secara rutin kepada pekerja

sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Page 41: budaya k3 dan fungsi paru

28

2. Perusahaan harus membuat kebijakan internal sehingga dapat meningkatkan

kedisiplinan budaya K3 pekerja seperti disiplin penggunaan APD dan mentaati

SOP ditempat bekerja.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, yaitu:

a. Hubungan antara faktor kebiasaan merokok dengan fungsi paru.

b. Hubungan antara debu yang terhirup dengan fungsi paru.

Page 42: budaya k3 dan fungsi paru

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarwaka. Keselamatan dan kesehatan kerja: manajemen dan implementasi K3

di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press, 2008.

2. Koch C. Proliferation security initiative global container line security

workshop. Journal of Word Shipping Council 2004; 3(1): 4-9.

3. Curtis N. Batu dan mineral, menyelidiki dan memahami geologi. Jakarta:

Interaksara, 2000.

4. Riyadina W. Cedera akibat kerja pada pekerja industri di kawasan industri

Pulo Gadung Jakarta. Maj Kedokt Indon 2008; 58(5): 11-21.

5. Susanto AD. Pnemokoniosis: Artikel pengembangan pendidikan keprofesian

berkelanjutan. J Indon Med Assoc 2011; 61: 503-510.

6. Suma’mur PK. Higiene perusahaan dan keselamatan kerja (HIPERKES).

Jakarta: Sagung Seto, 2013.

7. Kaligis RSV, Sompie BF, Tjakra J, et al. Pengaruh implementasi program

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap produktivitas kerja. Jurnal

Sipil Statik 2013; 1(3): 219-225.

8. Sholihah Q. Melatonin lowers level of SOD and number of inflammatory

cells BAL wistar strain mice wearing mask PPE, sub acute exposed by coal

dust day and night. J Appl Environ Biol Sei 2012; 2(12): 652-657.

9. Endroyo B. Peranan manajemen K3 dalam pencegahan kecelakaan kerja

kontruksi. Journal Teknik Sipil 2006; 3(1) 8-15.

10. Mariana A. Peranan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) bagian pemeliharaan dan operasional dalam upaya pencegahan

kecelakaan kerja. Karya tulis ilmiah. Banjarbaru: PSKM FK Unlam, 2007.

11. Tarigan. Analisis sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di

pabrik kelapa sawit (PKS) tanjung medan PTPN Provinsi riau. Tesis. Medan:

Universitas Sumatera Utara, 2008.

12. Ramli S. Sistem managemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: Dian

Rakyat, 2009.

Page 43: budaya k3 dan fungsi paru

13. Ningsih AR, Ardyanto D. Evaluasi pelaksanaan behavior safety pada program

stop dalam membentuk perilaku aman tenaga kerja di PT X tahun 2013. The

Indonesia Journal of Accupational Safety and Health 2013; 2(1): 35-44.

14. Sholihah Q & Kuncoro W. Keselamatan kesehatan kerja: Konsep,

perkembangan, dan implementasi budaya keselamatan. Jakarta: EGC, 2013.

15. Budiharjo E. Kota berkelanjutan (sustainable city). Bandung: PT. Alumni,

2009.

16. Aditya S & Denny A. Identifikasi kadar debu di lingkungan kerja dan keluhan

subyektif pernapasan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2007; 162 (2): 161-172.

17. Sholihah Q. Antioksidan dan Peranannya pada Pekerja Batubara. Malang.

UM Press, 2010.

18. Mukono HJ. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan saluran

pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press, 2008.

19. Sholihah Q, Khairiyati L, Setyaningrum R. Pajanan debu batubara dan

gangguan pernafasan pada pekerja lapangan tambang batubara. Jurnal

Kesehatan Lingkungan 2008; 4: 291-311.

20. Sri NR & Suwondo A. Hubungan antara kadar debu batubara total dan

terhirup serta karakteristik individu dengan gangguan fungsi paru pada

pekerja di lokasi Coal Yard PLTU X Jepara. Jurnal Kesehatan Masyarakat

2013 ; 2: 60-67.

21. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia, 2009.

22. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edis 22. Jakarta: EGC, 2008.

23. Miller MR, Hankinson J, Brusasco V, et al. Standardisation of spirometry.

Eur Respir J 2005; 26: 319-338.

24. Swanney MP, Ruppel G, Enright PL, et al. Using the lower limit of normal

for the FEV1/FVC ratio reduces the misclassification of airway obstruction.

Thorax 2008; 63: 1046-1052.

25. Dahlawy AD. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan

kerja (K3). Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan. Skripsi. Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, 2008.

26. Hall JE dan Arthur CG. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC, 2007.

Page 44: budaya k3 dan fungsi paru

27. Siagian P. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku. Skripsi. Depok: Universitas

Indonesia, 2005.

28. Saptra N. Tinjauan Pengetahuan, dan Perilaku. Skripsi. Depok: Universitas

Indonesia, 2004.

29. Swanney MP, Ruppel G, Enright PL, et al. Using the lower of normal for

FEV1/FVC ratio reduce the misclassification of airway obstruction. Thorax

BMJ 2008;63:1046-1051.

30. Duma K, Husodo AH, Soebijanto. Modul menuju selamat-sehat: inovasi

penyuluhan kesehatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian kelelahan

kerja. Jurnal manajemen pelayanan kesehatan 2011; 04(12): 213-223.

31. Profil dan Gambaran Menpower di PT. Hasnur Riung Sinergi site BRE,

Rantau, Kalimantan Selatan, 2014.

32. Balai Laboratorium kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Standar operasional

prosedur analisa udara ambien. Semarang: Lab kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2006.

