bronko pneumonia

12
Bronkopneumonia PENDAHULUAN Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme- oeganisme yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir terjadi pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu. Pasien peminum alkohol, pasca bedah, dan penderita penyakit pernafasan kronik atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. 1 Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Tetapi, klasifikasi pneumonia infeksius atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostik atau terapeutik lebih relevan. 2,3,7 Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru- paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali

Upload: fahrizal-muhammad

Post on 26-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Bronko Pneumonia

Bronkopneumonia

PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1%

dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik,

pneumonia tetap merupakan penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat.

Munculnya organisme nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik,

ditemukannya organisme-oeganisme yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah

pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin

memperluas spektrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga

menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi

dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum

berkembang dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir terjadi pada orang

tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu. Pasien peminum alkohol, pasca bedah,

dan penderita penyakit pernafasan kronik atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini.1

Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh

mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang kadang-kadang perlu

dipertimbangkan. Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti pneumonia lobaris,

pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Tetapi,

klasifikasi pneumonia infeksius atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostik

atau terapeutik lebih relevan.2,3,7

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya

pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa

disebut bronchopneumonia).4

Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli terminalis.

Bronkopneumonia adalah nama yang diberikan untuk sebuah inflamasi paru-paru yang biasanya

dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat

mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini

seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi

Page 2: Bronko Pneumonia

spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang

yang lemah, Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer. 5,6

DEFINISI

Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai

tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi

pada bayi atau orang tua.8

EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) sejak 1986 sampai era 2000 an hampir

80 sampai 90 persen kematian balita akibat serangan ISPA dan pnemonia.4

Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan

meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus,

ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan Bronkopneumonia lebih sering

dijumpai pada anak kecil dan bayi.3

Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1%

penduduk amerika. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap

sebagai penyebab terbanyak dari kematian di Amerika.1

ETIOLOGI

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah faktor infeksi (tersering) :

- Bakteri : Pneumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza, Mycobacterium

tuberculosa.

- Virus : Respiratory Synctitial Virus, Adenovirus, Cytomegalo virus, Virus infuenza B.

- Jamur : Histoplasmosis, Candida albicans, Aspergillus species dll.4

Page 3: Bronko Pneumonia

KLASIFIKASI

Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang

dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).

2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial

pneumonia).

3. Pneumonia aspirasi.

4. Pneumonia pada penderita immunocompromised.

2. Berdasarkan bakteri penyebab:

1. Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella

pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi

influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan

chalamydia.

2. Pneumonia virus.

3. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama

pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

3. Berdasarkan predileksi infeksi:

1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan

besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak

infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang

disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.

3. Pneumonia interstisial.

Page 4: Bronko Pneumonia

PATOGENESIS

Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet).

Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian

bawah paru paling sering terkena efek gravitasi.1,3

Agen-agen mikroba yang menyebabkan Pneumonia memiliki 3 bentuk transisi primer :

1. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada

orofaring

2. Inhalasi aerosol yang infeksius

3. Penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal

Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan

pneumonia, sementara penyebaran cara hematogen lebih jarang terjadi. Akibatnya, faktor-faktor

predisposisi termasuk juga berbagai defisiensi mekanisme pertahanan sistem pernafasan.

Kolonisasi basilus gram negatif telah menjadi subjek penelitian akhir-akhir ini.1

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi

yang terdiri dari :

1. Susunan anatomis rongga hidung

2. Jaringan limfoid di nasofaring

3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain

yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut

4. Refleks batuk

5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi

6. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional

7. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama Ig A

8. Sekresi enzim-enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja

sebagai anti mikroba yang non spesifik.

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke

alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.3

Page 5: Bronko Pneumonia

Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli mementuk suatu proses peradangan yang meliputi

empat stadium, yaitu:1,3,7

A. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah

baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler

di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-

sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup

histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos

vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan

eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar

kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang

harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling

berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

B. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin

yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena

menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna

paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada

atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini berlangsung sangat

singkat, yaitu selama 48 jam.

C. Stadium III (3 – 8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru

yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan

terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Page 6: Bronko Pneumonia

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin

dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami

kongesti.

D. Stadium IV (7 – 12 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-

sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke

strukturnya semula.

GAMBARAN KLINIS

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa

hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan mungkin disertai kejang karena

demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai

pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak

dijumpai di awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada

awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena.

Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya

terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara

yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi

ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara

2-3 minggu.3

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000 / mm3

dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan

dengan infeksi virus atau mycoplasma.

2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

3. Peningkatan LED.

Page 7: Bronko Pneumonia

4. Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50 % penderita yang tidak diobati. Selain

kultur dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat

swab).

5. Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada

stadium lanjut dapat terjadi asidosis meyabolik.3,

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan

gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada

bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen

dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,

pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai.

Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan

mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat

ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih

sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan berdasarkan :

Pneumonia sangat berat :

→ bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah

sakit dan diberi antibiotika.

Pneumonia berat :

→ bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus

dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

Pneumonia :

→ bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

- > 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

Page 8: Bronko Pneumonia

- > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

- > 40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun

Bukan Pneumonia :

→ hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu

diberi antibiotika.3,4

DIAGNOSA BANDING

1. Bronkiolitis

2. TB Paru

PENATALAKSANAAN

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat

selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan

pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik

yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas

demam selama 4 – 5 hari.3

Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi :3,7

Bed rest

Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt).

Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9%

ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.

Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :

Page 9: Bronko Pneumonia

Untuk kasus pneumonia community base :

- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :

- Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

- Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri

Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral

Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui

selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus

dipuasakan.

Tabel pemilihan antibiotika berdasarkan etiologi :3

Mikroorganisme

Streptokokus dan StafilokokusM.

Pneumonia

H. Influenza

Klebsiella dan P. Aeruginosa

Penicilin G 50.000-100.000 unit/hari IV

atauPenicilin Prokain 6.000.000 unit/hari IM

atau

Ampicilin 100-200 mg/kgBB/hari atau

Ceftriakson 75-200 mg/kgBB/hari

Eritromisin 15 mg/kgBB/hari

Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari

Sefalosporin

Page 10: Bronko Pneumonia

KOMPLIKASI

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang

dapat dijumpai adalah empyema dan otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis,

perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat.

PROGNOSIS

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat maka mortalitas dapat diturunkan sampai

kurang dari 1%. Mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan

malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat untuk pengobatan.