budaya dan politik, partisipasi politik (bagian rini)
DESCRIPTION
BINTERTRANSCRIPT
ASPEK HUKUM, POLITIK DAN ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIONAL
Lingkungan politik telah diakui sebagai faktor penting dalam banyak keputusan bisnis
internasional. Pemerintah menganggap bahwa nasionalisme dan perundangan dianggap sebagai
salah satu masalah pokok bagi manajemen internasional. Bagi perusahaan internasional
permasalahan politik ini merupakan permasalahan yang sangat penting, bahkan ada banyak
sekali perusahaan yang melakukan analisis politik sebelum menanamkan modalnya.
Dengan demikian, perusahaan asing dalam kegiatan internasionalnya tidak bisa
mengabaikan begitu saja aspek-aspek politik dalam negeri suatu Negara, sebab aspek
tersebut merupakan variabel penting dalam penentuan strategi dalam perumusan kebijaksanaan
perusahaan.
A. BUDAYA DAN POLITIK
Budaya dan Politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan
bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap
harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu
masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.
Secara umum budaya dan politik terbagi atas tiga :
1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
3. Budaya politik partisipatif (aktif)
Kekuatan budaya, dapat digunakan untuk mengerjakan analisis ekonomi yang
dimanfaatkan oleh sebuah korporasi maupun lembaga perekonomian lain. Mampu
menelurkan inovasi, mendongkrak ekuitas, efisiensi, dan digunakan untuk memacu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Sehubungan dengan relasi bisnis, budaya dapat digunakan oleh korporat untuk
membantu koordinasi dalam memfasilitasi pertukaran ekonomi secara efisien. Dalam relasi
bisnis internasional, budaya selalu berupaya memberikan cara yang khas dalam melihat
dan menanggapi dunia luar. Merangkum pendekatan yang digunakan oleh sebuah korporat.
Lalu, mengkoordinasikannya, guna menanggapi aneka ‘pesan’ dari luar melalui
pengetahuan yang dimiliki.
Lingkungan terus bergerak dan berkembang. Khususnya, lingkungan organisasi
yang dalam praktiknya, ternyata mampu memberikan tekanan terhadap korporat. Namun
budaya, justru mampu mendorong organisasi agar tampil efektif.
Dalam menyikapi perubahan, organisasi memerlukan strategi. Hal ini ditujukan
untuk mengembangkan kompetensi, agar meraih keuntungan kompetitif. Memenangi
persaingan, dan memiliki daya untuk menguasai resources yang diperlukan oleh
perusahaan.
Dalam bisnis internasional, setiap organisasi berusaha memanfaatkan ke-khasan
budayanya untuk menggerakkan kompetensi. Menggerakkan setiap elemen, untuk meraih
keuntungan maksimal. Bahkan mampu mengembangkan diri kepada domain-domain baru.
Pada ujungnya, setiap organisasi yang terjun di kancah bisnis internasional, memerlukan
budaya yang cocok. Sesuai dengan kondisi obyektif di lapangan. Memiliki kesesuaian
konteks dengan strategi bisnis perusahaan. Mampu menyelaraskan diri, mengantisipasi,
beradaptasi dan berasosiasi dengan kinerja superior.
TIPE – TIPE BUDAYA DAN POLITIK
1. Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya
sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila
frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati
nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut.
Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau
masyarakat pedalaman di Indonesia. Dalam masyarakat ini tidak ada peran politik
yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun, yang biasanya
merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau
religius.
2. Budaya politik kaula (subjek), yaitu budaya politik yang masyarakat yang
bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih
bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat
frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan
objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat
oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam
pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para
subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan
pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada
ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam
kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem
politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
3. Budaya politik partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran
politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam
kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota
masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi
penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan
beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung.
Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua
dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa
saja bersifat menerima atau menolak.
B. PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik merupakan salah satu ciri khusus yang menunjukan bahwa politik
lebih termodernisasi. Partisipasi warga negara yang ikut andil dalam proses pengambilan
keputusan serta dapat merubah kehidupan bernegara masih cukup rendah terutama pada
wilayah-wilayah atau negara yang masih "tradisional" serta pemimpin politiknya sebagian
besar di dominasi oleh golongan-golongan elit penguasa, dapat di katakan bahwa tingkat
partisipasi politik pada wilayah atau negara tersebut masih sangat rendah. Begitupun
sebaliknya, di wilayah atau negara yang proses modernisasi politik sudah dapat terlaksana
dengan sangat baik semakin tinggi pula tingkat partisipasi politik warga negaranya.
Pengertian partisipasi politik adalah segala kegiatan atau aktivitas yang memiliki
keterkaitan dengan politik (tindakan) di mana kegiatan yang berhubungan dengan politik
tersebut di lakukan oleh warga negara yang awam (non pejabat, pemerintah, penguasa)
dengan maksud agar dapat mempengaruhi atau mengintervensi perumusan kebijakan atau
pengambilan keputusan oleh pemerintah, di mana kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung (terdapat perantara), dan tidak ada hubungannya
dengan keberhasilan dari upaya mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut.
Partisipasi politik terbagi menjadi 4 jenis (menurut Milbrarth dan Goel - 1997),
yaitu Apatis, Spektator, Gladiator dan Pengkritik. Penjelasan terhadap 4 jenis partisipasi
politik tersebut adalah sebagai berikut ini :
1. Apatis - Orang/individu maupun kelompok yang tidak ikut berpartisipasi dalam
proses politik, atau orang/individu maupun kelompok yang telah menarik diri dari
proses politik yang pernah di ikutinya.
2. Spektator - Orang/individu atau kelompok yang ikut dalam partisipasi politik dalam
level yang paling sederhana, misalnya memilih pemimpin dalam Pemilu.
3. Gladiator - Orang/individu maupun kelompok yang aktif dalam segala kegiatan atau
aktivitas politik misalnya aktivis masyarakat, aktivis partai dan sebagainya.
4. Pengkritik - Ikut berpartisipasi dalam politik, akan tetapi dengan cara non –
konvension
Budaya politik di Indonesia merupakan perwujudan nilai nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan kegiatan polituk kenegaraan.
Setelah era reformasi memang orang menyebut Indonesia telah menggunakan budaya Politik partisipan karena telah bebasnya Demokrasi, partisipatifnya masyarakat dan tidak tunduk akan keputusan atau kinerja pemerintah baru aetika . perlu diketahui ketika era orde baru Demokrasi dikekang. Segala bentuk media dikontrol/diawasi oleh pemerintah lewat Departemen Penerangan supaya tidak mempublikasikan kebobrokan pemerintah.
Budaya politik Indonesia selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Tetapi berubahnya itu hanya terjadi pada daerah perkotaan dan pedesaan yang telah maju tetapi pada daerah-daerah terpencil itu tidak terjadi perubahan karena kurangnya pendidikan dan informasi
Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan , dari segi budaya Politik Partisipan , Semua ciri- cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri budaya politik Parokial juga ada yang memenuhi yaitu seperti berlangsungnya pada masyarakat
tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti warga menyadari sepenuhnya otoritas pemerintah.