33. Harre ES, Price PD, Ayrey RB, et al. Respiratory effects of air pollution in

chronic obstructive pulmonary disease: a three month prospective study.

Journal Thorax 2004; Vol. 52: 1040-1044.

34. Meita AC. Hubungan paparan debu dengan kapasitas vital paru pada pekerja

penyapu pasar johar kota semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2012;

Vol.1:654-662.

Page 45: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 1. Surat Jawaban Permohonan Penelitian

Page 46: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 2. Surat Keterangan Kelaikan Etik/ethical clearance

Page 47: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 3. Data Sampel Penelitian DATA SAMPEL PENELITIAN

NO NAMA TEMPAT, TANGGAL LAHIR USIA JK IMT BUDAYA HASIL

K3

1 HERMAN ROSADI AMUNTAI, 06 MEI 1986 28 L 24.22 Positif Normal

2 SLAMET WAHYU A. TAPIN, 25 OKTOBER 1992 22 L 19.70 Positif Normal

3 A. PAJRIE BANJARMASIN, 21 MEI 1990 24 L 24.41 Negatif Gangguan

4 DENNY MULIYA BANJARBARU, 27 DESEMBER 1989 24 L 24.82 Negatif Gangguan

5 WAHYUDI 26 JANUARI 1990 24 L 18.00 Positif Normal

6 AHMADI TAPIN, 04 JULI 1984 30 L 22.25 Negatif Gangguan

7 RUDI IRWANSYAH MARTAPURA, 10 OKTOBER 1980 34 L 23.70 Positif Normal

8 SUBIANTORO 06 JUNI 1976 38 L 22.38 Positif Normal

9 RAHMAN TANGKAWANG, 26 JULI 1987 26 L 25.00 Positif Gangguan

10 ISHAQ TUBAN, 24 FEBRUARI 1976 35 L 24.20 Negatif Gangguan

11 ANANG TRIBUDI KEDIR, 08 APRIL 1982 32 L 24.20 Positif Gangguan

12 BOBBY PERDANA BANJARBARU, 01 MARET 1992 22 L 21.29 Positif Gangguan

13 SADAM H. KANDANGAN, 19 JUNI 1990 22 L 24.20 Negatif Gangguan

14 WAWAN HIDAYAT KANDANGAN, 04 APRIL 1989 25 L 24.06 Positif Gangguan

15 KHAIRUDDIN 15 NOVEMBER 1897 27 L 18.86 Positif Gangguan

16 RAHMAT SAFWANSYAH BANJARMASIN, 29 MARET 1977 37 L 20.30 Negatif Normal

17 FATCHULLAH 20 JUNI 1981 33 L 25.00 Negatif Gangguan

18 AGUS CHANDRA W. BARABAI, 14 AGUSTUS 1984 29 L 22.50 Positif Normal

19 SURIANI GAMBAH DALAM, 04 JULI 1982 32 L 25.00 Positif Gangguan

20 M. HARIS MARTAPURA, 17 MEI 1986 28 L 21.40 Positif Gangguan

21 SAIFUL BAHRI KANDANGAN, 07 JUNI 1981 33 L 24.00 Negatif Normal

22 BUDIE KANDANGAN, 05 NOVEMBER 1989 23 L 20.37 Negatif Gangguan

23 ALFIANOR KALAELAAN, 13 MEI 1990 24 L 22.65 Positif Normal

24 M. TAHA BINUANG, 09 SEPTEMBER 1985 29 L 19.24 Positif Normal

25 MULYONO. M 25 JUNI 1987 25 L 22.51 Negatif Normal

26 FITRIANSYAH HSS, 17 MEI 1988 26 L 24.56 Negatif Normal

27 TUKIRIN BURAKAI, 02 NOVEMBER 1986 28 L 19.42 Positif Normal

28 FATHUR RAKHMAN KANDANGAN, 24 DESEMBER 1984 30 L 24.56 Negatif Gangguan

29 AHYAD FIRDAUS BANJARMASIN, 05 OKTOBER 1983 30 L 23.50 Positif Normal

30 M. JAKI YAMANIE RANTAU, 27 MARET 1993 21 L 22.05 Positif Normal

NORMAL:

15 ORANG

GANGGUAN:

15 ORANG

Page 48: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 4. Contoh Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian Fungsi

Paru.

Page 49: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 5. Contoh Data Identitas Responden

Page 50: budaya k3 dan fungsi paru
Page 51: budaya k3 dan fungsi paru
Page 52: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 6. Contoh Kuesioner Penelitian

Page 53: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 7. Contoh Kertas Hasil Rekaman Spirometry

Page 54: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Chi-Square

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

K3 * HASIL 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

K3 * HASIL Crosstabulation

HASIL

Total NORMAL TIDAK NORMAL

K3 DISIPLIN Count 11 7 18

Expected Count 9.0 9.0 18.0

TIDAK DISIPLIN Count 4 8 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

Total Count 15 15 30

Expected Count 15.0 15.0 30.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.222a 1 .136

Continuity Correctionb 1.250 1 .264

Likelihood Ratio 2.256 1 .133

Fisher's Exact Test .264 .132

Linear-by-Linear Association 2.148 1 .143

N of Valid Casesb 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 55: budaya k3 dan fungsi paru

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi 1. Proses pengambilan data kuesioner dan fungsi paru

Dokumentasi 2. Kantor PT. Hasnur Riung Sinergi, Site BRE

Page 56: budaya k3 dan fungsi paru

Dokumentasi 3. Proses pengerukan batubara

Dokumntasi 4. Photo peneliti saat melakukan penelitian